Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

TRANSKULTURAL DALAM KEPERAWATAN :

APLIKASI TRANSCULTURAL NURSING SEPANJANG DAUR


KEHIDUPAN MANUSIA DAN APLIKASI TRANSCULTURAL NURSING
DALAM BERBAGAI MASALAH
KESEHATAN PASIEN
Dosen Pengampu: Agung Budiyanto, S.Psi., M.Psi

Oleh :
Kelompok 14
1. Siti Maesaroh (1023032036)
2. Syifaul Afiah (1023032038)
3. Wafa Apipah Utami (1023032037)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN TRANSFER


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS FALETEHAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunainya sehingga kelompok 14 Mata Kuliah Psikososial dan Budaya Dalam
Keperawatan dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Transcultural Dalam
Keperawatan: Aplikasi Transcultural Nursing Sepanjang Daur Kehidupan
Manusia dan Aplikasi Transcultural Nursing dalam Berbagai Masalah Kesehatan
Pasien dengan baik dan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Terima kasih
kami ucapkan kepada Bapak Agung Budiyanto, S.Psi., M.Psi yang telah
membimbing dan memotivasi kelompok kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami juga berterima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa/mahasiswi Universitas
Faletehan yang telah memberikan kritik maupun saran untuk menulis makalah ini
sesuai dengan yang diharapkan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
dalam pembelajaran Trancultural Nursing yang bertujuan agar mahasiswa mampu
menganalisis fenomena budaya kesehatan pasien dan menerapkan konsep dan
prinsip transkultural yang sesuai. Semoga makalah ini memenuhi kriteria
penilaian dan bermanfaat bagi pembaca.

Serang, 12 Oktober 2023

Penyusun,
(Kelompok 14)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................1

A. Latar Belakang .......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...................................................................................................2

C. Tujuan ....................................................................................................................2

D. Manfaat ..................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................4

A. Pengertian ...........................................................................................................4

B. Tujuan Penggunaan KeperawatanTranskultural....................................................5

C. Konsep Dalam Keperawatan Transkultural ..........................................................5

D. Paradigma Transkultural Nursing.........................................................................8

E. Proses Keperawatan Transkultural .......................................................................9

F. Aplikasi Konsep dan Prinsip Transcultural Nursing Sepanjang Daur Kehidupan


Manusia .................................................................................................................... 13

BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 20

A. Kesimpulan ....................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring berkembangnya zaman di era globalisasi saat ini, terjadi
peningkatan jumlah penduduk baik populasi maupun variasinya. Keadaan ini
memungkinkan adanya multikultural atau variasi kultur pada setiap wilayah.
Tuntutan kebutuhan masyarakat akan multikultural atau variasi kultur pada setiap
wilayah. Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang
berkualitas pun semakin tinggi. Hal ini menuntut setiap tenaga kesehatan
profesional termasuk perawat untuk mengetahui dan bertindak setepat mungkin
kesehatan profesional termasuk perawat untuk mengetahui dan bertindak setepat
mungkin dengan prespektif global dan medis bagaimana merawat pasien dengan
berbagai macam dengan perspektif global dan medis bagaimana merawat pasien
dengan berbagai macam latar belakang kultur atau budaya yang berbeda dari
berbagai tempat di dunia dengan latar belakang kultur atau budaya yang berbeda
dari berbagai tempat di dunia dengan memperhatikan namun tetap pada tujuan
utama yaitu memberikan asuhan keperawatan memperhatikan namun tetap pada
tujuan utama yaitu memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas.
Penanganan pasien dengan latar belakang budaya disebut dengan yang
berkualitas. Penanganan pasien dengan latar belakang budaya disebut dengan
transkultural nursing. Tanskultural nursing adalah suatu daerah/wilayah keilmuan
budaya transkultural nursing.
Tanscultural nursing adalah suatu daerah atau wilayah keilmuan budaya
pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokusnya memandang
perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan
sakit didasarkan pada kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan,
sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan,
dan ilmu ini digunakan untuk nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan,
dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya
atau keutuhan budaya kepda manusia memberikan asuhan keperawatan khususnya
budaya atau keutuhan budaya kepda manusia (Leininger, 2002). Proses

