Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TRAND DAN ISU KOMUNIKASI DALAM PELAYANAN KESEHATAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

INES DELLA PUSPITA (2720200083)


NAVILAH (2720200082)
NUR HAYATI (2720190111)
NENG IIS SITI NURASIAH (2720200099)
ANGGI YULIANA (2720200076)
NISA AZIJAH (2720200090)
GITA MELIANI (2720200104)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


STRATA STUDI PROGRAM (S1) KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM ASYAFIIYAH
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, atas segala
rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung
Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wasallam yang selalu kita nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penyusun mengucapkan syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu merupakan sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penyusun mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah ….. dengan judul “TREND DAN
ISSUE KOMUNIKASI DALAM PELAYANAN KESEHATAN”

Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penyusun mengharapkan kritik serta saran
dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik
lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penyusun mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Jakarta, 28 April 2020

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................................................ ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Trend....................................................................................................................................... 6
2.2 Isu ........................................................................................................................................... 8
2.3 Komunikasi dalam Keperawatan............................................................................................ 9
2.4 Trend dan Isu Komunikasi dalam Keperawatan .................................................................... 11
2.5 Tahapan Sikap Perawat dalam Menanggapi Trend dan Isu dalam Pelayanan
Kesehatan ..................................................................................................................................... 13

BAB 3 KESIMPULAN

3.1 Simpulan ................................................................................................................................ 14


3.2 Saran ....................................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 15


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya


sebagai wujud kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik
dalam tingkatan preklinik maupun klinik. Untuk dapat mengembangkan keilmuannya
maka keperawatan dituntut unt
uk peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya setiap saat(Potter dan
Perry, 2005).
Salah satu syarat yang paling penting dalam pelayanan kesehatan adalah
pelayanan yang bermutu. Suatu pelayanan dikatakan bermutu apabila memberikan
kepuasan pada pasien. Kepuasan pada pasien dalam menerima pelayanan kesehatan
mencakup beberapa dimensi. Salah satunya adalah dimensi kelancaran komunikasi
antaran petugas kesehatan (termasuk dokter) dengan pasien. Hal ini berarti pelayanan
kesehatan bukan hanya berorientasi pada pengobatan secara medis saja, melainkan
juga berorientasi pada komunikasi karena pelayanan melalui komunikasi sangat
penting dan berguna bagi pasien, serta sangat membantu pasien dalam proses
penyembuhan (Muharamiatul, 2012).
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan
memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya.
Sedangkan komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat
untuk membantu klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan patologis dan
belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain ( Mundakir, 2006 ).
Komunikasi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari memberikan dampak yang
sangat penting dalam kehidupan, baik secara individual maupun kelompok. Komunikasi
yang terputus akan memberikan dampak pada buruknya hubungan antar
individu atau kelompok. Tatanan klinik seperti rumah sakit yang dinyatakan sebagai
salah satu sistem dari kelompok sosial mempunyai kepentingan yang tinggi pada
unsur komunikasi. Komunikasi di lingkungan rumah sakit diyakini sebagai modal
utama untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang akan ditawarkan kepada
konsumennya. Keperawatan sangat berhubungan dengan komunikasi. komunikasi
merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku
dan memungkinkan individu
untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Maka komunikasi sangat
penting bagi perawat (Mundakir, 2006)
Pelayanan kesehatan merupakan produk yang bersifat jasa. Saat ini, jasa kesehatan
sebagai pelayanan sosial telah berubah menjadi komoditi jasa yang di perdagangkan . Di
kota-kota besar, jasa kesehatan telah menjadi produk industri yang hampir tidak berbeda dengan
produk barang maupun jasa non kesehatan.Pada sektor non kesehatan, mekanisme pasar dapat
menjadi sempurna karena kedua belah pihak yang bertransaksi ( produsen dan konsumen )
mempunyai pengetahuan yang relatif sama terhadap produk dan jasa yang di tawarkan.
posisi konsumen relative kuat ketika membeli jasa non kesehatan karena objek yang di
tawarkan telahdi ketahui, baik mutu maupun harganya. Sebagai contoh, bila kita ingin membeli
kemeja dengan tingkat kompetensi yang tinggi di antara produsen, kita dapat memilih barang
dengan merk tertentu dengan tingkat harga yang kita inginkan. Artinya, konsumen
mempunyai pengetahuan yang baik terhadap barang dan jasa yang akan mereka beli atau
butuhkan.Namun, kondisi di atas tidak dapat pada pasar jasa kesehatan. Kita mengenal
yang di sebut market failure. Pasien berada pada posisi lemah, tidak mempunyai cukup
informasi dan pengetahuan tentang jasa kesehatan itu sendiri(Potter dan Perry, 2005)
Trend praktik keperawatan meliputi berkembangnya berbagai tempat praktek
dimana perawat memiliki kemandirian yang lebih besar. Perawat secara terus-menerus
meningkatkan otonomi dan penghargaan sebagai anggota dari tim asuhan kesehatan. Peran
perawat meningkat dengan meluasnya focus asuhan keperawatan. Tren dalam keperawatan
sebagai profesi meliputi perkembangan aspek-aspek dari keperawatan yang
mengkarakteristikakan keperawatan sebagai profesi, meliputi pendidikan, teori,
pelayanan, otonomi dan kode etik. Aktivitas dari organisasi professional keperawatan
menggambarkan seluruh trend dalam pendidikan dan praktik keperawatan. Akhirnya
seluruh hal yang mempengaruhi keperawatan juga menggambarkan trend dalam keperawatan
kontemporer (Potter dan Perry, 2005).

