Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ANTROPOLOGI

“Antropologi dalam Praktik Keperawatan”

Dosen Pembimbing: Rusmawati Sitorus, S.Pd, S.Kep, MA.

Disusun oleh:

1. Shifa Tiara. A (19046) 7. Syifa Retno. M (19052)


2. Silmiah (19047) 8. Sylvia Nur. A.K (19053)
3. Silvia Vivi. M (19048) 9. Tika Nur. A (19054)
4. Sindy Setya. N (19049) 10. Ummi Kalsum. E (19055)
5. Siti Julaiha (19050) 11. Vivi Rahmawati (19056)
6. Sukma Ayu (19051) 12. Windy Novia. S (19057)

AKADEMI KEPERAWATAN HARUM JAKARTA

Jalan Cumi No. 37, Tanjung Priok, Jakarta Utara, 14310

TAHUN AJARAN

2019/2020
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita, sehingga dalam menyusun makalah Antropologi
tentang “Antropologi dalam Praktik Keperawatan” ini kita mampu mempelajari
dengan baik serta salam kita tujukan kepada nabi muhammd SAW. Yang dengan
jasanya kita mampu terbebas dari belenggu jaman jahiliyah menuju jaman yang
terang benderang.

Makalah ini disusun untuk pembaca memperluas pengetahuan mengenai


“Antropologi dalam Praktik Keperawatan”. Walaupun makalah ini kurang
sempurna dan memperluas perbaikan, tapi juga memiliki detail yang cukup jelas
bagi pembaca dalam penyusunan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas


kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan.
Penulis membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun. Terima
kasih.

Kelompok Penyusun,

Jakarta, 9 Maret 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG.....................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH...............................................................................................2
1.3 TUJUAN....................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................3
PEMBAHASAN....................................................................................................................3
2.1 Antropologi Kesehatan Menurut Para Ahli...............................................................3
2.2 Hubungan Antropologi Kesehatan dengan Keperawatan........................................4
2.3 Perkembangan Antropologi dalam Keperawatan....................................................6
2.4 Perkembangan antropologi kesehatan dari sisi biological pol..................................8
2.5 Perkembangan antropologi kesehatan dari sisi sosiocultural pole...........................9
2.6 Beda antara perkembangan antropologi kesehatan biological pole dan
sosiocultural pole.........................................................................................................10
2.7 Manfaat/Kegunaan Antropologi dalam Keperawatan............................................10
2.8 Contoh Penerapan Antropologi dalam Praktik Keperawatan................................11
BAB III...............................................................................................................................13
PENUTUP..........................................................................................................................13
3.1 KESIMPULAN..........................................................................................................13
3.2 SARAN....................................................................................................................14

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan
nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan
untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal. Dan kesehatan yang demikian yang menjadi
dambaan setiap orang sepanjang hidupnya. Tetapi datangnya penyakit
merupakan hal yang tidak bisa ditolak meskipun kadang-kadang bisa
dicegah atau dihindari.
Secara teoritis dan praktis, antropologi keperawatan sebagai ilmu
akan memberikan suatu sumbangan pada pengemban pelayanan kesehatan,
termasuk didalamnya ocialm ginekologi ocial. Bentuk dasar sumbangan
keilmuan tersebut berupa pola pemikiran, cara pandang atau bahkan
membantu dengan ocialm untuk menganalisis suatu situasi kesehatan,
berdasarkan perspektif yang berbeda dengan sesuatu yang telah dikenal
para petugas kesehatan saat ini.
Antropologi mempunyai pandangan tentang pentingnya
pendekatan budaya. Budaya merupakan pedoman individual sebagai
anggota masyarakat dan bagaimana cara memandang dunia, bagaimana
mengungkapkan emosionalnya, dan bagaimana berhubungan dengan
orang lain, kekuatan supernatural atau Tuhan serta lingkungan alamnya.
Budaya itu sendiri diturunkan dari suatu generasi ke generasi selanjutnya
dengan cara menggunakan ocial, bahasa, seni, dan ritual yang dilakukan
dalam perwujudan kehidupan sehari-hari. Di sisi lain, latar belakang
budaya mempunyai pengaruh yang penting dalam berbagai aspek
kehidupan manusia (kepercayaan, perilaku, persepsi, emosi, bahasa,
agama, ritual, struktur keluarga, diet, pakaian, sikap terhadap sakit, dll).

