Anda di halaman 1dari 180

‫ﺼﺎدِ َﻗ ْﺎﻟ َﻮﻋ َْﺪِو َﻛﺎﻧ ََﺮ ُﺳﻮﻻ َﻧ ِﺒﯿﺎ‬ ِ َ ‫ِﯿﺎﻟﻜِ ﺘَﺎﺑِﺈِﺳ َْﻢ‬

َ ‫اﻋِﯿﻺ ﱠﻧ ُﮭ َﻜﺎ َﻧ‬ ْ ‫َواذْﻛُ ْﺮﻓ‬


. ‫ﺿﯿﺎ‬ِ ‫اﻟﺰ َﻛﺎ ِة َو َﻛﺎﻧَﻌِ ْﻨ َﺪ َر ِﺑ ِّﮭ َﻤ ْﺮ‬
‫ﺎﻟﺼﻼ ِة َو ﱠ‬‫َو َﻛﺎ َﻧ َﯿ ْﺄ ُﻣ ُﺮ َأ ْھ َﻠ ُﮭ ِﺒ ﱠ‬
“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail
(yang tersebut) di dalam al-Qur’an. Sesungguhnya dia adalah
seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan
nabi. Dan dia (selalu) memerintahkan kepada keluarganya untuk
(menunaikan) shalat dan (membayar) zakat, dan dia adalah
seorang yang di ridai di sisi Allah” (QS 19: 54-55)

‫} َوا ﱠﻟﺬِﯾ َﻨ َﯿﻘُﻮﻟُﻮﻧ ََﺮ ﱠﺑﻨَﺎ َھ ْﺒ َﻠﻨ َِﺎﻣ ْﻨﺄَ ْز َو ِاﺟﻨ ََﺎوذُ ِّرﯾﱠﺎ ِﺗﻨَﺎ ُﻗ ﱠﺮةَأَ ْﻋ ُﯿﻨ ٍَﻮاﺟْ َﻌ ْﻠﻨَﺎ ِﻟ ْﻠ ُﻤﺘﱠ ِﻘﯿ َﻨﺈِ َﻣ ًﺎﻣﺎ‬
“Dan orang-orang yang berkata: “Ya Rabb kami, anugerahkanlah
kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyejuk
hati (kami), dan jadikanlah kami imam (panutan) bagi orang-or-
ang yang bertakwa” (QS 25: 74).

‫ﺧَ ﯿ ُْﺮ ُﻛ ْﻤ َﺨﯿ ُْﺮ ُﻛ ْﻤﻸَ ْھ ِﻠ ِﮭ َﻮأَﻧَﺎﺧَ ﯿ ُْﺮ ُﻛ ْﻤﻸَ ْھ ِﻠﻰ‬


“Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik (dalam bergaul)
dengan keluarganya dan aku adalah orang yang paling baik
(dalam bergaul) dengan keluargaku”(HR At Tarmidzi)
TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

Keperawatan
Keluarga
Konsep dan Aplikasi Asuhan
Keperawatan Keluarga
Undang-Undang Republik Indonesia no. 19/2002 tentang Hak Cipta
Lingkup Hak Cipta
Pasal 2:
1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang
timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang
telah berlaku.

Ketentuan Pidana
Pasal 72:
1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan
ayat (2) dipidana penjaara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) atau
pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,- (lima milyar rupiah)
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil
pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

Keperawatan
Keluarga
Konsep dan Aplikasi
Asuhan Keperawatan
Keluarga
Keperawatan Keluarga Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Keluarga

Penulis Dr. TITIH HURIAH, M.Kep.,Ns.,Sp.Kom,


NINA DWI LESTARI, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.Kom
Penyelaras Akhir BUDI NUGROHO
Layout JOKO SUPRIYANTO
Desain Sampul JOKO SUPRIYANTO
Foto sampul depan N/A

Cetakan Pertama, UMY PRESS, April 2021


UMY Press, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Jalan Brawijaya, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 55183
Telpon : 0274-387656 pesawat 159

Perpustakaan Nasional RI: Katalog Dalam Terbitan (KDT)


Keperawatan Keluarga Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Keluarga
Dr. Titih Huriah, M.Kep.,Ns.,Sp.Kom,
Nina Dwi Lestari, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.Kom,
16,5 x 24 cm, xvi + 196 hlm
Yogyakarta, UMY PRESS 2021
Prakata

Penulis

A
lhamdulillahi Rabbil’alamiin, puji syukur penulis ungkapkan
atas semua nikmat tak terhingga yang Allah curahkan. Al
lah telah memberikan nikmat ilmu, waktu, dan semua yang
penulis butuhkan untuk menyelesaikan buku ajar keperawatan keluarga
di Program Studi Pendidikan Ners UMY. Segala cinta penulis sampaikan
kepada yang selalu dirindukan semua umat muslim di seluruh dunia,
nabi, dan rasul terakhir, Muhammad saw., kepada keluarga, sahabat,
dan shahabiyah, serta umatnya sampai akhir zaman.
Buku ajar ini dikembangkan berdasarkan Rancangan Pembelajaran
Semester (RPS) mata kuliah Keperawatan Keluarga pada Program Studi
Pendidikan Ners UMY. Buku ini berisi konsep dan aplikasi yang sangat
dibutuhkan oleh mahasiswa S1 maupun profesi dalam mempelajari
bagaimana pemberian asuhan kepada keluarga. Konsep yang pertama,
sesuai dengan visi misi prodi yaitu integrasi ke-Islaman, maka penulis
menyusun konsep Islam dalam keperawatan keluarga. Konsep selanjutnya
adalah konsep pemberian asuhan kepada keluarga dengan berbagai
macam setting. Buku ini tidak hanya dapat digunakan pada tahap S1,
namun dapat digunakan pula pada tahap profesi sehingga dalam buku
viii TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN
KEPERAWATAN KELUARGA

ini tidak hanya konsep namun langsung menjelaskan aplikasi di setiap


babnya. Aplikasi yang disusun sesuai dengan tahapan perkembangan yaitu
mulai dari asuhan keperawatan keluarga pada tahap balita, remaja, dan
lansia. Buku ini juga diharapkan memberikan kemanfaatan kepada
mahasiswa dalam menghadapi Ujian Kompetensi Ners, sehingga pada
akhir bab, penulis tambahkan soal-soal contoh uji kompetensi.
Buku ajar ini dapat tersusun dengan bantuan berbagai pihak baik
dari keluarga, teman-teman dosen baik di Program Studi Pendidikan
Ners maupun di Program Studi Magister Keperawatan UMY. Penulis
ucapkan jazaakumullah khayran atas semua bantuan yang diberikan. Buku
ini masih membutuhkan pengembangan-pengembangan, penulis
menerima kritik dan saran agar buku ini dapat menjadi acuan buku ajar
keperawatan keluarga di Indonesia
ix

Glosarium

Keperawatan keluarga Sebuah seni dan ilmu, filosofi dan cara berinteraksi
dengan keluarga mengenai perawatan kesehatan.

Keluarga Kumpulan dari anggota keluarga yang terikat tali


pernikahan, keturunan, yang saling berinteraksi dalam
perspektif peran sebagai pasangan, orang tua, kakak,
dan adik dalam mempertahankan budaya yang
dianut.

Genogram Gambaran yang terstruktur mengenai silsilah keluar-


ga yang menggunakan simbol atau tanda khusus
yang menjelaskan kaitan setiap anggota, keterangan
kesehatan, peristiwa penting di keluarga dalam mini-
mal 3 generasi.

Ecomap Diagram yang digunakan untuk melihat hubungan so-


sial dan personal antara individu dengan lingkungan.

Asuhan keperawatan Pemberian asuhan keluarga yang oleh seorang


perawat profesional mulai dari pengkajian sampai
dengan evaluasi untuk memenuhi kebutuhan dasar
keluarga sesuai dengan tahapan perkembangannya.

Home care Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu


dan keluarga untuk meningkatkan, mempertahankan
atau memaksimalkan tingkat kemandirian keluarga.

Adaptasi Suatu proses penyesuaian terhadap perubahan.


Adaptasi bisa positif dan bisa negatif, yang menye-
babkan meningkat atau menurunnya keadaan sehat
keluarga.
x TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

Daftar Isi

Prakata Penulis – vii


Glosarium – ix
Daftar Isi – x

BAB I KONSEP ISLAM DALAM KEPERAWATAN KELUARGA – 1


A. Keluarga dalam perspektif Islam – 1
B. Perspektif Islam terhadap permasalahan dalam keluarga dan cara-cara Islam
dalam penyelesaiannya – 4
C. Pengasuhan anak dalam keluarga menurut Islam – 10
D. Latihan Soal – 12

BAB II KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA – 16


A. Pengkajian Keluarga – 17
B. Analisis Data dan Rumusan Diagnosis Keperawatan Keluarga – 54
C. Perencanaan Keperawatan Keluarga – 56
D. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Keluarga – 56
E. Latihan Soal Konsep Keluarga – 57

BAB III KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN


BALITA – 62
A. Konsep Keluarga dengan Tahapan Balita – 62
B. Tahapan Perkembangan Keluarga dengan Balita – 62
C. Aplikasi Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Balita – 68
D. Latihan Soal – 89

BAB IV KONSEP DAN APLIKASI ASKEP KELUARGA DENGAN REMAJA – 93


A. Konsep Keluarga dengan Tahapan Remaja – 93
B. Tugas Perkembangan Keluarga dengan Tahapan Remaja – 99
C. Aplikasi Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Remaja – 101
D. Latihan Soal – 119

BAB V KONSEP DAN APLIKASI ASKEP KELUARGA DENGAN LANSIA – 122


A. Konsep Keluarga dengan Tahapan Lansia – 122
B. Tugas Perkembangan Keluarga dengan Lansia – 137
C. Aplikasi Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Tahapan Lansia – 140
D. Latihan Soal – 162
Daftar Pustaka – 167
1

Bab 1

Konsep Islam dalam


Keperawatan Keluarga

Capaian Pembelajaran
Mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menyebutkan definisi keluarga dalam perspektif Islam
2. Menjelaskan perspektif Islam terhadap permasalahan dalam keluarga dan
cara-cara Islam dalam penyelesaian masalah dalam keluarga
3. Menjelaskan pengasuhan anak dalam keluarga
4. Mengerjakan soal-soal konsep Islam dalam keperawatan keluarga

A gama merupakan bagian yang penting dalam kehidupan berkeluarga


(Asmaya, 2018). Islam merupakan agama yang menyeluruh dan
sempurna, mengatur semua sendi kehidupan manusia termasuk kehidupan
keluarga (Sainul, 2018). Ayat-ayat kauniyah tersebar di alam semesta termasuk
ayat yang berkaitan dengan keperawatan khususnya keperawatan keluarga.
Bab ini menguraikan bagaimana pandangan Islam terkait keluarga, menjelaskan
perspektif Islam dalam keluarga, cara-cara Islam dalam penyelesaian masalah
dalam keluarga, dan pengasuhan anak dalam keluarga.

A. DEFINISI KELUARGA DALAM PERSPEKTIF ISLAM


Keluarga adalah suatu struktur yang penting dalam sistem kehidupan
sosial dimana anggotanya saling mengikat satu sama lain (Amri dan Tulab,
2018). Islam melihat keluarga sebagai unit sosial dalam sebuah masyarakat
yang merupakan fokus utama identitas emosional, ekonomi, dan politik
(Tamam, 2018). Keluarga memiliki istilah-istilah yang berbeda yaitu ahl
2 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

(QS Al-Ahzab:33; Hud:46, 73; Al-Qasaa:12), qurba (QS Al-Baqarah:83,


An-Nisa:8), ‘asyirah (QS At-Taubah: 24; QS Asy-Syu’ara: 214; QS Al-
Mujadalah: 22), arham (QS Al Ahzab: 6).
Kata al-ahlu berasal dari kata kerja ahila yang artinya anisa yaitu senang,
tenang, dan tentram (Thohir, 2015). Kata Al-ahl sama dengan konsep
keluarga inti yang disebutkan pada Al-Quran sebanyak 113 kali. Al-Quran
menyebutkan dua konsep ahl. Pertama, ahl yang bersifat khusus
atau‫( ﻞﺟﺮﻟاﻞھأ‬Ahl ar-Rajul) yaitu keluarga yang satu silsilah atau yang
berhubungan karena darah, mereka biasa bersatu dalam satu rumah.
Definisi Ahl dalam pengertian ini seperti yang ditunjukkan dalam QS Al-
Ahzâb ayat ke-33. ahl yang kedua adalah ahl yang bermakna luas, yaitu
dalam arti keluarga seagama (‫) مﻼﺳﻹاﻞھأ‬. Ahl dalam pengertian ini seperti
yang terdapat dalam surat Hûd (11): 46.
Konsep Qurba bermula dari kata Qaraba yang berarti dekat, maka
kandungan kata Qurba adalah kekerabatan (keluarga)/kedekatan nasab
(keturunan). Berdasarkan QS An-Nisa: 8, kata qurba mengandung makna
masih ada ikatan kekeluargaan baik termasuk ahli waris maupun tidak,
sedangkan dalam surat Al-Baqarah:83, qurba bisa berarti keluarga yang
bersifat umum.
‘Asyirah diartikan kepada sebuah keluarga besar atau keturunan dari
seseorang dengan kuantitas yang amat banyak. Pada budaya Jawa dikenal
dengan “trah”. ‘Asyirah juga bisa bermakna suatu kelompok sosial yang
diikat dengan hubungan keturunan maupun pernikahan.
Arham berasal dari kata rahim, anggota tubuh tempat tumbuh janin,
yang secara etimologis adalah cinta kasih antara ibu dan anak, yang
karena hubungan mengharuskan adanya sikap saling mengasihi (rahmah).
Lebih dari itu, hubungan cinta kasih antaranggota keluarga dan sesama
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 3
KEPERAWATAN KELUARGA

manusia. Arham juga didefinisikan sebagai sanak kerabat yang tidak


termasuk dalam ‘asabah, ahli waris yang tidak mendapatkan sebagian
dari harta peninggalan pewarisnya.
Konsep keluarga menurut Al-Qur’an (Tamam, 2018):
1. Keluarga merupakan persekutuan hidup bersama antara seorang pria
dan wanita.
2. Hubungan antara pria dan wanita tersebut harus diikat dalam sebuah
ikatan perkawinan.
3. Tujuan dasar disyariatkannya perkawinan adalah untuk mencari
rahmah (kasih sayang), baik itu kasih sayang dari pasangannya maupun
rahmah dari Tuhan yang ujungnya adalah untuk mencapai kebahagiaan
dan ketenangan hidup (sakînah).
4. Azas perkawinan dalam Islam adalah azas monogamy
5. Sistem kekerabatan dalam keluarga Islam adalah sistem kekerabatan
bilateral
6. Hubungan suami dan isteri adalah sebagai partner yang saling
melindungi dan melengkapi.
Pernikahan dalam Islam merupakan bagian yang penting dalam
kehidupan masyarakat. Pernikahan merupakan sarana menuju keridaan
Allah SWT, dimana dengan pernikahan terjalin hubungan manusia yang
lebih luas tidak hanya antara suami istri namun menghubungkan dua
keluarga besar. Pernikahan juga merupakan wadah untuk memenuhi
ketentuan moral seperti kewajiban memiliki keturunan, saling mencintai,
saling memotivasi, dan saling mendidik (Amri dan Tulab, 2018). Tujuan
pernikahan menurut Thohir (2015) adalah:
1. Pernikahan dapat menenteramkan jiwa
2. Pernikahan dapat menghindarkan perbuatan maksiat
3. Pernikahan mempermudah dalam pengumpulan harta
4 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

4. Pernikahan dilakukan untuk mendapatkan keturunan yang sah


5. Mengikuti sunnah Rasulullah
Berdasarkan uraian mengenai keluarga dan pernikahan menurut
tinjauan Islam, dapat diambil simpulan bahwa keluarga adalah sebuah
ikatan Ilahi yang menyatukan dua orang, pria dan wanita dalam sebuah
sistem yang bertujuan sakinah mawaddah wa rahmah.

B. PERSPEKTIF ISLAM TERHADAP PERMASALAHAN DALAM


KELUARGA DAN CARA-CARA ISLAM DALAM
PENYELESAIANNYA
Era globalisasi yang saat ini menerjang keluarga-keluarga di seluruh
dunia yang salah satunya adalah terjangan arus informasi melalui media
massa dan seringkali menjadikan keluarga berhadapan dengan masalah
yang sangat pelik. Keluarga mengalami perubahan pola hidup dan
perilaku yang menyimpang (Asmaya, 2018).
Faktor utama atas retaknya sistem sebuah keluarga adalah saat ikatan
pernikahan hanya untuk mencari kesenangan dunia dan tidak memikirkan
tanggung jawab hingga ke akhirat. Dampak dari masalah ini adalah
rumah tangga yang berujung pada perceraian dan kekerasan dalam
rumah tangga, serta berkembangnya kasus bunuh diri serta pemerkosaan
di kalangan remaja yang disebabkan kurangnya perhatian orang tua dan
keluarga (Amri dan Tulab, 2018).
Persoalan pertama banyak disebabkan oleh perceraian dan adanya
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang angkanya semakin hari
semakin meningkat, baik secara fisik, psikis, ekonomi, maupun seks yang
bertujuan untuk menguasai atau menindas orang lain. Kasus perceraian
di Indonesia terus meningkat sejak 2005 sampai 2010 yaitu mencapai
70% (Asmaya, 2018). KDRT merupakan masalah sosial yang perlu
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 5
KEPERAWATAN KELUARGA

perhatian khusus. Dari 960.000 aksi kekerasan yang terjadi setiap


tahunnya pada pasangan intim maupun suami istri, diperkirakan
mencapai 3 juta wanita mengalami penyiksaan fisik yang dilakukan oleh
suami maupun pacar lelakinya.
Kekerasan dalam rumah tangga dapat terjadi pada siapa pun, baik
perempuan, remaja, lansia maupun anak-anak. Data dari luar negeri
memperlihatkan lebih dari 6.000 keluarga di Amerika mengalami KDRT.
KDRT ini 50% dilakukan oleh suami yang menganiaya istri dan anak-
anak mereka. Data lain menunjukkan lebih dari separuh korban KDRT
adalah wanita dan anak-anak yang berumur dibawah 12 tahun.
Permasalahan kedua yaitu hancurnya sistem dalam rumah tangga
adalah retak atau putusnya sistem keluarga yang utuh. Permasalahan ini
akan jelas terlihat dengan meningkatnya angka lanjut usia yang dikirim
ke panti-panti jompo dan hidup terpisah dari keluarga mereka sendiri.
Hal ini tidak hanya terjadi di negara maju bahkan kejadian ini meningkat
di negara miskin dan berkembang yang fasilitas kesehatan untuk lanjut
usia masih sangat minim.
Era globalisasi yang menuntut pemenuhan kebutuhan yang sangat
tinggi dan wanita meminta posisinya sama dengan laki-laki. Hal ini
berdampak pada tingginya angka wanita yang bekerja di luar rumah.
Dua orang tua yang bekerja di luar rumah menjadikan anak-anak
kehilangan sosok orang tua. Lanjut usia yang dikirim ke panti jompo
membuat anak-anak juga kehilangan sosok kakek dan neneknya. Hal ini
berdampak pada tidak seimbangnya emosi anak-anak. Di saat mereka
terbentur pada masalah, mengakhiri hidup merupakan pilihan yang
mereka ambil. Dampak lain adalah tingginya angka pemerkosaan yang
terjadi pada remaja maupun pergaulan bebas.
Sistem keluarga yang rapuh menjadikan anak-anak yang broken home
6 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

dan tanpa kasih sayang dari orang-orang sekitarnya. Anak-anak seperti


ini akan meminta perhatian dari orang tua dengan melakukan hal-hal
yang seharusnya tidak mereka lakukan seperti narkoba, tawuran, seks
bebas, dan kegiatan-kegiatan lain yang melanggar norma hukum di
masyarakat. Hal ini disebabkan karena anak-anak kehilangan
perlindungan atau naungan sebenarnya yang mutlak keberadaannya
dalam suatu keluarga. Kejiwaan anak-anak berkembang dengan tidak
sehat karena mereka kehilangan kepedulian, perhatian, dan kasih sayang
dalam keluarga. Keluarga yang hancur akan menimbulkan dampak
negatif pada anak-anak yaitu anak memiliki kecenderungan untuk
melakukan bunuh diri dan tingginya angka perkosaan pada remaja.
Pernikahan dalam Islam harus dipandang sebagai salah satu media
pembentuk keluarga yang berlandaskan pada tauhid, yaitu selalu meyakini
bahwa Allah SWT adalah sebagai tujuan akhir. Kehidupan dunia adalah
kehidupan yang sementara, sehingga kepala keluarga mempunyai
kewajiban menjaga agar keluarga yang dipimpinnya berada dalam jalur
yang tepat yaitu mencapai rida Allah Swt. Anggota keluarga yang lain
harus saling mengingatkan pada tujuan dibentuknya keluarga sehingga
sama-sama bahu membahu mencapai tujuan. Hasilnya, kehidupan rumah
tangga tercipta untuk selamanya, dan bukan hanya di dunia namun akan
kekal sampai surgaNya.
Menurut Asmaya (2018) agama bukan hanya sebatas pengetahuan
dan pemahaman yang tanpa tindakan. Agama harus dipelajari, dipahami,
dan mengaktual menjadi pedoman hidup. Agama harus diterapkan dalam
semua sendi kehidupan dalam keluarga. Permasalahan-permasalahan
dalam keluarga dapat diselesaikan dengan cara:
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 7
KEPERAWATAN KELUARGA

1. Kasih sayang dalam keluarga


Islam mengajarkan kasih dan sayang kepada sesama, agar kehidupan
berjalan serasi dan indah. Rasa tersebut bisa tumbuh dan berkembang
lebih berkesinambungan saat memiliki kemampuan untuk menyirami,
menjaga, dan merawatnya termasuk dalam berkeluarga. Setiap pasangan
harus memiliki rasa kasih-sayang, sekecil apapun perhatian kepada
pasangan akan memberikan dampak yang positif pada hubungan suami
istri. Suami-istri yang mengerti cara berpikir, perasaan, kebiasaan,
harapan, pasangannya secara lebih saksama maka akan tumbuh
pengertian dan kasih sayang.

2. Memelihara rasa suka dan kagum


Kedua rasa ini menjadi penawar kebencian saat perselisihan. Rasa
suka dan kagum terhadap pasangan menjadi pelipur lara saat sedang
sedih datang menjelang. Rasa tersebut menjadi penguat positif untuk
menjaga keutuhan keluarga karena dari keduanya lahir pribadi saling
menjaga dan merindukannya. Rasa tersebut bisa tetap abadi ketika setiap
pasangan selalu mengingat sejarah masa-masa sebelum pernikahan
berlangsung atau masa-masa indah awal pernikahan.

3. Saling berbaik sangka


Rumusan kedua perilaku ini tidak hanya disarankan oleh Islam tetapi
juga oleh norma masyarakat dan ilmu psikologi. Saling mendekati
diartikan sebagai saling memberi perhatian, akrab, hangat, terbuka dan
saling service terhadap pasangan. Sikap emosional ini tidak hanya dilakukan
pada saat menghadapi peristiwa atau masalah yang besar tetapi justru
menjadi habitual/kebiasaan sehari-hari. Bahkan saling mendekati
pasangan dalam hal-hal kecil juga merupakan kunci keharmonisan yang
8 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

langgeng. Banyak orang menyangka bahwa rahasia untuk kembali terjalin


dengan pasangan adalah makan malam berhias lilin atau liburan di pantai.
Akan tetapi, rahasia sesungguhnya adalah saling mendekati dalam hal-
hal kecil setiap hari. Kedekatan yang tidak hanya berdekatan fisik, tetapi
juga psikis dan sosial.

4. Menerima sifat dari masing-masing pasangan


Sebagai seorang pasangan, suami istri harus saling memengaruhi. Mau
mendengarkan apa yang disampaikan pasangan, sehingga akan muncul
rasa bahagia. Kemampuan untuk mendengarkan dan bekerja sama
dengan pasangan akan memberikan rasa aman. Sebaliknya pasangan
tidak diperkenankan melakukan tindakan yang menghina, mengevaluasi,
mendiskreditkan, acuh tak acuh terhadap pasangannya, karena akan
menimbulkan rasa sakit dan tidak aman. Jika hal itu dibiarkan akan
menyebabkan disharmoni dalam keluarga. Agama Islam memberikan
aturan agar kehidupan dalam keluarga mawaddah adalah dengan saling
memberi nasihat dalam kebaikan dan kesabaran, senantiasa menjadi
pemimpin keluarga yang bertangung-jawab.

5. Bijaksana dalam memecahkan masalah


Dalam keluarga bahagia bukan berarti tidak ada masalah, hanya saja
masalah bisa diatur dan dikelola dengan baik oleh setiap pasangan. Ada
cara untuk memecahkan masalah sehingga bisa dikenali sebagai sebuah
masalah: pertama, mengeluh tetapi jangan menyalahkan. Kedua, buatlah
pernyataan yang diawali dengan “saya” daripada “kamu”. Ketiga, uraikan
apa yang terjadi, jangan menilai atau menghakimi. Keempat, bersikap jelas.
Kelima, bersikap sopan. Keenam, bersikap menghargai. Dan ketujuh, jangan
menimbun masalah.
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 9
KEPERAWATAN KELUARGA

6. Mencari jalan keluar terbaik


Setiap pasangan akan memiliki permasalahan hidup, tidak terkecuali
pasangan yang sudah bertahun-tahun berkeluarga. Saat ada masalah
yang sulit dipecahkan sebenarnya masih ada jalan keluar. Pertama, awal
yang lembut. Kedua, belajar melakukan dan menerima usaha perbaikan.
Ketiga, tenangkan diri danpasangan. Keempat, menemukan kesamaan.
Kelima, toleransilah kekuarangan pasangan.

7. Menciptakan kebersamaan
Mengembangkan pernikahan yang harmonis tentu akan mengalami
aral melintang. Perbedaan filsafat hidup dan pengalaman tidak harus
menyulut konflik, karena dari perbedaan biasanya ada perpaduan.
Mereka menemukan jalan untuk saling menghormati perbedaan
pasangan meskipun butuh waktu dan proses. Interaksi yang
dikembangkan untuk menyamakan makna perbedaan. Saat pernikahan
memiliki makna bersama ini, konflik jauh lebih tidak menggebu dan
masalah abadi jarang mengarah ke jalan buntu.
Pernikahan yang utuh bukan tanpa konflik, namun konflik dalam
pernikahan dapat diatasi dengan baik dan semakin mendewasakan sebuah
keluarga. Sejak sebelum menikah, pasangan suami istri dapat berdiskusi
tentang prinsip-prinsip hidup yang mereka pegang dan mencari jalan
keluar apabila terdapat prinsip yang bertolak belakang. Pada akhirnya
semua akan dikembalikan pada apa sebenarnya tujuan akhir dari
pembentukan keluarga. Keluarga perlu menyepakati hal-hal yang
mendasar yang tidak boleh ada pertentangan pendapat misalnya terkait
masalah aqidah dan akhlak dari masing-masing angota keluarga.
Dalam keluarga, setiap orang tentu tidak dapat memaksa diri memiliki
kesamaan pandangan karena latar belakang budaya mereka juga berbeda.
10 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

Perbedaan pandangan dapat didiskusikan dengan baik sehingga akan


menjadi kekayaan pemikiran bukan menjadi pertentangan. Komunikasi
terbuka sangat dibutuhkan dalam sebuah keluarga, tidak hanya pada
pasangan tapi antarorang tua ke anak, dan anak ke anak. Setiap anggota
keluarga akan dilatih untuk terbuka dan jujur akan permasalahan yang
dialaminya. Kekuatan dalam keluarga akan terbangun dari komunikasi
yang efektif.

C. PENGASUHAN ANAK DALAM KELUARGA


Ajaran Islam memberikan tuntunan yang lengkap dalam mendidik
anak. Pendidikan anak sudah harus dimulai sejak seorang laki-laki memilih
jodoh dengan mengutamakan perempuan yang saleha, melaksanakan
pernikahan sesuai syariat, berdoa untuk mendapatkan keturunan yang
saleh dan saleha. Selanjutnya ketika berkeluarga suami berkewajiban
menafkahi istri dan anak-anaknya dari harta yang halal dan baik. Ketika
istri hamil suami mencukupi dan memperhatikan kebutuhan lahir
batinnya. Selain itu ibu hamil harus menjaga sikap, perilaku, dan emosinya
karena akan berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak.
Setelah ibu melahirkan bayi diazankan dan diiqomahkan sebagai dasar
pendidikan tauhid. Kedua orang tua bersyukur diberikan keturunan dan
melaksanakan aqiqah dengan menyembelih domba serta memberi anak
nama yang baik. Ibu yang memiliki bayi sangat dianjurkan
menyempurnakan penyusuan selama 2 tahun. Pada masa perkembangan
selanjutnya peran ibu masih sangat sentral sebagai pribadi yang diteladani
oleh anak, melakukan pembiasaan ibadah dan akhlak mulia, dan terus
menerus membimbing anak melaksanakan ibadah dan akhlak mulia. Ibu
memberikan batasan yang jelas dalam melarang dan menyuruh anak
bersikap dan berperilaku. Sepanjang usia dini (0-6 tahun) peran ibu
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 11
KEPERAWATAN KELUARGA

dengan dibantu ayah sangat penting untuk pembentukan akhlak.


Islam memandang masa depan anak ditentukan oleh sistem yang
dibentuk dalam keluarga. Syurga dan nerakanya seorang anak tergantung
pada orang tua. Orang tua bertanggung jawab untuk melahirkan anak
yang menjadi generasi insan rabani yang beriman, bertaqwa, dan beramal
saleh. Seorang ibu adalah madrasah pertama bagi anak, yang meletakkan
dasar-dasar pembentukan kepribadian anak. Anak yang berahlakul karimah
dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang salah satunya adalah pola asuh
yang dipilih dan diterapkan orang tua. Pola asuh yang diterapkan orang
tua di usia dini, khusus sewaktu anak dibawah usia lima (5) tahun, akan
terbawa pada masa perkembangan berikutnya, bahkan hal-hal traumatis
maupun sebaliknya yang membahagiakan anak pada usia ini turut
membentuk perkembangan emosi dan sosial anak pada masa selanjutnya.
Rasulullah saw. bersabda: “Telah menceritakan pada kami Adam telah
menceritakan pada kami Ibnu AbiDzib dari al-Wahri dari Abi Salamah b. Abdul
Rahman dari Abu Hurairah ra berkata: Bersabda Nabi saw. setiap bayi yang dilahir
dalam keadaan suci maka orang tuanyalah yang memengaruhinya menjadi Yahudi,
Nasrani atau Majusi sebagaimana ia tumbuh dan berkembang sampai jadi kakek-
kakek.” (H.R Muslim).
Orang tua (ayah-ibu) memiliki peranan yang penting dalam
memberikan arahan pada kehidupan anak yaitu kepada kebaikan atau
keburukan, kepada kecerdasan atau kebodohan, dan mengarahkan pada
akhlak mulia atau akhlak jahiliyah. Rasulullah bersabda: “Seorang lelaki
adalah pemimpin dalam keluarganya dan ia bertanggung jawab atas kepemimpinannya.
Dan seorang wanita juga pemimpin di rumahnya dan ia bertanggung jawab atas
kepemimpinannya.” (HR.Al- Bukhari dan Muslim).
Tanggung jawab orang tua yang lain adalah memenuhi kebutuhan
anaknya baik fisik, mental maupun spiritual, mengajari, mengarahkan,
12 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

dan mendidik mereka menjadi anak yang saleh. Orang tua memiliki
tanggung jawab keimanan, fisik, moral, akal, kejiwaan, sosial, dan seks.
Tanggung jawab ini dituangkan dalam bentuk pengasuhan yang baik.
Pengasuhan memiliki berbagai macam pola yang menunjukkan adanya
hubungan dengan tujuan pendidikan, usia anak dan kompetensi yang
ingin dicapai sesuai tahapan perkembangan serta kebutuhan anak.