1
keperawatan transkultural di aplikasikan untuk mengurangi (Leininger, 2002).
Proses keperawatan transkultural diaplikasikan untuk mengurangi konflik
perbedaan budaya atau lintas budaya antara perawat sebagai profesional dan
konflik perbedaan budaya atau lintas budaya antara perawat sebagai profesional
dan pasien.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan transkultural ?
2. Bagaimana proses asuhan keperawatan transkultural ?
3. Bagaiman aplikasi konsep dan prinsip transcultural nursing sepanjang daur
kehidupan
4. Bagaimana Menjelaskan aplikasi konsep & prinsip transcultural nursing
sepanjang daur kehidupan manusia dan aplikasi transcultural nursing dalam
berbagai masalah kesehatan pasien ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini untuk menjelaskan dan
untuk memberi informasi tentang apa yang dimaksud dengan trancultural
nursing memalui definisi yang dijabarkan, konsep-konsep yang ada, serta
membahas trend issu pengaplikasian transcultural nursing pada maslah
kesehatan pasien.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu :
a. Menjelaskan pengertian transcultural
b. Menjelaskan proses asuhan transcultural Nursing
c. Menjelaskan aplikasi konsep & prinsip transkultural nursing sepanjang
daur kehidupan manusia dan aplikasi transcultural nursing dalam
berbagai masalah kesehatan pasien serta dapat meningkatkan wawasan
pengetahuan.

2
D. Manfaat
1. Bagi penulis Menambah wawasan tentang aplikasi transcultural nursing
sepanjang daur kehidupan menambah wawasan tentang aplikasi
transcultural nursing sepanjang daur kehidupan manusia.
2. Bagi Pembaca memberikan wawasan tentang aplikasi transcultural nursing
sepanjang daur kehidupan manusia dan aplikasi transcultural nursing dalam
berbagai masalah kesehatan pasien serta dapat meningkatkan wawasan
pengetahuan.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pengertian Transcultural bila ditinjau dari makna kata, transkultural
berasal dari kata trans dan culture, trans berarti alur perpindahan, jalan lintas
atau penghubung. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia; trans berarti
melintang. melintas, menembus, melalui. Culture berarti budaya. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia kultur berarti; kebudayaan cara pemeliharaan,
pembudidayaan, Kepercayaan, nilai-nilai dan pola perilaku yang umum
berlaku bagi suatu kelompok dan diteruskan pada generasi berikutnya,
sedangkan cultural berarti; sesuatu yang berkaitan dengan kebudayaan.
Budaya sendiri berarti akal budi, hasil dan adat istiadat.
Kebudayaan berarti hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi)
manusia seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat atau keseluruhan
pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk menjadi
pedoman tingkah lakunya. Jadi, transkultural dapat diartikan sebagai lintas
budaya yang mempunyai efek bahwa budaya yang satu mempengaruhi budaya
yang lain atau juga pertemuan kedua nilai-nilai budaya yang berbeda melalui
proses interaksi sosial. Transcultural Nursing merupakan suatu area yang
berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai-nilai budaya (nilai
budaya yang berbeda, ras, yang mempengaruhi pada seorang perawat saat
melakukan asuhan keperawatan kepada klien / pasien) menurut Leininger
(1991). Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan
keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan
kepada klien.

Asumsi mendasar dari teori Leininger adalah perilaku Caring. Caring


adalah esensi dari keperawatan, membedakan, mendominasi serta
mempersatukan tindakan keperawatan. Tindakan Caring dikatakan sebagai
tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu secara
utuh. Perilaku Caring semestinya sudah tertanam dalam diri manusia sejak
lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan, masa pertahanan sampai dikala
individu itu meninggal. Human caring secara umum dikatakan sebagai segala

4
sesuatu yang berkaitan dengan dukungan dan bimbingan pada manusia yang
utuh. Human caring merupakan fenomena yang universal dimana ekspresi,
struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan tempat
lainnya