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :
1.Bagaimana komunikasi dalam keperawatan?
2.Apa saja trend dan isu komunikasi terkini dalam pelayanan keperawatan?
3.Bagaimana tahapan sikap perawat dalam menanggapi trend dan isu terkini dalam
pelayanan keperawatan?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Trend
Tren atau trend adalah suatu arah dari pergerakan harga di Forex. Perilaku tren ini
dapat ditaksirkan ketika melakukan analisis teknikal. Tren bisa bergerak ke bawah (juga
dikenal sebagai tren turunatau bearish), ke atas (dikenal sebagai tren naik atau bullis) dan
ke samping atau sideways (tren kosong atau flat). Sebagai aturan umumnya, ketika
terjadi tren turun dianjurkan untuk membuka posisi penjualan, sedangkan pada saat tren
naik disarankan untuk melakukan pembelian. Jika tidak ada tren, maka lebih baik tidak
melakukan operasi apa pun. Secara sederhana bisa juga dikatakan trend adalah, suatu hal
yang sedang dibicarakan oleh banyak orang pada saat tersebut, dan kejadiannya bersifat fakta.
Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era globalisasi, pada
tahun 2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak tenaga professional
keluar dan masuk ke dalam negeri. Pada masa itu mulai terjadi suatu masa
transisi/pergeseran pola kehidupan masyarakat dimana pola kehidupan masyarakat
tradisional berubah menjadi masyarakat yang maju. Keadaan itu menyebabkan berbagai
macam dampak pada aspek kehidupan masyarakat khususnya aspek kesehatan baik yang
berupa masalah urbanisaasi, pencemaran, kecelakaan, disamping meningkatnya angka
kejadian penyakit klasik yang berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan kurangnya
pemukiman sehat bagi penduduk. Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan umur harapan
hidup yang meningkat juga menimbulkan masalah kesehatan yang berkaitan dengan
kelompok lanjut usia serta penyakit degeneratif
Pada masyarakat yang menuju ke arah moderen, terjadi peningkatan kesempatan untuk
meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan pendapatan dan meningkatnya
kesadaran masyarakat terhadap hukum dan menjadikan masyarakat lebih kritis. Kondisi itu
berpengaruh kepada pelayanan kesehatan dimana masyarakat yang kritis menghendaki
pelayanan yang bermutu dan diberikan oleh tenaga yang profesional. Keadaan ini
memberikan implikasi bahwa tenaga kesehatan khususnya keperawatan dapat memenuhi
standart global internasional dalam memberikan pelayanan kesehatan/keperawatan,
memiliki kemampuan professional, kemampuan intelektual dan teknik serta peka terhadap
aspek social budaya, memiliki wawasan yang luas dan menguasi perkembangan Iptek.
Namun demikian upaya untuk mewujudkan perawat yang professional di
Indonesia masih belum menggembirakan, banyak factor yang dapat menyebabkan
masih rendahnya peran perawat professional, diantaranya :
1.Keterlambatan pengakuan body of knowledge profesi keperawatan. Tahun 1985
pendidikan S1 keperawatan pertama kali dibuka di UI, sedangkan di negara barat pada
tahun 1869.
2.Keterlambatan pengembangan pendidikan perawat professional.
3.Keterlambatan system pelayanan keperawatan., ( standart, bentuk praktik keperawatan,
lisensi )
Menyadari peran profesi keperawatan yang masih rendah dalam dunia kesehatan akan
berdampak negatif terhadap mutu pelayanan kesehatan bagi tercapainya tujuan kesehatan
sehat untuk semua pada tahun 2010 “, maka solusi yang harus ditempuh adalah