1
Selanjutnya, hal-hal tersebut tentunya akan mempengaruhi status
kesehatan masyarakat dan pola pelayanan kesehatan yang ada di
masyarakat tersebut.
Sebenarnya bukan hal baru tentang suatu pernyataan bahwa ilmu
social memberikan sumbangan ke ilmu kedokteran. Dimana berdasarkan
biomedical awalnya untuk melihat manusia dari sisi penyakit, sedangkan
sociomedicine untuk melihat manusia dari pasiennya sendiri.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimasud dengan Antropologi Kesehatan?
2. Bagaimana hubungan Antropologi kesehatan dengan keperawatan?
3. Bagaimana perkembangan antropologi dalam keperawatan?
4. Bagaimana perkembangan antropologi kesehatan dari sisi biological
pole?
5. Bagaimana perkembangan antropologi kesehatan dari sisi sosiocultural
pole?
6. Apa saja perbedaan antara perkembangan antropologi kesehatan
biological pole dan sosiocultural pole?
7. Apa manfaat antropologi dalam keperawatan?
8. Apa saja contoh penerapan antropologi dalam praktik keperawatan?

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui tentang antropologi kesehatan menurut para ahli
2. Mengetahui tentang gambaran sosial budaya yang disini dijelaskan
dengan antropologi kesehatan dalam praktik keperawatan
3. Mengetahui perkembangan antropologi dalam keperawatan dan
perbedaannya
4. Mengetahui manfaat antropologi dalam keperawatan
5. Mengetahui contoh penerapan antropologi dalam praktik keperawatan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Antropologi Kesehatan Menurut Para Ahli


1. Menurut Foster dan Anderson
Antropologi kesehatan adalah disiplin yang memberi perhatian pada
aspek-aspek biologis dan sosio-budaya dari tingkah laku manusia,
terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya disepanjang sejarah
kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada
manusia (Foster/Anderson, 1986; 1-3).Selain itu, Foster dan Anderson
(2009) juga mendefinisikan bahwa antropologi kesehatan adalah aktivitas
formal antropologi yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit.
2. Menurut Weaver :
Antropologi Kesehatan adalah cabang dari antropologi terapan   yang
menangani berbagai aspek dari kesehatan dan penyakit (Weaver, 1968;1)
3. Menurut Hasan dan Prasad :
Antropologi Kesehatan adalah cabang dari ilmu mengenai manusia yang
mempelajari aspek-aspek biologi dan kebudayaan manusia (termasuk
sejarahnya) dari titik tolak pandangan untuk memahami kedokteran
(medical), sejarah kedokteran (medico-historical), hukum kedokteran
(medico-legal), aspek sosial kedokteran (medico-social) dan masalah-
masalah kesehatan manusia (Hasan dan Prasad, 1959; 21-22)
4. Menurut Hochstrasser :
Antropologi Kesehatan adalah pemahaman biobudaya manusia dan karya-
karyanya, yang berhubungan dengan kesehatan dan pengobatan
(Hochstrasser dan Tapp, 1970; 245).
5. Menurut Richard W. Lieban :
Antropologi Kesehatan adalah studi tentang fenomena medis yang
dipengaruhi oleh aspek sosial dan budaya (Lieban 1973, 1034)

