Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ANTROPOLOGI

“Penerapan Transkultural dalam Praktik Keperawatan”

Untuk Memenuhi Tugas Mata Antropologi

DOSEN PENGAMPU
:Ns.SUNARSIH,S.kep.,MM

Disusun oleh :Kelompok 6


1. Henisa Wahyuni ( 2014401060)
2. Ika Wadif Azizah Sholeh (2014401062)
3. P Fadilla Az Zahra (2014401075)
4. Raden Budiman (2014401079)
5. Riska Innayah (2014401084)
6. Riska Oktaviani (2014401085)
7. Tiara Puspita (2014401094)
8. Widia Fatmawati (2014401098)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN TANJUNG KARANG

1
TAHUN AJARAN 2020/2021

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
atas berkat rahmat, karunia, hidayah dan kehendak-Nyalah Makalah ini dapat
selesai tepat pada waktunya.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk pemenuhan tugas mata kuliah Anropologi.
Dalam makalah ini penulis menemukan banyak kesulitan, terutama keterbatasan
mengenai penguasaan ilmu, tetapi berkat bimbingan yang diberikan oleh berbagai
pihak akhirnya penulis pun dapat menyelesaikan makalah ini serta adanya media
massa yang sangat menunjang penyelesaian makalah ini.

Sebagai mahasiswa, penulis menyadari bahwa pengetahuan yang dimiliki masih


terbatas sehingga dalam makalah ini masih ditemukan banyak kekurangan. Maka,
kritik dan saran dirasakan sangat dibutuhkan untuk kemajuan penulis di masa
yang akan datang.

Penulis berharap, agar dengan adanya makalah ini tidak hanya meningkatkan
pengetahuan bagi mahasiswa dan dapat mengaplikasikannya di kehidupan sehari-
hari.

Bandar Lampung, 21 Agustus 2021

2
Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 4

A. Latar Belakang................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5
C. Tujuan ............................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 6

A. Penerapan Transkulturan Nursing .................................................... 6


B. Output atau Dampak Keperawatan Transkultural Bagi Pasien ...... 13
C. Gambaran Masyarakat Terhadap Kasus Yang Berkaitan dengan
Transkulturan Nursing .................................................................... 14

BAB III PENUTUP .................................................................................... 17

A. Kesimpulan ..................................................................................... 17
B. Saran ............................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 19

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam menjalankan tugas sebagai perawat, banyak perubahan-perubahan
yang ada baik di lingkungan maupun klien. Perawat harus menghadapi
berbagai perubahan di era globalisasi ini termasuk segi pelayanan
kesehatannya. Perpindahan penduduk menuntut perawat agar dapat
menyesuaikan diri dengan budayanya dan sesuai dengan teori-teori yang
dipelajari.
Dalam ilmu keperawatan, banyak sekali teori-teori yang mendasari ilmu
tersebut. Termasuk salah satunya teori yang mendasari bagaimana sikap
perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan. Salah satu teori yang
diaplikasikan dalam asuhan keperawatan adalah teori Leininger tentang
“transcultural nursing".
Dalam teori ini transcultural nursing didefinisikan sebagai area yang luas
dalam keperawatan yang fokusnya dalam komparatif studi dan analisis
perbedaan kultur dan subkultur dengan menghargai perilaku caring,
nursing care, dan nilai sehat sakit, kepercayaan dan pola tingkah laku
dengan tujuan perkembangan ilmu dan humanistik body of knowledge
untuk kultur yang universal dalam keperawatan. Dalam hal ini diharapkan
adanya kesadaran terhadap perbedaan kultur berarti perawat yang
profesional memiliki pengetahuan dan praktik berdasarkan kultur secara
konsep perencanaan dalam praktik keperawatan. Tujuan penggunaan
keperawatan transkultural adalah untuk mengembangkan sains dan
keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik keperawatan pada kultur
yang spesifik dan kultur yang universal. Kultur yang spesifik adalah kultur
dengan nilai-nilai dan norma spesifik yang dimiliki oleh kelompok
tertentu. Kultur yang universal adalah nilai-nilai dan norma-norma yang
diyakini dan dilakukan hampir semua kultur (Leininger, 1979).
Leininger mengembangkan teorinya dari perbedaan kultur dan universal
berdasarkan kepercayaan bahwa masyarakat dengan perbedaan kultur
dapat menjadi sumber informasi dan menentukan jenis perawatan yang

