Anda di halaman 1dari 22

UNIVERSITAS INDONESIA

TINJAUAN TOKOH ETIK DALAM KASUS PELAYANAN


KEPERAWATAN

Makalah ini diajukan sebagai tugas mata kuliah Etik dan Hukum Keperawatan
Dosen Pengampu: Herni Susanti, S.Kp., MN, PhD

Disusun oleh:

Ika Fauziah P. 1606947396


Lisda Maria 1606859531
Mira Rizkia 1606947521
Neni Fidya S. 1506805295
Nur’aini 1606859632

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN
PEMINATAN KEPERAWATAN MATERNITAS
2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Tinjauan
Tokoh Etik dalam Kasus Pelayanan Keperawatan” sebagai tugas mata kuliah Etik
dan Hukum Keperawatan pada Program Magister Keperawatan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia.

Terima kasih kami sampaikan kepada Herni Susanti, S.Kp., MN, PhD selaku
dosen mata ajar Etika dan Hukum Keperawatan yang telah membimbing dan
memberikan ilmunya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.

Kami menyadari masih banyak kekurangan baik pada teknik penulisan maupun isi
materi dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu dengan segala kerendahan
hati kami mengharapkan saran dan masukan yang dapat melengkapi kekurangan
makalah ini.

Depok, 19 November 2016

Kelompok 8

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan....................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1 Biografi Leah L Curtin (1942-sekarang) .................................................. 3
2.2 Konsep Teori Leah L Curtin ..................................................................... 4
2.3 Implikasi Lapangan …………………………………………………….. 5
2.4 Kenyataan di Lapangan …………………………………………………. 6
2.5 Tinjauan Hukum ..................................................................................... 7
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Penyelesaian Kasus secara Etik dan Hukum ........................................... 9
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan ................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………................................ 15

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Profesi keperawatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari layanan
kesehatan. Dalam kesehariannya, perawat selalu bersentuhan dengan
permasalahan etik terkait dengan asuhan keperawatan yang diberikan kepada
klien. Tantangan etik yang nyata terjadi di ranah pelayanan. Berbagai hal
terkait kompetensi perawat dalam memberikan asuhan yang aman, dan
kemampuan dalam mengambil keputusan bukan hanya berdasarkan
kebiasaan namun berdasarkan ilmu pengetahuan,

Berbagai pertanyaan muncul dalam praktik keperawatan begitu juga yang


terjadi dalam kehidupan manusia. Hal inilah yang nyata terjadi, ketika
perawat benar-benar memperhatikan dan memaknai asuhan keperawatan
pada klien. Standar praktik dan kode etik seyogyanya dijiwai oleh setiap
perawat dan menjadi bingkai berpikir yang tidak pernah terpisahkan dalam
asuhan keperawatan yang diberikan. Hal yang sama terjadi ketika perawat
memiliki posisi sebagai seorang manager di ruang rawat, dimana kemampuan
dalam mengambil keputusan menjadi tanggung jawab perawat pada level ini
dengan membertimbangkan prinsip etik maupun perundangan yang berlaku
(Curtin, 2010).

Tokoh Etik memberikan pandangannya dalam kaitan teori etik. Pemahaman


terhadap konsep etik yang diungkapkan oleh ahli dan menggabungkan
pemahaman dengan prinsip etik serta hukum akan membekali perawat dalam
memberikan asuhan yang bertanggung jawab, akuntabel, bermutu, aman, dan
terjangkau yang dilaksanakan oleh seorang perawat yg kompeten, berwenang,
beretika dan bermoral tinggi.

1
Tujuan
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan konsep tokoh etik
dan aturan hukum yang terkait dalam meninjau sebuah kasus
Tujuan Khusus
a. Memahami teori etik dan teori yang diungkapkan.
b. Memahami implikasi teori etik dan kenyataan pelaksanaan
di lapangan.
c. Memahami tinjauan hukum terkait.
d. Menganalisis kasus dan penyelesaian dari tinjauan etik dan hukum.