3
6. Menurut Horacio Fabrega :
Antropologi Kesehatan adalah studi yang menjelaskan:
a. Berbagai faktor, mekanisme dan proses yang memainkan peranan
didalam atau mempengaruhi cara-cara dimana individu-individu dan
kelompok-kelompok terkena oleh atau berespons terhadap sakit dan
penyakit.
b. Mempelajari masalah-masalah sakit dan penyakit dengan penekanan
terhadap pola-pola tingkahlaku. (Fabrga, 1972;167).
Dari definisi-definisi yang dibuat oleh ahli-ahli antropologi
mengenai Antropologi Kesehatan seperti tersebut di atas, maka
dapat  disimpulkan bahwa Antropologi Kesehatan mencakup:
1. Mendefinisi secara komprehensif dan interpretasi berbagai macam
masalah tentang hubungan timbal-balik biobudaya, antara tingkah
laku manusia dimasa lalu dan masa kini dengan derajat kesehatan
dan penyakit, tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan
praktis dari pengetahuan tersebut;
2. Partisipasi profesional mereka dalam program-program yang
bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melalui pemahaman yang
lebih besar tentang hubungan antara gejala bio-sosial-budaya
dengan kesehatan, serta melalui perubahan tingkah laku sehat
kearah yang diyakini akan meningkatkan kesehatan yang lebih
baik.

2.2 Hubungan Antropologi Kesehatan dengan Keperawatan


Sosial budaya  erat kaitannya dengan pendekatan ilmu antropologi. Kata
Antropologi berasal dari bahasa Yunani, anthropos dan logos. Anthropos
berarti manusia dan logos berarti pikiran atau ilmu.Secara sederhana,
Antropologi dapat dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari manusia.
Tentunya kita akan semakin bertanya-tanya, begitu banyak ilmu yang
mempelajari manusia.
Menurut William A. Haviland, seorang antropologi Amerika,
Antropologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari keanekaragaman

4
manusia dan kebudayaannya. Dengan mempelajari kedua hal tersebut,
Antropologi adalah studi yang berusaha menjelaskan tentang berbagai macam
bentuk perbedaan dan persamaan dalam aneka ragam kebudayaan manusia.
Berusaha mencapai sebuah pemahaman tentang manusia secara fisik
manusia dalam masyarakatnya, dan manusia dengan kebudayaannya.Secara
praktis, antropologi berusaha membangun suatu pandangan bahwa perbedaan
manusia dan kebudayaannya merupakan suatu hal yang harus dapat diterima,
bukan sebagai sumber konflik tetapi sebagai sumber pemahaman baru, agar
secara terus-menerus manusia dapat merefleksikan dirinya.Secara praktis,
kajian ilmu Antropologi dapat digunakan untuk membangun masyarakat dan
kebudayaannya tanpa harus membuat masyarakat dan kebudayaan itu,
kehilangan identitas atau tersingkir dari peradaban.
Dengan demikian jelas bahwa prospek sosial budaya dalam pelayanan
kesehatan khususnya keperawatan adalah untuk menerapkan pendekatan
antropologi yang berorientasi pada keaneka ragaman budaya baik antar
budaya maupaun lintas budaya terhadap asuhan keperawatan yang tidak
membedakan perbedaan budaya dan melaksanakan sesuai dengan hati nurani
dan sesuai dengan standar penerapan tanpa membedakan suku, ras, budaya,
dan lain-lain.
Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-
21, termasuk tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan
semakin besar. Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk
antar negara (imigrasi) dimungkinkan, menyebabkan adaya pergeseran
terhadap tuntutan asuhan keperawatan.
Keperawatan sebagai sebuah profesi, memiliki landasan body of
knowledge yang kuat, yang dapat dikembangkan serta dapat diaplikasikan
dalam praktek keperawatan. Perkembangan teori keperawatan terbagi
menjadi 4 level perkembangan yaitu metha theory, grand theory, midle range
theory dan practice theory.Salah satu teori yang diungkapkan pada midle
range theory adalah Transcultural Nursing Theory. 