4
diinginkan, karena kultur adalah pola kehidupan masyarakat yang
berpengaruh terhadap keputusan dan tindakan. Cultur care adalah teori
yang holistik karena meletakan di dalamnya ukuran dari totalitas
kehidupan manusia dan berada selamanya, termasuk sosial struktur,
pandangan dunia, nilai kultural, ekspresi bahasa, dan etnik serta sistem
profesional.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Penerapan Transkultural Nursing Pada Pasien ?
2. Bagaimana Output Atau Dampak Dari Penggunaan Transcultural
Nursing Yang Digunakan Perawat Kepada Pasien ?
3. Bagaimana Gambaran Masyarakat Terhadap Kasus Yang Berkaitan
Dengan Transkultural Nursing

C. Tujuan
1. Untuk memahami menerapan transkultural nursing pada perawat
2. Untuk mengetahui output atau dampak dari penggunaan transkultural
nursing yang digunakan perawat pada pasien
3. Untuk mengetahui gambaran masyarakat terhadap kasus yang
berkaitan dengan transkultural nursing

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penerapan Transkultural Nursing


Transkultural nursing adalah suatu area atau wilayah keilmuan
budaya pada proses belajar dan keperawatan yang fokus
memandang perbedaan dan kesamaan diantara udaya dengan
menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya
manusia, keoercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk
memberikan asuhan keperawatan khussnya budaya atau keutuhan
budaya kepada manusia (Leininger, 2002). Model konseptual yang
dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan
keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk
matahari terbit (sunrise model) seperti yang terdapat pada gambar
1. Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawaqtan ini
digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan
solusi terhadap masalah klien (Andrew & Boyle, 1995).
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan transcultural
adalah suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan.
Perencanaan adalah suatu proses memilh strategi yang tepat dan
pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai dengan
latar belakang budaya klien (Gigerand Daviddhizar, 1995).
Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan
transcultural sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-
konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai
dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep sentral
keperawatan yaitu : manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan
(Andrew and Boyle, 1995).
1. Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki
nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk
menetapkan pilihan dan melakukan pilihan.Menurut Leininger

6
(1984) manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan
budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and
Davidhizar, 1995).

2. Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam
mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit.Kesehatan
merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks
budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan
seimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari.
Klien dan perawat mempunyai tujuan yang samayaitu ingin
mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang
adaptif (Andrew and Boyle, 1995).

3. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang
mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien.
Lingkungan dipandangsebagai suatu totalitas kehidupan dimana
klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk
lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik
adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti
daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim
seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena
tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial
adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan
sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat
yang lebih luas.Di dalam lingkungan sosial individu harus
mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan
tersebut.Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan
simbol yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu
seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang
digunakan.

7
4. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan
pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai
dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan
memandirikan individu sesuai dengan budaya klien.Strategi yang
digunakan dalam asuhan keperawatan adalah perlindungan atau
mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi budaya dan
mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).
a. Cara I : Mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak
bertentangan dengan kesehatan.Perencanaan dan implementasi
keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang
telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau
mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya
berolahraga setiap pagi.

b. Cara II : Negosiasi budaya


Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan
untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang
lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar
dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung
peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai
pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan
sumber protein hewani yang lain.

c. Cara III : Restrukturisasi budaya


Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki
merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi
gayahidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok.
Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih
menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.

8
 Proses Keperawatan Transkultural Nursing

Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam


menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya
digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model) seperti
yang terdapat pada gambar 1. Geisser (1991) menyatakan bahwa
proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan
berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew
and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan
dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.

1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk
mengidentifikasi masalah kesehatan klien sesuai dengan latar
belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Pengkajian
dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada “Sunrise
Model” yaitu :

a. Faktor teknologi (tecnological factors)


Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau
mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan
kesehatan. Perawat perlu mengkaji :persepsi sehat sakit, kebiasaan
berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan
kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi
klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk
mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.

b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical


factors)

9
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang
amat realistis bagi para pemeluknya.Agama memberikan motivasi
yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya,
bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus
dikaji oleh perawat adalah : agama yang dianut, status pernikahan,
cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan
dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.

c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social


factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama
lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam
keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga.

d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life


ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan
oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-
norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat
penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji
pada faktor ini adalah :posisi dan jabatan yang dipegang oleh
kepala keluarga, bahasa yangdigunakan, kebiasaan makan,
makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit
berkaitan dengan aktivitas sehari- hari dan kebiasaan
membersihkan diri.

e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and


legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala
sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan
keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu

10
dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang
berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang
boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.

f. Faktor ekonomi (economical factors)


Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera
sembuh.Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat
diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan
yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya
asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar
anggota keluarga.

g. Faktor pendidikan (educational factors)


Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini.Semakin
tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung
oleh buktibukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat
belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah :tingkat
pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk
belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya sehingga
tidak terulang kembali.