B. Tujuan Penggunaan KeperawatanTranskultural

Menurut Leniger tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah


dalam pengembangan sains dan ilmu yang humanis sehingga tercipta praktek
keperawatan pada kebudayaan yang spesifik. Kebudayaan yang spesifik
adalah kebudayaan dengan nilai dan norma yang spesifik yang tidak dimiliki
oleh kelompok lain contohnya suku Osing. Tengger dan Dayak Sedangkan.
kebudayaan yang universal adalah kebudayaan dengan nilai dan norma yang
diyakini dan dilakukan oleh hampir semua kebudayaan seperti budaya
olahraga untuk mempertahankan kesehatan.

Dengan adanya keperawatan transkultural dapat membantu klien


beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan
kesehatannya. Perawat juga dapat membantu klien agar dapat memilih dan
menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan status kesehatan.
Misalnya, jika klien yang sedang hamil mempunyai pantangan untuk makan
makanan yang berbau amis seperti akan, maka klien tersebut dapat mengganti
ikan dengan sumber protein nabati yang lain. Seluruh perencanaan dan
implementasi keperawatan dirancang sesuai latar belakang budaya sehingga
budaya dipandang sebagai rencana hidup yang lebih baik setiap saat. Pola
rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai
dengan keyakinan yang dianut.

C. Konsep Dalam Keperawatan Transkultural

Di dalam buku yang berjudul "Fundamentals of Nursing Concept and


Procedures" yang ditulis oleh Kazier Barbara (1983) mengatakan bahwa
konsep keperawatan adalah merupakan suatu bagian dari ilmu kesehatan dan
seni merawat yang meliputi pengetahuan. Konsep ini ingin memberikan
penegasan bahwa sifat seorang manusia yang menjadi target pelayanan dalam

5
perawatan adalah bersifat bio-psycho-social-spiritual. Oleh karenanya.
tindakan perawatan harus didasarkan pada tindakan yang komperhensif
sekaligus holistik.Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk
interaksi yang nyata sebagai manusia yang bersifat sosial. Budaya yang
berupa norma, adat istiadat menjadi acuan perilaku manusia dalam kehidupan
dengan yang lain. Pola kehidupan yang berlangsung lama dalam suatu tempat,
selalu diulangi membuat manusia terikat dalam proses yang dijalaninya
Keberlangsungan terus-menerus dan lama merupakan proses internalisasi dari
suatu nilai-nilai yang mempengaruhi pembentukan karakter, pola pikir , pola
interaksi perilaku yang kesemuanya itu akan mempunyai pengaruh pada
pendekatan intervensi keperawatan (cultral nursing approach).

Selain itu ada beberapa konsep lagi yang terkandung dalam transcultural
nursing:

a. Budaya
Adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari,
dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan
mengambil keputusan.
b. Nilai budaya
Adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau
sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan
melandasi tindakan dan keputusan.
c. Perbedaan budaya
Dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal dari
pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi
pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan
budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan
termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan
individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).
d. Etnosentris
Diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain adalah persepsi
yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya adalah
yang terbaik.

6
e. Etnis
Berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang
digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.
f. Ras
Adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada
mendiskreditkan asal muasal manusia.
g. Etnografi
Adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada
penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan
kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu,
menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-
orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya.
h. Care
Adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan.
dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya
kejadian untuk memenuhi kebutuhan baik actual maupun potensial untuk
meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia.
i. Caring
Adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,
mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada
keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi
kehidupan manusia.
j. Cultural Care
Berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai
kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing,
mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok
untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup,
hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
k. Cultural imposition
Berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan
kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya
bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.

7
D. Paradigma Transkultural Nursing
Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transkultural
sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam
terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya
terhadap empat konsep sentral keperawatan (Andrew andBoyle, 1995), yaitu
manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan.
1. Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-
nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan
pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia
memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap
saat dimanapun dia berada (Geiger and David hizar, 1995).
2. Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi
kehidupannya, terletak pada rentang sehat dan sakit. Kesehatan merupakan
suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang
digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang sehat yang
dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat
mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat
dalam rentang sehat- sakit yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995).
3. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang
mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien.
Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien
dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan
yaitu: fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam
atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan,
pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir
tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun.
Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan
dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat
yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti
struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut.