5
2.3 Perkembangan Antropologi dalam Keperawatan
Tahun 1849
Rudolf Virchow, ahli patologi Jerman terkemuka, yang pada tahun 1849
menulis apabila kedokteran adalah ilmu mengenai manusia yang sehat
maupun yang sakit, maka apa pula ilmu yang merumuskan hukum-hukum
sebagai dasar struktur sosial, untuk menjadikan efektif hal-hal yang inheren
dalam manusia itu sendiri sehingga kedokteran dapat melihat struktur sosial
yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit, maka kedokteran dapat
ditetapkan sebagai antropologi. Namun demikian tidak dapat dikatakan
bahwa Vichrow berperan dalam pembentukan asal-usul bidang Antropologi
Kesehatan tersebut., munculnya bidang baru memerlukan lebih dari sekedar
cetusan inspirasi yang cemerlang.

Tahun 1953
Sejarah pertama tentang timbulnya perhatian Antropologi Kesehatan terdapat
pada tulisan yang ditulis Caudill berjudul “Applied Anthropology in
Medicine”. Tulisan ini merupakan tour the force yang cemerlang , tetapi
meskipun telah menimbulkan antusiasme, tulisan itu tidaklah menciptakan
suatu subdisiplin baru.

Tahun 1963
Sepuluh tahun kemudian, Scoth memberi judul “Antropologi Kesehatan” dan
Paul membicarakan “Ahli Antropologi Kesehatan” dalam suatu artikel
mengenai kedokteran dan kesehatan masyarakat. Setelah itu baru ahli-ahli
antropologi Amerika benar-benar menghargai implikasi dari penelitian-
penelitian tentang kesehatan dan penyakit bagi ilmu antropologi.

Pengesahan lebih lanjut atas subdisiplin Antropologi Kesehatan ini adalah


dengan munculnya tulisan yang dibuat Pearsall (1963) yang berjudul Medical
Behaviour Science yang berorientasi antropologi, sejumlah besar (3000 judul)
dari yang terdaftar dalam bibliografi tersebut tak diragukan lagi menampakan
pentingnya sistem medis bagi Antropologi.

6
Koentjaraninggrat menyusun perkembangan ilmu Antropologi menjadi empat
fase sebagai berikut:
1.      Fase Pertama (Sebelum tahun 1800-an)
Manusia dan kebudayaannya, sebagai bahan kajian Antropologi.
Sekitar abad ke-15-16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba
untuk menjelajahi dunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke
Australia. Dalam penjelajahannya mereka banyak menemukan hal-hal
baru. Mereka juga banyak menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka.
Kisah-kisah petualangan dan penemuan mereka kemudian mereka catat di
buku harian ataupun jurnal perjalanan. Mereka mencatat segala sesuatu
yang berhubungan dengan suku-suku asing tersebut. Mulai dari ciri-ciri
fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku tersebut.
Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian
dikenal dengan bahan etnogragfi atau deskripsi tentang bangsa-
bangsa.Bahan etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa.
Kemudian, pada permulaan abad ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap
bahan-bahan etnografi suku luar Eropa dari sudut pandang ilmiah, menjadi
sangat besar. Karena itu, timbul usaha-usaha untuk mengintegrasikan
seluruh himpunan bahan etnografi.
2.    Fase Kedua (tahun 1800-an)
Pada fase ini, bahan-bahan etnografi tersebut telah disusun menjadi
karangan-karangan berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada saat
itu. masyarakat dan kebudayaan berevolusi secara perlahan-lahan dan
dalam jangka waktu yang lama. Mereka menganggap bangsa-bangsa selain
Eropa sebagai bangsa-bangsa primitif yang tertinggal, dan menganggap
Eropa sebagai bangsa yang tinggi kebudayaannya. Pada fase ini,
Antopologi bertujuan akademis, mereka mempelajari masyarakat dan
kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman
tentang tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
3.    Fase Ketiga (awal abad ke-20)