1.Pengembangan pendidikan keperawatan.


Sistem pendidikan tinggi keperawatan sangat penting dalam pengembangan perawatan
professional, pengembangan teknologi keperawatan, pembinaan profesi dan pendidikan
keperawatan berkelanjutan. Akademi Keperawatan merupakan pendidikan keperawatan
yang menghasilkan tenaga perawatan professional dibidang keperawatan. Sampai saat ini
jenjang ini masih terus ditata dalam hal SDM pengajar, lahan praktik dan sarana serta prasarana
penunjang pendidikan.

2.Memantapkan system pelayanan perawatan professional


Depertemen Kesehatan RI sampai saat ini sedang menyusun registrasi, lisensi dan
sertifikasi praktik keperawatan. Selain itu semua penerapan model praktik keperawatan
professional dalam memberikan asuhan keperawatan harus segera di lakukan untuk
menjamin kepuasan konsumen/klien.

3. Penyempurnaan organisasi keperawatan


Organisasi profesi keperawatan memerlukan suatu perubahan cepat dan dinamis serta
kemampuan mengakomodasi setiap kepentingan individu menjadi kepentingan organisasi
dan mengintegrasikannya menjadi serangkaian kegiatan yang dapat dirasakan
manfaatnya. Restrukturisasi organisasi keperawatan merupakan pilihan tepat guna
menciptakan suatu organisasi profesi yang mandiri dan mampu menghidupi anggotanya
melalui upaya jaminan kualitas kinerja dan harapan akan masa depan yang lebih baik serta
meningkat.

Komitmen perawat guna memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu baik secara
mandiri ataupun melalui jalan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sangat penting dalam
terwujudnya pelayanan keperawatan professional. Nilai professional yang melandasi
praktik keperawatan dapat di kelompokkan dalam:

1. Nilai intelektual
Nilai intelektual dalam prtaktik keperawatan terdiri dari
a. Body of Knowledge
b. Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)
c. Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif.

2. Nilai komitmen moral


Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic, dan memperhatikan kode
etik keperawatan. Menurut Beauchamp & Walters (1989) pelayanan professional
terhadap masyarakat memerlukan integritas, komitmen moral dan tanggung jawab etik.
Aspek moral yang harus menjadi landasan perilaku perawat adalah :
a. Beneficience
selalu mengupayakan keputusan dibuat berdasarkan keinginan melakukan yang terbaik
dan tidak merugikan klien. (Johnstone, 1994)
b. Fair
Tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social budaya, keadaan ekonomi
dan sebagainya, tetapi memprlakukan klien sebagai individu yang memerlukan bantuan
dengan keunikan yang dimiliki.
.
c. Fidelity
Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin membantu), selalu berusaha
menepati janji, memberikan harapan yang memadahi, komitmen moral serta memperhatikan
kebutuhan spiritual klien.