8
Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang
menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni,
riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.
4. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar
belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan
individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan (Leininger, 1991) adalah:
 Strategi 1, Perlindungan/mempertahankan budaya. Mempertahankan
budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan.
Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-
nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat
meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya
budaya berolah raga setiap pagi.
 Strategi II, Mengakomodasi atau negoasiasi budaya. Intervensi dan
implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien
beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan
kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan
budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien
sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan
dapat diganti dengan sumber protein hewani.
 Strategi III, Mengubah mengganti budaya klien Restrukturisasi budaya
klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan.
Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya
merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya
yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.

E. Proses Keperawatan Transkultural


Teori yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan
keperawatan dalam konteks budaya menyatakan bahwa proses keperawatan
ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi
terhadap masalah klien (Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan

9
keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien.
Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada yaitu:
a. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors).
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang
amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi
yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya.
bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji
oleh perawat adalah agama yang dianut, status pernikahan, cara
pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan
kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
b. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors).
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap.
nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status,
tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan
klien dengan kepala keluarga.
c. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways) Nilai-
nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh
penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma
budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas
pada penganut budaya terkait.
Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah: posisi dan jabatan yang
dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan
makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit
berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan
diri.
d. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal
factors). Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah
segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan

10
keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu
dikaji pada tahap ini adalah peraturan dan kebijakan yang berkaitan
dengan jam berkunjung jumlah anggota keluarga yang boleh
menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
e. Faktor ekonomi (economical factors). Klien yang dirawat di rumah
sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk
membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus
dikaji oleh perawat diantaranya pekerjaan klien, sumber biaya
pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber
lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan
antar anggota keluarga.
f. Faktor pendidikan (educational factors) tentang pengalaman sakitnya
sehingga tidak terulang kembali. Latar belakang pendidikan klien
adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan formal
tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan
klien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan
individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang
sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap
ini adalah tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta
kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang
budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi
keperawatan. (Giger and David hizar, 1995). Terdapat tiga diagnosa
keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan
transkultural yaitu:

1) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur.


2) Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural.
3) Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai
yang diyakini.

11
3. Perencanaan dan Pelaksanaan
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah
suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan
adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah
melaksanakan tindakan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien
(Gigerand Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam
keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu:

1) Mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak


bertentangan dengan kesehatan,
2) Mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang
menguntungkan kesehatan dan
3) Merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan
dengan kesehatan.
a) Cultural care preservation/maintenance
 Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang
proses melahirkan dan perawatan bayi
 Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi
dengan klien
 Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan
perawat
b) Cultural care accomodation/negotiation
 Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
 Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
 Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana
kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan
klien dan standar etik.
c) Cultural care repartening/reconstruction
 Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang
diberikan dan melaksanakannya.
 Tentukan tingkat perbedaan pasien. melihat dirinya dari budaya
kelompok
 Gunakan pihak ketiga bila perlu.

12
 Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa
kesehatan yang dapat dipahami oleh klien dan keluarga
 Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan
kesehatan.

Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya


masing-masing melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi
persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya
budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya klien maka
akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara
perawat dengan klien akan terganggu pemahaman budaya klien amat
mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan
klien yang bersifat terapeutik.

4. Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap


keberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan
kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan
atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan
dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui
asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.

