Anda di halaman 1dari 164

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. 2


BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 3
A. LATAR BELAKANG ................................................................................................. 3
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................. 4
C. TUJUAN ...................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 5
A. FLORENCE NIGHTINGALE .................................................................................. 5
B. VIRGINIA HENDERSON ....................................................................................... 21
C. CALLISTA ROY ...................................................................................................... 31
D. MARTHA E.ROGER ............................................................................................... 44
E. DOROTHY E. JHONSON ....................................................................................... 56
F. DOROTHEA E. OREN............................................................................................ 84
G. BETTY NEUMAN ............................................................................................ 90
H. IMOGENE M KING....................................................................................... 101
I. MYRA E. LEVINE ......................................................................................... 106
J. HILDEGARD E. PEPLAU ............................................................................. 122
K. JEAN WATSON ................................................................................................. 129
L. MADELEINE LEININGER ............................................................................ 145
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 162
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 162
B. Saran ........................................................................................................................ 162
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 163

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya (penulis) dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik,
Sholawat serta salam tak lupa pula kita kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga, sahabat dan umatnya hingga akhir zaman.
Penyusunan makalah ini penulis sajikan sebagai panduan pembelajaran bagi
mahasiwa/i, makalah ini mahasiswa\i dapat mempelajari tentang 12 Teori
Keperawatan
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan
dan sangat jauh dari kata “sempurna”. Karena itu, penulis mengharapkan kritikan dan
saran-saran yang sifatnya membangun demi untuk penyempurnaan makalah ini.
Namun, kami tetap berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan
khususnya bagi para mahasiswa\i.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen kami Ibu Dr. Anik Puji
Rahayu, S.Kp, M.Kep yang telah memberikan tugas. Terima kasih kepada
mahasiswa\i yang telah membaca dan mempelajari makalah ini. Semoga dengan
makalah ini dapat meningkatkan hasil belajar yang maksimal. Demikian lah yang
dapat penulis sampaikan. Lebih dan kurangnya mohon dimaafkan.

2
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Konsep merupakan suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang
abstrak yang dapat diorganisir menjadi simbol - simbol yang nyata, sedangkan
konsep keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka
konseptual atau model keperawatan. Teori ini sendiri merupakan sekelompok
konsep yang membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu pernyataan yang
menjelaskan suatu proses, peristiwa, atau kejadian yang didasari oleh fakta -
fakta yang telah diobservasi, tetapi kurang absolut ( kurang adanya bukti )
secara langsung.
Teori keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model konsep
dalam keperawatan, sehingga model keperawatan tersebut mengandung arti
aplikasi dari struktur keperawatan itu sendiri yang memungkinkan perawat
untuk mengaplikasikan ilmu yang pernah didapat di tempat mereka bekerja
dalam batas kewenangan sebagai seorang perawat. Model konsep
keperawatan ini digunakan dalam menentukan model praktek keperawatan
yang akan diterapkan sesuai kondisi dan situasi tempat perawat tersebut
bekerja. Mengingat dalam model praktek keperawatan mengandung
komponen dasar seperti; adanya keyakinan dan nilai yang mendasari sebuah
model, adanya tujuan praktek yang ingin dicapai dalam memberikan
pelayanan ataupun asuhan keperawatan terhadap kebutuhan semua pasien,
serta adanya pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan oleh perawat
dalam mencapai tujuan yang ditetapkan sesuai kebutuhan pasien.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlunya mempelajari Teori
dan Model Keperawatan yang telah ada, sebagai salah satu kunci dalam
mengembangkan ilmu dan praktek serta profesi keperawatan di Indonesia.
Pada kesempatan kali ini penulis mencoba memaparkan “Teori dan Model

3
Keperawatan”, sekaligus untuk memenuhi tugas matakuliah Konsep Dasar
Keperawatan

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun masalah yang dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan teori dan model konsep keperawatan,
serta apakah tujuan teori dan model konsep keperawatan tersebut?
2. Bagaimanakah karakteristik teori keperawatan dan apa sajakah faktor-
faktor yang mempengaruhi teori keperawatan?
3. Bagaimanakah pandangan beberapa ahli tentang teori dan model
konsep keperawatan?

C. TUJUAN
Adapun tujuan pembahasan dari makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui pengertian teori dan model konsep keperawatan serta
tujuan dari teori dan model konsep keperawatan tersebut.
2. Mengetahui karakteristik teori keperawatan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi teori keperawatan.
3. Mengetahui pandangan beberapa ahli tentang teori dan model konsep
keperawatan

4
BAB II PEMBAHASAN

A. FLORENCE NIGHTINGALE

a. Kredensial dan Latar Belakang Ahli Teori

Florence Nightingale, pendiri keperawatan modern lahir pada tanggal 12


Mei 1820, di Florence, Italia. Ia bisa menyelesaikan pelatihan perawatnya
pada tahun 1851 di Kaiserwerth, Jerman, sebuah komunitas agama protestan
dengan fasilitas rumah sakit. Hanya 2 tahun setelah menyelesaikan
pelatihannya (pada tahun 1853), ia menjadi pengawas di Hospital For Invalid
Gentlewomen di London.

Untuk mencapai misinya memberikan asuhan keperawatan, ia harus


mengatasi masalah lingkungan yang ada, termasuk kurangnya sanitasi dan
adanya kotoran (beberapa pispot,air terkontaminasi, seprai yang
terkontamisai, dan septik tank yang meluap).

Dia disebut The Lady Of The Lamp, karena dia berkeliling bangsal pada
malam hari, memberikan kenyamanan emosional kepada para prajurit.

5
Nightingale menerima penghargan yang besar dan dianugrahi sejumlah dana
sebagai pengakuan yang besar dan dianugrahi sejumlah dana sebagai
pengakuan terhadap hasil kerjanya ini, kemudian digunakan untuk
membangun sekolah-sekolah untuk pelatihan keperawatan di St. Thomas’s
Hospital dan King’s Collenge Hospital di London. Selama hidupnya, karya
Nightingale diakui melalui berbagai penghargaan yang dia terima dari
negaranya sendiri dan dari orang banyak.

Komunitas keperawatan di Amerika Serikat tetapterpesona oleh kehidupan


dan karya Nightingale. Buku dosseu (2000) yang komphrensif, Florence
Nightingale: Mystic, Visionary, Healer membrikan sejarah dan interpretasi
mendalam yang lain atas kehidupan pribadi dan karya Nightingale. Akhirnya,
semua tulisan Nightingale selagi masih hidup dalam proses diterbitkan
sebagai The Collected Works of Florence Nightingale. Sampai saat ini
empatbelas volume dari enambelas volume telah diterbitkan dibawah
kepemimpinan sosiolog dan mahasiswa Nightingale Lynn McDonald
(McDonald,2001- sekarang). Selain itu, dia telah menerbitkan biografi baru
Nightingale (McDonald,2010a).

Penulis kontemporer mulai menggali hasil pekerjaan Florence Nightingale


sebagai sesuatu yang mempunyai potensi menjadi teori dan model konseptual
dari keperawatan (Meleis, 1985; Torres, 1986 ; Marriner-Tomey, 1994 ;
Chinn and Jacobs, 1995) , Meleis (1985) mencatat bahwa konsep Nightingale
Menempatkan lingkungan sebagai fokus asuhan keperawatan dan perhatian
dimana perawat tidak perlu memahami seluruh proses penyakit merupakan
upaya awal untuk memisahkan antara profesi keperawatan dan kedokteran.

Nightingale tidak memandang perawat secara sempit yang hanya sibuk


dengan masalah pemberian obat dan pengobatan, tetapi lebih berorientasi
pada pemberian udara, lampu, kenyamanan lingkungan, kebersihan,

6
ketenangan, dan nutrisi yang adekuat (Ninghtingale, 1860; Torres, 1986).
Melalui observasi dan pengumpulan data, Nightingale menghubungkan antara
status kesehatan klien dengan faktor lingkungan dan sebagai hasil yang
menimbulkan perbaikan kondisi hygiene dan sanitasi selama perang Crimean.

Torres (1986) mencatat bahwa Nightingale memberikan konsep dan


penawaran yang dapat divalidasi dan digunakan untuk menjalankan praktik
keperawatan. Nightingale dalam teori deskripsinya memberikan cara berfikir
tentang keperawatan dan kerangka rujukan yang berfokus pada klien dan
lingkungannya (Torres, 1986). Surat Nightingale dan tulisan tangannya
menuntun perawat untuk bekerja atas nama klien. Prinsipnya mencakup
bidang pelayanan, penelitian dan pendidikan. Hal paling penting adalah
konsep dan prinsip yang membentuk dan melingkupi praktik keperawatan
(Marriner-Tomey, 1994). Nightingale berfikir dan menggunakan proses
keperawatan. Ia mencatat bahwa observasi (pengkajian) bukan demi berbagai
informasi atau fakta yang mencurigakan, tetapi demi penyelamatan hidup dan
meningkatkan kesehatan dan kenyamanan.
Teori Nightingale memandang pasien dalam kontek lingkungan keseluruhan :
1. Lingkungan fisik
2. Psikologis
3. Sosial
Teori atau model konsep Florence Nightingale memposisikan
lingkungan sebagai fokus asuhan keperawatan, dan perawat tidak perlu
memahami seluruh proses penyakit, model dan konsep ini dalam upaya
memisahkan antara profesi keperawatan dengan kedokteran. Orientasi
pemberian asuhan keperawatan / tindakan keperawatan lebih diorientasikan
pada pemberian udara, lampu, kenyamanan, kebersihan, ketenangan, dan
nutrisi yang adequate, dengan dimulai dari pengumpulan data dibandingkan
dengan tindakan pengobatan semata, upaya teori tersebut dalam rangka

7
perawat mampu menjalankan praktik keperawatan mandiri tanpa bergantung
pada profesi lain.
Model dan konsep ini memberikan inspisi dalam perkembangan
praktik keperawatan, sehingga akhirnya dikembangkan secara luas, paradigm
perawat dalam tindakan keperawatan hanya memberikan kebersihan
lingkungan kurang benar, akan tetapi lingkungan dapat mempengaruhi proses
perawatan pada pasien, sehingga perlu diperhatikan.
Hubungan teori Nightingale dalam konsep keperawatan :

1. Individu: perbaikan dalam menghadapi penyakit.


2. Keperawatan: proses perbaikan untuk kesehatan.
3. Masyarakat/lingkungan: mempengaruhi perkembangan individu

Banyak faktor mempengaruhi perkembangan filosofi keperawatan


Nightingale. Pribadi, sosial, dan nilai-nilai professional serta semua
keprihatinannya adalah bagian yang tidak terpisahkan dari pengembangan
keyakinannya. Dia menggabungkan sumber daya individu dengan sumber
daya sosial dan profesional yang tersedia baginya untuk menghasilkan
perubahan jangka menengah dan panjang di seluruh dunia

Sebagaimana dicatat, Penidikan Nightingale adalah salah satu yang tidak


biasa untuk seorang gadis Vitoria. Pengawasan oleh ayahnya yang terdidik
dan intelektual dalam masa pelajaran seperti matematika dan filsafat
memberinya kemapuan dan pengetahuan dan kemampuan berpikir konseptual
yang unik untuk wanita pada zamannya. meskipun orangtuanya awalnya
menentang keinginannya untuk belajar matematika, mereka berubah dan
memperbolehkannya menerima bimbingan tambahan dari matematikawan
yang terhormat. Masih belum diketahui apakah Nightingale adalah seorang
jenius atau tidak yang akan jadi pemimpin dan pemikir besar dalam keadaan
apapun. Nightingale juga mengakui perubahan sosial padazamannya serta

8
dampaknya terhadap status kesehatan individu. Era industry telah terjadi
diinggris, menciptakan kelas sosial baru, penyakit baru, dab masalah sosial
baru. Komentar sosial dari novel Dickens telah menyajikan untuk masyarakat
inggris dengan komentar-komentar pedas pada perawatan kesehatan dan
kebutuhan untuk kesehatan serta reformasi sosial di Inggris.
Akhirnya afilitas agama dan keyakinan Nightingale menjadi sumberdaya yang
sangat kuat bagi teori keperawatannya. Dibesarkan sebagai Unitarian ,
keyakinan bahwa tuhan, telah menjadikannya sebagai dasar untuk memaknai
religius.Selain itu, komunitas Unitarian sangat mendukung pendidikan sebagai
sarana untuk mengembangkan potensi anugerah tuhan dan membantu orang
bergerak menuju kesempurnaan dalam hidup mereka dan dalam pelayanan
mereka kepada tuhan. Keyakinan Nightingale memberinya kekuatan pribadi
sepanjang hidupnya dan keyakinan bahwa pendidikan merupakan faktor
penting dalam menentukan profesi keperawatan.

Konsep utama dan Definisi


Teori Nightingale berfokus pada lingkungan, namun Nightingale
menggunakan istilah surroundings (lingkungan) dalam tulisannya. Dia
mendefinisikan dan menjelaskan konsep ventilasi, kehangatan, cahaya, diet,
kebersihan, dan kebisingan. Komponen – komponen lingkungan yng biasanya
disebut sebagai environment (lingkungan) dalam diskusi karyanya. Ventilasi
yang tepat bagi pasien tampaknya menjadi perhatian terbesar Nightingale;
pesannya kepada para perawat untuk “ menjaga udara yang dihirup saat
bernafas semurni udara luar, tanpa mendinginkan” (Nightingale 1969, hal 12).
Penekanan Nightingale pada ventilasi yang tepat menunjukan bahwa ia
mengenal lingkungan sebagai sumber penyakit dari permulihan. Selain
membahas ventilsi dikamar atau rumah.
Nightingale memberikan deskripsi dalam mengukur suhu tubuh pasien
melalui palpasi ekstremitas untuk memeriksa kehilangan panas (Nightingale,

9
1969). Perawat diperintahkan untuk menata lingkungan untuk
mempertahankan ventilasi dan kehangatan pasien dengan menggunakan
pemanasan yang baik, membuka jendela, dan meposisikan pasien didalam
ruangan dengan benar. Kebersihan adalah komponen penting lain dari teori
lingkungan Nightingale (Nightingale, 1969) Dalam hal ini, dia secara khusus
menunjukan pada pasien, perawat, dan lingkungan fisik. Dia mencatat bahwa
lingkungan yang kotor (lantai, karpet, dinding, dan seprai) adalah sumber
infeksi melalui bahn organik yang dikandungnya. Bahkan meskipun
lingkungan berventilasi baik, kehadiran bahan organik bisa menciptakan area
kotor. Oleh karena itu, penanganan dan pembuangan koran tubuh dan limbah
yang tepat diperlukan untuk mencegah kontaminasi lingkungan. Akhirnya
Nightingale menganjurkan pasien sering mandi bahkan setiap hari.Pada masa
itu praktik ini bukan hal biasa. Dia mengharuskan perawat juga mandi setiap
hari, pakaian mereka harus menjadi bersih, serta sering mencuci tangan
(Nightingale, 1969). Konsep ini menyimpan makna khusus untuk perawatan
individu, dan sangat penting dalam mengingatkan status kesehatan
masyarakat miskin yang tinggal di dalam kondisi lingkungan yang sesak dan
akses yang terbatas pada air murni (Nightingale, 1969).
Nightingale memasukkan konsep tenang dan diet dalam teorinya. Perawat
diperlukan untuk menilai kebutuhan terhadap ketenangan dan melakukan
intervensi yang diperlukan untuk mempertahankannya (Nightingale, 1969).
Kebisingan yang diciptakan oleh kegiatan fisik di daerah sekitar kamar pasien
harus dihindari karena bisa membahayakan pasien. Nightingale juga
memberikan perhatian terhadap diet pasien (Nightingale,1969). Dia
menginstrusikan para perawat tidak hanya menilai pasien asupan makanan,
tetapi juga jadwal makan dan efeknya pada pasien. Dia percaya bahwa pasien
dengan penyakit kronis bisa mati kelaparan yang tidak disengaja, dan perawat
yang cerdas seharusnya bisa memenuhi kebutuhan gizi pasien dengan baik.

10
Komponen lain dari tulisan Nightingale adalah deskripsi tentang
manajemen kecil (administrasi keperawatan) (Nightingale, 1969). Dia
menunjukkan bahwa perawat adalah pengendali lingkungan baik secara fisik
maupun administrasi. Keberadaan perawat adalah untuk melindungi pasien
dari menerima berita menjengkelkan, melihat pengunjung yang dapat
menimbulkan efek negatif terhadap pemulihan, dan mengalami gangguan
tidur yang tiba-tiba, Selain itu, Nightingale mengakui bahwa kunjungan
hewan peliharaan (hewan kecil) bisa saja menjadi kenyamanan bagi pasien.
Nightingale percaya bahwa perawat tetap bertanggung jawab atas lingkungan,
bahkan ketika dia tidak hadir secara fisik, karena dia seharusnya mengawasi
orang lain yang bekerja ketika ia tidak bertugas.
A. Asumsi Utama
Keperawatan
Nightingale percaya bahwa setiap wanita, pada suatu waktu dalam
hidupnya, akan menjadi seorang perawat dalam arti bahwa keperawatan
bertanggung jawab untuk kesehatan orang lain. Buku Nightingale Noteson
Nursing awalnya di terbitkan pada tahun 1859, didedikasikan untuk para
wanita sebagai pedoman merawat orang yang mereka cintai di rumah dan
untuk memberikan saran agar “berfikir seperti seorang perawat” (Nightingale
1969, hal 4). Bagaimanapun, perawat yang terlatih harus belajar prinsip-
prinsip ilmiah tambahan untuk di terapkan dalam pekerjaan mereka dan
menjadi lebih terampil dalam mengamati dan melaporkan status kesehatan
pasien sambil memberikan asuhan perawatan ketika pasien sembuh.
Manusia
Dalam sebagian besar tulisannya, Nightingale menyebut person sebagai
pasien. Perawat melakukan tugas dan bagi pasien dan mengendalikan
lingkungan pasien untuk meningkatkan pemulihan. Sebagian besar,
Nightingale menjelaskan seorang pasien bersifat pasif dalam hubungan ini.
Namun, referensi khusus di buat untuk pasien melakukan perawatan diri

11
sendiri apabila kemungkinan dan khususnya ketika menyangkut waktu dan
substansi makanan, keberadaan perawat adalah untuk menanyakan ke pasien
tentang kesukaannya, dan mengungkapkan keyakinannya, di sini Nightingale
melihat setiap pasien sebagai individu yang unik. Namun, Nightingale (1969)
menekankan bahwa perawat adalah pengendali dan bertanggung jawab
seputar lingkungan pasien. Nightingale menghormati orang dari berbagai latar
belakang dan tidak menghakimi berkenan dengan nilai sosial.
Kesehatan
Nightingale mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan baik serta
menggunakan setiap kekuatan (sumber daya) untuk sepenuhnya menjalani
hidup. Selain itu, ia melihat penyakit (disease) dan sakit (illness) sebagai
proses perbaikan yang alam lakukan di saat seseorang tidak memperhatikan
masalah kesehatan. Nightingale membayangkan pemeliharaan kesehatan
melalui pencegahan penyakit dan pengendalian lingkungan merupakan
tanggung jawab sosial. apa yang dia gambarkan tersebut membawanya kepada
konsep keperawatan kesehatan masyarakat yang lebih modern dalam promosi
kesehatan. Konsepnya tentang keperawatan kesehatan masyarakat tetap
berlaku sampai saat ini terutama tentang peran perawat di daerah dan
pertugas-petugas kesehatan di Inggris dan di negara-negara lain yang
meletakkan petugas-petugas keperawatan kesehatan yang digunakan untuk
menjaga kesehatan dan mengajari orang bagaimana untuk mencegah penyakit
(disease) dan sakit (illness). Konsepnya tentang keperawatan kesehatan adalah
model yang digunakan oleh banyak lembaga dan departemen kesehatan
masyarakat di Amerika Serikat.
Lingkungan
Konsep Nightingale tentang lingkungan menekankan bahwa keperawatan
adalah “untuk membantu alam dalam penyembuhan pasien”. Sedikit, jika ada
di dalam dunia pasien yang di kecualikan dari definisinya mengenai
lingkungan. Nasihatnya untuk perawat, baik yang menyediakan perawat di

12
rumah atau di rumah sakit adalah untuk menciptakan dan mempertahankan
lingkungan terapeutik yang akan meningkatkan kenyamanan dan pemulihan
pasien.
Asumsi dan pemahaman Nightingale tentang kondisi lingkungan pada masa
itu adalah yang paling relevan dengan filosofinya. Dia percaya bahwa orang
miskin yang sakit akan mendapat manfaat dari perbaikan lingkungan yang
akan mempengaruhi tubuh mereka dan pikiran mereka. Dia percaya bahwa
perawat bisa berperan dalam mengubah status sosial orang miskin dengan
meningkatkan kondisi kehidupan fisik mereka.
Banyak bangsawan pada masa itu tidak menyadari kondisi kehidupan orang
miskin. Ibu Nightingale telah mengunjungi dan memberikan perawatan
kepada keluarga miskin di masyarakat sekitar perkebunan mereka,
Nightingale juga menemaninya dalam kunjungan sebagai seorang anak dan
melanjutkannya ketika berusia lebih dewasa. Dengan demikian, pemahaman
Nightingale tentang lingkungan fisik dan efeknya pada kesehatan di peroleh
melalui pengamatan langsung dan pengalaman di luar situasi kehidupannya
yang nyaman.
Penegasan Teroritis
Nightingale percaya bahwa penyakit adalah sebuah proses perbaikan
penyakit adalah usaha alam untuk memperbaiki proses keracunan atau
pembusukan, atau reaksi melawan kondisi di mana seseorang ditempatkan.
Meskipun konsep ini tampak konyol, konsep ini lebih ilmiah daripada yang
berlaku pada masa itu (misalnya, penyakit sebagai hukuman). Nightingale
percaya bahwa peran keperawatan adalah untuk mencegah gangguan dari
proses perbaikan dan untuk memberikan kondisi yang optimal untuk
meningkatkannya, sehingga memastikan kesembuhan pasien. Nightingale
benar-benar berkomitmen untuk pendidikan keperawatan (pelatihan). Dia
menulis Notes on Nursing (1969) untuk para perawat perempuan agar
membuat perbedaan antara peran pembantu rumah tangga dan mereka yang

13
dilatih khusus sebagai perawat untuk memberikan perawatan bagi orang yang
sakit. Nightingale (1969) percaya bahwa perawat dibutuhkan untuk menjadi
pengamat yang sangat baik terhadap pasien dan lingkungan; observasi adalah
kegiatan yang berkelanjutan bagi perawat yang terlatih. Selain itu, ia percaya
bahwa perawat harus menggunakan akal sehat praktik, ditambah dengan
pengamatan, ketentuan, dan kecerdikan. Akhirnya, Nightingale percaya
bahwa orang yang menginginkan kesehatan yang baik, maka mereka akan
bekerja sama dengan perawat dan alam untuk memungkinkan proses
perbaikan terjadi, dan bahwa mereka akan mengubah lingkungan mereka
untuk mencegah penyakit. Meskipun, Nightingale telah dicela karena
mengatakan bahwa dia tidak menganut teori kuman, dia sangat jelas
memahami konsep penularan dan kontaminasi melalui bahan organik dari
pasien dan lingkungan. Banyak dari pengamatannya yang konsisten dengan
konsep infeksi dan teori kuman, misalnya ia menganut konsep vaksinasi
terhadap berbagai penyakit. Small (2008) berpendapat bahwa Nightingale
memnag percaya pada teori kuman namun tidak dalam hal menunjukkan
bahwa kuman penyakit adalah menyebabkan infeksi yang tak terelakkan.
Nightingale tidak secara eksplisit membahas perilaku kepedulian para
perawat. Dia menulis sangat sedikit tentang hubungan interpersonal, kecuali
karena hal tersebut mempengaruhi proses pemulihan pasien. Dia
menggambarkan fenomena yang dibutuhkan untuk keperawatan dan perlunya
komitmen pekerjaan keperawatan contoh yang dialaminya sendiri tentang
praktik keperawatan di krimea bisa memberikan bukti perilaku kepedulian. Ini
termasuk komitmennya untuk mengamati pasien di malam hari, sebuah
konsep dan praktek baru.
Watson mendeskpriksikan perilaku Nightingale sebagai “cetak biru untuk
makna dan model kepedulian transpersonal” (Neils, 2010) menjelaskan salah
satu peran keperawatan dalam memberikan asuhan kepada pasien adalah
sebagai penghubung bila didasarkan pada deskripsi Nightingale tentang ronde

14
keperawatan. Demikian pula, baik Burkhart dan Hogan (2008) dan Wu dan
Lin (2011) telah melakukan penelitian untuk mengidentifikasi kepedulian
spiritual dalam praktik keperawatan yang pertama kali dijelaskan oleh
Nightingale. Akhirnya, Wagner dan White (2010) mengeksplorasi dan
menganalisis “hubungan caring” dalam tulisan-tulisan Nightingale sendiri.
Penelitian sejarah ini memberikan kontribusi pada pemahaman kita tentang
bagaimana Nightingale menggambarkan konsep modern tentang caring.
Nightingale (1969) menyerukan untuk pengambilan keputusan ringkas dan
jelas oleh perawat dan dokter mengenai pasien, ia mencatat bahwa
pembimbingan (keraguan) atau mengubah pikiran lebih berbahaya bagi pasien
daripada pasien harus membuat keputusan sendiri. Hoyt (2010) menganalisis
bagaimana Nightingale mendefinisikan keperawatan sebagai profesi yang
beretika dan praktik etika yang tertanam dalam keperawatan.
4. Bentuk Logis
Nightingale menggunakan penalaran induktif untuk mendapatkan intisari
hokum kesehatan, penyakit, dan keperawatan dari pengamatan dan
pengalamannya. Pendidikan masa kecilnya, terutama dalam filsafat dan
matematika, telah berkontribusi dalam kemampuan berpikir logis dan
penalaran induktifnya. Misalnya, pengamatannya tentang kondisi di rumah
sakit scutari menuntunnya untuk menyimpulkan bahwa lingkungan yang
terkontaminasi, kotor, dan gelap akan menyebabkan penyakit. Dia tidak hanya
mencegah penyakit berkembang dilingkungan seperti itu, tetapi juga
memvalidasi hasil dengan pencatatan yang cermat. Dari pelatihannya sendiri,
pengalaman singkatnya sebagai seorang perawat di London dan
pengalamannya di krimea, dia membuat pengamatan dan penetapan prinsip-
prinsip untuk pelatihan perawat dan perawatan pasien (Nightingale, 1969)

15
5. Penerimaan oleh Komunitas Keperawatan
a. Praktik
Prinsip-prinsip Keperawatan Nightingale tetap sebagai dasar praktik
keperawatan saat ini. Aspek lingkungan dari teorinya (yaitu: ventilasi,
kehangatan, ketenangan, diet, dan kebersihan) tetap menjadi komponen
integral dan asuhan keperawatan. Sebagai perawat yang melakukan praktik
di abad kedua puluh satu, relevansi konsepnya berlanjut; pada kenyataanya,
mereka telah meningkatkan relevansi sebagai masyarakat global yang
menghadapi masalah baru dalam pengendalian penyakit.
Masalah lingkungan yang baru telah diciptakan oleh arsitektur modern
(misalnya: sindrom sickbuilding); perawat perlu bertanya apakah bangunan
modern yang terkendali secara lingkungan telah memenuhi prinsip
Nightingale berkenaan dengan ventilasi yang baik. Di sisi lain, lingkungan
terkendali semakin melindungi masyrakat dari asap rokok perokok pasif, gas
beracun, emisi mobil dan bahaya lingkungan lainnya.
Dalam fasilitas perawatan kesehatan, kemampuan mengontrol suhu kamar
pasien perorangan sering semakin sulit. Lingkungan yang sama ini bisa
membuat suara yang keras melalui kegiatan dan teknologi (peralatan) yang
digunakan untuk membantu proses pemulihan pasien. Perawat telah melihat
dari cara ilmiah pada masalah ini karena mereka senantiasa mempengaruhi
pasien dan sistem perawatan kesehatan (McCarthy, Outmet, & Daun, 1991;
McLaughlin, McLaughlin, Elliott, & Campalani, 1996; MNA, 1999; Pope,
1995)
McPhaul dan Lipscom (2005) telah menerapkan prinsip-prinsip lingkungan
Nightingale untuk praktek dalam keperawatan kesehatan kerja. Para perawat
spesalis ini semakin mengakui masalah kesehatan lingkungan saat ini di
tingkat lokal, regional, dan global.

16
Penyakit infeksi (misalnya HIV, TB, virus West Nile) adalah contoh
dari perubahan ini. Selain itu, perawat dihadapkan oleh epidemi zat beracun
dan infeksi nosocomial serta pengembangan organisme resistem (misalnya:
MRSA) di lingkungan perawat pasien mereka tindakan-tindakan pencegahan
ini pertama yaitu mencuci tangan dan kebersihan lingkungan mengingat
kembali ke teori dan prinsip lingkungan asli Nightingale.
Meskipun beberapa alasan Nightingale telah dimodifikasi atau
dibantah oleh kemajuan medis dan penemuan ilmiah, banyak dari konsepnya
telah mengalami tes waktu dan kemajuan teknologi. Beberapa penulis telah
menganalisis konsep dan tindakan keberlakuan lintas zaman dan
universalitas gaya manajemennya (Decker & Farley, 1991, Henry, Woods, &
Nagelkerk, 1990, Monteiro, 1985) Selandres (2010) berpendapat kuat bahwa
Nightingale adalah seorang feminis dan bahwa keyakinannya sebagai
seorang feminis adalah integral bagi perkembangan keperawatan
professional modern.

a. Pendidikan
Prinsip-prinsip Nightingale tentang pelatihan perawat (pembelajaran
dalam prinsip-prinsip ilmiah dan pengalaman praktis untuk menguasai
keterampilan) menyediakan kerangka universal untuk sekolah pelatihan
perawat rintisan, dimulai dengan St. Thoma’s Hospital dan King’s College
Hospital di London. Menggunakan model pelatihan perawat Nightingale,
berikut tiga sekolah percobaan yang didirikan di Amerika Serikat pada tahun
1873 (Ashley, 1976)
1) Bellevue Hospital di New York
2) New Haven Hospital di Connecticut
3) Massachusetts Hospital dib Boston

17
Sulit untuk membayangkan akan seperti apa perawatan terhadap manusia
yang sakit jika Nightingale tidak mendefinisikan kebutuhan pendidikan
perawat dan mendirikan sekolah sekolah pertama ini.

b. Penelitian
Ketertarikan Nightingale dalam penyelidikan ilmiah dan statistic terus
menjelaskan penyelidikan ilmiah yang digunakan dalam penelitian
keperawatan. Dia memiliki kemampuan yang sangat efisien dan banyak akal
dalam mengumpulkan dan menganalisis data, kemampuannya untuk
mempresentasikan data melalui grafik,pertama kali dikenal dalam diagram
polar, gaya ilustrasi grafis yang dia ciptakan (Agnew,1958,Cohen 1984;
McDonald, 2010).

Ketika tulisan Nightingale didefinisikan dan dianalisis sebagai teori,


tulisan- tulisan itu Nampak menyajikan pendapatan filosofis yang berlaku di
keperawatan modern. Konsep yang Nightingale identifikasi dijadikan
sebagai dasar untuk penelitian menambah ilmu dan praktik keperawatan
modern di seluruh dunia. Paling penting adalah fokusnya pada lingkungan
dan arti pentingnya untuk keperawatan. Akhirnya, adalah menarik untuk
dicatat singkat, contoh-contoh yang memungkinkan untuk menggambarkan
sejumlah konsep yang dia jelaskan dalam Notes on Nursing (1969).

c. Pengembangan Lebih Lanjut


Filosofi dan teori keperawatan Nightingale dinyatakan dengan jelas
dan ringkas dalam Notes on Nursing (1969) Dalam tulisan ini, dia
memberikan panduan untuk merawat orang sakit dan dengan dmeikian
memperjelas mana yang keperawatan dan mana yang bukan. Karena
pengetahuan tentang keperawatan telah berkembang, karya Nightingale telah
datang dan diakui sebagai filosofi keperawatan. Tourville (2003)

18
menggambarkan Nightingale sebagai batang pohon hidup dari teori-teori
keperawatan.
d. Kritik
Karya Nightingale adalah jelas dan mudah dipahami. Ia berisi tiga
hubungan utama sebagai berikut:
a) Lingkungan ke pasien
b) Perawat ke lingkungan
c) Perawat ke pasien
Nightingale telah menguji teorinya dengan mengumpulkan data dan
memverifikasi perbaikan. Dia bermaksud untuk memberikan aturan umum
dan penjelasan yang akan menghasilkan asuhan keperawatan yang baik
untuk pasien. Jadi, tujuannya melakukan pengaturan sebagai aturan umum
untuk praktik dan pengembangan keperawatan telah ditemukan melalui
teorinya yang sederhana ini.

e. Keumuman

Teori Nightingale telah digunakan untuk memberikan pedoman umum


kepada semua perawat karena dia memperkenalkannya lebih dari 150 tahun
yang lalu. Konsep hubungan (perawat, pasien, dan lingkungan) tetap berlaku
di semua tata cara keperawatan saat ini. Oleh karena itu, mereka memenuhi
kriteria keumuman

f. Presisi Empiris

Nightingale menyarankan perawat pada masa itu agar praktik mereka


didasarkan pada pengamatan dan pengamalan mereka. Konsepnya bisa
dipertanggung jawabkan untuk studi dengan pendekatan kualitatif pada masa
sekarang sebagaimana metode kuantitatif.

