Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

TRANSKULTURAL DALAM KEPERAWATAN: GLOBALISASI &


PERSPEKTIF TRANSKULTURAL

Dosen Pengampu :
Sri Widowati, M. Kep.

Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
1. Nur Alisa Tri Damayanti (202210420311114)
2. Reni Setyowati (202210420311183)
3. Naurah Salsabil Gunawan (202210420311189)
4. Ayu Permata Sari (202210420311191)
5. Moh. Amir Firdaus (202210420311209)
6. Nurul Septiani Wulan Sari (202210420311228)

PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
berjudul Transkultural dalam Keperawatan: Globalisasi & Perspektif Transkultural
dengan tepat waktu.
Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan
makalah ini maka kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sri Widowati,
M.Kep., selaku dosen pengampu Mata Kulaih Psikososial & Budaya Dalam
Keperawatan.
Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan. Dalam
penulisan makalah ini, kami mengalami banyak kesulitan maupun hambatan.
Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak, kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan kepada para pembaca untuk
senantiasa memberi masukan, kritikan, dan saran guna kesempurnaan karya tulis
ini. Akhir kata, kami berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pihak

Malang, 15 April 2023


Penyusun

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN .................................................................................................. 2
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 3
BAB II ..................................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 4
2.1 Definisi Transkultural dan Globalisasi dalam Keperawatan .................... 4
2.2 Paradigma Transkultural dalam Keperawatan.......................................... 5
2.3 Prinsip Dasar Transkultural dalam Keperawatan ..................................... 6
2.4 Faktor yang Memengaruhi Transkultural dalam Keperawatan ................ 8
BAB III ................................................................................................................. 10
PEMBAHASAN ................................................................................................... 10
3.1 Review Jurnal Pertama ................................................................................ 10
3.2 Review Jurnal Kedua ................................................................................... 11
3.3 Review Jurnal Ketiga .................................................................................. 12
3.4 Review Jurnal Keempat............................................................................... 12
3.5 Review Jurnal Kelima ................................................................................. 13
BAB IV ................................................................................................................. 14
PENUTUP ............................................................................................................. 14
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 14
4.2 Saran ....................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menjadi seorang perawat bukanlah tugas yang mudah. Perawat terus
ditantang oleh perubahan-perubahan yang ada, baik dari lingkungan
maupun klien. Dari segi lingkungan, perawat selalu dipertemukan dengan
globalisasi. Terjadinya perpindahan penduduk menuntut perawat agar dapat
menyesuaikan diri dengan perbedaan budaya. Tuntutan itulah yang
memaksa perawat agar dapat melakukan asuhan keperawatan yang bersifat
fleksibel di lingkungan yang tepat. Penting untuk setiap tenaga kesehatan
profesional termasuk perawat untuk mengetahui dan bertindak dengan
perspektif global bagaimana merawat pasien dengan berbagai macam latar
belakang kultur atau budaya yang berbeda dari berbagai tempat di dunia saat
ini. Penanganan pasien dengan latar budaya disebut dengan transcultural
nursing.
Perspektif Transkultural dalam Keperawatan dalam buku Leininger
dan McFarland (2002) “Transcultural Nursing: Concepts, Theories,
Research and Practice” Third Edition, keperawatan transkultural
(transcultural nursing) adalah suatu area atau wilayah keilmuan budaya
pada proses belajar dan praktik keperawatan yang fokus memandang
perbedaan dan kesamaan antara budaya dengan menghargai asuhan sehat
dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan,
dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya
budaya atau keutuhan budaya pada manusia. Proses keperawatan
transkultural diaplikasikan untuk mengurangi konflik perbedaan budaya
atau lintas budaya antara perawat sebagai profesional dan pasien.
Dalam semua situasi perawatan kesehatan, pemahaman budaya dan
komunikasi interpersonal merupakan pilar fundamental untuk perawatan.
Perawat yang bekerja dalam pengaturan budaya yang beragam memiliki
pengetahuan dan pengalaman yang berharga dalam komunikasi budaya