F. Aplikasi Konsep dan Prinsip Transcultural Nursing Sepanjang Daur


Kehidupan Manusia
1. Perawatan Kehamilan dan Kelahiran
Kehamilan dan kelahiran bayi pun dipengaruhi oleh aspek sosial dan
budaya dalam suatu masyarakat. Dalam ukuran-ukuran tertentu, fisiologi
kelahiran secara universal sama. Namun proses kelahiran sering
ditanggapi dengan cara-cara yang berbeda oleh aneka kelompok
masyarakat (Jordan, 1993).
Berbagai kelompok yang memiliki penilaian terhadap aspek kultural
tentang kehamilan dan kelahiran menganggap peristiwa itu merupakan
tahapan yang harus dijalani didunia. Salah satu kebudayaan masyarakat
kerinci di Provinsi Jambi misalnya, wanita hamil dilarang makan rebung
karena menurut masyarakat setempat jika wanita hamil makan rebung

13
maka bayinya akan berbulu seperti rebung. Makan jantung pisang juga
diyakini menurut keyakinan mereka akan membuat bayi lahir dengan
ukuran yang kecil.
Dalam kebudayaan Batak, wanita hamil yang menginjak usia
kehamilan tujuh bulan diberikan kepada ibunya ulos tondi agar wanita
hamil tersebut selamat dalam proses melahirkan. Ketika sang bayi lahir
pun nenek dari pihak ibu memberikan lagi ulos tondi kepada cucunya
sebagai simbol perlindungan. Sang ibu akan menggendong anaknya
dengan ulos tersebut agar anaknya selalu sehat dan cepat besar. Ulos
tersebut dinamakan ulos parompa.
Pantangan dan simbol yang terbentuk dari kebudayaan hingga kini
masih dipertahankan dalam komunitas dan masyarakat. Dalam
menghadapi situasi ini, pelayanan kompeten secara budaya diperlukan
bagi seorang perawat untuk menghilangkan perbedaan dalam pelayanan,
bekerja sama dengan budaya berbeda, serta berupaya mencapai pelayanan
yang optimal bagi klien dan keluarga.
Menurut Meutia Farida Swasono salah satu contoh dari masyarakat
yang sering menitikberatkan perhatian pada aspek krisis kehidupan dari
peristiwa kehamilan dan kelahiran adalah orang jawa yang di dalam adat
adat istiadat mereka terdapat berbagai upacara adat yang rinci untuk
menyambut kelahiran bayi seperti pada upacara mitoni, procotan, dan
brokohan.
Perbedaan yang paling mencolok antara penanganan kehamilan dan
kelahiran oleh dunia medis dengan adat adalah orang yang menanganinya,
kesehatan modern penanganan oleh dokter dibantu oleh perawat, bidan,
dan lain sebagainya tapi penangana dengan adat dibantu oleh dukun bayi.
Menurut Meutia Farida Swasono dukun bayi umumnya adalah perempuan,
walaupun dari berbagai kebudayaan tertentu, dukun bayi adalah laki laki
seperti pada masyarakat Bali Hindu yang disebut balian manak dengan
usia di atas 50 tahun dan profesi ini tidak dapat digantikan oleh perempuan
karena dalam proses menolong persalinan, sang dukun harus membacakan
mantra mantra yang hanya boleh diucapkan oleh laki laki karena sifat
sakralnya.

14
Proses pendidikan atau rekrutmen untuk menjadi dukun bayi
bermacam macam. Ada dukun bayi yang memperoleh keahliannya melalui
proses belajar yang diwariskan dari nenek atau ibunya, namun ada pula
yang mempelajari dari seorang guru karena merasa terpanggil. Dari segi
budaya, melahirkan tidak hanya merupakan suatu proses semata mata
berkenaan dengan lahirnya sang bayi saja, namun tempat melahirkan pun
harus terhindar dari berbagai kotoran tapi “kotor” dalam arti keduniawian,
sehingga kebudayaan menetapkan bahwa proses mengeluarkan unsur
unsur yang kotor atau keduniawian harus dilangsungkan di tempat yang
sesuai keperluan itu. Jika dokter memiliki obat obat medis maka dukun
bayi punya banyak ramuan untuk dapat menangani ibu dan janin,
umumnya ramuan itu diracik dari berbagai jenis tumbuhan, atau bahan
bahan lainnya yang diyakini berkhasiat sebagai penguat tubuh atau
pelancar proses persalinan.
Menurut pendekatan biososiokultural dalam kajian antropologi,
kehamilan dan kelahiran dilihat bukan hanya aspek biologis dan fisiologis
saja, melainkan sebagai proses yang mencakup pemahaman dan
pengaturan hal-hal seperti; pandangan budaya mengenai kehamilan dan
kelahiran, persiapan kelahiran, para pelaku dalam pertolongan persalinan,
wilayah tempat kelahiran berlangsung, cara pencegahan bahaya,
penggunaan ramuan atau obat-obatan tradisional, cara menolong
kelahiran, pusat kekuatan dalam pengambilan keputusan mengenai
pertolongan serta perawatan bayi dan ibunya.
Berdasarkan uraian diatas, perawat harus mampu memahami kondisi
kliennya yang memiliki budaya berbeda. Perawat juga dituntut untuk
memiliki keterampilan dalam pengkajian budaya yang akurat dan
komprehensif sepanjang waktu berdasarkan warisan etnik dan riwayat
etnik, riwayat biokultural, organisasi sosial, agama dan kepercayaan serta
pola komunikasi. Semua budaya mempunyai dimensi lampau, sekarang
dan mendatang. Untuk itu penting bagi perawat memahami orientasi
waktu wanita yang mengalami transisi kehidupan dan sensitif terhadap
warisan budaya keluarganya.