D. LATIHAN SOAL KONSEP ISLAM DALAM KEPERAWATAN


KELUARGA
Petunjuk:
Kerjakanlah latihan soal di bawah ini dengan memberikan tanda (X) pada pilihan
jawaban yang paling benar!
1. Seorang wanita yang sudah baligh berniat akan menikah dalam usia
muda karena tidak mau berpacaran. Apakah tujuan pernikahan dari
wanita tersebut?
A. Pernikahan dapat menghindarkan perbuatan maksiat
B. Pernikahan dapat menentramkan jiwa
C. Pernikahan mempermudah dalam pengumpulan harta
D. Pernikahan dilakukan untuk mendapatkan keturunan yang sah
E. Mengikuti sunnah Rasulullah
2. Sebuah keluarga mengalami broken home di mana orang tua bercerai
dan anak-anak mengonsumsi zat-zat terlarang. Hal ini terjadi karena
pembentukan keluarga tidak didasari oleh?
A. Tauhid
B. Iman
C. Cinta kasih
D. Kepercayaan
E. Ilmu agama
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 13
KEPERAWATAN KELUARGA

3. Sebuah keluarga telah dapat memenuhi kebutuhan dan memahami


arti agama, mampu berinteraksi dengan lingkungan, tetapi keluarga
ini belum mampu menerapkan nilai-nilai keimanan. Apakah tingkatan
keluarga sakinah pada keluarga tersebut?
A. Keluarga sakinah 2 (KS 2)
B. Keluarga pra sakinah (KPS)
C. Keluarga sakinah 1 (KS 1)
D. Keluarga sakinah 3 (KS 3)
E. Keluarga sakinah 3 plus (KS 3 plus)
4. Secara definisi pernikahan berasal dari Bahasa Arab yaitu nakaha dan
zawaja. Apakah arti dari nakaha dan zawaja?
A. Berhimpun dan pasangan
B. Pasangan dan berhimpun
C. Pasangan dan kesatuan
D. Kesatuan dan pasangan
E. Pasangan dan ketenangan
5. Seorang ibu mengeluh kalau anaknya yang berusia 5 tahun masih
ngompol dan BAB dalam celana. Pada 6 tahun pertama kehidupan,
Apa yang harusnya dilakukan oleh orang tua sesuai kasus diatas?
A. Mendisiplinkan anak pada bulan-bulan pertama awal
kehidupannya
B. Orangtua memberikan kasih sayang
C. Orang tua menjadi teladan yang baik bagi anak dari permulaan
kehidupannya
D. Membiasakan anak dengan sopan santun umum
E. Mengajarkan tentang norma-norma yang berlaku
6. Seorang ayah mengatakan bahwa anaknya yang berusia 10 tahun sulit
sekali kalau disuruh melakukan salat 5 waktu. Apa yang seharusnya
14 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

dilakukan orang tua pada anak usia setelah 6 tahun sesuai kasus
tersebut?
A. Mengajarkan tentang hukum syariat dengan bahasa sederhana
B. Mengenalkan Allah kepada anak dengan cara yang dimengerti
C. Mengajarkan dan membiasakan membaca Al-Quran
D. Mengenalkan tokoh-tokoh teladan
E. Mengajarkan tentang hak-hak orang tua
7. Seorang Ibu memiliki kesibukan di luar rumah dan tidak memiliki
waktu untuk anaknya. Dari kasus tersebut, Apa kesalahan orang tua
dalam hal pengasuhan anak?
A. Menyerahkan tanggung jawab pendidikan kepada pengasuh
B. Ucapan orang tua tidak sesuai dengan perbuatan
C. Kedua orang tua tidak sepakat dalam cara pengasuhan anak
D. Membiarkan anak jadi korban media elektronik
E. Orangtua menyerahkan tanggung jawab kepada sekolah
8. Sebuah keluarga mempunyai dua anak, anak pertama perempuan
usia 12 tahun dan anak kedua laki-laki berusia 6 tahun. Termasuk
kategori apa dalam Islam untuk anak yang kedua?
A. Usia pra baligh
B. Usia sebelum 6 tahun
C. Usia setelah 6 tahun
D. Usia baligh
E. Usia pra sekolah
9. Sepasang suami istri memutuskan bercerai, mereka mempunyai 2 anak
yang masih balita. Saat ini istrinya memutuskan bekerja di luar negeri.
Siapa yang berhak mengasuh anak setelah Ibu?
A. Ibu, nenek dari pihak ibu
B. Ayah anak tersebut
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 15
KEPERAWATAN KELUARGA

C. Saudara perempuan ibu


D. Saudara perempuan ayah
E. Saudara perempuan nenek
10. Pada sebuah keluarga, mereka tidak pernah memarahi anak-anaknya,
anak-anak diajarkan untuk saling berbagi kasih sayang antar sesama.
Apakah persiapan yang telah dilakukan oleh keluarga tersebut untuk
mendapatkan anak cerdas?
A. Pengalaman emosional
B. Makanan yang halal dan thoyib
C. Lingkungan yang mendukung anak
D. Simulasi yang tepat sesuai usia
E. Meningkatkan aktivitas fisik yang sesuai.

Daftar Pustaka
Amri MS dan Tulab Tali. (2018). Tauhid: Tamam, AB. (2018). Keluarga dalam
Prinsip keluarga dalam Islam (Problem perspektif Al-Qur’an: Sebuah kajian
keluarga di barat). Jurnal Ulul Albab: tematik tentang konsep keluarga. Jurnal
Jurnal Studi dan Penelitian Hukum Islam. Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Vol 1 No 2. Volume 2 Nomor 1.
Asmaya Enung. (2018). Impelementasi Thohir, UF. (2015). Konsep keluarga dalam
agama dalam mewujudkan keluarga Al-Qur’an: Pendekatan linguistic dalam
sakinah. Jurnal Komunika. Volume 6 hokum perkawinan Islam. Isti’dal: Jurnal
Nomor 1. Studi Hukum Islam Volume 2 No. 1.
Sainul Ahmad. (2018). Konsep keluarga
harmonis dalam Islam. Jurnal Al-
Maqasid. Volume 4 Nomor 1.
16

Bab 2

Konsep Asuhan Keperawatan


Keluarga

Capaian Pembelajaran
Mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menyusun pengkajian asuhan keperawatan keluarga
2. Menyusun analisis data dan diagnosis asuhan keperawatan keluarga
3. Menyusun perencanaan asuhan keperawatan keluarga
4. Menyusun implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan keluarga
5. Mengerjakan soal-soal terkait asuhan keperawatan keluarga

Askep keluarga merupakan sebuah proses pemenuhan kebutuhan akan


pelayanan kesehatan setiap anggota keluarga dalam lingkup keperawatan
(Kaakinen et al., 2015). Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu proses
asuhan pada keluarga dengan menggunakan pendekatan yang sistematik
mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi saat perawat keluarga
bekerja sama dengan keluarga dan individu sebagai anggota keluarga
untuk mencapai tujuan. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan
proses keluarga mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi. Format
pengkajian yang pelajari pada buku ini adalah format pengkajian keluarga
dari Friedman yaitu The Friedman Family Assessment Model.
Subbab selanjutnya akan dijelaskan tentang analisis data dan diagno-
sis keperawatan keluarga. Diagnosis yang diacu adalah diagnosis tunggal
dari NANDA dengan didasari oleh 4 pendekatan keluarga (Kaakinen et
TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 17
KEPERAWATAN KELUARGA

al., 2015). Perencanaan keluarga menggunakan acuan dari buku NANDA,


NIC dan NOC dengan format evaluasi menggunakan format Subjective,
Objective, Analysis dan Planning (SOAP).

A. PENGKAJIAN KELUARGA

T ahapan pertama yang dilakukan oleh perawat keluarga dalam


memberikan asuhan pada keluarga adalah tahap pengkajian.
Pada tahap ini, perawat menggali informasi kepada semua anggota
keluarga baik secara wawancara, pemeriksaan fisik maupun dari data
sekunder. Tahapan ini dilakukan secara sistematis untuk mendapatkan
data yang holistik dari semua anggota keluarga. Pengkajian juga meru-
pakan tahap awal perawat keluarga bertemu dengan keluarga binaan,
sehingga pada tahap ini keluarga mulai membina hubungan saling
percaya dengan keluarga. Hubungan saling percaya yang terbina dengan
baik akan memudahkan perawat menggali informasi dari keluarga.
Pendekatan yang dilakukan oleh perawat harus sistematis sehingga data
yang didapatkan dapat terstruktur dengan baik.

GAMBAR 1. MODEL PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA (KAAKINEN ET AL.,2015)


18 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

Proses pengkajian pada keluarga dilakukan secara terus menerus agar


dapat diketahui kebutuhan dari keluarga dengan baik. Setelah data
dikumpulkan maka perawat akan melakukan analisis agar keputusan
professional terkait permasalahan dalam keluarga sesuai dengan data
yang telah didapatkan. Pada tahap pengkajian dapat disimpulkan tugas
perawat keluarga adalah mengumpulkan data yang sistematik dengan
menggunakan alat pengkajian yang sesuai, kemudian diklasifikasikan dan
dianalisis untuk diinterpretasikan (Friedman, 2003).

1. Data Dasar Keluarga


Data dasar atau data demografi keluarga meliputi:
A. NAMA KEPALA KELUARGA
Nama kepala keluarga diisi dengan nama kepala keluarga baik itu
nama ayah atau nama ibu apabila ayah telah tiada atau ibu menjadi
orang tua tunggal.
B. USIA
Pada bagian usia, diisi dengan berapa usia dari kepala keluarga dapat
dituliskan tahun dan dapat diisi dengan tanggal lahir dari kepala keluarga.
C. TINGKAT PENDIDIKAN TERAKHIR KEPALA KELUARGA
Pada bagian ini, diisi dengan tingkat pendidikan terakhir dari kepala
keluarga yaitu level pendidikan yang dapat diselesaikan oleh kepala
keluarga (sampai mendapatkan ijazah).
D. PEKERJAAN KEPALA KELUARGA
Pekerjaan diisi dengan pekerjaan pokok dari kepala keluarga, apabila
kepala keluarga memiliki beberapa pekerjaan maka yang ditulis adalah
pekerjaan utama.
E. ALAMAT DAN NOMOR TELEPON
Alamat harus dituliskan dengan lengkap, apabila kepala keluarga
bekerja di kota lain maka yang dituliskan adalah alamat keluarga atau
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 19
KEPERAWATAN KELUARGA

sebagian besar anggota keluarga tinggal di rumah tersebut.


F. KOMPOSISI KELUARGA
Diisi dengan membuat kolom nama dimulai dari usia yang paling tua,
jenis kelamin, hubungan dengan kepala keluarga, tempat dan tanggal
lahir, pekerjaan dan pendidikan. Komposisi keluarga nomor 1 diisi
anggota keluarga setelah kepala keluarga, jangan mencantumkan kepala
keluarga di nomor 1 karena data kepala keluarga sudah berada di atas.
Contoh, di kepala keluarga telah disebutkan kalau nama kepala keluarga
adalah Bp Fulan, maka di tabel komposisi keluarga, yang pertama adalah
Ibu Fulanah yaitu istri dari Bp. Fulan.
G. GENOGRAM
Genogram merupakan salah satu komponen pengkajian yang harus
dilakukan oleh perawat. Tujuan pengkajian dari genogram adalah agar
perawat mengetahui silsilah dari keluarga tersebut tidak hanya garis
keturunan tapi dengan genogram informasi penting terkait keluarga dapat
dikaji. Genogram memberikan informai terkait data seluruh anggota
keluarga minimal 3 keturunan, sehingga perawat dapat mengetahui
berapa jumlah anggota dalam keluarga tersebut. Selain jumlah, perawat
juga dapat mengetahui peristiwa penting dalam keluarga seperti kejadian
kematian, dirawat di RS, kondisi sakit, dan lain-lain.
Struktur keluarga digambarkan dengan menggunakan simbol-simbol
yang telah disepakati. Simbol ini tidak hanya menggambarkan jenis
kelamin, namun terdapat simbol-simbol yang menggambarkan kejadian
penting, hubungan, dan dinamika dalam keluarga. Alur genogram
mengikuti garis keturunan atau genetic. Informasi lain yang didapatkan
dari genogram adalah data status kesehatan setiap anggota keluarga,
pekerjaan saat ini, usia, dan tempat tinggal (data anggota keluarga yang
tinggal dalam satu rumah).
20 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

Cara pengkajian genogram yang efektif adalah dengan menyelesaikan


satu sisi silsilah. Misal saat perawat mewawancarai Ibu Fulanah maka
perawat bisa memulai dengan silsilah yang paling atas terlebih dahulu
yaitu orang tua dari Ibu Fulanah. Selanjutnya turun ke saudara-saudara
Ibu Fulanah dan yang terakhir adalah ke anak-anak Ibu Fulanah. Setelah
selesai satu silsilah maka perawat berpindah mendapatkan informasi ke
silsilah suami Bu Fulanah. Metode yang sama dilakukan yaitu memulai
silsilah dari orang tua Bu Fulanah dilanjutkan saudara-saudaranya Pak
Fulan dan terakhir ke anak-anaknya. Langkah terakhir adalah dengan
menanyakan siapa yang tinggal serumah dengan Bu Fulanah dan Pak
Fulan.
Garis vertikal dalam genogram menunjukkan garis keturunan sedang-
kan garis horizontal menunjukkan hubungan pernikahan. Pengkajian ang-
gota keluarga selalu dimulai dari paling kiri yaitu anak tertua sampai
dengan anak termuda di yang paling kanan. Setiap anggota keluarga
diberikan penjelasan lengkap mulai dari nama (inisial), usia, pekerjaan,
kondisi kesehatan, riwayat penyakit dan tingkat pendidikan. Anggota
keluarga yang sudah meninggal, harus dituliskan kapan meninggalnya
dan sebab dari kematiannya. Apabila terdapat penyakit keturunan seperti
hemofili maka perawat harus mengkaji lebih detail semua anggota
keluarga. Hubungan pernikahan juga harus jelas digambarkan. Misal,
ada perceraian, maka diberikan simbol perceraian dan tuliskan tahun
perceraiannya.
Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam membuat genogram
adalah 1) perawat harus menentukan prioritas dalam membuat genogram
dengan memperhatikan kondisi keluarga, 2) genogram digambarkan
dalam minimal 3 generasi, 3) perawat harus melibatkan keluarga dalam
menyusun genogram, 4) perawat menggunakan genogram sebagai alat
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 21
KEPERAWATAN KELUARGA

pemecah suasana, berikan percakapan yang bermakna, 5) topik yang


menyakitkan harus dihindari, 6) setiap anggota keluarga membutuhkan
perhatian khusus, 7) perawat harus memperhatikan setiap pesan baik
verbal maupun nonverbal setiap anggota keluarga. Simbol-simbol yang
dipergunakan dalam genogram:

GAMBAR 2. SIMBOL-SIMBOL DALAM GENOGRAM (FRIEDMAN, 2003)


22 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

GAMBAR 3. CONTOH GENOGRAM (KAAKINEN ET AL.,2015)

H. ECOMAP
Ecomap adalah diagram yang sering digunakan oleh perawat untuk
memperlihatkan hubungan sosial maupun personal seseorang dengan
lingkungannya. Ecomap merupakan instrumen visual yang digunakan oleh
perawat keluarga dalam mengkaji keterlibatan keluarga dengan lingku-
ngan yang memengaruhi keluraga tersebut. Ecomap juga didefinisikan
sebagai representasi grafis dari hubungan pribadi dan sosial antara indi-
vidu atau keluarga dan lingkungannya. Ecomap dapat membantu mengi-
dentifikasi penyebab stres atau penyebab kecemasan dan depresi.
Ecomap sangat berguna sebagai gambaran bagaimana klien
berhubungan atau berinteraksi dengan berbagai sistem di kehidupannya.
Ecomap tidak hanya melihat hubungan namun dapat melihat juga kualitas
dari hubungan tersebut. Interaksi klien dengan lingkungan sekitarnya
dapat positif maupun negatif, apakah merupakan hubungan yang aman
atau penuh dengan tekanan atau stres. Hubungan dalam ecomap juga
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 23
KEPERAWATAN KELUARGA

dapat digambarkan menjadi satu arah atau dua arah (timbal balik), kuat
atau lemah dan dekat atau jauh.

GAMBAR 4. CONTOH ECOMAP (KAAKINEN ET AL., 2015)

Cara-cara menyusun ecomap:


1. Langkah pertama adalah membuat lingkaran besar di tengah
2. Gambarlah lingkaran-lingkaran kecil di sekeliling lingkaran yang besar
yang merepresentasikan hubungan dari setiap orang maupun keluarga,
hubungan ini seperti keluarga besar, teman, tempat bekerja, sekolah,
tempat ibadah, dll
24 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

3. Gambarlah genogram keluarga inti di tengah-tengah lingkaran besar


4. Identifikasi hubungan dari setiap anggota keluarga dengan lingkungan
atau sistem dalam kehidupan individu maupun keluarga
5. Diskusikan dengan keluarga bagaimana kualitas hubungan dari
masing-masing bagian/sistem yang melingkari.

I. TIPE-TIPE KELUARGA
Beberapa tipe keluarga meliputi:
1) Keluarga tradisional atau keluarga inti
Tipe keluarga tradisional merupakan keluarga yang terbentuk karena
adanya pernikahan terdiri atas orang tua (ayah dan ibu) beserta anak
yang tinggal dalam satu rumah. Keluarga inti yang terdiri dari ayah,
ibu dan anak yang tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh saksi-
saksi legal dalam satu ikatan perkawinan, satu/keduanya dapat bekerja
di luar rumah.
2) Keluarga besar
Keluarga besar adalah keluarga inti yang ditambah dengan sanak
keluarga yang lain seperti nenek, kakek, sepupu, adik, kakak, dan lain-
lain.
3) Keluarga inti baru
Keluarga ini merupakan keluarga baru yang terbentuk dari pernikahan
kembali suami atau istri. Masing-masing pasangan dapat membawa
anak masing-masing dan mereka tinggal dalam satu rumah.
4) Keluarga Pasangan dewasa
Keluarga ini terdiri dari pasangan suami istri yang tinggal hanya
berdua dikarenakan anak-anaknya sudah meninggalkan rumah
dikarenakan menikah, sekolah, atau bekerja.
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 25
KEPERAWATAN KELUARGA

5) Dyadic nuclear
Keluarga ini terdiri dari pasangan suami istri yang sudah berumur
dan tidak mempunyai anak. Mereka hanya tinggal berdua dalam satu
rumah.
6) Orang tua tunggal
Keluarga ini hanya terdiri dari satu orang tua dikarenakan perceraian/
kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal dirumah/di
luar rumah.
7) Pasangan karir
Pasangan karir merupakan keluarga yang suami istri sama-sama
bekerja dan tidak mempunyai anak.
8) Pernikahan jarak jauh
Keluarga ini hidup terpisah dikarenakan suami atau istri harus bekerja
di luar kota dan bertemu pada waktu-waktu tertentu.
9) Dewasa tinggal sendiri
Seorang dewasa baik laki-laki maupun perempuan yang tinggal sendiri
dengan tidak ada keinginan untuk menikah atau membangun rumah
tangga.
10) Keluarga tiga generasi
Keluarga ini terdiri dari tiga generasi atau lebih yang tinggal dalam
satu rumah.
11) Keluarga institusional
Kumpulan anak-anak atau orang dewasa yang tinggal dalam satu
panti, misal panti asuhan.
12) Keluarga komunal
Pada satu rumah tinggal lebih dari satu pasangan yang hidup dengan
keluarganya masing-masing.
26 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

13) Group marriage


Satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya di dalam
satu kesatuan keluarga dan tiap individu telah berstatus menikah
dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anaknya.
14) Orang tua yang tidak menikah dengan status memiliki anak
Pasangan tidak menikah dan mengadopsi anak
15) Pasangan yang hidup bersama
Pasangan yang tinggal dalam satu rumah tanpa menikah

J. SUKU BANGSA
Pengkajian suku bangsa diisi dengan apa latar belakang budaya
keluarga dan dikaitkan dengan kesehatan. Beberapa hal yang harus dikaji
pada bagian ini adalah:
1) Latar belakang budaya keluarga
2) Bahasa sehari-hari keluarga
3) Daerah atau negara asal keluarga
4) Hubungan sosial keluarga apakah dengan etnis yang sama atau tidak
5) Aktivitas agama, sosial, budaya, rekreasi, dan pendidikan keluarga
6) Gaya hidup keluarga apakah terpengaruh dari latar belakang budaya
7) Pengaruh budaya dalam penataan rumah
8) Pengaruh budaya terhadap struktur kekuatan keluarga
9) Budaya yang paling berpengaruh dalam keluarga.
10) Pemanfaatan pelayanan kesehatan tradisional untuk kesehatan misal
kebiasaan minum jamu.

K. AGAMA
Pengkajian agama harus dilakukan secara holistik yaitu terdiri dari:
1) Agama yang dianut oleh keluarga
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 27
KEPERAWATAN KELUARGA

2) Apakah terdapat perbedaan keyakinan antaranggota keluarga


3) Ibadah setiap anggota keluarga sesuai dengan keyakinan masing-
masing
4) Pengaruh agama atau keyakinan terhadap kehidupan keluarga.

L. SOSIAL EKONOMI KELUARGA


Status sosial ekonomi keluarga merupakan ilustrasi pekerjaan,
pendidikan, dan pendapatan. Status sosial ekonomi keluarga juga memuat
informasi tentang pencari nafkah di dalam keluarga, siapa yang memberi
bantuan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, tentang keadaan
pendapatan dalam mendukung keluarga, serta bagaimana keluarga
mengatur pendapatan dan pengeluaran mereka.

M. KEGIATAN REKREASI KELUARGA


Kegiatan rekreasi keluarga perlu dikaji untuk mengetahui bagaimana
kedekatan setiap anggota keluarga. Kaji jenis, durasi dan frekuensi
aktivitas rekreasi keluarga. Hal penting yang harus dikaji juga adalah
informasi tentang perasaan anggota keluarga terhadap bagaimana
mereka memanfaatkan waktu luang mereka.

2. Pengkajian Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


Pengkajian riwayat dan tahap perkembangan keluarga harus dilakukan
untuk mengetahui apakah keluarga sudah mencapai tugas perkembangan
di setiap tahapannya. 8 tahapan keluarga menurut Duval adalah:
A. KELUARGA PEMULA (TAHAP 1)
Tahapan perkembangan keluarga tahap pertama adalah sejak
pasangan menikah. Pada tahap ini, tugas perkembangan keluarga adalah
membangun rumah tangga yang saling memuaskan satu sama lain,
28 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

menjalin hubungan dengan keluarga besar masing-masing pasangan dan


merencanakan untuk mendapatkan keturunan.

B. KELUARGA YANG SEDANG MENGASUH ANAK (TAHAP II)


Keluarga tahap dua adalah keluarga dengan anak tertua bayi sampai
umur 30 bulan. Pada tahap ini tugas perkembangan keluarga adalah
membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit, mempertahankan hubu-
ngan pernikahan, mempererat hubungan dengan keluarga besar dan
menyosialisasikan pasangan dengan lingkungan keluarga besar masing-
masing.

C. KELUARGA DENGAN TAHAP ANAK USIA PRA SEKOLAH (TAHAP III)


Keluarga tahap tiga adalah keluarga dengan anak tertua berumur 2-
6 tahun. Pada tahap ini tugas perkembangan keluarga adalah memenuhi
kebutuhan setiap anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan anak
yang baru dengan tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya, menyo-
sialisasikan anak dengan lingkungan seperti lingkungan sekolah, memper-
tahankan hubungan yang sehat dalam keluarga dan di luar keluarga,
menanamkan nilai dan norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur
keluarga, menanamkan keyakinan beragama.

D. KELUARGA DENGAN TAHAP ANAK USIA SEKOLAH (TAHAP IV)


Keluarga pada tahap empat adalah keluarga dengan anak usia tertua
6-13 tahun. Pada tahap ini tugas perkembangan keluarga adalah memper-
hatikan kebutuhan sosialisasi anak baik di lingkungan sekolah maupun
lingkungan rumah, meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan
hubungan dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan pernika-
han, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik setiap anggota keluarga,
membiasakan kedispilinan pada anak.
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 29
KEPERAWATAN KELUARGA

E. KELUARGA DENGAN ANAK REMAJA (TAHAP V)


Keluarga pada tahap lima adalah keluarga dengan anak tertua beru-
mur 13-20 tahun. Keluarga memiliki tugas untuk menjaga keseimbangan
kebebasan dan tanggung jawab pada anak remaja agar bisa menjadi
dewasa dan mandiri. Tugas perkembangan yang lain adalah
mengarahkan kembali hubungan pernikahan, melakukan komunikasi
secara terbuka atau dua arah antara orang tua dan anak-anak.

F. KELUARGA YANG MELEPAS ANAK USIA DEWASA MUDA (TAHAP VI)


Keluarga pada tahap enam adalah keluarga dengan semua anaknya
telah meninggalkan rumah. Pada tahap ini keluarga telah melepas semua
anak mereka, sehingga tugas perkembangan yang harus dilakukan adalah
mempersiapkan adanya penambahan anggota keluarga baru karena
anak-anak menikah, memperkuat hubungan pernikahan, dan merawat
orangtua yang telah memasuki lanjut usia.

G. KELUARGA DENGAN ORANG TUA USIA PERTENGAHAN (TAHAP VII)


Tahap keluarga tujuh dimulai ketika orang tua memasuki usia 45-55
tahun dan berakhir pada saat pasangan pensiun. Tahapan ini juga dimulai
ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir atau kematian
salah satu pasangan. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
menyediakan lingkungan yang sehat untuk orang tua, mempertahankan
hubungan yang memuaskan antara lansia dan anak-anak, dan menda-
patkan hubungan pernikahan yang kokoh.

H. KELUARGA DALAM TAHAP LANJUT USIA (TAHAP VIII)


Keluarga pada tahap ini dimulai dengan salah satu atau kedua
pasangan memasuki masa lanjut usia atau masa pensiun hingga salah
30 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lain meninggal.


Pada tahap ini tugas perkembangan keluarga adalah mempertahankan
kehidupan yang memuaskan, penyesuaian terhadap pendapatan yang
menurun, mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri
terhadap kehilangan pasangan dan mempertahankan ikatan keluarga
antargenerasi.

Pada saat mengkaji riwayat dan tahapan perkembangan keluarga,


terdapat tahapan keluarga yang disesuaikan dengan 8 tahapan keluarga
menurut Duvall, apabila di keluarga tersebut telah mempunyai anak,
maka tanyakan usia anak pertama.

a. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


Tanyakan tentang tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi oleh
keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum
terpenuhi.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


A. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA INTI
Pada saat mengkaji riwayat kesehatan keluarga inti, perawat menanya-
kan riwayat keluarga mulai dari lahir hingga saat ini, yang meliputi riwayat
penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga,
perhatian terhadap pencegahan penyakit (imunisasi), sumber pelayanan
kesehatan yang bisa digunakan serta riwayat perkembangan dan kejadian-
kejadian atau pengalaman penting yang berhubungan dengan kesehatan
(perceraian, kematian, kehilangan).

B. RIWAYAT KELUARGA SEBELUMNYA


Tanyakan mengenai riwayat asal kedua orang tua (riwayat kesehatan,
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 31
KEPERAWATAN KELUARGA

seperti bagaimana keluarga asalnya, hubungan masa silam dengan kedua


orang tua)
4. Pengkajian Lingkungan
Pengkajian lingkungan meliputi seluruh alam kehidupan keluarga
mulai dari pertimbangan bidang-bidang yang paling kecil seperti aspek
dalam rumah sampai komunitas yang lebih luas di mana keluarga tersebut
berada. Pengkajian lingkungan meliputi:
A. KARAKTERISTIK RUMAH
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan:
1) Tipe tempat tinggal: rumah sendiri, apartemen, sewa kamar
2) Gambaran kondisi rumah (baik interior maupun eksterior rumah).
Interior rumah meliputi:
- Jumlah ruangan
- Tipe kamar/pemanfaatan ruangan (ruang tamu, kamar tidur,
ruang keluarga)
- Jumlah jendela, keadaan ventilasi dan penerangan (sinar mata-
hari)
- Jenis perabot rumah tangga dan penataannya
- Jenis lantai
- Kontruksi bangunan
- Keamanan lingkungan rumah
- Kebersihan dan sanitasi rumah
- Jenis septic tank
- Jarak sumber air minum dengan septic tank
- Sumber air minum yang digunakan
- Keadaan dapur (kebersihan, sanitasi, keamanan).
- Perlu dikaji pula perasaan subjektif keluarga terhadap rumah,
identifikasi teritorial keluarga, pengaturan privasi dan kepuasan
32 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

keluarga terhadap pengaturan rumah.


- Lingkungan luar rumah meliputi keamanan (bahaya-bahaya
yang mengancam) dan pembuangan sampah.
B. KARAKTERISTIK LINGKUNGAN DAN KOMUNITAS TEMPAT TINGGAL YANG
LEBIH LUAS.
Menjelaskan tentang:
1) Karakteristik fisik dari lingkungan, yang meliputi: tipe lingkungan/
komunitas (desa, subkota, kota), tipe tempat tinggal (hunian, indus-
tri, hunian dan industri, agraris), kebiasaan, aturan/kesepakatan,
budaya yang memengaruhi kesehatan, lingkungan umum (fisik,
sosial, ekonomi).
2) Karakteristik demografis dari lingkungan dan komunitas, meliputi
kelas sosial rata-rata komunitas, perubahan demografis yang sedang
berlangsung.
3) Pelayanan kesehatan yang ada di sekitar lingkungan serta fasilitas-
fasilitas umum lainnya seperti pasar, apotek dan lain-lain
4) Bagimana fasilitas-fasilitas mudah diakses atau dijangkau oleh
keluarga
5) Tersedianya transportasi umum yang dapat digunakan oleh
keluarga dalam mengakses fasilitas yang ada.
6) Insiden kejahatan di sekitar lingkungan.

C. MOBILITAS GEOGRAFIS KELUARGA


Mobilitas keluarga ditentukan oleh:
1) Kebiasaan keluarga berpindah tempat
2) Berapa lama keluarga tinggal di daerah tersebut
3) Riwayat mobilitas geografis keluarga tersebut: transportasi yang
digunakan keluarga
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 33
KEPERAWATAN KELUARGA

4) Kebiasaan anggota keluarga pergi dari rumah: bekerja, sekolah

D. PERKUMPULAN KELUARGA DAN INTERAKSI DENGAN MASYARAKAT


Menjelaskan tentang:
1) Waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada
2) Sejauh mana keluarga melakukan interaksi dengan masyarakat.
3) Bagaimana keluarga memandang kelompok masyarakatnya.