2
BAB 2
TINJAUAN TEORI

Biografi Leah L. Curtin (1942-sekarang)

Leah L. Curtin, telah diakui secara internasional sebagai pemimpin perawat,


pakar etika, narasumber, dan konsultan di bidang keperawatan. Ia telah
memberikan banyak kontribusi kepada masyarakat luas dan profesi
keperawatan. Saat ini Curtin adalah profesor klinis keperawatan di
Universitas Cincinnati, College of Nursing and Health. Ia menempuh studi
diploma keperawatan di Good Samaritan Hospital School of Nursing,
Cincinnati, 1965. Kemudian melanjutkan Bachelor of Science in Community
Health Planning, Universitas Cincinnati, 1976. Master of Science in Health
Planning and Administration, Universitas Cincinnati, 1977 dan Master of
Arts in Philosophy, dengan dua kehususan yaitu etika dan analisis linguistik
dari Athenaeum of Ohio di tahun yang sama.

Ia beberapa kali dianugerahi gelar doktor kehormatan, diantaranya tahun


1986 oleh Medical College of Ohio, tahun 1990 oleh State University of
New York. Tahun 2002 The Medical College of Ohio memberikan gelar
doktor kehormatan kedua untuk layanan kemanusiaan sehubungan dengan
pekerjaannya di Yugoslavia yang sedang dilanda perang. Pada tahun 2009,
The American Academy of Nursing memberikan gelar kehormatan dan
menyatakan Curtin sebagai 'a living legend' dalam dunia keperawatan.

3
Curtin memulai karir sebagai perawat di Veterans hospital, Cincinnati, 1965-
1966, dan Visiting Nurses' Association Cincinnati, 1966-1967. Instructor
Northern Kentucky University, Highland Heights, 1974-1976. Assistant
professor College, Mount St. Joseph-On-The-Ohio Cincinnati, 1976—1998.
Ia juga merupakan editor Nursing Management Springhouse Corporation,
Philadelphia, 1979-1998. Partner Metier Consultant, Cincinnati, sejak 1988.
Saat ini Curtin menjadi Clinical professor nursing college nursing and
health, University Cincinnati. Ia juga merupakan seorang konsultan di
Organizational Consultant Franciscan Sisters of Poor Health System, New
York City, 1987-1996. Consultant on Nursing Ethics Nurse Corps, United
States Air Force, Washington, sejak 1991, dan Executive Editor American
Nurses Today, sejak 2009.

Curtin telah menulis lebih dari 400 artikel, 400 editorial, blog dan beberapa
buku yang ditulis untuk professional keperawatan. Beberapa buku karangan
curtin yaitu Nursing Ethics: Theories and Pragmatics, Sunflowers in The
Sand: Stories from Children of War, dan Nursing into The 21st Century
(new nursing photobooks).

Konsep Teori Leah L. Curtin


Leah L. Curtin mengemukakan sebuah model untuk pengambilan keputusan
etis dalam manajemen keperawatan. Menurut Curtin para manajer
keperawatan harus dapat memperjelas domain pilihan, implikasi etis yang
melekat dalam pilihan tertentu, dan prioritas yang akan digunakan dalam
pengambilan keputusan. Mengingat kompleksitas yang ada ditambah dengan
imperatif hukum/ etika dokter, perawat, dan profesional lainnya, sehingga
menjadi jelas bahwa seorang manager pelayanan kesehatan/ keperawatan
bukan merupakan entitas moral yang otonom. Sebaliknya, seorang manajer
juga dituntut untuk memberikan kepemimpinan moral, menjadi role model
dalam berperilaku etis dan bertanggung jawab atas perilaku orang lain dan
lembaganya, serta tanggung jawab pribadi, sosial, dan hukum (Curtin, 2007)

4
Menurut Curtin dalam Roussel (2013) terdapat beberapa tahapan dalam
menyelesaikan sebuah masalah etis, yaitu:
1. Gali lebih banyak informasi untuk mengetahui akar penyebab masalah
tersebut.
2. Tentukan beberapa alternatif cara penyelesaian masalah tersebut.
3. Pertimbangkan beberapa pendapat mengenai alternatif pemecahan
masalah.
Selain itu menurut Curtin, perawat juga memiliki kewajiban untuk melindungi
kesejahteraan klien berdasarkan tugas perawat yang diatur dalam ketentuan
hukum, kode etik perawat, dan peran sosial seorang perawat.