2
interpersonal. Meskipun demikian, ada kekurangan deskripsi oleh perawat
tentang pengalaman dan pengetahuan mereka dalam berkomunikasi dan
merawat pasien dengan latar belakang budaya yang berbeda (Larsen et al.,
2021).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan keperawatan transkultural dan globalisasi
dalam pelayanan kesehatan?
2. Apa yang dimaksud dengan konsep dan prinsip dalam asuhan
keperawatan transkultural?
3. Bagaimana pengaruh/faktor transkultural dalam keperawatan?
4. Bagaimana peangplikasian konsep dan prinsip keperawatan
transkultural pada kehidupan manusia

1.3 Tujuan Penulisan


1. Menjelaskan definisi transkultural dan globalisasi dalam keperawatan
2. Mampu memaparkan perspektif transkultural dalam keperawatan
berkaitan dengan globalisasi dan pelayanan kesehatan
3. Menjelaskan konsep dan prinsip dalam asuhan keperawatan
transkultural
4. Mengetahui dan memahami faktor yang mempengaruhi transkultural
dalam keperawatan
5. Dapat mengaplikasikan konsep dan prinsip transkultural nursing di
sepanjang fase kehidupan manusia.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Transkultural dan Globalisasi dalam Keperawatan


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia budaya adalah pikiran, akal
budi, adat istiadat atau sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah
sulit diubah. Transkultural mengandung arti lintas budaya dimana budaya
yang satu dapat mempengaruhi budaya yang lain. Budaya merupakan salah
satu perwujudan atau bentuk interaksi yang nyata sebagai manusia yang
bersifat sosial. Pola kehidupan yang berlangsung lama, diulang terus
menerus merupakan internalisasi dari nilai-nilai yang mempengaruhi
pembentukan karakter pola pikir, pola interaksi perilaku yang memiliki
pengaruh pada pendekatan intervensi keperawatan. Salah satu teori yang
diungkapkan pada midle range theory adalah Transcultural Nursing Theory
(Leininger, 1978). Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan
dikembangkan dalam konteks keperawatan. Dasar teori adalah pemahaman
tentang adanya perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam
masyarakat. Leininger beranggapan penting memperhatikan
keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan
keperawatan kepada klien oleh perawat, bila tidak terjadi cultural shock.
Cultural shock akan dialami klien ketika kondisi perawat tidak mampu
beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan ini
menyebabkan munculnya rasa ketidakberdayaan dan beberapa mengalami
disorientasi seperti pada kasus nyeri.
Keperawatan transkultural merupakan area baru yang akhir-akhir ini
sedang ditekankan pentingnya budaya terhadap pelayanan keperawatan.
Aplikasi teori dalam keperawatan transkultural mengharapkan adanya
kesadaran dan apresiasi terhadap perbedaan budaya. Perbedaan budaya
memberikan pengaruh dalam pemberian asuhan keperawatan yang
menuntut pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan dengan
menghargai nilai budaya individu. Oleh karena itu diharapkan perawat
memiliki pengetahuan dan praktik yang berdasarkan budaya secara konsep

4
maupun dalam praktik keperawatan. Menurut Leininger (2002)
Transkultural keperawatan adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya
pada belajar dan praktik keperawatan yang fokus memandang perbedaan
dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit
didasarkan pada nilai budaya kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini
digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau
keutuhan budaya kepada manusia (Harmoko dan Riyadi, 2016).

2.2 Paradigma Transkultural dalam Keperawatan


Pengertian paradigma keperawatan transkultural Leininger (1985)
mengartikan paradigma keperawatan transkultural sebagai cara pandang,
keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan
keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat
konsep sentral keperawatan (Andrew and Boyle, 1995), yaitu manusia,
sehat, lingkungan dan keperawatan.
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki
nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan
pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki
kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat
dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).
Setiap budaya manusia memiliki pengetahuan & praktik keperawatan
tradisional & biasanya pengetahuan dan praktik perawatan profesional, yg
berbeda-beda secara transkultural atau individual Nilai-nilai asuhan budaya,
keyakinan, dan praktik dipengaruhi oleh & cenderung terikat dgn
pandangan dunia, bahasa, filosofi, agama (spiritualitas), kekerabatan, sosial,
politik, hukum, pendidikan, ekonomi, teknologi, riwayat etnis, dan
lingkungan dari konteks budaya.
Sehat adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam
mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat dan sakit. Kesehatan
merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya
yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat
yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat

5
mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat
dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995).