19
g. Konsekuensi yang Dapat Diperoleh

Tulisan Nightingale mengarahkan perawat untuk mengambul tindakan


atas nama pasien dan perawat. Arahan ini mencakup area praktik, penelitian
dan pendidikan. Prinsip-prinsipnya adalah untuk membentuk praktik
keperawatan yang paling spesifik.

20
B. VIRGINIA HENDERSON

a. Definisi Keperawatan Menurut Virginia Henderson


Virginia Henderson memperkenalkan definition of nursing
(definisi keperawatan). Ia menyatakan bahwa definisi keperawatan
harus menyertakan prinsip keseimbangan fisiologis. Definisi ini
dipengaruhi oleh persahabatan dengan seorang ahli fisiologis bernama
Stackpole. Henderson sendiri kemudian mengemukakan sebuah
definisi keperawatan yang ditinjau dari sisi fungsional. Menurutnya
tugas unik perawat adalah membantu individu baik dalam keadaan
sehat maupun sakit, melalui upayanya melaksanakan berbagai aktivitas
guna mendukung kesehatan dan penyembuhan individu atau proses
meninggal dengan damai, yang dapat dilakukan secara mandiri oleh
individu saat ia memiliki kekuatan, kemampuan, kemauan atau
pengetahuan untuk itu (tugas perawat). Di samping itu, Henderson
juga mengembangkan sebuah model keperawatan yang dikenal dengan
“The Activities of Living”. Model tersebut menjelaskan bahwa tugas
perawat adalah membantu individu dengan meningkatkan
kemandiriannya secepat mungkin. Perawat menjalankan tugasnya
secara mandiri, tidak tergantung pada dokter. Akan tetapi perawat
tetap menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi
pasien.

21
Virginia Henderson adalah ahli teori keperawatan yang penting, yang
telah memberi pengaruh besar pada keperawatan sebagai teori yang
mendunia. Ia lahir pada tahun 1897 di kota Kansas, Missouri, Amerika
Serikat. la memulai karir keperawatan di Army School of Nursing pada
tahun 1918.
Di tahun 1960-an, ia membuat model konseptual ketika profesi
keperawatan mulai mencari identitas. Masalah intinya adalah apakah
perawat cukup berbeda dengan prrofesi yang lain dalam layanan kesehatan
dalam kinerjanya. Pertanyaan ini merupakan hal penting sampai tahun 1950-
an sebab perawat lebih sering hanya melakukan instruksi dokter. Virgina
Henderson merupakan orang pertama yang mencari fungsi unik dari
keperawatan. Pada saat menulis di tahun 1960-an ia terpengaruh oleh aspek
negative dan positif dari praktek keperawatan masa itu. Hal tersebut meliputi
:
 Autiritaria dan struktur hirarki di rumah sakit.
 Sering terdapat fokus satu pihak yaitu pada penyembuhan gangguan
fungsi fisik semata.
 Fakta bahwa mempertahankan kontak pribadi dengan pasien
merupakan hal yang tidak mungkin dilakukan pada masa itu.
 Adanya keanekaragaman yang ia miliki selama karier keperawatannya
di Amerika Serikat diberbagai bidang layanan kesehatan.
Virginia Henderson-pun diminta untuk memplubikasikan model
konseptualnya oleh International Council of Nurse (ICN) pada tahun 1960-
an. Oleh karena diarahkan lebih pada aspek-aspek psikologis dari perawatan
pasien. Kontribusi penting oleh Henderson (l1966) adalah definisi perawatan
berikut yang menjadi definisi yang sudah diterima secara umum. Fungsi unik
dari perawat adalah untuk membantu individu sehat atau sakit. Dalam hal
memberikan pelayanan kesehatan atau pemulihan atau kematian yang damai,

22
yang dapat ia lakukan tanpa bantuan jika ia memiliki kekuatan, kemauan,
atau pengetahuan. dan melakukannya dengan cara tersebut dapat
membantunya mendapatkan kemandirian secepat mungkin
Teori keperawatan Virginia Henderson mencakup seluruh kebutuhan
dasar seorang manusia. Virginia Henderson mendefinisikan Keperawatan
adalah suatu rungsi yang unik dari perawat untuk menolong klien yang sakit
atau sehat dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan meningkatkan
kemampuan, kekuatan, pengetahuan dan kemandirian pasien secara rasional,
sehingga pasien dapat sembuh atau meninggal dengan tenang. Perawat
sebagai partner penolong pasien dan kalau perlu sebagai pengganti bagi
pasien. Focus perawat adalah menolong pasien dan keluarga untuk
memperoleh kebebasan dalam hal memenuhi 14 kebutuhan Eliminasi.
Membantu individu yang sakit dan yang sehat dalam melaksanakan
aktivitas yang memiliki kon-tribusi terhadap kesehatan dan
penyembuhannya dimana individu tersebut akan mampu mengerjakannya
tanpa bantuan bila ia memiliki kekuatan, kemauan, dan pengetahuan yang
dibutuhkan. Dan hal ini dilakukan dengan cara membantu mendapatkan
kembali kemandiriannya secepat mungkin.
1. Manusia
Henderson melihat manusia individu yang mengalami perkembangan
rentang kehidupan yang dalam meraih kesehatan, kebebasan, dan kematian
yang damai membutuhkan orang lain. Ia melihat bahwa pikiran dan tubuh
manusia adalah satu komponen yang tidak dapat dipisahkan. Oleh sebab itu
Ia membagi kebutuhan dasar manusia itu menjadi 14 komponen penanganan
perawatan, dimana kebutuhan dasar manusia itu diklasifikasikan menjadi 4
kategori yaitu komponen kebutuhan biologis, psikologis, sosiologis, dan
spiritual. Diantaranya yaitu :
a. Biologis
- Bernapas secara normal.

23
- Makan dan minum dengan cukup.
- Membuang kotoran tubuh.
- Bergerak dan menjaga posisi yang diinginkan.
- Tidur dan istirahat.
- Memilih pakaian yang sesuai.
- Menjaga suhu tubuh tetap dalam batas normal dengan menyesuaikan
pakaian dan mengubah lingkungan.
- Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat serta melindungi integumen.
- Menghindari bahaya lingkungan yang bisa melukai.

b. Psikologis
-Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan emosi, kebutuhan,
rasa takut, atau pendapat.
-Belajar mengetahui atau memuaskan rasa penasaran yang menuntun pada
perkembangan normal dan kesehatan serta menggunakan fasilitas kesehatan
yang tersedia.
c. Sosiologis
-Bekerja dengan tata cara yang mengandung unsur prestasi.
-Bermain atau terlibat dalam berbagai kegiatan rekreasi.
d. Spiritual
-Beribadah sesuai dengan keyakinan.

e. Keperawatan
Dalam menjalankan fungsinya penanganan keperawatan didasari oleh 14
kebutuhan dasar manusia (independence). Untuk membantu individu yang
sakit maupun sehat untuk mendapatkan kembali pemulihannya yang
tujuannya ialah kebebasan.

24
f. Kesehatan
Dalam mendapatkan kesehatan manusia perlu memiliki kesadaran dan
pengetahuan dalam meningkatkan kualitas hidup lebih baik yang menjadi
dasar manusia berfungsi bagi kemanusiaan karena mencegah lebih baik
daripada mengobati penyakit. Agar manusia mendapatkan kesehatannya maka
diperlukan kemandirian dan saling ketergantungan.
g. Lingkungan
Lingkungan adalah salah satu yang harus di perhatikan karena lingkungan
sekitar adalah cerminan pola kehidupan manusia dan merupakan faktor yang
memiliki pengaruh besar bagi kesehatan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam lingkungan yaitu :
a. Manusia harus mampu menjaga lingkungan sekitarnya agar tetap dalam
kondisi sehat.
b. Perawat dituntut mampu menjaga pasien dari cedera mekanis.
c. Sebagai seorang perawat dituntut untuk memiliki pengetahuan tentang
kesehatan, kebersihan, dan keamanan lingkungan.
d. Perawat harus mampu membuat observasi secara menyeluruh terhadap
seorang pasien dengan tepat agar hasilnya dapat membantu dokter dalam
memberikan resep.
e. Dalam menjalankan tugasnya perawat harus memiliki ketelitian agar dapat
meminimalkan peluang terjadinya kecelakaan atau luka dikarenakan
sarana kontruksi bangunan dan pemeliharaannya.
f. Dalam menjaga keselamatan yang lebih bagi seorang pasien maka perawat
harus memiliki pengetahuan tentang kebiasaan sosial dan praktik
keagamaan untuk memperkirakan adanya ancaman.
Menurut Henderson, ada tiga tingkatan hubungan ketergantungan pasien
dengan perawat dari yang sangat bergantung hingga mendapatkan kembali
kemandirian pasien.diantaranya yaitu :
1) Perawat sebagai pengganti (substitute) bagi pasien.

25
2) Perawat sebagai penolong (helper) bagi pasien.
3) Perawat sebagi mitra (partner) bagi pasien.
Disaat seorang pasien dalam keadaan sakit maka ia akan mengalami
penurunan kekuatan fisik, kemampuan, atau kemauan pasien. Dan pada situasi
yang gawat di sinilah perawat berperan untuk memenuhi kekurangan pasien
dan melengkapinya hingga masa gawatnya berlalu dan kemasa pemulihan.
Inilah yang disebut perawat sebagai pengganti (substitute), dan setelah
melewati masa tersebut maka seorang pasien akan berangsur-angsur
mendapatkan kemandiriannya kembali walaupun kemandirian sifatnya relatif
karena manusia adalah makhluk sosial atau tidak bisa hidup tanpa orang lain
dan kebutuhan tiap-tiap manusia berbeda. Disinilah peran perawat sebagai
penolong (helper) dalam berusaha mewujudkan kesehatan pasien
membantunya mendapatkan kembali kemandirianya. Sebagai mitra (partner)
perawat dan pasien bersama-sama merumuskan rencana perawatan kesehatan
pasien walaupun mengalami dugaan yang berbeda tetap saja pasien memiliki
kebutuhan dasar yang harus dipenuhi hanya saja kebutuhan dasar yang
dimaksud dipengaruh oleh kondisi patologis dan faktor lainnya seperti
lingkungan, usia, dan budaya.
Menurut Henderson, tugas perawat membantu pasien dalam
melakukan manajemen kesehatan saat tidak ada dokter dan Ia tidak
menyetujui akan filosofi bahwa seorang dokter boleh memberi perintah
kepada pasien atau tenaga kesehatan lainnya dan ia juga mengatakan bahwa
perawat tidak boleh selalu tunduk mengikuti perintah dokter. Rencana
keperawatan yang telah disusun oleh perawat dan pasien harus dijalankan
dengan optimal, agar dapat diobservasi untuk membatu pengobatan yang akan
ditentukan oleh dokter.
4. Konsep kepedulian menurut Virginia Henderson
a. Kepedulian adalah suatu hal yang berfokus pada menolong orang lain
untuk sembuh atau pulih

26
b. Kepedulian adalah suatu rasa kepuasan dalam menolong orang lain
c. Kepedulian yang optimal adalah kepedulian yang dapat meningkatkan
kesehatan individu
d. Kepedulian yang baik adalah respon yang diterima pasien yang
mempengaruhi bagaimana kesehatan nantinya
e. Lingkungan yang penuh dengan rasa kepedulian akan membantu
seseorang dalam mengambil keputusan dalam kehidupannya.
f. Kepedulian adalah fokus utama keperawatan
g. Kepedulian adalah unsur dari pengetahuan fisik dengan prilaku dalam
membantu meningkatkan kesehatan seseorang.
Dari definisi keperawatan menurut Henderson perawat berkaitan erat
dengan aplikasi penanganan kesehatan yang berinteraksi langsung denga
pasien dengan mengubah kondisi pasien dari yang semula tidak mampu atau
bergantung menjadi mandiri dengan menerapkan 14 komponene penaganan
perawatan seperti:
a. Pengkajian
Perawat melakukan penilaian dengan berdasarkan 14 komponen kebutuha
dasar yang dapat dilakukan pendekatan yang meliputi psikologis, sosial dan
spritual dengan demikian maka perawat dapat mengenali kebutuhan yang
diperlukan pasien sehingga dapat diterapkan untuk pengkajian dan persiapan.
b. Observasi
Menganalisis dengan mengunakan indra berupa indra penglihatan,
pendengaran dan peraba setelah itu membandingkan dengan pengetahuan
tentang sehat-sakit
c. Perencanaan
Menurut Henderson, perencanaan adalah akitivitas penyusunan dan perbaikan
susunan perawatan terhadap proses penyembuhan yang telah disususn
bersama antara perawat dengan pasien dan dokumentasi proses bagaimana
perawat memebantu pemulihan dari sakit hingga sembuh.

27
d. Implementasi
Proses melakukan penyusunan rencana perawatan yang telah disusun yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar yang telah disusun dalam rencana
perawatan untuk pemulihan dari kondisi sakit atau meninggal dengan damai.
e. Interverensi
Tahap dimana dalam pengapilikasianya terlebih dahulu melihat prinsip
fisiologis, usia, latar belakang budaya, keseimbangan emosional, kemampuan
intelektual dan fisik individu.
f. Evaluasi
Dalam kesinambungan tahap-tahap tersebut antara pengkajian, observasi,
perencanaan, implementasi, inteverensi dan yang terakhir adalah evaluasi
yaitu catatan akhir yang berupa perkembangan dalam kriteria yang
diharapkan, dalam pencapaian kemandirian pasien dalam melakukan
aktivitasnya sehari-hari berdasarkan 14 kebutuhan dasar tersebut.
Virginia Henderson memperkenalkan definisi keperawatan, ia
menyatakan bahwa definisi keperawatan harus menyertakan prinsip
kesetimbangan fisiologis, yang ditinjau dari sisi fungsional. Menurutnya,
tugas unik perawat adalah membantu individu, baik dalam keadaan sakit
maupun sehat, melalui upayanya melaksanakan berbagai aktivitas guna
mendukung kesehatan dan penyembuhan individu atau proses meninggal
dengan damai, yang dapat dilakukan secara mandiri oleh individu saat ia
memiliki kekuatan,kemampuan, kemauan, atau pengetahuan. Henderson juga
mengembangkan sebuah model keperawatan yang dikenal dengan The
Activities of Living'. Model tersebut menjelaskan bahwa tugas perawat adalah
membantu individu dalam meningkatkan kemandiriannya secepat mungkin.
Perawat menjalankan tugasnya secara mandiri, tidak tergantung pada dokter.
Akan tetapi, perawat tetap menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu
mengunjungi pasien.

28
Konsep utama teori Henderson mencakup manusia, keperawatan, kesehatan,
dan lingkungan. Henderson melihat manusia sebagai individu yang
membutuhkan bantuan untuk meraih kesehatan, kebebasan, atau kematian
yang damai, serta bantuan untuk meraih kemandirian. Menurut
Henderson, kebutuhan dasar manusia terdiri atas 14 komponen yang
merupakan komponen penanganan perawatan. Keempat belas kebutuhan
tersebut sebagai berikut:
a. Bernapas secara normal
b. Makan dan minum dengan cukup
c. Membuang kotoran tubuh
d. Bergerak dan menjaga posisi yang dinginkan.
e. Tidur dan istirahat
f. Memilih pakaian yang sesual
g. Menjaga suhu tubuh tetap dalam batas normal dengan menyesuaikan
pakaian dan mengubah lingkungan.
h. Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat, serta melindungi integumen.
i. Menghindari bahaya lingkungan yang bisa melukai
j. Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan emosi,
kebutuhan, rasa takut, atau pendapat.
k. Beribadah sesuai dengan keyakinan.
l. Bekerja dengan tata cara yang mengandung prestasi.
m. Bermain atau terlibat dalam berbagai kegiatan rekreasi.
n. Belajar mengetahui atau memuaskan atau rasa penasaran yang menuntun
pada perkembangan normal dan kesehatan, serta menggunakan fasilitas
kesehatan yang tersedia.
Henderson juga menyatakan bahwa pikiran dan tubuh manusia tidak
dapat dipisahkan satu sama lain (inseparable). Sama halnya dengan klien
dan keluarga, mereka merupakan satu kesatuan (unit). Dalam pemberian
layanan kepada klien, terjalin hubungan antara perawat dengan klien.

29
Menurut Henderson, hubungan perawat-klien terbagi dalam tiga tingkatan,
mulai dari hubungan sangat bergantung hingga hubungan sangat mandiri.
a. Perawat sebagai pengganti (substitute) bagi pasien.
b. Perawat sebagai penolong (helper) bagi pasien.
c. Perawat sebagai mitra (partner) bagi pasien.
Pada situasi pasien yang gawat, perawat berperan sebagai pengganti
di dalam memenuhi kebutuhan pasien akibat kekuatan fisik, kemampuan, atau
kemampuan pasien yang berkurang. Di sini perawat berfungsi untuk
"melengkapinya". Setelah kondisi gawat berlalu dan pasien berada pada fase
pemulihan, perawat berperan sebagai penolong untuk menolong atau
membantu pasien mendapatkan kembali kemandiriannya. Kemandirin ini
sifatnya relatif, sebab tidak ada satu pun manusia yang tidak bergantung pada
orang lain. Meskipun demikian, perawat berusaha keras saling bergantung demi
mewujudkan kesehatan pasien. Sebagai mitra, perawat dan pasien bersama-sama
merumuskan rencana perawatan bagi pasien. Meskipun diagnosisnya berbeda,
setiap pasien tetap memiliki kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Hanya saja,
kebutuhan dasar tersebut dimodifikasi berdasarkan kondisi patologis dan faktor
lainnya, seperti usia,tabiat, kondisi emosional, status sosial atau budaya, serta
kekuatan fisik dan intelektual.Kaitannya dengan hubungan perawat-dokter,
Henderson berpendapatbahwa perawat tidak boleh selalu tunduk mengikuti
perintah dokterHenderson sendiri mempertanyakan filosofi yang membolehkan
seorangdokter memberi perintah kepada pasien atau tenaga kesehatan lainnya.

30
C. CALLISTA ROY

Suster Callista Roy adalah suster dari Saint Joseph of Carondet.Roy


dilahirkan pada tanggal 14 Oktober 1939 di Los Angeles California.Roy
menerima Bachelor of Art Nursing pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys
College di Los Angeles dan Magister Saint in nurshing pada tahun 1966 di
Universitas California Los Angeles.Setelah mendapat gelar perawat Roy
memulai pendidikannya di sosiologi dan menerima gelar M.A tahun 1973 dan
pada tahun 1977 di universitas California. Pada saat bekerja ditingkat
magister, dalam sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang
untuk mengembangkan sebuah model konsep keperawatan.Roy bekerja sebagai
staf perawat pediatric dan mengumumkan daya lenting dari anak-anak dan
menambahkan respon ke perubahan fisiologis-psikologis.Konsep adaptasi
mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan
keperawatan. Konsep pokok dan model ini dikembangkan saat Roy lulus dari
universitas di California Los Angeles dari tahun 1964 sampai tahun 1966. Roy
mulai mengoperasikan modelnya pada tahun 1968 ketika Mount Saint Marys

31
College menggunakan kerangka adaptasi yang didirikan oleh seorang Pisipol
dari kurikulum keperawatan.
Roy mengasosiasikan ke professor dan ketua dari departemen or nurshing di
Mount Saint Marys College hingga 1982. dari tahun 1983-1985 Roy sebagai
Robert wood Johnson Post Doctoral Fellow di universitas California San
Fransisco sebagai sarjana perawat di Neuroscience. Selama ini Roy melakukan
pencarian pada intervensi perawat bagian luka-luka dan pengalamannya dari
perawat model pada klinik.Pada tahun 1988 Roy baru memulai menyusun
lulusan teori perawat di Sekolah Boston College of Nursing.
Roy menerbitkan banyak buku, artikel periodical dan menghadirkan banyak
kuliah dan workshops pada teori adaptasi perawatnya. Sebagian tentang budi
pekerti dan uraian yang baru dari Roy Adaption Model ( RAM ) yang diterbitkan
di buku The Roy Adaptoin Model merupakan ungkapan yang pasti.
Pada tahun 1981 Roy adalah seorang dari Sigma Theta Tau dan Roy pun
menerima hadiah National Founder selama bertahan di Fosterus Proffesional
Nurshing Standars.Prestasinya masuk pada tahun 1984 sebagai kehormatan
dokter dari Humane Letters oleh Alverno College.Pada tahun 1985 mendapat
kehormatan dokter dari timur Michigan University dan pada tahun 1986 A.J.N
menghadiahi buku untuk model adaptasi utama Roy. Roy diakui di dunia siapa
wanita itu ?kepribadian dari Amerika dan sebagai Follow of the American
Academy of Nurshing.

Konsep Dasar dan Model Keperawatan Callista Roy


Merupakan Model dalam keperawatan yang menguraikan bagaimana individu
mampu meningkatkan kesehatannya dengan cara mempertahankan prilaku secara
adaptif serta mampu merubah prilaku yang maladaptive. Sebagai individu dan
makhluk kholistik memiliki sistem adaptif yang selalu beradaptasi secara
keseluruhan .dalam memahami konsep model ini, Callista Roy mengemukakan

32
konsep keperawatan dengan model adaptasi yang memiliki beberapa pandangan
atau keyakinan serta nilai yang dimilikinya diantaranya :

1. Manusia sebagai makhluk biologi, psikologi, dan social yang selalu


berinteraksi dengan lingkungannya.
2. Untuk mencapai suatu homeostatis atau terintregasi sesorang harus
beradaptasi sesuai dengan perubahan yang terjadi
3. Terdapat tiga tingkatan adaptasi pada manusia yang dikemukakan oleh
Roy, diantaranya :
a. Focal sitimulasi yaitu stimulus yang langsung beradaptasi dengan seseorang
dan akan mempunyai pengaruh kuat terhadap seseorang individu
b. Konteksual sitimulus, merupakan stimulus lain yang di alami seseorang, dan
baik setimulis internal maupun eksternal, yang dapat mempengaruhi, kemudian
dapat di lakukan observasi, di ukur secara subjektif.
c. Residual setimulus, merupakan setimulus lain yang merupakan ciri tambahan
yang ada atau sesuai dengan situasi dalam proses penyesuaian dengan
lingkungan yang sukar di lakukan observasi.
4. Sistem adaptasi memiliki empat mode adaptasi di antaranya pertama,
fungsi fisiologis, komponen sistem adaptasi ini yang diadaptasi fisologis
diantaranya oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahatnya. Integritas
kulit indra cairan dan elektrilit fungsi netrologis dan fungsi endrokrin; kedua
konsep diri yang memunyai pengertian bagaimana seseorang mengenal pola-pola
interaksi sosial dalam berhubungan dengan orang lain; ketiga fungsi peran
merupakan proses penyusunan yang berhubungan dengan bagai mana peran
seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi sosial dalam berhubungan dengan
orang lain ; dan ke empat interdependent merupakan kemampuan seseorang
mengenal pola-pola tentang kasih sayang, cinta yang di lakukan melalui
hubungan interpersonal pada tingkat individu dan kelompok .

33
5. Dalam proses penyesuaian diri individu harus meningkatkan energi
agar mampu melaksanakan tujuan untuk kelangsungan kehidupan
perkembangan, produksi dalam keunggulan sehingga proses ini memiliki tujuan
untuk meningkatkan proses adaptif .

Secara ringkas, pandangan roy mengemukakan bahwa individu sebagai mahluk


biyopisikososial dan sepiritual sebagai satu kesatuan yang utuh memiliki
mekanisme koping untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan sehingga
individu aelalu beradaptasi terhadap perubahan lingkungan .dalam
mengemukakan mode konsep praktek keperawatan asuhan dasar yang dimiliki
diantaranya sebagai mahlik individu yang utuh dan sehat individu mampu
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan biopisikososial setiap orang selalu
menggunakan koping yang bersifat positif dan negatif . untuk mampu
beradaptasi setiap individu akan berespon terhadap kebutuhan fisikologis
kebutuhan akan konsep diri yang posotif , kemampuan untukn hidup mandiri
serta kebutuhan akan berperan dan berfungsi secara optimal untuk memelihara
intrgritas diri dan individu selalu selalu berada dalam rentang sehat-sakit yang
berhubungan dengan koping yang efektif dalam memelihata proses adapbtasi.
Jadi tujuan asuhan keperawatan adalah membantu untuk beradaptasi terhadap
perubahan kebutuhan fisikologis, konsep diri , fungsi peran, dah hubungan
interdependensi selalu sehat dan sakit .kebutuhan yang di maksud Roy antara
lain :

1. Kebutuhan Fisiologis dasar


2. Pengembangan konsep diri positif.
3. Penampilan peran sosial
4. Pencapaian keseimbangan antara kemandirian dan ketergantungan
Roy mengidentifikasi input sebagai stimulus yang dapat menimbulkan respon.
Ada 3 komponen pada input, yaitu stimulus Fokal, stimulus kontekstual, dan

34
stimulus residual. Stimulus fokal adalah stimulus yang langsung berhadapan
dengan individu (stimulus internal), seperti perubahan fisologis, perubahan
konsep diri, perubahan fungsi peran, atau perubahan dalam memepertahankan
keseimbangan antara kemandirian dan ketergantungan. Stimulus kontekstual
adalah semua stimulus yang diterima oleh individu,baik internal ( karakteristik
diri) maupun eksternal
(lingkungan,keluarga,teman,masyarakat,petugaskesehatan)yang memenuhi
situasi atau stimulus fokal dan dapat di observasi, diukur, serta dilaporkan secara
subjektif. Stimulus residual adalah cirri-ciri tambahan dan relevan dengan situasi
yang ada, namun sukar untuk di observasi.Contohnya adalah keyakinan, sikap
dan sifat individu yang berkembang sesuai dengan pengalaman masa lalu.
Aspek berikutnya yang terkait dengan kemampuan adaptasi dengan mekanisme
control atau koping regulator dan kognator (proses). Mekanisme control
regulator merupakan respon sistem kimiawi,saraf atau endokrin,otak, dan
medulla spinalis yang diteruskan sebagai prilaku atau respon. Sedangkan
mekanisme control kognator berhubungan dengan fungsi otak dalam memproses
informasi, penilaian, dan emosi.
Aspek terakhir pada teori adaptasi roy adalah output. Output dari suatu sistem
adalah prilaku yang dapat diamati, diukur, atau dapat dikemukakan secara
subjektif.Output dalam sistem ini dapat berupa respon adaptif ataupun respon
maladaptif.
Roy juga mengembangkan konsepnya untuk membantu individu beradaptasi dan
menunjukkan respons atau perilaku adaptif terhadap perubahan kebutuhan yang
mencakup perubahan fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan hubungan saling
ketergantungan antara sehat dan sakit (output).Konsep sehat yang dikembangkan
oleh Roy adalah bagaimana individu mampu beradaptasi dan berperilaku adaptif
terhadap perubahan yang terjadi gyna memenuhi kebutuhannya, seperti
kebutuhan fisiologis, konsep diri yang positif, kebutuhan untuk menampilkan
fungsi peran sosial dan mempertahankan keseimbangan antara kemandirian dan

35
ketergantungan.Konsep sakit yang dikembangkan Roy adalah ketika individu
tidak mampu beradaptasi dengan perubahan yang dialaminya. Selanjutnya, ia
akan menampilkan respon atau perilaku maladaptif yang menyebabkan keempat
kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi.
Roy memiliki delapan falsafah yang kemudian dibagi menjadi dua yaitu empat
berdasarkan falsafah humanisme dan empat yang lainnya berdasarkan falsafah
veritivity.
Falsafah humanisme / kemanusiaan berarti bahwa manusia itu memiliki
rasa ingin tahu dan menghargai, jadi seorang individu akan memiliki rasa saling
berbagi dengan sesama dalam kemampuannya memecahkan suatu persoalan atau
untuk mencari solusi, bertingkah laku untuk mencapai tujuan tertentu, memiliki
holism intrinsik dan selalu berjuang untuk mempertahankan integritas agar
senantiasa bisa berhubungan dengan orang lain.
Falsafah veritivity yaitu kebenaran , yang dimaksud adalah bahwa ada hal yang
bersifat absolut. Empat falsafah tersebut adalah :
1. tujuan eksistensi manusia
2. Gabungan dari beberapa tujuan peradaban manusia
3. aktifitas dan kreatifitas untuk kebaikan umum.
4. nilai dan arti kehidupan.
Roy kemudian mengemukakan mengenai konsep mayor, berikut beberapa
definisi dari konsep mayor Callista Roy.
a. sistem adalah kesatuan dari beberapa komponen atau elemen yang saling
berhubungan sehingga membentuk suatu kesatuan yang meliputi adanya input,
control, proses, output dan umpan balik.
b. derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal,
konsektual dan residual.
c. problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak sesuai dengan
kebutuhan.
d. stimulus fokal adalah stimulus yang mengharuskan manusia berespon adaptif.

36
e. stimulus konsektual adalah seluruh stimulus yang memberikan kontribusi
perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh stimulus fokal.
f. stimulus residual adalah seluruh faktor yang memberikan kontribusi terhadap
perubaha tingkah laku tetapi belum dapat di validasi.
g. regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon otomatik
melalui neural, cemikal dan proses endokrin.
h. kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui
proses yang komplek dari persepsi informasi, mengambil keputusan dan belajar.
i. model efektor adaptif adalah kognator yaitu fisiological, fungsi peran,
interdependensi dan konsep diri.
j. respon adaptif adalah respon yang meningkatkan integritas manusia dalam
mencapai tujuan manusia untuk mempertahankan kehidupan.
k. fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan
bagaimana proses adaptasi dilakukan.
l. konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan
m. penampilan peran adalah penampilan fungsi peran dalam hubungannya di
dalam hubungannya di lingkungan sosial.
n. interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain sebagai support
sistem.

Model Konseptual Callista Roy


Model konseptual merupakan suatu kerangka kerja konseptual, sistem atau
skema yang menerangkan tentang serangkain ide global tentang keterlibatan
individu, kelompok, situasi atau kejadian terhadap suatu ilmu dan
pengembangannya.Roy dengan fokus adaptasinya pada manusia terdapat 4
elemen esensial yaitu keperawatan, manusia, kesehatan dan lingkungan.
Berikut akan kami jelaskan definisi dari keempat elemen esensial menurut Roy:

37
6. Keperawatan
Menurut Roy keperawatan di definisikan sebagai disiplin ilmu dan
praktek.Keperawatan sebagai disiplin ilmu mengobservasi, mengklasifikasikan,
dan menghubungkan proses yang berpengaruh terhadap kesehatan.
Keperawatan menggunakan pendekatan pengetahuan untuk menyediakan
pelayanan bagi orang-orang.
Keperawatan meningkatkan adaptasi individu untuk meningkatkan kesehatan,
jadi model adaptasi keperawatan menggambarkan lebih khusus perkembangan
ilmu keperawatan dan praktek keperawatan.Dalam model tersebut keperawatan
terdiri dari tujuan perawat dan aktifitas perawat.Tujuan keperawatan adalah
mempertinggi interaksi manusia dengan lingkungannya, peningkatan adaptasi
dilakukan melalui empat cara yaitu fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran
dan interdependensi. Tujuan keperawatan diraih ketika stimulus fokal berada
dalam wilayah dengan tingkatan adaptasi manusia. Adaptasi membebaskan
energi dari upaya koping yang tidak efektif dan memungkinkan individu untuk
merespon stimulus yang lain, kondisi seperti ini dapat meningkatkan
penyembuhan dan kesehatan.

2. Manusia
Menurut Roy manusia adalah sebuah sistem adaptif, sebagai sistem yang adaptif
manusia digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan yang memiliki input,
control, output dan proses umpan balik. Lebih khusus manusia didefinisikan
sebagai sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator untuk
mempertahankan adaptasi, empat cara adaptasinya yaitu fungsi fisiologis, konsep
diri, fungsi peran dan interdependensi. Sebagai sistem yang adaptif mausia
digambarkan dalam istilah karakteristik, jadi manusia dilihat sebagai satu
kesatuan yang saling berhubungan antar unit secara keseluruhan atau beberapa
unit untuk beberapa tujuan.
3. Kesehatan

38
Kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi manusia secara
utuh dan terintegrasi secara keseluruhan. Dalam model keperawatan konsep
sehat dihubungkan dengan konsep adaptasi.Adaptasi adalah komponen pusat
dalam model keperawatan, dalam hal ini manusia digambarkan sebagai suatu
sistem yang adaptif. Proses adaptasi termasuk semua interaksi manusia dengan
lingkungan ysng terdiri dari dua proses, proses yang pertama dimulai dengan
perubahan dalam lingkungan internal dan eksternal dan proses yang kedua
adalah mekanisme koping yang menghasilkan respon adaptif dan inefektif.