Implikasi Lapangan
Keterbatasan pengetahuan dalam manajemen keperawatan dapat
menyebabkan dilema bagi perawat. Manajer keperawatan perlu menentukan
berapa banyak kekuatan dalam pengambilan keputusan yang diinginkan
perawat klinis dan berapa banyak manajer dapat mendelegasikan
pengambilan keputusan tersebut. Roussel (2013) mengungkapkan etika
dalam manajemen diterjemahkan ke sebagai berikut:
1. Perawat manajer dapat mempengaruhi perilaku etis dari staf perawat
dengan memperlakukan mereka secara etis.
2. Perawat manajer memiliki kode etik yang telah disepakati oleh staf nya.
Mereka masuk ke dalam dilema etika ketika mereka melawan kode etik
tersebut.
3. Perawat manajer jatuh ke dalam dilema ketika mereka melawan nilai-
nilai internal mereka.
4. Meskipun dilema etika dan moral berbeda, perawat manajer yang
beretika adalah perawat manajer yang bermoral.
5. Keputusan etis dapat dijelaskan dengan tiga pertanyaan: apakah itu sah?
Pertanyaan ini menyelesaikan beberapa dilema tetapi tidak ketika
undang-undang dan kebijakan yang terlibat dipertanyakan. Apakah itu
adil? Manajer perawat harus bertujuan untuk dapat memberikan solusi
yang tepat. Bagaimana hal itu akan berdampak pada diri saya? Manajer

5
perawat harus mempertimbangkan dampak dari setiap tindakan pada nya
diri.
6. Perawat manajer dengan citra diri yang positif biasanya memiliki
kekuatan internal untuk membuat keputusan etis.
7. Perawat manajer harus menerapkan enam prinsip kekuasaan etika
a. Perawat eksekutif mempromosikan dan memastikan mengejar misi
dinyatakan atau tujuan dari divisi keperawatan, karena pernyataan
tersebut harus ditinjau secara berkala, tujuan atau sasaran yang
ditetapkan untuk pencapaian tahunan
b. Perawat manajer harus membangun sebuah organisasi untuk berhasil,
sehingga membangun staf melalui kebanggaan dalam organisasi
mereka.
c. Perawat manajer harus bekerja untuk mempertahankan kesabaran dan
kontinuitas melalui efek jangka panjang pada organisasi.
d. Perawat manajer harus merencanakan dengan ketekunan dan
menghabiskan lebih banyak waktu menindaklanjuti pengetahuan dan
kegiatan yang membangun komitmen stafnya.
e. Perawat manajer harus mempromosikan perspektif dengan
memberikan staf mereka waktu untuk berpikir. Mereka harus berlatih
manajemen yang baik untuk jangka panjang.
f. Manajer pelayanan keperawatan harus mempertimbangkan
pengembangan kode organisasi-spesifik etika yang dinyatakan dalam
perilaku yang dapat diamati dan terukur.

Kenyataan di Lapangan
Terdapat lima area terkait permasalahan etik dan hukum dalam kaitan peran
perawat sebagai manager yang diungkapkan oleh Curtin (2007):
a. Pilihan terkait akses, ketersediaan dan keamanan layanan kesehatan
b. Pilihan antara hukum dan peraturan. Hal ini terkait akreditasi rumah sakit
misalnya dalam kaitan dengan jumlah staf yang seharunya sesuai standar
namun tidak terpenuhi secara kualita maupun kuantitas di lapangan.
c. Pilihan terkait penanganan kasus maupun riset terkait end of life care.

6
d. Pilihan terkait pelaporan kasus yang ada dan nama baik institusi.

Dalam makalah ini, kami akan memfokuskan pada pernasalahan tidak


tertanganinya pasien di sebuah ruangan, karena jumlah pasien yang banyak
dan jumlah perawat yang tidak sesuai standar kebutuhan ruangan serta
kualifikasi perawat yang dibutuhkan di ruangan tersebut.

Terdapat sebuah kasus di Instalasi rawat Inap Kebidanan dan Kandungan


yang didalamnya terdapat 4 ruangan terkait kasus gynecology dan obsetri
(pasien antepartum), ruang bersalin, ruang post partum, dan ruang
perinatologi. Keempat ruangan ini hanya memiliki 2 nurse stasion yakni 1
nurse stasion untuk ruang gynecology dan obsetri, ruang bersalin dan post
partum dan satu lagi di ruang perinatologi. Jumlah perawat yang jaga di pagi
hari untuk ketiga ruangan tadi adalah 7 orang dan 2 orang di ruang perina.
Saat itu semua bed pasien penuh baik di ruang post partum, gynecology dan
obsetri serta di perina. Pada saat kondisi tersebut terdapat pasien in partu
kala 1 yang datang dan langsung ditempatkan di ruang bersalin. Jarak ruang
bersalin dengan nurse stasion cukup jauh dan tidak ada bel di dekat klien
bila klien membutuhkan bantuan sewaktu waktu. Di saat yang sama klien
juga tidak selalu ditunggu oleh keluarga. Klien yang sedang pada posisi
persalinan kala 1 ini menjadi terabaikan.