2.3 Prinsip Dasar Transkultural dalam Keperawatan


Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada saat
ini, termasuk tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan
semakin tinggi. Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk
antar negara menyebabkan adanya pergeseran terhadap tuntutan asuhan
keperawatan. Sehingga, perawat tidak hanya dituntut untuk bisa
berkembang pada masa kini tapi perawat pun harus berkembang dari masa
lalu, seperti kebudayaan klien, latar belakag klien, dan lain sebagainya.
Menurut J.N Giger dan Davidhizar konsep dan prinsip dalam asuhan keperawatan
ada beberapa, antara lain:
1. Budaya
Norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang
dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan
mengambil keputusan.

2. Cultural

Seseorang yang memiliki pertentanan antara dua individu dari


budaya, gaya hidup, dan hukum hidup. Contohnya, Didin adalah anak yang
dilahirkan dari pasangan suku sunda dan batak.

3. Diversity

Diversity atau keragaman budaya adalah suatu bentuk yang ideal


dari asuhan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan
budaya individu, kepercayaan, dan tindakan.

4. Etnosentris

Persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa


budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh
orang lain.

5. Ras

6
Perbedaan manusia didasarkan pada asal muasal manusia.

6. Cultural shock

Suatu keadaan yang dialami klien pada suatu kondisi dimana


perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan
kepercayaan. Hal ini dapat menyebabkan munculnya rasa
ketidaknyamanan, ketidakberdayaan dan beberapa mengalami
disorientasi.

7. Diskriminasi

Perbedaan perlakuan individu atau kelompok berdasarkan ras,


etnik, jenis kelamin, sosial, dan lain sebagainya.

8. Sterotyping

Anggapan suatu individu atau kelompok bahwa semua anggota


dari kelompok budaya adalah sama. Seperti, perawat beranggapan bahwa
semua orang Indonesia menyukai nasi.

9. Assimilation

Suatu proses individu untuk membangun identitas


kebudayaannya, sehingga akan menghilangkan budaya kelompoknya dan
memperoleh budaya baru.

10. Perjudice

Adalah prasangka buruk atau beranggapan bahwa para pemimpin


lebih suka untuk menghukum terlebih dahulu suatu anggota.

Budaya dipandang penting karena pelayanan yang diberikan akan


berkualitas jika perawat dapat menyesuaikan diri dengan budaya dan kepercayaan
klien. Selayang pandang tentang konsep budaya dan keyakinan suatu bangsa dalam
menggunakan tanaman herbal sebagai obat yaitu: etnis Korea menggunakan
ginseng (ginseng panax) sebagai herba untuk meningkatkan stamina, sedangkan di
timur tengah pada masyarakat muslim di Arab menggunakan jintan hitam (nigella
sativa L) sebagai herba untuk meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas) berbeda

7
pula pada kebudayaan India yang sering menggunakan Delima (dadima punica
granatum) sebagai herbal untuk meningkatkan kekebalan tubuh. Jika perawat dapat
berfikir secara kritis dan mampu beradaptasi pada perbedaan budaya transkultural
diberbagai negara, maka layanan keperawatan yang diberikan akan lebih
berkualitas.
Pada konsep keperawatan holistic, seorang perawat meyakini bahwa pasien
adalah pusat pengambil keputusan, meskipun perawat senantiasa mendampingi
pasien untuk mengambil keputusan tersebut. Perawat tidak dibenarkan
memaksakan kehendaknya kepada pasien, namun perawat dapat memberikan
alternative atau pilihan jawaban dari masalah yang dihadapi pasien guna membantu
pasien mengidentifikasi prioritas masalah yang dihadapinya.