4. Lingkungan
Lingkungan digambarkan sebagai suatu keadaan yang ada di dalam dan di luar
manusia. Lingkungan merupakan input bagi manusia sebagai suatu sistem yang
adaptif
5. TeoriPenegasan
Dalam teorinya sister Callista Roy memiliki dua model mekanisme yaitu :
- Fungsi atau proses control yang terdiri dari :
1. Kognator
2. Regulator
- Efektor, mekanisme ini dibagi menjadi empat yaitu :
1. Fisiologi
2. konsep diri
3. Fungsi peran
4. Interpendensi

Regulator digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya terhadap empat efektor


cara adaptasi yaitu: fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan
interdependensi. Berikut penjelasan dari empat efektor yang telah disebutkan.
a) Mode Fungsi Fisiologi

39
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy
mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk
mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi
fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan
proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu :
1. Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu
ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).
2. Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk
mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan
yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).
3. Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan
ginjal. ( Servonsky, 1984 dalam Roy 1991)
4. Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan
istirahat yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam
memperbaiki dan memulihkan semua komponen-komponen tubuh. (Cho,1984
dalam Roy, 1991).
5. Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses
imunitas dan struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting
sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984
dalam Roy 1991).
6. The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau
memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi nyeri penting
dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991).
7. Cairan dan elektrolit : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya
termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi sistemik.
Sebaliknya inefektif fungsi sistem fisiologis dapat menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit. (Parly, 1984, dalam Roy 1991).
8. Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan
bagian integral dari regulator koping mekanisme seseorang. Mereka mempunyai

40
fungsi untuk mengendalikan dan mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran
dan proses emosi kognitif yang baik untuk mengatur aktivitas organ-organ tubuh
(Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).
9. Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan
fungsi neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh.
Aktivitas endokrin mempunyai peran yang signifikan dalam respon stress dan
merupakan dari regulator koping mekanisme ( Howard & Valentine dalam
Roy,1991)
b) Mode Konsep Diri
Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan spesifik
pada aspek psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini
berhubungan dengan integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan
ekspresi perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the
physical self dan the personal self.
1. The physical self yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya
berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan pada
area ini sering terlihat pada saat merasa kehilangan, seperti setelah operasi,
amputasi atau hilang kemampuan seksualitas.
2. The personal self yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral-
etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau
takut merupakan hal yang berat dalam area ini.

c) Mode fungsi peran

Mode fungsi peran mengenal pola – pola interaksi sosial seseorang dalam
hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer,
sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan
dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya .
d) Mode Interdependensi

41
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh
Roy.Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/ kasih
sayang, perhatian dan saling menghargai.
Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian
dalam menerima sesuatu untuk dirinya.
Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi dengan orang
lain. Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan berinisiatif untuk melakukan
tindakan bagi dirinya.Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara dua
nilai ekstrim, yaitu memberi dan menerima.
Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah respon inefektif.Respon-
respon yang adaptif itu mempertahankan atau meningkatkan integritas,
sedangkan respon yang tidak efektif atau maladaptif itu mengganggu integritas.
Melalui proses umpan balik respon-respon memberikan lebih lanjut masukan
(input) pada manusia sebagai suatu sisem.Subsistem regulator dan kognator
adalah mekanisme adaptasi atau koping dengan perubahan lingkungan, dan
diperlihatkan melalui perubahan biologis, psikologis, dan social. Subsistem
regulator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan pada sistem
saraf, kimia tubuh dan organ endokrin serta subsistem kognator adalah gambaran
respon yang kaitannya dengan perubahan kognitif dan emosi, termasuk
didalamnya persepsi, proses informasi, pembelajaran, dan membuat alasan dan
emosional, yang termasuk didalamnya mempertahankan untuk mencari bantuan.

Kelebihan dan Kelemahan teori Callista Roy

Roy mampu mengembangkan dan menggabungkan beberapa teori sehingga


dapat mengembangkan model perpaduannya.Yang hingga kini masih menjadi
pegangan bagi para perawat.Keeksistensiannya tentu memiliki sifat kuat atau
memiliki kelebihan dalam penerapan konsepnya dibanding dengan konsep
lainnya.Kelebihan dari teori dan model konseptualnya adalah terletak pada teori

42
praktek dan dengan model adaptasi yang dikemukakan oleh Roy perawat bisa
mengkaji respon perilaku pasien terhadap stimulus yaitu mode fungsi fisiologis,
konsep diri, mode fungsi peran dan mode interdependensi.selain itu perawat juga
bisa mengkaji stress yang dihadapi oleh pasien yaitu stimulus vokal, konektual
dan residual, sehingga diagnosis yang dilakukan oleh perawat bisa lebih lengkap
dan akurat.

43
D. MARTHA E.ROGER

Martha Elizabeth Roger lahir pada tanggal 12 Mei 1914 di Dallas, Texas.
Beliau memulai karir sarjananya ketika beliau masuk di Universitas Tennessee di
Knoxville pada tahun 1931. Beliau masuk sekolah keperawatan di RSU
Knoxville pada September 1933. Beliau menerima gelar Diploma Keperawatan
pada tahun 1936 dan menerima gelar B.S dari George Peabody College di
Masville pada tahun 1937. Pada tahun 1945 beliau mandapat gelar MA dalam
bidang pengawasan kesehatan masyarakat dari Fakultas Keguruan Universitas
Columbia, New York. Beliau menjadi Eksekutif Direktur dari pelayanan
keperawatan di Phoenix, AZ. Beliau meninggalkan Arizona pada tahun 1951 dan
kembali melanjutkan sekolah di Universitas Johns Hopkins, Baltimre MD dg
memperoleh gelar MPH tahun 1952 dan Sc.D tahun 1954. Beliau di tetapkan
menjadi Kepala Bagian Keperawatan di New York University pada tahun 1954.

A. Definisi Keperawatan Menurut Martha E. Rogers


Keperawatan adalah ilmu humanistis atau humanitarian yang menggambarkan
dan memperjelas bahwa manusia dalam strategi yang utuh dan dalam
perkembangan hipotesis secara umum dengan memperkirakan prinsip-prinsip
dasar untuk ilmu pengetahuan praktis. Ilmu keperawatan adalah ilmu

44
kemanusiaan, mempelajari tentang alam dan hubungannya dengan
perkembangan manusia.
Rogers mengungkapkan bahwa aktivitas yang di dasari prinsip – prinsip
kreatifitas, seni dan imaginasi. Aktifitas keperawatan dinyatakan Rogers
merupakan aktifitas yang berakar pada dasar ilmu pengetahuan abstrak,
pemikiran intelektual, dan hati nurani. Rogers menekankan bahwa keperawatan
adalah disiplin ilmu yang dalam aktifitasnya mengedepankan aplikasi
keterampilan, dan teknologi. Aktivitas keperawatan meliputi pengkajian,
intervensi, dan pelayanan rehabilitatif senantiasa berdasar pada konsep
pemahaman manusia atau individu seutuhnya

B. Model konsep keperawatan Martha E. Roger


 Asumsi Dasar
Dasar teori Rogers adalah ilmu tentang asal usul manusia dan alam semesta
seperti antropologi, sosiologi, agama, filosofi, perkembangan sejarah dan
mitologi. Teori Rogers berfokus pada proses kehidupan manusia secara utuh.
Ilmu keperawatan adalah ilmu yang mempelajari manusia, alam dan
perkembangan manusia secara langsung.
Berdasarkan pada kerangka konsep yang dikembangkan oleh Rogers (1970)
ada lima dasar asumsi tentang manusia, yaitu:
a. Manusia adalah satu kesatuan, proses integritas individu dan mewujudkan
karakteristik yang lebih dan perbedaan dari jumlah bagian-bagiannya. Manusia
kelihatan seperti bagian terkecil dan menghilang lenyap dari pandangan. Karena
kesatuan ini menghasilkan variabel dan secara konstan mengubah pola ini.
Manusia merupakan makhluk yang memiliki kepribadian unik, antara satu dan
lainnya berbeda di beberapa bagian. Secara signifikan mempunyai sifat-sifat
yang khusus jika semuanya jika dilihat secara bagian perbagian ilmu
pengetahuan dari suatu subsistem tidak efektif bila seseorang memperhatikan

45
sifat-sifat dari sistem kehidupan manusia. Manusia akan terlihat saat bagiannya
tidak dijumpai.
b. Individu dan lingkungan terus mengalami perubahan materi dan energi.
Berasumsi bahwa individu dan lingkungan saling tukar-menukar energi dan
material satu sama lain. Beberapa individu mendefenisikan lingkungan sebagai
faktor eksternal pada seorang individu dan merupakan satu kesatuan yang utuh
dari semua hal.
c. Mempercayai bahwa proses hidup manusia tidak dapat diulang dan tidak
dapat diprediksi sepanjang ruang dan waktu. Individu tidak pernah dapat
mundur atau jadilah sesuatu ia atau dia sebelumnya. Bahwa proses kehidupan
manusia merupakan hal yang tetap dan saling bergantung dalam satu kesatuan
ruang waktu secara terus menerus. Akibatnya seorang individu tidak akan pernah
kembali atau menjadi seperti yang diharapkan semula.
d. Perilaku pada individu merupakan suatu bentuk kesatuan yang
inovatif. Mengidentifikasi pola manusia dan mencerminkan keutuhan yg inovatif,
pola teladan ini mempertimbangkan pengaturan diri, ritme, dan teori pengaruh
energi. Mereka memberi kesatuan keanekaragaman dan mencerminkan suatu
alam semesta yang kreatif dan dinamis.
e. Individu dicirikan oleh kapasitas abstraksi dan citra, bahasa dan berpikir,
sensasi dan emosi. Hanya manusia yang mampu untuk berfikir menjadi siapa dan
keluasan dari alam semesta ini. Dari seluruh bentuk kehidupan di dunia hanya
manusia yang mampu berfikir dan menerima dan mempertimbangkan luasnya
dunia.
Berdasarkan pada asumsi-asumsi, terdapat 4 batasan utama yang ditunjukkan
oleh Martha E. Roger :
1. Sumber energy
2. Keterbukaan
3. Pola-pola perilaku
4. Ukuran-ukuran 4 dimensi

46
Disini terdapat elemen-elemen yang saling berhubungan pada ini adalah manusia
dan lingkungannya.Sebagai sistem hidup dan sumber energi, individu mampu
mengambil energi dan informasi dari lingkungan dan menggunakan energi dan
informasi untuk lingkungan.Karena pertukaran ini individu adalah sistem terbuka
yang mendasari dan membatasi asumsi-asumsi utama Martha E. Roger.
Terdapat persamaan kekuatan antara anggapan dasar Roger dan sistem teori
umum lainnya. Menurut von Bertalanffy (1968), sebuah sistem adalah kumpulan
dari elemen-elemen yang dihubungkan, wujud manusia dan lingkungannya.
Seperti sebuah sistem hidup dan energi dasar, individu memiliki kecakapan
dalam memanfaatkan energi dan informasi dari lingkungan dan energi bebas dan
informasi kepada lingkungan.
Martha E. Roger mengemukakan empat konsep besar tersebut dan menghadirkan
lima asumsi tentang manusia. Tiap orang dikatakan sebagai suatu yang individu
utuh.Manusia dan lingkungan selalu saling bertukar energi. Proses yang terjadi
dalam kehidupan seseorang tidak dapat diubah dan berhubungan satu sama lain
pada dimensi ruang dan waktu. Hal tersebut merupakan pola kehidupan.Pada
akhirnya seseorang mampu berbicara, berfikir, merasakan, emosi,
membayangkan dan memisahkan. Manusia mempunyai empat dimensi, medan
energi negentropik dapat diketahui dari kebiasaan dan ditunjukkan dengan ciri-
ciri dan tingkah laku yang berbeda satu sama lain dan tidak dapat diduga dengan
ilmu pengetahuan yaitu lingkungan, keperawatan dan kesehatan.
 Prinsip Homeodinamika
Prinsip homeodinamika terdiri dari 3 pemisahan prinsip, yaitu integral, resonansi
dan helicy (Roger (1970,1988, 1992)). Dengan kombinasi prinsip
homeodinamika dan konsep manusia dari definisi perawat, sebuah teori
menyatakan dapat dijadikan dalil.Sebuah teori yang tepat mungkin menyatakan

47
jika perawat menggunakan prinsip homeodinamika untuk melayani umat
manusia.
a. Integral
Prinsip pertama adalah integral. Badan manusia dan lingkungannya
tidak dapat dipisahkan, rangkaian pertukaran proses kehidupan terus terjadi
pembaharuan interaksi antara badan manusia dan lingkungannya. Keduanya
saling berinteraksi yang konstan dan saling bertukar dimana pembentukan
keduanya ditempatkan dalam waktu yang sama. Maka, integral
adalah kelanjutan proses interaksi antara manusia dan lingkungan.
b. Resonansi
Prinsip selanjutnya, resonansi, berbicara pada kejadian pertukaran alam
antara manusia dan bidang lingkungan.Pertukaran adalah pola manusia dan
bidang lingkungan disebarkan dari gelombang yang berpindah dari gelombang
yang lebih tinggi dari frekuensi rendah ke gelombang yang lebih pendek dari
frekuensi yang lebih tinggi. Proses kehidupan dalam badan manusia adalah
simfoni dari ritme yang bergerak dalam frekuensi tertentu. Pengalaman manusia
di lingkungannya seperti segaris kompleks kesatuan gelombang resonansi
mereka dengan dunia istirahat.
c. Helicy
Terakhir, prinsip helicy sependapat dengan alam dan pertukaran
langsung pada manusia- lingkungan.Manusia dan lingkungan adalah dinamis,
sistem terbuka dalam pertukaran adalah hak berlanjut pada pertukaran yang
konstan antara manusia dan bidang lingkungan.Pertukaran ini juga mengalami
pembaharuan.Jika, pertukaran tidak dapat diprediksi.Akhirnya, pertukaran
langsung menuju peningkatan perbedaan dan kerumitan. Proses ini dan polanya
tidak dapat di prediksi, dinamis, dan peningkatan perbedaan.
Helicy meliputi konsep perubahan ritmis, pengaruh evolusioner, dan
kesatuan bidang lingkungan hidup manusia.Arah perubahan yang terjadi antara
manusia dan lingkungan terhadap peningkatkan keragaman dan kompleksitas dan

48
ritme yang tidak tepat diulang. Akibatnya, prinsip dari homeodynamics adalah
cara melihat manusia dalam keutuhan mereka. Perubahan dalam proses
kehidupan manusia yang tidak dapat kembali, nonrepeatable, berirama, dan
menyajikan keragaman pola tumbuh.
Tujuan diagnosa keperawatan memberikan kerangka kerja dalam
intervensi keperawatan direncanakan dan dilaksanakan. Intervensi keperawatan
akan tergantung pada fokus diagnosa keperawatan. Fokus pada integralitas akan
diimplementasikan dengan lingkungan sama dengan pada individu. Diharapkan
perubahan pada suatu hal yang akan menyebabkan perubahan di sisi yang lain
secara simultan terpisah dari dunia penyakit. Di sana masalah tidak dapat
disetujui dengan efektif dalam arti umumnya perubahan diterima, ukuran
penyakit. Kreativitas dan imaginasi menjadi sangat penting.
Resonansi menyatakan bahwa diagnosa keperawatan ditujukan untuk
mendukung atau memodifikasi variasi proses kehidupan sebagai manusia yang
utuh. Karena proses kehidupan manusia merupakan suatu fenomense.
Rencana keperawatan pada bagian helicy membutuhkan penerimaan
individu terhadap perubahan yang terjadi strategi untuk meningkatkan dan
memodifikasi irama dan tujuan hidup. Untuk itu dibutuhkan informasi dan
partisipasi aktif klien pada proses keperawatan. Konsep yang menyebutkan
manusia adalah unik dan dapat dikenali karena kemampuannya dalam
merasakan, memberi kesempatan perawat untuk membantu memecahkan
masalah kesehatannya dan mengatur agar tujuannya dapat mencapai kesehatan.
1. Teori yang berkaitan dengan konsep menciptakan perbedaan cara pandang
pada suatu fenomena. Kerangka kerja Martha E Roger akan memberikan
alternatif dalam memandang manusia dan dunia. Teori yang menyatakan
keperawatan menggunakan prinsip hemodinamika dalam memberikan
pelayanan kebutuhan manusia atau cara memandang keperawatan dari satu
sisi. Contoh adalah prinsip helicy yang menekankan pada pola kebiasaan dan
ritual.

49
2. Teori harus masuk akal, Mengetahui perkembangan yang masuk akal
merupakan hal penting perkembangan yang logis menyebabkan mengenai
asumsi pada prinsip hemodinamika.
3. Teori harus sederhana dan dapat disosialisasikan. Teori dapat
disosialisasikan sejak tidak tergantung pada beberapa keadaan. Itu
dinyatakan oleh Martha E Roger konsepsi manusia sangatlah sederhana.
Meskipun memberikan kaitan dalam pemahaman. Ditambahkan teori ini
dilandaskan pada penggunaan sistem terbuka yang sangat kompleks.
4. Teori didasarkan pada hipotesa dan bisa diuji.
5. Teori memberi dan membantu peningkatan batang keilmuan dalam disiplin
ilmu melalui penelitian sehingga teori tersebut sah.
6. Teori bisa digunakan sebagai pedoman dan peningkatan dalam praktek.
7. Teori harus konsisten dengan teori lain yang sah, hukum dan prinsip-prinsip
tetapi harus menghindari pertanyaan terbuka yang perlu diperiksa.
a. Kegunaan Prinsip Rogers Dalam Proses Keperawatan
Jika profesi keperawatan dipandang sebagai kepedulian pada umat manusia,
prinsip-prinsip homeodinamik memberikan pedoman untuk memprediksi sifat
dan arah perkembangan individu sebagai respon terhadap masalah kesehatan.
Diharapkan, praktik keperawatan profesional kemudian akan meningkatkan
dinamika integrasi manusia dan lingkungannya, untuk memperkuat hubungan
dan integritas bidang manusia, dan untuk mengarahkan pola dari bidang manusia
dan lingkungan untuk realisasi maksimum kesehatan (Rogers, 1992).
Tujuan ini akan tercemin dalam proses keperawatan. Untuk berhasil
menggunakan prinsip-prinsip homeodinamik, diperlukan pertimbangan perawat
dan melibatkan perawat dan klien dalam proses keperawatan. Jika sesuatu atau
seseorang di luar individu adalah bagian dari lingkungan, maka perawat akan
menjadi bagian dari lingkungan klien. Maka tersirat bahwa klien berpartisipasi,
serta bersedia maju dalam proses keperawatan. Akibatnya, hasil keperawatan
mandiri, yang Rogers (1992), mempertahankan diperlukan jika klien berusaha

50
mencapai potensi maksimal dengan cara yang positif. Keperawatan,
adalah bekerja dengan klien, bukan kepada atau untuk klien. Keterlibatan ini
dalam proses keperawatan oleh perawat menunjukkan kepedulian terhadap
semua orang bukan dari satu aspek, satu masalah, atau segmen terbatas
pemenuhan kebutuhan.
Dalam tahap keperawatan, semua fakta dan opini tentang klien dan lingkungan
dikumpulkan.Karena keterbatasan kita dalam mengukur dan alat pengumpulan
data, informasi yang dikumpulkan sesering mungkin dari suatu pemisahan diri
atau bagian lainnya.Namun, untuk melaksanakan pedoman, analisis data harus
dalam keadaan yang mencerminkan keutuhan, yang mungkin dicapai dengan
menanyakan beberapa pertanyaan dan mendapat respon dari data yang ada.
Pertanyaan seri pertama mencerminkan prinsip Integrasi. Seri berikutnya
akan mencerminkan prinsip resonansi. Seri terakhir dari pertanyaan akan
dipengaruhi oleh prinsip helicy.
Untuk mencerminkan pola gagasan, terkadang akan ditambahkanbeberapa
pertanyaan untuk prinsip helicy sebagai pertimbangan. Harus diingat bahwa
tanggapan klien merupakan cerminan suatu titik tertentu dalam ruang-
waktu.Akibatnya, pola yang diidentifikasi ini tidak statis tetapi terus berubah,
mencerminkan perubahan waktu dan menambahkan pengalaman masa lalu.
Bukan berarti pertanyaan-pertanyaan ini memuat semua, tetapi menggunakan
mereka sebagai referensi akan membantu memberikan perawat dengan melihat
klien seutuhnya. Ini akan mengidentifikasi perbedaan individu dan pola
pertukaran bagian-bagian secara berurutan dalam proses kehidupan. Penilaian
keperawatan, adalah penilaian dari seluruh keadaan manusia dan bukan penilaian
yang hanya berdasarkan fisik atau status mental. Ini merupakan penilaian potensi
sehat dan sehat secara mandiri dan bukan penilaian dari suatu penyakit atau
proses penyakit. Hasilnya ialah bahwa kemandirian memiliki kedudukan lebih
tinggi dibandingkan penyakitnya.

51
Sebagai hasil dari penilaian keperawatan, ditarik kesimpulan tentang
kemandirian. Kesimpulannya adalah diagnosis keperawatan, langkah kedua
dalam proses keperawatan, dan itu mencerminkan prinsip-prinsip homeodinamik.
Irama, pola, keanekaragaman, interaksi, dan variasi proses kehidupan terlihat
dengan jelas. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengetahui pola
pertukaran bagian-bagian tersebut dalam proses kehidupan yang mencakup
hubungan manusia-lingkungan (Roger, 1970). Meskipun tidak sempurna,
diagnosa keperawatan berdasarkan pola kesehatan fungsional Gordon memiliki
potensi yang lebih besar kegunaannya dengan kerangka Roger karena cenderung
mencerminkan pandangan yang lebih tentang keutuhan individu.Mengingat
bersifat statis dan kehilangan tradisi sepanjang diagnosa, sehingga
penggunaannya dalam sistem abstrak dinamis bahkan mungkin tidak tepat
(Smith, 1988).
Dengan membuat diagnosis keperawatan, mengarahkan perawat memberikan
asuhan keperawatan.Fokus pada perkembanagn yang membutuhkan
implementasi dalam lingkungan maupun di dalam individu. Diharapkan bahwa
perubahan yang satu ini akan terkait dengan perubahan simultan lainnya. Karena
integrasi individu dengan lingkungan, masalah kesehatan tidak dapat dipisahkan
dari penyakit sosial di dunia. Oleh karena itu, masalah ini tidak bisa ditangani
dengan efektif dengan cara yang umumnya diterima secara umum, transisi,
tindakan penyakit berorientasi (Rogers, 1992). Dibutuhkan daya imajinasi dan
kreatifitas.
Resonansi mensyaratkan bahwa rencana keperawatan diarahkan untuk
mendukung atau memodifikasi variasi proses kehidupan seluruh manusia. karena
proses kehidupan manusia merupakan fenomena searah, sehingga tidak bisa
mengembalikan individu ke tingkat mantan keberadaan, melainkan, perawat
membantu individu bergerak maju ke tingkat yang lebih tinggi lebih beragam
eksistensi.

52
Program keperawatan di bidang helicy membutuhkan penerimaan perbedaan
individu sebagai ungkapan munculnya evolusi, untuk mendukung atau
memodifikasi irama dan tujuan hidup.Untuk melakukan ini membutuhkan
partisipasi dan aktif dari klien dalam asuhan keperawatannya.Kesehatan tidak
hanya tercapai dengan mempromosikan homeostasis dan keseimbangan,
melainkan mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan dinamika dan
keragaman dalam individu.

a. Hubungan Teori Keperawatan Martha E. Rogers dengan Riset Keperawatan


Model konseptual abstrak yang di kemukakan Martha E Rogers secara langsung
memiliki hubungan dengan riset dan pengembangan ilmu keperawatan. Model
konseptualnya memberikan arah dan stimulus untuk aktifitas keilmuan tersebut.
Model keperawatan Rogers menunjukkan betapa uniknya realita profesi
keperawatan. Peneliti yang memiliki asumsi dan pemahaman seperti konsep
Martha E Rogers akan menemukan mendapatkan pandangan yang jelas tentang
seperti apakah sesungguhnya bekerja sebagai perawat. Secara jelas dalam
konsepnya Martha E Roger menunjukkan bahwa kebutuhan kritis dalam
keperawatan adalah merupakan dasar pengetahuan dalam aktifitas penelitian
keperawatan.

b. Hubungan Teori Keperawatan Martha E. Rogers dengan Pendidikan


Keperawatan
Pada tahun 1963, Rogers mencetuskan ide untuk mendirikan kembali program
undergraduated dan graduated dalam pendidikan keperawatan. Hal ini adalah di
lakukannya sebagai refleksi terhadap evolusi perubahan dalam ilmu keperawatan.
Konsistensi terhadap definisi yang ia berikan untuk keperawatan bahwa
keperawatan adalah profesi yang di pelajari, unik serta memiliki batang tubuh
pengetahuan, maka ia sangat menganjurkan bagi perawat untuk menempuh
pendidikan dalam keperawatan.

53
c. Hubungan teori keperawatan Martha E. Rogers dengan Praktik Keperawatan
Martha E Rogers mengungkapkan bahwa teori yang diambilnya dari konsepnya
sangat mungkin untuk di terapkan dalam praktik keperawatan. Malinski (1986)
mencatat ada tujuh trend yang ada dalam praktik keperawatan, yang kesemuanya
berdasar pada konsep teori yang di kemukakan Martha E Rogers:
 Pemberian kewenangan penuh dalam hubungan perawat klien
 Menerima perbedaan sebagai sesuatu yang wajar
 Penyesuaian terhadap pola
 Menggunakan modalitas gelombang seperti lampu musik, pergerakan dalam
proses penyembuhan.
 Menunjukkan suatu perubahan yang positif
 Memperluas fase pengkajian dalam proses keperawatan
 Menerima hubungan yang menyeluruh dalam hidup
.
d. Teori Martha E. Rogers tentang Homeodinamik
Walaupun prinsip-prinsip homeodinamik konsisten dengan tujuan universal, ada
keterbatasan utama pelaksanaan prinsip-prinsip universal.Banyak orang
mengalami kesulitan untuk memahami prinsip-prinsipnya.Meskipun asumsi
dasar yang diberikan dan prinsip-prinsip yang ditetapkan, sistem tetap
abstrak.Persyaratan belum cukup untuk dioperasionalkan untuk menyediakan
pemahaman yang jelas.Kesulitan definisi pengoperasian konsep serta membawa
keabstrakan konsep dan hubungan ke tingkat empiris untuk pengujian yang
mengganggu banyak ilmuwan perawat (Kim, 1986). Definisi operasional
diperlukan untuk pengembangan hipotesis bahwa tes konsep teoritis dan untuk
pemilihan instrumen yang memadai akan mengukur konsep-konsep yang terlibat
(Hardy, 1974).
Pada tahap dalam perkembangan ilmu keperawatan, instrumen yang cukup akan
menilai manusia dalam totalitas mereka tidak ada. Tanpa instrumen tersebut,

54
kemampuan menggunakan atau menguji sistem abstrak sepenuhnya adalah
hampir tidak mungkin.Selanjutnya, ketidakmampuan untuk cukup menggunakan
atau menguji sistem yang membuat kesuksesan mengimplementasikan kesulitan
keperawatan.Dengan demikian, penggunaan prinsip-prinsip homeodynamics di
dalamnya adalah totalitas terbatas.

55
E. DOROTHY E. JHONSON

Konsep merupakan suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstark yang
dapat diorganisir menjadi symbol- symbol yang nyata, sedangkan konsep
keperawtan merupakan suatu ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau
model keperawatan. Teori itu sendiri merupakan sekelompok konsep yang
membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan suatu
proses, peristiwa, attau kejadian yang didasari oleh fakta- fakta yang telah
diobservasi tetapi kurang absolute atau kurang bukti secara langsung.

Teori keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model konsep dalam


keperawatan sehingga model keperawatan ini mengandung arti aplikasi dari
struktur keperawatan itu sendiri yang memungkinkan perawat mengingat dalam
model praktek keperawatan mengandung komponen dasar seperti adanya keyakian
dan nilai yang mendasari sebuah model, adanya tujuan praktek yang ingin dicapai
dalam memberikan pelayanan kepada kebutuhan semua pasien serta adanya
pengetahuan dan keterampilan dalam hal ini dibutuhkan oleh perawatat dalam
mengembangkan tujuannya.

Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang


situasi kerja melibatkan perawat di dalamnya. Model konseptual keperawatan
memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat mendapatkan informasi

56
untuk menjadikan perawat peka terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dengan
apa yang harus dikerjakan pada saat itu.

Model konseptual keperawatan digunakan dalam praktek, penelitian dan


pengajaran. Oleh karena itu, model harus diperkenalkan untuk memperkuat
profesi perawat khususnya dalam mengoreksi pemikiran yang salah tentang
profesi perawatan, bahwa perawat merupakan pembantu dokter dan tidak sedikit
yang berfikiran bahwa perawat hanya mengikuti perintah dokter.

Pengembangan dan perluasan pengetahuan perawat untuk meningkatkan


keterampilan perawat akan menjadi hal yang cukup penting dalam proses- proses
keperawatan yang akan dilakukan, terutama teori- teori dan konseptual
keperawatan yang akan memberikan panduan terhadap hal praktek, pendidikan
dan penelitian keperawatan.

A. Biografi Dorothy E. Johnson


Dorothy E. Johnson dilahirkan pada tanggal 21 agustus 1919 di
Savannah, Georgia. Pada tahun1933 Johnson memperoleh gelar A.A. dari
Armstrong junior College di Savannah, Georgia. Pada tahun 1949-1978 Johnson
menjadi instruktur dan asistenprofesor dalam perawat kesehatan anak-anak
(pediatric nursing) di Vanderbilt University School of Nursing. Pada tahun 1955-
1956 Johnson menjadi penasehat pediatric nursing yang ditugaskan di Sekolah
kesehatan Kristen bidang Keperawatan di Vellore, India Selatan. Dan Johnson
mendapatkan Penghargaan yang paling dibanggakan yaitu Faculty Award. Pada
tahun 1975 mendapatkan penghargaan kembali sebagai Lulu Hassenplug
Distinguished Achievement Award dari Asisi. Teori sistem perilaku Johnson
tumbuh dari keyakinan Nightingale yakni tujuan perawatan adalah membantu
individu-individu untuk mencegah atau mengobati dari penyakit atau cidera. Ilmu
dan seni merawat harus berfokus pada pasien sebagai individu dan bukan pada
entitas yang spesifik.

57
Johnson memanfaatkan hasil kerja ilmu perilaku dalam psikologi, sosiologi
dan etnologi untuk membangun teorinya. ia menyandarkan sepenuhnya pada toeri
sistem-sistem dan menggunakan konsep dan definisi dari A. Rapoport,R. Chin dan
W.Buckley. struktur teori sistem perilaku dipolakan sesudah model sistem; sistem
dinyatakan terdiri dari bagian yang berkaitan untuk melakukan fungsi bersama-
sama untuk membentuk keseluruhan. Dalam tulisannya, Johnson
mengkonseptualkan manusia sebagai sistem perilaku dimana fungsi adalah
observasi perilaku adalah teori sistem biologi, yang menyatakan bahwa manusia
merupakan sistem biologi yang terdiri dari bagian biologi dan penyakit adalah
hasil gangguan sistem biologi.
Pengembangan teori dari sebuah perspektif filosofis, Johnson menulis bahwa
perawatan merupakan konstribusi penyediaan fungsi perilaku efektif pada pasien
sebelum, selama dan sesudah penyakit. Ia memakai konsep dari disiplin ilmu lain
seperti sosialisasi, motivasi, stimulus, kepekaan, adaptasi dan modifikasi perilaku,
untuk mengembangkan teorinya.
Johnson mencatat bahwa meski literatur menunjukkan ide dukungan lain yaitu
bahwa manusia merupakan sistem perilaku, sejauh yang ia tahu, ide tersebut
adalah asli dari dirinya. Pengetahuan bagian-bagian sistem perilaku didukung
dalam ilmu-ilmu perilaku, tetapi literatur empiris mendukung dugaan bahwa
sistem perilaku merupakan keseluruhan yang belum dikembangkan. Dalam sistem
biologis , pengetahuan atas bagian-bagianya lebih dahulu dari pengetahuan
keseluruhan sistem.

B. Konsep Utama Teori Dorthy


Dorthy E. Johnson meyakini bahwa asuhan keperawatan dilakukan untuk
membantu individu memfasilitasi tingkah laku yang efektif dan efisien untuk
mencegah timbulnya penyakit. Manusia adalah makhluk yang utuh dan terdiri dari
2 sistem yaitu sistem biologi dan tingkah laku tertentu. Lingkungan termasuk
masyarakat adalah sistem eksternal yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang.