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang
budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui
intervensi keperawatan.(Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat
tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan
keperawatan transcultural yaitu : gangguan komunikasi verbal
berhubungan dengan perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial

11
berhubungan disorientasi sosiokultural dan ketidakpatuhan dalam
pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.

3. Perencanaan dan Pelaksanaan


Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural
adalah suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan.
Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan
pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai
denganlatar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995).
Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan
transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu : mempertahankan
budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan
dengankesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien
kurang menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila
budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.
a. Cultural care preservation/maintenance
1. Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat
2. Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi
dengan klien
3. Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien
dan perawat

b. Cultural careaccomodation/negotiation
1. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2. Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3. Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi
dimana kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis,
pandangan klien dan standar etik.

c. Cultual care repartening/reconstruction


1. Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi
yang diberikan dan melaksanakannya

12
2. Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari
budaya kelompok
3. Gunakan pihak ketiga bila perlu
4. Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa
kesehatan yang di pahami oleh klien dan orang tua.
5. Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan
kesehatan
6. Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya
masing-masing melalui proses akulturasi, yaitu proses
mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang
akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka.
7. Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan
timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik
antara perawat dengan klien akan terganggu. Pemahaman
budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan
menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat
terapeutik.

4. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan dilakukan terhadap keberhasilan
klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan
kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan
kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin
sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien.
Melalui evaluasi bisa diketahui latar belakang budaya pasien.

B. Output atau Dampak Keperawatan Transkultural Bagi Pasien


Tujuan dari transcultural nursing adalah untuk mengidentifikasi,
menguji, mengerti dan menggunakan norma pemahaman
keperawatan transcultural dalam meningkatkan kebudayaan
spesifik dalam asuhan keperawatan. Asumsinya adalah berdasarkan
teori caring, caring adalah esensi dari, membedakan, mendominasi

13
serta mempersatukan tindakan keperawatan. Perilaku caring
diberikan kepada manusia sejak lahir hingga meninggal dunia.
Human caring merupakan fenomena universal dimana,ekspresi,
struktur polanya bervariasi diantara kultur satu tempat dengan
tempat lainnya.
Menurut Dr.Madelini Leininger, studi praktek pelayanan kesehatan
transkultural adalah berfungsi untuk meningkatkan pemahamanan
atas tingkah laku manusia dalam kaitan dengan kesehatannya.
Lininger berpendapat,kombinasi pengetahuan tentang pola praktek
transkultural dengan kemajuan teknologi dapat menyebabkan
makin sempurnanya pelayanan keperawatan dan kesehatan orang
banyak dan berbagai kultur.
Dengan adanya keperawatan transkultural pasien merasa lebih
aman dan lebih percaya terhadap privasinya yang mereka ceritakan
kepada perawat.

C. Gambaran Masyarakat Terhadap Kasus Yang Berkaitan


Dengan Transkultural Nursing
Peran perawat dalam transkultural nursing yaitu menjembatani
antara sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan
sistem perawatan melalui asuhan keperawatan. Tindakan
keperawatan yang diberikan harus memperhatikan 3 prinsip asuhan
keperawatan yaitu:

1. Culture care preservation / maintenance


Yaitu prinsip membantu, memfasilitasi/memerhatikan fenomena
budaya guna membantu individu menentukan tingkat kesehatan
dan guna hidup yang diinginkan

2. Culture care accommodation / negotiation

14
Yaitu prinsip membantu, memerhatikan fenomena buadaya yang
ada, yang merefleksiakan cara untuk beradaptasi, bernegosiasi /
mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup klien

3. Culture care repatterning / restructuring


Yaitu prinsip merekonstruksi / mengubah desain untuk membantu
memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien ke arah yang
lebih baik.

