DISUSUN OLEH
FAJAR NUGRAHA SAPUTRA
NIM : 21010061
PROGRAM STUDI AKADEMI KEPERAWATAN
PANGKALPINANG
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini
membahas Perilaku Etik dan Dilema Etik.
Dalam menyusun makalah ini penulis banyak mendapatkan hambatan dan rintangan akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak hambatan ini bisa teratasi. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah
ini. Semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Terlepas dari semua
itu penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi susunan
maupun tata bahasa.
Akhir kata penulis berharapa semoga makalah perilaku etik dan dilema etik keperawatan ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan 1
DAFTAR PUSTAKA 12
3
BAB I
PENDAHULUAN
Keperawatan merupakan suatu bentuk asuhan yang ditujukan untuk kehidupan orang
lain sehingga semua aspek keperawatan mempunyai komponen etika. Pelayanan
keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan, maka permasalahan etika
kesehatan menjadi permasalahan etika keperawatan pula.
Saat ini masalah yang berkaitan dengan etika (ethical dilemmas) telah menjadi masalah
utama, baik bagi pasien, masyarakat maupun pemberi asuhan kesehatan. Masalah etika
menjadi semakin kompleks karena adanya kemajuan ilmu dan tehnologi yang secara
dramatis dapat mempertahankan atau memperpanjang hidup manusia.
Pada saat yang bersamaan pembaharuan nilai sosial dan pengetahuan masyarakat
menyebabkan masyarakat semakin memahami hak-hak individu, kebebasan dan
tanggungjawab dalam melindungi hak yang dimiliki. Adanya berbagai faktor tersebut sering
sekali membuat tenaga kesehatan menghadapi berbagai dilema. Setiap dilema membutuhkan
jawaban dimana dinyatakan bahwa sesuatu hal itu baik dikerjakan untuk pasien atau baik
untuk keluarga atau benar sesuai kaidah etik.
1.2. TUJUAN
1. Mengetahui definisi perilaku etik
2. Mengetahui definisi dilema etik.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
c. Tujuan Etik Perawat
Pelaksanaan etik perawat memiliki tujuan yang jelas demi tercapainya
keinginan yang diharapkan. Tujuan etika keperawatan ini sebagai arahan tindakan
keperawatan ini diarahkan ke mana.
Tujuan etika keperawatan ini meliputi:
1) Menjunjung tinggi martabat dan citra profesi
Dalam hal ini yang di jaga adalah image organisasi dan mencegah orang
luar memandang rendah atau remeh suatu profesi. Kode etik suatu profesi
akan melarang berbagai bentuk tindak tanduk atau kelakuan anggota profesi
yang dapat mencemarkan nama baik profesi di dunia luar.
2) Meningkatkan pengabdian para anggota profesi
Kode etik berisi tujuan pengabdian profesi tertentu sehingga para anggota
profesi mengetahui tugas dan tanggungjawab pengabdian profesinya. Kode
etik merumuskan ketentuan yang perlu dilakukan oleh para anggota profesi
dalam menjalankan tugasnya.
3) Meningkatkan mutu
Kode etik juga memuat tentang norma-norma serta anjuran agar profesi
selalu berusaha untuk meningkatkan mutu profesi, sesuai dengan bidang
pengabdiannya.
6
2) Etik yang berorientasi kepada larangan
Pedoman yang digunakan adalah apa yang dilarang dan tidak boleh dilakukan
untuk mencapai suatu kebaikan dan kebajikan.
b) Faktor psikologis
Faktor psikologis juga berperan dalam pembentukan sikap. Karena
dengan aspek psikologis akan berdampak pada sikap individu, jika
psikologis seseorang sehat dan mampu beradaptasi maka akan terbentuk
sikap yang positif,sebaliknya jika aspek psikologis terganggu maka sikap
yang di timbulkan juga mengarah pada kejahatan dan penyimpangan
perilaku.
7
c) Faktor motivasi
Motifasi sendiri berperan untuk memberikan dorongan agar suatu
tujuan dapat tercapai. Motivasi juga berdasarkan lingkungan sekitar,
bagaimana cara individu menyesuaikan situasi agar terbentuk sikap yang
baik.
2) Faktor eksternal
a) Faktor pengalaman
Faktor pengalaman pada individu memberikan pengajaran dan
pengetahuan pada seseorang. Dengan pengalaman seseorang akan
mengetahui bagaiman menetukan sikap yang baik/buruk. Misalkan pada
seseorang yang punya banyak pengalaman berharga,bisa saja ia menjadi
orang yang bijaksana atau bahkan menjadi orang yang sombong.
b) Faktor situasi
Faktor situasi dapat dikatakan sebagai peluang untuk menetukan dan
membentuk sikap. Dalam setiap situasi individu harus mampu berdaptasi
karena jika tidak di khawatirkan akan muncul sikap-sikap yang kurang
pantas untuk di tampilkan dalam masyarakat.
c) Faktor norma
Norma dalam kehidupan dapat memberikan batasan-batasan, dalam
hubunganya dengan sikap individu adalah sikap yang timbul dapat
bervariasi. Misalkan saja seseorang yang anggota keluarganya seorang
militer, dia akan membentuk sikap yang cenderung disiplin dan sedikit
keras. Lain halnya pada seseorang yang anggota keluarganya seorang
pencuri, dia akan cenderung lebih santai dalam menjalani hidup dan
bahkan tidak mempunyai sopan santun.
8
d) Faktor hambatan
Hambatan itu sendiri dapat di temui dalam lingkungan intrinsik
maupun ekstrinsik,dan disini sikap seseorang akan susah untuk di
munculkan. Misalnya ada masalah dalam rumah tangga sehingga hal ini
menjadi pemicu seseorang tidak melakukan etika dengan baik.
e) Faktor pendorong
Faktor pendorong dapat di gunakan sebagai pembentuk sikap.