15
2. Perawatan dan Pengasuhan Anak
Disepanjang daur kehidupannya, manusia akan melewati masa transisi
dari awal masa kelahiran hingga kematiannya. Kebudayaan turut serta
mempengaruhi peralihan tersebut. Dalam asuhan keperawatan budaya,
perawat harus paham dan bisa mengaplikasikan pengetahuannya pada tiap
daur kehidupan manusia. Salah satu contohnya yaitu aplikasi transkultural
pada perawatan dan pengasuhan anak. Setiap anak diharapkan dapat
berkembang secara sempurna dan simultan, baik perkembangan fisik,
kejiwaan dan juga sosialnya sesuai dengan standar kesehatan, yaitu sehat
jasmani, rohani dan sosial. Untuk itu perlu dipetakan berbagai unsur yang
terlibat dalam proses perkembangan anak sehingga dapat dioptimalkan
secara sinergis.
Menurut Urie Bronfen brenner (1990) setidaknya ada 5 (lima) sistem
yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak,yaitu:
Pertama, sistem mikro yang terkait dengan setting individual di mana anak
tumbuh dan berkembang yang meliputi : keluarga, teman sebaya, sekolah
dan lingkungan sekitar tetangga.
Kedua, sistem meso yang merupakan hubungan di antara mikro sistem,
misalnya hubungan pengalaman-pengalaman yang didapatkan di dalam
keluarga dengan pengalaman di sekolah atau pengalaman dengan teman
sebaya.
Ketiga, sistem exo yang menggambarkan pengalaman dan pengaruh dalam
setting sosial yang berada di luar kontrol aktif tetapi memiliki pengaruh
langsung terhadap perkembangan anak,seperti,pekerjaan orang tua dan
media massa.
Keempat, sistem makro yang merupakan budaya di mana individu hidup,
seperti : ideologi, budaya, sub-budaya atau strata sosial masyarakat.
Kelima, sistem chrono yang merupakan gambaran kondisi kritis
transisional (kondisi sosio-historik). Keempat sistem pertama harus
mampu dioptimalkan secara sinergis dalam pengembangan berbagai
potensi anak sehingga dibutuhkan pola pengasuhan, pola pembelajaran,
pola pergaulan termasuk penggunaan media massa, dan pola kebiasaan