4.Otonomi, kendali dan tanggung gugat


Otonomi merupakan kebebasan dan kewenangan untuk melakukan tindakan secara
mandiri. Hak otonomi merujuk kepada pengendalian kehidupan diri sendiri yang berarti
bahwa perawat memiliki kendali terhadap fungsi mereka. Otonomi melibatkan kemandirian,
kesedian mengambil resiko dan tanggung jawab serta tanggung gugat terhadap tindakannya
sendiribegitupula sebagai pengatur dan penentu diri sendiri
Kendali mempunyai implikasi pengaturan atau pengarahan terhadap sesuatu atau
seseorang. Bagi profesi keperawatan, harus ada kewenangan untuk mengendalikan praktik,
menetapkan peran, fungsi dan tanggung jawab anggota profesi.Tanggung gugat
berarti perawat bertanggung jawab terhadap setiap tindakan yang dilakukannya terhadap
klien

2.2 Isu
Menurut hainsworth dan ming, isu adalah Suatu konsekuensi atas beberapa
tindakan yang dilakukan, atau diusulkan untuk dilakukan, oleh satu atau beberapa pihak
yang dapat menghasilkan negosiasi dan penyesuaian sektor swasta, kasus pengadilan sipil
atau kriminal, atau dapat menjadi masalah kebijakan publik melalui tindakan legislative
atau perundangan. Menurut heath & Nelson mengatakan Issue” sebagai ‘suatu pertanyaan
tentang fakta, nilai atau kebijakan yang dapat diperdebatkan. Sedangkan menurut Regester
dan Larkin isu adalah Suatu kesenjangan antara praktek korporat dengan harapan-harapan para
stakeholder( a gap between corporate practice and stakeholder expectations). Dengan kata lain,
sebuah isu yang timbul ke permukaan adalah suatu kondisi atau peristiwa, baik di dalam
maupun di luar organisasi, yang jika dibiarkan akan mempunyai efek yang signifikan pada
fungsi atau kinerja organisasi tersebut atau pada targe-target organisasi tersebut di masa
mendatang. Berikut adalah salah satu contoh dari isu keperawatan:

Euthanasia
Membunuh bisa dilakukan secara legal. Itulah euthanasia, pembuhuhan legal yang sampai kini
masih jadi kontroversi. Pembunuhan legal inipun ada beragam jenisnya. Secara umum, kematian
adalah suatu topik yang sangat ditakuti oleh publik. Hal demikian tidak terjadi di dalam dunia
kedokteran atau kesehatan. Dalam konteks kesehatan modern, kematian tidaklah selalu menjadi
sesuatu yang dating secara tiba-tiba. Kematian dapat dilegalisir menjadi sesuatu yang definit dan
dapat dipastikan tanggal kejadiannya.  Euthanasia memungkinkan hal tersebut terjadi. Euthanasia
adalah tindakan mengakhiri hidup seorang individu secara tidak menyakitkan, ketika tindakan
tersebut dapat dikatakan sebagai bantuan untuk meringankan penderitaan dari individu yang
akan mengakhiri hidupnya.