58
Seseorang dikatakan sehat jika mampu berespon adaptif baik fisik, mental, emosi
dan sosial terjadap lingkunagn internal dan eksternal dengan harapan dapat
memelihara kesehatannya. Menurut Johnson ada 4 tujuan asuhan keperawatan
kepada individu, yaitu agar tingkah lakunya sesuai dengan tuntutan dan harapan
masyarakat, mampu beradaptasi terhadap perubahan fungsi tubuhnya, bermanfaat
bagi dirinya dan orang lain atau produktif serta mampu mengatasi masalah
kesehatan yang lainnya.
Teori keperawatan Dorothy E Johnson diukur dengan ‘’behavioral sistem
theory’’. Johnson menerima definisi perilaku seperti diyatakan oleh para ahli
perilaku dan biologi: output dari strukturdan proses-proses intra-organismik yang
keduanya dikoordinasi dan di artikulasi dan bersifat responsif terhadap perubahan-
perubahan dalam sensori stimulation. Johnson memfokuskan pada perilaku yang
dipengaruhi oleh kehadiran aktual dan tak langsung makhluk sosial lain yang telah
ditunjukkan mempunyai signifikansi adaptif utama.
Dengan memakai definisi sistem oleh rapoport tahun 1968, Johnson
menyatakan , ” A system is a whole that functions as a whole by virtue of
the interpedence of it’s part.” (system merupakan keseluruhan yang berfungsi
berdasarkan atas ketergantungan antar bagian-bagiannya). Johnson menerima
pernyataan chin yakni tedapat “organisasi, interaksi, interpedensi dan integrasi
bagian dan elemen-elemen”. Disamping itu , manusia berusaha menjaga
keseimbangan dalam bagian-bagian ini melalui pengaturan dan adapatasi terhadap
kekuatan yang mengenai mereka.

C. Sistem Perilaku (Behavioral System).


Sistem perilaku mencakup pola, perulangan dan cara-cara bersikap dengan maksud
tertentu. Cara-cara bersikap ini membentuk unit fungsi teroraganisasi dan
terintegrasi yang menentukan dan membatasi interaksi antara seseorang dengan

59
lingkunganya dan menciptakan hubungan seseorang dengan obyek, peristiwa dan
situasi dengan lingkunganya. Biasanya sikap dapat digambarkan dan dijelaskan.
Manusia sebagai system perilaku berusaha untuk mencapai stabilitas dan
keseimbangan dengan pengaturan dan adaptasi yang berhasil pada beberapa
tingkatan untuk efisiensi dan efektifitas suatu fungsi. Sistem biasanya cukup
fleksibel untuk mengakomodasi pengaruh yang diakibatkan.
asi terhadap kekuatan yang mengenai mereka.
1. Konsep Perilaku
Batasan Perilaku
Perilaku manusia (human behavior) merupakan sesuatu yang penting dan
perlu dipahami secara baik. Hal ini disebabkan perilaku manusia terdapat di dalam
setiap aspek kehidupan manusia. Perilaku manusia tidak berdiri sendiri. Perilaku
manusia mencakup dua komponen, yaitu sikap atau mental dan tingkah laku
(attitude). Sikap atau mental merupakan sesuatu yang melekat pada diri manusia.
Mental diartikan sebagai reaksi manusia terhadap sesuatu keadaan atau peristiwa,
sedangkan tingkah laku merupakan perbuatan tertentu dari manusia sebagai reaksi
terhadap keadaan atau situasi yang dihadapi. Perbuatan tertentu ini dapat bersifat
positif dapat pula negative. Perlu pula ditekankan bahwa individu dalam
merespons atau menanggapi suatu peristiwa atau keadaan, selain dipengaruhi oleh
situasi yang dihadapi, juga dipengaruhi lingkungan ataupun kondisi pada saat itu.
Selain pengertian tersebut di atas pengertian perilaku dapat pula ditinjau dari aspek
biologis.
Pengertian perilaku dari segi biologis dapat diartikan sebagai suatu kegiatan
atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku organisasi, misalnya
merupakan kegiatan atau aktivitas- aktivitas yang dilakukan dalam organisasi.
Adapun perilaku manusia dapat diartikan sebagai aktivitas manusia yang sangat
kompleks sifatnya, antara lain perilaku dalam berbicara, berpakaian, berjalan dan
sebagainya. Perilaku ini umumnya dapat diamati oleh orang lain. Namun adapula

60
perilaku yang tidak dapat diamati oleh orang lain atau biasa disebut sebagai
internal activities seperti, persepsi, emosi, pikiran, dan motivasi.
Dalam dunia kesehatan, ada dua factor yang mempengaruhi perilaku manusia.
Kedua factor tersebut adalah factor keturunan atau genetic dan factor lingkungan
(enviromental). Perspektif yang berpusat pada personal mencakup factor biologis
dan factor sosiopsikologis. Factor biologis memandang bahwa perilaku manusia
dipengaruhi oleh warisan biologis dari kedua orang tua. Sedangkan factor yang
mempengaruhi perubahan perilaku, pada hakikatnya identik dengan factor yang
mempengaruhi perkembangan individu. Factor yang dimaksud dapat berupa factor
pembawaan (heredity) yang bersifat alamiah, factor lingkungan yang merupakan
kondisi yang memungkinkan berlangsungnya proses perkembangan, dan factor
waktu yaitu saat tibanya masa peka atau kematangan. Ketiga factor tersebut dalam
proses berlangsungnya perkembangan individu berperan secara interaktif. Telah
dikemukakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh factor keturunan serta
factor lingkungan oleh karena itu, kedua factor tersebut ikut menentukan perilaku
manusia. Factor keturunan merupakan bawaan dari seseorang yang melekat pada
dirinya sebagai warisan dari orang tuanya. Termasuk dalam factor ini antara lain
emosi, kemampuan sensasi, kemampuan berfikir (kecerdasan).

Kata ”Behaviorisme” biasanya digunakan untuk melukiskan isi sejumlah


teorimyang saling berhubungan dibidang psikologi, sosiologi dan ilmu-ilmu
tingkah laku.
Ilmu perilaku adalah suatu istilah bagi pengelompkan yang mempunyai cakupan
luas termasuk di dalamnya antropologi, sosiologi, dan psikologi. Yang bertujuan
mengembangkan pemahaman mengenai kegiatan manusia, sikap, dan nilai-nilai.
Setelah psikologi bekembang luas dituntut mempunyai cirri-ciri suatu disiplin ilmu
pengetahuan maka jiwa dipandang terlalu abstrak. Sementara itu, ilmu
pengetahuan menghendaki objeknya bisa diamati, dicatat, dan diukur.Psikologi
sebagai ilmu yang mempelajari tentang perilaku karena perilaku dianggap lebih

61
muda diamati, dicatat, dan diukur. Arti prilaku mencangkup prilaku yang kasat
mata seperti makan, menangis, memasak, melihat, bekerja, dan prilaku yang tak
kasatmata, seperti fangtasi, motivasi, dan [proses yang terjadi pada waktu
seseorang diam atau secara fisik tidak bergerak.
Sebagai objek studi empiris, prilaku mempunyai cirri-ciri sebagai berikut;
a. Perilaku itu sendiri kasat mata, tetapi penyebab terjadinya perilaku secara
langsung mungkin tidak dapat diamati
b. Perilaku mengenal sebagai tingkatan, yaitu perilaku sederhana dan steriotip,
seperti perilaku binatang ber sel satu; perilaku kompleks seperti perilaku sosial
manusia; perilaku sederhana, seperti reflex, tetapi ada juga yang melibatkan
proses mental biologis yang lebih tinggi.
c. Perilaku bervariasi dengan klasifikasi; kognitif, afektif, dan psikomotorik,
yang menunjuk pada sifat rasional, emosional, dan gerakan fisik dalam
berperilaku.
d. Perilaku bisa disadari dan bisa juga tidak disadari.
Kaum notivis beranggapan bahwa factor manusialah (factor P) yang berperang
dalam menentukan tingkah laku manusia sehingga apabilah P bersifat X (Px) maka
tingkah laku orang itu menjadi x pula (Bx). Demikian pula Py akan menimbulkan
By. Seperti seseorang yang memiliki sifat pemarah akan marah dalam menghadapi
situasi kesulitan.Sementara itu, seseorang yang sabar akan bertambah sabar dalam
situasi yang serupa.Di pihak lain, kaum empiris berpendapat bahwa factor
lingkunganlah (factor E) yang menentukan sehingga Ex akan menimbulkan Bx,
dan Ey menghasilkan By. Misalnya, jika seseorang dimarahi maka ia akan merasa
tidak senang, sedangkan apabilah ia di puji, ia akan merasa senang. Dari segi
biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup)
yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis, semua makhluk
hidup mulai dari tumbuh- tumbuhan, binatang, sampai dengan manusia itu
berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing- masing. Sehingga yang
dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktvitas

62
dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain:
berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan
sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku
adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung,
maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Skiner (1938) seorang ahli
psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang
terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu, perilaku ini terjadi
melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme
tersebut merespons, maka teori Skiner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus
Organisme respons. Skiner membedakan adanya dua respons.
Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut, maka perilaku kesehatan adalah
suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan
dengan sakit dan penyakit,system pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman,
serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat di klasifikasikan
menjadi 3 kelompok;
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintenance)
2. Perilaku pencarian dan penggunaan system atau fasilitas pelayanan
kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking
behavior)
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial
budaya, dan sebagainya. Sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi
kesehatan.
a. Perilaku hidup sehat
Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang
untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.
Perilaku ini mencakup antara lain;
1. Maka dengan menu seimbang (appropriate diet)
2. Olahraga teratur

63
3. Tidak merokok
4. Tidak minum minuman keras dan narkoba
5. Istirahat yang cukup
6. Mengendalikan stres
7. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan
b. Perilaku sakit (illness behaviour)
Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit,
persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang; penyebab dan gejala penyakit,
pengobatan penyakit, dan sebainya.
c. Perilaku perang sakit (the sick role behavior)
Dari segi sosiologi, orang sakit mempunyai perang yang mencakup hak-hak sakit
(right) dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation). Hak dan kewajiban ini
harus diketahui oleh orang sakit sendiri amupun orang lain (terutama
keluarganya), yang selanjutnya disebut perilaku peran seorang sakit (the sick role).
Perilaku ini meliputi;
1. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
2. Mengenal atau sarana pelayanan/ penyembuhan penyakit yang layak
3. Mengetahui hak (misalnya, hak memperoleh perawatan, memperoleh
pelayanan kesehatan, dan sebagainya) dan kewajiban orang sakit (memberitahukan
penyakitnya terhadap orang lain terutama kepada dokter/petugas kesehatan,tidak
menularkan penyakitnya kepada orang lain, dan sebagainya)

Domain Perilaku
Meskipun perilaku adalah bentun respons atau reaksi terhadap stimulus atau
ransangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat
tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang
bersangkutan.Hal ini berarti meskipum stimulusnya sama bagi beberapa orang ,
namun respons tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan rtespons

64
terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku
ini dapat dibedakan menjadi dua yakni;
1. Determinan atau factor internal, yakni karakteristik orang yang
bersangkutan,yang bersifat given atau bawahan,misalnya; tingkat kecerdasan,
tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
2. Deteminan atau factor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik,
sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering
merupakann factor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa perilaku adalah merupakan totalitas
penghayatan dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama resultante
antara bebagai factor, baik factor internal maupun eksternal. Dengan perkataan
lain perilaku manusia sangatlah kompleks, dan mempunyai bentangan yang sangat
luas. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi
perilaku manusia itu kedalam tiga domain, ranah atau kawasan yakni; a) kognitif,
b)afektif, c) psikomotor.dalam perkembangannya, teori Bloom ini di modifikasi
untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni;
1. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan inin terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra
manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.
a. Proses Adopsi Perilaku
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang disadari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak disadari oleh
pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi
proses yang berurutan yakni.
1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu,
2. Interest, yakni orang mulai tertarik pada stimulus

65
3. Evaluasi (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi
dirinya) hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi,
4. Trial, orang telah mencoba mulai perilaku baru
5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini
didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku
tersebut akan bersifat langgen (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak
didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.
Contohnya ibu-ibu menjadi peserta KB, karena diperintahkan oleh lurah atau ketua
RT tampa mengetahui makna dan tujuan KB, maka mereka akan segera keluar dari
keikutsertaan dalam KB setelah beberapa saat pemerinta tersebut diterima.
b. Tingkat pengetahuan didalam domain kognitif
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan
1. Tahu (know)
2. Memahami (comprehension)
3. Aplikasi (aplication)
4. Analisis (analysis)
5. Sintesis (ssynthesis)
6. Evaluasi (evaluation)

2. Sikap (attitrude)
Sikap merukan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulus atau objek.
a. Komponen Pokok Sikap
1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

66
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,
keyakinan,dan emosi memegang peranan penting.
ILUSTRASI:
Seorang ibu telah mendengar tentang penyakit polio (penyebab, akibatnya,
pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa ibu akan
berpikir dan berusaha supaya anaknya tidak terkena polio. Dalam berpikir ini
komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga ibu tersebut berniat
mengimunisasikan anaknya untuk mencegah supaya aaknya tidak terkena polio.
b. Berbagai tingkatan Sikap
1. Menerima (receiving)
Menerima diartiakan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatian stimulus yang
diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan
dan perhatian orang itu terhadap cerama-cerama tentang gizi.
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan,dan menyelesaikan tugas yang
dibrikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan dan mendiskusikan suatu masalah adalah
suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya sorang ibu yang mengajak ibu yang
lain (tetangganya, saudaranya, dan sebagainya) untuk pergi menimbang anaknya
ke posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu
tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.
4. Bertanggun Jawab (responsible)
Bertanggun jawab terhadap sesuatu yang telah dipilinya dengan segala resiko
merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang ibu mau menjadi akseptor
KB, meskipun mendapat tantangan oleh mertuannya dan orang tuanya sendiri.
3. Praktik atau Tindakan (practice)

67
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour).
Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas.
Sikap ibu yang positif terhadap imunisasi harus mendapat konfirmasi dari
suaminya, dan ada fasilitas imunisasi yang muda dicapai, agar ibu tersebut
mengimunisasikan anaknya. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor
dukungan (support) dari pihak lain, misalnya dari suami atau istri,orang tua atau
mertua, dan lain-lain,praktik ini mempunyai beberapa tingkatan.
1. Persepsi (perception)
2. Respons terpinpin (guided response)
3. Mekanisme (mecanism)
4. Adopsi (adoption)
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni wawancara
terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dialkukan beberapa jam, hari, atau bulan
yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan
mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
Perubahan (adopsi) Perilaku dan Indikatornya
Perubahan atau adopsi baru adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan
waktu yang relatif lama. Secara teori perubahan perilaku atau seserang menerima
atau mengadopsi menerima perilaku baru dalam kehidupannya melalui 3 tahap.
1. Pengetahuan
Sebelum seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baru), ia harus tahu terlebih
dahulu apa arti dan manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya. Orang
akan melakukan pemberantasan saran nyamuk (PSN) apa bila ia tahu apa tujuan
dan manfaatnya bagi kesehatan atau keluarganya, dan apa bahaya-bahaya bila
tidak elakukan (PSN) tesebut. Indikator-indikator apa yang digunakan untuk
mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan,dapat di
kelompokkan menjadi:
a. Pengetahuan tengtan sakit dan penyakit yang meliputi:

68
- Penyebab penyakit
- Gejala atau tanda-tanda penyakit
- Bagaimana cara pengobatan atau kemana mencari pengobatan
- Bagaimana cara penularannya
- Bagaimana cara pencegahannya termasuk imunisasi, dan sebagainya.
b. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup
sehat,meliputi;
- Jenis-jenis makanan yang bergizi
- Manfaat makanan yang bergizi bagi kesehatan
- Pentingnya olahraga bagi kessehatan
- Penyakit-penyakit bahaya ,merokok, minum-minuman keras, narkoba, dan
sebagainya bagi kesehatan.
c. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan
- Manfaat air bersih
- Cara-cara pembuangan air limbah yang sehat,termasuk pembuangn kotoran
yang sehat, dan sampah
- Manfaat pencahayaan dan rumah yang sehat
- Akibat polisi (polusi air, udara, dan tanah) bagi kesehatan dan sebagainya.
2. Sikap
Telah diuraikan di atas bahwa sikap adalah penilaian (biasa berupa pendapat)
seseorang terhadap stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau
bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut. Oleh sebab itu indikator
untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan seperti di atas,
yakni:
a. Sikap terhadap sakit dan penyakit
b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat
c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan
3. Praktik atau Tindakan (practice)

69
Inilah yang disebut praktik kesehatan, atau dapat juga dikatakan perilaku
kesehatan (overt behaviour). Oleh sebab itu indikator praktik kesehatan ini juga
mencangkup hal-hal di atas,yakni:
a. Tindakan (praktik) sehubungan dengan enyakit
b. Tindakan (praktik) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
c. Tindakan (praktik) kesehatan lingkungan
Secara teori meman perubahan perilaku atau engadopsi perilaku baru itu mengikuti
mengikuti tahap-tahap yang telah disebutkan di atas, yakni melalui proses
perubahan: pengetahua (know ledge), sikap (attitude), praktik (practice) atau
“KAP” (PSP).
Cara mengukur indikator perilaku atau memperoleh data atau informasi tentang
indikator-indikator perilaku tersebut, untuk pengetahuan, sikap, dan praktik agak
berbeda.
Aspek Sosio-Psikologi Perilaku Kesehatan
Di dalam proses pembentukan dan atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Faktor-faktor
tersebut antara lain: susunan saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, dan belajar.
Susunan saraf pusat memengan peranan penting dalam perilaku manusia, karena
perilaku merupakan sebuah bentuk perpindahan dari rangsang yang masuk ke
rangsang yang di hasilkan.Perpindahan ini dihasilkan oleh susunan saraf pusat
dengan unit-unit dasarnaya yang di sebut neuron. Neuron memindahkan energi-
energi didam impul-impul saraf. Impul-impul saraf indra pendengaran, penlihatan,
pembauan, pencecepan, dan perubahan disalurkan dari tempat terjadinya
rangsangan melalui impul-impul saraf ke susunan saraf pusat.
Perubahan-perubahan perilaku di dalam diri seseorang dapat diketahui
melalui persepsi. Persepsi adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, dan sebagainya. Setiap orang empunyai
persepsi yang berbeda, meskipun objeknya sama. Motivasi diartikan sebagai
dorongan untuk bertindak untuk mencapai suatu tujuan yang tertentu. Hasil dari

70
dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam bentuk perilaku. Aspek psikologis
yang mempengaruhi emosi berhungan erat dengan keadaan jasmani. Sedan
keadaan jasmani merupakan hasil keturunan (bawaan). Dalam proses pencapaian
kedewasaan pada manusia semua aspek yang berhungan dengan keturunan dan
emosi akan berkemban sesuai dengan hukum perkembangan. Oleh karena itu,
perilaku yang timbul karena emosi merupakan perilaku bawaan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku terbentuk melalui proses
tertentu, dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Faktor-
faktor yang memengan peranan dalam pembentukan perilakudapat dibedakan
menjadi dua yakni faktor intern dan ekstern.Faktor intern berupa kecerdasan,
persepsi, motivasi, minat, emosi dan sebagainya untuk mengolah pengaruh dari
luar. Faktor ekstern meliputi: objek, orang, kelompok, dan hasil-hasil kebudayaan
yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan bentuk perilakunya. Kedua faktor
tersebut akan dapat terpadu menjadi perilaku yang selaras dengan lingkungannya
apabila perilaku yang terbentuk dapat diterima oleh lingkungannya, dan dapat
diterima oleh individu yang bersangkutan.
Konsep perilaku yang diterima secara luas ialah yang memandang perilaku
sebagai variabel pencampur (intervening variable), oleh karena ia mencampuri
atau mempengaruhi responsi subjek terhadap stimulus.
Menurut konsepsi ini maka perilaku adalah pengoganisasian proses-proses
psikologi oleh seseorang yang memberikan predisposisi untuk melakukan responsi
menurut cara tertentu terhadap sesuatu kelas atau objek-objek.
Hubungan individu dengan lingkungan sosial yang saling mempengaruhi.
Setiap individu sejak lahir berada di dalam suatu kelompok,terutama kelompok
keluarga. Maka perilaku setiap individu anggota kelompok berlangsung didalam
suatu jaringan normatif, demikian pula perilaku individu tersebut terhadap
masalah-masalah kesehatan.
Hubungan Individu dengan Lingkungan Sosial
Keterangan

71
1. Perilaku kesehatan individu: sikap kebiasaan individu yang erat kaitannya
dengan lingkungan.
2. Lingkungan keluarga: kebiasaan-kebiasaan tiap anggota keluarga mengenai
kesehatan.
3. Lingkungan terbatas: tradisi, adat-istiadat, dan kepercayaan masyarakat
sehubungan dengan kesehatan
4. Lingkungan umum: kebijakan-kebijakan pemerintah dibidang kesehatan,
undang-undang kesehatan, program-program kesehatan, dan sebagainya.

Perilaku Umum Manusia


Perilaku merupakan totalitas penhayatan dann aktivitas, yang merupakan hasil
akrir jalinan yang saling mempengaruhi antara berbagai macam gejala seperti
perhatian, pengamatan, pikiran, ingatan, dan fantasi. Perilaku manusia selalu
kompleks. Gejala-gejala jiwa yang saling mempengaruhi dalam bentuk perilaku
manusia tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Pengamatan
Pengamatan adalah pengenalan objek dengan cara melihat, mendengar, meraba,
mencium , dan mengecap.
a. Penglihatan
Penglihatan adalah pengenalan objek melalui mata (melihat). Berdasarkan
objeknya,penglihatan digolongkan menjadi tiga golongan.
1. Melihat bentuk
2. Melihat dalam, yakni melihat objek berdimensi tiga
3. Melihat warna
a. Nilai efektif warna
Warna mempunyai pengaruh terhadap perilaku oranng, yaitu berbentuk reaksi dan
perbuatan.
b. Nilai lambang warna

72
Warna mempunyai sifat-sifat potensial dalam abstrak, dan memberi kesan tertentu
kepada seseorang sehingga dalam lingkungan kebudayaan tetentu warna
merupakan lambang suatu sifat tertentu. Misalnya, putih melambangkan kesucian,
hitam melambangkan kesedihan, merah jambu melambangkan cinta.
1. Pendengaran
Pendengaran adalah menangkap bunyi (suara) dengan indra pendengaran. Bunyi
mempunyai dua fungsi, yakni sebagai tanda dan sebagai lambing. Dalam
kehidupan sehari-hari bunyi berfungsi sebagai pendukung arti sehingga yang
ditangkap oleh individu adalah artinya bukan bunyinya.
2. Modalitas pengamatan yang lain

2. Perhatian
Beberapa macam perhatian:
a. Macam perhatian berdasarkan intensitasnya (banyak sedikitnya kesadaran
yang menyertai suatu kegiatan)
1. Perhatian intensif
2. Perhatian tidak intensif
b. Macam perhatian berdasarkan cara timbulnya
1. Perhatian spontan
2. Perhatian disengaja
c. Macam perhatian atas dasar luasnya objek yang dikenai perhatian
1. Perhatian terpencar (distributif)
2. Perhatian terpusat (konsentrtif)
Hal-hal yang menarik perhatian
1. Pandangan dari segi objek
2. Pandangan dari segi subjek

73
3. Tanggapan
Setelah melakukan pengamatan (melihat, mendengar, membau, dan
sebagainya) maka akan terjadi gambaran yang tinggal dalam ingatan. Gambran
yang tinggal dalam ingatan inilah yang disebut tanggapan.
4. Fantasi
Fantasi adalah kemampuan untuk membentuk tanggapan-tanggapan yang
telah ada.
5.Ingatan
Ingatan adalah kemampuan untuk menerima, menyimpan, dan
memproduksikan kesan
Tiga hal yang selalu berhubungan di dalam perilaku
Dari batasan-batasan tersebut para ahli sendiri mempunyai pandangan yang
berbeda-beda dalam menganalisis bakat. Namun demikian pada umumnya mereka
sependapat bahwa analisis terhadap bakat slalu seperti analisis psikologi yang lain,
yakni analisis tenteng tingkah laku. Analisis tersebut menunjukkan bahwa di
dalam tingkah laku terdapat tiga hal yang selalu berhubungan, yakni:
1) Bahwa individu melakukan sesuatu
2) Bahwa apa yang dilakukan merupakan sebab atau alasan bagi hal tertentu
3) Bahwa dia melakukan sesuatu dengan cara tertentu
c.Tiga aspek tingka laku
Dari hal di atas dapat disimpulkan bahwa tingka laku mengandung tiga aspek.
1. Aspek tindakan (performance)
2. Aspek sebab akibatnya (a person causes a result)
3. Aspek ekspresif

1. Respondent Respons atau reflexive, yakni respon yang di timbukan oleh


rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting
stimulation krena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap.

74
ILUSTRASI:
Makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan makanan tersebut,
cahaya terang dapat mengakibatkan mata kita tertutup, dan sebagainya.
2. Operant respon atau respon, yakni respon yang timbul dan berkembang
kemudian di ikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perasangang ini di sebut
reinforcing stimulation atau reinforcer, karena memperkuat respon.
ILUSTRASI:
Apabila seorng petunas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik(respon
terhadap uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan
dari atasannya (stimulasi baru) maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik
lagi dalam menjalankan tugasnya
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua.
1. Perilaku tertutup (covert behaviour)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau
tertutup (covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan/ kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang
yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati seara jelas oleh orang
lain. Oleh sebab itu, disebut covert behaviour atau unobservable behaviour,

ILUSTRASI:
seorang ibu hamil tahu bahwa pentingnya periksa kehamilan, seorang
pemuda tahu bahwa HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seks bebas tanpa
pengaman,dansebagainya.
Adapula pendapat lain mengatakan bahwa perilaku tertutup ini tedapat
pada individu-individu yang mempunyai sikap keterbukaan yang sangat minim,
dimana kurang kepercayaan terhadap makhluk hidup yang ada di sekitarnya.
2. Perilaku terbuka (overt behaviour)

75
Respon seseoarang terhadap stimulasi dalam bentuk tindakan nyata
dan terbuka. Respons terhadap stimulasi tersebut sudah jelas bentuk tindakan atau
praktik (practice), yang dengan mudah dapat dapat di amati atau dilihat oleh orang
lan. Oleh sebaba itu di sebut over behaurior, tindakan nyata atau praktik
(practice).
ILUSTRASI:
Seorang ibu memeriksakan kehamilannya atau membawa anaknya ke
puskesmas untuk di imunisasi, atau penderia TB paru minum obat secara teratur,
dan sebagainya.
Seperti telah di sebutkan di atas, sebagaian besar prilaku manusia
adalah operant respons. Oleh sebab itu, untuk membentuk jenis respons atau
prilaku di ciptakan adanya suatu kondisi tertentu yang di sebut operant
conditioning.

Prosedur pembentukan prilaku dalam operant conditioning ini menurut Skiner


adalah sebagai berikut.
a. Melakukan indentifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau
reinforcer berupah hadiah- hadiah atua rewards bagi perilaku yang akan di
bentuk.
b. Melakukan analisi untuk mengindentifikasikan komponen-komponen
kecilyang membentuk prilaku yang di kehendaki kemudian komponen-komponen
tersebut di susun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya
prilaku yang di maksud
c. Mengunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan sementara,
mengindetifikaasi reinforce atau hadiah untuk masing-masing komponen tersebut.
d. Melakukan pembentukan perilaku dengan mengunakan urutan komponen
yang telah tersusun. Apabila komponen pertama telah di lakukuan, maka hadianya
dibrikan. Hal ini akan megakibatkan komponen atau prilak(tindakan) tetrsebut
cenderung akan sering di lakukan. Kalu in sudah terbentuk maka di lakukuan

76
komponen (perilaku) yang kedua yang kemudian di berikan hadiah (komponen
pertamatidak memerlukan hadiah lagi). Demikian berulang- ulang sampai
komponen kedua terbentuk. Setelah itu di lanjutkan dengan komponen ketiga,
keempat, dan selanjutnya sampai seluruh prilaku yang di harapkan terbentuk.
ILUSTRASI:
Misalnya di kehendaki agar anak mempuyai kebiasan mnengosok gigi
sebelum tidur. Untuk berprilaku seperti ini maka anak tersebut harus:
- Prilaku kamar mandi sebelum tidur,
- Mengambil sikat dan odol
- Mengambil air dan berkumur,
- Melaksanakan mengosok gigi,
- Menyimpan sikat gigi dan odol,
- Pergi ke kamar tidur
Kalau dapat diidentifikasi hadiah-hadiah (tidak berupa uang)
bagi masing masing komponen prilaku tersebut (komponen 1-6), maka akan dapat
dilakukan pembentukan kebiasaan tersebut.
Contoh- contoh ilustrasi diatas adalah suatu penyederhanaan
prosedur pembentukan prilaku melalui operant conditioning. Di dalam
kenyataannya prosedur itu banyak dan bervariasi sekali dan lebih kompleks
daripada contoh di atas

D. Subsistem
Karena behavioral sistem memiliki banyak tugas untuk dikerjakan, bagian-bagian
system berubah menjadi subsistem-subsistem dengan tugas tertentu. Suatu
subsistem merupakan “sistem kecil dengan tujuan khusus sendiri dan berfungsi
dapat dijaga sepanjang hubunganya dengan subsitem lain atau lingkungan tidak
diganggu. Tujuh subsistem yang di identifikasi oleh Johnson bersifat terbuka,
terhubung dan saling berkaitan (interealated). Motivasi mengendalikan langsung
aktifitas subsistem-subsistem ini yang berubah secara kontinyu dikarenakan

77
kedewasaan, pengalaman dan pembelajaran . system yang dijelaskan tampak ada
cross-culturally dan di kontrol oleh faktor biologis, psikologi dan sosiologi, tujuh
elemen yang diidentifikasi adalah affiliative, dependency, ingestive, eliminative,
sexual, achievement dan aggressive.
1. Subsistem Pencapaian (Achievement), merupakan tingkat pencapaian prestasi
melalui ketrampilan yang kreatif, subsistem achievement berusaha memanipulasi
lingkungan. Fungsinya mengontrol atau menguasai aspek pribadi atau lingkungan
pada beberapa standar kesempurnaan . cakupan perilaku prestasi termasuk
kemampuan intelektual , fisikis, kreatif, mekanis dan social.
2. Subsistem Perhubungan (afiliasi), pencapaian hubungan dengan lingkungan
yang adekuat. Subsistem attacement-afiliative mungkin merupakan yang paling
kritis, karena subsistem ini membentuk landasan untuk semua organisasi social.
Pada tingktan umum, hal itu memberikan kelangsungan (survival) dan keamanan
(security). Sebagai konsekuensinya adalah inklusi social, kedekatan (intimacy) dan
susunan serta pemeliharaan ikatan social yang kuat.
3. Subsistem Penyerangan (agresi), Koping terhadap ancaman di lingkungan
adalah perlindungan (protection) dan pemeliharaan (preservation). Hal ini
mengikuti garis pemikiran ahli ethologi seperti Lorenz dan feshback bukanya
dengan bantuan pemikiran perilaku sekolah. Dianggap perilaku agresif tidak hanya
di pelajari tapi memiliki maksud utama membahayakan yang lain. Bagaimanapun,
masyarakat meminta batasan-batasan tersebut diletakkan pada mode perlindungan
diri dan orang-orang serta harta milik mereka dihormati dan dilindungi.
4. Subsistem Ketergantungan (Dependency), sistem perilaku dalam
mengadaptasikan bantuan,kedamaian, keamanan serta kepercayaan. Dalam hal
paling luas, subsistem dependency membantu mengembangkan perilaku yang
memerlukan respon pengasuhan . konsukuensinya adalah bantuan persetujuan,
perhatian atau pengenalan dan bantuan fisik. Pengembanganya, perilaku
dependency berybah dari hamper, bergantung total kepada orang lain kea rah
bergantung total kepada orang lain kearah bergantungkepada diri sendiri dengan

78
derajat yang lebih besar . jumlah interpedency tertentu adalah penting untuk
kelangsungan kelompok social
5. Subsistem Eliminasi, Hal-hal yang berhubungan dengan pembuangan zat-zat
yang tidakdibutuhkan oleh tubuh secara biologis.
6. Subsistem Ingesti, Hal-hal yang berhubungan dengan pola makan
7. Subsistem Seksualitas, pemenuhan kebutuhan dicintai dan mencintai.
Subsistem seksual memiliki fungsi ganda yakni hasil (procreation) dan kepuasan
(gratification). Termasuk tapi tidak dibatasi. Courting dan mating, system respon
ini dimulai dengan perkembangan identitas jenis kelamin dan termasuk (dalam
cakupan yang luas)perilaku-perilaku berdasar prinsip jenis kelamin.