E. SISTEM PENDUKUNG KELUARGA


Yang perlu dikaji:
1) Siapa yang menolong keluarga pada saat keluarga membutuhkan
bantuan, dukungan konseling aktivitas-aktivitas keluarga.
2) Sistem pendukung keluarga Informal: jumlah anggota keluarga
yang sehat, hubungan keluarga dan komunitas, bagaimana keluarga
memecahkan masalah, fasilitas yang dimiliki keluarga untuk
menunjang kesehatan )
3) Sistem pendukung keluarga formal yaitu hubungan keluarga
dengan pihak yang membantu yang berasal dari lembaga
perawatan kesehatan atau lembaga lain yang terkait (ada tidaknya
fasilitas pendukung pada masyarakat terutama yang berhubungan
dengan kesehatan)

5. Pengkajian Struktur Keluarga


A. POLA KOMUNIKASI KELUARGA
Bagian yang dikaji:
1) Cara berkomunikasi antaranggota keluarga
2) Sistem komunikasi yang digunakan
34 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

3) Efektif tidaknya (keberhasilan) komunikasi dalam keluarga


B. STRUKTUR KEKUATAN KELUARGA
Bagian yang dikaji:
a) Kemampuan keluarga mengendalikan dan memengaruhi orang
lain/anggota keluarga untuk mengubah perilaku
b) Sistem kekuatan yang digunakan dalam mengambil keputusan,
yang berperan mengambil keputusan
c) Bagaimana pentingnya keluarga terhadap putusan tersebut

C. STRUKTUR PERAN (FORMAL DAN INFORMAL)


Bagian yang dikaji pada struktur peran formal adalah:
1) Posisi dan peran formal yang telah terpenuhi dan gambaran
keluarga dalam melaksanakan peran tersebut
2) Bagaimana peran tersebut dapat diterima dan konsisten dengan
harapan keluarga, apakah terjadi konflik peran dalam keluarga
3) Bagaimana keluarga melakukan setiap peran secara kompeten
4) Bagaimana fleksibilitas peran saat dibutuhkan

Bagian yang dikaji pada struktur peran informal adalah:


1) Peran-peran informal dan peran-peran yang tidak jelas yang ada
dalam keluarga, serta siapa yang memainkan peran tersebut dan
berapa kali peran tersebut sering dilakukan secara konsisten
2) Identifikasi tujuan dari melakukan peran informal, ada tidaknya
peran disfungsional serta bagaimana dampaknya terhadap anggota
keluarga
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 35
KEPERAWATAN KELUARGA

Selain peran formal dan informal, terdapat pengkajian terhadap


analisis model peran yaitu:
1) Siapa yang menjadi model yang dapat memengaruhi anggota keluarga
dalam kehidupan awalnya, memberikan perasaan dan nilai-nilai
tentang perkembangan, peran-peran, dan teknik komunikasi
2) Siapa yang secara spesifik bertindak sebagai model peran bagi
pasangan dan sebagai orang tua

Data yang juga menunjang terkait pengkajian struktur peran adalah


variabel-variabel yang memengaruhi struktur peran, yaitu:
1) Pengaruh-pengaruh kelas sosial: bagaimana latar belakang kelas sosial
memengaruhi struktur peran formal dan informal dalam keluarga
2) Pengaruh budaya terhadap struktur peran
3) Pengaruh tahap perkembangan keluarga terhadap struktur peran
4) Bagaimana masalah kesehatan memengaruhi struktur peran

6. Nilai dan Norma Keluarga


Hal-hal yang perlu dikaji pada struktur nilai keluarga menurut Fried-
man (2003) adalah:
a. Pemakaian nilai-nilai yang dominan dalam keluarga,
b. Kesesuaian nilai keluarga dengan masyarakat sekitarnya,
c. Kesesuaian antara nilai keluarga dan nilai subsistem keluarga,
d. Identifikasi sejauh mana keluarga menganggap penting nilai-nilai
keluarga serta kesadaran dalam menganut sistem nilai,
e. Identifikasi konflik nilai yang menonjol dalam keluarga,
f. Pengaruh kelas sosial, latar belakang budaya, dan tahap perkembangan
keluarga terhadap nilai keluarga, dan
g. Bagaimana nilai keluarga memengaruhi status kesehatan keluarga.
36 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

7. Fungsi Keluarga
Fungsi dalam keluarga merupakan apa yang dikerjakan dalam
keluarga (Friedman, 2003). Fungsi keluarga meliputi proses yang
digunakan dalam keluarga untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Fungsi keluarga merujuk pada kemampuan keluarga dalam memenuhi
tugas perkembangan keluarga dan kebutuhan dari anggota keluarga
(Allender, Rector & Warner, 2014). Fungsi keluarga menurut Friedman
(2003) dan Kaakinen (2015) adalah:
A. FUNGSI AFEKTIF
Keluarga berfungsi dalam memberikan kenyamanan emosional
anggota keluarga, membantu anggota keluarga dalam membentuk
identitas dan mempertahankan saat terjadi stres. Keluarga menyediakan
kasih sayang dan struktur yang memberikan rasa saling memiliki,
hubungan yang intim dan caring, saling ketergantungan satu sama lain
dalam anggota keluarga. Fungsi afektif sangat terkait dengan fungsi in-
ternal keluarga yaitu terkait dengan support psikososial kepada masing-
masing anggota keluarganya. Pertanyaan yang diajukan adalah:
1) Apakah anggota keluarga saling memahami atau peka dengan
kebutuhan-kebutuhan dan perasaan masing-masing anggota dalam
keluarga?
2) Bagaimana cara keluarga mengetahui kebutuhan-kebutuhan masing-
masing dalam dalam keluarga?
3) Apakah keluarga saling memahami dan menghormati perbedaan
kebutuhan-kebutuhan, keinginan-keinginan dari masing-masing
anggota keluarga?
4) Apakah dalam keluarga terdapat anggota keluarga yang paling
dipercaya untuk membantu meringankan masalah yang ada dalam
keluarga?
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 37
KEPERAWATAN KELUARGA

5) Bagaimana hubungan kedekatan antar masing-masing anggota


keluarga?
6) Bagaimana cara anggota keluarga menunjukkan perhatian dan kasih
sayang satu sama lain?
7) Bagaimana cara anggota keluarga memberikan dukungan satu sama
lain?
8) Bagaimana cara keluarga memberikan bantuan dan dukungan apabila
terdapat masalah dalam keluarga?

B. FUNGSI SOSIALISASI
Fungsi sosialisasi keluarga yang penting adalah menyosialisasikan anak
ke masyarakat. Keluarga bertanggung jawab dalam menyosialisasikan
anak dalam masyarakat untuk menjadi anggota masyarakat yang baik,
keluarga tempat sosialisasi budaya termasuk agama dan kepercayaan.
Keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, aturan, sikap,
dan memberikan feedback. Pertanyaan yang diajukan adalah:
1) Bagaimana cara keluarga membesarkan anak misalnya mengontrol
perilaku, menerapkan kedisiplinan pada anak?
2) Bagaiman cara menyosialisasikan kepada anak terkait nilai-nilai dan
norma yang dianut dalam keluarga?
3) Apakah keluarga menerapkan sistem penghargaan dan hukuman
terhadap anak?
4) Bagaimana keluarga melatih perilaku anak yang sesuai usianya terkait
perkembangan sosial, fisik, emosional, bahasa, dan intelektual
5) Siapa yang bertanggung jawab dalam membesarkan anak?
6) Apakah peran membesarkan anak dilaksanakan bersama-sama? Jika
iya, bagaimana cara mengatur peran tersebut?
7) Bagaimana pola pengasuhan anak dalam keluarga?
38 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

8) Adakah keyakinan-keyakinan budaya yang memengaruhi pola-pola


pengasuhan anak?
9) Bagaimana cara keluarga menyosialisasikan anak ke masyarakat?
10) Bagaimana faktor-faktor sosial memengaruhi pengasuhan anak?
11) Apakah lingkungan rumah sesuai untuk tahap perkembangan anak?
12) Apakah keluarga berisiko mengalami masalah pengasuhan anak? Jika
iya, faktor-faktor apa yang menempatkan keluarga dalam risiko tinggi?

C. FUNGSI PERAWATAN KESEHATAN


Keluarga berfungsi sebagai pemberi perawatan kesehatan informal
utama bagi anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan dan
sebagai pemberi dukungan utama. Keluarga memberikan keamanan,
kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,
perkembangan dan termasuk untuk penyembuhan dari sakit. Keluarga
memberikan pembelajaran tentang konsep sehat, promosi kesehatan,
pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit dan perawatan penyakit.
Pertanyaan yang diajukan adalah:
a) Nilai yang dianut keluarga.
- Apakah terdapat nilai-nilai yang dianut keluarga terkait kesehatan?
- Bagaimanakah nilai-nilai tersebut memengaruhi praktik kesehatan
keluarga?
b) Definisi keluarga tentang sehat-sakit.
- Bagaimana keluarga mendefinisikan sehat?
- Bagaimana keluarga mendefinisikan sakit?, dn
- Dapatkah keluarga mengetahui gejala-gejala dan perubahan-
perubahan yang penting terkait masalah kesehatan?
- Apa saja sumber informasi kesehatan bagi keluarga?
c) Status kesehatan keluarga dan kerentanan terhadap sakit
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 39
KEPERAWATAN KELUARGA

- Bagaimana status kesehatan dan masalah kesehatan apa yang


dialami oleh keluarga saat ini?
- Bagaimana persepsi keluarga tentang risiko masalah kesehatan yang
akan dihadapi oleh keluarga?
d) Diet keluarga
- Apakah keluarga mengetahui sumber-sumber makanan yang
memengaruhi kesehatan?
- Apakah diet keluarga memadai dan sesuai dengan pedoman
kesehatan?
- Siapa yang bertanggungjawab terhadap perencanaan belanja,
penyimpanan dan pengolahan makanan?
- Bagaimana pola makan dan kebiasaan makan keluarga?
- Bagaimana sistem pengaturan makanan yang dikonsumsi dalam
sehari, apakah ada batas anggaran tertentu untuk makanan yang
disediakan keluarga?
e) Kebiasaan istirahat-tidur
- Bagaimana kebiasaan tidur anggota keluarga?
- Apakah jumlah jam istirahat tidur anggota keluarga sesuai dengan
tingkat perkembangan?
- Apakah ada jam tidur tertentu yang harus diikuti oleh anggota
keluarga?
- Bagaimana kondisi tempat tidur keluarga, apakah cukup kondusif
untuk tidur?
f) Latihan dan rekreasi
- Apakah keluarga menyadari pentingnya rekreasi bagi kesehatan?
- Apakah jenis rekreasi yang dilakukan keluarga secara teratur?
- Apakah keluarga mempunyai kesempatan untuk melakukan
aktivitas fisik, latihan fisik atau berolahraga?
40 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

g) Kebiasaan penggunaa obat-obatan oleh keluarga


- Apakah terdapat anggota keluarga yang mengonsumsi alkohol atau
obat-obatan terlarang? Kalo iya, sudah berapa lama?
- Apakah terdapat anggota keluarga yang merokok? Kalo iya, sudah
berapa lama?
- Apakah terdapat anggota keluarga yang mengonsumsi obat-obatan
tertentu? Kalo iya, sudah berapa lama?
- Apakah keluarga sering menggunakan obat-obatan tanpa resep?
- Bagaimana cara penyimpanan obat-obatan di keluarga apakah
cukup aman dari jangkauan anak-anak?
h) Peran keluarga dalam praktik perawatan diri dan lingkungan
- Apa yang dilakukan keluarga untuk memperbaiki dan menjaga sta-
tus kesehatan?
- Siapa yang mengambil keputusan dalam kesehatan?
- Apa yang dilakukan keluarga untuk menyelesaikan masalah
kesehatan yang ada?
- Apakah ada keyakinan, sikap serta nilai-nilai dalam hubungannya
dengan perawatan di rumah?
- Bagaimana keluarga menjaga kondisi lingkungan agar sehat?
- Apa saja praktik kebersihan dan hygiene (kesehatan) dalam keluarga?
i) Tindakan preventif
- Apa upaya keluarga untuk mencegah terjadinya suatu penyakit?
- Kapan terakhir kali anggota keluarga melakukan pemeriksaan
kesehatan?
j) Kesehatan gigi
- Bagaimana kebiasaan perawatan gigi keluarga (gosok gigi, periksa
kesehatan gigi, penggunaan sikat dan pasta gigi, dll)?
- Apakah keluarga menganjurkan kebiasaan untuk menggosok gigi
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 41
KEPERAWATAN KELUARGA

secara teratur?
- Kapan saja waktu yang tepat untuk menggosok gigi bagi keluarga?
- Apakah keluarga mempunyai frekuensi yang cukup sering dalam
mengonsumsi makanan yang mengandung gula atau makanan lain
yang berisiko merusak gigi?
- Apakah keluarga telah menerima perawatan gigi yang memadai
untuk mencegah terjadinya kerusakan pada gigi?
k) Pelayanan kesehatan yang diterima
- Apakah jenis perawatan atau pelayanan kesehatan yang diperoleh
keluarga?
- Siapakah tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
terhadap keluarga?
- Seberapa sering keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan?
- Jika terdapat kejadian darurat, apakah keluarga mengetahui di
mana penyedia pelayanan kesehatan darurat?
- Apabila tidak ada pelayanan darurat, di mana keluarga meminta
pertolongan?
- Apakah keluarga mengetahui cara memanggil ambulan, perawatan
medis, ketika dalam kondisi darurat?
l) Persepsi tentang pelayanan kesehatan
- Bagaimana persepsi keluarga terhadap pelayanan kesehatan di
komunitas?
- Bagaimana pengalaman keluarga dalam menerima perawatan
kesehatan yang terdahulu, apakah keluarga merasa puas, percaya
dan nyaman dengan perawatan yang diberikan oleh tenaga
kesehatan?
- Adakah pengalaman yang kurang menyenangkan yang dialami oleh
keluarga terhadap pelayanan kesehatan yang ada?
42 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

m) Sumber pembiayaan
- Bagaimana keluarga membayar pelayanan yang diterima?
- Siapakah yang bertanggung jawab atas biaya yang dikeluarkan
untuk perawatan kesehatan anggota keluarga?
- Apakah keluarga memiliki jaminan kesehatan?
- Apakah keluarga memiliki kesulitan dalam membayar pelayanan
kesehatan yang diterima?
- Apakah jaminan kesehatan yang dimiliki keluarga dapat digunakan
untuk semua jenis pelayanan kesehatan yang diterima keluarga?
- Apakah terdapat kesulitan yang dialami keluarga dalam
menggunakan jaminan kesehatan?
n) Logistik untuk mendapatkan perawatan
- Berapa jarak fasilitas perawatan dari keluarga?
- Apakah keluarga mengalami kesulitan dalam mengakses pelayanan
kesehatan?
- Alat transportasi apa yang digunakan untuk mencapai pelayanan
kesehatan?
- Adakah masalah yang ditemukan keluarga menggunakan fasilitas
transportasi umum?

D. FUNGSI REPRODUKSI
Keluarga berfungsi dalam meneruskan keturunan. Keluarga berfungsi
dalam melahirkan anak, menumbuhkembangkan anak. Pertanyaan yang
diajukan adalah:
- Sudah berama lama menikah?
- Bagaimana riwayat pernikahan dalam keluarga dari awal pernikahan
sampai saat ini?
- Adakah riwayat perceraian dalam keluarga?
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 43
KEPERAWATAN KELUARGA

- Berapa jumlah anak dalam keluarga?


- Bagaimana riwayat hamil dan melahirkan anak dalam keluarga?
- Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga?
- Metode apa yang digunakan keluarga dalam mengendalikan jumlah
anggota keluarga?
- Adakah masalah terkait seksualitas, kehamilan dan persalinan dalam
keluarga?
- Adakah hambatan dalam melaksanakan fungsi reproduksi?

E. FUNGSI EKONOMI
Keluarga memberikan pemenuhan kebutuhan finansial untuk anggota
keluarganya dan kepentingan di masyarakat. Keluarga berfungsi dalam
manajemen keuangan, pengelolaan rumah tangga, pemilihan jaminan
kesehatan dan pensiun, serta pengelolaan tabungan. Pertanyaan yang
diajukan adalah:
- Berapa pendapatan dan pengeluaran keluarga perbulan?
- Bagaimana keluarga memenuhi kebutuhan fisik (sandang, pangan,
papan) bagi anggota keluarga?
- Bagaimana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat
dalam upaya meningkatkan status kesehatan keluarga?
- Siapa yang mengelola manajemen keuangan dalam rumah tangga?
- Siapa yang menentukan pemilihan jaminan kesehatan dan pensiun?
- Adakah dana alokasi khusus untuk kesehatan setiap bulannya?
- Apakah keluarga memiliki tabungan? Bagaimana pengelolaannya?

8. Tugas Kesehatan Keluarga


A. MENGENAL MASALAH KESEHATAN
Keluarga perlu mengenal keadaan sehat serta perubahan kesehatan
44 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

yang dialami anggota keluarganya. Keluarga perlu mengetahui penyakit


yang dialami anggota keluarga, penyebabnya, serta penatalaksanaannya.
Pertanyaan yang diajukan adalah:
- Apakah keluarga mengetahui keadaan kesehatan anggota keluarga?
- Apakah keluarga mengetahui apabila ada perubahan kesehatan yang
dialami anggota keluarganya
- Apakah keluarga perlu mengetahui penyakit yang dialami anggota
keluarga, penyebabnya, serta penatalaksanaannya?
- Berasal dari mana sumber informasi kesehatan yang diperoleh
keluarga?
- Apakah keluarga memberikan saran atau masukan, nasihat atau
arahan, dan memberikan informasi-informasi penting yang sangat
dibutuhkan anggota keluarga dalam upaya meningkatkan status
kesehatannya?

B. MENGAMBIL KEPUTUSAN
Peran keluarga di sini adalah upaya keluarga untuk mencari
pertolongan yang tepat dan sesuai dengan keadaan keluarga dengan
pertimbangan siapa di antara keluarga yang mempunyai keputusan untuk
memutuskan tindakan yang tepat (Friedman, 2003). Pertanyaan yang
diajukan adalah:
- Siapa yang membuat keputusan terkait tindakan yang akan dilakukan
berkaitan dengan masalah kesehatan dalam anggota keluarga?
- Apakah anggota keluarga memiliki peran dalam pengambilan
keputusan terkait tindakan yang akan dilakukan berkaitan dengan
masalah kesehatan dalam anggota keluarga?
- Siapa yang memutuskan untuk memilih tempat perawatan kesehatan
bagi anggota keluarga?
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 45
KEPERAWATAN KELUARGA

- Bagaimana proses pengambilan keputusan dalam memilih tindakan


yang akan dilakukan berkaitan dengan masalah kesehatan dalam
anggota keluarga?
- Adakah hambatan yang dialami keluarga dalam memutuskan
perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit?

C. MEMBERIKAN PERAWATAN TERHADAP ANGGOTA KELUARGA YANG SAKIT


Keluarga berperan dalam memberikan perawatan terhadap anggota
keluarga yang sakit. Pertanyaan yang diajukan adalah:
- Siapa yang berperan dalam memberikan perawatan terhadap anggota
keluarga yang sakit?
- Jika ada anggota keluarga yang sakit, tindakan apa yang akan dilakukan
keluarga untuk mengatasi masalah tersebut?
- Apakah keluarga menyediakan sumber-sumber yang ada dalam
keluarga. Misalnya: keuangan, anggota keluarga yang bertanggung
jawab, fasilitas fisik  (ruangan) untuk perawatan anggota keluarga yang
sakit?
- Adakah hambatan yang dialami keluarga dalam memberikan
perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit?

D. MEMODIFIKASI LINGKUNGAN KELUARGA UNTUK MENJAMIN KESEHATAN


KELUARGA
Keluarga berperan dalam menciptakan kondisi lingkungan yang
bersih, ventilasi, dan pencahayaan yang cukup untuk mencegah
berkembangnya penyakit. Pertanyaan yang diajukan adalah:
- Bagaimana persepsi keluarga tentang keuntungan dan manfaat
pemeliharaan lingkungan rumah?
- Bagaimana keluarga berperan dalam menciptakan kondisi lingkungan
46 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

yang bersih, ventilasi, dan pencahayaan yang cukup untuk mencegah


berkembangnya penyakit?
- Apakah keluarga memiliki sumber-sumber yang cukup, diantaranya
keuangan, tanggung jawab/wewenang untuk menciptakan lingkungan
yang mendukung kesehatan anggota keluarga?
- Adakah hambatan yang dialami keluarga dalam memodifikasi dan
menciptakan lingkungan yang menjamin kesehatan keluarga?

E. MEMANFAATKAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DI SEKITARNYA


Keluarga bertugas dalam mendorong dan memotivasi pasien untuk
memanfaatkan fasilitas kesehatan dalam mendukung kesembuhan pasien,
Pertanyaan yang diajukan adalah:
- Apakah keluarga mengetahui fasilitas kesehatan yang dapat diakses
untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga?
- Apakah keluarga memahami alur penggunaan fasilitas kesehatan yang
ada?
- Apakah keluarga memahami keuntungan dan manfaat yang diperoleh
dari pemanfaatan fasilitas kesehatan?
- Fasilitas kesehatan apa yang dimanfaatkan keluarga untuk mendukung
kesehatan anggota keluarga?
- Siapa yang bertugas dalam mendorong dan memotivasi pasien untuk
memanfaatkan fasilitas kesehatan dalam mendukung kesembuhan
pasien?
- Apakah sumber daya keluarga (tenaga, uang, waktu, sarana) memadai
untuk mengakses pelayanan kesehatan?
- Adakah hambatan yang dialami keluarga dalam mengakses pelayanan
kesehatan?
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 47
KEPERAWATAN KELUARGA

9. Stres dalam Koping Keluarga


Stres adalah ketegangan atau tekanan yang ada dalam diri seseorang
atau sistem sosial dan merupakan suatu reaksi terhadap situasi yang
menghasilkan tekanan.
Stresor merujuk pada agen-agen pencetus atau penyebab yang meng-
aktifkan proses stres. Agen-agen pencetus yang mengaktifkan stres dalam
keluarga adalah kejadian-kejadian dalam hidup yang cukup serius yang
menimbulkan perubahan-perubahan dalam sistem keluarga.
Stresor keluarga dapat berupa kejadian atau pengalaman antar pribadi
(dari dalam muapun dari luar keluarga), lingkungan, ekonomi, faktor
sosial budaya. Persepsi keluarga terhadap stresor merupakan faktor penting
bagi keluarga berkaitan dengan stres yang dialami keluarga.
Stresor Keluarga meliputi:
a. Stresor jangka pendek
Merupakan stresor yang dirasakan keluarga dan memerlukan penyele-
saian dalam waktu kurang lebih 6 bulan.
Pertanyaan yang diajukan:
- Apakah sumber penyebab stres yang dirasakan keluarga dalam jang-
ka waktu kurang dari 6 bulan terakhir?
- Apakah sumber penyebab stres yang dirasakan keluarga dalam
jangka waktu 6 bulan atau lebih?
- Adakah masalah yang berhubungan dengan sosioekonomi, lingku-
ngan, peran, komunikasi dan kesehatan yang menyebabkan stres
dalam keluarga? Jelaskan!
- Apakah keluarga dapat mengatasi stresor biasa dan ketegangan
sehari-hari?
b. Stresor jangka panjang
Stresor jangka panjang adalah stresor yang dialami keluarga yang memer-
lukan penyelesaian dalam waktu lebih dari atau sama dengan 6 bulan.
48 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

Koping keluarga adalah bagaimana keluarga mengatasi konflik dan


perubahan kehidupan, kualitas dan keberadaan dukungan (support sys-
tems) serta bagaimana persepsi serta respon keluarga terhadap strssor.
Koping keluarga didefinisikan sebagai respon keluarga terhadap
masalah, afektif, persepsi dan respon perilaku yg digunakan keluarga dan
subsistemnya untuk memecahkan masalah atau mengurangi stres yang
diakibatkan oleh masalah. Strategi koping keluarga berkembang dan
berubah dari waktu ke waktu, sebagai respon terhadap tuntutan-tuntutan
atau stresor yang dialami.

Pertanyaan yang diajukan:


- Bagaimana keluarga bereaksi terhadap situasi stres yang dialami keluarga?
- Apakah kondisi stres yang dialami memengaruhi fungsi keluarga (jabarkan
dengan kalimat yang familiar)?
- Apakah kondisi stres yang dialami memengaruhi struktur dalam keluarga
(jabarkan dengan kalimat yang familiar)?

Tipe-tipe strategi koping:


a. Strategi koping keluarga internal
1) Mengandalkan kelompok keluarga
2) Penggunaan humor
3) Pengungkapan bersama yang semakin meningkat (memelihara
ikatan keluarga)
4) Mengontrol arti atau makna dari masalah: pembentukan kembali
kognitif dan penilain pasif
5) Pemecahan masalah keluarga secara bersama-sama
6) Fleksibilitas peran
7) Normalisasi
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 49
KEPERAWATAN KELUARGA

b. Strategi koping keluarga eksternal


1) Mencari informasi
2) Memelihara hubungan aktif dengan komunitas
3) Mencari dukungan sosial (Penggunaan jaringan dukungan sosial
informal, penggunaan sistem-sistem sosial informal, penggunaan
kelompok-kelompok mandiri)
4) Mencari dukungan spiritual

Pertanyaan yang diajukan:


- Strategi koping apa yang digunakan oleh keluarga untuk menghadapi
tipe-tipe masalah?
- Apakah anggota keluarga memiliki perbedaan dalam memilih strategi
penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi keluarga? Jika demikian,
bagaimana cara menghadapi perbedaan tersebut?
- Apa strategi-strategi koping internal yang digunakan keluarga?
- Apa strategi-strategi koping eksternal yang digunakan keluarga?
- Apakah keluarga memanfaatkan dukungan sosial keluarga?
Adaptasi, Adaptasi adalah suatu proses penyesuaian terhadap peruba-
han. Adaptasi bisa positif dan bisa negatif, yang menyebabkan meningkat
atau menurunnya keadaan sehat keluarga.
Bentuk-bentuk strategi adaptasi disfungsional:
1) Kekerasan keluarga
2) Perlakuan kejam terhadap anak
3) Mengkambinghitamkan
4) Menggunakan ancaman
5) Pengabaian anak
6) Mitos keluarga
7) Triangling
50 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

8) Otoritarianisme (tunduk kepada dominasi yang menonjol)


Pertanyaan yang diajukan:
- Strategi-strategi adaptif disfungsional apa yang keluarga telah dan sedang
digunakan untuk menghadapi stresor dalam keluarga?

10. Pemeriksaan Fisik Anggota Keluarga


Dilakukan terhadap semua anggota keluarga, metode yang digunakan
pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik
(head to toe). Adapun format isian untuk pemeriksaan fisik anggota keluarga
adalah sebagai berikut:

No Sistem Ayah Ibu Anak … …


1 TTV
2 Kulit/kepala
3 Mata
4 Telinga
5 Hidung
6 Mulut
7 Dada
8 Abdomen
9 Ekstremitas
10 Lainnya
11 Simpulan

11. Harapan Keluarga Terhadap Asuhan Keluarga


Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada serta harapannya terhadap keluarga
dan kesehatannya.
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 51
KEPERAWATAN KELUARGA

Format Pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Data umum
a. Nama Kepala Keluarga (inisial) :
b. Usia Kepala Keluarga :
c. Alamat :
d. Pendidikan Kepala Keluarga :
e. Pekerjaan :
f. Komposisi Keluarga :
Inisial Jenis Hubungan
No Usia Pendidikan Pekerjaan Ket
Nama Kelamin dengan KK

2. Riwayat dan Tahapan Perkembangan Keluarga


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
c. Riwayat keluarga inti
d. Riwayat keluarga sebelumnya
3. Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Denah rumah:
b. Karakteristik tetangga dan komunitas
c. Mobilitas geografis keluarga
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi komunitas
e. Sistem pendukung keluarga
f. Dukungan sosial keluarga
- Dukungan emosional
52 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

- Dukungan penghargaan
- Dukungan informasional
- Dukungan instrumental
4. Struktur Keluarga
a. Struktur peran (formal dan informal)
Peran formal:
Peran Informal:
b. Pola komunikasi
c. Struktur kekuatan keluarga
5. Nilai dan Norma Keluarga
6. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
b. Fungsi sosialisasi
c. Fungsi reproduksi
d. Fungsi ekonomi
e. Fungsi Perawatan kesehatan
- Nilai yang dianut keluarga.
- Definisi keluarga tentang sehat-sakit.
- Status kesehatan keluarga dan kerentanan terhadap sakit
- Diet keluarga
- Kebiasaan istirahat-tidur
- Latihan dan rekreasi
- Kebiasaan penggunaa obat-obatan oleh keluarga
- Peran keluarga dalam praktik perawatan diri dan lingkungan
- Tindakan preventif
- Kesehatan gigi
- Pelayanan kesehatan yang diterima
- Persepsi tentang pelayanan kesehatan
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 53
KEPERAWATAN KELUARGA

- Sumber pembiayaan
- Logistik untuk mendapatkan perawatan
7. Tugas Kesehatan Keluarga
a. Mengenal masalah
b. Mengambil keputusan
c. Merawat anggota keluarga yang sakit
d. Modifikasi lingkungan
e. Memanfaatkan fasilitas kesehatan
8. Stres dan Koping Keluarga
a. Stresor yang dimiliki
1) Stresor jangka pendek
2) Stresor jangka panjang
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stresor
c. Strategi koping yang digunakan
d. Adaptasi keluarga
e. Adaptasi yang disfungsional
9. Pemeriksaan Fisik

No Sistem Ayah Ibu Anak … …


1 TTV
2 Kulit/kepala
3 Mata
4 Telinga
5 Hidung
6 Mulut
7 Dada
8 Abdomen
9 Ekstremitas
10 Lainnya
11 Simpulan

10. Harapan Keluarga


54 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

B. ANALISIS DATA DAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN KELUARGA


Format Analisis Data
No Data Fokus Diagnosis keperawatan keluarga
1 DO:

DS:

2 DO:

DS:

Format Scoring &Prioritas Masalah Keperawatan


No Diagnosis Kriteria Bobot Total Pembenaran
Keperawatan
1 Sifat masalah: 1
Wellnes (3)
Health Deficit (3)
Health treath (2)
Forseeable crisis (1)
Kemungkinan diubah: 2
Mudah (2)
Sebagian (1)
Tidak dapat (0)
Kemungkinan dicegah: 1
Tinggi (3)
Cukup (2)
Rendah (1)
Menonjolnya masalah: 1
Membutuhkan perhatian segera (2)
Tidak membutuhkan perhatian
segera (1)
Tidak dirasakan sebagai masalah
atau kondisi yang membutuhkan
perubahan (0)
Total
2 Sifat masalah: 1
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 55
KEPERAWATAN KELUARGA

No Diagnosis Kriteria Bobot Total Pembenaran


Keperawatan
2 Sifat masalah: 1
Wellnes (3)
Health Deficit (3)
Health treath (2)
Forseeable crisis (1)
Kemungkinan diubah: 2
Mudah (2)
Sebagian (1)
Tidak dapat (0)
Kemungkinan dicegah: 1
Tinggi (3)
Cukup (2)
Rendah (1)
Menonjolnya masalah: 1
Membutuhkan perhatian segera (2)
Tidak membutuhkan perhatian
segera (1)
Tidak dirasakan sebagai masalah
atau kondisi yang membutuhkan
perubahan (0)
Total

Penilaian:
Skoring: Skor per item/Nilai tertinggi X Bobot
Hasil skoring tertinggi dijadikan prioritas pertama

Prioritas masalah:
1. ................................................................
2. ................................................................
3. ................................................................
56 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN KELUARGA


Format Perencanaan Asuhan Keperawatan Keluarga
No Data Diagnosis NOC NIC
1 DO: 1. Mengenal masalah 1. Mengenal masalah

DS: 2. Mengambil keputusan 2. Mengambil keputusan

3. Merawat anggota keluarga 3. Merawat anggota keluarga


yang sakit yang sakit

4. Modifikasi lingkungan 4. Modifikasi lingkungan

5. Memanfaatkan fasilitas 5. Memanfaatkan fasilitas


kesehatan kesehatan

D. EVALUASI KEPERAWATAN KELUARGA


No Diagnosis Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi Tanda Tangan
Keperawatan
S:

O:

A:

P:

S:

O:

A:

P:
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 57
KEPERAWATAN KELUARGA

E. LATIHAN SOAL KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


KELUARGA
Petunjuk:
Kerjakanlah latihan soal di bawah ini dengan memilih jawaban yang paling benar!
1. Ners sedang melakukan pengkajian pada sebuah keluarga yang terdiri
dari ayah, Ibu dan Anak. Dalam keluarga tersebut ayah berperan
sebagai pencari nafkah dan ibu berperan sebagai ibu rumah tangga.
Komunikasi diantara anggota keluarga saling terbuka dan dua arah.
Dalam mendidik anak, keluarga selalu menanamkan nilai-nilai keso-
panan dan saling menghormati. Apakah aspek yang sedang dikaji oleh
ners?
A. Struktur keluarga
B. Nilai dan Kepercayaan keluarga
C. Subsistem keluarga
D. Fungsi Keluarga
E. Peran Keluarga
2. Ners sedang melakukan pengkajian terhadap sebuah keluarga. Ners
kemudian menanyakan tentang bagaimana keluarga dalam mengam-
bil keputusan dan siapa yang mengambil keputusan dalam keluarga
apabila terdapat masalah. Apakah aspek yang sedang dikaji oleh pera-
wat?
A. Struktur kekuatan keluarga
B. Stres dan koping keluarga
C. Stresor keluarga
D. Kemampuan keluarga dalam merespon masalah
E. Fungsi afektif dan koping keluarga
3. Seorang ners sedang melakukan pengkajian tentang struktur keluarga.
Manakah pernyataan berikut yang mendukung dari pengkajian yang
sedang dilakukan oleh ners?
58 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