2.3 Komunikasi dalam keperawatan


Komunikasi adalah suatu proses artinya komunikasi merupakan serangkaian tindakan
atau peristiwa yang terjadi secara berurutan- serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun
waktu tertentu. Sebagai proses komunikasi tidak ‘statis’ tapi
‘dinamis’ dalam arti akan mengalami perubahan secara terus menerus. Menurut Effendi (1995)
komunikasi itu sendiri bisa diartikan sebagai suatuproses penyampaian pesan oleh seseorang
kepada orang lain untuk memberikan atau untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku baik
secara langsung (lisan) maupun tak langsung.
Istilah ‘komunikasi’ (communication) berasal dari bahasa Latin
‘communicatus’ yang artinya berbagi atau menjadi milik bersama. Dengan demikian komunikasi
menunjuk pada suatu upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Hubungan
perawat klien lebih dari hubungan mutual. Hubungan tersebut merupakan proses dimana campur
tangan dalam kehidupan klien menetapkan tingkah laku yang lebih efektif. Hubungan klien
perawat adalah suatu proses dinamis yang meliputi usaha kolaborasi perawat dan klien untuk
mengatasi masalah dan untuk meningkatkan kesehatan dan kemampuan beradaptasi (Potter &
Perry, 2005).
Dalam membangun hubungan tersebut, diperlukan adanya komunikasi antara perawat
dengan pasien. Dalam hal ini, perawat dituntut untuk dapat melakukan komunikasi dengan baik
agar dapat terciptanya hubungan yang baik antara perawat dengan klien. Dalam melakukan
komunikasi keperawatn, terdapat beberapa komponen yaitu:
a. Perawat sebagai komunikator
b. Pesan yang ingin disampaikan oleh perawat
c. Klien sebagai komunikan
d. Media yang digunakan oleh perawat
e. Efek atau dampak atau akibat yang ditimbulkan oleh pesan dan yang dirasakan atau terjadi
pada klien
Dalam komunikasi ini juga terdapat lingkungan atau konteks komunikasi yaitu:
a. Fisik Ruang atau bangsal atau taman di mana komunikasi berlangsung disebut konteks atau
lingkungan fisik - artinya , lingkungan nyata atau berwujud (tangible). Lingkungan fisik ini,
apapun bentuknya, mempunyai pengaruh tertentu atas kandungan pesan kita (apa yang kita
sampaikan) selain juga bentuk pesan (bagaimana kita menyampaikan).
b. Dimensi sosial-psikologis Meliputi misalnya tata hubungan status diantara mereka yang
terlibat, peran dan permainan yang dijalankan orang, serrta aturan budaya mesayarakat di
mana mereka berkomunikasi. Lingkungan atau konteks ini juga mencakup rasa persahabatan
atau permusuhan, formalitas atau informalitas, situasi serius atau senda gurau. Komunikasi
yang diperbolehlan pada suatu pesta wisuda mungkin tidak diperbolehkan di rumah sakit.
c. Dimensi temporal (waktu) Mencakup waktu dalam sehari maupun waktu dalam hitungan
sejarah dimana komunikasi itu berlangsung. Bagi banyak orang, siang hari bukanlah waktu
yang tepat untuk berkomunikasi dengan orang lain, tapi bagi banyak orang, pagi hari justru
paling ideal berkomunikasi. Waktu dalam sejarah tidak kurang pentingnya. karena
kelayakan dan dampak dari suatu pesan bergantung, sebagian pada waktu atau moment
pesan dikomunikasikan.
Komunikasi dalam keperawatan lebih mengarah pada suatu proses penyampaian pesan
kesehatan oleh komunikator melalui saluran/media tertentu kepada komunikan dengan
tujuan untuk mendorong perilaku manusia tercapainya kesejahteraan sebagai kekuatan yang
mengarah kepada keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental (rohani), dan sosial. Dalam
hal ini, terdapat juga beberapa model komunikasi yaitu:
1. Model komunikasi persuasi (McGuire 1964) 
a. Konsep : Komunikasi dapat mengubah sikap dan perilaku kesehatan secara
langsung pda kausal yang sama input (stimulu) output (tanggapan thp stimulus).
Perubahan pengetahuan dan sikap merupakan pra kondisi dalam perubahan
perilaku kesehatan.
b. Input :
• Source (sumber)
• Messages (pesan)
• Channel (saluran)
• Audience (sasaran)
• Tujuan pesan yang disampaikan 
c. Output : (perubahan)
• Kognitif (pengetahuan)
• Sikap
• Decision making
• Perilaku yang dapat diobservasi
 
