Anda di halaman 1dari 16

PENERAPAN KEPERAWATAN TRANSKULTURAL PADA KASUS

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Transkultural
dosen pengampu Vita Lucya, M.Kep
Disusun Oleh:
Kelompok 1 S1-3C
Andalis Munawaroh Aisyah (217093)
Annisa Dwi Putri (217095)
Cindio Vega Meylany (217100)
Eva Silpia (217108)
Gina Novia Rinada (217110)
Indah Reni Stiyani (217112)
Ira Santika (217113)
Lucky Putra Pamungkas (217116)
Melvi Sulistiawati (217119)
Nisa Nuraeni Jamilah (217122)
Restie Anggraeni (217127)
Yayu Handayani Syaidar P (217137)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PPNI JABAR


S1 KEPERAWATAN
BANDUNG
2020
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah...............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................3
2.1 Kasus..................................................................................................................3
2.2 Peran Perawat.....................................................................................................3
2.3 Antisipasi Negosiasi Jika Pasien Menolak.........................................................4
2.4 Bagimana Alternative Pendekatan Kepada Pasien.............................................5
BAB III PENUTUP..........................................................................................................7
3.1 Kesimpulan........................................................................................................7
3.2 Saran..................................................................................................................7
LAMPIRAN.....................................................................................................................8
Jurnal 1...........................................................................................................................8
Jurnal 2.........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................13

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Penerapan Keperawatan pada Kasus” dan tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu.
Dalam makalah ini penulis membahas mengenai penerapan praktik keperawatan
transcultural yang biasa bahkan sering kali dijumpai pada kehidupan sehari hari
khususnya yaitu peran perawat dan antisipasi perawat dalam membantu pasien.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca sehingga dapat
membantu menunjang proses belajar para pembaca dan menjadi referensi bagi pembaca.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga tercipta pendidikan yang
sempurna.

Bandung, Juni 2020

Penyusun

i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perawat merupakan petugas kesehatan yang mempunyai peran dominan dalam


membantu pasien sembuh dari penyakit yang dideritanya. Terkait dengan budaya perawat
perlu mengetahui dan menilai keanekaragaman budaya, mempunyai kapasitas untuk
mengkaji budaya, menyadari bahwa budaya bersifat dinamis dan mempunyai adaptasi
yang terus menerus dikembangkan dalam upaya merefleksikan dan memahami
keanekaragaman budaya. Budaya di dalam di rumah sakit seringkali berbeda dengan
budaya pasien. Perbedaan budaya ini dapat menyebabkan adanya hambatan dalam
perawat menyelesaikan asuhan keperawatan, salah satunya adalah proses berkomunikasi.

Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh bersifat kompleks, abstrak dan luas.
Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur – unsur sosio-
budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia (Isniati, 2012). Beragam
budaya dapat menyebabkan proses keperawatan terhambat karena pasien
mempertahankan tradisinya begitupun perawan dengan prinsip budaya keperawatan.
Salah satu contohnya adalah pasien dan perawat yang berkomunikasi dengan berbeda
bahasa. Keterbatasan dalam berkomunikasi anarata perawat dan pasien tentunya menjadi
hambatan tetapi dapat dimodifikasi pada penerapan budaya dalam pemberian Asuhan
Keperawata.

Konflik lain yang dapat timbul adalah hambatan komunikasi efektif dan interaksi
perawat dengan klien yang berdampak stress pada perawat. Cultural Competence yang
dimiliki perawat menunjukkan pengetahuan dan pemahaman tentang budaya pasien,
menerima dan menghormati perbedaan budaya dan menyesuaikan perawatan agar selaras
dengan budaya pasien. Maka dari itu, kami membuat makalah ini untuk mencari solusi di
dalam hambatan berkomunikasi antara pasien dan perawatan.

1.2 Rumusan masalah


a. Bagaimana peran perawat pada kasus hambatan komunikasi antara pasien
dan perawat ?
b. Bagaimana alternatif pendekatan perawat kepada pasien dengan keterbatasan
komunikasi karena berbeda bahasa dengan perawat ?
1.3 Tujuan

1
a. Mengdentifikasi peran perawat pada kasus hambatan komunikasi antara
pasien dan perawat.
b. Mengidentifikasi alternatif pendekatan perawat kepada pasien dengan
keterbatasan komunikasi karena berbeda bahasa dengan perawat.