2.4 Faktor yang Memengaruhi Transkultural dalam Keperawatan


Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “Sunrise
Model” yaitu :
1. Faktor teknologi
Meliputi teknologi apa saja yang dimanfaatkan atau digunakan oleh
keluarga untuk mengatasi masalah kesehatannya. Mengenai Persepsi
tentang penggunaan teknologi untuk mengatasi permasalahan
kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, persepsi sehat sakit,
kebiasaan berobat dan mengatasi masalah kesehatan.
2. Faktor agama dan filosofis
Agama yang dianut, kebiasaan pemeluk agama yang berdampak
positif terhadap kesehatan, kebiasaan yang berdampak positif
terhadap kesehatan, upaya mencari bantuan kesehatan, konsep diri
yang utuh, status pernikahan, persepsi klien terhadap kesehatan, cara
beradaptasi terhadap situasi saat ini, cara pandang klien terhadap
penyebab penyakit, cara pengobatan dan cara penularan terhadap
orang lain.
3. Faktor kekerabatan dan sosial
Nama lengkap dan nama panggilan, marga, usia atau tempat tanggal
lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, tumbuh kembang keluarga,

8
pengambilan keputusan dalam anggota keluarga, hubungan klien
dengan KK, kebiasaan rutin yang dilakukan oleh keluarga.
4. Faktor nilai budaya dan gaya hidup
Posisi atau jabatan, bahasa yang digunakan, bahasa nonverbal yang
sering ditunjukkan klien, kebiasaan membersihkan diri, kebiasaan
makan, pantang terhadap makanan tertentu yang terkait dengan
kondisi tubuh, sarana hiburan yang dimanfaatkan, persepsi sakit
berkaitan dengan aktivitas sehari-hari.
5. Faktor politis dan legal
Peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung,
jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran
untuk klien yang dirawat.
6. Faktor ekonomi
Pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, kebiasaan menabung dan
jumlah tabungan sebulan.
7. Faktor pendidikan
Tingkat pendidikan terakhir, pelatihan yang pernah didapat, jenis
pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri.

9
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Review Jurnal Pertama


Dari hasil penelitian Ning et all (2023) dengan judul A preliminary research
on transcultural capacity in global public health: from the view of public health
professionals adaptasi transkultural adalah premis untuk mendapatkan
kepercayaan dan mencapai kerjasama, dapat kondusif bagi para profesional
bantuan kesehatan untuk berintegrasi ke dalam kehidupan budaya lokal,
memfasilitasi mereka kerja bantuan asing menjadi efektif dan efisien, serta
memberikan pengalaman dengan baik. Para peserta berharap untuk
menerapkan konsep tersebut ke dalam tindakan. Trans-kultur diperkenalkan ke
dalam survei epidemiologi untuk pertama kalinya. Empat dimensi kompetensi
transkultural (kesadaran dan refleksifitas, validasi kultural dan struktural,
sensitivitas dan keterwakilan) dipertimbangkan dalam tiga tahap. Temuan pada
penilitian dijurnal ini menunjukkan bahwa minat dan perhatian pada kapasitas
transkultural telah mendapatkan fokus professional kesehatan masyarakat.
Mereka melihat bahwa hubungan antara kapasitas transkultural dan GPHAC
saling terkait dan bergerak secara beriringan satu sama lain. Para peserta
mengusulkan untuk mengambil inisiatif untuk memperkuat dan menampilkan
kemampuan transkultural dalam praktik kesehatan masyarakat global. Mereka
juga menunjukkan pandangan mereka tentang persepsi makro dari kapasitas
transkultural sehubungan dengan kesehatan masyarakat global, yang
melibatkan pekerjaan bantuan kesehatan, kerja sama yang saling
menguntungkan, dan kebiasaan lokal negara tersebut, dll. Semua ini tercakup
dalam prinsip kesehatan masyarakat global. praktik tetapi tidak membatasi
keterampilan individu untuk layanan kesehatan.Kesimpulannya pentingnya
kompetensi transkultural di GPHAC menjadi konsensus profesional kesehatan
masyarakat. Peningkatan kompetensi transkultural tercermin dalam sikap
kesehatan masyarakat serta kesehatan lainnya.