A. Struktur keluarga didefinisikan sebagai peran dan posisi dari


masing-masing anggota keluarga
B. Struktur keluarga bersifat konstan dan permanen
C. Struktur keluarga hanya dapat diperluas, tergantung dari kemam-
puan keluarga merespon stresor yang ada dalam keluarga
D. Struktur keluarga yang sangat fleksibel, sangat diperlukan untuk
meningkatkan fungsi keluarga
E. Struktur keluarga didasari oleh organisasi (keanggotaan dan pola
hubungan yang bersifat tetap)
4. Ners sedang melakukan kunjungan pada keluarga yang terdiri dari
suami dan istri yang belum dikaruniai anak. Apakah bentuk keluarga
tersebut?
A. Nuclear dyad
B. Nuclear
C. Blended
D. Commune
E. Extended
5. Ners sedang melakukan home visit pada keluarga yang terdiri dari laki-
laki dan perempuan yang tinggal bersama dalam satu rumah tangga
akan tetapi keduanya tidak menikah. Apakah bentuk keluarga tersebut?
A. Cohabitation
B. Nuclear dyad
C. Nuclear
D. Blended
E. Commune
6. Seorang ners akan melakukan pengkajian dalam hal fungsi keluarga.
Manakah pernyataan berikut ini yang mendukung pengkajian yang
sedang dilakukan ners?
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 59
KEPERAWATAN KELUARGA

A. Fungsi keluarga merujuk pada kemampuan keluarga dalam


memenuhi tugas perkembangan keluarga dan kebutuhan anggota
keluarga
B. Fungsi dalam keluarga merupakan apa yang dimiliki oleh keluarga
C. Fungsi keluarga meliputi proses yang digunakan dalam keluarga
untuk mengatasi stresor dalam keluarga
D. Fungsi keluarga merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan
sesuai dengan posisi sosial yang diberikan
E. Fungsi keluarga merujuk pada peran dan posisi dari masing-masing
anggota keluarga
7. Keluarga memberikan kenyamanan emosional anggotanya, mem-
bantu anggota dalam membentuk identitas dan mempertahankan saat
terjadi stres. Apakah fungsi keluarga yang sesuai dengan pernyataan
tersebut?
A. Fungsi afektif
B. Fungsi sosialisasi
C. Fungsi perawatan kesehatan
D. Fungsi motivasi
E. Fungsi aktualisasi
8. Keluarga berfungsi sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai,
sikap, memberikan feedback, dan menanamkan budaya. Dalam konteks
ini memuat tentang bagaimana keluarga membesarkan anak dan
penghargaan terhadap anak. Apakah fungsi keluarga yang sesuai
dengan pernyataan tersebut?
A. Fungsi sosialisasi
B. Fungsi afektif
C. Fungsi perawatan kesehatan
D. Fungsi motivasi
60 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

E. Fungsi aktualisasi
9. Seorang ners sedang melakukan pengkajian fungsi keluarga. Keluarga
mengatakan bahwa keluarga saling menunjukkan kasih sayang dan
rasa saling memiliki, saling menjaga hubungan intim, saling ketergan-
tungan satu sama lain dalam anggota keluarga. Apakah fungsi keluarga
yang sesuai dengan keluarga tersebut?
A. Fungsi afektif
B. Fungsi sosialisasi
C. Fungsi perawatan kesehatan
D. Fungsi motivasi
E. Fungsi reproduksi
10.Ners sedang melakukan pengkajian pada sebuah keluarga. Keluarga
mengatakan bahwa sering mengikuti kegiatan masyarakat di lingku-
ngan sekitar tempat tinggal. Dalam hal membesarkan anak, keluarga
selalu memberikan penghargaan walaupun hanya berupa kalimat pu-
jian atas hal positif yang dicapai anak-anaknya. Keluarga memberikan
teguran disertai saran apabila anak-anaknya melakukan kesalahan atau
hal yang negatif. Apakah fungsi keluarga yang dapat diidentifikasi pada
kasus tersebut?
A. Fungsi sosialisasi
B. Fungsi perawatan kesehatan
C. Fungsi motivasi
D. Fungsi afektif
E. Fungsi reproduksi
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 61
KEPERAWATAN KELUARGA

Daftar Pustaka
Allender, J.A Rector & Warner. (2014). 2020 May 20]. Available from http://
Community health nursing: promoting www.hdi.uky.edu/nectc/libraries/
and protecting the public health, 8th nectc_presentations_research_techniques/
edition. Philadelphia: Lippincott. using_eco-mapping_to_understand-
Friedman, M.H.,Bowden, V.R., & Jones, E.G. _family_strenghts_and_resources.sflb.ashx
(2003). Family nursing: Research, theory Tennessee Alliance for Children and
and practice, 5th edition. Norwalk, CT: Families. Genograms and ecomaps:
Appleton & Lange. tools for developing a broad view of
Kaakinen, J.R., Coehlo, D.P, Duff, V,H & family [Internet]. Nashville (TN):
Hanson, S.M. (2015). Family health care Tennessee Alliance for Children and
nursing: Theory, practice and research. Families; 2016 [cited 2020 May 20].
5th edition, Philadelphia, F.A. Davis Available from http://
Company. www.tnchildren.org/wp-content/
McCormick, K, Stricklin, S, Rous, B, Kohner- uploads/2014/11/Genograms-and-
Coogle, M, Nowak, T. Using eco- Ecomaps.pdf
mapping to understand family
strengths and resources [Internet].
Lexington (KY): National Early Child-
hood Transition Center; 2005 [cited
62

Bab 3

Askep Keluarga Dengan Balita

Tujuan Pembelajaran:
Setelah menyelesaikan bab ini, diharapkan mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan konsep balita
2. Mengidentifikasi tahap perkembangan keluarga dengan anak balita
3. Menyusun asuhan keperawatan keluarga pada balita
4. Menyelesaikan soal-soal terkait asuhan keperawatan keluarga dengan balita

A. KONSEP BALITA
Balita dalam keperawatan keluarga dilihat dari tahapan tugas
perkembangan keluarga. Masa balita terdiri atas 2 tahapan yaitu child-
bearing dan prasekolah. Masa childbearing dimulai dari kelahiran sampai
dengan usia 30 bulan. Tahapan kedua yaitu prasekolah dimulai dari usia
2,5 tahun sampai dengan 5 tahun.

B. TAHAPAN PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN BALITA

T ahapan pertama usia balita adalah tahap childbearing. Pada akhir


abad 19, pemberi asuhan pada keluarga dengan ibu baru
melahirkan diserahkan pada wanita seperti anggota keluarga yang wanita,
mertua, tetangga, teman, dan bidan yang datang ke rumah untuk
memberikan dorongan dan dukungan pada wanita selama dan setelah
melahirkan. Para wanita berperan dalam mempertahankan fungsi
keluarga di rumah, mengasuh bayi baru lahir, merawat anak yang lain
dan menyediakan perawatan fisik pada ibu yang baru melahirkan. Selama
TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 63
KEPERAWATAN KELUARGA

masa ini, peran ayah sangat terbatas yaitu hanya mengumumkan kelahi-
ran anaknya dan mencari bantuan wanita lain untuk membantu istrinya.
Pada awal tahun 1960-an, keluarga mulai meningkatkan pengetahuan
tentang proses kelahiran dan mulai menginginkan pengalaman melahir-
kan yang memuaskan. Keluarga mulai mencari informasi ke rumah sakit
tentang pengetahuan terkait kelahiran dan kebijakan yang melibatkan
suami dalam perawatan ibu sebelum, selama, dan setelah melahirkan.
Pada masa ini, terdapat praktik hasil penelitian yang menyatakan anak
ha-rus segera dilakukan rawat gabung bersama ibunya. Pada saat yang
sama, perawat, rumah sakit dan tenaga kesehatan lainnya mulai me-
nyadari bahwa proses kelahiran merupakan milik semua orang dan semua
anggota keluarga harus saling membantu agar prosesnya berjalan dengan
lancar.
Sejalan dengan kecenderungan meningkatnya pengetahuan keluarga
tentang reproduksi, maka meningkat pula tanggung jawab anggota
keluarga dalam dalam perencanaan perawatan selama kehamilan dan
kelahiran, dan waktu rawat inap yang singkat. Perawatan pascamelahirkan
menjadi berbasis keluarga dan dengan bantuan perawat yang datang ke
rumah. Fase ini terjadi perubahan paradigma terkait perawatan repro-
duksi pada ibu hamil dari berbasis individu ke berbasis masyarakat atau
berbasis keluarga.
Pada tahapan ini orang tua mulai menjalankan peran barunya, yang
sebelumnya hanya hidup berdua yaitu suami istri, saat anak lahir maka
terdapat penambahan anggota baru. Pada tahap ini, setiap keluarga mem-
punyai respon yang berbeda-beda, misalnya ada yang merasa belum siap
menjadi orang tua, perubahan pola hidup, minimalnya dukungan dari
keluarga terutama ibu yang suaminya bekerja di luar kota, usia ibu yang
terlalu muda atau pun terlalu tua, semua masalah yang timbul pada awal
64 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

mempunyai anak akan memengaruhi kepada pola pengasuhan anak.


Masalah yang sering terjadi akibat ketidaksiapan orang tua mempunyai
anak diantaranya adalah masalah kesehatan ibu maupun ayah karena
harus beradaptasi dengan perawatan anak, suami akan merasa diabaikan
oleh istri karena istri lebih fokus pada perawatan anak sehingga hal ini
bisa menimbulkan perselisihan. Selain itu masalah lain yang muncul
adalah terganggunya kehidupan sosial dan seks yang terganggu.

BOX 1: PERSPEKTIF SEJARAH PADA KELUARGA DENGAN MELAHIRKAN

SEBELUM 1800: INDUSTRIALISASI


- Keluarga banyak berpindah ke area kota; ukuran dan fungsi rumah tangga berkurang
- Jaringan tradisional para wanita sering tidak tersedia dan ibu harus dipindahkan dari rumah ke pelayanan
kesehatan
- Proses melahirkan lebih sering terjadi di rumah terutama di kalangan menengah ke bawah

AWAL ABAD 20
- Rumah sakit menjadi tempat untuk proses persalinan, saat melahirkan, dan proses pemulihan setelah melahirkan
pada keluarga menengah ke bawah
- Keluarga imigran dan keluarga pekerja di perkotaan melanjutkan untuk tetap memiliki anak dengan proses
kelahiran secara tradisional§ Awal perkembangan perawatan komunitas yang memiliki kepedulian pada
ibu dan anak di area perkotaan
- Munculnya kesadaran bahwa kebutuhan kesehatan semua anggota keluarga saling berhubungan satu dan
lainnya, perawat komunitas mulai mempertimbangkan keluarga sebagai klien bukan individu.

TAHUN 1930 SAMPAI PERIODE “BABY BOOM” TAHUN 1950


- Dengan adanya jumlah kelahiran yang meningkat secara dramatis di rumah sakit, keterlibatan keluarga dalam
proses kelahiran berkurang
- Kepedulian tentang kontrol infeksi berkontribusi terhadap perpisahan anggota keluarga
- Anggota keluarga dilarang menemani ibu di rumah sakit
- Bayi terpisah dengan ibu yakmi bayi di rawat tersendiri di ruang perawatan bayi dan baru dipertemukan dengan
ibunya saat menyusui
- Perawat lebih berfokus pada proses melahirkan dengan operasi
- Keluarga tidak mempermasalahkan kebijakan yang dilakukan oleh rumah sakit karena mereka percaya rumah
sakit telah melakukan hal yang terbaik untuk anggota keluarganya.

TAHUN 1960 – 1970


- Beberapa ibu dan dokter mulai mempertanyakan kebutuhan akan sedasi berat dan analgesia untuk proses
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 65
KEPERAWATAN KELUARGA

melahirkan dan mendorong untuk melahirkan secara alami


- Gambaran terkait proses melahirkan yang alami mempunyai hubungan yang erat antara ibu yang melahirkan
dan dukungan dari orang terdekat seperti suami
- Orang tua diharapkan secara aktif mencari dokter dan rumah sakit yang sesuai harapan mereka, dan kontrol
selama proses melahirkan beralih dari tenaga kesehatan professional ke keluarga
- Beberapa perawat merasa skeptis terhadap perubahan yang diminta oleh keluarga namun perawat lainnya
terlihat antusias dalam meningkatkan partisipasi keluarga
- Bidan di rumah sakit mulai menganggap diri mereka sebagai perawat ibu dan bayi daripada sebagai bidan
yang membantu proses melahirkan

TAHUN 1980-SAAT INI


- Saat ini, promosi kontak keluarga saat proses melahirkan merupakan ciri khas perawatan anak

- Banyak rumah sakit telah mengganti pelayanan obstetric dengan menggunakan teknologi yang lebih canggih

Praktik keperawatan keluarga pada ibu melahirkan berbeda dengan


praktik kebidanan atau praktik keperawatan maternity (persalinan) dengan
pertimbangan wanita sebagai klien dan konteks asuhan. Perawatan
keluarga pada ibu melahirkan, menjadikan keluarga sebagai klien, keluar-
ga sebagai konteks asuhan dari setiap anggotanya atau keduanya. Kepera-
watan keluarga saat proses melahirkan mulai dari sebelum masa konsepsi,
kehamilan, persalinan, dan periode post partum.
Masalah kesehatan yang sering terjadi pada tahapan childbearing adalah
kecemburuan dari kakak, penyakit infeksi yang mungkin muncul pada
ibu dan bayi, imunisasi dan KB, tumbuh kembang anak yang kemung-
kinan terganggu karena anak balita termasuk kelompok yang berisiko
tinggi, masalah tantrum pada usia-usia dua tahun, dan masalah transisi
menjadi orang tua. Berdasarkan masalah itu, maka tugas perkembangan
keluarga pada tahapan ini adalah menyesuaikan dengan peran dan tugas
baru, mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan,
membentuk keluarga yang bahagia, memperluas relasi dengan keluarga
besar dan teman, dan mendidik anak.
66 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

TABEL 1. TUGAS KELUARGA PADA TAHAP CHILDBEARING DAN INTERVENSI KEPERAWATAN KELUARGA
SESUAI TUGAS PERKEMBANGAN

TUGAS
INTERVENSI KEPERAWATAN KELUARGA
PERKEMBANGAN
Tugas 1: Mengatur - Tanyakan pada keluarga terkait persiapan yang telah dilakukan oleh keluarga untuk
ruang untuk anak kelahiran bayi
- Tanyakan kepada keluarga terkait nilai dan kepercayaan dan kemungkinan ketakutan
yang akan terjadi untuk mengantisipasi kehadiran bayi
- Bantu keluarga untuk menggali dan mengelola ketakutannya terkait proses kelahiran
bayi dan upayakan semua sumber untuk membantu keluarga untuk mengatasi
masalah
- Bantu remaja yang hamil untuk menemukan cara komunikasi dengan keluarganya
- Bantu keluarga yang tinggal di lingkungan yang tidak layak untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang adekuat
Tugas 2: - Bantu keluarga untuk mendapatkan informasi terkait sumber-sumber yang ada di
Pembiayaan proses lingkungannya, seperti program nutrisi dan klinik prenatal yang sesuai dengan
melahirkan dan keuangan keluarga
pengasuhan anak - Sediakan informasi yang dibutuhkan oleh keluarga
- Identifikasi adanya hambatan dalam perawatan prenatal, seperti kesulitan
transportasi dan pengasuhan anak, jam pelayanan kesehatan yang tidak sesuai
dengan jam bekerja keluarga.
Tugas 3: - Berikan pendidikan pada orang tua terkait realitas yang akan dialami dalam
Mengasumsikan pengasuhan pada anak, seperti tidur yang akan terganggu, dan perubahan pola
tanggung jawab aktivitas
yang berkualitas - Ajarkan pada keluarga untuk mencari alternatif untuk merespon kebutuhan bayi, yang
untuk pemberian meliputi menyusui, pemenuhan kebutuhan bayi, dan memberikan kenyamanan pada
asuhan pada anak bayi
- Bantu keluarga untuk mengembangkan keterampilan baru dalam memberikan
perawatan pada bayi dan mencari cara untuk berinteraksi dengan bayi mereka
- Observasi adanya kebutuhan dari keluarga dengan mendengarkan apa yang mereka
katakan tentang bayi mereka dan observasi perilaku orang tua
- Rujuk ke profesional lain, keluarga yang tidak dapat mendemontrasikan perilaku yang
diharapkan
Tugas 4: - Bantu dan dorong pasangan yang sedang hamil untuk menggali sikap dan ekspektasi
Memfasilitasi peran tentang peran keluarga
pembelajaran dari - Dorong kontak dengan yang orang tua lain yang dalam fase pengasuhan anak
anggota keluarga - Dorong ibu untuk mengajak pasangannya berbagi pengalaman terkait sensasi fisik
dan emosi yang mereka rasakan saat hamil
- Sediakan kesempatan kepada ayah untuk menjadi pemberi perawatan bayi yang
terlatih
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 67
KEPERAWATAN KELUARGA

TUGAS
INTERVENSI KEPERAWATAN KELUARGA
PERKEMBANGAN
Tugas 5: Bantu - Didik orang tua tentang temperamen bayi yang berbeda-beda sehingga mereka bisa
untuk mengubah menginterpretasikan gaya komunikasi bayi yang unik
pola komunikasi - Dorong orang tua untuk berbicara dan mempertahankan kontak mata dengan bayi
- Bekerja sama dalam membangun komunikasi yang sehat dengan pasangan
- Dorong komunikasi yang efektif dengan pasangan dengan mendorong pasangan
untuk mendengar secara aktif satu sama lain
- Dorong pasangan untuk berbagi cerita secara rutin dan menikmati rasa cinta yang
mereke miliki
Tugas 6: - Pertimbangkan latar belakang budaya dan agama dan identifikasi struktur kekuatan
Perencanaan untuk dan pusat pengambilan keputusan dalam keluarga ketika mendiskusikan terkait
anak selanjutnya reproduksi
- Sediakan informasi terkini tentang keluarga berencana
- Rujuk ke perawat spesialis maternity untuk pengkajian lanjut dan pemberian konseling
jika diperlukan
Tugas 7: - Bantu keluarga untuk mencari bantuan dari teman, anggota keluarg sebagai cara
Menyelaraskan mengatasai masalah dalam pengasuhan anak
pola intergenerasi - Bekerja dengan keluarga untuk mengembangkan strategi yang dapat
mempertahankan aktivitas pasangan, hobi dan pertemanan
- Fasilitasi diskusi dengan pasangan mengenai persepsi keterlibatan keluarga besar
dalam pengasuhan anak
Tugas 8: - Informasikan kepada anggota keluarga tentang cara untuk meningkatkan
Mempertahankan kenyamanan, istirahat dan tidur, yang dapat mengatasai kelelahan yang mereka alami
motivasi dan moral - Ajarkan kepada keluarga cara untuk mengatasi anak yang sedang menangis sehingga
anggota keluarga dapat meningkatkan kepercayaan diri dan membantu keluarga mendapatkan tidur
yang berkualitas
- Sediakan informasi tentang cara orangtua agar dapat mengurangi kesepian dengan
cara mencari bantuan dari keluarga, teman dan kelompok parenting
- Dorong orang tua untuk menyampaikan kebutuhannya dan mencari bantuan untuk
mendukung harga diri sebagai keluarga yang baru
- Konsultasikan dengan pasangan tentang perubahan pola seksualitas setelah
melahirkan dan bantu mereka untuk meningkatkan hubungan yang berkualitas
- Bantu keluarga untuk mengembangkan strategi yang dapat mempertahankan
aktivitas, hobi, dan pertemanan.
Tugas 9: - Tentukan budaya yang diadopsi oleh keluarga dan hargai budaya tersebut
Mempertahankan - Dorong keluarga untuk tetap melakukan ativitas rutin dan pertahankan kebiasaan
kebiasaan dalam yang berhubungan dengan bayi mereka
keluarga - Fasilitasi diskusi dengan pasangan pada saat waktu tidur mengenai prosesi yang
harus dilakukan terkait bayi misal sirkumsisi, akikah, dan perayaan lain baik dari aspek
budaya maupun agama.
68 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

Tahapan kedua adalah usia prasekolah. Tahapan ini juga terbagi


menjadi tahapan toddler (1-3 tahun) dan prasekolah (3-5 tahun). Pada
tahapan ini kesibukan orang tua semakin meningkat sehingga banyak
orang tua mencari fasilitas yang dapat membantu meringankan kesibukan
seperti tempat penitipan anak (TPA) atau kelompok bermain (play group).
Perkembangan pada masa ini secara fisik lumayan lambat, mulai bermain
dan bersosialisasi dengan teman-temannya. Pada saat ini juga anak sering
mengalami penyakit infeksi dikarenakan anak mulai keluar rumah dan
bersosialisasi dengan anak-anak lain. Lembaga penitipan anak sering
menjadi sumber infeksi dan perilaku yang tidak baik bagi anak.
Masalah kesehatan yang sering terjadi adalah trauma pada anak,
persaingan antara kakak dan adik, masalah komunikasi dan pengasuhan
pada anak. Tugas perkembangan keluarga dengan anak prasekolah
adalah keluarga harus memenuhi kebutuhan keluarga, membantu anak
bersosialisasi dengan lingkungannya, pembagian waktu untuk setiap
anggota keluarga, dan merencanakan kegiatan untuk menstimulasi
tumbuh kembang anak.

C. ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA


DENGAN BALITA

PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FKIK UMY
Gedung F Kampus Terpadu UMY Jl. Lingkar Barat, Tamantirto,
Kasihan, Bantul, Yogyakarta. 55183

1. Data Umum
a. Nama Kepala Keluarga : Bp. S
b. Usia Kepala Keluarga : 46 tahun
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 69
KEPERAWATAN KELUARGA

c. Alamat : Dusun Sederhana


d. Pendidikan Kepala Keluarga : SLTA
e. Pekerjaan : Swasta
f. Komposisi Keluarga
Hubungan
No Nama JK Usia Pendidikan Pekerjaan Ket.
dengan KK
1 Ibu A P Istri 36 SLTA Pekerja Sehat
2 An. A L Anak 11 SD Tidak Bekerja Sehat
3 An. D L Anak 6 - Tidak bekerja Sehat
4 An. R L Anak 21 bln - Tidak Bekerja Sakit

A. GENOGRAM
70 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

B. ECOMAP

Keterangan Ecomap
------------------- : hubungan kuat
- - - - - - - - : hubungan lemah

: hubungan yang penuh dengan tekanan

C. TIPE KELUARGA
Traditional Nuclear Extended Family Reconstituted Family
Middle ade/Aging Couple Dyadic Nuclear Single Parent
Dual Carier Commuter Married Single Adult
Three Generation Institutional Communal
Group Marriage Unmarried Parent and Cohibiting Couple
Child
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 71
KEPERAWATAN KELUARGA

Keluarga Bapak S merupakan keluarga besar dengan satu orang istri,


tiga orang anak dan satu orang mertua yang tinggal bersama.

D. SUKU BANGSA
Latar belakang budaya keluarga adalah budaya Jawa karena Bapak
dan Ibu memang lahir dan dibesarkan di Yogyakarta. Bahasa sehari-hari
yang digunakan keluarga adalah bahasa Jawa. Bapak juga rajin mengikuti
kegiatan di kampung yang merupakan budaya yang dianut, dan keluarga
juga tidak menolak budaya lain yang ada di lingkungan warga seperti
budaya Tionghoa, Sunda, dan lain-lain. Dekorasi rumah dipengaruhi
oleh budaya Jawa di mana terdapat beberapa gerabah dan lemari dengan
ukiran khas Jawa. Menurut Bapak, selama ini tidak ada budaya Jawa
yang secara langsung memengaruhi kesehatan. Bapak dan keluarga
memeriksakan kesehatannya ke pelayanan kesehatan terdekat.

E. AGAMA
Bapak dan keluarga menganut agama Islam. Tidak ada perbedaan
keyakinan dalam keluarga. Bapak menjelaskan sejak kecil ia beragama
Islam, orang tuanya juga beragama Islam, begitu pula istrinya. Bapak
mengatakan kalau sedang di rumah, ia akan berusaha pergi ke masjid
untuk menunaikan salat. Keluarga berusaha menjalankan setiap
kewajiban dalam agamanya, namun Bapak agak kesulitan dalam
mengingatkan An. D agar mau salat dan menunaikan ibadah yang lain.
An. D lebih sering main dengan teman-temannya. Menurut Ibu, tidak
ada keyakinan dalam agama yang memengaruhi kesehatannya. Menurut
Ibu semua ajaran Islam sudah baik dan keluarga berusaha menjalankan
dengan sebaik-baiknya.
72 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

F. STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA


Bapak bekerja sebagai karyawan swasta, sementara Ibu juga
membantu mencari nafkah. Penghasilan keluarga dirasa cukup memenuhi
kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan ibu mertuanya. Ibu mertua
membantu Ibu dalam mengasuh anak-anaknya yang belum sekolah.
Bapak dan Ibu juga aktif mengikuti kegiatan sosial di kampung seperti
arisan, pengajian, dan perkumpulan lainnya.

G. AKTIVITAS REKREASI KELUARGA


Keluarga menyatakan tidak ada aktivitas rekreasi khusus yang
dilakukan oleh keluarga. Waktu yang luang digunakan untuk bersama
menonton TV atau sekadar mengobrol. Rekreasi biasanya dilakukan saat
liburan sekolah, namun itu pun tidak bisa lama karena bapak dan ibu
bekerja.

2. Riwayat dan Tahapan Perkembangan Keluarga


A. TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA SAAT INI
Tahapan perkembangan keluarga saat ini adalah keluarga dengan anak
usia sekolah di mana usia anak pertama adalah 11 tahun.

B. TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA YANG BELUM TERPENUHI


Keluarga mengatakan sudah berusaha memenuhi kebutuhan anaknya,
namun Ibu mengatakan belum bisa terbuka terkait masalah reproduksi.
Ibu tidak tahu apakah anaknya sudah puber atau belum. Keluarga
memberikan kebebasan untuk bermain setelah pulang sekolah namun
saat Maghrib harus sudah pulang. Anak-anak tidak pernah punya masalah
di sekolah, namun di rumah pernah berkelahi dengan temannya, menurut
Bapak hal ini biasa pada anak laki-laki.
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 73
KEPERAWATAN KELUARGA

C. RIWAYAT KELUARGA INTI


Bapak dan Ibu bertemu di tempat bekerja Bapak dan mereka masih
satu kecamatan. Setelah menikah, mereka tinggal di rumah orang tua
Bapak dan sampai sekarang belum pernah pindah rumah. Setelah
menikah ibu tidak bekerja, namun karena jarak antara anak pertama
dan kedua jauh, ibu merasa bosan di rumah dan akhirnya memutuskan
bekerja dan telah diizinkan oleh suaminya. Ibu mengatakan belum ada
anggota keluarga yang pernah dirawat di rumah sakit. Ibu mengatakan
kesulitan memberi makan yang bergizi pada anaknya yang ketiga sehingga
anak terlihat kurus dan sering sakit. Sakit yang dialami anak seperti sering
demam, diare, dan batuk pilek. Sejak usia satu tahun, anak sudah sulit
makan dan berat badannya sulit naik.

D. RIWAYAT KELUARGA SEBELUMNYA


Keluarga mengatakan kurang tahu kondisi kesehatan orang tuanya
dulu, mereka meninggal sudah sangat tua jadi keluarga bersimpulan
meninggalnya karena penyakit tua. Saat ini ibu mertua menderita darah
tinggi namun rutin kontrol ke puskesmas dan rutin mengikuti kegiatan
posyandu lansia di kampung.

3. Lingkungan
A. KARAKTERISTIK RUMAH
Dari hasil pengkajian lingkungan di rumah keluarga, terdapat 3 kamar
tidur (2 kamar untuk keluarga Bapak dan satu untuk mertua), 1 ruang
tamu, 1 ruang tv dan dapur dan tidak mempunyai pekarangan. Rumah
Bp. S tampak terlihat baik dan jenis rumah permanen dengan luas
bangunan ±15m2 dengan atap rumah menggunakan genteng dan seng
juga ada beberapa ventilasi yang baik dalam pertukaran udara. Dari
74 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

hasil wawancara dengan Bapak dikatakan kalau rumah yang ditempatinya


merupakan rumah peninggalan orang tuanya.
Pada siang hari cahaya dapat menembus ke dalam rumah, penerangan
di rumah menggunakan listrik. Pembuangan limbah menuju saluran air
yang berada di bawah rumah, terlihat juga dari lantai rumahnya masih
menggunakan keramik dan semen dan rumah terlihat cukup bersih tetapi
barang-barang yang ada di rumah masih berserakan dan belum tertata
dengan baik. Keluarga mempunyai tempat pembuangan sampah sendiri
dan sampah akan diangkut setiap sore hari oleh pengelola sampah (bank
sampah) di RW.
Sumber air yang dipakai keluarga sehari-hari yaitu bersumber dari
PDAM. Dari hasil pengamatan kami, keluarga memiliki wc sendiri dan
juga jamban yang digunakan menggunakan wc jongkok dan leher angsa,
namun bersebelahan dengan dapur yang dimiliki keluarga. Jarak antara
sumber air dengan tempat penampungan tinja <10 meter.
Denah Rumah:
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 75
KEPERAWATAN KELUARGA

B. KARAKTERISTIK TETANGGA KOMUNITAS


Keluarga tinggal di daerah urban dengan hunian perumahan kota
yang padat dan sempit. Aktivitas sosial sehari-hari Bapak aktif dengan
perkumpulan RT yang ada di masyarakat dan juga interaksi dengan warga
sekitar baik. Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada sangat dekat dengan
puskesmas, pasar, dan di kelurahan tersebut terdapat rumah ibadah.

C. MOBILITAS GEOGRAFIS KELUARGA


Keluarga tinggal di wilayah yang sekarang ditempati sejak menikah
dan keluarga tidak pernah berpindah-pindah sampai sekarang.

D. PERKUMPULAN KELUARGA DAN KOMUNITAS


Bapak sering ikut kegiatan rutin di masyarakat dan Ibu sering ikut
acara arisan dan kegiatan yang ada jika tidak masuk kerja serta mertua
rajin mengikuti posyandu lansia.

E. SISTEM PENDUKUNG KELUARGA


Keluarga Bapak sangat terbantu dengan keberadaan orang tuanya
(mertua) karena ibu mertuanya sangat membantu dalam menjaga anak-
anaknya saat Bapak dan Ibu harus mencari nafkah. Masyarakat di sekitar
juga saling membantu satu sama lainnya. Di lingkungan RW terdapat
kas RW yang dapat dipinjam saat ada warga yang kesulitan keuangan.

4. Struktur Keluarga
A. STRUKTUR PERAN (FORMAL DAN INFORMAL)
1) Peran Formal
Pihak yang bertugas sebagai kepala keluarga adalah Bapak. Kepala
keluarga dan mertua yang mengurus kebutuhan sehari-hari dalam
keluarga, sedangkan Ibu bekerja. Anak melakukan sesuai dengan
76 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

perannya masing-masing.
2) Peran Informal
Bapak berperan sebagai pemberi motivasi kepada anak-anaknya dan
menanamkan nilai-nilai tidak mudah menyerah. Ibu berperan me-
nguatkan anak-anaknya.

B. POLA KOMUNIKASI
Komunikasi antar anggota keluarga baik dan tidak pernah terjadi
kesalahpahaman.

C. STRUKTUR KEKUATAN KELUARGA


Pihak yang berwenang dalam mengambil setiap keputusan yang
berhubungan dengan keluarga adalah kepala keluarga. Pengambilan
keputusan tersebut dilakukan secara individu karena anak-anaknya masih
di bawah umur

5. Nilai dan Norma Keluarga


Tidak terdapat nilai-nilai khusus yang harus dilakukan dalam keluarga.
Semua berjalan sesuai dengan apa yang seharusnya dilakukan. Sedangkan
nilai-nilai yang terdapat di lingkungan hanya menganjurkan keluarga
untuk mengikuti acara-acara rutin bersama warga setempat walaupun
tidak ada sanksi tertentu bila tidak sempat mengikutinya.