Tinjauan Hukum
Hukum kesehatan bertujuan untuk mengatur pelayanan kesehatan di dalam
masyarakat yang baik dan manusiawi, dengan mengatur secara sah,
melindungi kebebasan dan keutuhan manusia terhadap kesewenang-
wenangan penguasa, dan dengan menciptakan keadaan dimana pemberian
bantuan dapat dilaksanakan. Hukum kesehatan juga penting bagi para
pelaksana kesehatan dengan memberikan kepastian hukum kepada
pelaksana kesehatan dalam melaksanakan kewajibannya, melindungi dari

pengaduan-pengaduan yang tidak dapat dibenarkan, pedoman tentang apa


yang dapat dibenarkan dan apa yang dilarang oleh masyarakat,
7
membantu

8
dalam pengambilan keputusan, dan melindungi diri terhadap diri sendiri
(Leenen , 1991).

Ketentuan hukum yang terkait dalam pemeliharaan kesehatan dan terkait


dengan pelayanan keperawatan antara lain:
1. UU No. 36/2009 Tentang Kesehatan
2. UU No. 44/2009 Tentang Rumah Sakit
3. UU No. 36/2014 Tentang Tenaga Kesehatan
4. UU No. 38/2014 Tentang Keperawatan
Terkait permasalahan managemen penyelenggaraan layanan kesehatan yang
mencakup di dalamnya. Maka parundangan yang ada adalah merujuk pada
peraturan UU kesehatan terkait di negara tersebut.

9
BAB 3
PEMBAHASA
N

Penyelesaian Kasus secara Etik dan Hukum


Berdasarkan gambaran kasus yang kami pilih dalam pembahasan ini yaitu
terkait manajemen ruang rawat yang tidak efektif, baik dalam hal pengelolaan
ruang rawat maupun SDM. Hal ini merupakan dilema etik bagi perawat itu
sendiri, yakni sebagai suatu masalah yang melibatkan dua (atau lebih)
landasan moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya.
Menurut Thompson & Thompson (1981) dilema etik merupakan suatu
masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang memuaskan atau situasi
dimana alternatif yang memuaskan.

Untuk membuat keputusan yang etis, seorang perawat harus bisa berpikir
rasional dan bukan emosional. Perawat berusaha untuk memberikan
pelayanan keperawatan yang sesuai dengan etika dan legal yaitu memberikan
pelayanan cepat sesuai dengan keinginan klien dan keluarga dan sesuai
standar prosedur. Menjadi Dilema bagi perawat tersebut karena di lain pihak
tidak dapat memberikan pelayanan prima, sehingga klien complain dengan
penanganan yang lamban karena jumlah perawat lebih kecil dari BOR di
Instalasi Rawat Inap RS tersebut.

Dalam situasi tersebut perawat menjadi dilema dan tidak tahu apa yang
harus di prioritaskan dalam menangani klien. Pada akhirnya Pimpinan
memberikan kinerja buruk kepada Perawat tersebut. Pada dasar nya
keterampilan manajemen yang baik dari seorang Pimpinan. Yang harus bisa
membaca situasi, melihat system pelayanan. Penghitungan BOR Rumah
Sakit dengan tepat pada perbandingan jumlah tenaga Perawat sehingga tidak
berdampak buruk pada Pelayanan. Gaya Kepemimpinan seorang Manager
Keperawatan sangat mempengaruhi Kinerja Perawat, pada tahun 2002
Manzoni dan barsoux berpendapat bahwa banyak pimpinan tidak sadar akan

1
0
hal tersebut. (Curtin, 2009)

1
1
Penyelesaian kasus dilema etik seperti ini diperlukan strategi untuk
mengatasinya karena tidak menutup kemungkinan berpotensi konflik antara
keluarga klien dan perawat. Jika perbedaan pendapat ini terus berlanjut
maka akan timbul masalah komunikasi dan kerjasama antar tim medis
menjadi tidak optimal. Hal ini jelas akan membawa dampak
ketidaknyamanan pasien dalam mendapatkan pelayanan keperawatan.
Berbagai model pendekatan bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah
dilema etik ini di antara nya dengan beberapa langkah yang diungkapkan
oleh Curtin ( 2014) :

1. Mengidentifikasi permasalah yang sedang terjadi, fakta, issue maupun


konflik, serta kebutuhan yang mendesak dalam penyelesaian.