10
3.2 Review Jurnal Kedua
Dari hasil penelitian (Vaughn et al., 2022) dengan judul Creating
inclusive learning envirunments for Chinese and American pediatric nursing
students , menjelaskan pengembangan dan implementasi proyek dan
mengevaluasi perspektif siswa tentang pengaruh simulasi terhadap
peningkatan kesadaran akan keragaman, kesetaraan, dan inklusi. Hasil dari
penelitian, siswa melaporkan simulasi virtual berdampak positif pada
pembelajaran mereka dan menikmati kesempatan untuk menavigasi melalui
scenario virtual secara kolaboratif sambil mendiskusikan persamaan dan
perbedaan budaya. Temuan menunjukkan bahwa simulasi transcultural
meningkatkan pengetahuan siswa tentang kompetensi budaya dan pemahaman
tentang konstruksi keragaman, kesetaraan, dan inklusi. Sementara ada bukti
yang luas tentang efektivitas simulasi dalam Pendidikan keperawatan, Ada
bukti penggunaan simulasi virtual untuk meningkatkan pengetahuan
mahasiswa keperawatan dengan menggungakan konsep diversity, equity, and
inclusion (DEI) serta kemampuan mahasiswa keperawatan untuk
meningkatkan kompetensi budaya (its ability to improve cultural
competence).Diperlukan evaluasi berbasis bukti dari simulasi virtual dan
kegiatan pembekalan reflektif yang dirancang untuk menggabungkan dan
mengeksplorasi konsep keragaman, kesetaraan, dan inklusi untuk membantu
siswa mengasimilasi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang kompeten
secara budaya untuk membimbing dan meningkatkan praktik masa depan
mereka. Peneliti menjelaskan pengembangan dan implementasi kegiatan
simulasi virtual transcultural dan mengevaluasi refleksi mahasiswa
keperawatan tentang bagaimana pengalaman simulasi ini meningkatkan
kesadaran dan pengetahuan tentang DEI. Tujuan simulasi adalah untuk
melibatkan mahasiswa keperawatan secara virtual dalam krisis perawatan
kesehatan global kontemporer, membangun hubungan di antara mahasiswa
keperawatan untuk memungkinkan eksplorasi kesamaan budaya dan perbedaan
dalam asuhan keperawatan, mengembangkan pengetahuan mahasiswa
keperawatan terkait konstruksi DEI yang menjadi landasan kompetensi
budaya, memungkinkan perawat menemukan cara dimana cultural competence

11
(kompetensi budaya) dapat membentuk tindakan keperawatan praktik klinis
mereka di masa depan. Proyek simulasi adalah bagian dari kursus efektif empat
sesi yang ditawarkan selama empat minggu kepada mahasiswa keperawatan di
sekolah keperawatan Cina dan Amerika.

3.3 Review Jurnal Ketiga


Perawat kesehatan masyarakat di lembaga kesehatan masyarakat, seperti
puskesmas masyarakat, berada di garis depan penyediaan pelayanan kesehatan
masyarakat yang berfokus pada keragaman budaya untuk memenuhi
kebutuhan klien multikultural; oleh karena itu, kompetensi budaya diperlukan
Budaya adalah kemampuan untuk memberikan kompetensi yang efektif, aman,
dan berkualitas kepada individu dari latar belakang budaya yang beragam, dan
merupakan proses evolusi dinamis dan evolusi mengingat beragam budaya
Peningkatan kompetensi budaya perawat akan mengurangi ketidaksetaraan
medis dalam aktivitas yang terkait dengan pola hosi pasien, dan standar.
Melalui hal ini, kepuasan pasien dan kepercayaan masyarakat terhadap layanan
kesehatan, dan kualitas hidup, ditingkatkan, dan kesehatan masyarakat dapat
semakin improvedin masyarakat yang semakin multikultural, kompetensi
budaya perawat kesehatan masyarakat sangat penting untuk perawatan, yang
merupakan tujuan transbudaya secara budaya keperawatan.