6. Fungsi Keluarga
A. FUNGSI AFEKTIF
Bp. S mengatakan dengan Kakak dan Adik hubungannya agak kacau
karena permasalahan surat tanah. Bp. S tidak akrab dengan saudara
kandung. Jika Bp. S ada masalah dipendam saja tidak curhat pada siapa
pun.
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 77
KEPERAWATAN KELUARGA

B. FUNGSI SOSIALISASI
1) Cara keluarga dalam membesarkan anak
Tidak ada cara khusus yang digunakan keluarga dalam membesarkan
anak dan Bp. S mengatakan selalu berusaha memenuhi kebutuhan
anak-anaknya.
2) Penghargaan terhadap anak dalam keluarga
Keluarga selalu menerapkan sistem penghargaan terhadap anak jika
menggapai hasil yang capai
3) Risiko dalam sosialisasi
Tidak ada risiko dalam sosialisasi

C. FUNGSI PERAWATAN KESEHATAN


1) Nilai yang dianut keluarga
Tidak ada nilai spesifik yang dianut keluarga Bp. S dalam kehidupan
sehari-hari.
2) Definisi keluarga tentang sehat-sakit
Keluarga mendefinisikan sehat adalah ketika badan bugar dan tidak
mengalami nyeri atau gangguan pada anggota tubuhnya. Sedangkan
sakit adalah ketika tubuh menjadi tidak nyaman dan harus segera
berobat ke puskesmas atau rumah sakit.
3) Status kesehatan keluarga dan kerentangan terhadap sakit
Saat pengkajian, keluarga Bp. S dalam keadaan sehat, namun menge-
luhkan An. R yang masih berusia < 2 tahun yang sudah sering makan
gorengan yang disiapkan keluarga. Bp. S mengatakan tidak mengeta-
hui kalau gorengan tidak baik untuk anak dan tidak mengetahui
makanan yang baik (disarankan) untuk anak usia 21 bulan
4) Diet Keluarga
Keluarga Bp. S secara umum makan 3 kali sehari dengan komposisi
78 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

nasi, lauk pauk, sayuran. Semua anggota keluarga mempunyai


kebiasaan minum air putih yang sudah dimasak rata-rata 3-4 gelas
per hari.
5) Kebiasaan Istirahat Tidur
Kebiasaaan istirahat masing-masing anggota keluarga Bp S berbeda
beda. Anggota keluarga yang memilki kebiasaan tidur siang adalah
An. D dan An. R. Kebiasaan tidur siang 1-2 jam, malam hari 7-9 jam.
Sedangkan Bp. S tidur siang kadang-kadang. Bp. S mengatakan bahwa
pola tidur anak-anaknya tidak ada masalah. Tidak ada anggota
keluarga mengeluh mengalami gangguan dalam hal tidur.
6) Latihan dan rekreasi
Bp.S mengatakan kebiasaan dilakukan keluarga menonton TV dan
An. R sendiri jarang keluar rumah untuk bermain
7) Kebiasaan penggunaan obat-obatan oleh keluarga
Bp. S mengatakan tidak ada obat rutin yang diminum
8) Peran keluarga dalam praktik perawatan diri dan lingkungan
Seluruh anggota keluarga mempunyai kebiasaan mandi 2 kali sehari,
menggunakan sabun mandi, menggosok gigi dengan pasta gigi, dan
keramas 2-3 kali seminggu dengan menggunakan shampo. Seluruh
anggota keluarga tampak bersih. Mertua Bp. S menuturkan An.R
diasuhnya selama ibunya pergi bekerja dan Bp. S mengatakan
mengasuh dan menjaga anak selama di rumah jika istrinya bekerja
9) Tindakan preventif
Bp. S mengatakan bahwa An. R terakhir kali sakit demam dan periksa
ke puskesmas satu bulan yang lalu. Keluarga selalu berusaha
menyediakan makanan yang sehat untuk semua anggota keluarganya.
10) Kesehatan Gigi
Bp. S mengatakan bahwa yang mengeluh sakit gigi (keropos) walaupun
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 79
KEPERAWATAN KELUARGA

rajin sikat gigi dikarenakan merokok dan konsumsi kopi 3-4 kali/hari
dan pernah nyeri beberapa bulan yang lalu akan ke dokter jika semakin
parah. Kesehatan gigi anak-anak Bp. S belum ada yang mengalami
keluhan masalah kesehatan gigi
11) Riwayat kesehatan keluarga
Bp. S mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
maupun cacat fisik, namun mertua Bp. S mengeluh nyeri sendi dan
kurang pendengaran.
12) Pelayanan kesehatan yang diterima
Bp. S mengatakan jika sakit yang tak kunjung sembuh akan berobat
ke puskesmas.
13) Persepsi tentang pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan apotek merupakan tempat
untuk berobat dan berkonsultasi.
14) Sumber pembiayaan
Bp. S mengatakan jika berobat menggunakan Jaminan Kesehatan
(BPJS)
15) Logistik untuk mendapatkan perawatan
Bp S mengatakan jarak Puskesmas Jetis dengan rumahnya sangat
dekat.

7. Stres dan Koping Keluarga


A. STRESOR YANG DIMILIKI
1) Stresor jangka pendek
Keluarga Bp. S mengatakan saat ini tidak mengalami masalah
kesehatan
2) Stresor jangka Panjang
Bp. S tidak mempunyai masalah yang mengganggu keluarganya.
80 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

B. KEMAMPUAN KELUARGA BERESPON TERHADAP SITUASI ATAU STRESOR


Keluarga Bp. S mengatakan jika mengalami sakit yang tidak kunjung
sembuh maka akan ke pelayanan kesehatan

C. STRATEGI KOPING YANG DIGUNAKAN


Setiap anggota keluarga mempunyai cara koping stres yang berbeda-
beda: Bp. S mengatakan ia selalu menceritakan permasalahannya kepada
istri. Keluarga Bp. S mengatakan bahwa setiap permasalahan yang
dialami diselesaikan secara musyawarah dan bercerita kepada anak-
anaknya

D. ADAPTASI KELUARGA
Bp. S mengatakan kalau ada masalah harus segera diselesaikan dan
tidak boleh berlarut-larut.

E. ADAPTASI YANG DISFUNGSIONAL


Keluarga mengatakan selalu memecahkan masalah dengan baik.

8. Harapan Keluarga
Keluarga berharap untuk selalu diberikan kesehatan.

9. Pemeriksaan Fisik
NO SISTEM BAPAK/KK ANAK/KLIEN
1. TTV TD: 120/70 mmHg TD: 110/70 mmHg
Nadi: 70 kali/menit Nadi: 80 kali/menit
Suhu: 36,5 ˚C Suhu: 36˚C
Pernafasan: 20 kali/menit Pernafasan: 24 kali/menit
2. Kulit/kepala Rambut sedikit beruban, Kulit kepala bersih, tidak ada ketombe, tidak
persebaran rambut merata dan ada luka, warna rambut hitam dan bentuk
tidak rontok wajah simetris
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 81
KEPERAWATAN KELUARGA

NO SISTEM BAPAK/KK ANAK/KLIEN


3. Mata Mata kanan dan kiri simetris, sklera Mata kanan dan kiri simetris, tidak ada
berwarna putih dan konjungtiva kelainan, dan tidak ada radang.
tidak anemis, penglihatan jarak
dekat terganggu
4. Telinga Daun telinga simetris antara kanan Daun telinga simetris, tidak ada lesi, serta
dan kiri, tidak ada pengeluaran ukuran dan bentuk normal.
cairan dari telinga
5. Hidung Lubang hidung simetris antara Lubang hidung simetris, tidak ada secret, tidak
kanan dan kiri ada sumbatan, tidak ada inflamasi/sinutitis.
6. Mulut Bibir lembab, tidak pucat, gigi rapi Bibir tidak pucat, tidak ada lesi, bibir berwarna
dan bersih dan sudah ada coklat dan kering, gigi bagian depan tidak ada.
beberapa yang berlubang
7. Dada Bentuk tulang dada simetris, suara Tulang dada simetris, suara nafas vesikuler,
nafas vesikuler S1S2 reguler
8. Abdomen Tidak terlihat dan teraba adanya Tidak terlihat adanya benjolan di perut dan
benjolan di perut, bising usus bising usus normal (10 kali/menit)
normal (15 kali/menit)
9. Ektremitas Bisa menggerakkan seluruh Kedua ekstrimitas atas dan bawah bisa
anggota geraknya baik kaki dan bergerak normal tanpa bantuan dan tidak ada
tangan kanan maupun kiri. cacat.

Data Keluarga Tambahan:


a. Apabila dalam Keluarga Terdapat Lanjut Usia
1) Jumlah lanjut usia dalam rumah : 1 orang
2) Penyakit keturunan dalam keluarga :-
3) Pemeriksaan kadar gula dalam 3 bulan terakhir : Ya
4) Hasil pemeriksaan kadar gula darah pada tanggal: Lupa
5) Kondisi kadar gula darah 1 bulan terakhir :-
6) Kontrol tekanan darah : Ya
7) Kondisi tekanan darah dalam 1 bulan terakhir : Terkontrol
8) Kondisi lanjut usia saat ini : Sehat
9) Penyakit yang diderita lanjut usia, sebutkan : Nyeri sendi &
Kurang pendengaran
82 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

10) Tindakan yang dilakukan saat sakit : Ke pelayanan kesehatan


11) Kegiatan lanjut usia sehari-hari : (Membantu) mengasuh cucu
12) Keterlibatan lanjut usia di Posyandu : Kadang-kadang
13) Lanjut usia tinggal dengan : Keluarga Anak
14) Orang paling dekat dengan lanjut usia : Anak

ANALISIS DATA
Diagnosis Keperawatan
No Data Fokus
Keluarga
1 DO: Defisiensi Pengetahuan:
DS: nutrisi balita b/d kurang
· Bp. S mengatakan anaknya makan makanan yang sudah disiapkan informasi
keluarga (sering makan gorengan)
· Bp. S mengatakan tidak mengetahui kalau gorengan tidak baik untuk
anak
· Bp. S tidak mengetahui makanan yang baik (disarankan) untuk anak
usia 21 bulan
2 DO: Kerusakan gigi b/d
· Gigi Bp. S kuning dan ompong (depan) kebiasaan konsumsi zat
DS : yang mewarnai gigi
· Bp. S mengeluhkan giginya mulai keropos karena merokok dan (kopi, teh, anggur merah,
konsumsi kopi tembakau)
· Bp. S mengatakan rajin sikat gigi namun masih mengalami
pengeroposan gigi
· Bp. S mengatakan pernah nyeri beberapa bulan yang lalu dan belum
pernah periksa ke dokter (akan periksa jika sudah parah)

3 DO: Gangguan Proses


· Bp. S dan mertua mengasuh anak Keluarga b/d pergeseran
DS: peran keluarga
· Mertua Bp. S menuturkan An.R diasuhnya selama ibunya pergi
bekerja
· Bp. S mengatakan mengasuh dan menjaga anak selama di rumah
jika istrinya bekerja
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 83
KEPERAWATAN KELUARGA

SCORING DAN PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN KELUARGA

KRITERIA SKOR BOBOT TOTAL PEMBENARAN


Sifat masalah: 3 1 3/3x1 Kondisi kurang pengetahuan
Wellnes (3) keluarga merupakan masalah
Health Deficit (3) aktual
Health Treath (2)
Forseeable Crisis (1)
Kemungkinan diubah: 2 2 2/2x2 Pengetahuan keluarga terkait gizi
Mudah (2) masih sangat minim namun
Sebagian (1) keluarga memiliki motovasi yang
Tidak dapat (0) sangat baik untuk belajar.
Perawat akan melakukan home
care pada keluarga dengan
dibantu oleh kader setempat
Kemungkinan dicegah: 2 1 2/3x1 Masalah belum terlalu pelik
Tinggi (3) sehingga kemungkinan masalah
Cukup (2) malnutrisi yang lebih parah pada
Rendah (1) balita dapat dicegah. Belum ada
tindakan dari keluarga untuk
menambah pengetahuan.
Menonjolnya masalah: 1 1 1/2x1 Keluarga menyadari mereka
Membutuhkan perhatian segera kurang pengetahuan terkait gizi
(2) namun masih merasa bahwa
Tidak membutuhkan perhatian masalah ini tidak terlalu penting
segera (1)
Tidak dirasakan sebagai masalah
atau kondisi yang membutuhkan
perubahan (0)
Total 4 1/6
84 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

Latihan:
Silahkan diisi untuk scoring dari 2 diagnosis di bawah ini!

Diagnosis 2: Kerusakan gigi b/d kebiasaan konsumsi zat yang


mewarnai gigi (kopi, teh, anggur merah, tembakau)

Kriteria Skor Bobot Total Pembenaran


Sifat masalah:
Wellnes (3)
Health Deficit (3)
Health Treath (2)
Forseeable Crisis (1)
Kemungkinan diubah:
Mudah (2)
Sebagian (1)
Tidak dapat (0)
Kemungkinan dicegah:
Tinggi (3)
Cukup (2)
Rendah (1)
Menonjolnya masalah:
Membutuhkan perhatian segera (2)
Tidak membutuhkan perhatian
segera (1)
Tidak dirasakan sebagai masalah
atau kondisi yang membutuhkan
perubahan (0)
Total
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 85
KEPERAWATAN KELUARGA

Diagnosis 3: Gangguan Proses Keluarga b/d pergeseran peran


keluarga

Kriteria Skor Bobot Total Pembenaran


Sifat masalah:
Wellnes (3)
Health Deficit (3)
Health Treath (2)
Forseeable Crisis (1)
Kemungkinan diubah:
Mudah (2)
Sebagian (1)
Tidak dapat (0)
Kemungkinan dicegah:
Tinggi (3)
Cukup (2)
Rendah (1)
Menonjolnya masalah:
Membutuhkan perhatian segera
(2)
Tidak membutuhkan perhatian
segera (1)
Tidak dirasakan sebagai masalah
atau kondisi yang membutuhkan
perubahan (0)
Total

Prioritas Masalah:
1. Defisiensi pengetahuan: nutrisi balita b/d kurang informasi
2. Kerusakan gigi b/d kebiasaan konsumsi zat yang mewarnai gigi (kopi,
teh, anggur merah, tembakau)
3. Gangguan proses keluarga b/d pergeseran peran keluarga
86 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA BAPAK S

NO DIAGNOSIS NOC NIC RASIONAL


1 Defisiensi Pengetahuan: Diet Pengajaran: Nutrisi Balita 19-24 Mengkaji pengetahuan
Pengetahu yang Disarankan Bulan pasien akan membantu
an: nutrisi - Berikan orangtua materi-materi perawat untuk menentukan
balita b/d Setelah dilakukan tertulis yang sesuai dengan asuhan dalam bentuk bahan
kurang asuhan keperawatan kebutuhan pengetahuan yang ajar yang sesuai dengan
informasi selama 2 x 24 jam telah diidentifikasi kebutuhan pasien (Susanti,
diharapkan keluarga - Instruksikan orangtua/ pengasuh Wijaya, & Bambangtutuko,
pasien mampu untuk membatasi cairan sebelum 2016).
mengetahui diet yang makan
disarankan dengan - Instruksikan orangtua/ pengasuh Mengkaji pengetahuan
kriteria hasil: menganjurkan minum karena berguna untuk mengetahui
- Keluarga pasien haus sejauh mana pasien paham
mampu - Instruksikan orangtua/ pengasuh mengenai materi yang akan
mengetahui untuk menawarkan makanan- disampaikan sehingga
diet/makanan yang makanan tinggi zat besi dan Pendidikan kesehatan yang
dianjurkan protein akan diberikan tepat sesuai
- Keluarga pasien - Instruksikan orangtua/pengasuh kebutuhan pasien (Oktasari,
mampu untuk memiliki waktu makan yang Rahayuningsih, & Susanti,
mengetahui teratur dan makan sebagai 2013).
manfaat diet yang sebuah keluarga
dianjurkan - Instruksikan orangtua/pengasuh Pengetahuan keluarga juga
- Keluarga pasien untuk menambah atau perlu dikaji karena keluarga
mampu mengurangi makanan, dengan yang merupakan bagian dari
mengetahui tepat pasien dapat menjadi
makanan yang - Instruksikan orangtua/ pengasuh pendukung yang baik ketika
dihindari minuman-minuman buah dan pengetahuannya telah cukup
susu berasa dan memadai (Lestari, 2014).
- instruksikan orangtua/ pengasuh
membaca label kandungan
makanan
2 Kerusakan Kesehatan Mulut Pemeliharaan Kesehatan Mulut Terdapat hubungan
gigi b/d Setelah dilakukan - Lakukan perawatan mulut secara bermakna antara tingkat
kebiasaan asuhan keperawatan rutin pengetahuan kesehatan gigi
konsumsi selama 2 x 24 jam - Berikan pelembab untuk dan mulut terhadap angka
zat yang diharapkan Kesehatan melembabkan bibir dan mukosa karies gigi (Sukmana, Cholil,
mewarnai mulut pasien terjaga oral & Ramadhan, 2016)
gigi (kopi, dengan kriteria hasil: - Monitor gigi yang meliputi warna,
teh, anggur - Pasien terbebas kebersihan dan ada tidaknya Terdapat hubungan antara
merah, dari karies gigi debris pengaruh rokok, kopi, teh,
tembakau) - Pasien mampu - Dorong dan bantu pasien dan fanta terhadap
menjaga berkumur-kumur pembentukan stain atau
kebersihan gigi Monitor efek terapeutik dari dalam hal ini terdapat
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 87
KEPERAWATAN KELUARGA

NO DIAGNOSIS NOC NIC RASIONAL

menjaga berkumur-kumur pembentukan stain atau


kebersihan gigi - Monitor efek terapeutik dari dalam hal ini terdapat
- Pasien mampu penggunaan krim pelindung gigi pengaruh signifikan rokok
menjaga - Instruksikan dan bantu pasien dan minuman berwarna
kebersihan mulut untuk membersihkan mulut secara bersama-sama
setelah makan dan sesering terhadap pembentukan stain
mungkin seseuai kebutuhan (Rindi, 2012).
- Rekomendasikan sikat gigi yang
berbulu lembut
- Instruksikan pasien untuk
menyikat gigi, mulut, dan lidah.
- Motivasi kurangi merokok dan
mengunyah tembakau
- Konsultasi dengan dokter jika
terdapat kekeringan dalam mulut,
dan ketidaknyamanan dalam
mulut
3 Gangguan Kinerja Pengasuhan: Pemeliharaan Proses Keluarga Keterlibatan ayah sangat
Proses Toddler - Tentukan proses keluarga yang memengaruhi proses
Keluarga khas perkembangan individu,
b/d Setelah dilakukan - Tentukan gangguan khas pada dimana ayah yang
pergeseran asuhan keperawatan proses keluarga memberikan perhatian dan
peran selama 2 x 24 jam - Identifikasi efek perubahan peran dukungan pada anaknya
keluarga diharapkan Kinerja terhadap proses keluarga akan memberikan perasaan
Pengasuhan terhadap - Dukung untuk tetap kontak diterima, diperhatikan dan
anak dengan kriteria dengan anggota keluarga, jika memiliki rasa percaya diri,
hasil: diperlukan sehingga proses
- Menyediakan - Berikan kesempatan berkunjung perkembangan anak tersebut
aktivitas yang aman dalam memenuhi kebutuhan dapat berjalan dengan baik
dan sesuai dengan anggota keluarga (Andayani & Koentjoro, 2004
usia perkembangan - Diskusikan strategi untuk dalam Haque, 2013)
- Mendukung untuk menormalkan kehidupan keluarga
memulai dengan seluruh anggota keluarga Usia nenek memiliki
kemandirian - Bantu anggota keluarga untuk pengaruh yang negatif
- Menyediakan objek menerapkan strategi normalisasi terhadap perkembangan
transisi untuk terhadap situasi yang mereka kognitif anak. Hal ini
menurunkan hadapi menunjukkan bahwa anak
ansietas - Diskusikan mekanisme dukungan yang diasuh oleh nenek yang
keluarga untuk keluarga usianya lebih tua memiliki
- Bantu anggota keluarga untuk perkembangan kognitif anak
menggunakan dukungan yang lebih rendah. Hal ini juga
ada diduga berkaitan dengan
pendidikan nenek yang
88 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DIAGNOSIS TANGGAL/
NO IMPLEMENTASI EVALUASI TANDA TANGAN
KEPERAWATAN JAM
1 Defisiensi 16 Juni - Memberikan orang S:
Pengetahuan: 2019 tua materi-materi - Keluarga mengatakan
nutrisi balita b/d tertulis yang sesuai sudah paham dengan
kurang informasi 11.30 kebutuhan materi edukasi yang
pengetahuan diberikan
- Instruksikan orang - Keluarga mengatakan
tua/pengasuh untuk materi yang
menawarkan disampaikan mudah
makanan tinggi zat dipahami
besi dan protein O:
- Memberikan edukasi - Keluarga Bp. S paham
terkait makanan sehat (menganggukkan
balita dengan media kepala) terkait materi
leaflet edukasi yang
diberikan
A:
Defisiensi Pengetahuan:
Nutrisi Balita
P:
Evaluasi pengetahuan
keluarga 1x24 jam
setelah pemberian
edukasi

2 Kerusakan gigi S:
b/d kebiasaan O:
konsumsi zat A:
yang mewarnai P:
gigi (kopi, teh,
anggur merah,
tembakau)
3 Gangguan S:
Proses Keluarga O:
b/d pergeseran A:
peran keluarga P:
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 89
KEPERAWATAN KELUARGA

D. LATIHAN SOAL ASKEP KELUARGA DENGAN BALITA


Petunjuk:
Kerjakanlah latihan soal di bawah ini dengan memilih jawaban yang paling benar!
1. Hasil kunjungan rumah ditemukan bayi laki-laki usia 9 bulan memiliki
berat badan 6 kg, belum mampu duduk sendiri, hanya mampu meng-
angkat kepala dan dada. Keluarga tidak pernah berusaha melatih anak-
nya untuk tengkurap dan latihan berjalan karena keluarga merasa itu
adalah hal yang biasa. Apakah tindakan keperawatan yang tepat diberi-
kan pada keluarga tersebut?
A. Memberikan edukasi tentang tumbuh kembang anak
B. Melatih ROM pada anak
C. Merujuk anak ke rumah sakit
D. Menilai tumbuh kembang anak
E. Memberikan suplemen multivitamin pada anak
2. Sebuah keluarga, anak pertama usia 5 tahun sejak tiga hari yang lalu
mengalami BAB cair 6-7 kali sehari, turgor kulit jelek, terdapat iritasi
sekitar anus dan mata cekung. Keluarga belum membawa anaknya ke
puskesmas dan hanya memberikan obat tradisional.
Apakah masalah keperawatan proritas pada kasus di atas?
A. Kurang volume cairan
B. Risiko gizi kurang
C. Gangguan integritas kulit
D. Risiko peningkatan suhu tubuh
E. Kurang pengetahuan pada keluarga
3. Keluarga Bp. S terdiri dari 5 anggota keluarga, tinggal di sebuah per-
kampungan yang sangat padat penduduk. Saat ini di rumah keluarga
Bp. S tinggal juga anak, menantu dan cucunya, sehingga dalam satu
rumah terdapat 2 kepala keluarga. Apakah bentuk dari keluarga ini?
A. Keluarga besar
90 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

B. Keluarga tinggal bersama


C. Keluarga campuran
D. Commune family
E. Keluarga serial
4. Keluarga Bp. M setahun yang lalu istrinya meninggal dan meninggal-
kan 2 orang anak yang masih kecil-kecil. Saat ini Bp.M telah menikah
lagi dengan seorang janda yang mempunyai satu anak. Saat ini mereka
tinggal bersama dalam satu rumah. Apakah bentuk dari keluarga ini?
A. Keluarga campuran
B. Keluarga gabungan
C. Keluarga besar
D. Commune family
E. Keluarga serial
5. Bapak R telah bercerai dengan istrinya (Ibu F) dengan alasan istrinya
tidak bisa memberikan keturunan. Saat ini Bp. R dan Ibu F telah sa-
ma-sama menikah dan memiliki keturunan. Apakah bentuk dari
keluarga ini?
A. Keluarga serial
B. Keluarga gabungan
C. Keluarga campuran
D. Keluarga besar
E. Commune family
6. Di salah satu suku di Indonesia, mereka memiliki budaya yakni bebe-
rapa keluarga tinggal bersama dalam satu atap rumah yang besar, fasi-
litas digunakan secara bersama-sama. Apakah bentuk dari keluarga
ini?
A. Commune family
B. Keluarga inti
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 91
KEPERAWATAN KELUARGA

C. Keluarga campuran
D. Keluarga besar
E. Keluarga serial
7. Seorang perawat home care melakukan intervensi pada keluarga dengan
balita kurang gizi. Perawat membantu keluarga dengan cara menga-
jarkan pada ibu cara memberikan gizi seimbang pada balita dan mem-
bantu ayah cara mengidentifikasi bahan makanan yang tepat. Apakah
prinsip yang diterapkan oleh perawat keluarga berdasarkan kasus
diatas?
A. Bekerja dengan keluarga secara kolektif
B. Memulai dari keluarga saat ini
C. Membangun kekuatan keluarga
D. Mengenal variasi struktur dari keluarga
E. Intervensi keperawatan sesuai dengan tahap perkembangan
keluarga
8. Sebuah keluarga dengan ayah ibu merokok dan seorang balita. Or-
ang tua selalu terlihat merokok di dalam rumah dengan balita yang
bermain dalam rumah. Apakah diagnosis keperawatan keluarga yang
paling prioritas pada kasus di atas?
A. Proses keluarga disfungsional
B. Koping individu tidak efektif
C. Koping keluarga tidak efektif
D. Konflik peran pada orang tua
E. Risiko kegagalan hubungan orang tua
9. Seorang anak didiagnosis wasting, saat dilakukan pengkajian ke rumah,
perawat mendapatkan data bahwa anak ini berasal dari keluarga
mampu namun orang tua sibuk bekerja dan pengasuhan anak
diserahkan kepada pembantu yang hanya berpendidikan SD. Anak
92 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN
KEPERAWATAN KELUARGA

ini juga sering mengalami ISPA setelah terdiagnosis malnutrisi. Apakah


penyebab utama dari malnutrisi pada anak tersebut?
A. Asuhan yang tidak adekuat
B. Asupan nutrisi tidak adekuat
C. Penyakit infeksi pada anak
D. Lingkungan rumah yang tidak sehat
E. Pemberian makanan yang kurang sehat
10. Seorang ibu membawa anaknya ke puskesmas, ibu ini mengeluh
anaknya malas makan dan sering sakit seperti batuk pilek karena saat
ini di dekat rumahnya terdapat pabrik pembuatan gerabah. Rumahnya
sangat dekat dengan pabrik tersebut sehingga setiap hari terpapar
asap dan debu dari pabrik tersebut. Saat dilakukan pengkajian usia
anak 2 tahun dengan BB 9 kg dan TB 85cm. Apakah penyebab utama
masalah malnutrisi yang dialami oleh anak tersebut?
a. Lingkungan yang tidak sehat
b. Tidak adekuatnya asuhan
c. Penyakit infeksi pada anak
d. Asupan nutrisi tidak adekuat
e. Perumahan yang padat

Daftar Pustaka
Allender, J.A Rector & Warner. (2014). Nursing, 10th Edition, St. Louis: Mosby
Community health nursing: promoting Elsevier
and protecting the public health, 8th Kaakinen, J.R., Coehlo, D.P, Duff, V,H &
edition. Philadelphia: Lippincott. Hanson, S.M. (2015). Family health care
Friedman, M.H.,Bowden, V.R., & Jones, E.G. nursing: Theory, practice and research. 5th
(2003). Family nursing: Research, theory edition, Philadelphia, F.A. Davis Com-
and practice, 5th edition. Norwalk, CT: pany.
Appleton & Lange. Ngastiyah. (2005). Perawatan anak sakit,
Hockenberry M, Rodgers C, Wilson D. Edisi 2. Jakarta: EGC
(2016). Wong’s Essentials of Pediatric
93

Bab 4

Askep Keluarga Dengan Remaja

Tujuan Pembelajaran:
Setelah menyelesaikan bab ini, diharapkan mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan konsep remaja
2. Mengidentifikasi tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja
3. Menyusun asuhan keperawatan keluarga pada remaja
4. Menyelesaikan soal-soal terkait asuhan keperawatan keluarga dengan remaja

A. KONSEP REMAJA
Remaja merupakan periode yang ditandai dengan pertumbuhan dan
perkembangan yang cepat dari fisik, emosi, kognitif, dan sosial yang
menjembatani masa kanak-kanak dan dewasa. Batasan usia remaja adalah
anak usia 13- 20 tahun (Friedman, 2003). Menurut Undang-undang No.
22 tahun 2003 (dalam Kozier, 2004), yang disebut remaja adalah anak
usia 10 sampai 18 tahun. Masa remaja dibagi menjadi tiga periode yaitu
masa remaja awal (10-14 tahun), masa remaja pertengahan (14-17 tahun),
dan masa remaja akhir (17-19 tahun).
Remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dengan
masa dewasa. Pada masa transisi ini, remaja dipandang dari dua sisi yang
berlainan, di satu sisi remaja ingin menjadi seorang yang mandiri tanpa
bantuan orang tuanya lagi namun di sisi lain remaja masih membutuhkan
bantuan dari orang tuanya. Remaja masih menunjukkan ketergantungan
terhadap orang tua terutama jika dihadapkan pada masalah penting yang
menyangkut kehidupannya. Meskipun remaja masih bergantung pada
94 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

orang tuanya, namun intensitas ketergantungan tersebut telah berkurang


dan remaja mulai mendekatkan diri pada teman-teman yang memiliki
rentang usia yang sebaya dengan dirinya.
Masa remaja merupakan salah satu tahapan pertumbuhan dan
perkembangan yang harus dilalui semua orang. Remaja dapat dikatakan
bukan sebagai kanak-kanak lagi tetapi belum matang disebut dewasa.
Remaja mengalami perubahan pertumbuhan dan perkembangan yang
sangat cepat yaitu perubahan fisik, emosi, kognitif, dan sosial. Selain itu,
remaja juga mengalami tahapan menuju kemandirian sosial dan ekonomi,
membangun identitas, meningkatkan kemampuan untuk bekal di
kehidupan masa dewasa serta kemampuan bernegosiasi.
Mc. Murray (2003) menjelaskan bahwa remaja memiliki karakteristik
dilihat dari tiga aspek yaitu aspek fisik, aspek sosial, dan aspek psikologis.
Aspek fisik pada remaja terlihat dari perubahan bentuk tubuh,
pembesaran payudara pada remaja perempuan, pembesaran testis pada
remaja laki-laki, tumbuhnya rambut pubis, mimpi basah, dan menstruasi.
Aspek sosial pada remaja dapat dilihat dari karakteristik remaja yang
mudah terpengaruh dengan teman dan lingkungan sekitar serta
cenderung berperilaku mengikuti orang lain. Aspek psikologis remaja
terlihat dari karakteristik remaja yang mencari jati diri, suka tantangan,
mengambil keputusan tanpa mempertimbangkan risikonya, dan
menunjukkan kelebihannya di hadapan teman-temannya.
Pertumbuhan dan perkembangan remaja ditandai dengan perubahan
fisik, emosi, kognitif, dan sosial. Menurut Wong (2016), tahap
pertumbuhan dan perkembangan remaja antara lain:
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 95
KEPERAWATAN KELUARGA

1. Perubahan fisik
Perubahan fisik pada remaja ditandai dengan masa pubertas. Puber-
tas merupakan peralihan dari immaturity (ketidakdewasaan) seksual ke masa
potensial subur yang berhubungan dengan munculnya tanda kelamin
sekunder. Perubahan fisik yang terjadi pada remaja perempuan berbeda
dengan remaja laki-laki. Perubahan fisik yang terjadi pada remaja
perempuan antara lain: pembesaran payudara, tumbuhnya rambut pu-
bis, dan menstruasi. Perubahan fisik pada remaja laki-laki antara lain:
pembesaran testis, tumbuhnya rambut pubis, pembesaran penis,
perubahan suara, tumbuhnya kumis, dan mimpi basah.

2. Perubahan emosi
Perubahan emosi pada remaja terjadi karena pada tahap ini remaja
mulai mencari jati diri atau identitas dirinya sendiri. Perubahan emosi
yang terjadi pada remaja antara lain remaja cenderung lebih emosional,
ingin melakukan sesuatu sesuai keinginannya, rasa ingin tahu yang tinggi,
ingin menunjukkan kelebihannya, berani dengan tantangan baru.
Perubahan emosi yang terjadi pada remaja antara lain remaja cenderung
lebih emosional, ingin melakukan sesuatu sesuai keinginannya, rasa ingin
tahu yang tinggi, ingin menunjukkan kelebihannya, berani dengan
tantangan baru (Wong, 2016).
Erikson (dalam Ristianti, 2008) menyatakan bahwa remaja merupakan
masa mencari identitas diri, atau biasa disebut dengan masa
pemberontakan. Pada masa pencarian identitas ini, kebanyakan remaja
menghabiskan waktu dengan teman sebayanya saat mereka dapat merasa
lebih bebas, terbuka, bersemangat, dan termotivasi. Identitas adalah
penyesuaian remaja mengenai keterampilan-keterampilan khusus, dan
bagaimana remaja tersebut dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat
96 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

di lingkungan tempat tinggalnya. Sejauh mana keterampilan atau


kemampuannya tersebut dapat diterima oleh masyarakat di lingkungan
tempat tinggalnya ataukah masyarakat tidak menerima keterampilan yang
dimilikinya. Remaja mulai belajar mengekspresikan perasaan-perasaan
dengan cara yang lebih matang dan berusaha memperoleh kebebasan
emosional dengan cara menggabungkan diri dengan teman sebayanya.