Dalam praktik proses diagnosa transkultural nursing, ditemukan


fakta bahwa persepsi masyarakat tentang terjadinya penyakit antara
daerah yang satu dengan daerah yang lain terdapat perbedaan, hal
tersebut bergantung pada kebudayaan yang ada dan berkembang di
dalam mansyarakat tersebut. Persepsi kejadian penyakit yang
berlainan dengan ilmu kesehatan sampai saat ini masih ada di
masyarakat, hal tersebut telah menjadi hal yang turun temurun dari
satu generasi ke generasi berikutnya dan bahkan dapat berkembang
luas.
Berikut ini adalah contoh persepsi atau gambaran masyarakat
tentang salah satu penyakit. Sebagai contoh adalah persepsi
masyarakat di beberapa pedesaan daerah Papua mengenai penyakit
malaria.
Makanan pokok penduduk di daerah tersebut adalah sagu yang
tumbuh di daerah rawa-rawa. Tidak jauh dari wilayah pemukiman
mereka adalah daerah hutan dengan pepohonan yang lebat.
Penduduk desa tersebut beranggapan bahwa hutan itu memiliki
penguasa gaib yang dapat menghukum setiap orang yang
melanggar ketentuannya. Pelangaran yang dilakukan dapat berupa
menebang pohon, membabat hutan untuk area pertanian, dan
sebagainya. Siapa yang melanggar ketentuan dari penguasa gaib
tersebut akan diganjar dengan penyakit berupa demam tinggi,
menggigil, dan muntah. Penyakit tersbut dapat sembuh dengan cara

15
memohon ampun kepada penguasa hutan, kemudian memetik daun
dari pohon tertentu yang kemuadian dibuat menjadi ramuan untuk
diminum dan dioleskan ke seluruh tubuh penderita. Dalam
beberapa hari kemuadian penderita akan sembuh.
Persepsi masyarakat mengenai penyakit diperoleh dan di tentukan
dari penuturan sederhana dan mudah secara turun temurun.
Misalnya penyakit akibat kutukan makhluk gaib, roh-roh jahat, dan
sebagainya.
Kepercayaan-kepercayaan berdasarkan cerita atau penuturan secara
turun-temurun tersebut adalah faktor utama yang mempengaruhi
persepsi masyarakat di suatu daerah mengenai timbulnya gejala
suatu penyakit.
Itulah contoh persepsi masyarakat mengenai kasus transkultural
nursing. Sebagaimana yang telah dibahas di awal bahwa
keperawatan transkultural merupakan kajian mengenai studi
tentang budaya dan kepercayaan masyarakat mengenai persepsi
meraka tentang penyebab timbulnya fenomena suatu penyakit di
lingkungan yang tempat mereka tinggal.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut Leininger tujuan penggunaan keperawatan
transkultural adalah dalam pengembangan sains dan ilmu yang
Humanis sehingga tercipta kan praktek keperawatan pada
kebudayaan yang spesifik kebudayaan yang spesifik adalah
kebudayaan dengan nilai dan norma yang spesifik yang tidak
dimiliki oleh kelompok lain contohnya suku Osing dan Dayak
sedangkan kebudayaan yang universal adalah kebudayaan
dengan nilai dan norma yang diyakini dan dilakukan oleh
hampir semua kebudayaan seperti budaya olahraga untuk
mempertahankan kesehatan Leigninger (1985) mengartikan
paradigma keperawatan transkultural sebagai cara pandang
keyakinan nilai-nilai konsep-konsep dalam terlaksananya
Asuhan Keperawatan yang sesuai dengan latar belakang
budaya terhadap empat konsep Sentral keperawatan yaitu
manusia sehat lingkungan dan keperawatan ( Andrew dan
Boyle 1995 ) pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan
dari mulai tahap pengkajian diagnosa keperawatan perencanaan
pelaksanaan dan evaluasi Dapat ditarik kesimpulan makalah ini
membahas tentang transkultural dan penerapan transkultural
dalam praktik keperawatan. Transculturasi dalam praktek
keperawatan meliputi keperawatan, mempertahankan budaya,
perilaku sehat-sakit, negosiasi budaya, restrukturisasi, budaya,
dan proses keperawatan ( pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan dan pelaksanaan dan evaluasi ).

B. Saran

17
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih memiliki
banyak kekurangan, kesalahan dalam penulisan dan masih jauh
dari kata sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk lebih membangun makalah ini
menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan atas makalah ini penulis memohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
khususnya kepada para dosen kami yang telah membimbing
dalam perkuliahan. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Terima kasih.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/484123900/MAKALAH-
PENERAPAN-TRANSKULTURAL-DALAM-PRAKTIK-
KEPERAWATAN-pdf

http://warungbidan.blogspot.com/2016/07/makalah-antropologi-9-
implikasi-trans.html

19

Anda mungkin juga menyukai