2.Model komunikasi Schramm
Schramm membuat serangkai model komunikasi, dimulai dengan model komunikasi
manusia yang sederhana (1954), lalu model yang lebih rumit yang memperhitungkan
pengalaman dua individu yang mencoba berkomunikasi, hingga ke model komunikasi yang
dianggap interaksi dua individu. 
Model yang pertama mirip dengan model Shannon dan Weaver. Dalam modelnya yang
kedua, Schramm memperkenalkan gagasan bahwa kesamaan dalam bidang pengalaman sumber
dan sasaran-lah yang sebenarnya dikomunikasikan, karena bagian sinyal itulah yang dianut sama
oleh sumber dan sasaran. Model ketiga, Schramm menganggap komunikasi sebagai interaksi
dengan kedua pihak yang menyandi, menafsirkan, menyendi-balik, mentransmisikan dan
menerima sinyal. Di sini kita melihat umpan balik dan ”lingkaran” yang berkelanjutan untuk
berbagi informasi.
Pada model ketiga ini, Schramm bekerjasama dengan Osgood sehingga dikenal sebagai
model sirkular Osgood dan Schramm (The Osgood and Schramm Circular Model). Jika model
Shannon dan Weaver merupakan proses yang linear, model ini dinilai sebagai sirkular dalam
derajat yang tinggi. Perbedaan lainnya ialah apabila Shannon dan Weaver menitikberatkan
perhatiannya langsung kepada saluran yang menghubungkan pengirim (sender) dan penerima
(receiver) atau dengan kata lain, komunikator dan komunikan.
Schramm dan Osgood menitikberatkan pembahasannya pada perilaku pelaku-pelaku
utama dalam proses komunikasi. Shannon dan Weaver membedakan source dengan transmitter
dan antara receiver dengan distination. Dengan kata lain, dua fungsi dipenuhi pada sisi
pengiriman (transmitting) dan pada sisi penerimaan (receiving) dari proses. Pada Schramm dan
Osgood ditunjukkan fungsinya yang hampir sama. Digambarkan dua pihak berperilaku sama,
yaitu encoding (menyandi), decoding (menyandi balik) dan interpreting (menafsirkan).

2.4 Trend dan Isu Komunikasi Keperawatan


Kemajuan teknologi informasi serta teknologi dibidang kesehatan berdampak terhadap
pemahaman masyarakat terhadap dunia kesehatan, sehingga tenaga kesehatan dituntut untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas, professional dan mengedepankan
perkembangan teknologi dibidang kesehatan itu sendiri.

 A. Telenursing
Telenursing dapat diartikan sebagai pemakaian teknologi informasi dibidang pelayanan
keperawatan untuk memberikan informasi dan pelayanan keperawatan jarak jauh. Model
keperawatan ini memberikan keuntungan antara lain:
1. Mengurangi waktu tunggu
2. Mengurangi kunjungan yang tidak perlu
3. Mempersingkat hari rawat
4. Mengurangi biaya perawatan
5. Membantu memenuhi kebutuhan kesehatan