3. Perubahan kognitif
Perubahan kognitif yang terjadi pada remaja antara lain remaja
mengalami perubahan cara berpikir, lebih banyak berpikir abstrak, sudah
mampu menganalisis situasi sekitar atau masalah yang terjadi, serta
remaja sudah mulai dapat berpikir tentang cita-cita atau masa depan.

4. Perubahan sosial
Perubahan sosial yang terjadi pada remaja antara lain remaja mudah
terpengaruh dengan teman sebayanya, remaja cenderung menghabiskan
waktunya lebih banyak dengan temannya daripada dengan keluarga, lebih
suka berkumpul atau nongkrong dengan teman sebayanya.
Perkembangan pada kehidupan sosialnya dengan teman sebaya maupun
masyarakat, dengan adanya rasa keingintahuan yang tinggi yang dimiliki
remaja, membuat remaja ingin mencoba melakukan suatu hal yang
negatif yaitu mencoba-coba merokok, minuman keras, yang dipengaruhi
oleh lingkungan sosialnya. Bahkan di kalangan remaja tetentu
berkembang stigma bahwa kalau remaja mau dianggap “gaul”, modern
maka ia harus berani mencoba merokok, minuman keras, yang hal ini
akhirnya akan membuat remaja terpengaruh untuk terjerumus ke arah
sana. Perubahan sosial inilah yang akan memengaruhi pembentukan
identitas diri pada remaja.
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 97
KEPERAWATAN KELUARGA

Remaja merupakan salah satu kelompok yang berisiko mengalami


masalah kesehatan. Masalah kesehatan yang dapat timbul dalam masa
ini antara lain masalah penyalahgunaan obat terlarang, perilaku seksual
bebas, merokok, konflik antara orang tua dan remaja, risiko cedera,
jerawat, dan sebagainya. Remaja dalam mencapai tahap pertumbuhan
dan perkembangannya memerlukan pengawasan, pengarahan, dan
pembinaan dari keluarga serta perawat khususnya perawat komunitas.
Keluarga berperan dalam memfasilitasi dan memenuhi kebutuhan remaja
dalam upaya pencapaian pertumbuhan dan perkembangannya. Perilaku
berisiko ini dapat membahayakan aspek-aspek psikososial sehingga remaja
sulit berhasil dalam melalui masa berkembangnya (Lembaga Demografi
FEB UI, 2017).
Remaja merupakan salah satu kelompok yang berisiko mengalami
masalah kesehatan. Risiko tersebut dikarenakan karakteristik remaja dan
tahap tumbuh kembang remaja itu sendiri. Remaja dalam upaya
mencapai tahap pertumbuhan dan perkembangannya memerlukan
bimbingan dan arahan dari keluarga. Keluarga dengan anak usia remaja
diharapkan mampu melaksanakan semua tugas perkembangannya.
Pencapaian tahap perkembangan ini sangat diperlukan peran dari
perawat khususnya perawat keluarga.
Perawat keluarga dapat berperan dalam upaya promotif, proteksi, dan
pencegahan penyakit. Allender&Spardley (2010), menjelasakan bahwa
program promotif yang dilakukan perawat keluarga bertujuan untuk
mencegah perilaku menyimpang pada remaja. Program proteksi pada
remaja bertujuan untuk mendeteksi (screening) masalah kesehatan sedini
mungkin. Program pencegahan pada remaja dapat dilakukan melalui
pemberian pendidikan kesehatan kepada remaja dan keluarganya.
98 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

Kaakinen (2010), menyatakan perawat keluarga dalam upaya


membantu keluarga dengan anak usia remaja mencapai tugas perkem-
bangannya memiliki peran sebagai berikut:
CASE MANAGER
Perawat keluarga berperan sebagai koordinator dan kolaborator antara
keluarga dengan pelayanan kesehatan yang diperlukan dalam upaya
menyelesaian masalah kesehatan keluarga.
CARE PROVIDER/TECHNICAL EXPERT
Perawat keluarga melakukan asuhan keperawatan keluarga berdasar-
kan masalah kesehatan yang dialami anggota keluarga. Perawat
keluarga melakukan implementasi dengan mengaplikasikan terapi
keperawatan, terapi modalitas, atau terapi komplementer sesuai
dengan keahliannya.
CLARIFIER-INTERPRETER
Perawat keluarga berperan mengklarifikasi dan menginterpretasikan
semua data-data tentang masalah kesehatan yang dialami keluarga
(diagnosis, terapi, prognosis penyakit, dsb).
CASE FINDER
Perawat keluarga berperan sebagai penemu kasus/masalah kesehatan
yang terjadi pada anggota keluarga yang didasarkan pada data-data
baik objektif maupun subjektif.
COUNSELOR
Perawat keluarga berperan sebagai konselor atau tempat bertanya/
konsultasi keluarga dalam upaya menyelesaikan masalah kesehatan
yang dialami anggota keluarga.
HEALTH EDUCATION
Perawat keluarga berperan memberikan pendidikan kesehatan kepada
keluarga khususnya tentang masalah kesehatan yang dialami keluarga.
RESEARCHER
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 99
KEPERAWATAN KELUARGA

Perawat keluarga berperan sebagai peneliti yang melakukan penelitian


terhadap hal-hal yang berhubungan dengan keperawatan keluarga
berdasarkan masalah kesehatan yang dihadapi keluarga dan upaya
penyelesaian masalahnya.
ROLE MODEL
Perawat keluarga dapat berperan sebagai role model bagi keluarga dalam
berperilaku dan melakukan upaya peningkatan derajat kesehatan
keluarga.
LIAISON
Perawat keluarga dapat berperan sebagai orang yang menjembatani
anggota keluarga dalam menyelesaikan masalah kesehatannya.
ENVIRONMENTAL MODIFIER
Perawat keluarga berperan memodifikasi lingkungan sesuai dengan
kebutuhan dalam upaya menyelesaikan masalah kesehatan keluarga.
SURROGATE
Perawat keluarga dapat berperan sebagai pengganti anggota keluarga
apabila diperlukan.

B. TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK


REMAJA
Tahap perkembangan keluarga dengan anak usia remaja dimulai
ketika anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai 19
atau 20 tahun, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah. Menurut Fried-
man (2003), tugas perkembangan keluarga dengan anak usia remaja
adalah:
- Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
mengingat remaja yang sudah bertambah dewasa dan meningkat
otonominya
100 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

- Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga


- Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dengan orang tua
- Menghindari perbedaan, kecurigaan serta permusuhan dan
perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga.

Masalah kesehatan yang mungkin muncul pada keluarga dengan tahap


tumbuh kembang anak usia remaja dapat disebabkan oleh faktor risiko
yang ada antara lain faktor biologi, faktor sosial, faktor ekonomi, faktor
gaya hidup, dan pengalaman masa lalu (Stanhope & Lancaster, 2004).
Masalah kesehatan yang mungkin muncul dan terjadi pada keluarga
dengan anak usia remaja tersebut antara lain (Friedman, 2003):
- Kecelakaan pada saat mengemudi
- Cedera akibat olah raga
- Penyalahgunaan alkohol dan obat-obat terlarang
- Merokok
- Pergaulan atau sex bebas
- Kehamilan yang tidak diinginkan
- Hubungan pernikahan yang tidak harmonis
- Konflik orang tua dan remaja
- Masalah nutrisi
- Jerawat
- Gangguan reproduksi
- Penyakit menular seksual
- Kecemasan karena menstruasi tidak teratur
- Pola komunikasi inefektif antara remaja dengan orang tua
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 101
KEPERAWATAN KELUARGA

C. ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KELUARGA


DENGAN REMAJA

Asuhan Keperawatan keluarga

1. DATA UMUM
a. Nama keluarga (KK) : Bp. R
b. Usia KK : 56 tahun
c. Alamat : Dusun X
d. Pendidikan : SD
e. Komposisi keluarga:
NO NAMA JENIS HUB DG KK TEMPAT/TGL LAHIR PENDIDIKAN
KELAMIN
1 Ibu S P Istri 53 tahun SD
2 An. J L Anak 19 tahun SMA
3 An K P Anak 12 tahun SD

f. Genogram

g. Tipe keluarga : Nuclear Family


h. Suku
Jawa, keluarga tidak memiliki kebiasaan tertentu dan pantangan
tertentu terkait dengan suku
102 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

i. Agama
Agama yang dianut keluarga adalah Islam dan keluarga mengatakan
untuk beribadah mereka tidak meninggalkan salat dan orang tua rajin
mengikuti kegiatan keagamaan di lingkungan masyarakat.
j. Status sosial ekonomi keluarga :
Bp. R sehari-hari bekerja sebagai buruh bangunan serabutan, yang
tidak tentu mendapatkan penghasilan. Bp R mendapatkan penghasilan
jika ada yang butuh bantuan tenaganya sebagai buruh bangunan.
Upah buruh yang didapatkannya setiap hari sebagai buruh bangunan
adalah sebesar Rp 35.000,- dan dalam 1 bulan, tidak full bekerja. Jadi
penghasilan rata-rata perbulan adalah sekitar Rp 600.000,-. Ibu S
adalah sebagai ibu rumah tangga yang mempunyai pekerjaan sambilan
sebagai buruh anyam kerajinan. Penghasilannya juga hanya hanya
berkisar Rp 200.000,-perbulan. Keluarga mengatakan penghasilan
keduanya tidak mencukupi untuk membiayai kebutuhan sehari-hari
dan sekolah untuk anaknya.
k. Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga mengatakan tidak memiliki jadwal tertentu untuk rekreasi.
Kegiatan rekreasi dilakukan dengan menonton TV dirumah

2. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga dengan tahap anak usia remaja.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
- Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
Bp R dan Ibu S mempunyai anak remaja laki-laki yang berusia 19
tahun. Selama ini keluarga mengatakan kewalahan menghadapi
perilaku anaknya tersebut. Awalnya keluarga selalu mengingatkan,
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 103
KEPERAWATAN KELUARGA

memberikan teguran, nasihat, akan tetapi sama sekali tidak


dihiraukan oleh An J, bahkan perilakunya justru makin parah. Bp
R dan Ibu S mengatakan sudah angkat tangan dalam menghadapi
perilaku An J dan merasa frustrasi. Pergaulan An J di luar rumah
yang yang sudah sangat bebas dan tidak terkendali, dalam keseha-
riannya An J jarang berada di rumah, bahkan sering tidak pulang
ke rumah. Waktunya setiap hari habis untuk berkumpul dengan
teman sebayanya, di atas usianya dengan nongkrong dan kumpul-
kumpul sampai larut malam dengan kegiatan yang negatif seperti
sering minum minuman beralkohol. Keluarga mengatakan sudah
tidak tahu bagaimana cara menghadapi perilaku An J dan justru
akhirnya malah membiarkannya.
- Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dengan orang
tua
Terkait pola komunikasi pada keluarga antara Bp R, dan Ibu S
dengan An J, komunikasinya bersifat tertutup bahkan bisa dikatakan
diantaranya jarang terjadi komunikasi apalagi membicarakan
terkait perkembangan An J dan masalah yang dihadapi An J sudah
tidak pernah dilakukan lagi. Selain jarang bertemu karena An J
jarang pulang ke rumah, keduanya seperti berjalan sendiri-sendiri
tanpa saling menghiraukan.
- Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga
Hubungan intim keluarga antara Bp R, Ibu S, dan An K selama
ini tidak terganggu akan tetapi hubungan kedekatan BP R, Ibu S,
An K, dengan An J menjadi terganggu karena berbagai masalah
yang sering timbul akibat perilaku An J dan karena An J jarang
pulang ke rumah sehingga menyebabkan kurangnya komunikasi.
c. Riwayat keluarga inti
104 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

Keluarga mengatakan menikah dengan keinginan sendiri tanpa ada


paksaan dari keluarga. Saat ini keluarga Bp. R memiliki 2 orang anak
yaitu An J dan An K. Keluarga mengatakan tidak memiliki keluhan
fisik yang membahayakan. Masalah yang dihadapi keluarga lebih ke
arah masalah kesehatan An J yaitu pergaulan bebas di luar rumah
seperti minum- minuman beralkohol.
d. Riwayat keluarga sebelumnya
Keluarga mengatakan Bp R dan Ibu S tidak mempunyai riwayat
penyakit keturunan.

3. LINGKUNGAN
a. Karakteristik rumah
Denah rumah:

Keluarga Bp. R tinggal di rumahnya sendiri. Rumah yang saat ini


ditempati keluarga Bp. R adalah rumah pribadi (warisan dari orang tua
Bp. R). Tipe bangunan rumah Bapak R adalah rumah permanen.
Terdapat 2 kamar tidur, 1 dapur, 1 kamar mandi, 1 ruang tengah, 1
ruang tamu, dan 1 teras depan rumah untuk warung. Ventilasi atau jendela
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 105
KEPERAWATAN KELUARGA

di dalam kamar diberi strimin. Terdapat 2 jendela, sinar matahari dapat


masuk ke rumah. Keluarga mengatakan setiap hari selalu membuka
jendela supaya udaranya selalu berganti. Hasil observasi menunjukkan
lingkungan rumah terlihat bersih, lantai terasa tidak berdebu, kamar
mandi bersih dan luas, namun pencahayaan ruang kurang begitu terang.
Untuk pembuangan septic tank jarak dengan sumur kurang lebih 11 meter.
Sumber air yang digunakan yaitu sumur air tanah. Pembuangan limbah
rumah tangga Bapak R menggunakan jasa pembuangan sampah yang
diambil setiap hari dengan biaya Rp 12.000,00/bulan.

b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW


Keluarga mengatakan tetangga sekitar rumah mayoritas berasal dari
suku Jawa dan mata pencaharian mayoritas bekerja sebagai petani dan
buruh bangunan. Di wilayah tempat tinggal Bp R, kira-kira berjarak 1,5
km dari rumah Bp R, terdapat tempat berkumpul para remaja yang ramai
dengan anak-anak muda hingga larut malam. Di tempat tersebut ketika
menjelang malam, aktivitas yang dilakukan anak remaja di sana adalah
merokok, minum-minuman keras, bahkan kadang dipakai untuk berjudi.
Tempat ini sudah berulang kali dibubarkan oleh warga dan kamtibmas
akan tetapi masih terus ada sampai sekarang, dan berulang kali pula
menimbulkan kejadian kriminal yang meresahkan warga.

c. Mobilitas geografis keluarga:


Keluarga mengatakan sejak menikah langsung menempati rumah yang
ditempatinya sekarang dan tidak pernah berpindah rumah.

d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat:


Keluarga mengatakan waktu berkumpul dengan keluarga biasanya
106 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

dilakukan saat malam hari. Bp R, Ibu S, dan An K sering kumpul di


waktu luang misal di malam hari untuk sekedar berbincang-bincang
sambil menonton TV, akan tetapi An J tidak pernah ikut di dalamnya
karena kalau malam, An J jarang di rumah. Ibu S mengatakan bahwa
dirinya mengikuti kegiatan masyarakat yaitu pengajian dan arisan. Bp.
R juga mengikuti kegiatan masyarakat berupa arisan bapak-bapak yang
diadakan satu bulan sekali, kerja bakti, gotong royong dengan warga
sekitar. An. K belum mengikuti Karang Taruna karena masih fokus
sekolah. An J jarang terlibat dengan aktivitas sosial di masyarakat, lebih
sering berkumpul dengan teman sebayanya terutama pada malam hari.

e. Sistem pendukung keluarga


Keluarga mengatakan saat ini keluarga besarnya selalu membantu
apabila keluarga Bp. R memiliki masalah yang tidak bisa diselesaikan
sendiri misalnya dalam hal masalah keuangan keluarga. Namun terkait
masalah An J terkait masalah perilakunya tersebut, Bp R dan Ibu S
berusaha menyelesaikan internal dalam keluarga inti karena ada perasaan
malu dengan orang lain. Keluarga mengatakan jaminan kesehatan yang
dimiliki saat ini adalah BPJS

4. STRUKTUR KELUARGA
a. Pola komunikasi keluarga
Terkait pola komunikasi pada keluarga Bp R dengan An J, terlihat
komunikasinya masih bersifat tertutup, dan tidak dua arah. Belum ada
forum yang dimanfaatkan untuk saling berdiskusi terkait masalah yang
dialami An J. An J juga belum bisa terbuka menceritakan apa yang
diinginkannya, terkait pergaulannya di luar rumah, terkait masalah dan
kendala yang dialaminya, akibatnya Bp R dan Ibu S cenderung
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 107
KEPERAWATAN KELUARGA

membatasinya dan An J merespon sikap kedua orangtuanya tersebut


dengan cara protes. Keluarga mengatakan belum mengetahui cara
berkomunikasi yang tepat dengan anak usia remaja. Keluarga
mengatakan kemungkinan An. J belum mau terbuka menceritakan
masalah yang dihadapinya karena anaknya adalah laki-laki yang
cenderung tertutup.

b. Struktur kekuatan keluarga


Selama ini pengambilan keputusan keluarga dilakukan dengan
musyawarah keluarga, akan tetapi pengambil keputusan yang paling
sering adalah Bp. R karena berperan sebagai kepala keluarga.

c. Struktur peran
Selama ini peran yang dijalankan oleh Bp R adalah sebagai kepala
keluarga dan pencari nafkah untuk keluarga yang sehari-hari bekerja
sebagai buruh. Selain itu Bp. R juga berperan sebagai ayah dan suami
yang melindungi dan menjaga keluarganya. Ibu S berperan sebagai ibu
rumah tangga, seorang istri dan ibu. Ibu S berperan mengurusi hampir
semua kebutuhan keluarga baik kebutuhan rumah tangga atau kebutuhan
sekolah anak. Selain itu Ibu S juga membantu mencari nafkah keluarga
sebagai perajin anyaman. Ibu S secara informal berperan sebagai me-
diator dalam keluarga, terutama jika terdapat dalam masalah dalam
keluarga. An. J berperan sebagai anak yang masih sekolah di bangku
SMA. An. K berperan sebagai anak yang masih sekolah di bangku SD.

5. NILAI DAN NORMA BUDAYA


Tidak ada nilai keyakinan dan budaya dalam keluarga yang
memengaruhi praktik kesehatan keluarga.
108 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

6. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi afektif
Rasa kasih sayang dan perhatian Bp R dan Ibu S terhadap An J dan
An K yang begitu besar, akan tetapi keluarga belum tahu dan belum
memahami apa yang seharusnya dilakukan dalam merawat anak remaja
supaya terhindar dari pergaulan bebas, seperti minum minuman beralko-
hol. Kasih sayang dan kedekatan antara orang tua dengan anak remajanya
menjadi kurang harmonis. Orang tua cenderung merasa frustrasi dalam
menghadapi perilaku anak remajanya.

b. Fungsi sosialisasi
Tanggung jawab dan peran membesarkan anak dilaksanakan bersama-
sama oleh Bp R dan Ibu S. Diawal, keluarga selalu mengawasi dan mence-
gah supaya An. J tidak terjerumus ke pergaulan bebas, seperti minum-
minuman keras dengan membatasi aktivitas dan pergaulan An J di luar
rumah, namun kondisi ini justru menuai sikap protes dari anak dan
memberontak sehingga justru sebaliknya, An J malah melakukan hal
tersebut. Tidak ada sistem reward yang diterapkan terhadap anak. Namun
untuk hukuman, diterapkan terutama dalam menghadapi perilaku An J
kadang dihukum dengan dikunci di dalam kamar dalam jangka waktu
tertentu supaya tidak keluar rumah. Lingkungan sekitar rumah berisiko
menimbulkan masalah pergaulan pada remaja karena sering banyak
remaja yang nongkrong sampai larut malam.

c. Fungsi perawatan keluarga


Keluarga mengatakan hal terpenting yang harus selalu dijaga adalah
kesehatan. Keluarga menganggap sakit adalah hal yang bisa terjadi karena
keluarga tidak hidup yang sehat dan bersih. Sakit merupakan salah satu
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 109
KEPERAWATAN KELUARGA

cobaan dari Tuhan yang harus dihadapi dan dapat melatih bersabar dan
bersyukur. Keluarga mengatakan saat ini tidak mengalami keluhan
kesehatan yang membahayakan. Keluarga mengatakan tidak ada pan-
tangan makanan apapun dalam keluarga. Keluarga makan 3 kali sehari
dan selalu dimasak sendiri oleh Ibu. S. keluarga juga mengatakan jam
tidur malam adalah pukul 22.00 dan bangun pukul 05.00. Keluarga
mengatakan tidak ada keluhan kesehatan terkait pola makan dan pola
tidurnya. Ada anggota keluarga yang mengonsumsi minuman beralkohol
yaitu An J. Jika mengalami sakit, keluarga langsung pergi ke dokter praktik.

d. Stres dan koping keluarga


1) Stresor jangka pendek
Keluarga mempunyai masalah dalam mendidik anak remajanya,
karena keluarga belum tahu dan belum memahami apa yang
seharusnya dilakukan dalam merawat anak remaja supaya bisa lepas
dari pergaulan bebas seperti minum minuman beralkohol.
2) Stresor jangka panjang
Keluarga mengatakan takut terhadap masa depan anak remajanya
yang sekarang berperilaku negatif.
3) Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Keluarga merasa putus asa, frustrasi dengan kondisi anak remajanya,
dan bingung harus bagaimana.
4) Strategi koping yang digunakan
Keluarga seperti merasa putus asa sehingga yang pada akhirnya mem-
biarkan saja masalah itu berlarut-larut sambil berserah pada Allah
memohon petunjuk hidayah untuk anaknya.
5) Strategi adaptasi disfungsional
Keluarga cenderung membiarkan permasalahan yang ada.
110 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

7. HARAPAN KELUARGA
Keluarga berharap dengan kehadiran perawat dapat memberikan
informasi tentang apa yang seharusnya dilakukan keluarga untuk anak
remajanya tersebut dan berharap anaknya bisa tumbuh dan berkembang
menjadi anak remaja yang baik.

8. PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN IBU S BAPAK R
Kepala Keadaan secara umum normal. Inspeksi Keadaan secara umum normal. Inspeksi yang
yang didapat adalah bentuk simetris, didapat adalah bentuk simetris, distribusi rambut
distribusi rambut merata, tebal, panjang merata, tebal, panjang seleher, berwarna hitam,
sebahu, berwarna hitam, terdapat sedikit terdapat sedikit uban.
uban.
Leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Telinga Bentuk simetris antara telinga kanan dan Bentuk simetris antara telinga kanan dan kiri, tidak
kiri, tidak terdapat gangguan pendengaran. terdapat gangguan pendengaran.
Mata Kelopak mata terlihat dapat membuka Mata sering kabur jika membaca terlalu lama,
menutup, sclera bersih, alis mata berbatas sclera tidak bersih, kelopak mata terlihat dapat
tegas dan simetris, pembengkakan mata (- membuka dan menutup, alis mata berbatas tegas
), Ibu S tidak menggunakan kacamata. dan simetris, Bapak R tidak mengunakan
kacamata.
Mulut dan Bentuk simetris, ekspresi muka sesuai, Bentuk simetris, ekspresi muka sesuai, tidak ada
hidung tidak ada secret yang keluar melalui hidung, secret yang keluar melalui hidung, bicara tidak
bicara tidak pelo, bibir simetris, mukosa pelo, bibir simetris, mukosa bibir lembab, tidak ada
bibir lembab, tidak ada cuping hidung, cuping hidung.
perdarahan dan pembengkakan (-). Keluhan Bapak R adalah gigi bagian belakang
sering tiba-tiba goyah
Dada dan paru- Inspeksi tidak ada retraksi dada saat Inspeksi tidak ada retraksi dada saat bernafas.
paru bernafas.
Abdomen Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
Reproduksi Ibu S mengalami menstruasi yang tidak Tidak ada keluhan
teratur, sejak 2017. Ibu S sudah tidak
menggunakan KB.
Eliminasi Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
Sistem Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
Integumen
Sistem Tidak ada keluhan Kaki sering kesemutan
muskuloskelet
al
BB dan TB 57 kg & 160 cm 60 kg & 170 cm
Tanda-tanda TD : 120/80 mmHg TD : 120/80 mmHg
vital
Capillary refill Kurang dari 2 detik Kurang dari 2 detik
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 111
KEPERAWATAN KELUARGA

ANALISIS DATA DAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN PADA KELUARGA BP. R


MASALAH
DATA
KEPERAWATAN
DO: Domain 7 Class 1
- Keluarga dengan tahap perkembangan anak usia remaja (19 tahun) Impaired Parenting pada
DS: Keluarga Bp R
- Selama ini keluarga mengatakan kewalahan menghadapi perilaku anak
remajanya.
- Bp R dan Ibu S mengatakan sudah angkat tangan dalam menghadapi perilaku
An J dan merasa frustrasi.
- Bp R mengatakan bahwa pergaulan An J di luar rumah yang yang sudah
sangat bebas dan tidak terkendali, dalam kesehariannya An J jarang berada di
rumah, bahkan sering tidak pulang ke rumah. Waktunya setiap hari habis untuk
berkumpul dengan teman sebayanya, di atas usianya dengan nongkrong dan
kumpul-kumpul sampai larut malam dengan kegiatan yang negatif seperti
sering minum minuman beralkohol.
- Keluarga mengatakan sudah tidak tahu bagaimana cara menghadapi perilaku
An J dan justru akhirnya malah membiarkannya.
- Pola komunikasi pada keluarga antara Bp R, dan Ibu S dengan An J bersifat
tertutup bahkan bisa dikatakan diantaranya jarang terjadi komunikasi apalagi
membicarakan terkait perkembangan An J dan masalah yang dihadapi An J
sudah tidak pernah dilakukan lagi. Selain jarang bertemu karena An J jarang
pulang ke rumah, keduanya seperti berjalan sendiri-sendiri tanpa saling
menghiraukan.
- Hubungan kedekatan Bp R, Ibu S, An K dengan An J menjadi terganggu karena
berbagai masalah yang sering timbul akibat perilaku An J dan karena An J
jarang pulang ke rumah sehingga menyebabkan kurangnya komunikasi.
Lingkungan sekitar rumah terdapat tempat berkumpul para remaja yang ramai
dengan anak-anak muda hingga larut malam. Di tempat tersebut ketika
menjelang malam, aktivitas yang dilakukan anak remaja di sana adalah merokok,
minum-minuman keras, bahkan kadang dipakai untuk berjudi.

DO: Domain 9 Class 2


- Keluarga dengan tahap perkembangan anak usia remaja (19 tahun) Ineffective coping pada
DS: Keluarga Bp R
- Bp R mengatakan bahwa pergaulan An J di luar rumah yang yang sudah
sangat bebas dan tidak terkendali, dalam kesehariannya An J jarang berada di
rumah, bahkan sering tidak pulang ke rumah. Waktunya setiap hari habis untuk
berkumpul dengan teman sebayanya, di atas usianya dengan nongkrong dan
kumpul-kumpul sampai larut malam dengan kegiatan yang negatif seperti
sering minum minuman keras.
- Pola komunikasi antara Bp R dan Ibu S dengan An J bersifat tertutup, dan tidak
112 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

MASALAH
DATA
sering minum minuman keras. KEPERAWATAN
DO:
- Pola komunikasi antara Bp R dan Ibu S dengan An J bersifat tertutup, dan tidak Domain 7 Class 1
dua arah. Belum ada forum yang dimanfaatkan untuk saling berdiskusi terkait
masalah yang dialami An J, An J juga belum bisa terbuka menceritakan apa
yang diinginkannya, terkait pergaulannya di luar rumah, terkait masalah dan
kendala yang dialaminya, akibatnya Bp R dan Ibu S cenderung membatasinya
dan An J merespon sikap kedua orangtuanya tersebut dengan cara protes.
- Keluarga mengatakan belum mengetahui cara berkomunikasi yang tepat
dengan anak usia remaja.
- Keluarga mengatakan kemungkinan An. J belum mau terbuka menceritakan
masalah yang dihadapinya karena anaknya adalah laki-laki yang cenderung
tertutup.
- Keluarga mengatakan takut terhadap masa depan anak remajanya yang
sekarang berperilaku negatif.
- Keluarga merasa putus asa, frustrasi dengan kondisi anak remajanya dan
bingung harus bagaimana.
- Keluarga mengatakan bahwa merasa putus asa sehingga yang pada akhirnya
membiarkan saja masalah itu berlarut-larut sambil berserah pada Allah
memohon petunjuk hidayah untuk anaknya.

SCORING DAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN KELUARGA


1) Impaired Parenting pada Keluarga Bp R
ANGKA
KRITERIA SKOR TER- BOBOT PERHITUNGAN PEMBENARAN
TINGGI
Sifat masalah: 3 3 1 3/3 x 1 = 1 Masalah bersifat aktual Berdasarkan
Aktual hasil data pengkajian, dapat
disimpulkan bahwa Bp.R dan Ibu S
merasakan frustrasi menghadapi anak
remajanya

Kemungkinan 1 2 2 1/2 x 2 = 1 Pengetahuan keluarga terhadap


masalah untuk pengasuhan anak usia remaja masih
diubah: kurang, ditambah latar belakang
sebagian pendidikan orangtua adalah SD,
keluarga merasa putus asa tentang
pemecahan masalah yang dialami
keluarga, sumber ekonomi keluarga
kurang. Di sekitar rumah keluarga
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 113
KEPERAWATAN KELUARGA

ANGKA
KRITERIA SKOR TER- BOBOT PERHITUNGAN PEMBENARAN
TINGGI keluarga, sumber ekonomi keluarga
Sifat masalah: 3 3 1 3/3 x 1 = 1 Masalah
kurang. Dibersifat
sekitaraktual
rumahBerdasarkan
keluarga
terdapat fasilitas pelayanan kesehatan
(dokter praktik), perawat memiliki
kemampuan dalam mengatasi
masalah tersebut dari segi waktu,
pengetahuan, dan keterampilan

Potensi 1 3 1 1/3 x 1 = 1/3 Masalah ini terjadi kira-kira sudah 4


masalah untuk bulan. Keluarga mengatakan masalah
dicegah : ini sangat rumit. Keluarga sudah
rendah berusaha mengatasinya dengan
menghukum anak ketika melakukan
hal tersebut namun tetap tidak jera.
Keluarga ini termasuk keluarga
dengan risiko tinggi karena
pengetahuan dan sumber daya
keluarga termasuk rendah dan
lingkungan keluarga yang berisiko
tinggi untuk perkembangan anak
remajanya.

Menonjolnya 2 2 1 2/2 x 1 = 1 Keluarga mengatakan bahwa


masalah : walaupun kadang merasakan putus
segera asa namun keluarga mengatakan
ditangani bahwa masalah terkait pengasuhan
anak remajanya harus segera diatasi
supaya tidak semakin parah.

TOTAL 3 1/3
SKOR
114 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

2) Ineffective coping pada Keluarga Bp R


ANGKA
KRITERIA SKOR TER- BOBOT PERHITUNGAN PEMBENARAN
TINGGI
Sifat masalah: 3 3 1 3/3 x 1 = 1 Masalah bersifat aktual Berdasarkan
Aktual hasil data pengkajian, dapat
disimpulkan bahwa An J
mengonsumsi alkohol. Bp R dan Ibu S
merasakan frustrasi menghadapi anak
remajanya, tidak mampu mengatasi
situasi stres, tidak mampu melakukan
resolusi konflik.