E. Model Konsep Dan Teori Keperawatan Johnson


Model konsep dan teori keperawatan menurut Johnson adalah dengan pendekatan
sistem perilaku, dimana individu dipandang sebagai sitem perilaku yang selalu
ingin mencapai keseimbangan dan stabilitas, baik di lingkungan internal maupun
eksternal, juga memiliki keinginan dalam mengatur dan menyesuaikan dari
pengaruh yang ditimbulkanya. Lingkungan termasuk masyarakat adalah sistem
eksternal yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Sebagai suatu sistem ,
didalamnya terdapat komponen sub sistem yang membentuk sistem tersebut,
diantaranya komponen sub sistem yang membentuk sistem perilaku menurut
Johnson adalah :
1. Ingestif, yaitu berhubungan dengan bagaimana, kapan, cara, dan banyaknya
makan dan minum sebagai suatu subsistem tingkah laku.
2. Achievement, merupakan tingkat pencapaian prestasi melalui kterampilan
yang kreatif.
3. Agresif, merupakan bentuk mekanisme pertahanan diri atau perlindungan dan
berbagai ancaman yang ada di lingkungan.

79
4. Eliminasi, berhubungan dengan bagaimana, kapan, cara, dan banyaknya zat
yang tidak di butuhkan oleh tubuh dikeluarkan secara bilogis sebagai suatu
subsistem tingkah laku.
5. Seksual, digunakan dalam pemenuhan kebutuhan saling mencintai dan
dicintai.
6. Afiliasi, merupakan bentuk pemenuhan kebutuhan tambahan dalam
mempertahankan lingkungan yang kondusif dengan penyesuaian dalam kehidupan
social, keamanan, dan kelangsungan hidup.
7. Ketergantungan, merupakan bagian yang membentuk sistem perilaku dalam
mendapatkan bantuan, kedamaian, keamanan serta kepercayaan. Berdasarkan sub
sistem tersebut diatas, maka akan terbentuk sebuah system perilaku individu,
sehingga Johnson memiliki pandangan bahwa keperawatan dalam mengatasi
permasalahan tersebut harus dapat berfungsi sebagai pengatur agar dapat
menyeimbangkan system perilaku tersebut. Klien dalam hal ini adalaha manusia
yang mendapat bantuan perawatan dengan keadaan terancam atau potensial oleh
kesakitan atau ketidak seimbangan penyesuaian dengan lingkungan. Status
kesehatan yang ingin dicapai adalah mereka yang mampu berperilaku untuk
memelihara keseimbangan atau stabilitas dengan lingkungan.
F. Asumsi-Asumsi
1. Perawatan (nursing)
Perawatan, seperti yang dipandang Johnson, adalah tindakan
eksternal untukmemberikan organisasi perilaku pasien ketika pasien dalam kondisi
stres dengan memakai mekanisasi pengaturan yang berkesan atau dengan
penyediaan sumberdaya. Seni dan ilmu, memberikan eksternal baik sebelum dan
selama gangguan keseimbangan system dan karenanya membutuhkan pengetahuan
tentang order, disorder dan control. Aktivitas perawatan tadak bergantung pada
wewenang medis tetapi bersifat pelengkap (komplementer) bagi medis/
pengobatan.
2. Orang (person)

80
Johnson memandang manusia sebagai system perilaku dengan pola, pengulangan
dan cara bersikap dengan maksud tertentu yang menghubungkan dirinya dengan
lingkungannya. Pola-pola respon spesifik manusia membentuk keseluruhan yang
terorganisasi dan terintegrasi. Person adalah system dari bagian-bagian interpedent
yang membutuhkan beberapa aturan dan pengaturan untuk menjaga
keseimbangan. pengeluaran energi yang luar biasa, yang menyisakan sedikit
energi untuk membantu proses-proses biologis dan penyembuhan.
3. Kesehatan(health)
Johnson memandang kesehatan sebagai suatu kondisi yang sulit dipahami(elusive)
dan dinamis, yang dipengaruhi oleh factor-faktor biologis, psikologis dan social.
Kesehatan menjadi suatu nilai yang diinginkan oleh para pekerja kesehatan dan
memfokuskan pada person bukanya penyakit.
Kesehatan direfleksikan oleh organisasi, interaksi, saling ketergantungan
subsistem -subsistem dari system perilaku. Manusia berusaha mencapai
keseimbangan dalam system ini yang akan mengarah ke perilaku fungsional.
Keseimbangan yang kurang baik dalam persyaratan structural atau fungsional
cenderung mengarah ke memburuknya kesehatan. Ketika system membutuhkan
sejumlah energi minimum untuk pemeliharaan , suplai energi yang lebih besar
yang tersedia mempengaruhi proses biologi dan penyembuhan.
4. Lingkungan
Dalam teori Johnson , lingkungan terdiri dari seluruh factor yang bukan bagian
system perilaku individu tetapi hal itu mempengaruhi system, dan dapat
dimanipulasi oleh perawat untuk mencapai kesehatan yang menjadi tujuan pasien.
Individu menghubungkan dirinya untuk berinteraksi dengan lingkungan-nya.
System perilaku berusaha menjaga equilibrium dalam respon terhadap factor
lilngkungan dengan mengatur dan adaptasi terhadap kekuatan yang menyertainya.
Gaya lingkungan yang kuat secara berlebihan mengganggu keseimbangan system
perilaku dan mengancam stabilitas seseorang jumlah energi yang tidak tentu
dibutuhkan supaya system membangun kembali eqilibrium dalam menghadapi

81
tekanan-tekanan berikutnya. Ketika lingkungan stabil, individu dapat melanjutkan
dengan perilaku-perilaku yang baik.

G. Hubungan Antara Model Konseptual Keperawatan dan


Proses keperawatan
Model Konseptual Keperawatan adalah suatu abstraksi yang dioperasikan dengan
menggunakan proses keperawatan yang mencakup :
1. Pengkajian
Pengkajian data spesifik mengenai kebutuhan kesehatan klien yang langsung
berhubungan dengan unit kedua model keperawatan yaitu klien. Misalnya teori
Henderson, klien dipandang memiliki 14 kebutuhan dasar, maka data yang
dikumpulkan juga tentang 14 kebutuhan dasar tersebut.
2. Diagnosa
Dalam tahap ini, masalah klien baik yang aktual maupun potensial ditulis sebagai
suatu diagnosa keperawatan yang disesuaikan dengan model keperawatan yang
digunakan.
3. Perencanaan
Perencanaan intervensi keperawatan juga dikaitkan langsung dengan model
konseptual keperawatan. Intervensi dengan menyesuaikan pada pola intervensi
dari model konseptualyang digunakan.
4. Implementasi
Melaksanakan rencana intervensi berdasarkan pengetahuan ilmiah yang bukan
merupakan bagian dari model keperawatan. Model keperawatan menunjukkan apa
yang harus dilakukan oleh perawat yang langsung mempengaruhi intervensi
keperawatan yang direncanakan, tetapi tidak menunjukkan pada perawat
bagaimana menerapkan rencana itu.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan fungsi perawatan yang berlanjut.
a. Bagaimana klien beradaptasi dan bereaksi

82
b. Apa yang dipandang klien sebagai kebutuhan
c. Bagaimana klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan Jawaban dari
pertanyaan pertanyaan tadi akan membantu perawat menilai keefektifan dari
proses perawat secara keseluruhan dan model keperawatan

83
F. DOROTHEA E. OREN

Dorothea E. Orem lahir di Baltimore dan lulus dari Providence Hospital


school of Nursing pada tahun 1930. Kemudian, ia melanjutkan pendidikannya dan
meraih gelar Bachelor of Science (BSc) dalam bidang pendidikan keperawatan
1939, serta gelar Master of Science bidang pendidikan keperawatan tahun 1945
dari Universitas Katolik Amerika. Terakhir, ia mendapatkan gelar doctor
kehormatan dari Georgetown University, Washington, D.C, pada tahun 1976.
Dengan latar belakangpendidikan tinggi tersebut, Orem disebut sebagai ners
theorist.

Menurut Orem, asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap


orang mempunyai kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu
individu dalam memenuhi hidup, memelihara kesehatan, dan mencapai
kesejahteraan. Teori Orem ini dikenal sebagai self-care deficit theory. Orem
melabeli teorinya sebagai teori umum yang terdiri atas tiga teori terkait, yaitu teori
self-care, teori self-care deficit, dan teori nursing system.

84
a. Teori Self-Care

Self-care (perawatan diri) merupakan suatu kontribusi berkelanjutan orang dewasa


bagi eksistensinya, kesehatannya, dan kesejahteraannya. Self-care ini
menggambarkan dan menjelaskan manfaat perawatan diri guna mempertahankan
hidup, kesehatan, dan kesejahteraannya. Jika dilakukan secara efektif, upaya
perawatan diri dapat member kontribusi bagi integritas structural fungsi dan
perkembangan manusia.

Kebutuhan perawatan diri, menurut Orem, meliputi pemeliharaan udara, air/cairan,


makanan, proses eleminasi normal, keseimbangan antara aktivitas dan istirahat,
keseimbangan antara solitud dan interaksi sosial, pencegahan bahaya bagi
kehidupan, fungsi dan kesejahteraan manusia, serta upaya meningkatkan fungsi
dan perkembangan individu dalam kelompok sosial sesuai dengan potensi,
keterbatasan, dan keinginan untuk normal. Kebutuhan perawatan diri ini sifatnya
umum bagi setiap manusia, berkaitan dengan proses kehidupan dan pemeliharaan
integritas struktur dan fungsi manusia.

Kemampuan individu untuk melakukan perawatan diri (self-care agency)


merupakan kekuatan atau kemampuan individu yang berhubungan dengan
perkiraan dan esensial operasi produksi untuk perawatan diri. Self-care agency ini
dipengaruhi oleh usia, status perkembangan, pengalaman hidup, orientasi sosial-
budaya, kesehatan, dan sumber daya yang tersedia.

Di dalm teori self-care disebutkan pula mengenai therapeutic selfcare demand,


yaitu totalitas aktivitas aktivitas perawatan diri yang dilakukan untuk jangka
waktui tertentu guna memenuhi kebutuhan perawatan diri dengan menggunakan
metode yang valid. Perawatan diri sendiri memiliki bebrapa prinsip. Pertama,
perawatan diri dilakukan secara holistik, mencakupo delapan komponen
kebutuhan perawatan diri di atas. Kedua, perawatan diri dilakukan sesuai dengan
tahap tumbuh-kembang manusia. Ketiga, perawatan diri dilakukan karena adanya

85
masalah kesehatan atau penyakit dengan tujuan mencegah penyakit dan
meningkatkan kesehatan.

b. Teori Self-Care Deficit

Teori self-care deficit merupakan inti dari General Theory of Nursing yang
menggambarkan dan menjelaskan mengapa manusia dapat dibantu melalui ilmu
keperawtan serta kapan keperawatan diperlukan. Deficit perawatan diri ini terjadi
ketika sesorang tidak dapat memelihara diri mereka sendiri.

Asuhan keperawatan diberikan pada saat kemampuan seseorang lebih kecil


daripada kebutuhannya atau saat kemampuan seseorang setara dengan
kebutuhannya tetapi kemungkinan akan terjadi penurunan kemampuan di
kemudian hari yang tidak setara dengan peningkatan kebutuhan. Peran perawat
dalam hal ini dibutuhkan ketika seseorang memerlukan asuhan keperawatan
karena ketidakmampuannya merawat diri.

Bantuan yang diberikan perawat dapat dilakukan melalui beberapa metode. Ada
lima metode bantuan menurut Orem, yaitu bertindak atau melakukan suatu
tindakan untuk oranglain (klien), membimbing, memberi dukungan fisik maupun
psikis, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan perkembangan personal
dalam memenuhi kebutuhan saat ini dan yang akan datang,dan terakhir
mengajarkan. Oleh karena itu, untuk dapat memberi bantuan perawatan,
diperlukan sebuah nursing agency. Nursing agency merupakan kemampuan
khusus yang dimiliki perawat dalam memberikan perawatan kepada klien.

Menurut Orem, cara kerja atau aktivitas perawat dalam menjalankan praktik
keperawatan mencakup lima area, yaitu membina dan memelihara hubungan
terapeutik antara perawat dan klien, baik individu, keluarga maupun kelompok
sampai klien mampu merawat dirinya; menentukan kapan seseorang
membutuhkan bantuan atau dapat dibantu; memperhatikan dan merespons

86
permintaan, keinginan dan kebutuhan klien untuk mendapatkan bantuan perawat;
dan mengoordinasikan serta mengintegrasikan keperawatan bersama klien terkait
dengan aktivitas sehari-hari, kehidupan sosial, dan pendidikan.

c. Teori Nursing System

Sistem keperawatan dibentuk ketika perawat menggunakan kemampuan mereka


untuk menetapkan, merancang, dan memberi perawatan kepada klien, baik
individu maupun kelompok, melalui berbagai aksi. Teori sistem keperawatan
membahas bagaimana kebutuhan perawatan diri klien dapat dipenuhi oleh
perawat, klien, atau keduanya. Sistem keperawatan ini ditentukan atau disusun
berdasarkan kebutuhan perawatan diri dan kemampuan klien untuk melakukan
perawatan diri.

Perawatan diri dilakukan dengan memerhatikan tingkat ketergantungan atau


kebutuhan serta kemampuan klien. Oleh karena itu, ada tiga klasifikasi sistem
keperawatan dalam perawatan diri. Pertama, wholly compensatory nursing system;
perawat memberi bantuan kepada klien karena tingkat ketergantungan klien yang
tinggi. Kedua, partly compensatory nursing system; perawat dan klien saling
bekerja sama dalma melakukan tindakan keperawatan. Dalam hal ini, peran
perawat tidak total tetapi sebagian. Ketiga, supportive educative nursing system;
klien melakukan perawatan diri dengan bantuan perawat (supportive dan
educative) saat klien sudah mampu melakukannya. Perhatikan gambar beriku

Tindakan perawat  Penanganan klien dengan perawatan diri terapeutik


 Mengompensasi ketidakmampuan klien untuk
melakukan perawatan diri
 Mendukung dan melindungi klien

(A)

87
Gambar : sistem perawatan dasar. (A) Wholly compensatory nursing system

Tindakan perawat  Menjalankan beberapa tindakan perawatan diri


untuk klien
 Mengompensasi keterbatasan klien untuk
melakukan perawatan diri
 Membantu klien sesuai kebutuhan

Tindakan klien

Tindakan klien
 Menjalankan beberapa tindakan perawatan diri
 Mengatur kemampuan perawatan diri
 Menerima perawatan dan bantuan dari perawat

(B)

Mengerjakan perawatan diri

Tindakan perawat tindakan klien


Mengatur latihan dan
pengembangan perawatan diri

(C)

Gambar : sistem perawatan dasar. (B) Partly nursing system; dan (C) Supportive-
educative nursing system.

88
Teori Ketergantungan Perawatan

Teori ketergantungan perawatan ”menjelaskan bagaimana sistem perawatan diri di


modifikasi dan diarahkan kepada orang yang secara sosial tergantung dan
membutuhkan bantuan dalam memenuhi kebutuhan perawatan dirinya”. Untuk
orang-orang yang secara sosial tergantung dan tidak dapat memenuhi permintaan
perawatan diri mereka, bantuan dari orang lain di perlukan. Dalam banyak hal
perawatan diri dan ketergantungan perawatan adalah sejajar , dengan perbedaan
utama bahwa ketika memberikan ketergantungan perawatan, orang tersebut
memenuhi kebutuhan perawatan diri oleh orang lain. Untuk agen ketergantungan
perawatan, tuntutan menyediakan ketergantungan perawatan dapat mempengaruhi
atau mengkondisikan permintaan perawatan diri agen terpeutik dan agen
perawatan diri. Kebutuhan ketergantungan perawatan di perkirakan bertambah
dengan bertambahnya penduduk usia lanjut dan jumlah orang yang hidup dengan
kondisi penyakit kronis atau kondisi kecacatan.

Betty Neuman lahir pada tahun 1924 disebuah pemukiman pertanian tidak jauh
dari Lowell,Ohio. Ayahnya seorang petani dan ibunya seorang rumah tangga.
Dengan rasa cintanya pada tanah kelahirannya ia bermaksud untuk membangun
desanya Ohio dan menjadikan latar belakang pada rasa kebutuhan penduduk
desanya. Betty Neuman pertama kali memperoleh pendidikan pada People
Hospital School of Nursing sekarang General Hospital Akron di Akron, Ohio
tahun 1947. Kemudian ia pindah ke Los Angles untuk tinggal dengan keluarganya
di California. Di California ia memegang jabatan penting di Staff Keperawatan
Rumah Sakit. Kemudian ia melanjutkan pendidikan di Universitas California di
Los Angles dengan jurusan Psikologi. Dia menyelesaikan gelar sarjana mudanya
pada tahun 1957. Pada tahun 1966 dia mendapat gelar Master dibidang Kesehatan
Mental, kosultan kesehatan masyarakat pada University of California.

89
G.BETTY NEUMAN
Betty Neuman lahir di Lowell di Ohio pada tahun 1924. Ayahnya seorang
petani dan ibunya seorang ibu rumah tangga. Beliau pertama kali memperoleh
pendidikan di People Hospital School of Nursing yang sekarang berubah nama
menjadi General Hospital Akron di Akron, Ohio pada tahun 1947. Beliau memegang
jabatan penting yaitu sebagai staf keperawatan rumah sakit di California. Beliau
melanjutkan pendidikannya di University of California dengan jurusan psikologi.
Beliau menyelesaikan gelar sarjana mudanya pada tahun 1957. Pada tahun 1966
beliau mendapat gelar Master dibidang kesehatan mental, konsultan kesehatan
masyarakat di University of California.

Banyak sekali pengalaman yang telah beliau dapatkan diantaranya menjadi


dosen keperawatan jiwa, konsultan, pemimpin konseling model Whole person
Approach serta beliau telah membuat sebuah system model keperawatan di UCLA
dan memfokuskan system tersebut dalam masalah keperawatan. Model Whole Person
Approach dipublikasikan pada tahun 1972, A model of teaching total person
approach to patient problem dalam riset keperawatan.

keperawatan yaitu ditujukan kepada penekanan penurunan stres


denganKeperawatan adalah suatu profesi yang unik dengan memperhatikan seluruh
factor-faktor yang mempengaruhi respon individu terhadap penyebab stress, tekanan
intra, inter dan ekstra personal.Perawatan berfokus kepada mencegah serangan stress
dalam melindungi klien untuk mendapatkan atau meningkatkan derajat kesehatan
yang paling baik.Perawatan menolong pasien untuk menempatkan primary,
secondary dan tertiary. Metode pencegahan untuk mencegah stress yang disebabkan
factor lingkungan dan meningkatkan system pertahanan pasien.Menurut Newman,
asuhan keperawatan dilakukan untuk mencegah atau mengurangi reaksi tubuh akibat
adanya stressor. penyakit yang terdiri dari pencegahan Peran ini disebut pencegahan
primer, sekunder dan tertier. Primer meliputi tindakan keperawatan stressor,
mencegah terjadinya reaksi untuk mengidentifikasi adanya tubuh karena adanya

90
stressor. Sekunder tindakan keperawatan untuk gejala penyakit atau reaksi tubuh
lainnya mengurangi atau menghilangkan karena adanya stressor. Tersier meliputi
pengobatan rutin dan teratur serta pencegahan kerusakan lebih lanjut atau komplikasi
dari suatu penyakit.

Model Konsep dan Teori Keperawatan Betty Neuman

Model konsep yang dikemukakan oleh Betty Neuman ini adalah model konsep
health Care System yaitu model konsep yang menggambarkan aktivitas keperawatan
yaitu ditunjukkan kepada penekanan penurunan stres dengan memperkuat garis
pertahanan diri secara fleksibel atau normal maupun resisten dengan sasaran
pelayanan adalah komunitas.

Garis pertahanan diri pada komunitas tersebut meliputi garis pertahanan fleksibel,
yaitu ketersediaan dana pelayanan kesehatan, iklim dan pekerjaan dan lain-lain, garis
pertahanan normal yang meliputi ketersediaan pelayanan, adanya perlindungan status
nutrisi secara umum, tingkat pendapatan, rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan
sikap masyarakat terhadap kesehatan dan garis pertahanan resisten yang meliputi
adanya ketersediaan pelayanan kesehatan,tingkat pendidikan masyarakat,
transportasi, tempat rekreasi dan cakupan dari imunisasi di daerah yang ada.
Interverensi keperawatan diarahkan pada garis pertahanan dengan penggunaan
penncegahan primer, sekunder dan tersier.Model ini bertujuan agar terjadi stabilitas
klien dan keluarga dalam lingkunan yang dinamis.Sehingga Betty Neuman
menggambarkan peran perawat dapat bersifat menyeluruh dan saling ketergantungan
(interdependesi).

Betty Neuman dalam memahami konsep keperawatan ini memiliki dasar


pemikiran yang terkait dengan komponen paradigma yaitu memandang manusia
sebagai suatu sistem terbuka yang selalu mencari keseimbangan dan merupakan suatu
kesatuan dari variabel yang utuh diantaranya fisiologi, psikologis, sosiokultural dan
spiritual, juga memandang pelayanan keperawatan akan dipengaruhi linkungan

91
sekitar klien serta memandang sehat sebagai kondisi terbebasnya dari gangguan
pemenuhan kebutuhan dan merupakan keseimbangan yang dinamis dari menghindari
stresor.

Secara umum fokus dari model konsepP keperawatan menurut Neuman ini
berfokus pada respons terhadap stresor serta faktor-faktor yang mempengaruhi proses
adaptasi pada pasien. Untuk itu tindakakan keperawatan yang seharusnya dilakukan
menurut Neuman adalah mencegah atau mengurangi adanya reaksi tubuh akibat
stresor.Upaya tersebut dapat juga dinamakan pencegahan primer,sekunder dan tersier.

 Pencegahan primer dapat meliputi berbagai tindakan keperawatan untuk


mengidentifikasi adannya stresor, mencegah reaksi tubuh karena adanya stresor serta
medukung koping pada pasien secara konstruktif.

 Pencegahan sekunder menurut Neuman meliputi berbagai tindakan


keperawatan yang dapat mengurangi atau menghilangkan gejala penyakit serta reaksi
tubuh lainnya karena adanya stresor dan pencegahan tersier dapat meliputi
pengobatan secara rutin dan teratur serta pencegahat terhadap adanya kerusakan lebih
lanjut dari komplikasi suatu penyakit.Upaya pencegahan tersebut dipentingkan
dengan adanya pendidikan keschatan dan pemeliharan kesehatan.

Neuman menggunakan sejumlah orang untuk melakukan pendekatan yang


termasuk dalam konsep mayor menurutnya adalah:

1) Tekanan Rangsangan yang timbul diakibatkan kondisi sekitar pandangan


Neuman tentang tekanan yaitu :

a. Intar Personal: secara individu atau perorangan.

b. Inter Personal : antara individu yang satu dengan yang lain Ekstra

c. Personal : di luar individu

92
2) Struktur Pokok Sumber Energi: merupakan penggerak untuk melakukan
aktivitas

3) Tingkat Ketahanan Normal

Sumber-Sumber Teori Betty Neuman

Konsep utama yang terdapat pada model Neuman, meliputi: stresor, garis
pertahanan dan perlawanan, tingkatan pencegahan, lima variabel sistem klien,
struktur dasar intervensi dan rekonstitusi. Teori model Betty Neuman juga
menerapkan ide dari teori sistem umum tentang sifat dasar kehidupan sistem terbuka
yang merupakan gabungan semua elemen yang berinteraksi dalam struktur organisasi
tubuh kita yang kompleks. Neuman juga memilah konsep G. Kaplan tentang
tingkatan tindakan pemecahan.

1) Stressor Stressor adalah kekuatan lingkungan yang menghasilkan ketegangan


dan berpotensial untuk menyebabkan sistem tidak stabil.Neuman mengklasifikasi
stressor sebagai berikut :

a. Stressor intrapersonal : Terjadi dalam diri individu/keluarga dan berhubungan


dengan lingkungan internal (misalnya:respons autoimmune)

b. Stressor interpersonal : Terjadi pada satu individu/keluarga atau lebih yang


memiliki pengaruh pada system, (misalnya: ekspektasi peran)

c. Stressor ekstrapersonal : Terjadi diluar lingkup sistem atau individukeluarga


tetapi lebih jauh jaraknya dari sytem dari pada stressorinterpersonal, (misalnya: sosial
politik).

2) Garis pertahanan dan perlawanan

Garis pertahanan menurut neuman's terdiri dari garis pertahanan nornam dan garis
pertahanan fleksibel. Garis pertahanan normal merupakan lingkaran utuh yang

93
mencerminkan suatu keadaan stabil untuk individu, system atau kondisi yang
menyertai pengaturan karena adanya stressor yang disebut wellness normal dan
digunakan sebagai dasar untuk menentukan adanya deviasi dari keadaan wellness
untuk system klien. Selain itu ada berbagai stressor yang dapat menginvasi garis
pertahanan normal jika pertahanan fleksibelnya tidak dapat melindungi secara
adeknat. Jika itu terjadi, maka system klien akan beraksi dengan menapakkan adanya
gejala ketidak stabilan atau sakit dan mengurangi kemampuan system untuk mengtasi
stressor tambahan. Garis pertahanan normal ini terbentuk dari beberapa variable dan
perilaku seperti pola koping individu, gaya hidup dan tahap perkembangan. Garis
pertahanan normal ini merupakan bagian dari garis pertahanan fleksibel.

3) Tingkatan pencegahan

Tingkatan pencegahan ini membantu memelihara keseimbangan yang terdiri dari


pencegahan primer, sekunder dan tersier.

a. Pencegahan primer terjadi sebelum system bereaksi terhadap stressor

b. Pencegahan sekunder: meliputi berbagai tindakan yang dimulai setelah ada


gejala dari stressor.

c. Pencegahan tersier: dilakukan setelah system ditangani dengan strategi-


strategi pencegahan sekunder Sistem klien

4) Sistem klien

Model system neuman merrupakan pendekatan system yang terbuka dan dinamis
terhadap klien yang dikembangkan untuk memberikan suatu kesatuan focus definisi
masalah keperawatan dan pemahaman terbaik dari interaksi klien dengan
lingkungannya. Elemen-elemen yang ada dalam system terbuka mengalami
pertukaran energy informasi dalam organisasi kompleksnya. Stress dan reaksi
terhadap stress merupakan komponen dasar dari system terbuka Klien sebagai system

94
bias individu, keluarga, kelompok, komunitasatau social issue (Tomey & Alligood,
1998). Klien sebagai suatu system memberikan arti bahwa adanya keterkaitan antar
aspek yang terdapat dalam system tersebut Kesehatan klien akan dipengaruhi oleh
keluarganya, kelompoknya, komunuitasnya, bahkan lingkungan sosialnya. Neuman
meyakini bahwa klien adalah sebagai suatu system, memiliki lima variable yang
membentuk system klien yaitu fisik, psikologis, sosiokultur, perkembangan dan
spiritual, selanjutya juga di jelaskan oleh Neuman bahwa klien merupakan cerminan
secara wholistik dan multidimensional (Fawcett, 2005). Dimana secara wholistik
klien dipandang sebagai keseluruhan yang bagian-bagiannya berada dalam suatu
interaksi dinamis. Pernyataan tersebut membuktikan bahwa setiap orang itu akan
memiliki keunikan masing-masing dalam mempresepsikan dan menanggapi suatu
peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari Perubahan istilah dari Holistic
menjadi Wholistik untuk meningkatkan pemahaman terhadap orang secara
keseluruhan. Disamping itu klien atau system dapat menangani stressor dengan baik,
sehingga sakit atau kematian atau stabilitas system. Perubahan dapat
mempertahankan kesehatan secara kuat. Keseimbangan fungsional atau harmonis
menjaga keutuhan integritas system. Apabila bagian-bagian dari klien berinteraksi
secara harmonis, maka akan terwujud jika kebutuhan-kebutuhan system telah
terpenuhi. Namun apabila terjadi ketidak harmonisan diantara bagian-bagian dari
system, hal ini disebabkan karena adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi.

5) Struktur Dasar

Struktur dasar berisi seluruh variable untuk mempertahankan hidup dasar yang
biasa terdapat pada manusia sesuai karakteristik individu yang unik. Variable-
variabel tersebut yaitu variable system, genetic, dan kekuatan/kelemahan bagian-
bagian system.

6) Intervensi

95
Merupakan tindakan-tindakan yang membantu untuk memperoleh, meningkatkan
dan memelihara system keseimbangan, terdiri dari pencegahan primer, sekunder dan
tersier.

7) Rekonstitusi

Neuman ( 1995 ) mendefinisikan rekonstitusi sebagai peningkatan energi yang


terjadi berkaitan dengan tingkat reaksi terhadap stressor. Rekonstitusi dapat dimulai
menyertai tindakan terhadap invasi stressor. Rekonstitusi adalah suatu adaptasi
terhadap stressor dalam lingkungan internal dan eksternal. Rekonstitusi bisa
memperluas normal line defensi ke tingkat sebelumnya, menstabilkan sistem pada
tingkat yang lebih rendah, dan mengembalikannya pada tingkat semula sebelum sakit.
Yang termasuk rekonstitusi adalah faktor-faktor interpersonal, intrapersonal,
ekstrapersonal dan lingkungan yang berkaitan dengan variabel fisiologis, psikologis,
sosiokultural, perkembangan dan spiritual

Tujuan ideal dari model ini adalah untuk mencapai stabilitas system secara
optimal. Apabila stabilitas tercapai maka akan terjadi revitalisasi dan sebagai sistem
terbuka maka klien selalu berupaya untuk memperoleh, meningkatkan dan
mempertahankan keseimbangan diantara berbagai faktor

Penggunaan Bukti Empiris dari Teori Model Neuman

Betty Neuman mengemukakan teori berdasarkan penelitian yang ia lakukan untuk


mengetahui kondisi mental atau psikologi. Evaluasi yang ia lakukan juga turut
membantu dalam membangun suatu konsep tentang kombinasi antara tindakan dan
respon mental. Tetapi tidak selamanya hal diatas dapat dijadikan evaluasi dan bukti
statistik yang mendukung. Jadi empiris tidak terlalu diutamakan dalam konsep ini.

KonsepUtama Dan DefinsiTeori Model Neuman.

Konsep yang dikemukakanoleh Betty Newman adalah konsep “Healt care


system” yaitu model konsep yang menggambarkan aktifitas keperawatan yang

96
ditujukan kepada penekanan penurunan stress dengan memperkuat garis pertahanan
diri secara fleksibel atau normal maupun resistan dengan sasaran pelayanan adalah
komunitas. Serta Betty Newman mendefinisikan manusia secara utuh merupakan
gabungan dari konsep holistic dan pendekatan system terbuka. Neuman
menggunakan sejumlah orang untuk melakukan pendekatan yang termasuk dalam
konsep mayor menurutnya adalah :

1) Tekanan: Rangsangan yang timbul diakibatkan kondisi sekitar pandangan


Neuman tentang tekanan yaitu :

a. Intar Personal :Secaraindividuatauperorangan.

b. Inter Personal : Antara individu yang satudengan yang lain

c. Ekstra Personal : Di luarindividu

2) Struktur Pokok Sumber Energi Merupakan penggerak untuk melakukan


aktivitas.

3) Tingkat Ketahanan Merupakan faktor internal untuk menghadapi tekanan.

4) Garis Normal Pertahanan Tingkatan kemampuan adaptasi individu untuk


menghadapi tekanan di batas normal.

5) Gangguan Pertahanan Kerusakan system pertahanan tubuh oleh dan akibat


dari tekanan.

6) Tingkat Reaksi Tindakan yang muncul akibat dari pengaruh tekanan.

7) Intervensi Identifikasi tindakan sebagai akibat dari reaksi yang timbul.

8) Tingkat-Tingkat Pencegahan Dibagi menjadi

a. Pencegahan primer Sebelum terjadi tindakan

97
b. Pencegahan sekunder Ketika terjadi tindakan

c. Pencegahan tersier Adaptasi atau pengaruh kerusakan

9) Penyesuain Kembali Adaptasi dari tindakan yang berasal dari sekitar baik
interpersonal. Intra personal danekstra personal.Faktor yang perlu di perhatikan
adalah:

a. Fisiologi individu.

b. Psikologi individu

c. Sosial cultural

d. Perkembangan individu

AsumsiTeori Model Betty Neuman

Asumsi yang dikemukakanoleh Betty Neuman dalam memberikan respon


terhadap tekanan yaitu :

1) Manusia Merupakan suatu system terbuka yang selalu mencari keseimbangan


dari harmoni dan merupakan satu kesatuan dari fisiologis, psikologis, sosio kultural,
perkembangan dan spiritual.

2) Lingkungan Yaitu meliputi semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh-
pengaruh dari sekitar klien atau system klien.

3) Sehat Suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan sehat


merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan
menghindari atau mengatasi stressor.

Pernyataan Teori Sistem Model Neuman

98
Teori model Neuman menggambar kan partisipasi aktif perawat terhadap klien
dengan tingkatan yang menyangkut bermacam-macam pengaruh terhadap respon
klien akibat tekanan atau stress.

Klien dalam hubungannya timbale balik dengan lingkungan sekitarnya selalu


membuat keputusan yang menyangkut halatau sesuatu yang akan berakibat
kepadanya.
Ada 4 faktor yang merupakankonsep mental klien :

1) Individu atau pasien itu sendiri

2) Lingkungan sekitarnya

3) Kesehatan

4) Pelayanan

Model Teori Betty Neuman

99
100
H. IMOGENE M KING

Imogene M. King lahir pada tanggal 30 Januari 1923 di West Point,Iowa.