Dengan pengaplikasian dari telenursing ini, maka komunikasi antara perawat dank lien bisa
dilakukan secara jarak jauh, dan juga memungkinkan perawat untuk menjangkau klien-klien
yang berada jauh dari jangkauan. Secara lebih luas telenursing dapat dimanfaatkan untuk
memberikan asuhan keperawatan, melakukan praktek keperawatan dan dapat digunakan juga
sebagai media pertukaran informasi antara sesama perawat dibelahan dunia manapun dengan
menggunakan telepon, videocall, internet, dsb. Berbagai manfaat diperoleh dengan adanya
telenursing, Pasien dapat dengan leluasa bertanya dan menghubungi pusat informasi
keperawatan mengenai kondisi kesehatannya melalui telepon, perawatpun bisa
mendemonstrasikan cara perawatan luka kepada pasien melalui cam, dsb. 
Ini sangat membantu dalam memenuhi upaya kesehatan terutama upaya promotif dan
preventif, selain itu dengan adanya telenursing dapat meminimalkan biaya yang dikeluarkan oleh
pasien karena bisa dilakukan dengan jarak jauh. Komunikasi antara perawat dengan klien
maupun komunikasi antar perawat juga akan dapat lebih mudah untuk dilakukan. Proses
keperawatan dan ruang lingkup praktek tidak berbeda dengan telenursing hanya saja proses
tersebut menggunakan teknologi seperti internet, komputer, telepon, alat penilaian digital, dan
telemonitoring peralatan.
 Namun, telenursing ini juga memiliki beberapa kelemahan, terutama dalam hal komunikasi
yang terjadi antara perawat dan klien. Kelemahan tersebut antara lain:
a.Tidak adanya interaksi langsung antara perawat dengan klien.
Tidak adanya interaksi langsung antara perawat dengan klien, dapat menyebabkan kurang
terbangunnya suatu hubungan terapeutik antara perawat dengan klien, sehingga dapat
menimbulkan beberapa factor yang nantinya dapat menghambat proses komunikasi yang terjadi
antara perawat dengan klien
b. Resiko terhadap keamanan dan dokumen klien kerahasiaan
Dalam telenursing, dimana perawat melakukan komunikasi dengan klien secara jarak
jauh, juga terdapat resiko akan keamanan dan dokumen klien kerahasiaan.

B. Hambatan penting komunikasi lintas budaya dalam keperawatan


Ada delapan hambatan penting untuk komunikasi lintas budaya dalam keperawatan:
1. Kurangnya Pengetahuan

Tidak diterimanya pesan dari perawat kepada klien umumnya disebabkan karena kurangnya
pengetahuan. Baik dari isi pesan atau cara penyampaian pesan yang tidak dapat dicerna dengan
baik. Kurangnya pengetahuan dapat menyebabkan penerimaan yang salah baik dari pemberi
pesan maupun penerima pesan.

2. Ketakutan dan Ketidakpercayaan

Rothenburger (1990) telah mengidentifikasi enam tahap penyesuaian bahwa individu


melewatinya pada pertemuan awal mereka dengan orang dari budaya yang berbeda yang mereka
tidak tahu atau mengerti.

3. Rasisme
Rasisme dalam keperawatan dapat menjadi penghalang komunikasi transkultural antara
perawat dan pasien, dan antara perawat dan penyedia perawatan kesehatan lainnya tipe-tipenya,
yaitu:
a. Rasisme Individu: Diskriminasi karena karakteristik biologis
b. Rasisme Budaya: Menganggap budaya sendiri lebih superior
c. Rasisme Kelembagaan: Lembaga (universitas, bisnis, rumah sakit, sekolah keperawatan)
memanipulasi atau mentolerir kebijakan yang tidak adil membatasi peluang ras tertentu
budaya atau kelompok
4. Bias dan Etnosentrisme
Apapun latar kecenderungan belakang untuk budaya menjadi bias mereka, beberapa terhadap
orang nilai-nilai budaya memiliki mereka sendiri, dan merasa bahwa nilai-nilai mereka benar dan
nilai-nilai dari orang lain adalah salah atau tidak baik.

5. Stereotipe
Sebuah stereotip budaya adalah asumsi beralasan bahwa semua orang dari kelompok ras dan
etnis tertentu yang sama. Sindrom buta tempat/budaya adalah bentuk stereotip yang menjadi
masalah untuk banyak perawat dan dokter. Sindrom buta tempat/budaya adalah keyakinan bahwa
"Hanya karena klien terlihat dan berperilaku dengan cara yang Anda lakukan, Anda berasumsi
bahwa tidak ada perbedaan budaya atau hambatan potensial untuk perawatan " (Buchwald,
1994).