Dorongan dapat timbul oleh pengaruh yang datang dari diri sendiri
maupun lingkungan luar, pendidikan, pergaulan, dan lain sebagainya.
Faktor-faktor internal maupun eksternal tersebut dapat berpengaruh dalam
pembentukan sikap,sikap yang terbentuk juga akan menimbulkan sebuah
reaksi.
Reaksi tersebut dapat bersifat positif maupun negatif, reaksi yang
positif dapat menunjukkan sikap yang sesuai dengan keinginan dan
harapan masyarakat lainnya. Sedangkan reaksi negatif dapat menunjukan
sikap seseorang yang kurang serasi dalam kehidupan masyarakat. Pada
akhirnya yang menilai dan yang memantau reaksi tersebut adalah obyek
sikap.
Obyek sikap sendiri berhak untuk menilai apakah sikap dan reaksi
yang individu timbulkan berhak untuk diberi sebuah penghargaan atau
bahkan kecaman. Karena disini seseorang tidak dapat menilai dirinya
sendiri tanpa dukungan dari orang lain.
9
5) Profesional
6) Tidak mempersulit
7) Patuh pada perintah atasan yang sah dan wajar
8) Menjunjung tinggi nilai-nilai akuntabilitas dan integritas institusi
penyelenggara
9) Tidak membocorkan informasi atau dokumen yang wajib dirahasiakan sesuai
dengan peraturan undang-undang
10) Terbuka dan mengambil langkah yang tepat untuk menghindari benturan
kepentingan
11) Tidak menyalahgunakan sarana dan prasarana serta fasilitas pelayanan public
12) Tidak memberikan informasi yang salah atau menyesatkan dalam menanggapi
permintaan informasi serta proaktif dalam memenuhi kepentingan masyarakat
13) Tidak menyalahgunakan informasi, jabatan, dan/atau kewenangan yang
dimiliki
14) Sesuai dengan kepantasan, dan
15) Tidak menyimpang dari prosedur.
10
2.2. DILEMA ETIK
1. Definisi dilema etik
Dilema etik merupakan situasi yang di hadapi oleh seseorang dimana ia harus
membuat keputusan mengenai perilaku yang patut.
c. Justice (Keadilan)
Nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika perawat bekerja
untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar
untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Contoh ketika perawat dinas
sendirian dan ketika itu ada klien baru masuk serta ada juga klien rawat yang
memerlukan bantuan perawat maka perawat harus mempertimbangkan faktor-
faktor dalam faktor tersebutkemudian bertindak sesuai dengan asas keadilan.
11
d. Non-maleficence (tidak merugikan)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada
klien. Contoh ketika ada klien yang menyatakan kepada dokter secara tertulis
menolak pemberian transfuse darah dan ketika itu penyakit perdarahan
(melena) membuat keadaan klien semakin memburukdan dokter harus
mengistrusikan pemberian transfuse darah. Akhirnya transfusi darah tidak
diberikan karena prinsip beneficence walaupun padasituasi ini juga terjadi
penyalahgunaan prinsi nonmaleficince.
e. Veracity (Kejujuran)
Nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki oleh
seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setia
klien untuk meyakinkan agar klien mengerti. Informasi yang diberikan harus
akurat, komprehensif, dan objektif. Kebenaran merupakandasar membina
hubungan saling percaya. Klien memiliki otonomi sehingga mereka berhak
mendapatkan informasi yang ia ingin tahu. Contoh Ny. X masuk rumah sakit
dengan berbagai macam fraktur karena kecelakaan mobil, suaminya juga ada
dalam kecelakaan tersebut dan meninggal dunia. Ny. X selalu bertanya-tanya
tentang keadaan suaminya.
Dokter ahli bedah berpesan kepada perawat untuk belum memberitahukan
kematian suaminya kepada klien perawat tidak mengetahui alasan tersebut dari
dokter dan kepala ruangan menyampaikan intruksi dokter harus diikuti. Perawat
dalam hal ini dihadapkan oleh konflik kejujuran.
12
g. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien.
Dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna keperluan
pengobatan dan peningkatan kesehatan klien. Diskusi tentang klien diluar area
pelayanan harus dihindari.
13
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Berbagai permasalahan etik dapat terjadi dalam tatanan klinis yang melibatkan
interaksi antara klien dan perawat. Permasalahan bisa menyangkut penentuan antara
mempertahankan hidup dengan kebebasan dalam menentukan kematian, upaya menjaga
keselamatan klien yang bertentangan dengan kebebasan menentukan nasibnya, dan
penerapan terapi yang tidak ilmiah dalam mengatasi permasalah klien.
Dalam membuat keputusan terhadap masalah dilema etik, perawat dituntutdapat
mengambil keputusan yang menguntungkan pasien dan diri perawat dan tidak
bertentang dengan nilai-nilai yang diyakini klien. Pengambilan keputusan yang tepat
diharapkan tidak ada pihak yang dirugikan sehingga semua merasanyaman dan mutu
asuhan keperawatan dapat dipertahankan.
3.2. SARAN
14
DAFTAR PUSTAKA
Pedoman Perilaku Sebagai Penjabaran Kode Etik Keperawatan oleh DPP PPNI tahun 2017. Nomor
SK 043/DPP.PPNI/SK/K.S/VIII/2017
https://gustinerz.com/perilaku-perawat-pada-klien-penjabaran-kode-etik-keperawatan/
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Etika-Keperawatan-dan-
Keperawatan-Profesional-Komprehensif.pdf
http://eprints.undip.ac.id/55096/1/Yulianti_Proposal_Skripsi_22020113120035.pdf
15