Karir keperawatan Imogene dimulai pada tahun 1945 setelah lulus dari St John's
Hospital School of Nursing, St Louis, Missouri. Ia bekerja sebagai staf perawat medis
bedah sambil kuliah di Bachelor of Science dalamKeperawatan di St Louis University
pada tahun 1948. Dia menyelesaikan Master of Science dalam Keperawatan di St
Louis University.

Pada tahun1959 Dr. King melanjutkan pendidikan di Columbia University, New


York,Dr. Montag sebagai ketua, dan mendapatkan gelar Doktor Pendidikan
padatahun 1961. Pada tahun 1972 ia kembali ke Loyola University of Chicago
mengajar mahasiswa pascasarjana dan menerbitkan teori tentang keperawatan:
Sistem, Konsep, Proses (1981). Dr. King dikenal pada tahun 2005, dengan
kepeloporannya dalam gerakan teori keperawatan. Dr. Kingmemiliki artikel berjudul
Perawatan Teori: Masalah dan Kemajuan dalam jurnal diedit oleh Dr. Rogers.

101
Buku-buku karya King yang diterbitkan sejak tahun 1961 s.d. 1981yaitu : Toward a
theory for nursing: General Concept of Human Behavior (1961-1966), A Theory for
Nursing: System, Concept, Process (1981),Curriculum and Instruction In Nursing
(1986).

Teori Pencapaian Tujuan Imogene M. King

Pada tahun 1971 King memperkenalkan suatu model konseptual yangterdiri atas tiga
sistem yang saling berinteraksi. Model keperawatan terakhir dari King memadukan
tiga sistem interaksi yang dinamis-personal,interpersonal, dan sosial yang mengarah
pada perkembangan teori pencapaiantujuan (King,1981 dalam Christensen J.P, 2009).

Konsep yang ditempatkan dalam sistim personal karena merekaterutama


berhubungan dengan individu, sedangkan konsep yang ditempatkandalam sistim
interpersonal karena menekankan pada interaksi antara duaorang atau lebih. Konsep
yang ditempatkan dalam sistem sosial karenamereka menyediakan pengetahuan untuk
perawat agar berfungsi di dalamsistim yang lebih besar (King, 1995a, p.18 – 19
dalam Tomey & Alligood,2006). Dalam interpersonal sistem perawat-klien
berinteraksi dalam suatuarea (space). Menurut King, intensitas dari interpersonal
system sangatmenentukan dalam menetapkan pencapaian tujuan keperawatan.Adapun
beberapa karakteristik teori Imogene King (Christensen &Kenney,1995):

1. Sistem personal adalah individu atau klien yang dilihat sebagai sistemterbuka,
mampu berinteraksi, mengubah energi, dan informasi denganlingkungannya. Individu
merupakan anggota masyarakat, mempunyai perasaan, rasional, dan kemampuan
dalam bereaksi, menerima,mengontrol, mempunyai maksud-maksud tertentu sesuai
dengan hak danrespon yang dimilikinya serta berorientasi pada tindakan dan

102
waktu.Sistem personal dapat dipahami dengan memperhatikan konsep yang
berinteraksi yaitu: persepsi, diri, gambaran diri, pertumbuhan dan perkembangan,
waktu dan jarak.

2. Sistem interpersonal adalah dua atau lebih individu atau grup yang
berinteraksi. Interaksi ini dapat dipahami dengan melihat lebih jauh konseptentang
peran, interaksi, komunikasi, transaksi, stress, koping.

3. Sistem sosial merupakan sistem dinamis yang akan menjaga


keselamatanlingkungan. Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi
perilakumasyarakat, interaksi, persepsi, dan kesehatan. Sistem sosial
dapatmengantarkan organisasi kesehatan dengan memahami konsep
organisasi,kekuatan, wewenang, dan pengambilan keputusan.

B.Asumsi-Asumsi Teori Imogene King (Meleis, 1997) :

Fokus dalam keperawatan adalah interaksi manusia dan lingkungandengan tujuan


kesehatan untuk manusia.

1. Individu merupakan anggota masyarakat, mempunyai perasaan, rasional,dan


kemampuan dalam bereaksi, menerima, mengontrol, mempunyaimaksud-maksud
tertentu sesuai dengan hak dan respon yang dimilikinyaserta berorientasi pada
tindakan dan waktu.

2. Proses interaksi dipengaruhi oleh persepsi-persepsi, tujuan-tujuan,kebutuhan,


dan nilai-nilai antara perawat - klien.

3. Klien memiliki hak azazi dalam menerima informasi, berpartisipasi dalam


pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh kehidupan, kesehatan, dan pelayanan
kesehatan namun klien juga berhak untuk menolaknya.

103
4. Pertanggungjawaban dalam pelayanan keperawatan pada individumencakup
semua aspek termasuk dalam keputusan memberi informasi.

5. Tidak jarang terjadi perbedaan tujuan antara pemberi dan penerima pelayanan
kesehatan.

C.Penegasan Teoritis

Dalam teori pencapaian tujuannya, King (1981;149) memberikan Proposisi berikut,


yang memperlihatkan dan menggambarkan hubungan konsep-konsep King.

1. Jika terdapat kekuatan perseptual dalam interaksi perawat-klien makaakan


terjadi transaksi

2. Jika perawat dan klien melakukan transaksi, maka tujuan akan dicapai.

3. Jika tujuan dicapai, maka akan terjadi kepuasan.

4. Jika tujuan dicapai, maka akan terjadi askep yang efektif.

5. Jika transaksi dibuat dalam interaksi perawat-klien, maka tumbuhkembang


akan meningkat.

6. Jika harapan peran dan performa peran yang dirasakan oleh perawat danklien
sesuai, maka akan terjadi transaksi.

7. Jika konflik peran dialami oleh perawat atau klien atau oleh keduanya,maka
akan menimbulkan stress dalam interaksi perawat-klien.

8. Jika perawat yang memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus


mengomunikasikan informasi yang sesuai kepada klien, maka akan terjadi
penyusunan tujuan dan pencapaian tujuan bersama.

D.Aplikasi Teori Imogene M. King dalam Proses Keperawatan

104
1. Terjadi selama interaksi antara perawat dan pasien/klien. Perawat membawa
pengetahuan khusus dan ketrampilan sedangkan klienmembawa pengetahuan tentang
diri dan persepsi masalah yang menjadi perhatian, untuk interaksi ini.

2. Selama pengkajian perawat mengumpulkan data tentang klien,diantaranya


adalah : Tingkat tumbuh kembang, Pandangan tentang diri sendiri, Persepsi yang
merupakan dasar pengumpulan dan interpretasi data terhadap status kesehatan, Pola
komunikasi diperlukan untuk memferivikasi keakuratan persepsi, untuk interaksi dan
transaksi. dan Sosialisasi

E.Aplikasi Teori Imogene M. King dalam Praktik Keperawatan

Teori King berfokus pada interaksi perawat - klien dengan pendekatan sistem.
Kekuatan pada model ini adalah partisipasi klien dalam menentukan tujuan yang akan
dicapai, mengambil keputusan, dan interaksi dalam menerima tujuan dari klien. Teori
ini sangat penting pada kolaborasi antara tenaga kesehatan professional.Teori ini juga
dapat digunakan pada individu, keluarga, atau kelompok dengan penekanan pada
psikologi, sosialkultural, dan konsep interpersonal.

Beberapa contoh kasus yang menggunakan teori King dalam praktik klinik adalah
(Meleis, 1997) :

1. Klien lansia dengan kecelakaan perdarahan pada otak.

2. Klien dengan penyakit ginjal.

3. Caring dalam keluarga.

4. Penyelesaian masalah memfasilitasi pengembangan kesehatan


lingkungankerja.

5. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat.

6. Pelayanan keperawatan psikiatri.

105
7. Caring untuk klien pingsan atau tidak sadar.

8. Caring untuk klien dewasa dengan diabetes.

9. Kerangka kerja untuk mengatur perawatan.

106
I. MYRA E. LEVINE

Myra Estrin Levine (1920-1996) lahir di Chicago, Illinois. Ia adalah anak


tertua dari tiga bersaudara. Levine mengembangkan minat dalam perawatan karena
ayahnya sering sakit (mengalami masalah gastrointestinal) dan memerlukan
perawatan. Levine lulus dari Cook County School of Nursing tahun 1944 dan
memperoleh gelar Bachelor Science of Nursing (BSN) dari University of Chicago
pada tahun 1949. Setelah lulus, Levine bekerja sebagai perawat sipil untuk US Army,
sebagai supervisor perawat bedah, dan administrasi keperawatan. Setelah
mendapatkan gelar Master Science of Nursing (MSN) di Wayne State University
pada tahun 1962, ia mengajar keperawatan di berbagai lembaga (George, 2002)
seperti University of Illinois di Chicago dan Tel Aviv University di Israel.
Levine menulis 77 artikel yang dipublikasikan yang termasuk artikel “An
Introduction to Clinical Nursing” yang dipublikasikan berulang kali pada tahun pada
tahun 1969, 1973 & 1989. Ia juga menerima gelar doktor kehormatan dari Loyola
University pada tahun 1992. Levine meninggal pada tahun 1996. Levine pribadi
menyatakan bahwa ia tidak bertujuan khusus untuk mengembangkan ‘teori
keperawatan’, tetapi ingin menemukan cara untuk mengajarkan konsep-konsep utama
dalam Keperawatan Medikal Bedah dan berusaha untuk mengajarkan siswa
keperawatan sebuah pendekatan baru dalam kegiatan keperawatan. Levine juga ingin
berpindah dari praktek keperawatan pendidikan yang mernurutnya sangat prosedural

107
dan kembali fokus pada pemecahan masalah secara aktif dan perawatan pasien
(George, 2002).

TIGA KONSEP UTAMA DARI MODEL KONSERVASI

1. Wholeness (Keutuhan)

Erikson dalam Levine (1973) menyatakan wholeness sebagai sebuah sistem terbuka:
“Wholeness emphasizes a sound, organic, progressive mutuality between diversified
functions and parts within an entirety, the boundaries of which are open and fluent.
(Keutuhan menekankan pada suara, organik, mutualitas progresif antara fungsi yang
beragam dan bagian-bagian dalam keseluruhan, batas-batas yang terbuka)”Levine
(1973, hal 11) menyatakan bahwa “interaksi terus-menerus dari organisme individu
dengan lingkungannya merupakan sistem yang ‘terbuka dan cair’, dan kondisi
kesehatan, keutuhan, terwujud ketika interaksi atau adaptasi konstan lingkungan,
memungkinkan kemudahan (jaminan integritas) di semua dimensi kehidupan”.

108
Kondisi dinamis dalam interaksi terbuka antara lingkungan internal dan eksternal
menyediakan dasar untuk berpikir holistik, memandang individu secara keseluruhan.
2. Adaptasi
Adaptasi merupakan sebuah proses perubahan yang bertujuan mempertahankan
integritas individu dalam menghadapi realitas lingkungan internal dan eksternal.
Konservasi adalah hasil dari adaptasi. Beberapa adaptasi dapat berhasil dan sebagian
tidak berhasil. Levine mengemukakan 3 karakter adaptasi yakni: historis, spesificity,
dan redundancy. Levin menyatakan bahwa setiap individu mempunyai pola respon
tertentu untuk menjamin keberhasilan dalm aktivitas kehidupannya yang
menunjukkan adaptasi historis dan spesificity. Selanjutnya pola adaptasi dapat
disembunyikan dalam kode genetik individu. Redundancy menggambarkan pilihan
kegagalan yang terselamatkan dari individu untuk menjamin adaptasi. Kehilangan
redundancy memilih apakah melalui trauma, umur, penyakit, atau kondisi lingkungan
yang membuat individu sulit mempertahankan hidup.
a. Lingkungan
Levine memandang setiap individu memiliki lingkungannya sendiri baik lingkungan
internal maupun eksternal. Perawat dapat menghubungkan lingkungan internal
individu dengan aspek fisiologis dan patofisiologis, dan lingkungan eksternal sebagai
level persepsi, opersional dan konseptual. Level perseptual melibatkan kemampuan
menangkap dan menginterpretasi dunia dengan organ indera. Level operasional
terdiri dari segala sesuatu yang mempengaruhi individu secara fisiologis meskipun
mereka tidak dapat mempersepsikannya secara langsung, seperti mkroorganisme.
Pada konseptual level, lingkungan dibentuk dari pola budaya, dikarakteristikkan
dengan keberadaan spiritual, dan ditengahi oleh simbol bahasa, pikiran dan
pengalaman.
b. Respon organisme
Respon organisme adalah kemampuan individu untuk beradaptasi dengan
lingkungannya, yang bisa dibagi menjadi fight atau flight, respon inflamasi, respon
terhadap stress, dan kewaspadaan persepsi.

109
1) Fight-flight merupakan respon yang paling primitif dimana ancaman yang diterima
individu baik nyata maupun tidak, merupakan respon terhadap ketakutan melalui
menyerang atau menghindar hal ini bersifat reaksi yang tiba-tiba. Respon yang
disampaikan adalah kewaspadaan untuk mencari informasi untuk rasa aman dan
sejahtera.
2) Respon peradangan atau inflamasi merupakan mekanisme pertahanan yang
melindungi diri dari lingkungan yang merusak, merupakan cara untuk
menyembuhkan diri, respon individu adalah menggunakan energi sistemik yang ada
dalam dirinya untuk membuang iritan atau patogen yang merugikan, untuk hal ini
sangat dibutuhkan kontrol lingkungan.
3) Respon terhadap stress menghasilkan respon defensif dalam bentuk perubahan
yang tidak spesifik pada manusia, perubahan structural dan kehilangan energi untuk
beradaptasi secara bertahap terjadi sampai rasa lelah terjadi, dikarakteristikkan
dengan pengaruh yang menyebabkan pasien atau individu berespon terhadap
pelayanan keperawatan.
4) Kewaspadaan perceptual, respon sensori menghasilkan kesadaran persepsi,
informasi dan pengalaman dalam hidup hanya bermanfaat ketika diterima secara utuh
oleh individu, semua pertukaran energi terjadi dari individu ke lingkungan dan
sebaliknya. Hasilnya adalah aktivitas fisiologi atau tingkah laku. Respon ini sangat
tergantung kepada kewaspadaan perceptual individu, hanya terjadi saat individu
menghadapi dunia (lingkungan) baru disekitarnya dengan cara mencari dan
mengumpulkan informasi dimana hal ini bertujuan untuk mempertahankan keamanan
dirinya.
c.Trophicognosis
Levine merekomendasikan trophicognosis sebagai alternatif untuk diagnosa
keperawatan. Ini merupakan metode ilmiah untuk menentukan sebuah penentuan
rencana keperawatan.
3. Konservasi

110
Levine menguraikan model Konservasi sebagai inti atau dasar teorinya. Konservasi
menjelaskan suatu system yang kompleks yang mampu melanjutkan fungsi ketika
terjadi tantangan yang buruk. Dalam pengertian Konservasi juga, bahwa individu
mampu untuk berkonfrontasi dan beradaptasi demi mempertahankan keunikan
mereka.
Aplikasi Pada Proses Keperawatan

Proses Keperawatan Levin dengan menggunakan pemikiran kritis (Tomey,


2006)

Proses Pembuatan keputusan


Pengkajian

Mengumpulkan data provokatif melalui Perawat mengobservasi pasien dengan


wawancara dan observasidengan melihat respon organisme teradap
menggunakan prinsip konservasi penyakit, membaca catatan medis,
evaluasi hasil diagnostik dan berdiskusi
1. Konservasi energi
dengan pasien tentang kebutuhan akan
2. Integritas struktur
bantuannya.n
3. Integritas personal
4. Integritas sosial Perawat mengkaji pengaruh lingkungan
eksternal dan internal pasien dengan
prinsip konservasi.

Fakta provokatif yang perlu dikaji:

1. Keseimbangan suplai dan


kebutuhan energi
2. Sistem pertahanan tubuh
3. harga diri

111
4. Kesiapan seseorang dalam
berpartisipasi dalam sosial sistem

Keputusan à Tropihicognosis

Diagnosa keperawatan à menyimpulkan Fakta provokatif disusun sedemikian rupa


fakta provokatif untuk menunjukkan kemungkinan dari
kondisi pasien. Sebuah kep utusan
mengenai bantuan yang dibutuhkan pasien
dibuat . Keputusan ini disebut
tropihicognosis

Hpotesis

Mengarahkan intervensi keperawatan Berdasarkan keputusan, perawat


dengan tujuan untuk keutuhan dan memvalidasi masalah pasien, lalu
promosi adaptasi mengemukakan hipotesis tentang masalah
dan solusinya. Ini disebut rencana
keperawatan.
Intervensi

Uji hipotesis Perawat menggunakan hipotesis untuk


memberi arah dalam melakukan
perawatan.

Intervensi dilakukan berdasarkan prinsip


konsevasi, yaitu konservasi energi,
struktur, personal dan sosial.

112
Pendekatan ini diharapkan mampu
mempertahankan keutuhan dan promosi
adaptasi.
Evaluasi

Observasi repon organisme terhadap Hasil dari uji hipotesa dievaluasi dengan
intervensi mengkaji respn organisme apakah
hipotesis membantu atau tidak.

KONSEP KOMPOSISI MODEL KONSERVASI MYRA


Model konservasi levine merupakan Keperawatan praktis dengan konservasi model
dan prinsip yang berfokus pada pelestarian energi pasien untuk kesehatan dan
penyembuhan. Adapun prinsip konservasi tersebut adalah sbb:
1. Konservasi Energi
Individu memerlukan keseimbangan energi dan memperbaharui energi secara konstan
untuk mempertahankan aktivitas hidup. Konservasi energi dapat digunakan dalam
praktek keperawatan.
2. Konservasi Integritas Struktur
Penyembuhan adalah suatu proses pergantian dari integritas struktur. Seorang
perawat harus membatasi jumlah jaringan yang terlibat dengan penyakit melalui
perubahan fungsi dan intervensi keperawatan.
3. Konservasi Integritas Personal
Seorang perawat dapat menghargai klien ketika klien dipanggil dengan namanya.
Sikap menghargai tersebut terjadi karena adanya proses nilai personal yang
menyediakan privasi selama prosedur.
4. Konservasi Integritas Sosial
Kehidupan berarti komunitas social dan kesehatan merupakan keadaan social yang
telah ditentukan. Oleh karena itu, perawat berperan menyediakan kebutuhan terhadap

113
keluarga, membantu kehidupan religius dan menggunakan hubungan interpersonal
untuk konservasi integritas social.
Levine’s Conversation model difokuskan dalam mempromosikan adaptasi dan
mempertahankan keutuhan dalam menggunakan prinsip-prinsip konservasi. Panduan
model perawat untuk fokus pada pengaruh dan tanggapan pada tingkat organismic.
Perawat menyelesaikan tujuan model melalui konservasi energi, struktur, dan
integritas pribadi dan sosial ( Levine, 1967). Meskipun konservasi adalah dasar hasil
yang diharapkan saat model yang digunakan, Levine juga membahas dua konsep
penting lainnya penting untuk penggunaan model nya – adaptasi dan keutuhan.
Adaptasi adalah proses perubahan, dan konservasi adalah hasil dari adaptasi.
Adaptasi adalah proses dimana pasien mempertahankan integritas dalam realitas
lingkungan (Levine, 1966, 1989). Adaptasi ini dicapai melalui “ penggunaan hemat,
ekonomi, berisi dan dikendalikan sumber daya lingkungan dengan individu dalam
bunga-nya yang terbaik” (Levine, 1991, hal 5)
Keutuhan didasarkan pada uraian Erikson (1966, hal 63) tentang keutuhan sebagai
sistem terbuka : “ Keutuhan menekankan suara, organik, kebersamaan progresif
antara fungsi beragam dan bagian-bagian dalam keseluruhan, batas-batas yang
terbuka dan cairan”. (Levine 1973, hal 11) menyatakan bahwa “interaksi gencar
organisme individu dengan lingkungannya ini merupakan sebuah sistem terbuka dan
cairan” dan kondisi kesehatan, keutuhan terjadi ketika interaksi atau adaptasi konstan
terhadap lingkungan, izin kemudahan jaminan integritas di semua kehidupan dimensi
ini dinamis dan terus menerus interaksi terbuka antara lingkungan internal dan
eksternal memberikan dasar untuk berpikit holistik, pandangan dari individu secara
keseluruhan.
“Koservasi disisi lain adalah produk adaptasi. Konservasi dari Conservation kata
Latin, yang berarti “untuk tetap bersama-sama” (Levine, 1973).“Konservasi
menggambarkan cara sistem kompleks dapat terus berfungsi bahkan ketika sangat
menantang” (Levine 1990, hal 192). Melalui konservasi, individu dapat menghadapi
kendala, beradaptasi sesuai dan mempertahankan keunikan mereka. “Tujuan dari

114
konservasi adalah kesehatan dan kekuatan untuk menghadapi kecacatan” sebagai
aturan konservasi dan terus integritas “ dalam semua situasi dimana menyusui
dibutuhkan (Levine 1973, hal 193-195). Fokus utama dari konservasi adalah menjaga
keutuhan bersama dari individu. Meskipun intervensi keperawatan mungkin
berurusan dengan satu prinsip konservasi partivular perawat juga harus mengakui
pengaruh prinsip-prinsip konservasi lainnya (Levine 1990).

MODEL KONSEPTUAL
KONSERVASI LEVINE

Tanggung jawab Tanggung jawab


keperawatan selama rentan keperawatan selama rentan
waktu ketergantungan waktu ketergantungan

KONSERVASI
KONSERVASI
INTEGRITAS
ENERGI
STRUKTUAL

KONSERVASI KONSERVASI
INTEGRITAS INTEGRITAS
PERSONAL SOSIAL

115
Kesehatan & penyakit Kesehatan yang Pentingnya dukungan
merupakan bagian dari optimal adalah tujuan perawat dalam proses
pola perubahan adaptif dari adaptasi adaptasi

Redundansi Specifik
Historis

KONSERVASI

116
Konsep Utama
Selama bertahun-tahun, perawat seperti Myra Lavine telah mengembangkan berbagai
teori yang memberikan penjeleasan yang berbeda dari disiplin keperawatan. Seperti
Konservasi Model, semua berbagai teori empat konsep pusat atau utama : Orang,
Lingkungan, Keperawatan dan Kesehatan. Selain ini, Levine Model ini juga
membahas oras dan lingkungan untuk bergabung atau menjadi kongruen dari waktu
ke waktu, karena akan di bahas bawah.
1. Seseorang adalah holistik sedang yang terus berupaya untuk menjaga keutuhan
dan integritas dan satu yang hidup, berpikir, berorientasi masa depan, dan masa
lalu-sadar. “Keutuhan (integritas) dari tuntutan individu yang hidup individu
memiliki artinya hanya dalam konteks kehidupan sosial” (Levine 1973, hal 17).
Orang juga digambarkan sebagai individu yang unik dalam persatuan dan
kesatuan, perasaan , percaya, berpikir dan seluruh sistem dari sistem.
2. Lingkungan melengkapi keutuhan individu, baik itu lingkungan internal dan
eksternal.
3. Lingkungan internal menggabungkan aspek fisiologi dan patofisiologi dari
individu dan kosntan ditantang oleh lingkungan eksternal. Lingkungan internal
juga adalah integrasi dari fungsi tubuh yang menyerupai hemeorrhesis dari pada
hemeostasis dan tunduk terhadap tantangan dari lingkungan eksternal, yang
selalu merupakan bentuk energi.
4. Lingkungan eksternal dibagi ke dalam lingkungan persepsi, operasional, dan
konseptual.Lingkungan persepsi adalah bagian dari lingkungan eksternal yang
individu menanggapi dengan organ-organ indera mereka dan termasuk cahaya,
suara, sentuhan, suhu, kimia perubahan yang berbau atau terasa, dan rasa posisi
dan keseimbangan. Lingkungan operasional adalah bagian dari lingkungan
eksternal yang berinteraksi dengan jaringan hidup meskipun individu tidak
memiliki organ perasa yang dapat merekam adanya faktor-faktor dan mencakup
semua bentuk radiasi, mikroorganisme, dan polutan. Dengan kata lain, unsur-
unsur fisik dapat mempengaruhi individu tetapi tidak dirasakan oleh

117
kedua.Lingkungan Konseptual adalah bagian dari lingkungan eksternal yang
terdiri dari bahasa, ide, simbol, dan konsep dan penemuan dan mencakup
pertukaran bahasa, kemampuan berpikir dan pengalaman emosi, sistem nilai,
keyakinan agama, etnis dan tradisi budaya, dan psikologis individu pola yang
berasal dari pengalam hidup.
5. Kesehatan dan penyakit adalah pola perubahan adaptif. Kesehatan tersirat berarti
persatuan dan kesatuan dan merupakan adaptasi keutuhan dan sukses. Tujuan
keperawatan adalah untuk meningkatkan kesehatan.(Levine 1991, hal 4)
menjelaskan yang dimaksud dengan kesehatan adalah sebagai jalan kembali ke
kegiatan sehari-hari dikompromikan oleh kesehatan yang buruk. Hal ini tidak
hanya penghinaan atau cedera yang diperbaiki tetapi dirinya sendiri , ini bukan
hanya penyembuhan bagian tertindas ini agak kembali ke hood diri, dimana
perubahan kecacatan dapat disisihkan sepenuhnya dan individu bebas untuk
mengejar sekali lagi atau kepentingannya sendiri tanpa kendala. Disisi lain
penyakit adalah tidak diatur atau disiplin berubah dan harus dihentikan atau
kematian akan terjadi.
6. Perawatan terlibat dalam “interaksi manusia” (Levine 1973, hal 1) menjelaskan
“perawat itu masuk ke dalam kemitraan pengalaman manusia dimana saat-saat
berbagai dalam waktu beberapa sepele, beberapa dramatis dan tandanya
selamanya pada setiap pasien (Levine 1977, hal 845) Tujuan keperawatan adalah
untuk mempromosikan adaptasi dan memelihara keutuhan(kesehatan).
7. Seperti telah disebutkan diatas, Levine Model Konservasi dibahas bahwa cara
dimana orang dan lingkungan menjadi kongruen dari waktu ke waktu. Ini adalah
fit dari orang dengan kesulitannya waktu dan ruang. Respon adaptif spesifik
membuat konservasi yang mungkin terjadi pada berbagai tingkatan : molekuler,
fisiologis, emosional psikologis, dan sosial. Tanggapan ini didasarkan pada tiga
faktor yaitu : Historisitas, Spesifisitas dan redendansi (Levine, 1989)

118
Konsep Kunci (Konservasi Prinsip)
Inti konsep sentral, teori Levine adalah konservasi (Levine, 1989). Ktika
seseorang dalam keadaan konservasi, itu berarti bahwa respon adaptif individu
menyesuaikan perubahan produktif, dan dengan pengeluaran dan sedikit usaha,
sambil menjaga fungsi optimal dan identitas.Konservasi yang berhasil tercapai
melalui aktivitas jalur adaptif dan perilaku yang sesuai untuk berbagai tanggapan
yang dibutuhkan oleh manusia berfungsi.
Myra Levine menggambarkan empat Prinsip Konservasi. Prinsip-prinsip ini
berfokus pada pelestarian keutuhan individu. Dia menganjurkan bahwa
keperawatan adalah interaksi manusia dan prinsip-prinsip konservasi yang
diusulkan empat keperawatan yang berkaitan dengan persatuan dan integritas
individu. Kerangkanya meliputi :
a. Energi,
b. Integritas Struktural,
c. Integritas Pribadi, dan
d. Integritas Sosial

Asumsi
Model Myra Levine juga membahas pernyataan lain dan asumsi :
 Perawat menciptakan lingkungan dimana penyembuhan dapat terjadi
 Seorang manusia lebih dari jumlah bagian
 Manusia merespon dengan cara yang dapat di prediksi
 Manusia adalah unik dalam respon mereka
 Manusia tahu dan menilai benda-benda, situasi dan kondisi
 Manusia yang merasa, mencermikan, alasan dan memahami
 Tindakan manusia adalah ditentukan diri sendiri bahkan ketika emosi
 Manusia mampu memperpanjang refleksi melalui strategi seperti itu
 Seorang manusia memiliki kesatuan dalam tanggapannya terhadap lingkungan
 Ada perintah dan kelangsungan untuk mengubah hidup adalah tidak acak

119
 Seorang manusia menanggapi organismically dengan cara yang selalu
berubah

KETERBATASAN TEORI

Meskipun kelengkapan dan aplikasi teori Levine luas, model ini bukan tanpa
batasan. Sebagai contoh model konservasi Levine berfokus pada penyakit yang
bertentangan dengan kesehatan; demikian, intervensi keperawatan dibatasi hanya
untuk mengatasi kondisi penyajian individu. Oleh karena itu, intervensi keperawatan
berdasarkan teori Levine adalah berfokus pada saat ini dan jangka pendek, dan tidak
mendukung prinsip-prinsip promosi kesehatan dan pencegahan penyakit, meskipun
ini adalah komponen penting dari praktek keperawatan saat ini. Dengan demikian,
keterbatasan utama adalah fokus pada individu dalam keadaan sakit dan pada
ketergantungan pasien. Selanjutnya, perawat memiliki tanggung jawab untuk
menentukan kemampuan pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan, dan jika
persepsi perawat dan pasien tentang kemampuan pasien untuk berpartisipasi dalam
perawatan tidak cocok, ketidakcocoka ini akan menjadi daerah konflik.

Selain itu, ada beberapa keterbatasan ketika ke empat prinsip Conservational Model
diterapkan:

1. Konservasi energi, Levine tujuan adalah untuk menghindari penggunaan


energy yang berlebihan atau kelelahan. Hal ini diatur dalam perawatan sakit samping
tempat tidur klien. Dalam kasus di mana kebutuhan energi untuk digunakan dari pada
seperti pada pasien mania, ADHD (Attention-Deficit Hyperactivity Disorder) pada
anak-anak atau mereka dengan gerakan terbatas seperti klien lumpuh, teori Levine itu
tidak berlaku.
2. Pada konservasi integritas struktural, fokusnya adalah untuk melestarikan
struktur anatomi tubuh serta untuk mencegah kerusakan struktur anatomi. Ini, sekali
lagi, memiliki keterbatasan. Dalam kasus-kasus dimana struktur anatomis tidak

120
begitu sempurna tapi tanpa diidentifikasi cacat atau masalah seperti dalam operasi
plastik, prosedur seperti perangkat tambahan payudara dan liposuctions; integritas
struktural seseorang dikompromikan tetapi pilihan pasien mencari kecantikan fisik
dan kepuasan psikologis yang dibawa ke pertimbangan. Jika tidak demikian, prosedur
tidak boleh dipromosikan.
3. Pada konservasi integritas personal, perawat diharapkan memberikan
pengetahuan dan kebutuhan pasien harus dihormati, dilengkapi dengan privasi,
didorong dan psikologis didukung. Keterbatasan di sini akan berpusat pada klien
yang secara psikologis terganggu dan lumpuh dan tidak bisa memahami dan
menyerap pengetahuan, pasien koma yaitu, individu atau klien bunuh diri.
4. Tujuan konservasi integritas sosial adalah untuk melestarikan dan pengakuan
dari interaksi manusia, terutama dengan klien, orang lain yang signifikan yang terdiri
dari sistem dukungannya. Keterbatasan khusus untuk ini, adalah ketika klien tidak
memiliki orang lain yang signifikan seperti ditinggalkan anak-anak, pasien psikiatris
yang tidak mampu berinteraksi, klien tidak responsif seperti orang tak sadar, fokus di
sini adalah tidak lagi pasien sendiri namun orang-orang yang terlibat dalam
perawatan kesehatannya.

121
J. HILDEGARD E. PEPLAU
Hildegard E. Peplau, PhD, RN, FAAN, yang dikenal sebagai “jiwa ibu
menyusui,” meninggal di usia 89 tahun pada tanggal 17 Maret 1999. The only
nurse to serve the ANA as executive director and later as president, she served two
terms on the Board of the International Council of Nurses (ICN). Satu-satunya
perawat untuk melayani ANA sebagai direktur eksekutif dan kemudian sebagai
presiden, ia menjabat dua istilah di Dewan International Council of Nurses (ICN).
In 1997, she received nursing’s highest honor, the Christiane Reimann Prize, at the
ICN Quadrennial Congress. Pada tahun 1997, ia menerima kehormatan tertinggi
keperawatan, yang Christiane Reimann Prize, pada Kongres ICN yg berlangsung
empat tahun. In 1996, the American Academy of Nursing honored Peplau as a
“Living Legend,” and, in 1998, the ANA inducted her into its Hall of Fame.
(Extract from the “Peplau leaves legacy of achievement” article below – Nursing
World May 1999) Pada tahun 1996, American Academy of Nursing Peplau
dihormati sebagai “Legenda Hidup”, dan, pada tahun 1998, ANA dilantik-nya ke
dalam Hall of Fame. (Kutipan dari “warisan daun Peplau prestasi” artikel di bawah
ini – Keperawatan Dunia Mei 1999 )

Hildegard Peplau’s fifty-year career in nursing left an indelible stamp on the


profession of nursing, and on the lives of the mentally ill in the United States.
Hildegard Peplau lima puluh tahun karirnya di panti kiri cap yang tak terhapuskan
pada profesi keperawatan, dan pada kehidupan para sakit jiwa di Amerika Serikat.
She wore many hats – founder of modern psychiatric nursing, innovative educator,
advocate for the mentally ill, proponent of advanced education for nurses,
Executive Director and then President of the American Nurses Association, and
prolific author. Dia mengenakan banyak topi – pendiri keperawatan jiwa modern,
inovatif pendidik, advokat bagi penderita penyakit mental, pendukung pendidikan
lanjutan untuk perawat, Direktur Eksekutif dan kemudian Presiden American
Nurses Association, dan penulis produktif. Her life was often marked with

122
controversy, which she faced with courage and determination. Hidupnya sering
ditandai dengan kontroversi, yang dia dihadapkan dengan keberanian dan tekad.

