Makalah ini diajukan sebagai tugas mata kuliah Etik dan Hukum Keperawatan
Dosen Pengampu: Herni Susanti, S.Kp., MN, PhD
Disusun oleh:
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Tinjauan
Tokoh Etik dalam Kasus Pelayanan Keperawatan” sebagai tugas mata kuliah Etik
dan Hukum Keperawatan pada Program Magister Keperawatan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia.
Terima kasih kami sampaikan kepada Herni Susanti, S.Kp., MN, PhD selaku
dosen mata ajar Etika dan Hukum Keperawatan yang telah membimbing dan
memberikan ilmunya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan baik pada teknik penulisan maupun isi
materi dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu dengan segala kerendahan
hati kami mengharapkan saran dan masukan yang dapat melengkapi kekurangan
makalah ini.
Kelompok 8
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Tujuan
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan konsep tokoh etik
dan aturan hukum yang terkait dalam meninjau sebuah kasus
Tujuan Khusus
a. Memahami teori etik dan teori yang diungkapkan.
b. Memahami implikasi teori etik dan kenyataan pelaksanaan
di lapangan.
c. Memahami tinjauan hukum terkait.
d. Menganalisis kasus dan penyelesaian dari tinjauan etik dan hukum.
2
BAB 2
TINJAUAN TEORI
3
Curtin memulai karir sebagai perawat di Veterans hospital, Cincinnati, 1965-
1966, dan Visiting Nurses' Association Cincinnati, 1966-1967. Instructor
Northern Kentucky University, Highland Heights, 1974-1976. Assistant
professor College, Mount St. Joseph-On-The-Ohio Cincinnati, 1976—1998.
Ia juga merupakan editor Nursing Management Springhouse Corporation,
Philadelphia, 1979-1998. Partner Metier Consultant, Cincinnati, sejak 1988.
Saat ini Curtin menjadi Clinical professor nursing college nursing and
health, University Cincinnati. Ia juga merupakan seorang konsultan di
Organizational Consultant Franciscan Sisters of Poor Health System, New
York City, 1987-1996. Consultant on Nursing Ethics Nurse Corps, United
States Air Force, Washington, sejak 1991, dan Executive Editor American
Nurses Today, sejak 2009.
Curtin telah menulis lebih dari 400 artikel, 400 editorial, blog dan beberapa
buku yang ditulis untuk professional keperawatan. Beberapa buku karangan
curtin yaitu Nursing Ethics: Theories and Pragmatics, Sunflowers in The
Sand: Stories from Children of War, dan Nursing into The 21st Century
(new nursing photobooks).
4
Menurut Curtin dalam Roussel (2013) terdapat beberapa tahapan dalam
menyelesaikan sebuah masalah etis, yaitu:
1. Gali lebih banyak informasi untuk mengetahui akar penyebab masalah
tersebut.
2. Tentukan beberapa alternatif cara penyelesaian masalah tersebut.
3. Pertimbangkan beberapa pendapat mengenai alternatif pemecahan
masalah.
Selain itu menurut Curtin, perawat juga memiliki kewajiban untuk melindungi
kesejahteraan klien berdasarkan tugas perawat yang diatur dalam ketentuan
hukum, kode etik perawat, dan peran sosial seorang perawat.
Implikasi Lapangan
Keterbatasan pengetahuan dalam manajemen keperawatan dapat
menyebabkan dilema bagi perawat. Manajer keperawatan perlu menentukan
berapa banyak kekuatan dalam pengambilan keputusan yang diinginkan
perawat klinis dan berapa banyak manajer dapat mendelegasikan
pengambilan keputusan tersebut. Roussel (2013) mengungkapkan etika
dalam manajemen diterjemahkan ke sebagai berikut:
1. Perawat manajer dapat mempengaruhi perilaku etis dari staf perawat
dengan memperlakukan mereka secara etis.
2. Perawat manajer memiliki kode etik yang telah disepakati oleh staf nya.
Mereka masuk ke dalam dilema etika ketika mereka melawan kode etik
tersebut.
3. Perawat manajer jatuh ke dalam dilema ketika mereka melawan nilai-
nilai internal mereka.
4. Meskipun dilema etika dan moral berbeda, perawat manajer yang
beretika adalah perawat manajer yang bermoral.