2. Menentukan criteria yang digunakan dalam pengambilan keputusan, dan


keterkaitan keputusan yang melibatkan kebijakan.

3. Mengidentifikasi profesi yang paling tepat dalam mengambil keputusan,


apakah staf, manager, dokter atau bagian administrasi.

4. Menentukan proses pengambilan keputusan.

5. Menentukan siapa saja yang akan beruntung dalam kasus ini: pasien,
staff perawat, keluarga, atau instituisi.

6. Implementasi dari keputusan yang diambil.

Kemampuan dalam pengambilan keputusan ini mencerminkan integritas sebagai


seorang perawat yang juga dilengkapi dengan kemampuan pemahaman etik dan
hukum serta perundangan yang berlaku. Secara internasional kode etik perawat
yang digunakan adalah merujuk kepada kode etik yang dikemukakan oleh ICN
yang telah direvisi pada tahun 2012. Di dalam kode etik tersebut memuat
tanggungjawab dan praktik keperawatan dalam lingkup perawat klien, perawat
dengan praktik, perawat dan profesi serta perawat dengan rekan sejawat dan
profesi kesehatan lain (ICN, 2012).

10
Sedangkan bila ditinjau dari segi hukum maka perundangan UU No. 36/2009
Tentang Kesehatan, UU No. 44/2009 Tentang Rumah Sakit, UU No. 36/2014
Tentang Tenaga Kesehatan serta UU No. 38/2014 Tentang Keperawatan menjadi
pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Merujuk pada UU Tenaga Kesehatan No. 36 Tahun 2014 pasal 57 dan UU


Keperawatan No. 38 Tahun 2014 Pasal 37 mengenai kewajiban dalam
memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar profesi, standar
pelayanan profesi, standar prosedur operasional, dan etika profesi serta kebutuhan
kesehatan penerima pelayanan kesehatan.

Dalam menentukan kebutuhan tenaga keperawatan harus memperhatikan beberapa faktor


yang terkait beban kerja perawat, diantaranya seperti berikut:
a. Jumlah klien yang dirawat/hari/bulan/tahun dalam suatu unit.
b. Kondisi atau tingkat ketergantungan klien.
c. Rata-rata hari perawatan klien.
d. Pengukuran perawatan langsung dan tidak langsung.
e. Frekuensi tindakan yang dibutuhkan.
f. Rata-rata waktu keperawatan langsung dan tidak langsung.
g. Pemberian cuti.

Selain itu juga berdasarkan tingkat ketergantungan klien yang terbagi dalam kategori dengan
menggunakan standar Menurut Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999)
Kategori I :
self care /perawatan mandiri, memerlukan waktu 1-2 jam/hari
1) Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
2) Makanan dan minum dilakukan sendiri
3) Ambulasi dengan pengawasan
4) Observasi tanda-tanda vital setiap pergantian shift
5) Pengobatan minimal dengan status psikologi stabil
6) Perawatan luka sederhana.

11
a. Kategori II :
Intermediate
care
Perawatan partial, memerlukan waktu 3-4 jam/hari
1) Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
2) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
3) Ambulasi dibantu
4) Pengobatan dengan injeksi
5) Klien dengan kateter urin, pemasukan dan pengeluaran dicatat
6) Klien dengan infus, dan klien dengan pleura pungsi.
b. Kategori III :
Total care/Intensif care memerlukan waktu 5-6 jam/hari
1) semua kebutuhan klien dibantu
2) Perubahan posisi setiap 2 jam dengan bantuan
3) Observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
4) Makan dan minum melalui selang lambung
5) Pengobatan intravena “perdrip”
6) Dilakukan suction
7) Gelisah / disorientasi
8) Perawatan luka kompleks

Selain itu juga memperhatikan prinsip perhitungan rumus Gillies :


Jumlah Jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari adalah :

1) waktukeperawatanlangsung (rata rata 4-5jam/klien/hari)

dengan spesifikasi pembagian adalah : keperawatan mandiri (self care)


= ¼ x 4 = 1 jam , keperawatan partial ( partial care )= ¾ x 4 = 3 jam ,
keperawatan total (total care) = 1-1.5 x 4 = 4-6 jam dan keperawatan intensif
(intensive care) = 2 x 4 jam = 8 jam.