3.4 Review Jurnal Keempat


Penyalahgunaan obat resep di masyarakat menjadi masalah serius di dunia.
Kasus ini disebabkan oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal,
terutama faktor budaya. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi
masalah ini tetapi belum menunjukkan hasil yang optimal. Penelitian ini
dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor tersebut terkait dengan
penyalahgunaan narkoba di masyarakat berdasarkan teori keperawatan
transkultural. Penelitian ini dilakukan di dua desa di Provinsi Kalimantan
Selatan Indonesia, menggunakan desain penelitian korelasional dengan
pendekatan cross-sectional.

12
3.5 Review Jurnal Kelima
Keperawatan transkultural melibatkan pemahaman tentang budaya pasien,
termasuk keyakinan, nilai- nilai, praktik, dan norma- norma budaya mereka.
Prinsip ini menekankan pentingnya memahami latar belakang budaya pasien
untuk memberikan perawatan yang sesuai. Dapat menggunakan bahasa dan
metode komunikasi yang dapat dimengerti oleh pasien dan berbagai budaya.
Melibatkan adaptasi praktek keperawatan yang mencerminkan budaya pasien
dengan menyediakan makanan/ obat- obatan yang sesuai dengan kepercayaan/
diet pasien.

13
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar negara
menyebabkan adanya pergeseran terhadap tuntutan asuhan keperawatan.
Aplikasi teori dalam keperawatan transkultural mengharapkan adanya
kesadaran dan apresiasi terhadap perbedaan budaya. Setiap budaya manusia
memiliki pengetahuan dan praktik keperawatan tradisional dan biasanya
pengetahuan dan praktik perawatan profesional, yang berbeda-beda secara
transkultural atau individual Nilai-nilai asuhan budaya, keyakinan, dan
praktik dipengaruhi oleh dan cenderung terikat dgn pandangan dunia,
bahasa, filosofi, agama (spiritualitas), kekerabatan, sosial, politik, hukum,
pendidikan, ekonomi, teknologi, riwayat etnis, dan lingkungan dari konteks
budaya. Perbedaan budaya memberikan pengaruh dalam pemberian asuhan
keperawatan yang menuntut pada kemungkinan variasi pendekatan
keperawatan dengan menghargai nilai budaya individu.

4.2 Saran
Diharapkan perawat memiliki pengetahuan dan praktik yang
berdasarkan budaya secara konsep maupun dalam praktik keperawatan.
Karena penting untuk setiap tenaga kesehatan profesional termasuk
perawat untuk mengetahui dan bertindak dengan perspektif global
bagaimana merawat pasien dengan berbagai macam latar belakang kultur
atau budaya yang berbeda dari berbagai tempat di dunia saat ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Larsen, R., Mangrio, E., & Persson, K. (2021). Interpersonal Communication in


Transcultural Nursing Care in India : A Descriptive Qualitative Study.
Jounal of Transcultural Nursing 2021 Jul; Vol 32(4) 310-317.
https://doi.org/10.1177/1043659620920693

Wibowo Hanafi Ari Susanto, R. T. (2023). Keperawatan Transkultural. (S. N. Dr.


Neila Sulung, Ed.) Padang: PT Global Eksekutif Teknologi.

Ning, F. X. (2023). A Preliminary Research on Transcultural Capacity in Global


Public Health: from The View of Public Health Professionals. BMC Public
Health, 1, 23. doi:https://doi.org/10.1177/1043659620920693

Tarmizi, Y. d. (2020). Causative Factors of Increasing Prescription Drug Abuse


based on Transcultural Nursing Theory. Indian Journal of Forensic
Medicine & Toxicology, 14.

Vaughn, J., Lin, Y., Leonard, C., Yang, H., Mancuso, J., Blodgett, N. P., Brisson,
R., & Molloy, M. A. (2022). Creating Inclusive Learning Environments for
Chinese and American Pediatric Nursing Students. Clinical Simulation in
Nursing, 71, 19–25. https://doi.org/10.1016/j.ecns.2022.07.003

15

Anda mungkin juga menyukai