16
(budaya) yang koheren dan saling mendukung. Proses sosialisasi pada
anak secara umum melalui 4 fase, yaitu:
a) Fase Laten (Laten Pattern), pada fase ini proses sosialisasi belum
terlihat jelas. Anak belum merupakan kesatuan individu yang berdiri
sendiri dan dapat melakukan kontak dengan lingkungannya. Pada fase
ini anak masih dianggap sebagai bagian dari ibu,dan anak pada fase ini
masih merupakan satu kesatuan yang disebut “two persons system”.
b) Fase Adaptasi (Adaption), pada fase ini anak mulai mengenal
lingkungan dan memberikan reaksi atas rangsangan-rangsangan dari
lingkungannya. Orangtua berperan besar pada fase adaptasi, karena
anak hanya dapat belajar dengan baik atas bantuan dan bimbingan
orangtuanya.
c) Fase Pencapaian Tujuan (Goal Attainment), pada fase ini dalam
sosialisasinya anak tidak hanya sekadar memberikan umpan balik atas
rangsangan yang diberikan oleh lingkungannya, tapi sudah memiliki
maksud dan tujuan. Anak cenderung mengulangi tingkah laku tertentu
untuk mendapatkan pujian dan penghargaan dari lingkungannya.
d) Fase Integrasi (Integration), pada fase ini tingkah laku anak tidak lagi
hanya sekadar penyesuaian (adaptasi) ataupun untuk mendapatkan
penghargaan, tapi sudah menjadi bagian dari karakter yang menyatu
dengan dirinya sendiri. Interaksi anak dengan lingkungannya secara
tidak langsung telah mengenalkan dirinya pada kultural atau
kebudayaan yang ada di sekelilingnya. Lingkungan dan keluarga turut
berperan serta dalam tumbuh kembang anak. Hal ini pun tidak terlepas
dari pengaruh-pengaruh budaya yang ada di sekitarnya. Sebagai
perawat, dalam memberikan pengasuhan dan perawatan perlu
mengarahkan anak pada perilaku perkembangan yang normal,
membantu dalam memaksimalkan kemampuannya dan menggunakan
kemampuannya untuk koping dengan membantu mencapai
keseimbangan perkembangan yang penting. Perawat juga harus sangat
melibatkan anak dalam merencanakan proses perkembangan. Karena
preadolesens memiliki keterampilan kognitif dan sosial yang meningkat
sehingga dapat merencnakan aktifitas perkembangan.

17
Dalam lingkungannya, anak diharuskan bekerja dan bermain secara
kooperatif dalam kelompok besar anak-anak dalam berbagai latar belakang
budaya. Dalam proses ini, anak mungkin menghadapi masalah kesehatan
psikososial dan fisik (misalnya meningkatnya kerentanan terhadap infeksi
pernapasan, penyesuaian yang salah di sekolah, hubungan dengan kawan
sebaya tidak adekuat, atau gangguan belajar). Perawat harus merancang
intervensi peningkatan kesehatan anak dengan turut mengkaji kultur yang
berkembang pada anak. Agar tidak terjadi konflik budaya terhadap anak yang
akan mengakibatkan tidak optimalnya pegasuhan dan perawatan anak.

G. Trend dan Issu Transkultural Nursing


Banyak hal dalam budaya Indonesia termasuk dalam cara mereka
mempercayai dan mengobati diri mereka untuk membuat hidup mereka
mampu menangani sakit yang mereka alami, sebagai contoh budaya Jawa,
disini budaya jawa yang sering kami ketahui cara dan adat yang mereka
percayai untuk mengobati diri saat sakit adalah dengan kerokan, kerokan
bukan hal yang asing bagi budaya jawa, lebih dari banyak orang jawa yang
masih menggunakan kerokan untuk mengobati sakit mereka sampai saat ini.
Mereka mempercayai adat dan budaya secara turun temurun. Mereka
meyakini bahwa dengan kerokan dapat mengeluarkan angin yang ada didalam
tubuh, serta dapat menghilangkan nyeri atau sakit badan yang dialami dan
dengan hal tersebut dapat membantu penyembuhan yang mungkin telah
dirasakan sebelumnya, hal tersebut banyak dilakukan oleh suku jawa. Hal
tersebut tidak menutup kemungkinan akan muncul dan berada didalam rumah
sakit, meski mereka telah mendapatkan penangan dari tim kesehatan ada saja
yang melakukan tradisi tersebut. Telah diketahui akibat dari kerokan yaitu
penyebabkan pori-pori kulit semakin melebar, lalu warna kulit memerah
menujukkan adanya pembuluh darah dibawah permukaan kulit pecah.
schingga menambah arus darah kepermukaan kulit.