Kemungkinan 1 2 2 1/2 x 2 = 1 Pengetahuan keluarga terhadap


masalah untuk penyelesaian masalah (koping adaptif)
diubah: masih kurang, komunikasi dalam
sebagian keluarga kurang terbuka terutama
antara orang tua dan An J, sumber
ekonomi keluarga kurang, keluarga
tidak memiliki support sistem dalam
penyelesaian masalah anaknya, di
sekitar rumah keluarga terdapat
fasilitas pelayanan kesehatan (dokter
praktik), perawat memiliki kemampuan
dalam mengatasi masalah tersebut
dari segi waktu, pengetahuan dan
keterampilan

Potensi 1 3 1 1/3 x 1 = 1/3 Masalah gangguan perilaku pada


masalah untuk anaknya ini terjadi kira-kira sudah 4
dicegah : bulan. Keluarga merasakan frustrasi
rendah dan putus asa menghadapi anaknya.
Keluarga mengatakan masalah ini
sangat rumit. Keluarga sudah
berusaha mengatasinya dengan
menghukum anak ketika melakukan
hal tersebut namun tetap tidak jera.
Keluarga ini termasuk keluarga
dengan risiko tinggi karena
pengetahuan dan sumber daya
keluarga termasuk rendah dan
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 115
KEPERAWATAN KELUARGA

ANGKA
KRITERIA SKOR TER- BOBOT PERHITUNGAN PEMBENARAN
TINGGI
Sifat masalah: 3 3 1 3/3 x 1 = 1 Masalah bersifat aktual Berdasarkan
keluarga termasuk rendah dan
lingkungan keluarga yang berisiko
tinggi untuk perkembangan anak
remajanya.

Menonjolnya 0 2 1 0/2 x 1 = 0 Keluarga mengatakan masalah terkait


masalah : ketidakefektifan koping ini kurang
segera dirasakan sebagai masalah karena
ditangani keluarga lebih berkonsentrasi kepada
masalah perilaku anak
TOTAL 2 1/3
SKOR

Prioritas masalah:
1. Impaired Parenting pada Keluarga Bp R
2. Ineffective copingpada Keluarga Bp R
116 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

RENCANA KEPERAWATAN KELUARGA


KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 117
KEPERAWATAN KELUARGA
118 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 119
KEPERAWATAN KELUARGA
120 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 121
KEPERAWATAN KELUARGA

D. LATIHAN SOAL ASKEP KELUARGA DENGAN REMAJA


Petunjuk:
Kerjakanlah latihan soal di bawah ini dengan memilih jawaban yang paling benar!
1. Sebuah keluarga terdiri atas orang tua yang sudah memasuki masa
pralansia dengan 3 orang anaknya. Anak pertama berusia 19 tahun,
anak kedua berusia 12 tahun dan anak ketiga masih balita. apakah
tahap perkembangan pada keluarga tersebut?
A. Keluarga dengan remaja
B. Keluarga dengan balita
C. Keluarga dengan anak usia sekolah
D. Keluarga pralansia
E. Keluarga yang melepas anak pertama
2. Seorang perawat keluarga melakukan home visit ke keluarga dengan
remaja merokok. Hasil pengkajian memperlihatkan setiap anggota
keluarga bahu membahu menyelesaikan masalah seusuai dengan
perannya masing-masing
Apakah karakteristik dari keluarga yang sehat berdasarkan kasus di
atas?
A. Hubungan peran terstruktur secara efektif
B. Memfasilitasi proses interaksi yang terjadi antaranggota keluarga
C. Terdapat hubungan yang reguler dengan lingkungan sekitar
D. Koping yang efektif untuk mengatasi masalah
E. Lingkungan dan gaya hidup yang sehat
3. Seorang kepala keluarga broken home berkonsultasi dengan perawat.
Perawat mulai mengkaji permasalahan setiap anggota keluarga.
Apakah prinsip yang diterapkan oleh perawat keluarga berdasarkan
kasus diatas?
A. Memulai dari keluarga saat ini
122 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

B. Membangun kekuatan keluarga


C. Mengenal variasi struktur dari keluarga
D. Bekerja dengan keluarga secara kolektif
E. Intervensi keperawatan sesuai dengan tahap perkembangan
keluarga
4. Seorang perawat keluarga kesulitan dalam melakukan intervensi pada
keluarga dengan remaja merokok. Anggota keluarga yang lain merasa
akan sia-sia apabila menasihati anak mereka. Apakah hambatan yang
dialami oleh perawat keluarga berdasarkan kasus di atas?
A. Takut gagal
B. Label negatif
C. Keterbatasan akses
D. Keterbatasan dana
E. Keluarga yang apatis
5. Seorang perawat sedang melakukan pengkajian pada sebuah keluarga
dengan remaja yang tinggal di sebuah pedesaan, kondisi rumah terlihat
kotor dan tidak tertata rapi, banyak sampah berserakan di dalam dan
luar rumah. Keluarga mengatakan bahwa ibunya sibuk bekerja
seharian di sawah sehingga tidak sempat mengurus rumah. Apakah
masalah kesehatan yang muncul pada kasus diatas?
A. Hambatan pemeliharaan rumah
B. Risiko cidera pada keluarga
C. Koping keluarga tidak efektif
D. Disfungsi peran keluarga
E. Disfungsi peran keluarga
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 123
KEPERAWATAN KELUARGA

Daftar Pustaka
Allender, J.A Rector & Warner. (2014). Kozier, B., et al. (2004). Fundamental of
Community health nursing: promoting Nursing: Concepts, Process and Practice.
and protecting the public health, 8th 7th ed. New Jersey: Prentice -Hall, Inc.
edition. Philadelphia: Lippincott. McMurray, A. (2003) Community Health and
Friedman, M.H.,Bowden, V.R., & Jones, E.G. Wellness – A Sociological Approach. 2nd
(2003). Family nursing: Research, theory Ed. Elsevier, Australia
and practice, 5th edition. Norwalk, CT: Ristianti, A. 2008. Hubungan Antara
Appleton & Lange. Dukungan Sebaya Dengan Identitas Diri
Hockenberry M, Rodgers C, Wilson D. pada Remaja di SMA Pusaka 1 jakarta.
(2016). Wong’s Essentials of Pediatric UniversitasGunadarma Fakultas
Nursing, 10th Edition, St. Louis: Mosby Psikologi.Skripsi: Jakarta.
Elsevier
Kaakinen, J.R., Coehlo, D.P, Duff, V,H &
Hanson, S.M. (2015). Family health care
nursing: Theory, practice and research. 5th
edition, Philadelphia, F.A. Davis Com-
pany.
124

Bab 4

Askep Keluarga Dengan Lansia

Tujuan Pembelajaran:
Setelah menyelesaikan bab ini, diharapkan mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan konsep lansia
2. Mengidentifikasi tugas perkembangan keluarga dengan lansia
3. Menyusun asuhan keperawatan keluarga pada lansia
4. Menyelesaikan soal-soal terkait asuhan keperawatan keluarga dengan lansia

A. KONSEP LANSIA
1. Definisi Lansia

M asa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Pada


masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental, dan
sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugas sehari-
hari lagi. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang
perlu penanganan segera dan terintegrasi.
Lanjut usia adalah usia orang yang sudah tidak produktif lagi, kondisi
fisik rata-rata sudah menurun sehingga dalam kondisi ini berbagai pe-
nyakit mudah menyerang, dengan demikian di lanjut usia terkadang mun-
cul semacam pemikiran bahwa mereka berada di sisa-sisa umur menung-
gu kematian. Lansia atau lanjut usia adalah periode saat manusia telah
mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi. Selain itu lansia juga
masa ketika seseorang akan mengalami kemunduran dengan sejalannya
waktu.
WHO menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses
penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut
TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 125
KEPERAWATAN KELUARGA

usia. Mereka juga telah menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu: usia
pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun,
lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90
tahun. Dari berbagai hal di atas dapat disimpulkan bahwa lanjut usia
merupakan periode saat seorang individu telah mencapai kematangan
dalam proses kehidupan, serta telah menunjukkan kemunduran fungsi
organ tubuh sejalan dengan waktu, tahapan ini dapat mulai dari usia 55
tahun sampai meninggal.

2. Perubahan-Perubahan pada Lansia


Menurut Hurlock (2011) terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut usia,
yaitu:
a. Periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor
psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia.
Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia.
Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi
yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka
kemunduran itu akan lama terjadi.
b. Memiliki status kelompok minoritas lansia
Memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap
sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan
diperkuat oleh pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia.
Pendapat-pendapat klise itu seperti: lansia lebih senang memperta-
hankan pendapatnya daripada mendengarkan pendapat orang lain.
c. Membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami
kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya
126 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari
lingkungan.
d. Usia tua dinilai dengan kriteria yang berbeda
Dikarenakan arti tua itu sendiri kabur dan tidak jelas dan tidak dapat
dibatasi pada anak muda, maka orang cenderung menilai tua itu adalah
hal penampilan dan kegiatan fisik. Bagi usia tua, anak-anak adalah
lebih kecil dibandingkan dengan orang dewasa dan harus dirawat,
sedangkan orang dewasa adalah seseorang yang sudah dapat merawat
dirinya sendiri.

Lansia usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehi-
dupan manusia di dunia. Usia tahap ini dimulai dari 60 tahunan sampai
akhir kehidupan. Usia lanjut merupakan istilah tahap akhir dari proses
penuaan. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua, dan masa
tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, yaitu pada masa ini
seseorang mengalami kemunduran fisik, mental, dan sosial sedikit demi
sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Tahap
usia lanjut adalah tahap saat terjadi penuaan dan penurunan, yang penu-
runannya lebih jelas dan lebih dapat diperhatikan dari pada tahap usia
baya.
Pada lansia terjadi banyak perubahan dalam dirinya, hal ini bisa disebut
perkembangan atau perubahan yang terjadi pada lansia, diantaranya
yaitu:
a. Perkembangan jasmani
Penuaan terbagi atas penuaan primer (primary aging) dan penuaan
sekunder (secondary aging). Pada penuaan primer tubuh mulai melemah
dan mengalami penurunan alamiah. Sedangkan pada proses penuaan
sekunder, terjadi proses penuaan karena faktor-faktor eksternal, seperti
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 127
KEPERAWATAN KELUARGA

lingkungan ataupun perilaku. Berbagai paparan lingkungan dapat


memengaruhi proses penuaan, misalnya cahaya ultraviolet serta gas
karbondioksida yang dapat menimbulkan katarak, ataupun suara yang
sangat keras seperti pada stasiun kereta api sehingga dapat menimbul-
kan berkurangnya kepekaan pendengaran. Selain hal yang telah
disebutkan di atas perilaku yang kurang sehat juga dapat memengaruhi
cepatnya proses penuaan, seperti merokok yang dapat mengurangi
fungsi organ pernapasan.
b. Perkembangan intelektual
Lansia memperlihatkan kemunduran intelektualitas ketika kemun-
duran tersebut juga cenderung memengaruhi keterbatasan memori
tertentu. Misalnya seseorang yang memasuki masa pensiun, yang tidak
menghadapi tantangan-tantangan penyesuaian intelektual sehubungan
dengan masalah pekerjaan, dan dimungkinkan lebih sedikit menggu-
nakan memori atau bahkan kurang termotivasi untuk mengingat
beberapa hal, jelas akan mengalami kemunduran memorinya. Keme-
rosotan intelektual lansia ini pada umumnya merupakan sesuatu yang
tidak dapat dihindarkan, disebabkan berbagai faktor, seperti penyakit,
kecemasan atau depresi. Namun kemampuan intelektual lansia terse-
but pada dasarnya dapat dipertahankan. Salah satu faktor untuk dapat
mempertahankan kondisi tersebut salah satunya adalah dengan
menyediakan lingkungan yang dapat merangsang ataupun melatih
keterampilan intelektual mereka, serta dapat mengantisipasi terjadinya
kepikunan.
c. Perkembangan emosional
Munculnya rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidakikhlasan mene-
rima kenyataan baru seperti penyakit yang tidak kunjung sembuh,
kematian pasangan, merupakan sebagian kecil dari keseluruhan
128 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

perasaan yang tidak enak yang harus dihadapi lanjut usia. Hal – hal
tersebut di atas yang dapat menjadi penyebab lanjut usia kesulitan
dalam melakukan penyesuaian diri. Bahkan sering ditemui lanjut usia
dengan penyesuaian diri yang buruk. Sejalan dengan bertambahnya
usia, terjadinya gangguan fungsional, keadaan depresi dan ketakutan
akan mengakibatkan lanjut usia semakin sulit melakukan penyelesaian
suatu masalah. Sehingga lanjut usia yang masa lalunya sulit dalam
menyesuaikan diri cenderung menjadi semakin sulit penyesuaian diri
pada masa-masa selanjutnya.
Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat
dengan agama menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan
hidup, harga diri, dan optimisme. Kebutuhan spiritual (keagamaan)
sangat berperan memberikan ketenangan batiniah, khususnya bagi
para lansia. Rasulullah bersabda “semua penyakit ada obatnya kecuali
penyakit tua”. Sehingga religiositas atau penghayatan keagamaan besar
pengaruhnya terhadap taraf kesehatan fisik maupun kesehatan men-
tal.
d. Perubahan sosial
Umumnya lansia banyak yang melepaskan partisipasi sosial mereka,
walaupun pelepasan itu dilakukan secara terpaksa. Orang lanjut usia
yang memutuskan hubungan dengan dunia sosialnya akan mengalami
kepuasan. Pernyataan tadi merupakan disagreement theory. Aktivitas sosial
yang banyak pada lansia juga memengaruhi baik buruknya kondisi
fisik dan sosial lansia.

Islam memandang masyarakat lansia dengan pandangan terhormat


sebagaimana perhatiannya terhadap generasi muda. Agama Islam
memperlakukan dengan baik para lansia dan mengajarkan metode supaya
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 129
KEPERAWATAN KELUARGA

keberadaan mereka tidak dianggap sia-sia dan tak bernilai oleh


masyarakat. Dukungan terhadap para lansia dan penghormatan terhadap
mereka adalah hal yang ditekankan dalam Islam. Nabi Muhammad saw.
bersabda, penghormatan terhadap para lansia muslim adalah ketundukan
kepada Allah Swt. Dalam Islam, penuaan sebagai tanda dan simbol
pengalaman dan ilmu. Para lansia memiliki kedudukan tinggi di
masyarakat, khususnya, dari sisi bahwa mereka adalah harta dari ilmu
dan pengalaman, serta informasi, dan pemikiran. Oleh sebab itu, mereka
harus dihormati, dicintai, dan diperhatikan serta pengalaman-
pengalamannya harus dimanfaatkan. Nabi Muhammad saw. bersabda,
hormatilah orang-orang yang lebih tua dari kalian dan cintai serta
kasihilah orang-orang yang lebih muda dari kalian. Firman Allah Swt.
dalam Al Qur’an surat Al-ISra 23-24
Al-Isra [17] ayat 23
Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-
baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur
lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada
keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia.

Ayat di atas menyatakan dan Tuhanmu yang selalu membimbing dan


berbuat baik kepadamu telah menetapkan dan memerintahkan supaya
kamu, yakni engkau wahai Nabi Muhammad saw. dan seluruh manusia,
jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbakti kepada kedua
orang tua, yakni ibu bapak kamu, dengan kebaktian sempurna, jika salah
seorang diantara keduanya atau kedua-duanya mencapai ketuaan, yakni
berumur lanjut atau dalam keadaan lemah sehingga mereka terpaksa
130 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

berada di sisimu, yakni dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali


janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” atau
suara dan kata yang mengandung makna kemarahan atau pelecehan
atau kejemuan walau sebanyak dan sebesar apapun pengabdian dan
pemeliharaanmu kepadanya dan jangan engkau membentak keduanya
menyangkut apapun yang mereka lakukan apalagi melakukan yang lebih
buruk dari membentak dan ucapkanlah kepada keduanya sebagai ganti
membentak, bahkan dalam setiap percakapan dengannya, perkataan yang
mulia, yakni perkataan yang baik, lembut, yang penuh kebaikan dan
penghormatan.
Bakti kepada orang tua yang diperintahkan agama Islam adalah
bersikap sopan kepada keduanya dalam ucapan dan perbuatan sesuai
dengan adat kebiasaan masyarakat sehingga mereka merasa senang
terhadap kita serta mencukupi kebutuhan-kebutuhan mereka yang sah
dan wajar sesuai dengan kemampuan kita (sebagai anak). Ayat di atas
menyebutkan secara tegas kedua orang tua atau salah seorang di antara
keduanya saja dalam firman-Nya jika salah seorang di antara keduanya
atau keduanya mencapai ketentuan di sisimu walaupun kata mencapai
ketuaan (usia lanjut) berbentuk tunggal. Hal ini untuk menekankan bahwa
apapun keadaan mereka, berdua atau sendiri, masing-masing harus
mendapat perhatian dari anak.
Beberapa hal juga yang harus diperhatikan oleh para lansia selain
memperhatikan Q.S. Al-Hijr ayat 54 dan Q.S. Al-Isra ayat23 sesuai
dengan keterangan di atas, setidaknya hal ini akan meminimalisasi
permasalahan-permasalahan yang sering dialami oleh lansia pada
umumnya, yakni tentang anjuran dan beberapa hal yang harus dilakukan
oleh para lansia.
a. Berjalan-jalan dengan baik berguna untuk merenggangkan kaki dan
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 131
KEPERAWATAN KELUARGA

menjaga daya tahan tubuh. Bila berjalan dilakukan makin lama makin
cepat, akan makin sempurna. Senam terapi dan aerobik atau yoga
memberikan keuntungan dalam mempertahankan bentuk fisik dan
mental.
b. Joging dilakukan dengan tidak terlalu cepat, berguna untuk memper-
baiki kemampuan pengambilan zat asam (O2) yang menyangkut fungsi
jantung, paru-paru dan peredaran darah kaki dan lain-lain.
c. Bersepeda atau berenang. Kegiatan ini dapat dilakukan apabila me-
mungkinkan, terutama untuk penderita artritis, karena dapat mening-
katkan kerenggangan dan daya tahan tubuh, tapi tidak menambah
kelenturan pada derajat yang lebih tinggi.

Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air (62,4%), protein (16,9%),
lemak (13,8%), hidrat arang, dan garam (6,9%). Untuk mencapai kompo-
sisi tubuh yang demikian, manusia memenuhinya melalui makanan yang
berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan. makanan terdiri atas bagian-
bagian yang berbentuk ikatan kimia atau unsur-unsur organik yang
disebut zat gizi atau nutrisi. Selain itu juga ada beberapa makanan yang
harus diperhatikan oleh para lansia yaitu sebagai berikut:
a. Makanan berlemak
Dua jenis substansi lemak yang dibutuhkan dan dibuat oleh tubuh
kita, yakni kolesterol dan trigleserida. Makanan dengan kandungan
lemak tinggi menjadi penyebab utama munculnya berbagai penyakit
jantung dan sirkulasi. Lemak akan mengendap di sepanjang dinding
arteri, sehingga akan mengurangi kelancaran peredaran darah.
Makanan yang mengandung lemak tinggi juga telah dinyatakan
berhubungan erat dengan pertambahan insiden kanker payudara,
kolon, dan rektal. Makanan yang tingkat kolesterolnya tinggi
132 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

bertoleransi dengan penyakit kardiovaskular, dan kadar trigleserida


yang tinggi juga dapat menyebabkan obesitas (kegemukan).
b. Kurangi gula
Konsumsi gula yang berlebihan akan menyebabkan kegemukan,
karena gula sangat mudah diserap untuk dijadikan energi. Secara alami
dan sehat, lebih baik gula didapatkan dari buah, karena selain
mendapatkan rasa manis juga terkandung vitamin C, vitamin A,
kalsium, dan berbagai nutrisi lainnya.
c. Kurangi penggunaan garam
Beberapa ahli nutrisi berpendapat bahwa garam yang terlalu banyak
dapat menyebabkan tekanan darah tinggi sehingga mengancam
keutuhan sistem kardiovaskular dan dapat merusak fungsi ginjal dan
menaikkan tekanan darah ke jantung. Sedangkan kekurangan natrium,
salah satu komponen garam (NaCI) mengakibatkan penderita merasa
sakit kepala, lemah, kurang bergairah, kurang konsentrasi, dan daya
ingat lemah.
d. Tingkatkan makanan berserat.
Serat adalah komponen makanan yang berasal dari sumber nabati,
berguna untuk membuang segala materi sisa-sisa pencernaan dari
dalam saluran pencernaan. Serat adalah karbohidrat kompleks yang
terdiri dari polisakarida dan substansi lignin yang memberi bentuk
pada sel tumbuhan. Zat-zat beracun yang terdapat dalam makanan
dapat dinetralisasi apabila makanan yang mengandung serat banyak
dimakan.

3. Komunikasi pada Lansia


Lansia adalah individu yang telah mengalami keterbatasan baik fisik
maupun psikologis. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap asuhan
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 133
KEPERAWATAN KELUARGA

keperawatan yang diberikan. Perawat saat melakukan home care pada


keluarga dengan lansia harus memiliki kompetensi melakukan komunikasi
pada lansia. Prinsip komunikasi untuk lansia menurut Ebersole dan Hess
dalam Bruner dan Suddarth Tahun 2001 adalah:
a. Menjaga agar tingkat kebisingan minimum.
b. Menjadi pendengar yang setia, sediakan waktu untuk mengobrol.
c. Menjamin alat bantu dengar yang berfungsi dengan baik (periksa
baterai).
d. Yakinkan bahwa kacamata bersih dan pas.
e. Jangan berbicara dengan keras atau berteriak, bicara langsung dengan
telinga yang dapat mendengar dengan lebih baik. Berdiri di depan
klien.
f. Pertahankan penggunaan kalimat yang pendek dan sederhana.
g. Beri kesempatan pada klien untuk mengenang.
h. Mendorong keikutsertaan dalam aktivitas sosial seperti perkumpulan
orang tua, kegiatan rohani.
i. Membuat rujukan pada terapi wicara dan kegiatan sosial sesuai kebu-
tuhan.
j. Berbicara pada tingkat pemahaman klien.
k. Selalu menanyakan respons, terutama ketika mengajarkan suatu tugas
atau keahlian.

Komunikasi verbal dan nonverbal yang digunakan untuk berkomu-


nikasi dengan lansia antara lain:
a. Saling mengenalkan nama dan jabat tangan, panggil klien dengan
sapaan hormat dan nama panggilan lengkap.
b. Gunakan sentuhan untuk memperkuat pesan verbal dan komu-
nikasikan nonverbal.
134 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

c. Menjelaskan tujuan dari pertemuan, diskusikan hanya satu topik.


d. Dimulailah dengan pertanyaan yang sederhana dan gunakan bahasa
yang sering digunakan oleh klien secara singkat dan terstruktur.
e. Gunakan pertanyaan terbuka – tertutup dan ciptakan suasana yang
nyaman.
f. Klarifikasi pesan secara periodik, validasikan apakah klien sudah
mengerti dengan maksud perawat.
g. Pertahankan kontak mata, tingkatkan perhatian, dan mendorong untuk
memberi informasi yang jelas.
h. Bersikaplah empati, jaga selalu privasi klien.
i. Mintalah izin sebelum menanyakan status mental, memori, dan
kemampuan yang lain.
j. Tuliskan perintah atau hal – hal penting untuk diingat.

Permasalahan-permasalahan yang sering dialami lansia dan


berpengaruh terhadap kemampuan komunikasinya antara lain masalah
gangguan pendengaran, lansia dengan masalah tidak bisa mendengar
sama sekali, lansia dengan gangguan penglihatan, lansia dengan afasia,
lansia dengan penyakit Alzheimer, lansia yang menunjukkan kemarahan,
lansia dengan kecemasan, lansia dengan kemarahan, lansia dengan
penolakan, dan lansia dengan depresi.
Di bawah ini akan dijabarkan teknik-teknik berkomunikasi pada lansia
dengan masalah-masalah yang sering dialami lansia baik fisik maupun
psikologis.
a. Lansia dengan Gangguan Pendengaran:
- Berdiri dekat menghadap klien.
- Bertanya diarahkan pada telinga yang lebih baik.
- Berikan perhatian dan tunjukkan wajah saudara.
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 135
KEPERAWATAN KELUARGA

- Tegurlah nama sebelum pembicaraan dimulai.


- Gunakan pembicaraan yang keras, jelas, pelan, dan diarahkan
langsung pada klien.
- Hindari pergerakan bibir yang berlebihan.
- Hindari memalingkan kepala, tidak berbalik atau berjalan saat
bicara.
- Jika klien belum memahami, ulangi dengan menggunakan kata –
kata yang berbeda.
- Membatasi kegaduhan lingkungan.
- Gunakan tekanan suara yang sesuai.
- Berilah instruksi sederhana untuk mengevaluasi pembicaraan.
- Hindari pertanyaan tertutup, gunakan kalimat pendek saat
bertanya.
- Gunakan bahasa tubuh yang sesuai dengan isi komunikasi.

b. Lansia dengan tidak dapat mendengar (deaf) 


Hampir sama dengan klien yang mengalami gangguan pendengaran,
tetapi ditambah dengan beberapa teknik, yaitu:
- Menulis pesan jika klien dapat membaca.
- Gunakan media (gambar) untuk membantu komunikasi.
- Pernyataan dan pertanyaan yang singkat.
- Gunakan berbagai macam metode untuk menyampaikan pesan,
contoh: body language.
- Sempatkanlah waktu bersama klien.

c. Lansia dengan gangguan penglihatan


- Perkenalkan diri, dekati klien dari depan.
- Jelaskan kondisi tempat dan orang yang ada.
136 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

- Bicaralah pada saat Anda mau meninggalkan tempat.


- Pada saat saudara berbicara pastikan klien tahu tempat saudara.
- Katakan pada klien apa yang dapat membantunya seperti lampu,
membacakan.
- Biarkan klien memegang tangan saudara sebagai petunjuk dan
jelaskan apa yang sedang saudara kerjakan.
- Jelaskan jalan – jalan apa bisa dilalui oleh klien.
- Berikan penghargaan atas kemampuan beradaptasi dan keman-
dirian klien.

d. Lansia dengan Afasia


Afasia merupakan gangguan fungsi bahasa yang disebabkan cedera
atau penyakit pusat otak. Afasia termasuk gangguan kemampuan
membaca dan menulis dengan baik, demikian juga bercakap – cakap,
mendengar, berhitung, menyimpulkan dan pemahaman terhadap sikap
tubuh. Penyebab afasia pertama adalah stroke, cedera kepala, dan
tumor otak (Brunner dan Suddarth, 2001).
Teknik komunikasi yang digunakan adalah:
- Menghadap ke pasien dan membuat kontak mata.
- Sabar dan meluangkan waktu.
- Harus jujur, temasuk ketika kita belum memahami pertanyaannya,
sikap tubuh, gambar, dan objek atau media lain yang dapat
membantu untuk menjawab keinginannya.
- Mempersilakan lansia menyampaikan apa yang ada dalam
pikirannya.
- Dorong lansia untuk menulis dan mengekspresikannya serta berikan
kesempatan untuk membaca dengan keras.
- Gunakan gerakan isyarat terhadap objek pembicaraan jika mampu
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 137
KEPERAWATAN KELUARGA

meningkatkan pemahaman.
- Gunakan sentuhan untuk memfokuskan pembicaraan, meningkat-
kan rasa aman.

e. Lansia dengan penyakit Alzheimer


Penyakit Alzheimer (AD) kadang disebut sebagai demensia degeneratif
primer atau demensia senil jenis Alzheimer (SDAT) merupakan
penyakit neurologis degeneratif, progresif, ireversibel, yang muncul
tiba – tiba dan ditandai dengan penurunan bertahap fungsi kognitif
dan gangguan perilaku serta efek (Brunner dan Suddarth, 2001).
Keadaan yang terjadi pada pasien yang menderita Alzheimer antara
lain terjadi keadaan mudah lupa dan kehilangan ingatan bahkan klien
dapat kehilangan kemampuannya mengenal wajah, tempat, dan objek
yang sudah dikenalnya serta kehilangan suasana kekeluargaannya.
Perubahan kepribadian biasanya negatif. Pasien dapat menjadi
depresif, curiga, paranoid, kasar, dan bahkan kejam. Kemampuan
berbicara buruk sampai pembentukan suku kata yang tidak masuk
akal. Perawatan diri memerlukan bantuan, termasuk makan, dan
toileting.
Teknik komunikasi yang digunakan adalah:
- Selalu berkomunikasi dari depan lansia.
- Bicaralah dengan cara dan nada yang normal.
- Bertatap muka.
- Minimalkan gerakan tangan.
- Menghargai dan pertahankan jarak.
- Cegah setting ruangan yang memberikan stimulasi yang banyak.
- Pertahankan kontak mata dengan senyum.
- Ikuti langkah klien dan bicaralah padanya.
138 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

- Bertanyalah hanya dengan satu pertanyaan.


- Mengangguklah dan tersenyum bila memahami perkataannya.

f. Lansia yang menunjukkan kemarahan


- Klarifikasi penyebab marah yang terjadi.
- Bantu dan dorong klien mengungkapkan marah dengan konstruktif.
- Gunakan pertanyaan terbuka.
- Luangkan waktu setiap hari bersama klien.
- Puji dan dukung setiap usaha dari klien.

g. Lansia yang mengalami kecemasan


- Dengarkan apa yang dibicarakan klien.
- Berikan penjelasan secara ringkas dan jelas apa yang terjadi.
- Identifikasi bersama klien sumber – sumber yang menyebabkan
ketegangan atau keemasan.
- Libatkan staf dan anggota keluarga.

h. Lansia yang menunjukkan penolakan


- Kemukakan kenyataan secara perlahan.
- Jangan menyokong penolakan klien.
- Bantu klien mengungkapkan keresahan atau perasaan sedihnya.
- Libatkan keluarga.

i. Lansia yang mengalami depresi


- Lakukan kontak sesering mungkin.
- Beri perhatian terus – menerus.
- Libatkan klien dalam menolong dirinya sendiri.
- Gunakan pertanyaan terbuka.
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 139
KEPERAWATAN KELUARGA

- Libatkan staf dan anggota dalam memberikan perhatian.

Saat perawat keluarga berkomunikasi dengan lansia tidak sedikit ham-


batan yang terjadi saat melakukan komunikasi. Apabila hal ini dibiarkan
terus akan menghambat kemajuan komunikasi. Hambatan tersebut antara
lain:
1. Internal Distraksi
Gangguan yang terjadi pada lansia saat melakukan komunikasi
misalnya lansia mengantuk, menguap atau mengatakan lapar saat
melakukan komunikasi dengan perawat.
2. Sensory Overload.
3. Gangguan neurologi.
4. Defisit pengetahuan.
5. Hambatan Verbal.
6. Setting yang tidak tepat.
7. Perbedaan budaya.

B. TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN LANSIA


Peran keluarga berubah sepanjang waktu. Perubahan besar dalam
peran keluarga pada keluarga dengan lansia adalah meningkatnya sistem
asuhan. Pengalaman dalam merawat lansia sangat dipengaruhi peran
anggota keluarga yang merawat. Pasangan merupakan garis pertama
yang memberikan asuhan. Karena wanita biasanya hidup lebih lama
dari pada laki-laki, maka istri lebih banyak yang memberikan asuhan
kepada suami mereka. Pasangan yang telah lansia khususnya sebenarnya
memiliki masalah kesehatan dikarenakan adanya penurunan fungsi dalam
tubuhnya sehingga mereka pun sering mengalami keterbatasan dalam
menjalankan perannya.
140 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

Messecar (2008) melaporkan lebih dari 63% lansia yang merawat


pasangannya memiliki angka kesakitan lebih tinggi dibandingkan lansia
yang tidak merawat pasangannya. Pada waktu yang sama lansia yang
merawat pasangannya juga membutuhkan dukungan dari anggota
keluarga yang lain. Pasangan suami istri yang telah lansia dapat
memberikan dukungan satu sama lain karena keduanya merupakan
pemberi dan penerima asuhan. Pasangan yang memberikan asuhan
biasanya tinggal bersama, hal ini mengakibatkan mereka berisiko tidak
dapat istirahat yang cukup, tidak punya waktu untuk pulih secara opti-
mal dari penyakitnya, dan mengalami penurunan kesehatan. Lansia yang
merawat pasangannya yang menderita dimensia memiliki risiko tinggi
untuk mengalami depresi, tingkat stres yang tinggi dan memiliki level
terendah dari kebahagian pribadi terutama istri.
Pemberi asuhan lansia lain selain pasangan adalah anak tertua
terutama anak perempuan. Mereka mengalami stres yang berbeda.
Sebagian besar bekerja paruh waktu karena sebagian waktu mereka
digunakan untuk merawat lansia. Pekerjaan mereka pun sering terganggu
misalnya sering terlambat, pulang sebelum waktunya, atau malah
meninggalkan pekerjaan selamanya untuk fokus merawat lansia. Mereka
juga harus berbagi waktu dengan keluarga yang mereka miliki. Cucu
juga dapat berpartisipasi dalam merawat lansia, biasanya hal ini
dipengaruhi oleh kedekatan hubungan antara cucu dengan lansia (Stelle,
2010).
Pemberian asuhan pada lansia dipengaruhi oleh budaya. Perawat perlu
mengkaji terkait budaya-budaya yang sangat beragam dalam memberikan
asuhan pada lansia. Nilai dan norma di masyarakat juga sangat
memengaruhi proses asuhan yang diberikan pada lansia. Nilai budaya
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 141
KEPERAWATAN KELUARGA

sangat memengaruhi siapa yang seharusnya berperan dalam merawat


lansia.
Dalam perkembangan masa lansia juga memiliki tugas perkembangan
yang harus dilaksanakan oleh para individu yang menginjak usia lansia.
Seperti yang diungkapkan oleh Hurlock (1980: 386) ada tujuh tugas
perkembangan selama hidup yang harus dilaksanakan oleh lansia, yaitu:
1. Penyesuaian terhadap penurunan kemampuan fisik dan psikis
2. Penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan pendapatan
3. Menemukan makna kehidupan
4. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
5. Menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga
6. Penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia
7. Menerima dirinya sebagai seorang lansia.