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kasus
Seorang laki-laki mengalami tabrak lari, pasien masuk ke ruangan IGD dan
mengalami fraktur dan trauma abdomen sehingga perlu dilakukan tindakan
laparatomi. Dilihat dari ciri-cirinya, pasien adalah seorang keturunan arab. Pasien
berteriak-teriak memintaminum dalam Bahasa Inggris. Perawat berusaha menjelaskan
bahwa pasien tidak boleh minum. Pasien tidak dapat berbahasa Indonesia dengan
baik sementaradi ruang perawatan tidak ada perawat yang lancer berbahasa inggris.

2.2 Peran Perawat

Memberikan pelayanan yang terbaik juga menjadi alasan pentingnya


perawat memiliki pengetahuan budaya. Perbedaan budaya, etnis dan bahasa
berdampak pada bagaimana seseorang atau kelompok mem- peroleh dan
menggunakan atau memanfaat- kan pelayanan kesehatan atau social. Selain itu
perbedaan-perbedaan tersebut juga akan mengakibatkan kendala bagi efektifitas in-
tervensi perawatan kesehatan . Hal ini benar ketika para praktisi kesehatan atau
perawat melakukan misinterpretasi, membuat asum- si yang salah atau sebaliknya
salah dalam melakukan sesuatu terhadap seseorang atau kelompok yang dipandang
berbeda istilah menurut latar belakang (budaya) dan pengal- amannya mereka. Jadi
hal tersebut akan men- gakibatkan pelayanan keperawatan menjadi tidak efektif dan
tidak berkualitas (Galanti, 2000). Hal tersebut tentu saja akan dapat di- hindari
apabila perawat yang memilki penge- tahuan budaya menyadari dan mampu mene-
mukan perbedaan budaya, mengintegrasikan pengetahuan budaya dengan cara yang
tepat akan membuat perawatan menjadi efektif Selanjutnya, kebutaan budaya
yang dialami perawat akan berakibat pada penurunan kual- itas pelayanan yang
diberikan.

Selain itu sumber data lainnya me- nyampaikan alasan mengapa perawat
perlu mempunyai pengetahuan tentang suatu buda- ya. Alasannya adalah
mengurangi komplain, rasa tak nyaman atau mencegah kesalahpa- haman atau
misunderstanding juga merupak- an salah satu alasan. Komplain sebetulnya
merupakan hal biasa dalam bisnis jasa, tidak terkecuali jasa pelayanan keperawatan.
Kom- plain akan terjadi manakala harapan tidak sesuai dengan kenyataan atau ada

3
masalah. Sumber masalah di pelayanan keperawatan tentu saja sangat bervariasi,
bisa bersumber dari perawat, pasien-keluarga atau rumah sakit tempat pasien
dirawat.

Misunderstanding dapat terjadi aki- bat perbedaan budaya dan nilai-nilai


antara pasien dan perawat. Menurut Galant pen- getahuan tentang budaya dapat
membantu menghindari misunderstanding dan dapat memberikan pelayanan lebih
baik (Galanti, 2000).

Jadi pengetahuan tentang budaya merupakan factor penting pada semua


tingkat praktek keperawatan. Adanya konflik kul- tural ataupun stress kultural
mereflkesika ad- anya kurang pengetahuan perawatan kultural untuk memberikan
perawatan , rasa aman, tanggungjawab yang kongruen dengan kebu- dayaan.
Pengetahuan tentang suatu budaya dan dampaknya terhadap interaksi dengan
pelayanan kesehatan merupakan hal esensial bagi perawat, karena pengetahuan dan
ket- rampilan tersebut akan makin menguatkan dan meluaskan system pemberian
pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengetahui tentang bagaimana kelompok
budaya tertentu me- mahami proses kehidupan, mendefinisikan sehat-sakit,
mempertahankan kesehatan dan keyakinan mereka tentang penyebab penya- kit dan
sebagainya (Anonim, 1990).

2.3 Antisipasi Negosiasi Jika Pasien Menolak

Perawat bersikap menghargai budaya kliennya atau keluarganya. Mereka


berusaha untuk memahami budaya – budaya klien yang sangat variatif, walaupun
budaya san- gat berbeda jauh. Menurut Leninger, manu- sia mempunyai hak untuk
difahami, dihargai, dimengerti dan digunakan budayanya dalam perawatan. Oleh
karena itu seorang perawat kesehatan seyogyanya mempunyai kemam- puan untuk
mengerti dan memahami pasien- pasiennya (Leinager, 1989). Ketidakmam- puan
perawat untuk memahami pasien bisa berakibat masalah. Sumber utama masalah
dalam merawat pasien dari latar belakang budaya yang berbeda adalah adanya
ketida- kmengertian dan tidak adanya rasa toleransi Sehingga adanya pengertian
dari perawat dan upaya penyesuaian diri akan mengurangi atau mencegah
permasalahan-permasalahan yang tidak perlu terjadi.