Ketika melakukan komunikasi untuk memberikan informasi tentang akibat


yang terjadi dari kerokan tidak membuat para klien atau pasien tidak berhenti
melakukan tradisi seperti hal tersebut karena itu telah menjadi kebiasaan yang

18
secara terus menerus dilakukan. Sehingga asuhan keperawat yang mungkin
akan diberikan kepada klien tidak dapat dilakukan karena adanya penolakan
yang terjadi terhadap anggapan akan hal tersebut.

19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu. Oleh
sebab itu, penting bagi perawat mengenal latar belakang budaya orang yang
dirawat. misalnya kebiasaan hidup sehari-hari, seperti tidur, makan, pekerjaan,
pergaulan sosial dan lain-lain. Dalam Masyarakat tradisional sistem
pengobatan tradasional ini adalah pranata sosial yang harus dipelajari dengan
cara yang sama seperti mempelajari pranata sosial pada umumnya dan bahwa
praktek pengobatan asli (tradisional) adalah rasional dilihat dari sudut
kepercayaan yang berlaku mengenai sebab akibat.
Budaya merupakan faktor yang dapat mempengaruhi asuhan keperawatan.
Asuhan keperawatan harus terus dilakukan bagaimana caranya menagani klien
tanpa menyinggung perasaan klien dan mengkritik tradisi yang telah ada yang
mungkin sulit untuk kita tentang dan ubah. Karena tujuan kita bukanlah untuk
mengubah atau mengkritik tradisi tersebut, namun bagaimana perawat mampu
melakukan semua tugasnya dalam memenuhi kebutuhan pasien.

20
DAFTAR PUSTAKA

Afifah, Efy. “KERAGAMAN BUDAYA DAN PERSPEKTIF


TRANSKULTURAL DALAM KEPERAWATAN”.
http://staff.ui.ac.id/internal/132051049/material/transkulturalnursing.pdf.
Aplication pdf (11 Oktober 2023)
Andrew, M.M. and Boyle, J.S. (1995). Transcultural Concepts in Nursing Care.
2nd Ed. Philadelphia: J.B. Lippincot Company, hal 1-131.
Barbara, Kozier. dkk. 2010 Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran ECG.
Bronfen brenner, U., (1995). Ekologi Perkembangan Melalui Ruang Dan Waktu:
Perspektif Masa Depan
Elsaerodji, Fahmi. “Pertumbuhan dan Perkembangan Anak: Perspektif Sosial
Budaya Jawa”. http://atfahmi.depsos.org/2011/01/27/pertumbuhan-dan-
perkembangan-anak-perspektif sosial-budaya-jawa.html css (11 Oktober
2023)
Ginger, J. N. dan Davidhizar (1995). Transcultural Nursing: Assessment and
Intervention. St. Louis: Mosby, hal 1-157.
Kozier, B., Erb, G., Berman A.J., & Snyder. (2004). Fundamentals of Nursing:
Concepts, Process, and Practice . 7th Ed. New Jersey: Pearson Education,
Inc. Hal. 205-221.
Leininger, M., & MC Farland, M. .(2002). Transcultural Nursing: Concept,
Theories, Research and Practic (3 Edition). USA: Mc-Graw Hill
Companies.
Novieastari, Enie. “Perkembangan Transkultural dalam Keperawatan”.
http://staff.ui.ac.id/internal/132014715/material/PerkembanganTranskultu
raldalamKeperawatan.pdf. Aplication pdf (11 Oktober 2023)
Novieastari, Enie. “Transcultural Nursing Care”.
http://staff.ui.ac.id/internal/132014715/material/NursingPerspectiveinTra
nscultural.pdf. Aplikasi Pdf.(11 Oktober 2023)
Pratiwi, Arum. (2011). Buku Ajar Keperawatan Transkultural. Yogyakarta:
Penerbit Gosyen Publishing.

21
Swasono, Meutia Farida, (2006). Kehamilan, Kelahiran, Perawatan, Ibu dan Bayi
Dalam Konteks Budaya. Universitas Indonesia, Jakarta.

22

Anda mungkin juga menyukai