7
Pada fase ini, negara-negara di Eropa berlomba-lomba membangun
koloni di benua lain seperti Asia, Amerika, Australia dan Afrika. Dalam
rangka membangun koloni-koloni tersebut, muncul berbagai kendala
seperti serangan dari bangsa asli, pemberontakan-pemberontakan, cuaca
yang kurang cocok bagi bangsa Eropa serta hambatan-hambatan lain.
Dalam menghadapinya, pemerintahan kolonial negara Eropa berusaha
mencari-cari kelemahan suku asli untuk kemudian menaklukkannya.
Untuk itulah mereka mulai mempelajari bahan-bahan etnografi tentang
suku-suku bangsa di luar Eropa, mempelajari kebudayaan dan
kebiasaannya, untuk kepentingan pemerintah kolonial.
4.    Fase Keempat (setelah tahun 1930-an)
Pada fase ini, Antropologi berkembang secara pesat. Kebudayaan-
kebudayaan suku bangsa asli yang dijajah bangsa Eropa, mulai hilang
akibat terpengaruh kebudayaan bangsa Eropa.Pada masa ini pula terjadi
sebuah perang besar di Eropa, Perang Dunia II. Perang ini membawa
banyak perubahan dalam kehidupan manusia dan membawa sebagian
besar negara-negara di dunia kepada kehancuran total. Kehancuran itu
menghasilkan kemiskinan, kesenjangan sosial, dan kesengsaraan yang tak
berujung. Namun pada saat itu juga, muncul semangat nasionalisme
bangsa-bangsa yang dijajah Eropa untuk keluar dari belenggu penjajahan.
Sebagian dari bangsa-bangsa tersebut berhasil mereka. Namun banyak
masyarakatnya yang masih memendam dendam terhadap bangsa Eropa
yang telah menjajah mereka selama bertahun-tahun.Proses-proses
perubahan tersebut menyebabkan perhatian ilmu antropologi tidak lagi
ditujukan kepada penduduk pedesaan di luar Eropa, tetapi juga kepada
suku bangsa di daerah pedalaman Eropa seperti suku bangsa Soami, Flam
dan Lapp.

2.4 Perkembangan antropologi kesehatan dari sisi biological pol

Biological or physical anthropology, berusaha untuk memahami jasad/fisik


manusia melalui evolusi, kemampuan adaptasi, genetika populasi, dan

8
primatologi (studi tentang makhuk primate / binatang yang menyerupai
manusia). Sub bidang dari Anthropologi fisik ini mencakup :
anthropometrics, forensic anthropology, osteology, and nutritional
anthropology.
Dalam bidang biologi, antropologi kesehatan menggambarkan teknik
dan penemuan ilmu-ilmu kedokteran dan variasinya, termasuk mikrobiologi,
biokimia, genetik, parasitologi, patologi, nutrisi, dan epidemiologi.
Hal tersebut memungkinkan untuk menghubungkan antara perubahan
biologi yang didapatkan dengan menggunakan teknik tersebut terhadap
faktor-faktor sosial dan budaya di masyarakat tertentu.
Contoh: penyakit keturunan albinism di suatu daerah di Nusa
Tenggara Timur ditransmisikan melalui gen resesif
karena pernikahan diantara anggota keluarga.

2.5 Perkembangan antropologi kesehatan dari sisi sosiocultural pole


Socio-cultural anthropology, adalah suatu investigasi yang memerlukan
jangka waktu yang cukup panjang dan intensif (dengan observasi partisipan),
atas budaya dan organisasi sosial dari suku bangsa tertentu khususnya
tentang: bahasa, organisasi ekonomi dan politik, hukum dan resolusi konflik,
pola konsumsi dan perdagangan kinship dan struktur keluarga, relasi gender,
sosialisasi dan pemeliharaan anak, agama, mytologi, simbolisme, dan
sebagainya. Sub bidang dari Anthropologi Budaya mencakup : Subfields and
related fields include psychological anthropology, folklore, anthropology of
religion, ethnic studies, cultural studies, anthropology of media and
cyberspace, Social Anthropology, Politic Anthropology, study of the
diffusion of social practices and cultural forms.