5. Keputusan etis dapat dijelaskan dengan tiga pertanyaan: apakah itu sah?
Pertanyaan ini menyelesaikan beberapa dilema tetapi tidak ketika
undang-undang dan kebijakan yang terlibat dipertanyakan. Apakah itu
adil? Manajer perawat harus bertujuan untuk dapat memberikan solusi
yang tepat. Bagaimana hal itu akan berdampak pada diri saya? Manajer
5
perawat harus mempertimbangkan dampak dari setiap tindakan pada nya
diri.
6. Perawat manajer dengan citra diri yang positif biasanya memiliki
kekuatan internal untuk membuat keputusan etis.
7. Perawat manajer harus menerapkan enam prinsip kekuasaan etika
a. Perawat eksekutif mempromosikan dan memastikan mengejar misi
dinyatakan atau tujuan dari divisi keperawatan, karena pernyataan
tersebut harus ditinjau secara berkala, tujuan atau sasaran yang
ditetapkan untuk pencapaian tahunan
b. Perawat manajer harus membangun sebuah organisasi untuk berhasil,
sehingga membangun staf melalui kebanggaan dalam organisasi
mereka.
c. Perawat manajer harus bekerja untuk mempertahankan kesabaran dan
kontinuitas melalui efek jangka panjang pada organisasi.
d. Perawat manajer harus merencanakan dengan ketekunan dan
menghabiskan lebih banyak waktu menindaklanjuti pengetahuan dan
kegiatan yang membangun komitmen stafnya.
e. Perawat manajer harus mempromosikan perspektif dengan
memberikan staf mereka waktu untuk berpikir. Mereka harus berlatih
manajemen yang baik untuk jangka panjang.
f. Manajer pelayanan keperawatan harus mempertimbangkan
pengembangan kode organisasi-spesifik etika yang dinyatakan dalam
perilaku yang dapat diamati dan terukur.
Kenyataan di Lapangan
Terdapat lima area terkait permasalahan etik dan hukum dalam kaitan peran
perawat sebagai manager yang diungkapkan oleh Curtin (2007):
a. Pilihan terkait akses, ketersediaan dan keamanan layanan kesehatan
b. Pilihan antara hukum dan peraturan. Hal ini terkait akreditasi rumah sakit
misalnya dalam kaitan dengan jumlah staf yang seharunya sesuai standar
namun tidak terpenuhi secara kualita maupun kuantitas di lapangan.
c. Pilihan terkait penanganan kasus maupun riset terkait end of life care.
6
d. Pilihan terkait pelaporan kasus yang ada dan nama baik institusi.
Tinjauan Hukum
Hukum kesehatan bertujuan untuk mengatur pelayanan kesehatan di dalam
masyarakat yang baik dan manusiawi, dengan mengatur secara sah,
melindungi kebebasan dan keutuhan manusia terhadap kesewenang-
wenangan penguasa, dan dengan menciptakan keadaan dimana pemberian
bantuan dapat dilaksanakan. Hukum kesehatan juga penting bagi para
pelaksana kesehatan dengan memberikan kepastian hukum kepada
pelaksana kesehatan dalam melaksanakan kewajibannya, melindungi dari
8
dalam pengambilan keputusan, dan melindungi diri terhadap diri sendiri
(Leenen , 1991).
9
BAB 3
PEMBAHASA
N
Untuk membuat keputusan yang etis, seorang perawat harus bisa berpikir
rasional dan bukan emosional. Perawat berusaha untuk memberikan
pelayanan keperawatan yang sesuai dengan etika dan legal yaitu memberikan
pelayanan cepat sesuai dengan keinginan klien dan keluarga dan sesuai
standar prosedur. Menjadi Dilema bagi perawat tersebut karena di lain pihak
tidak dapat memberikan pelayanan prima, sehingga klien complain dengan
penanganan yang lamban karena jumlah perawat lebih kecil dari BOR di
Instalasi Rawat Inap RS tersebut.