2) Waktu keperawatan tidak langsung

12
Menurut RS Detroit (Gillies, 1994) = 38 menit/klien/hari

13
Menurut Wolfe & Young ( Gillies, 1994) = 60 menit/klien/hari = 1 jam/klien/hari

3) Waktu penyuluhan kesehatan lebih kurang 15 menit/hari/klien = 0,25 jam/hari/klien


4) Rata rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatu unit berdasarkan rata
rata biaya atau menurut Bed Occupancy Rate (BOR) dengan rumus :

Jumlah hari perawatan RS dalam waktu tertentu x 100


% Jumlah tempat tidur x 365 hari

 Jumlah hari pertahun yaitu : 365 hari.


Hari libur masing-masing perawat per tahun, yaitu : 73 hari
( hari minggu/libur = 52 hari ( untuk hari sabtu tergantung kebijakan rumah sakit
setempat, kalau ini merupakan hari libur maka harus diperhitungkan , begitu juga
sebaliknya ), hari libur nasional = 13 hari, dan cuti tahunan = 8 hari).
 Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau hari kerja efektif 6
hari maka 40/6 = 6.6 = 7 jam per hari, kalau hari kerja efektif 5 hari maka 40/5
= 8 jam per hari)
 Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit harus ditambah 20%
(untuk antisipasi kekurangan /cadangan ).
 Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% : 45 %

14
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

15
Model dalam pengambilan keputusan etis dalam manajemen keperawatan
yang dikemukanan oleh Leah Curtin memberikan panduan bagi perawat
manager dalam menghadapi permasalahan etik yang ditemui di lapangan.
Selain itu diperlukan analisis kritis terkait kasus etik yang dihadapi dan
pemahaman kode etik, peraturan, dan undang undangan terkait keperawatan
maupun kesehatan yang mendukung dalam upaya pengambilan keputusan.
Sehingga didapatkan keputusan yang baik secara etik dan benar menurut
hukum.

16
DAFTAR PUSTAKA

Curtin, L. (2007). Facing Up to Fallibility: A Manager’s Guide to Ethical


Decision-Making. Nurse Leader, (August).
http://doi.org/doi:10.1016/j.mnl.2007.05.003

Curtin, L. (2009). Nursing Management: Confounding the Set-Up-to-Fail


Syndrome. Nurse Leader, 7(3), 24–28.
http://doi.org/10.1016/j.mnl.2009.03.006

Curtin, L. (2010). Ethics for nurses in everyday practice. Retrieved November 10,
2016, from https://www.americannursetoday.com/ethics-for-nurses-in-
everyday-practice/

Curtin, L. (2014). A model for ethical decision-making in management. Retrieved


November 10, 2016, from https://www.americannursetoday.com/model-for-
ethical-decision-making-in-management/

Curtin, Leah. (2014). When good people make hard choices…*.


http://doi.org/https://www.americannursetoday.com/when-good-people-
make-hard-choices/

Gillies, D.A. (1994). Nursing management, a system approach. Third Edition.


Philadelphia : WB Saunders

ICN. (2012). The ICN Code Ethics for Nurses. Retrieved


from
http://www.icn.ch/images/stories/documents/about/icncode_english.pdf

Leah Curtin - Mother of Nursing Ethics. (n.d.). Retrieved November 10, 2016,
from http://leahcurtin.com/

Leenen, H.J.J. Lamintang, PAF. (1991). Pelayanan Kesehatan dan Hukum, Bina
Cipta : Jakarta.

Roussel, Linda. (2013). Management and leadership for nurse administrators.


Burlington: Jones and Barlett Learning

Swansburg, R.C. & Swansburg, R.J. (1999). Introductory management and


leadership for nurses. Canada : Jones and Barlett Publisher

ThompsonJ.B & Thopson H.O. (1981). Ethics in Nursing. Macmillan Publ. Co.

Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 Tentang


Keperawatan

17

Anda mungkin juga menyukai