Selanjutnya, ANA menjelaskan bahwa perawat harus memper- timbangkan


factor budaya yang mempenga- ruhi kliennya dan menggunakan pengetahuan
tentang budayanya untuk mengembang- kan atau menyusun nursing care plan dan

4
mengimplementasikan tindakan perawatan (Anonim, 1990). Kadang-kadang
perawat juga mem- biarkan keluarga melakukan suatu ritual tertentu untuk
kesembuhan pasiennya.Hal tersebut sesuai dengan teori Leinenger. Menurut
Leninger, budaya pasien perlu di- pertahankan bila budaya pasien tidak berten-
tangan dengan kesehatan. Perencanaan dan Implementasi keperawatan diberikan
sesuai nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat
meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya. Tetapi perawat juga akan
bernegosiasi dan atau melarang keluarga atau pasien apabila mereka melakukan
suatu kegiatan yang tidak terjamin keamanannya atau tidak diijinkan dokter.

Negosiasi atau akomodasi perawatan kultural mengacu pada semua


bantuan, fasili- tas dan dukungan atau pembuatan keputusan dan tindakan
profesional yang menolong ma- syarakat sesuai adaptasi kebudayaan mereka untuk
mencapai hasil kesehatan yang men- guntungkan. Selanjutnya, menurut Leninger,
perawat perlu melakukan restrukturisasi budaya bila budaya yang dimilikinya
merugi- kan status kesehatan dan apabila hal tersebut tidak berhasil, perawat akan
memberikan in- form consent yang wajib ditandatangani oleh pasien maupun
keluarga. Restrukturisasi bu- daya perlu dilakukan untuk menolong klien mengubah
atau memodifikasi cara hidup klien agar lebih baik dan memperoleh pola perawatan
yang lebih menguntungkan dengan menghargai keyakinan dan nilai yang dimiliki
klien sesuai budayanya.

2.4 Bagimana Alternative Pendekatan Kepada Pasien

Identifikasi budaya merupakan bagian dan langkah awal ketika seorang


perawat akan melakukan pengkajian. Hal tersebut ses- uai dengan pendapat Cross,
dkk bahwa mem- berikan acuan lima elemen budaya yang per- lu diketahui dan
mampu diimplementasikan oleh perawat dalam intervensi keperawatan, yaitu
menilai keanekaragaman budaya, memiliki kapasitas assessment budaya, me-
nyadari budaya bersifat dinamis, mempunyai pengetahuan budaya dan mempunyai
adaptsi yang terus menerus dikembangkan dalam upaya merefleksi dan memahami
keanek- aragaman budaya (Cross, 1989). Dalam kegiatan pengkajian perawat
sekaligus mengin- dentifikasi pasien sehingga minimal dapat diketahui latar
belakang budaya pasien. Dengan demikian secara otomatis perawat akan dapat
menyusun perencanaan keperawatan sesuai dengan latar belakang budaya pasien.
Selanjutnya, perawat mungkin akan mengha dapi tantangan ketika budaya pasien

5
ternyata beda dengan perawat. Namun demukian per- awat seharusnya mampu
menyesuaikan diri dlam situasi tersebut.

Selanjutnya, Meyer, 1996, memberikan tuntutan empat hal yang harus


dipun- yai seorang perawat sebagai provider dalam mengimplmentasikan asuhan
keperawatan yaitu mempunyai kapabilitas menghadapi tantangan langsung
perbedaan klinis dari klien yang bebeda suku dan ras, mempunyai kemmapuan
komunikasi dalam menghadapi klien yang beraneka ragam latarbelakang,
mempunyai kapabilitas dalam bidang ethics dan menumbuhkan kepercayaan.

