MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Transkultural
dosen pengampu Vita Lucya, M.Kep
Disusun Oleh:
Kelompok 1 S1-3C
Andalis Munawaroh Aisyah (217093)
Annisa Dwi Putri (217095)
Cindio Vega Meylany (217100)
Eva Silpia (217108)
Gina Novia Rinada (217110)
Indah Reni Stiyani (217112)
Ira Santika (217113)
Lucky Putra Pamungkas (217116)
Melvi Sulistiawati (217119)
Nisa Nuraeni Jamilah (217122)
Restie Anggraeni (217127)
Yayu Handayani Syaidar P (217137)
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Penerapan Keperawatan pada Kasus” dan tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu.
Dalam makalah ini penulis membahas mengenai penerapan praktik keperawatan
transcultural yang biasa bahkan sering kali dijumpai pada kehidupan sehari hari
khususnya yaitu peran perawat dan antisipasi perawat dalam membantu pasien.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca sehingga dapat
membantu menunjang proses belajar para pembaca dan menjadi referensi bagi pembaca.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga tercipta pendidikan yang
sempurna.
Penyusun
i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh bersifat kompleks, abstrak dan luas.
Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur – unsur sosio-
budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia (Isniati, 2012). Beragam
budaya dapat menyebabkan proses keperawatan terhambat karena pasien
mempertahankan tradisinya begitupun perawan dengan prinsip budaya keperawatan.
Salah satu contohnya adalah pasien dan perawat yang berkomunikasi dengan berbeda
bahasa. Keterbatasan dalam berkomunikasi anarata perawat dan pasien tentunya menjadi
hambatan tetapi dapat dimodifikasi pada penerapan budaya dalam pemberian Asuhan
Keperawata.
Konflik lain yang dapat timbul adalah hambatan komunikasi efektif dan interaksi
perawat dengan klien yang berdampak stress pada perawat. Cultural Competence yang
dimiliki perawat menunjukkan pengetahuan dan pemahaman tentang budaya pasien,
menerima dan menghormati perbedaan budaya dan menyesuaikan perawatan agar selaras
dengan budaya pasien. Maka dari itu, kami membuat makalah ini untuk mencari solusi di
dalam hambatan berkomunikasi antara pasien dan perawatan.
1
a. Mengdentifikasi peran perawat pada kasus hambatan komunikasi antara
pasien dan perawat.
b. Mengidentifikasi alternatif pendekatan perawat kepada pasien dengan
keterbatasan komunikasi karena berbeda bahasa dengan perawat.
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kasus
Seorang laki-laki mengalami tabrak lari, pasien masuk ke ruangan IGD dan
mengalami fraktur dan trauma abdomen sehingga perlu dilakukan tindakan
laparatomi. Dilihat dari ciri-cirinya, pasien adalah seorang keturunan arab. Pasien
berteriak-teriak memintaminum dalam Bahasa Inggris. Perawat berusaha menjelaskan
bahwa pasien tidak boleh minum. Pasien tidak dapat berbahasa Indonesia dengan
baik sementaradi ruang perawatan tidak ada perawat yang lancer berbahasa inggris.
Selain itu sumber data lainnya me- nyampaikan alasan mengapa perawat
perlu mempunyai pengetahuan tentang suatu buda- ya. Alasannya adalah
mengurangi komplain, rasa tak nyaman atau mencegah kesalahpa- haman atau
misunderstanding juga merupak- an salah satu alasan. Komplain sebetulnya
merupakan hal biasa dalam bisnis jasa, tidak terkecuali jasa pelayanan keperawatan.
Kom- plain akan terjadi manakala harapan tidak sesuai dengan kenyataan atau ada
3
masalah. Sumber masalah di pelayanan keperawatan tentu saja sangat bervariasi,
bisa bersumber dari perawat, pasien-keluarga atau rumah sakit tempat pasien
dirawat.
4
mengimplementasikan tindakan perawatan (Anonim, 1990). Kadang-kadang
perawat juga mem- biarkan keluarga melakukan suatu ritual tertentu untuk
kesembuhan pasiennya.Hal tersebut sesuai dengan teori Leinenger. Menurut
Leninger, budaya pasien perlu di- pertahankan bila budaya pasien tidak berten-
tangan dengan kesehatan. Perencanaan dan Implementasi keperawatan diberikan
sesuai nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat
meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya. Tetapi perawat juga akan
bernegosiasi dan atau melarang keluarga atau pasien apabila mereka melakukan
suatu kegiatan yang tidak terjamin keamanannya atau tidak diijinkan dokter.
5
ternyata beda dengan perawat. Namun demukian per- awat seharusnya mampu
menyesuaikan diri dlam situasi tersebut.
6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengetahuan budaya sangat diperlukan oleh perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan. Hal tersebut dapat memudahkan perawat untuk menyesuaikan
diri, menghindari misunderstanding, mencegah komplain dan rasa tidak nyaman serta
memberikan pelayanan keperawatan yang lebih baik. Hambatan komunikasi bahasa
dan perbedaan persepsi dirasakan oleh perawat di rumah sakit, terutama apabila
berhadapan dengan klien dari mancanegara yang tidak mampu berbahasa Indonesia
maupun bahasa Inggris. Lima rekomendasi untuk meningkatkan kompetensi budaya
ditekankan dalam mayoritas artikel: (1) melibatkan keluarga selama proses
perawatan; (2) menggunakan juru bahasa untuk interpretasi akurat penyakit dan rasa
sakit; (3) mempertahankan tim penyedia yang beragam secara budaya; (4) menjadi
jelas dalam komunikasi prosedur dan diagnosis; (5) mengakui keragaman budaya.
3.2 Saran
Oleh karena itu, perawat/mahasiswa keperawatan perlu untuk mengetahui
dan mengkaji lebih jauh tentang penerapan pengetahuan budaya dalam memberikan
asuhan keperawatan. Untuk meningkatkan pengetahuan budaya, perlu kiranya
dilakukan sosialisasi, training, seminar atau workshop terkait budaya. Perlu tetap
mengasah ketrampilan berinteraksi dan bersosialisasi dengan klien/keluarga yang
memiliki latar belakang budaya yang berbeda, agar terbentuk sikap positif terkait
budaya. Mengingat pentingnya komunikasi bahasa dalam perawatan, perawat harus
memahami tehnik komunikasi. Selain itu, perawat harus memiliki pengetahuan latar
belakang budaya pasien agar dapat memahami nilai-nilai yang dipegang klien dan
menghindari misinterpretasi. Kalau memungkinkan mempekerjakan seorang
interpreter (penterjemah) dapat membantu perawat dalam melaksanakan fungsinya.
7
LAMPIRAN
Jurnal 1
8
9
Jurnal 2
10
11
12
DAFTAR PUSTAKA
Binteriawati, Y., Pahriah, T. & Nuraeni, A., 2020. "Literature Review : Pengalaman Perawat
Terkait Pelaksanaan Cultural Competence Di Ruang Intensive Care Unit”. Faletehan Health
Journal, Volume 7(1), pp. 52-61.
Lestari, S., Widodo & Sumardino, 2014. "Pendekatan Kultural Dalam Praktek Keperawatan
Profesional Di Rumah Sakit Jogja Internaional Hospital". Jurnal KesMaDaSka.
Isniati, 2013. "Kesehatan Modern Dengan Nuansa Budaya". Kajian Literatur Kesehatan, Vpl.
7(1).
13