Antropologi kesehatan membantu mempelajari sosio-kultural dari


semua masyarakat yang berhubungan dengan sakit dan sehat sebagai pusat
dari budaya, diantaranya :
1. Penyakit yang berhubungan dengan kepercayaan (misfortunes)
2. Di beberapa masyarakat misfortunes disebabkan oleh kekuatan
supranatural maupun supernatural atau penyihir

9
3. Kelompok healers ditemukan dengan bentuk yang berbeda di setiap
kelompok masyarakat
4. Healers mempunyai peranan sebagai penyembuh
5. Adapun perhatian terhadap suatu keberadaan sakit atau penyakit tidak
secara individual, terutama illness dan sickness pada keluarga ataupun
masyarakat.

2.6 Beda antara perkembangan antropologi kesehatan biological pole dan


sosiocultural pole
Perbedaan antara perkembangan antropologi kesehatan biological pole dan
sosiocultural  pole, adalah :
Menurut Foster/Anderson, Antropologi Kesehatan mengkaji masalah-
masalah kesehatan dan penyakit dari dua kutub yang berbeda yaitu kutub
biologi dan kutub sosial budaya.
Pokok perhatian kutub biologi:
a.       Pertumbuhan dan perkembangan manusia
b.      Peranan penyakit dalam evolusi manusia
c.       Paleopatologi (studi mengenai penyakit-penyakit purba)

Pokok perhatian kutub sosial-budaya :


a.       Sistem medis tradisional (etnomedisin)
b.      Masalah petugas-petugas kesehatan dan persiapan profesional mereka
c.       Tingkah laku sakit
d.      Hubungan antara dokter pasien
e.       Dinamika dari usaha memperkenalkan pelayanan kesehatan barat kepada
masyarakat tradisional.

2.7 Manfaat/Kegunaan Antropologi dalam Keperawatan


Antropologi mempunyai pandangan tentang pentingnya pendekatan
budaya. Budaya merupakan pedoman individual sebagai anggota masyarakat
dan bagaimana cara memandang dunia, bagaimana mengungkapkan
emosionalnya, dan bagaimana berhubungan dengan orang lain, kekuatan
supernatural atau Tuhan serta lingkungan alamnya. Budaya itu sendiri

10
diturunkan dari suatu generasi ke generasi selanjutnya dengan cara
menggunakan simbol, bahasa, seni, dan ritual yang dilakukan dalam
perwujudn kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, hal-hal tersebut tentunya akan
mempengaruhi status kesehatan masyarakat dan pola pelayanan kesehatan
yang ada di masyarakat .
Secara umum, antropologi kesehatan senantiasa memberikan sumbangan
pada ilmu kesehatan lain sebagai berikut :
a.       Memberikan suatu cara untuk memandang masyarakat secara asuk
individunya. Dimana cara pandang yang tepat akan mampu untuk
memberikan kontribusi yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan
suatu masyarakat dengan tetap bertumpu pada akar kepribadian
masyarakat yang membangun. Contoh ; pendekatan sistem, holistik,
emik, relativisme yang menjadi dasar pemikiran antropologi dapat
digunakan untuk membantu menyelesaikan masalah dan
mengembangkan situasi masyarakat menjadi lebih baik.
b.       Memberikan suatu model yang secara operasional berguna untuk
menguraikan proses sosial budaya bidang kesehatan.Memang tidak
secara tepat meramalkan perilaku individu dan masyarakatnya, tetapi
secara tepat bisa memberikan kemungkinan luasnya pilihan yang akan
dilakukan bila masyarakat berada pada situasi yang baru.
c.       Sumbangan terhadap metode penelitian dan hasil penelitian. Baik dalam
merumuskan suatu pendekatan yang tepat maupun membantu analisis
dan iterpretasi hasil tentang suatu kondisi yang ada di masyarakat.