Pengertian Teori keperawatan Hildegard E.Peplau

Teori yang di kembangkan Hildegard E. Peplau adalah keperawataan


psikodinamik (Psychodynamye Nursing) menjelaskan tentang kemampuan dalam
memahami diri sendiri dan orang lain.Teori ini di pengaruhi oleh model hubungan
interpersonal yang bersifat terapeutik (significant therapeutic interpersonal
process). Hildegard E.Peplau mendefinisikan teori keperawatan psikodinamikanya
sebagai berikut:

Perawat psikodinamik adalah kemampuan untuk memahami perilaku


seseorang untuk membantu mengidentifikasikan kesulitan-kesulitan yang
dirasakan dan untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip kemanusiaan yang
berhubungan dengan masalah-masalah yang muncul dari semua hal atau kejadian
yang telah dialami.

Pengalaman keperawatan Dr.Peplau adalah:

 Sebagai perawat privat dan umum dibidang keperawatan RS


 Terlibat dalam riset keperawatan
 Perawatan privat di keperawatan
 Mengajar perawat psikiatri untuk beberapa tahun
 Ia sebagai profesor emetris dari rutgres university

Peplau menerbitkan Buku Interpersonal Relation in Nursing pada tahun 1952


artikel-artikel di majalah profesional dan topik konsep-konsep interpersonal
saampai pada isu-isu keperawatan yang terbaru. Dan selanjutnya peplau
mengembangkan teori keperawatan yang di kenal dengan Psychodynamic
Nursing.

123
Model konsep dan teori keperawatan yang di jelaskan oleh Peplau
menjelaskan tentang kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang orang
lain yang menggunakan dasar hubungan antar manusia yang mencangkup 4
komponen sentral:

A.Pasien

Sistem dari yang berkembang terdiri dari karakteristik biokimia, fisiologis,


interpersonal, dan kebutuhan serta selalu berupaya memenuhi kebutuhan
mengintegrasikan belajar pengalaman.Pasien adalah subjek yang langsung
dipengaruhi.Oleh adanya proses interpersonal.

B.Perawat

Perawat berperan mengatur tujuan dan proses interaksi interpersonal dengan


pasien yang besifat partisipatif,Sedangkan pasien mengendalikan isi yang menjadi
tujuan.Hal ini berarti dalam hubungannya dengan pasien,perawat berperan sebagai
mitra kerja,pendidik,narasumber,pengasuh pengganti,pemimpin dan konselor
sesuai dengan fase proses interpersonal.

C.Masalah kecemasan yang terjadi akibat sakit/sumber kesulitan

Ansietas berat yang disebabkan oleh kesulitan mengintegrasikan pengalaman


interpersonal yang lalu dengan yang sekarang ansietas terjadi apabila komunikasi
dengan orang lain mengancam keamanan psikologi dan biologi individu. Dalam
model Peplau ansietas merupakan konsep yang berperan penting karena berkaitan
langsung dengan kondisi sakit.

D.Proses Interpersonal

Proses interpersonal yang dimaksud antara perawat dan pasien ini


menggambarkan metode transpormasi energi atau ansiestas pasien oleh perawat
yang terdiri dari 4 fase

124
3.Tahapan peplau dalam keperawatan

Untuk mencapai tujuan dari hubungan interpersonal tersebut maka harus


melalui penggunaan step-step atau fase sebagai berikut:

A.Fase Orientasi

Pada fase ini perawat dan klien masih sebagai orang yang asing. Pertemuan di
awali oleh pasien yang mengekspresikan perasaan butuh, perawatn dan klien
melakukan kontak awal untuk membangun kepercayaan dan terjadi proses
pengumpulan data. Pada fase ini yang paling penting adalah perawat berkerja sama
secara kolaborasi dengan pasien dan keluarganya dalam menganalisis situasi yang
kemudian bersama-sama mengenali, memperjelas dan menentukan masalah untuk
ada setelah masalah diketahui, diambil keputusan bersama untuk menentukan tipe
bantuan apa yang di perlukan. Perawat sebagai fasilitator dapat merujuk klien ke
ahli yang lain sesuai dengan kebutuhan .

B.Fase Identifikasi

Fase ini fokusnya memilih bantuan profesional yang tepat, pada fase ini
pasien merespons secara selektif ke orang-orang yang dapat memenuhi
kebutuhannya. Setiap pasien mempunyai respons berbeda-beda pada fase ini.

Respon pasien terhadap perawat:

 Berpartisipasi dan interpendent dengan perawat


 Anatomy dan independent
 Pasif dan dependent

C. Fase Eksploitasi

Fase ini fokusnya adalah menggunakan bantuan profesional untuk alternatif


pemecahan masalah. Pelayanan yang diberikan berdasarkan minat dan kebutuhan
dari pasien. Pasien mulai merasa sebagai bagian integral dari lingkungan

125
pelayanan. Pada fase ini pasien mulai menerima informasi yang diberikan padanya
tentang penyembuhannya, mungkin berdiskusi atau mengajukan pertanyaan-
pertanyaan pada perawat, mendengarkan penjelasan dari perawat dan sebagainya.

E. Fase Resolusi

Terjadi setelah fase sebelumnya telah berjalan dengan sukses. Fokus pada fase
ini mengakhiri hubungan profesional pasien dan perawat dalam fase ini perlu
untuk mengakhiri hubungan teraupetik meraka. Dimana pasien berusaha untuk
melepaskan rasa ketergantungan kepada tim medis dan menggunakan kemampuan
yang dimilikinya agar mampu menjalankan secara sendiri.

E. Fase Hubungan Perawat-pasien

1. Fase
2. Fokus
3. Orientasi
4. Identifikasi
5. Eksploitasi
6. Resolusi
7. Masalah terdefinisi fase
8. Pemilihan bantuan profesional yang tepat
9. Penggunaan bantuan profesional untuk pemecahan masalah alternatif
10. Pemutusan hubungan profesional

4. Hubungan fase-fase peplau dengan proses keperawatan:

PROSES KEPERAWATAN FASE-FASE PEPLAU

a) Pengkajian
b) Orientasi perawat dan pasien sebagai orang yang asing, pertemuan diawali
oleh pasien yang mengepresikan perasaan butuh, berkerja sama mengenali dan
menentukan masalah

126
c) Diagnosa keperawatan
d) Pasien menjelaskan perasaan butuh
e) Perencanaan
f) Identifikasi. Meletakkan tujuan yang interpendent, pasien mempunyai
perasaan memiliki dan merespons secara selektif untuk memenuhi kebutuhannya
g) Implementasi
h) Eksploitasi. Pasien secara selektif mencari siapa yang dapat memberi inisiatif
oleh pasien
i) Evaluasi
j) Resolusi. Terjadi setelah fase-fase yang lain sukses secara lengkap kemudian
dilakukan pengakiran hubungan

Teori Peplau Dan Konsep Empat Besar

Teori keperawatan biasanya berkembang menjadi empat konsep individu,


kesehatan, masyarakat, dan keperawatan. Peplau mendefinisikan manusia sebagai
organisme kesehatan, didefinisikan sebagai “simbol kata yang menyirat kan
gerakan maju kepribadian dan proses-proses manusia lainnya yang sedang
berlangsung di arah yang produktif, keatif, konstruktif berusaha dengan caranya
sendiri untuk mengurangi ketegangan yang di hasilkan oleh kebutuhan pribadi
dan komunitas yang hidup.

5. Konsep Mayor Dari Teori Peplau

Empat konsep mayor dari teori Peplau

a) Manusia

Manusia adalah organisme yang hidup dalam keseimbangan yang tidak stabil.
Individu dipandang sebagai suatu organisme yang berjuang dengan caranya sendiri
untuk mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh kebutuhan. Tiap individu

127
merupakan makhluk yang unik, mempunyai persepsi yang di pelajari dan ide yang
telah terbentuk dan penting untuk proses interpersonal.

b) Lingkungan

Peplau mendefinisikan lingkungan sebagai bentuk di luar oganisme dalam konteks


kebudayaan, dari sini kebudayaan dan kepercayaan diaktualisasikan. Budaya dan
adat istiadat merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menghadapi
individu

c) Kerawatan

Keperawatan adalah alat pendidikan untuk kekuatannya bertujuan untuk


mendukung kekuatan seseorang dalam kreavitas langsung, produktifitas, dan sikap
individual dari kehidupan masyarakat. Suatu proses interpersonal yang bermakna.
Proses interpersonal merupakan maturing force dan alat educatif baik
perawatmaupun pasien. Pengetahuan diri dalam konteks interaksi interpersonal
merupakan hal yang penting untuk memahami klien dalam mencapai resolusi
masalah.

d) Kesehatan

Peplau mendefinisikan kesehatan sebagai gerak progresif individu dan proses


makhluk lain secara terus menerus dalam kelangsungan kreativitas, produktivitas
dan sikap individual dari kehidupan masyarakat

128
K. JEAN WATSON

A. Latar Belakang Jean Watson

Dr. Watson adalah seorang sarjana keperawatan Amerika yang lahir di West
Virginia dan sekarang tinggal di Boulder, Colorado sejak tahun 1962. Dari
University of Colorado, ia meraih gelar sarjana di keperawatan dan psikologi,
gelar master di keperawatan kesehatan mental-kejiwaan, dan terus mendapatkan
gelar Ph.D dalam psikologi pendidikan dan konseling.

Sekarang ini Dr. Jean Watson adalah seorang Profesor yang membedakan
keperawatan dan sebagai ketua Caring Science di University of Colorado, Sekolah
Keperawatan dan merupakan pendiri Center for Human Caring di Colorado. Dia
merupakan anggota dari Amecican Academy of Nursing yang telah menerima
penghargaan nasional dan internasional. Dia telah menerbitkan berbagai karya
yang menjelaskan filsafat dan teori kepedulian manusia, yang dipelajari oleh
perawat di berbagai belahan dunia. Dasar dari teori keperawatan Jean Watson di
terbitkan pada tahun 1979 di keperawatan yaitu ”The Philosphy and Science of
Caring”. Pada tahun 1988, teorinya diumumkan dalam “nursing: Human Science
and Human Care”. Postmodern Nursing and Beyond (1999). Assessing and

129
Measuring Caring in Nursing and Health Sciences (2002). Watson berpendapat
bahwa fokus utama dalam keperawatan ada di faktor carative. Dia percaya bahwa
bagi perawat untuk mengembangkan filsafat humanistik dan sistem nilai, seorang
liberal dengan latar belakang seni yang kuat diperlukan. Sistem filsafat dan nilai
memberikan fondasi yang kokoh bagi science of caring.

B. Sumber teoritis

Jean Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dengan teori


pengetahuan manusia dan merawat manusia. Tolak ukur pandangan Watson ini
didasari pada unsure teori kemanusiaan. Pandangan teori Jean Watson ini
memahami bahwa manusia memiliki empat cabang kebutuhan manusia yang
saling berhubungan diantaranya kebutuhan dasar biofisikal (kebutuhan untuk
hidup) yang meliputi kebutuhan makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi dan
kebutuhan ventilasi, kebutuhan psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang meliputi

130
kebutuhan aktifitas dan istirahat, kebutuhan seksual, kebutuhan psikososial
(kebutuhan untuk integrasi) yang meliputi kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan
organisasi, dan kebutuhan intra dan interpersonal (kebutuhan untuk
pengembangan) yaitu kebutuhan aktualisasi diri.

Berdasarkan empat kebutuhan tersebut, Jean Waston memahami bahwa


manusia adalah makhluk yang sempurna yang memiliki berbagai macam ragam
perbedaan, sehingga dalam upaya mencapai kesehatan, manusia seharusnya dalam
keadaan sejahtera baik fisik, mental dan spiritual karena sejahtera merupakan
keharmonisan antara pikiran, badan dan jiwa sehingga untuk mencapai keadaan
tersebut keperawatan harus berperan dan meningkatkan status kesehatan,
mencegah terjadinya penyakit, mengobati berbagai penyakit dan penyembuhan
kesehatan dan fokusnya pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.

FAKTOR KARATIF DAN PROSES CARITAS

Faktor karatif Proses Caritas

1. “Membentuk sistem nilai “Praktek cinta – kebaikan dan ketenangan


humanistic altrulstik konteks ketenangan caring”

2. “Membangkitkan “ Hadir secara tulus serta memampukan dan


keyakinan harapan” mempertahankan sistem yang dalam dan dunia
kehidupan yang subjektif tentang diri sendiri dan
orang yang dirawat”

3. “Menanamkan kepekaan “Menanamkan praktik spiritual diri dan

131
terhadap diri sendiri dan orang transpersonal yang melampaui ego diri sendiri”
lain”

“Mengembangkan dan mempertahankan


4. “Mengembangkan hubungan caring yang bersifat tulus
hubungan membantu – rasa membantu,dan percaya”
percaya” menjadi
“mengembangkan hubungan
caring manusia yang bersifat
membantu dengan rasa percaya”
(dalam situs waston 2004)
“Hadir dan mendukung ungkapan perasaan
5. “Meningkatkan dan posotif dan negative yang bertautan dengan jiwa
menerima ungkapan perasaan dan yang lebih dalam tentang diri sendiri dan
positif dan negative” orang yang dirawat”

“Menggunakan diri sendiri dan cara-cara lain


yang kreatif sebagai bagian dan proses
6. “Menggunakan metode
caring,untuk menyertakan seni dalam praktik
pemecahan masalah secara
caring-healing”
sistematis untuk “pengambilan
keputusan” menjadi
“menggunakan proses caring
pemecahan masalah secara
kreatif dan sistematis” (dalam
situs Watson 2004)

“Melibatkan diri dalam pengalaman belajar-


mengajar yang tulus untuk menyatukan

132
7. “Meningkatkan mengajar keberadaan dan makna,serta berusaha untuk hadir
belajar interpresonal” dalam “perspektif” orang lain”

“Menciptakan lingkungan yang menyembuhkan


pada semua tingkat (fisik maupun
8. “Menyediakan nonfisik,lingkungan energi dan kesadaran,di
lingkungan psikologi, fisik, sosial mana
budaya dan spiritual yang keutuhan,keindahan,kenyamanan,kehormatan,dan
mendukung dan melindungi dan kedamaiaan dapat di optimalkan)”
(atau) memperbaiki”

“Membantu pemenuhan kebutuhan dasar,dengan


kesadaran caring yang di dasari niat,memberikan
9. “Membantu pemenuhan
“esensi perawatan manusia”,yang dapat
kebutuhan manusia”
menguatkan kesesuaian antara jiwa tubuh dan
kesatuan dari seseorang dalam semua aspek
perawatan”

“Membuka dan memasuki dimensi spiritual-


misterius dan eksistensial dari kehidupan dan

10. “Mengizinkan kebutuhan kematian seseorang,merawat jiwa sendiri dan


eksitensial – fenomenologis” orang lain”
menjadi “Mengizinkan kekuatan
eksistensial – fenomenologis –
spiritual” (dalam situs Watson
2004)

133
KONSEP UTAMA DAN DEFINISI
10 Faktor Karaktif

Watson melandaskan teori praktik keperawatan padda 10 faktor


berikut ini.Setiap faktor memiliki komponen fenomenologis yang bersifat dinamis
dan relatif bagi setiap individu yang terlibat dlam hubungan yang mencakup dalam
keperawatan.Dengan berkembangnya gagasan dan nilai yang ditawarkan oleh
Watson,ia kemudian menjermahkan 10 faktor kreatif ini menjadi proses caritas.Proses
terbuka dari konsep cinta dan caring.

No Faktor Karatif Proses Caritas

Membentuk system nilai humanistic Praktik cinta-kebaikan dan ketanangan


1 altruistic dan konteks kesadaran caring.
Hadir secara tulus serta memampukan
dan mempertahankan system kepercayaan
yang dalam dan dunia kehidupan yang
subjektif tentang duru sendiri dan orang
2 Membangkitkan keyakinan-harapan yang dirawat.
Menanamkan praktik spiritual diri dan
Menanamkan kepekaan terhadap diri transpersonal yang melampaui ego diri
3 sendiri dan orang lain sendiri
Mengembangkan hubungan
membantu-rasa percaya menjadi
mengembangkan hubungan caring Mengembangkan dan mempertahankan
manusia yang bersifat membantu hubungan caring yang bersifat tulus,
4 dengan rasa percaya membantu, dan percaya
5 Meningkatkan dan menerima Hadir dan mendukung ungkapan perasaan

134
ungkapan perasaan positif dan positif da negative yang bertautan dengan
negative jiwa dan yang lebih dalam tentang diri
sendiri dan orang yang dirawat
Menggunakan metode pemecahan
masalah secara sistematis untuk
pengambilan keputusan menjadi Menggunakan diri sendiri dan cara-cara
menggunakan proses caring lain yang kreatif sebagai bagian dan
pemecahan masalah secara kreatif proses caring, untuk menyertakan seni
6 dan sistematis dalam praktik caring-healing
Melibatkan diri dalam pengalaman
belajar-mengajar yang tulus untuk
menyatukan keberadaan dan makna, serta
Meningkatkan mengajar-belajar berusaha untuk hadir dalam presfektif
7 interpersonal orang lain
Menciptakan lingkungan yang
menyembuhkan pada semua tingkat (fisik
Menyediakan lingkungan psikologis, maupun nonfisik, lingkungan energy dan
fisik, sosial budaya dan spiritual kesadaran, dimana keutuhan, keindahan,
yang mendukung, melindungi dan kenyemanan, kehormatan, dan kedamaian
8 memperbaiki dapat dioptimalkan
Membantu pemenuhan kebutuhan dasar,
dengan kesadaran caring yang didasari
niat, memberikan esensi oerawatan
manusia, yang dapat menguatkan
kesesuaian antara jiwa tubuh dan pikiran,
Membantu pemenuhan kebutuhan keutuhan dan kesatuan dari seseorang
9 manusia dalam semua aspek perawatan.
10 Mengizinkan kekuatan eksistensial-Membuka dan memasuki dimensi

135
fenomenologis menjadi mengizinkan spiritual-misterius dan eksistensial dari
kekuatan eksistensial- kehidupan dan kematian seseorang;
fenomenologis-spritual merawat jiwa sendiri dan orang lain yang
dirawat.(Watson,1979)

A. Konsep Utama Teori dan Model Keperawatan Jean Watson


Jean Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal dengan teori
pengetahuan manusia dan merawat manusia. Tolak ukur pandangan Watson ini
didasari pada unsur teori kemanusiaan. Pandangan teori Jean Watson ini memahami
bahwa manusia memiliki empat cabang kebutuhan manusia yang saling berhubungan
di antaranya kebutuhan dasar biofisikal (kebutuhan untuk hidup) yang meliputi
kebutuhan makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi dan kebutuhan ventilasi,
kebutuhan psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang meliputi kebutuhan aktivitas dan
istirahat, kebutuhan seksual, kebutuhan psikososial (kebutuhan untuk integrasi) yang
meliputi kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan organisasi, dan kebutuhan intra dan
interpersonal (kebutuhan untuk pengembangan) yaitu kebutuhan aktualisasi diri.

Berdasarkan empat kebutuhan tersebut, Jean Watson memahami bahwa manusia


adalah mahluk yang sempurna yang memiliki berbagai macam ragam perbedaan,
sehingga dalam upaya mencapai kesehatan, manusia seharusnya dalam keadaan
sejahtera baik fisik, mental dan spiritual karena sejahtera merupakan keharmonisan
antara pikiran, badan dan jiwa sehingga untuk mencapai keadaan tersebut
keperawatan harus berperan dalam meninggalkan status kesehatan, mencegah
terjadinya penyakit, mengobati berbagai penyakit dan penyembuhan kesehatan dan
fokusnya pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit.
Tolok ukur pandangan Watson ini didasari pada unsur teori kemanusiaan. Pandangan
teori Jean Watson ini memahami bahwa manusia memiliki 4 bagian kebutuhan dasar
manusia yang saling berhubungan antara kebutuhan yang satu dengan kebutuhan

136
yang lain. Berdasarkan dari empat kebutuhan tersebut, Jean
Watson memahami bahwa manusia adalah makhluk yang sempurna dan memiliki
berbagai ragam perbedaan, sehingga dalam upaya mencapai kesehatan, manusia seha-
rusnya dalam keadaan sejahtera baik fisik, mental, sosial, serta spiritual.

Selain itu ada 7 (tujuh) asumsi dalam ilmu keperawatan, antara lain :
1. Asuhan keperawatan dapat secara efektif didemonstrasikan dan
dipraktekkan hanya secara interpersonal.
2. Asuhan keperawatan berisi faktor care/perhatian pada perawatan yang
hasilnya dapat memuaskan kebutuhan manusia yang memerlukan bantuan.
3. Asuhan keperawatan yang efektif meningkatkan kesehatan dan berkembang
ke arah perbaikan bagi individu, serta keluarga.
4. Respon asuhan keperawatan menerima seseorang tidak hanya pada saat di
rawat saja, tetapi juga kemungkinan yang akan terjadi setelah pasien pulang.
5. Asuhan keperawatan juga melibatkan lingkungan pasien,
sehingga bisa menawarkan kepada pasien
untuk mengembangkan potensinya untuk memilih apa yang terbaik untuk dirinya
saat itu.
6. Asuhan keperawatan lebih “ healthogenic” dari pada pengobatan.
Praktek asuhan keperawatan terintegrasi antara pengetahuan biofisikal
dengan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk meningkatkan kesehatan dan
untuk memberikan bantuan / pertolongan kepada mereka yang sakit.
7.Praktek asuhan merupakan sentral keperawatan.
B. Hubungan Teori Jean Watson dengan Konsep Utama Keperawatan
Jean Watson membagi konsep utama keperawatan dalam 4 (empat) bagian, yaitu:
1. Kemanusiaan (Human Beeing)
Menurut pandangan Watson orang yang bernilai nb agi dirinya atau orang lain dalam
memberikan pelayanan keperawatan harus dapat memelihara, menghargai, mengasuh,
mau mengerti dan membantu orang yang sedang sakit. Dalam pandangan filosofi

137
umum, manusia itu mempunyai fungsi yang kompleks yang terintegrasi dalam
dirinya. Selain itu manusia juga dinilai sempurna, karena bagian-bagian tubuhnya
mempunyai fungsi yang sempurna; tetapi dalam fungsi perkembangannya dia harus
selalu beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. Jika adaptasi tersebut tidak
berhasil, maka akan terjadi ko nflik (terutama kngi.onflik psikososial), yang
berdampak pada terjadinya krisis disepanjang kehidupannya. Hal tersebut perlu
mendapatkan asuhan, agar dapat ditanggulangi.
2. Kesehatan
Menurut WHO meliputi bagian positif dari fisik, mental , dan sosial yang baik. Akan
tetapi Watson juga mempercayai bahwa ada beberapa faktor lain yang dibutuhkan
untuk dimasukkan dalam definisi sehat ini, yaitu:
a. .Fungsi manusia secara keseluruhan baik fungsi fisik, mental, dan sosial
seimbang/serasi.
b. Adaptasi secara umum terhadap pertahanan dirinya sehari-hari dengan
lingkungannya.
c. Tidak adanya penyakit.

Asuhan kesehatan yang benar fokusnya pada gaya hidup, kondisi sosial, dan
lingkungan :
a. Kesehatan adalah hubungan yang harmonis antara pikiran, tubuh, dan jiwa.
b. b.Kesehatan juga dihubungkan dengan tingkat kesesuaian antara apa yang
dirasakan dengan apa yang dialami.
3. Lingkungan sosial
Salah satu variabel yang mempengaruhi masyarakat saat ini adalah lingkungan sosial.
Masyarakat memberikan nilai yang menentukan terhadap bagaimana seharusnya
berkelakuan, dan tujuan apa yang harus dicapai. Nilai -nilai tersebut dipengaruhi
oleh lingkungan sosial, kultural, dan spiritual.
Asuhan keperawatan telah ada dalam masyarakat, karena setiap masyarakat biasanya
mempunyai seseorang yang care terhadap orang lain. Watson menyatakan bahwa

138
merawat, dan keperawatan itu ternyata sangat dibutuhkan oleh setiap lingkungan
sosial yang mempunyai beberapa orang yang saling peduli dengan yang lainnya.
Sikap merawat tidak diturunkan dari generasi ke generasi, melalui gen, tetapi
diturunkan dari kebudayaan profesi sebagai suatu koping yang unik terhadap
lingkungan.

4. Keperawatan
Menurut Watson keperawatan fokusnya lebih pada promosi kesehatan, pencegahan
penyakit, merawat yang sakit, dan pemulihan keadaan fisik. Keperawatan pada
promosi kesehatan awalnya sama dengan mengobati penyakit. Dia melihat
keperawatan dapat bergerak dari dua area, yaitu: masalah penanganan stres dan
penanganan konflik. Hal ini dapat menunjang tersedianya perawatan kesehatan yang
holistik, yang dia percayai dapat menjadi pusat dari praktik keperawatan.
Salah satu asumsi Watson mengatakan bahwa kondisi sosial, moral, dan ilmu
pengetahuan sangat berkontribusi terhadap kondisi kesehatan manusia dan
masyarakat, sehingga perawat perlu berkomitmen terhadap pemberian asuhan
kesehatan yang ideal melalui kajian teori, praktek, dan riset keperawatan.
Ada 10 faktor utama yang membentuk aktivitas perawatan, antara lain:
1. Membentuk sistem nilai humanistic altruistic.
2. Membangkitkan rasa percaya dan harapan.
3. Mengembangkan kepekaan kepada diri sendiri, maupun kepada orang lain.
4. Mengembangkan hubungan yang sesuai harapan pasien / “helping trust”.
5. Meningkatkan intuisi dan peka terhadap ekspresi perasaan baik positif,
maupun negative.
6. Menggunakan metoda ilmiah “problem solving” yang sistematik untuk
mengambil keputusan.
7. Meningkatkan hubungan interpersonal “teaching-learning”.
8. Memberi dukungan/support, melindungi, dan membantu memperbaiki kondisi
mental, fisik, sosial-kultural, serta spiritual.

139
9. Bantuan yang diberikan dapat memuaskan kebutuhan manusia.
10. Menghargai terhadap kekuatan yang dimiliki pasien.
C. Hubungan Teori Jean Watson dengan Proses Keperawatan
Watson merekomendasikan suatu pendekatan penelitian keperawatan yang lebih
dalam, agar menghasilkan suatu hubungan keperawatan yang baik dengan keb utuhan
manusia. Agar hasilnya sempurna, maka perawat perlu melakukan metoda
pemecahan masalah secara ilmiah. Watson juga menyatakan proses
keperawatan terdiri atas langkah-langkah yang sama dengan proses ilmiah. Watson
kemudian mengkolaborasikannya dalam dokumentasi (tulisan yang dicetak miring
mengidikasikan adanya keterkaitan dengan adanya penelitian dalam proses
keperawatan).
1. Pengkajian
a) Pengkajian meliputi: tindakan pengamatan, melakukan identifikasi, dan
menelaah masalah yang muncul melalui pengaplikasian dari hasil studi literature.
b) Untuk dapat menelaah dan memprediksi suatu masalah dengan baik
sesuai kerangka kerja yang telah dibuat, maka perlu menggali lebih
dalam pengetahuan yang terkait secara konseptual.
c) Dalam pengkajian juga mencakup formulasi hipotesis mengenai hubunga
n dan factor-faktor yang mempengaruhi masalah.
d) Selain itu juga dalam menilai situasi perlu mencantumkan definisi
dari variable-variable yang akan diperiksa dalam pemecahan masalah ini.
2.Perencanaan
a) Dengan perencanaan yang baik, maka akan membantu dalam menentukan
bagaimana variabel-variabel dapat diuji atau diukur.
b) Dalam merancang suatu pemecahan masalah yang mengacu
pada rencana asuhan keperawatan tetap melalui pendekatan konseptual.
c) Selain itu juga dalam perencanaan tercantum data-data yang telah
dikumpulkan & sesuai.
3.Intervensi

140
Merencanakan tindakan sesuai dengan masalah yang ditemukan.
4. Evaluasi
a) Evaluasi merupakan sebuah metoda dan proses untuk menganalisa hasil
pelaksanaan inter-vensi dari setiap masalah yang ada.
b) Disamping itu menurut Watson, evaluasi juga harus mampu memberikan
generalisasi terhadap hipotesa-hipotesa tambahan atau kejadian yang mungkin akan
terjadi untuk mendorong teori keperawatan secara umum didasarkan pada studi
pemecahan masalah.

D. Hubungan dengan Ciri Teori


Menurut Watson, bahwa sebuah teori itu merupakan sebuah pengelompokkan dari
ide-ide, dan pengalaman yang memberikan penjelasan mengenai fenomena-
fenomena. Dia menolak konsep tradisional, dan moetodologi kuantitatif harus
dikorbankan saat mendapatkan pengetahuan baru dari tingkah laku manusia. Dia
melihat bahwa keperawatan dapat dikembangkan dengan melibatkan prosedur-
prosedur, dan manipulasi variabel sementara yang terbaik adalah dengan melakukan
penelitian untuk melihat berbagai alternatif dalam merawat manusia, baik sehat,
maupun sakit, serta mendorong peningkatan kesehatan. Karya Watson telah
dikembangkan dalam konteks tradisional:
a. Teori-teori tersebut berhubungan dengan konsep seperti dalam membangun
solusi berbeda dalam melihat fenomena tertentu.
b. Teori harus logis secara alami.
c. Teori seharusnya sederhana sebelum digeneralisasikan.
d. Teori dapat didasarkan pada hipotesis yang dapat diuji
e. Teori berkontribusi dan membantu dalam pengembangan pengetahuan secara
umum sesuai disiplin ilmunya melalui penelitian untuk mencapai sesuatu yag valid.
f. Teori dapat digunakan oleh para praktisi untuk menjadi pedoman
dan meningkatkan mutu dari tindakan pelayanan ataupun asuhan keperawatan yang
diberikan.

141
g. Teori tersebut harus konsisten dengan teori-teori lainnya, dengan hukum, dan
prinsip-prinsip lainnya; tetapi masih meninggalkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak
bisa dijawab, kemudian diinvestigasi.
E.PENGGUNAAN BUKTI EMPIRIS

Penelitian Waston mengenai caring menggunakan pendekatan


empirisme tetapi dengan lebih menekankan pada fenomena keperawatan
dibandingkan ilmu alam sebagai awal pendekatannya,(Leininger,1979).Sebagai
contoh, ia menggunakan ilmu manusia, fenomenologi transenden pada karya-
karyanya.Waston telah mempelajari metafora dan puisi untuk
berkomunikasi,menyampaikan dan menyingkapkan konsep caring dan healing
manusia (Waston,1987,2005).

F.PENGEMBANGAN SELANJUTNYA
Tulisan Watson tahun 2012 memperbarui teorinya, menelaah
pengukuran caring (Nelson & Watson, 2011), dan memandu pengembangan
kurikulum ilmu caring (Hills & Watson, 2011).

G.KRITIS
1.Kejelasan
Watson menggunakan bahasa yang non-teknis, rumit, cair, dan
evolusioner untuk menggambarkan konsepnya secara artistic, misalnya caring-love
factor kreatif, dan cerdas. Akan tetapi, konsep yang abstrak dan sederhana seperti
caring-love sulit dipraktikan, padahal mempraktikan dan mengalami konsep itu dapat
membantu meningkatkan pemahaman terhadap konsep-konsep tersebut. Sering kali
Watson menggunakan frasa dan kalimat panjang yang butuh dibaca beberapa kali
agar dapat dimengerti. Watson menyertakan metafora, refleksi pribadi, karya seni,
dan puisi untuk membuat konsepnya lebih terlihat dan lebih menarik secara estetis.

142
2.Kesederhanaan
Watson menggambil konsep dari berbagai disiplin ilmu untuk meramu
teorinya. Teorinya lebih mengenai menjadi/being dari pada melakukan/doing, dan
perawat harus menginternalisasikan secara menyeluruh agar dapat menerapkan nya
dalam praktik
Teori ini dianggap kompleks ketika sifat ekstensesial-fenomenalogisnya
dipertimbangkan, khususnya bagi perawat yang memiliki sedikit latar belakang
pengetahuan tentang seni liberal.