Dalam situasi tersebut perawat menjadi dilema dan tidak tahu apa yang
harus di prioritaskan dalam menangani klien. Pada akhirnya Pimpinan
memberikan kinerja buruk kepada Perawat tersebut. Pada dasar nya
keterampilan manajemen yang baik dari seorang Pimpinan. Yang harus bisa
membaca situasi, melihat system pelayanan. Penghitungan BOR Rumah
Sakit dengan tepat pada perbandingan jumlah tenaga Perawat sehingga tidak
berdampak buruk pada Pelayanan. Gaya Kepemimpinan seorang Manager
Keperawatan sangat mempengaruhi Kinerja Perawat, pada tahun 2002
Manzoni dan barsoux berpendapat bahwa banyak pimpinan tidak sadar akan
1
0
hal tersebut. (Curtin, 2009)
1
1
Penyelesaian kasus dilema etik seperti ini diperlukan strategi untuk
mengatasinya karena tidak menutup kemungkinan berpotensi konflik antara
keluarga klien dan perawat. Jika perbedaan pendapat ini terus berlanjut
maka akan timbul masalah komunikasi dan kerjasama antar tim medis
menjadi tidak optimal. Hal ini jelas akan membawa dampak
ketidaknyamanan pasien dalam mendapatkan pelayanan keperawatan.
Berbagai model pendekatan bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah
dilema etik ini di antara nya dengan beberapa langkah yang diungkapkan
oleh Curtin ( 2014) :
5. Menentukan siapa saja yang akan beruntung dalam kasus ini: pasien,
staff perawat, keluarga, atau instituisi.
10
Sedangkan bila ditinjau dari segi hukum maka perundangan UU No. 36/2009
Tentang Kesehatan, UU No. 44/2009 Tentang Rumah Sakit, UU No. 36/2014
Tentang Tenaga Kesehatan serta UU No. 38/2014 Tentang Keperawatan menjadi
pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Selain itu juga berdasarkan tingkat ketergantungan klien yang terbagi dalam kategori dengan
menggunakan standar Menurut Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999)
Kategori I :
self care /perawatan mandiri, memerlukan waktu 1-2 jam/hari
1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
2) Makanan dan minum dilakukan sendiri
3) Ambulasi dengan pengawasan
4) Observasi tanda-tanda vital setiap pergantian shift
5) Pengobatan minimal dengan status psikologi stabil
6) Perawatan luka sederhana.
11
a. Kategori II :
Intermediate
care
Perawatan partial, memerlukan waktu 3-4 jam/hari
1) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
2) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
3) Ambulasi dibantu
4) Pengobatan dengan injeksi
5) Klien dengan kateter urin, pemasukan dan pengeluaran dicatat
6) Klien dengan infus, dan klien dengan pleura pungsi.
b. Kategori III :
Total care/Intensif care memerlukan waktu 5-6 jam/hari
1) semua kebutuhan klien dibantu
2) Perubahan posisi setiap 2 jam dengan bantuan
3) Observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
4) Makan dan minum melalui selang lambung
5) Pengobatan intravena “perdrip”
6) Dilakukan suction
7) Gelisah / disorientasi
8) Perawatan luka kompleks
12
Menurut RS Detroit (Gillies, 1994) = 38 menit/klien/hari
13
Menurut Wolfe & Young ( Gillies, 1994) = 60 menit/klien/hari = 1 jam/klien/hari
14
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
15
Model dalam pengambilan keputusan etis dalam manajemen keperawatan
yang dikemukanan oleh Leah Curtin memberikan panduan bagi perawat
manager dalam menghadapi permasalahan etik yang ditemui di lapangan.
Selain itu diperlukan analisis kritis terkait kasus etik yang dihadapi dan
pemahaman kode etik, peraturan, dan undang undangan terkait keperawatan
maupun kesehatan yang mendukung dalam upaya pengambilan keputusan.
Sehingga didapatkan keputusan yang baik secara etik dan benar menurut
hukum.
16
DAFTAR PUSTAKA
Curtin, L. (2010). Ethics for nurses in everyday practice. Retrieved November 10,
2016, from https://www.americannursetoday.com/ethics-for-nurses-in-
everyday-practice/
Leah Curtin - Mother of Nursing Ethics. (n.d.). Retrieved November 10, 2016,
from http://leahcurtin.com/
Leenen, H.J.J. Lamintang, PAF. (1991). Pelayanan Kesehatan dan Hukum, Bina
Cipta : Jakarta.
ThompsonJ.B & Thopson H.O. (1981). Ethics in Nursing. Macmillan Publ. Co.
17