2.8 Contoh Penerapan Antropologi dalam Praktik Keperawatan

Ada beberapa ilmu yang memberikan sumbangan terhadap antropologi

kesehatan, antara lain:

1. Antropologi fisik/biologi/ragawi, Contoh: nutrisi mempengaruhi

pertumbuhan, bentuk tubuh, variasi penyakit. Selain itu juga mempelajari

evolusi penyakit sebagai akibat faktor budaya, migrasi dan urbanisasi.

11
2. Etnomedisin, awalnya mempelajari tentang pengobatan pada masyarakat

primitif atau yang masih dianggap tradisional, meski dalam perkembangan

lebih lanjut stereotipe ini harus dihindari karena pengobatan tradisional

tidak selamanya terbelakang atau salah.

3. Kepribadian dan budaya, adalah observasi terhadap tingkah laku manusia

di berbagai belahan dunia. Misalnya: perawatan schizophrenia di suatu

daerah untuk mencari penyembuhan yang tepat dapat digunakan untuk

mengevaluasi pola perawatan penyakit yang sama.

4. Kesehatan Masyarakat, dimana beberapa program kesehatan bekerjasama

dengan antropologi untuk menjelaskan hubungan antara kepercayaan dan

praktek kesehatan

12
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
a) Antropologi Kesehatan berdasarkan definisi dari beberapa ahli bisa ditarik
kesimpulan bahwa antropologi kesehatan adalah studi tentang kesehatan
manusia berupa pencegahan, pengobatan dan penyembuhan penyakit baik
masa lalu maupun masa kini yang berhubungan dengan kultural dan
biologis dan melibatkan berbagai macam disiplin ilmu (interdisipliner).
b) Antropologi kesehatan mempelajarai sosio kultural dari semua masyarakat
yang berhubungan dengan sakit dan sehat sebagai pusat dari budaya
c) perbedaan perkembangan antropologi kesehatan biological dan
sosiocultural pole yaitu biologi pole pokok perhatian adalah pertumbuhan
dan perkembangan manusia peranan penyakit dalam evolusi manusia dan
palepasologi studi mengenai penyakit penyakir purba pokok perhatian
pada sociocultural adalah sistem medis tradisional atau disebut
etnomedisin masalah pada petugas" kesehatan dan persiapan profesional
mereka tingkah laku sakit hubungan antar dokter pasien dan dinamika dari
usaha memperkenalkan pelayanan kesehatan barat kepada masyarakat
tradisional
d) kegunaan antropologi kesehatan adalah memberikan suatu cara untuk
memandang masyarakat secara kesehatan termasuk individunya
memberikan suatu model yang secar operasional berguna untuk
menguraikan proses sosial budaya bidang kesehatan dan sumbangan
terhadap metode penelitian dan hasil penelitian

13
3.2 SARAN

Perilaku manusia dipengarugi oleh lingkungan fisik maupun lingkungan


sosial budaya. Untuk melakukan pendekatan perubahan perilaku kesehatan,
petugas kesehatan harus menguasai berbagai macam latar belakang sosial
budaya masyarakat yang bersangkutan. Oleh sebab itu petugas kesehatan
harus menguasai antropologi, khususnya antropologi kesehatan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Foster/Anderson. 1986. Antropologi Kesehatan. Jakarta :Grafiti.

Foster, George M. dan Barbara G. Anderson. 2009. Antropologi Kesehatan.


Jakarta: UI-Press.

Putri, Dewi Murdiyanti P dan Rachmawati, Nunung. 2018. ANTROPOLOGI


KESEHATAN : Konsep dan Aplikasi Antropologi dalam Kesehatan. Yogyakarta:
PT. Pustaka Baru

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta

 Paul Benyamin D. 1963. Anthropology Perspectives on Medicine and Public


Health. Dalam Medicine and Society

15

Anda mungkin juga menyukai