6. Ritualisme Ritualisme adalah sikap seseorang menerima cara-cara yang diperkenalkan sebagai
bagian dari bentuk upacara (ritus) tertentu, namun menolak tujuan-tujuan kebudayaannya.

 7. Hambatan Bahasa


Bahasa menyediakan alat-alat (kata) yang memungkinkan orang untuk mengekspresikan pikiran
dan perasaan mereka Ketika perawat pasien berbicara bahasa yang sama, kesalahpahaman dapat
muncul.dan Ketika pasien datang dari negara atau rumah tangga dengan bahasa yang berbeda,
hambatan bahasa yang dihasilkan dapat mengakibatkan komunikasi berhenti, bahkan
menghasilkan frustrasi dan konflik.

2.5 Tahapan Sikap Perawat dalam Menghadapi Trend dan Isu dalam Pelayanan Kesehatan
Pada jaman ini teknologi berkembang sangat pesat termasuk sistem informasi dalam
bidang kesehatan. Tentunya kita sebagai perawat harus mengikuti kemajuan sistem informasi
untuk mengoptimalkan pelayanan kesehatan pada klien. Sebagai perawat kita harus dapat
menyikapi kemajuan sistem informasi itu dengan baik agar dapat memaksimalkan dampak
positif dan meminimilkan dampak negatifnya. Berikut tahapan sikap perawat:
1. Mencari sistem-sistem informasi yang sedang berkembang dalam bidang kesehatan.
2. Menyaring sistem informasi yang tepat untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan dengan
tujuan memkasimalkan kesehatan klien.
3. Mengimplementasikan sistem informasi yang telah dikaji dalam pelayanan kesehatan. Dalam
pengimplementasian perawat harus mampu memaksimalkan dampkapositifnya dan
meminimalkan dampak negatifnya.
4. Menganalisa perubahan pola pelayanan kesehatan setelah diterapkan sistem informasi yang
baru. Apabila memberikan kemajaun yang sesuai maka perawat dapat terus mengembangkan
untuk memaksimalkan pelayanan kesehatan.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
1. Komunikasi adalah serangkain peristiwa yang berurutan dan berikatan satu sama lain, serta
merupakan proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk mengubah
sikap, pendapat atau perilaku baik secara langsung (lisan) maupun tak langsung. Serta dalam
melakukan komunikasi seseorang perawat harus mempunyai beberapa komponen yaitu
sebagai komunikator, pesan disampaikan perawat, klien sebagai komunikan, serta media dan
efek. 
2. Dan dalam melakukan komunikasi terdapat konteks komunikasi meliputi fisik, dimensi
sosial-psikologis dan dimensi tempat Serta Trend dan Isu keperawatan terkini yaitu
Telenursing, dan Hambatan penting komunikasi lintas budaya dalam keperawatan.
3. Sedangkan sikap perawat dalam menghadapi isu dan trend terkini dalam pelayanan
kesehaatan yaitu dengan mencari dan menyaring informasi dalam bidang kesehatan, serta
mengimplementasikan informasi dan menganalisanya.
Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, semoga kedepannya nanti akan
lebih detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih
banyak dan tentunya dapat dipertanggung jawabkan.
Daftar pustaka

Novaria.2015.Analisis Tren dan Issue Sistem Informasi Kesehatan. Surabaya: Universitas


Negeri Jember.

Awalia Muharamiatul. 20012. Trend dan Issu Pelayanan


Kesehatan. http://awalia.or.id/Stats/StatCurr.pdf, diakses Rabu, 24 september 2014, pukul 20.00
WIB

Mundakir. 2006. Komunitas Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan. Yokyakarta : Graha Ilmu

Potter A. particia dan Anne Griffin Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses dan Praktik. Vol. I. Jakarta : EGC

Nursalam.2011.MANAJEMEN KEPERAWATAN Aplikasi Keperawatan Profesional edisi 3.


Jakarta: Salemba Medika dalam Praktik

Anda mungkin juga menyukai