3.Keumuman
Teori Watson dapat dipahami sebagai dasar moral dan nilai filosofis
keperawatan.Lingkup kerangka kerja dari teorinya meliputi aspek yang luas tentang
fenomena sehat-sakit.
Teori Watson tidak memberikan arahan eksplisit bagaimana cara mencapai
caring-healing yang sebenarnya perawatan yang menginginkan panduan kongrit
mungkin akan merasa tidak dapat menggunakan teori ini sendirian.

4.Ketetapan Empiris
Watson menggambarkan teorinya sebagai teori Deskriptif,ia mengakui sifat
dari teorinya yang terus berkembang dan juga menerima masukan dari orang lain
(Watson,2012).Walaupun suatu teori tidaklah mudah dipelajari melalui penelitian
dengan metode ilmiah tradisional,pendekatan penelitian kualitatif yang terkini tetap
untuk mengkaji teori Watson.

Konsekuensi yang dapat ditimbulkan


Teori Watson terus menggunakan orientasi metafisika yang penting dan
berguna untuk asuhan keperawatan (Watson, 2007) konsep teoritis Watson misalnya
diri,proses caring,dan rasa spiritual menjadi manusia,dapat membantu perawat dan

143
pasiennya untuk menentukan makna dan harmoni selama masa kompleksitas yang
meningkat.
Kerangka kerja disajikan dalam bentuk logis.kerangka kerja ini terdiri dari
ide-ide besar mengenai fenomena sehat-sakit.Definisi Watsondari “caring” yang
dikontraskan dengan “curing” adalah untuk membedakan keperawatan dengan
kedokteran serta untuk mengklasifikasikan batang tubuh ilmu keperawatan sebagai
ilmu tersendiri.
Teori Watson dilandasi teori-teori dari disiplin ilmu lainnya seperti taori
Rogers,Erikson,dan Malow, ia menegaskan bahwa pendidikan keperawatan
menggabungkan ilmu pengetahuan yang holistik dari berbagai disiplin dengan
memandukan kemanusiaan,seni,dan ilmu pengetahuan.

144
L. MADELEINE LEININGER

A. Biografi Medeleine Leininger


Madeleine Leininger lahir di Sutton, Nebraska pada 13 Juli 1925, di
sebuah lahan pertanian hidup dengan empat saudara laki-laki dan seorang
saudari perempuan. Pada tahun 1945, dia bersama saudarinya menjadi kadet
di korps perawat dan mengambil program diploma di sekolah perawat St.
Anthony, Denver. Medeleine Leininger adalah seorang pendidik, penulis,
teori, administer, peneliti, konsultan, pembicara public yang dikenal secara
internasional dan pengembang konsep keperawatan transkultural yang
memiliki dampak yang besar bagaimana menangani pasien dari budaya yang
berbeda dan latar belakang budaya. Madeleine Leininger wafat pada tanggal
10 Agustus 2012.
Riwayat Pendidikan
Madeline Leininger adalah pelopor keperawatan transkultural dan
seorang pemimpin dalam keperawatan transkultural serta teori asuhan
keperawatan yang berfokus pada manusia. Madeleine Leininger merupakan
seorang perawat professional pertama yang menyandang gelar Ph.D dibidang
cultural dan social antrophology.

Adapun riwayat pendidikan dan karirnya adalah sebagai berikut :


1. Pada Tahun 1948, dia menyelesaikan sekolahnya di diploma
keperawatan St ‘Anthony Denver.
2. Pada tahun 1950, menerima gelar sarjana dalam ilmu biologi, ilmu
filsafat dan humaniora dari Benedictine College di Atchison, Kansas.
Membuka pelayanan keperawatan dan program pendidikan jiwa di Creighton
University di Omaha, Nebraska.

145
3. Tahun 1953, Menerima gelar master dalam ilmu keperawatan dari
University chatolic of America, di Washington DC, pindah ke Cincinnati dan
memulai program pendidikan jiwa pertama di Amerika.
4. Tahun 1954-1960, menjadi professor keperawatan dan direktur
program pasca sarjana di Universitas Cincinnati. Juga menerbitkan buku
tentang keperawatan psikiatrik, yang di sebut Konsep Dasar Keperawatan
Jiwa, dalam sebelas bahasa dan digunakan di seluruh dunia.
5. Tahun 1965, Madeleine menjadi perawat pertama yang mendapat gelar
Ph.D dalam antropologi, di Washington University. sebagai bagian dari proses
beliau dalam mencari penyelesaian masalah yang tidak cukup adekuat
terhadap intervensi kejiwaan tradisional yang menjawab kebutuhan anak-anak
dengan latar belakang budaya yang berbeda-beda.
6. Tahun 1966, di tunjuk sebagai professor keperawatan dan antropologi
di University of Colorado, dan untuk pertama kalinya perawatan transkultural
di perkenalkan di dunia keperawatan.
7. Tahun 1969-1974, sebagai dekan, professor keperawatan dan dosen
antropologi di University Of Washington school of Nursing.
8. Tahun 1974-1980, menjabat sebagai dekan dan professor Utah
University dan membuka program pertama untuk master dan doktoral
transkultural keperawatan.
9. Tahun 1981, sebagai professor dan direktur pusat penelitian kesehatan
di Wayne State University.
Saat berkarya di sini Madeleine mendapat beberapa penghargaan, antara lain :
a. Penghargaan bergengsi dari Presiden dalam keunggulan dalam
mengajar.
b. The Board of Governor’s Distinguished Faculty Award.
c. Gershenson’s Research Fellowship Award.
10. Tahun 1990, di angkat sebagai “the Women in Science Award” oleh
California State University.

146
11. Tahun 1991, sebagai seoarang ahli teori keperawatan beliau
menerbitkan teorinya tentang perawatan keanekaragaman budaya dan
universal dan menciptakan istilah “culturally congruent care’ sebagai tujuan
dari teorinya. Teori ini diuraikan dalam buku keanekaragaman budaya
perawatan dan universal. Mengembangkan metode Ethnonursing dan
melakukan penelitian di lapangan dengan membaur hidup bersama suku
Gadsup di dataran tinggi Timur di New Guinea tentang perawatan
transkultural.
Sepanjang karianya sebagai perawat terlebih ahli dalam teori keperawatan
mulai mengadakan sertifikasi gelar perawatan transkultural dan telah
mendirikan organisasi organisasi professional termasuk perawatan
transkultural Masyarakat pada tahun 1974, asosiasi perawatan manusia
internasional pada tahun1978 dan menjabat sebagai presiden secara penuh
pertama dari American Association of Colleges of Nursing. Mendirikan dan
menjabat editor pertama dari Journal of Transkultural Nursing pada tahun
1989-1995. Penghargaan terakhir yang di terima adalah anugerah Lifetime
Achievement Award untuk kualitatif metodologi.
Dr. Madeleine Leininger adalah Guru besar yang terkenal di seluruh dunia,
penulis, pengembang teori, penelitidan pembicara publik. Menjadi professor
dari sekitar 70 perguruan tinggi, menulis 25 buku dan menerbitkan lebih dari
220 artikel yang sekarang bisa kita lihat sebagai arsip di Wayne State
University digunakan juga sebagai bahan penelitian.Memberikan lebih dari
850 kuliah umum di seluruh dunia dan telah mengembangkan software sendiri
untuk perawat. Bidang keahliannya adalah keperawatan transkultural,
perawatan manusia komparatif, teori perawatan budaya, budaya di bidang
keperawatan dan kesehatan, antropologi dan masa depan dunia keperawatan.
Magnificent Achievement.

147
A. Hal-Hal Yang Melatar belakangi Lahirnya Konsep Teori Medeleine
Leininger
Hal-hal yang melatar belakangi lahirnya konsep teori Medeleine Leininger
antara lain di karenakan salah satu bibinya menderita penyakit jantung
bawaan, dia ingin membuat suatu perbedaan dalam kehidupan manusia,
khususnya di bidang perawatan. Hal inilah yang mendorong beliau untuk
menjadi seorang perawat.
Kemudian Pada saat beliau bekerja sebagai perawat spesialis di klinik anak
Cincinnati Amerika. Disinilah ia menemukan adanya kesulitan pada waktu
memberikan asuhan keperawatan pada anak-anak dari berbagai macam
budaya yang berbeda. Kemudian ia mulai meneliti suatu teori yang bisa
membantu memecahkan masalah ini.

B. Teori Model Keperawatan Menurut Medeleine Leininger


1. Konsep Utama Teori Medeleine Leininger
Pada akhir 1970-an M. Leininger membuat model konseptual tentang
pemberian traskultural. Konsepnya “sunrise model” di publikasikan di
berbagai buku dan artikel jurnal dan menarik banyak perhatian dari berbagai
penjuru dunia (Leninger, 1984). Yang kemudian diakui publik pada tahun
1998. Setelah menyelesaikan pendidikannya sebagai perawat psikiatrik,
Leninger melanjutkan studinya di bidang antropologi kultural. Sebagai ahli
antropologi ia melakukan banyak praktik kerja di berbagai kultur dan
subkultur. Bersama dengan sejumlah rekan kerja, ia melakukan penelitian
terhadap fenomena pemberian asuhan dan perilaku pemberian asuhan lebih
dari tiga puluh budaya yang berbeda diseluruh dunia.
Hal ini menghasilkan di kembangkannya konsep kerangka kerja pemberian
asuhan transkultural, yang mengakui adanya perbedaan (diversitas), dan
persamaan (universalitas) dalam pemberian asuhan di budaya yang berbeda.

148
Hal ini mengarah pada di kembangkannya teori-teori universalitas dan
diversitas dalam asuhan kultural.
Definisi tentang keperawatan menurut Leininger, adalah seni humanistik yang
dapat dipelajari dan ilmu yang berfokus pada personalisasi perilaku asuhan
(individu dan kelompok), fungsi, dan proses yang diarahkan pada
peningkatan,dan pemeliharaan perilaku sehat atau pemulihan dari penyakit
yang memiliki signifikasi fisik, psiko kultural dan social atau makna dari
mereka mendapatkan bantuan dari perawat professional atau dari orang yang
memiliki kompetensi peran serupa” (Leininger,1984, hal 4-5).
Beberapa inti dari model teorinya adalah :
a. Asuhan
Asuhan berarti membantu, mendukung atau membuat seorang atau kelompok
yang memiliki kebutuhan yang memiliki kebutuhan nyata agar mampu
memperbaiki jalan hidup dan kondisinya.
b. Budaya
Budaya dapat diekspresikan sebagai norma-norma dan nilai nilai kelompok
tertentu, berdasarkan cara hidup dan pemberian asuhan yang di putuskan,
dikembangkan , dan dipertahankan, oleh anggota kelompok tersebut.
c. Asuhan transkultural
Dalam pemberian asuhan transkultural, perawat secara sadar mempelajari
norma-norma, nilai-nilai dan cara hidup budaya tertentu dalam rangka
memberikan bantuan dan dukungan dengan tujuan untuk membantu individu
mempertahankan tingkat kesejahteraanya, memperbaiki cara hidup atau
kondisinya, dan belajar menerima batasan-batasan.
d. Diversitas asuhan kultural
Keanekaragaman asuhan kultural mengakui adanya variasi dan rentang
kemungkinan tindakan dalam hal memberikan bantuan dan dukungan.
Keanekaragaman ini terjadi berdasarkan nilai-nilai, norma-norma, dan cara
hidup kultur atau subkultur tertentu. Dalam hal ini berbagai kebiasaan dan

149
ritual dapat muncul dari nilai- nilai, norma-norma, dan cara hidup kultur atau
sumber kultur tertentu. Dalam hal ini berbagai kebiasaan dan ritual dapat
muncul dari nilai-nilai dan norma-norma budaya tertentu tentang kematian,
kesehatan, seksualitas, dan lain sebagainya.
e. Universalitas asuhan kultural

Bertentangan dengan konsep sebelumnya, universalitas asuhan kultural


merujuk pada persamaan atau karakteristik universal, dalam hal memberikan
bantuan dan dukungan. Menurut Leininger, karakteristik universal ini dapat
berupa tindakan-tindakan seperti tersenyum, dan memberikan bantuan
berkaitan dengan kebutuhan primer.

Kontribusi Leininger merupakan hal yang signifikan. Karena :


1) Topik yang dibahas yaitu tentang pengaruh budaya dan kebutuhan
untuk memenuhi hal tersebut dalam rangka memberikan asuhan. Topik ini
semakin bermakna dalam masyarakat multi-kultural yang modern, perawat
perlu mempertimbangkan kebutuhan dan aspirasi pasien, atau klien dari
berbagai kelompok etnik yang berbeda. Oleh karena itu Leininger
menyebutnya dengan asuhan budaya atau etnonursing.
2) Leininger mengambil peran sentral dari asuhan di dalam keperawatan.
Ia masuk kedalam kelompok keperawatan termasuk banner dan Watson yang
menekankan pentingnya asuhan sebagai tujuan kemanusiaan dari
keperawatan.

C. Hubungan Model Dengan Paradigma Keperawatan


1. Manusia
Menurut pendapat Leininger tentang variasi struktur sosial, jalan hidup, dan
nilai serta norma-norma dari berbagai budaya dan subkultur, individu
memiliki opini dan pandangan tentang sehat, sakit, asuhan, sembuh,
ketergantungan, dan kemandirian yang berasal dari budaya tersebut. Setiap

150
manusia hidup di dalam dan dengan budayanya dan meneruskan pengetahuan
tersebut terhadap generasi berikutnya. Oleh karena itu, jika seseorang
memiliki atribut fisik dan psikologis, maka hal tersebut merupakan atribut
sosial atau secara lebih spesifik merupakan atribut budaya atau etnik dari
individu.
2. Lingkungan
Menurut Leininger, lingkungan di tentukan oleh cara orang-orang atau
kelompok atau masyarakat tertentu memberi bentuk pada unsur lingkungan
sosial mayoritas, ekonomi, budaya dan fisik. Menurut pendapatnya, sistem
layanan budaya juga merupakan faktor lingkungan spesifik yang terdiri dari
dua sub sistem :
a. Layanan kesehatan formal (Profesional) : semua layanan yang menjadi
bagian dari sistem layanan kesehatan regular, termasuk layanan medis,
layanan keperawatan, dan fisioterapi.
b. Layanan kesehatan informal, mencakup semua konsep dan ritual yang
terlibat dalam bantuan sukarela, pengobatan tradisional, ritual dan kebiasaan
etnik, pengobatan alternative.
3. Sehat dan sakit
Menurut Leininger, ia menggambarkan sehat dan sakit sebagai konsep yang di
tentukan dan bergantung pada budaya. Apresiasi sehat dan sakit berbeda-beda
antar-budaya, oleh sebab itu pengetahuan tentang budaya di perlukan agar
mampu memahami makna yang diberikan oleh kelompok budaya tertentu
terhadap sehat dan sakit.
4. Keperawatan
Dalam deskripsinya tentang keperawatan yang ia sebutkan sebagai
keperawatan transkultural atau keperawatan etnik, Leininger menekankan
aspek-aspek sebagai berikut :
a. Keperawatan sebagai seni keterampilan dan humanistik
b. Keperawatan berpusat pada individu

151
c. Tujuan dari keperawatan adalah untuk mempertahankan kesejahteraan,
dan memberikan bantuan terhadap proses pemulihan dari suatu penyakit,
sambil mempertimbangkan perbedaan budaya.
Menurut Leininger, perbedaan budaya dapat dipertimbangkan dengan cara :
a) Preservasi Asuhan Kultural
Preservasi asuhan kultural berarti bahwa keperawatan melibatkan
penghargaan yang penuh terhadap pandangan budaya dan ritual pasien serta
kerabatnya.
b) Adaptasi Asuhan Kultural
Bertentangan dengan preservasi asuhan kultural, adaptasi asuhan kultural
melibatkan negosiasi dengan pasien dan kerabatnya dalam rangka
menyesuaikan pandangan dan ritual tertentu yang berkaitan dengan sehat,
sakit, dan asuhan.
c) Rekonstruksi Asuhan Kultural
Rekonstruksi asuhan kultural melibatkan kerjasama dengan pasien dan
kerabatnya dalam rangka membawa perubahan terhadap perilaku mereka yang
berkaitan dengan sehat, sakit, dan asuhan dengan cara yang bermakna bagi
mereka.
Dalam model sunrice-nya, Leininger menampilkan visualisasi hubungan
antara berbagai konsep yang signifikan ide pelayanan dan perawatan (yang
dilihat dari Leininger sebagai bentuk dari asuhan) merupakan inti dari idenya
tentang keperawatan.
Memberikan asuhan merupakan jantung dari keperawatan dan merupakan
karakteristik dasar dari keperawatan. Tindakan membantu diidentifikasi
sebagai perilaku yang mendukung. Menurut Leininger, bantuan tersebut baru
benar – benar efektif jika latarbelakang budaya pasien dipertimbangkan, dan
bahwa perencanaan pemberian asuhan selalu dikaitkan dengan budaya.

152
D. Hubungan Teori Model Leininger dengan Konsep Caring
Caring adalah bentuk perhatian kepada orang lain, berpusat kepada
orang lain, menghargai harga diri dan kemanusiaan , berusaha mencegah
terjadi suatu yang buruk, serta memberi perhatian dan cinta. Caring adalah
suatu tindakan yang dilakukan dalam memberikan dukungan kepada individu
secara utuh,. Caring dalam keperawatan adalah fenomena transkultural
dimana perawat berinteraksi dengan klien, staf dan kelompok lain.
Sikap caring diberikan melalui kejujuran, kepercayaan, dan niat baik. Caring
menolong klien meningkatkan perubahan positif dalam aspek bio-psiko-sosio-
spiritual. Bersikap caring untuk klien dan bekerja bersama dengan klien dari
berbagai lingkungan merupakan esensi keperawatan.
Leininger menggunakan metode ethnomethods sebagai cara untuk melakukan
pendekatan dalam mempelajari ”care” karena metode ini secara langsung
menyentuh bagaimana cara pandang, kepercayaan dan pola hidup yang
dinyatakan secara benar. Pada tahun 1960-an, Leininger mengembangkan
metode ethnonursing untuk mempelajari fenomena keperawatan secara
spesifik dan sistematik.
Ethnonursing berfokus pada sistematika studi dan klasifikasi
pelayanan keperawatan, nilai-nilai, praktik-praktik secara kognitif atau secara
subjektif yang dikenal sebagai designated cultured ( atau cultural
representatives) melalui bahasa lokal, pengalaman-pengalaman, keyakinan-
keyakinan, dan sistem value tentang fenomena keperawatan yang aktual dan
potensial seperti kesehatan dan faktor-faktor lingkungan.
Walaupun keperawatan telah menggunakan kata-kata ”care” dan ”caring”
untuk menggambarkan praktek keperawatannya selama lebih dari satu abad,
definisi dan penggunaannya seringkali masih rancu dan hanyalah berbentuk
klise tanpa ada pengertian yang spesifik bagi klien atau bahkan bagi perawat
itu sendiri. „walau demikian, konsep caring adalah satu bahasan yang paling
sedikit dimengerti dan dipelajari dari pada bidang ilmu pengetahuan dan area

153
penelitian lainnya. Melalui definisi bahwa teori keperawatan transkultural dan
ethnomethodes yang berfokus pada “emic” (insiders‟ views) seseorang dapat
semakin dekat pada pengertian ”care” itu sendiri, karena ethnomethodes
bersumber pada people-centered data dan tidak berasal dari opini peneliti
tersebut (outsiders‟ views), kepercayaan dan prakteknya. Tujuan penting dari
teori ini adalah bagaimana teori ini dapat mendokumentasikan, mengetahui,
memprediksikan dan menjelaskan secara sistematis data dilapangan tentang
fakta universal dan perbedaan yang ada terkait dengan pelayanan professional,
pelayanan secara umum dan pelayanan keperawatan. Tujuan secara umum
teori keperwatan transkultural adalah untuk menentukan people‟s emic
terhadap ”care” sesuai dengan keyakinan dan praktek pelayanan dan
mempelajari sumber pengetahuan ini menggunakan persfektif etika
keperawatan. Tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa ”care” adalah
cocok dan masuk akal terhadap kebutuhan klien dan realita yang ada.
Leininger meyakini bahwa “ perilaku caring dan praktiknya secara unik
membedakan keperawatan terhadap kontribusi dari disiplin ilmu yang lain.”
Alasan utama untuk mempelajari caring adalah :
1. Konsep ”care” muncul secara kritis pada pertumbuhan manusia,
perkembangan manusia, dan kemampuan bertahan pada makhluk hidup.
2. Untuk secara eksplisit mengerti secara menyeluruh aturan-aturan
pemberi pelayanan dan penerima pelayanan pada kultur yang berbeda untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan secara kultural.
3. ”Care” adalah studi untuk memenuhi kebutuhan yang esensial untuk
proses penyembuhan, perbaikan dan untuk bertahan pada manusia dan
kelompok sepanjang waktu.
4. Profesi keperawatan telah mempelajari ”care” secara terbatas tetapi
secara sistematis dari persfektif kultural dan telah melupakan aspek-aspek
epistemology dan ontology yg berlandaskan pada pengetahuan keperawatan.

154
Leininger menyatakan bahwa care adalah fenomena yang luas dan eklusive
yang sering muncul pada pola hidup masyarakat yang dapat dijadikan
landasan bagi perawat dalam menerapkan “care” pada terapi tertentu dalam
rangka menjaga kondisi sehat, mencegah penyakit, proses penyembuhan dan
membantu orang menghadapi kematian. Lebih lanjut lagi, perhatian utama
pada thesisnya adalah jika seseorang mengerti secara keseluruhan mengenai
kosep ”care”, orang tersebut dapat memprediksi kesejahteraan individu,
keluarga dan kelompoknya.
Jadi “care” menurut sudut pandang Leininger merupakan salah satu konsep
yang paling kuat dan fenomena distinctive bagi keperawatan. Sebagaimana
bentuk dan konsep care itu sendiri, sehingga harus benar-benar di
dokumentasikan, dimengerti dan digunakan agar ”care” menjadi petunjuk
utama bagi terapi keperawatan dan penjelasan tentang praktek-praktek
keperawatan.

E. Leininger (1991) telah mengembangkan bentuk yang relevan dengan


teori tetapi hanya beberapa hal yang didefinisikan :
1. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan,
dukungan atau perilaku lain yang berkaitan atau untuk individu lain /
kelompok dengan kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
2. Caring adalah tindakan yang diarahkan untuk membimbing,
mendukung individu lain/kelompok dengan nyata atau antisipasi kebutuhan
untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.
3. Kultur/Culture adalah berkenaan dengan mempelajari, membagi dan
transmisi nilai, kepercayaan, norma dan praktik kehidupan dari sebuah
kelompok yang dapat menjadi tuntunan dalam berfikir, mengambil keputusan,
bertindak dan berbahasa.
4. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk
mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi yang mana membimbing,

155
mendukung atau memberi kesempatan individu lain atau kelompok untuk
mempertahankan kesehatan, meingkatkan kondisi kehidupan atau kematian
serta keterbatasan.
5. Nilai kultur berkenaan dengan pengambilan keputusan tentang suatu
cara yang hendak dijalani sesuai dengan adat kebiasaan yang dipercayai dalam
periode waktu tertentu.
6. Perbedaan kulture dalam keperawatan adalah variasi dari pengertian,
pola nilai atau simbol dari perawatan kesehatan untuk meningkatkan kondisi
manusia, jalan kehidupan atau untuk kematian.
7. Cultural care universality yaitu sesuatu hal yang sangat umum, seperti
pemahaman terhadap nilai atau simbol dari pengaruh budaya terhadap
kesehatan manusia.
8. Ethnosentris adalah kepercayaan yang mana satu ide yang dimiliki,
kepercayaan dan praktiknya lebih tinggi untuk culture yang lain.
9. Cultural imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga
kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas culture
lain karena mereka percaya bahwa ide mereka lebih tinggi dari pada
kelompok lain.
Leininger percaya bahwa tujuan teori ini adalah untuk memberikan pelayanan
yang berbasis pada kultur. Dia percaya bahwa perawat harus bekerja dengan
prinsip ”care” dan pemahaman yang dalam mengenai ”care” sehingga
culture‟s care, nilai-nilai, keyakinan, dan pola hidup memberikan landasan
yang realiabel dan akurat untuk perencanaan dan implementasi yang efektif
terhadap pelayanan pada kultur tertentu.
Dia meyakini bahwa seorang perawat tidak dapat memisahkan cara
pandangan dunia, struktur sosial dan keyakinan kultur ( orang biasa dan
profesional) terhadap kesehatan, kesejahteraan , sakit, atau pelayanan saat
bekerja dalam suatu kelompok masyarakat tertentu, karena faktor-faktor ini
saling berhubungan satu sama lain. Struktur sosial seperti kepercayaan,

156
politik, ekonomi dan kekeluargaaan adalah kekuatan signifikan yang
berdampak pada ”care” dan mempengaruhi kesejahteraan dan kondisi sakit.

157
F. Bagan Model Konseptual Leininger

Teori Leininger dikembangkan dari antropologi dan keperawatan, namun


diformulasikan menjadi keperawatan transkultural dengan perspektif asuhan
pada manusia. Leinenger mengembangkan metode penelitian enthnonursing
dan menegaskan pentingnya mempelajari seseorang dari pengetahuan dan
pengalaman lokal mereka, kemudian menghadapkan mereka dengan perilaku
dan kepercayaan yang ada di luar diri mereka (Alligood, 2006). Sunrise model

158
dikembangkan untuk memberikan gambar konseptual yang holistik dan
komprehensif dari faktor-faktor utama yang berperan penting dalam teori
keragaman asuhan budaya & kebersamaan asuhan budaya (Parker, 2001).

Dalam model sunrisenya menampilkan visualisasi hubungan antara berbagai


konsep yang signifikan ide pelayanan dan keperawatan. Memberikan asuhan
merupakan jantung dari keperawatan dan merupakan karakteristik dasar dari
keperawatan. Terdapat 7 komponen yang ada pada "Sunrise Model" dan dapat
menjadikan inspirasi dalam penelitian khususnya yang berkaitan dengan
asuhan transkultural yaitu :

1. Faktor teknologi (tecnological factors)


Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat
penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu
mengkaji lebih dalam tentang persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau
mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan klien
memilih pengobatan alternatif dan persepsi klien tentang penggunaan dan
pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.
2. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang
amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang
sangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di
atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat
adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien
terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang
berdampak positif terhadap kesehatan.
3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama
lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin,

159
status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan
hubungan klien dengan kepala keluarga.
4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh
penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya
adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut
budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah: posisi dan jabatan
yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan
makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan
dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.
5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal
factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala
sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan
keperawatan lintas budaya. Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan
dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota
keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.
6. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber
material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan
klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,
biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor
atau patungan antar anggota keluarga.
7. Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam
menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi
pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti
ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap

160
budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada
tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta
kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman
sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
Empat prinsip atau ajaran utama dari teori keperawatan transkultural adalah
sebagai berikut (Alligood, 2006):
a. Ekspresi, arti, pola dan perilaku asuhan budaya bermacam-macam
namun masih ada nilai-nilai yang bersifat umum dan universal.
b. Pandangan dunia terdiri dari berbagai faktor struktur sosial seperti
agama, ekonomi, nilai budaya, sejarah bangsa, konteks lingkungan, bahasa,
asuhan umum dan professional yang mempunyai pengaruh sangat besar
terhadap pola asuhan budaya untuk memprediksi kesehatan, kesejahteraan
manusia, penyakit, penyembuhan dan cara orang dalam menghadapi
kecacatan maupun kematian.
c. Nilai generik dan nilai professional dalam konteks lingkungan yang
berbeda akan berpengaruh besar terhadap pencapaian derajad kesehatan dan
kesakitan
d. Dari penjelasan ketiga prinsip diatas, maka diperlukan cara untuk
memberikan asuhan yang sesuai dengan budaya, aman dan bermanfaat.
Ada 3 model keputusan dan intervensi yang didasarkan pada budaya yaitu:
a) preservasi asuhan budaya atau mempertahankan,
b) akomodasi asuhan budaya atau negosiasi, dan
c) Restrukturisasi asuhan budaya atau merubah pola. Model keputusan
dan intervensi yang didasarkan pada budaya dianggap sebagai kunci
keberhasilan dari asuhan yang aman, bermanfaat dan sesuai dengan budaya.

161
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori dan model keperawatan adalah suatu usaha untuk menguraikan
dan menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan serta berperan dalam
membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lain dan bertujuan untuk
menggambarkan, menjelaskan, memperkirakan dan mengontrol hasil asuhan
atau pelayanan keperawatan yang dilakukan
Karakteristik dasar teori dan model keperawatan, yaitu: Teori
keperawatan mengidentifikasi dan didefinisikan sebagai hubungan yang
spesifik dari konsep keperawatan, harus bersifat alamiah, bersifat sederhana
dan umum, sebagai pedoman, serta berperan dalam memperbaiki kualitas
praktek keperawatan
Faktor yang mempengaruh teori dan model keperawatan, yaitu:
Filosofi Florence Nightingale, kebudayaan, sistem pendidikan, dan
pengembangan ilmu keperawatan
Teori dan model keperawatan menurut beberapa ahli, yaitu: teori
Nightingale, teori Peplau, teori Henderson, teori Abdellah, teori orlando, teori
levina, teori Johnson, teori Rogers, teori Orem, teori King, teori Neuman,
teori Roy, teori Watson.

B. Saran
Demikian makalah ini disusun. Semoga untuk kedepannya kita semua
bisa memahami unsur-unsur dan pola dasar kalimat, sehingga dapat
mengaplikasikannya dalam penulisan. Terima kasih atas antusiasme dari
pembaca yang telah mencoba memahami isi makalah ini.
Sebaiknya teori dan konsep yang telah diketahui oleh seorang perawat
dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya pada saat kita berhadapan
dengan klien

162
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi.2008. Konsep Dasar Keperawatan. Buku Kedokteraan EGC,Jakarta


Abdul Aziz Alimut. 2004. Penantar Konsep Dasar Keperawatan. Salemba Medika,
Jakarta.
Asmadi, S.Kep, Ners, Konsep Dasar Keperawatan, Penerbit buku kedokteran EGC,
Jakarta.
Christensen Paula J. & Kenney Janet W (2009), Proses Keperawatan : Aplikasi
model konseptual edisi 4, Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta.
Aziz. 2008. Pengantar Konsep dasar Keperawatan Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika
George J. B. (1990). Nursing Theories. New Jersey: Apleton and Lange.
Hidayat Aziz Alimul A. (2009). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Soemantri I. (2006). Konsep Dasar Keperawatan. Bandung: Stikes A. Yani Press.
M.R, Alligood, 2016. Pakar Teori Keperawatan dan Karya Mereka. Indonesia:
Elsiver Bekerjasama dengan AIPNI.
Parker, Marilyn E., Marlaine C. Smith. (2010). Nursing Theories and Practice (3rd
ed.). Philadelphia: F.A. Davis Company.
Budiono.2016.Konsep dasar Keperawatan.Jakarta Selatan.Bumi Medika
(2009). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jta: Salemba Medika.
Soemantri I. (2006). Konsep Dasar Keperawatan. Bandung: Stikes

Budiono.2015.Konsep Dasar Keperawatan.Bumi Medika,Jakarta


https://www.academia.edu/9809323/TEORI_FLORENCE_NIGHTINGALE
https://novitakusumaa.wordpress.com/2014/12/02/teori-model-konsep-keperawatan-
virginia-henderson/
https://www.academia.edu/11401522/MAKALAH_TEORI_KEPERAWATAN_VIR
GINIA_HENDERSON_UPH
https://delisiwae.wordpress.com/category/uncategorized/

163
Thomas Ari. 2013. Teori Keperawatan Dorothy E. Johnson.
http://thomaz1945.blogspot.co.id/2013/11/teori-keperawatan-dorothy-e-
johnson_28.html. diakses 4 Oktober 2016
Young Bussinestgirl. 2014. Teori Keperawatan Dorothy E. Johnson.
http://perawatpedia.blogspot.co.id/2014/04/teori-keperawatan-dorothy-e-
jhonson.html. diakses 4 Oktober 2016
Theoretical Foundations of Nursing. Dorothy Johnson The Behavioral System
Model.http://nursingtheories.weebly.com/dorothy-johnson.html. diakses 4 Oktober
2016
https://ayuarwana.wordpress.com/

Model keperawatan Teori Konsrvasi Levine

(https://sainskeperawatan.wordpress.com/2010/11/24/model-keperawatan-teori-
konservasi-levine/ di akses pada tanggal 29 September 2019 pukul 19.00)

https://ilper.wordpress.com/2012/04/19/keperawantan-jean-watson/

https://gustinerz.com/10-faktor-karatif-dan-caritas-caring-jean-watson/

https://ilper.wordpress.com/2012/04/19/keperawantan-jean-watson/

164

Anda mungkin juga menyukai