Setiap perawat kritis harus berperan aktif dalam memperoleh basis


informasi untuk mengembangkan cultural competence. Kemampuan untuk
memberikan asuhan keperawatan yang efektif dalam interaksi dan pengembangan
keputusan yang tepat untuk pasien - pasien dari beragam budaya, ras, dan latar
belakang etnis (Flower, 2004). Lima rekomendasi utama untuk meningkatkan
cultural competence perawat kritis yakni melibatkan keluarga selama proses
perawatan, menggunakan juru bahasa untuk interpretasi yang akurat penyakit dan
rasa sakit, mempertahankan tim yang beragam secara budaya sehingga mampu
menjelaskan prosedur dan diagnosis pada pasien dan rekomendasi kelima adalah
mengakui keragaman budaya.

Dalam penelitian ini ditemukan Tema utama, 'konflik antara praktik


keperawatan profesional dan tradisi budaya keluarga', didasarkan pada tiga pasang
tema yang saling bertentangan: 'kebutuhan berbasis budaya untuk berpartisipasi
aktif dalam persepsi profesional perawat vs perawat tentang diri mereka sebagai
penyedia layanan total'; ‘Kewajiban profesional perawat untuk memberikan
informasi yang dapat dipahami vs. kesulitan komunikasi berbasis budaya dan
respons terhadap penyakit’; dan kebutuhan ‘keluarga’ untuk norma budaya dan
penentuan nasib sendiri vs tanggung jawab profesional perawat untuk lingkungan
klinis. Selain itu, setiap pasangan tema berisi beberapa sub-tema. Hasil yang
didapatkan dari penelitian ini didapatkan bahwa konteks dapat mempromosikan
atau mengganggu proses memperoleh kompetensi budaya, yang pada akhirnya
mempengaruhi kualitas hasil perawatan kesehatan dan kesehatan.

6
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengetahuan budaya sangat diperlukan oleh perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan. Hal tersebut dapat memudahkan perawat untuk menyesuaikan
diri, menghindari misunderstanding, mencegah komplain dan rasa tidak nyaman serta
memberikan pelayanan keperawatan yang lebih baik. Hambatan komunikasi bahasa
dan perbedaan persepsi dirasakan oleh perawat di rumah sakit, terutama apabila
berhadapan dengan klien dari mancanegara yang tidak mampu berbahasa Indonesia
maupun bahasa Inggris. Lima rekomendasi untuk meningkatkan kompetensi budaya
ditekankan dalam mayoritas artikel: (1) melibatkan keluarga selama proses
perawatan; (2) menggunakan juru bahasa untuk interpretasi akurat penyakit dan rasa
sakit; (3) mempertahankan tim penyedia yang beragam secara budaya; (4) menjadi
jelas dalam komunikasi prosedur dan diagnosis; (5) mengakui keragaman budaya.

3.2 Saran
Oleh karena itu, perawat/mahasiswa keperawatan perlu untuk mengetahui
dan mengkaji lebih jauh tentang penerapan pengetahuan budaya dalam memberikan
asuhan keperawatan. Untuk meningkatkan pengetahuan budaya, perlu kiranya
dilakukan sosialisasi, training, seminar atau workshop terkait budaya. Perlu tetap
mengasah ketrampilan berinteraksi dan bersosialisasi dengan klien/keluarga yang
memiliki latar belakang budaya yang berbeda, agar terbentuk sikap positif terkait
budaya. Mengingat pentingnya komunikasi bahasa dalam perawatan, perawat harus
memahami tehnik komunikasi. Selain itu, perawat harus memiliki pengetahuan latar
belakang budaya pasien agar dapat memahami nilai-nilai yang dipegang klien dan
menghindari misinterpretasi. Kalau memungkinkan mempekerjakan seorang
interpreter (penterjemah) dapat membantu perawat dalam melaksanakan fungsinya.

7
LAMPIRAN
Jurnal 1

8
9
Jurnal 2

10
11
12
DAFTAR PUSTAKA

Binteriawati, Y., Pahriah, T. & Nuraeni, A., 2020. "Literature Review : Pengalaman Perawat
Terkait Pelaksanaan Cultural Competence Di Ruang Intensive Care Unit”. Faletehan Health
Journal, Volume 7(1), pp. 52-61.
Lestari, S., Widodo & Sumardino, 2014. "Pendekatan Kultural Dalam Praktek Keperawatan
Profesional Di Rumah Sakit Jogja Internaional Hospital". Jurnal KesMaDaSka.
Isniati, 2013. "Kesehatan Modern Dengan Nuansa Budaya". Kajian Literatur Kesehatan, Vpl.
7(1).

13

Anda mungkin juga menyukai