Erikson (dalam Maryam, 2008) menyatakan kesiapan lansia untuk


menyesuaikan diri terhadap tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi
oleh proses tumbuh kembang pada tahap sebelumnya. Apabila tahap
tumbuh kembang sebelumnya melakukan kegiatan sehari-hari dengan
teratur dan baik dan bisa membina hubungan yang serasi dengan orang-
orang sekitarnya. Tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut:
1. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun
2. Mempersiapkan diri untuk pensiun
3. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya
4. Mempersiapkan kehidupan baru
5. Melakukakn penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat
secara santai
6. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangannya.
142 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

C. APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

1. Data umum
a. Nama Kepala Keluarga : Bapak P
b. Usia Kepala Keluarga : 60 tahun
c. Alamat : Rw 17, Rt 80, Gedongkiwo
d. Pendidikan KK : SMP
e. Pekerjaan : wirausaha
f. Komposisi Keluarga :

Jenis Hubungan
No Nama Usia Pendidikan Pekerjaan Ket.
Kelamin dengan KK
2. Ibu X Perempuan Isteri 52 SMP Pegawai Hipertensi
(catering) (tanpa konsumsi
obat)
3. A Laki-laki Anak 32 STM Wiraswasta -
4. B Perempuan Anak 14 SMP Pelajar -

Genogram:
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 143
KEPERAWATAN KELUARGA

Keterangan:
: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal
: Klien
: Tinggal serumah

a. Tipe Keluarga
Tipe keluarga yaitu nuclear family. Bapak P tinggal bersama dengan
isterinya, Ibu X dan kedua anaknya.
b. Suku
Keluarga Bapak P berasal dari suku Jawa. Bahasa yang digunakan
sehari-hari adalah Jawa dan bahasa Indonesia.
c. Agama
Kepercayaan yang dianut keluarga Bapak P adalah Islam. Keluarga
Bapak P menjalankan ibadah salat di rumah. Ibu X dan Bapak P juga
mengikuti pengajian-pengajian yang diadakan di sekitar rumah.
d. Status sosial ekonomi keluarga
Bapak P memiliki penghasilan sebagai wirausaha dengan membuka
warung sembako di rumah yang hasilnya diperoleh harian. Ibu X juga
memiliki penghasilan tambahan dari bekerja di catering. Penghasilan
ini dirasa keluargamencukupi untuk kebutuhan sehari-hari dan biaya
sekolah anak. An. A sudah bekerja sebagai karyawan swasta memiliki
penghasilan sendiri, akan tetapi lebih digunakan untuk kebutuhan
mandiri, terkadang membantu orangtua untuk memberikan fasilitas
adiknya.
e. Aktivitas rekreaksi keluarga
144 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

Keluarga mengatakan cukup jarang melakukan rekreasi di luar rumah.


Namun, kumpul-kumpul keluarga di dalam rumah sering dilakukan
seperti menonton tv bersama saat waktu luang. Rekreasi di luar rumah
keluarga Bapak P biasanya ada jika adik kandung dari Bapak P
mengajak rekreasi. Rekreasi biasanya ke objek wisata alam seperti
pantai.

2. Riwayat dan Tahapan Perkembangan Keluarga


A. TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA SAAT INI
Tahap perkembangan keluarga ini adalah keluarga dengan tahap
pelepasan.
B. TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA YANG BELUM TERPENUHI
Tahap perkembangan keluarga Bapak P yang belum terpenuhi, yaitu
untuk mempertahankan kesehatannya. Bapak P dan Ibu X mengalami
penyakit tidak menular. Bapak P mengalami diabetes sejak tahun 2010.
Ibu X merasakan tekanan darah tinggi sejak satu bulan lalu. Bapak P
dan Ibu X melaksanakan pengobatan. Bapak P mendapatkan obat ru-
tin, namun Ibu X tidak melakukan pengobatan rutin. Bapak P dan Ibu
X belum sepenuhnya melakukan pola hidup sehat bagi penderita diabe-
tes dan hipertensi. Bapak P dan Ibu X telah memberikan bekal pendidikan
untuk An. A hingga ke jenjang sekolah akhir. Di mana An. A kini telah
mampu mandiri dalam memenuhi kebutuhan pribadinya sendiri. Tugas
yang belum terpenuhi untuk An. A dari Bapak P dan Ibu X adalah
menikahkannya. Menurut pemaparan Bapak P dan Ibu X, An. A tidak
memiliki tanda-tanda adanya sakit.
C. RIWAYAT KELUARGA INTI.
Bapak P mengalami diabetes sejak tahun 2010. Kadar gula darah
saat pengecekan pertama kali di Rumah Sakit Bethesda Lempuyang
Wangi adalah 480 mg/dl. Bapak P mengatakan bahwa beliau masih
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 145
KEPERAWATAN KELUARGA

mengonsumsi manis sebanyak dua kali sehari (Pagi-Sore). Bapak P


mengatakan bahwa mengonsumsi obat diabetes secara rutin. Bapak P
mengatakan bahwa, beliau terkadang mengalami kesemutan pada kakinya
namun tidak tahu harus melakukan apa. Bapak P mengatakan bahwa,
beliau ingin mengurangi rasa kesemutan tersebut.
Ibu X mengatakan bahwa, mengalami tekanan darah tinggi sejak awal
tahun 2018, yakni pada bulan Januari dan belum mengetahui dari mana
tekanan darahnya dapat tinggi. Ibu X telah memeriksakan kondisinya di
Klinik Gading. Ibu X mengalami tekanan darah tinggi dan kambuh
apabila kurang istirahat. Ibu X mengatakan bahwa, ketika tekanan
darahnya tinggi merasakan tengkuknya kencang/pegal. Ibu X
mengatakan bahwa, terkait dengan pekerjaan sebagai pegawai catering,
Ibu X bekerja di jam tidur/istirahat malam sampai pagi. Ibu X
mengatakan bahwa jarang olahraga. Ibu X mengatakan bahwa memang
tidak mengonsumsi makanan berupa jeroan. Makanan dengan rasa asin
tidak dikonsumsi, hanya pemberian garam memang disesuaikan dengan
masakan. Ibu X mengatakan bahwa belum tahu dari mana sebab
timbulnya tekanan darah tinggi.
Keluhan lain dari Ibu X adalah menstruasi yang tidak teratur, sejak
2017. Agustus sampai dengan Desember 2017 Ibu P mengalami
menstruasi yang sangat banyak. Tanggal rutin menstruasi Ibu P adalah
setiap tanggal 5. Namun, bulan Januari dan Februari ini Ibu P belum
menstruasi. Jika akan memasuki waktu menstruasi Ibu P mengalami
keluhan payudaranya terasa sangat sakit. Ibu P mengalami menstruasi
pertama saat kelas 5 SD atau kurang lebih usia 10 tahun. Ibu P
mengatakan bahwa kemungkinan ini merupakan tanda dari menepouse.
Ibu P sudah tidak menggunakan KB. Ibu P sempat periksa karena takut
jika hamil lagi.
146 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

Ibu X juga sempat mengeluhkan seperti asam uratnya tinggi, kaki


terasa pegal-pegal dan tangan kesemutan. Ibu X belum melakukan
pengecekan asam urat dan ketika merasakan keluhan tersebut Ibu X
tidak melakukan apa-apa untuk meredakan keluhan tersebut.
D. RIWAYAT KELUARGA SEBELUMNYA
Saudara/kakak kandung dari Bapak P ada yang meninggal karena
riwayat diabetes. Orang tua Ibu X memiliki riwayat penyakit hipertensi.
Orang tua atau Ibu dari Ibu X meninggal akibat penyakit hipertensi
yang dideritanya.

3. Lingkungan
A. KARAKTERISTIK RUMAH
Denah rumah:

W
Teras

K
RK
KM
K

RM

Dapur

Rumah Bapak P yang ditempati saat ini adalah rumah pribadi. Tipe
bangunan rumah Bapak P adalah rumah permanen. Terdapat 2 kamar
tidur, 1 dapur, 1 kamar mandi, 1 ruang tengah, 1 ruang tamu, dan 1
teras depan rumah untuk warung. Ventilasi atau jendela di dalam kamar
diberi strimin. Hasil observasi menunjukkan lingkungan rumah terlihat
bersih, lantai terasa tidak berdebu, kamar mandi bersih dan luas, ruang
tengah terlihat terang, dan warung Bapak P bersih dan rapi. Untuk pem-
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 147
KEPERAWATAN KELUARGA

buangan septic tank jarak dengan sumur kurang lebih 4,5 meter. Pembua-
ngan limbah rumah tangga Bapak P menggunakan jasa pembuangan
sampah yang diambil setiap hari dengan biaya Rp 12.000,00/bulan.

B. KARAKTERISTIK TETANGGA DAN KOMUNITAS


Rumah keluarga Bapak P berada di perkampungan yang lumayan
padat. Jarak antar rumah beberapa saling berdekatan. Warga juga memi-
liki kegiatan pengajian dan arisan yang cukup rutin diadakan. Hubungan
antarwarga harmonis dan saling membantu satu sama lain. Fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada di sekitar lingkungan yaitu posyandu balita
dan posyandu lansia yang menyediakan pemeriksaan seperti pemeriksaan
tekanan darah, gula darah, asam urat, yang dapat ditempuh dengan jalan
kaki. Fasilitas umum yang ada di lingkungan yaitu sekolah taman kanak-
kanak, warung, masjid, dan ruang publik (taman bermain terbuka).

C. MOBILITAS GEOGRAFIS KELUARGA


Keluarga Bapak P menempati rumah tersebut tahun 2012. Keluarga
Bapak P pernah pindah rumah, dulu keluarga tinggal di sekitar lokasi
Balai Kota Yogyakarta atau di daerah Miliran selama 25 tahun.

D. PERKUMPULAN KELUARGA DAN INTERAKSI KOMUNITAS


Keluarga sering memanfaatkan waktu luang untuk berkumpul bersama
melakukan diskusi, bercerita, biasanya dilakukan saat malam hari. Bapak
P aktif mengikuti kegiatan arisan dan pertemuan rutin bapak-bapak yang
diadakan pada tanggal 5 atau 6 di setiap bulannya. Bapak P juga mengikuti
pengajian di masjid dekat rumah setiap malam Jum’at dan mengikuti
kerja bakti RT setiap Ahad (Minggu Legi). Ibu X juga mengikuti kegiatan
pengajian dan arisan yang diadakan di RT setiap tanggal 9.
148 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

E. SISTEM PENDUKUNG KELUARGA


Sistem pendukung keluarga Bapak P dan Ibu X yang memungkinkan
untuk membantu apabila ada keperluan yang mendesak pertama kali
adalah tetangga. Bapak P dan Ibu X merasa jika keluarga besar tidak
memungkinkan karena rumah mereka tidak berdekatan. Namun, apabila
masalah belum mampu teratasi mereka akan menghubungi keluarga
besar. Keluarga Bapak P dan Ibu X juga memberikan dukungan untuk
tetangga yang membutuhkan. Bapak P dan Ibu X dulu pernah membantu
tetangga yang berada di depan rumahnya ketika mengalami sakit diare
dan harus dibawa ke Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Kota
Yogyakarta.

4. Struktur Keluarga
A. STRUKTUR PERAN (FORMAL DAN INFORMAL)
1) Peran formal
Bapak P berperan sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah, yang
dibantu oleh Ibu X dan An. A yang juga bekerja. Ibu X juga melakukan
peran sebagai pengasuh anak-anaknya dan mengurus rumah. Peran
tersebut diterima dan konsisten sesuai dengan ekspektasi anggota
keluarga. Bapak P menjadi panutan dalam keluarga. Peran keluarga
dipengaruhi oleh masalah kesehatan seperti ketika Bapak P sakit, beliau
tidak dapat bekerja serta membantu anak dan isterinya.
2) Peran Informal
Bapak P dan Ibu X bersama-sama merawat kedua anaknya. Namun,
di sisi lain kedekatan Bapak P lebih dekat dengan anak perempuannya
(An. B) dan Ibu X lebih dekat dengan anak laki-lakinya (An. A).
Kedekatan ini tidak membuat adanya jarak, mereka tetap saling
melengkapi. Bapak P cenderung banyak berperan dalam melengkapi
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 149
KEPERAWATAN KELUARGA

kebutuhan putrinya karena waktu Bapak P banyak di rumah. Bapak


P mengantar dan menjemput sekolah dan les. Ibu X juga menemani
puterinya disaat waktu Ibu X luang, seperti menemani membeli buku.

B. POLA KOMUNIKASI
Pola komunikasi dalam keluarga adalah saling terbuka. Komunikasi
keluarga Bapak P tidak begitu banyak hambatan karena masing-masing
anggota keluarga memahami satu sama lain. Anggota keluarga saling
memahami dan memberikan kesempatan untuk siapa saja yang ingin
mengemukakan sesuatu. Setiap ada masalah, keluarga inti Bapak P
memecahkan dengan bermusyawarah. Anggota keluarga bertingkah laku
sopan dalam berinteraksi dan saling menghargai.

C. STRUKTUR KEKUATAN KELUARGA


Di dalam keluarga, Bapak P yang memegang peranan utama dalam
pengambilan keputusan. Bapak P juga meminta pendapat Ibu X
mengatur dan memutuskan kegiatan anak. Bapak P memutuskan seluruh
tindakan apabila ada keluarga yang membutuhkan bantuan. Seperti
Bapak P memutuskan untuk berhenti bekerja sebagai satpam di gudang
Netsle dan membuka usaha sendiri di rumah agar anak perempuannya
yang masih sekolah tidak terhambat dalam hal antar-jemput karena Ibu
X dan An. A juga bekerja. Umumnya keluarga puas dengan keputusan
yang diambil karena sebelum memutuskan sesuatu sebelumnya keluarga
bermusyawarah untuk pengambilan keputusan.

D. NILAI ATAU NORMA KELUARGA


Nilai dan norma yang dianut keluarga umumnya dilatarbelakangi oleh
budaya Jawa. Keluara besar dari Bapak P dahulu memang mempercayai
150 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

adanya hal-hal kejawen. Menurut penuturan Bapak P dan Ibu X, dulu


kakak kandung Bapak P ada yang meninggal dunia saat usia balita karena
terkena sawan/guna-guna. Mereka mengatakan bahwa sawan/guna-
guna itu didapat dari seseorang yang datang di acara pernikahan dan
memegang kakak Bapak P. Kakak Bapak P mengalami hal aneh setelah
kejadian itu, seperti tidak ingin masuk rumah, menangis dengan keras
dan gerakan bola matanya tidak dapat terkontrol. Namun, dengan ber-
kembangnya zaman, Bapak P dan Ibu X kini sudah tidak percaya akan
hal-hal seperti itu yang dapat memengaruhi kesehatan ataupun kematian
seseorang.

5. Fungsi Keluarga
A. FUNGSI AFEKTIF
Setiap anggota keluarga saling peduli dan menyayangi satu sama lain.
Bapak P dan Ibu X selalu memberikan dorongan dan dukungan kepada
anak-anaknya. Dukungan yang diberikan dari Bapak P dan Ibu X untuk
anak-anaknya berupa dukungan verbal dengan doa. Adik dan kakak
rukun dan kakak melindungi adiknya dan terkadang juga memperhatikan
serta membantu membelikan kebutuhan sekolah adiknya. Anggota
keluarga ini saling mengerti dan memahami keadaan masing-masing.

B. FUNGSI SOSIALISASI
Bapak P dan Ibu X dalam membesarkan anak dengan memberlakukan
fungsi sosialisasi berupa pemberian reward. Reward yang orangtua berikan
berupa dukungan. Reward berupa fasilitas tidak semena-mena diberikan,
kecuali anak membutuhkan fasilitas tersebut sebisa mungkin orangtua
memenuhinya. Bapak P dan Ibu X juga memberikan teguran kepada
anaknya jika melakukan hal yang tidak sesuai.
Keluarga Bapak P sering bersosialisasi dengan masyarakat. Bapak P
dan Ibu X sering mengikuti kegiatan yang dibuat oleh masyarakat.
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 151
KEPERAWATAN KELUARGA

Namun, untuk anak-anak, baik An. A dan An. B tidak begitu aktif mengi-
kuti sosialisasi dan kegiatan di masyarakat. An. A karena kesibukannya
bekerja cenderung mengikuti kegiatan masyarakat sesekali saja. An. B
dikatakan jarang keluar rumah karena tengah sibuk belajar untuk
mempersiapkan ujian.

C. FUNGSI PERAWATAN
Bapak P dan Ibu X mengatakan saat ada anggota keluarga yang sakit
biasanya diminta untuk beristirahat dan diberikan obat apotek terlebih
dahulu. Jika keadaan tidak kunjung sembuh, baru di bawa ke klinik
Gading (Fasilitas Kesehatan Tingkat I) lantas ke RS Bethesda Lempuyang
Wangi. Bapak P dan Ibu X mengatakan cukup puas dengan pelayanan
kesehatan yang diterima dari klinik, akan tetapi mengatakan kurang puas
dengan pelayanan puskesmas karena antrian yang lama.
Ibu X mengatakan bahwa ketika merasa sakit, apapun yang dirasakan,
seperti batuk, pilek, pusing, demam, keluarga sudah dapat diatasi dengan
obat “PAMOL” dan beristirahat. Bapak P mengalami diabetes dan
mengonsumsi obat rutin berupa “METFORMIN” dan “AMLODIPIN”.
Bapak P mengatakan semua anggota keluarga makan makanan jenis yang
sama dan senang mengonsumsi makanan apapun. Hanya saja, Bapak P
mengatur porsi makannya, tidak seperti anggota keluarga yang lain.
Ibu X mengalami tekanan darah tinggi dan kambuh jika kurang
istirahat, dan Ibu X memang tidak minum obat. Ibu X mengatakan bahwa
memang tidak mengonsumsi makanan berupa jeroan. Makanan dengan
rasa asin tidak dikonsumsi, hanya pemberian garam memang disesuaikan
dengan masakan. Ibu X mengatakan bahwa belum tahu dari mana sebab
timbulnya tekanan darah tinggi.
Frekuensi makan di keluarga Bapak P tiga kali sehari. Menunya tidak
dibedakan antara anggota keluarga. Ibu X yang merencanakan,
mengolah, dan menyiapkan makanan bagi keluarga.
152 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

Untuk pola tidur keluarga Bapak P masing-masing berbeda. Tidak


ada ketentuan atau aturan yang dibuat untuk pola tidur. Namun, untuk
Ibu P tidur malam tidak teratur karena tuntutan pekerjaan. Ibu P bekerja
di catering sehingga memang persiapan untuk memasak dilakukan dalam
jam tidur malam hingga pagi hari.
Bapak P dan Ibu X mengatakan bahwa rekreasi di luar rumah jarang
dilakukan dan juga sangat jarang olahraga. Ibu X mengatakan tidak
mengetahui pola hidup yang sesuai untuk klien dengan hipertensi seperti
pola makan, istirahat tidur, dan aktivitas. Ibu X mengatakan hanya
mengetahui menghindari makan yang asin atau garam untuk mengurangi
tekanan darah. Saat ini Ibu X tidak mengonsumsi obat anti hipertensi.
Ibu X mengonsumsi obat apabila ada keluhan yang dirasakan seperti
pusing dan pegal pada daerah tengkuk. Ibu X melakukan kontrol tekanan
darah setelah merasakan sakit.
Tidak ada anggota keluarga yang minum alkohol. Bapak P dan An. A
merokok. An. A sesuai penuturan Bapak P dan Ibu X mengatakan bahwa
anaknya belum ingin menikah mengingat usianya yang sudah seharusnya
menikah. Namun, An. A memang saat ini sudah dekat atau ada teman
lawan jenisnya. An. B saat ini tengah berada di masa remaja. An. B menu-
rut penuturan Bapak P dan Ibu X tidak memiliki pacar. An. B merupakan
anak yang nurut dengan orantua. An. B ini mengalami menstruasi pada
saat duduk di kelas 1 SMP atau kurang lebih dalam usia 11 tahun.

6. Stres dan Koping Keluarga


A. STRESOR YANG DIMILIKI
1) Stresor jangka pendek:
Bapak P dan Ibu X mengatakan bahwa tidak memiliki masalah
yang harus diselesaikan dalam waktu dekat. Bapak P dan Ibu X
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 153
KEPERAWATAN KELUARGA

hanya berfokus kepada An. B yang akan melakukan ujian nasional


untuk melanjutkan ke jenjang SMA.
2) Stresor jangka panjang:
Bapak P dan Ibu X tidak memiliki masalah yang harus diselesaikan
atau yang mengganggu sampai berkepanjangan.

B. KEMAMPUAN KELUARGA BERESPON TERHADAP SITUASI/STRESOR


Bapak P dan Ibu X mengatakan bahwa mereka sudah berusaha mera-
wat keluarga yang sakit dengan baik dan keluarga mengatakan berusaha
menyikapi kondisi itu dengan sabar dan terus berusaha mengusahakan
untuk menjaga kesehatan.

C. STRATEGI KOPING YANG DIGUNAKAN


Koping yang digunakan oleh keluarga adalah dengan cara problem-
fokused coping. Dalam hal ini jika terdapat masalah, Bapak P dan Ibu X
selalu menyelesaikan masalah tersebut dengan membicarakannya
langsung, sehingga setiap masalah dapat terselesaikan dengan baik.

D. ADAPTASI KELUARGA
Keluarga Bapak P selalu dapat mengatasi stresor dan beradaptasi
dengan keadaan baru.

E. ADAPTASI YANG DIFUNGSIONAL


Tidak ada penggunaan adaptasi disfungsional dalam keluarga seperti
pengabaian, kekerasan pada anak, menarik diri, dll.

7. Harapan Keluarga
Kehadiran mahasiswa keperawatan diharapkan dapat saling berbagi
ilmu tentang kesehatan dan cara merawat anggota keluarga yang sakit.
154 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

8. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Ibu X Bapak P

Kepala Keadaan secara umum normal. Inspeksi Keadaan secara umum normal. Inspeksi yang
yang didapat adalah bentuk simetris, didapat adalah bentuk simetris, distribusi
distribusi rambut merata, tebal, panjang rambut merata, tebal, panjang seleher,
sebahu, berwarna hitam, terdapat sedikit berwarna hitam, terdapat sedikit uban.
uban.

Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

Telinga Bentuk simetris antara telinga kanan dan Bentuk simetris antara telinga kanan dan kiri,
kiri, tidak terdapat gangguan tidak terdapat gangguan pendengaran.
pendengaran.

Mata Kelopak mata terlihat dapat membuka Mata sering kabur jika membaca terlalu lama,
menutup, sclera bersih, alis mata sclera tidak bersih, kelopak mata terlihat
berbatas tegas dan simetris, dapat membuka dan menutup, alis mata
pembengkakan mata (-), Ibu X tidak berbatas tegas dan simetris, Bapak P tidak
menggunakan kacamata. mengunakan kacamata.

Mulut dan Bentuk simetris, ekspresi muka sesuai, Bentuk simetris, ekspresi muka sesuai, tidak
hidung tidak ada secret yang keluar melalui ada secret yang keluar melalui hidung, bicara
hidung, bicara tidak pelo, bibir simetris, tidak pelo, bibir simetris, mukosa bibir
mukosa bibir lembab, tidak ada cuping lembab,tidak ada cuping hidung.
hidung, perdarahan dan pembengkakan
Keluhan Bapak X gigi bagian belakang sering
(-).
tiba-tiba goyah dan terkadang ada yang
hingga tanggal.

Dada dan Inspeksi tidak ada retaksi dada saat Inspeksi tidak ada retaksi dada saat bernafas.
paru- paru bernafas.

Abdomen Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

Reproduksi Ibu X mengalami menstruasi yang tidak Tidak ada keluhan


teratur, sejak 2017. Agustus sampai
dengan Desember 2017 Ibu X mengalami
menstruasi yang sangat banyak. Tanggal
rutin menstruasi Ibu X adalah setiap
tanggal 5. Namun, bulan Januari dan
Februari ini Ibu X belum menstruasi. Jika
akan memasuki waktu menstruasi Ibu X
mengalami keluhan payudaranya terasa
sangat sakit. Ibu X mengalami
menstruasi pertama saat kelas 5 SD atau
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 155
KEPERAWATAN KELUARGA

Pemeriksaan Ibu X Bapak P

menstruasi pertama saat kelas 5 SD atau


kurang lebih usia 10 tahun. Ibu X
mengatakan bahwa kemungkinan ini
merupakan tanda dari menepouse. Ibu X
sudah tidak menggunakan KB.

Eliminasi Tidak ada keluahan Bapak P mengatakan sering buang air kecil di
malam hari. Jam-jam yang disebutkan Bapak
P saat BAK ada

lah antara jam 22.00, 24.00 dan jam 03.00


pagi.

Sistem Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan


Integumen

Sistem Tidak ada keluhan Kaki sering kesemutan


muskuloskelet
al

BB dan TB 57 kg & 160 cm 60 kg & 170 cm

Tanda-tanda TD : 140/90 mmHg


vital

Capillary refill

ANALISIS MASALAH
Diagnosis Keperawatan
No. Analisis Data
Keluarga
1. DO: Ketidakefektifan
Ibu X TD : 140/90 mmHg. Pemeliharaan
DS : Kesehatan pada Ibu X.
· Ibu X mengatakan bahwa, mengalami tekanan darah tinggi sejak
awal tahun 2018, pada bulan Januari dan belum mengetahui dari
mana tekanan darahnya dapat tinggi.
· Ibu X telah memeriksakan kondisinya di Klinik Gading.
· Ibu X mengalami tekanan darah tinggi dan kambuh jika kurang
istirahat.
· Ibu X mengatakan bahwa, ketika tekanan darahnya tinggi
merasakan tengkuknya kencang/pegal.
· Ibu X mengatakan bahwa, terkait dengan pekerjaan sebagai pegawai
catering, Ibu X bekerja di jam tidur/istirahat malam sampai pagi.
Ibu X mengatakan bahwa jarang olahraga.
156 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

Diagnosis Keperawatan
No. Analisis Data
Keluarga

· Ibu X mengatakan bahwa jarang olahraga.


· Ibu X mengatakan bahwa memang tidak mengonsumsi makanan
berupa jeroan. Makanan dengan rasa asin berlebih tidak dikonsumsi,
hanya pemberian garam memang disesuaikan dengan masakan.
· Ibu X mengatakan tidak mengetahui pola hidup yang sesuai untuk
klien dengan hipertensi seperti pola makan, istirahat tidur dan
aktivitas.
· Saat ini Ibu X tidak mengonsumsi obat antihipertensi.
· Ibu X mengonsumsi obat apabila ada keluhan yang dirasakan
seperti pusing dan pegal pada daerah tengkuk.
· Ibu X melakukan kontrol tekanan darah setelah merasakan sakit.
DO: Perilaku kesehatan
Kadar gula darah saat pengecekan pertama kali di Rumah Sakit cenderung berisiko pada
Bethesda Lempuyang Wangi adalah 480 mg/dl. Bapak P.
DS:
· Bapak P mengalami diabetes sejak tahun 2010.
· Bapak P mengatakan bahwa beliau masih mengonsumsi manis
sebanyak dua kali sehari (Pagi-Sore).
· Bapak P mengatakan bahwa beliau masih merokok.
· Bapak P menatakan bahwa mengonsumsi obat diabetes secara
rutin.
· Bapak P mengatakan bahwa, beliau terkadang mengalami
kesemutan pada kakinya namun tidak tahu harus melakukan apa.
· Bapak P mengatakan bahwa, beliau ingin mengurangi rasa
kesemutan tersebut.
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 157
KEPERAWATAN KELUARGA

PRIORITAS MASALAH
1. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan pada Ibu X.

Kriteria Bobot Total Pembenaran


Sifat masalah: 1 3/3 x 1 : 1 Ibu X mengatakan bahwa, mengalami tekanan darah
Wellnes (3) tinggi satu bulan lalu dan belum mengetahui dari mana
Health Deficit (3) sebab tekanan darahnya dapat tinggi.
Health treath (2)
Forseeable crisis (1)
Kriteria Bobot Total Pembenaran
Kemungkinan diubah: 2 2/2 x 2 : 2 Masalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan dapat
Mudah (2) memungkinkan diubah dengan mudah karena Ibu X
Sebagian (1) sudah mengetahui apa itu hipertensi, adanya sumberdaya
Tidak dapat (0) keluarga untuk mendukung peningkatan kesehatan.
Perawat dapat memberikan keterampilan (Pengetahuan
Hipertensi) dan waktu untuk Ibu X. Adanya fasilitas yang
mendukung peningkatan kesehatan Ibu X.
Kemungkinan 1 3/3 x 1 :1 Masalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan dapat
dicegah: dicegah tinggi, karena masalah ini sangat penting bagi
Tinggi (3) Ibu X menyangkut kesehatannya. Ibu X belum
Cukup (2) mengetahui tindakan untuk pencegahan hipertensi.
Rendah (1) Adanya posyandu lansia dapat membantu Ibu X untuk
meningkatkan kesehatannya.
Menonjolnya 1 2/2 x 1: 1 Masalah ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan ini
masalah: membutuhkan perhatian segera karena jika Ibu X tidak
Membutuhkan mengetahui pencegahan, dan tindakan perawatan maka
perhatian segera (2) akan berisiko terhadap kesehatannya.
Tidak membutuhkan
perhatian segera (1)
Tidak dirasakan
sebagai masalah atau
kondisi yang
membutuhkan
perubahan (0)
Total 5
158 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

2. Perilaku kesehatan cenderung berisiko pada Bapak P.

Kriteria Bobot Total Pembenaran


Sifat masalah: 1 3/3 x 1 : 1 Bapak P mengatakan sudah tahu tentang penyakit
Wellnes (3) Diabetes Mellitus. Bapak P sudah melaksanakan kontrol
Health Deficit (3) rutin.
Health treath (2)
Forseeable crisis (1)
Kemungkinan diubah: 2 2/2 x 2 : 2 Bapak P belum sepenuhnya mengetahui cara mengatasi
Mudah (2) gejala kesemutan dan pandangan yang kabur yang
Sebagian (1) disebabkan diabetes. Bapak P sudah mendapatkan
Tidak dapat (0) pelayanan kesehatan yang baik dari tenaga kesehatan di
Rumah Sakit Bethesda Lempuyang Wangi. Sumber daya
perawat mampu memberikan pengetahuan dan
keterampilan untuk Bapak P. Sumber daya masyarakat di
lingkungan Gedongkiwo RW 17 telah membentuk fasilitas
kesehatan dengan adanya Posyandu sehingga Bapak P
selayaknya bisa mengikuti kegiatan tersebut.
Kemungkinan 1 2/3 x 1 Bapak P mengalami diabetes sejak tahun 2010. Bapak P
dicegah: :2/3 sudah melakukan pengaturan porsi makan dan kontrol
Tinggi (3) rutin. Namun, Bapak P masih mengonsumsi kopi dan
Cukup (2) merokok. Pelayanan kesehatan di masyarakat sudah ada
Rendah (1) Posyandu Lansia. Namun, Bapak P tidak mengikuti
kegiatan Posyandu Lansia. Keluarga inti Bapak P menjadi
bagian terdekat dari Bapak P untuk mencegah terjadinya
masalah dari penyakit yang dialami Bapak P.
Menonjolnya 1 2/2 x 1 : 1 Bapak P dan keluarga sudah mengetahui terkait diabetes
masalah: yang Bapak P alami. Bapak P mengalami kesemutan
Membutuhkan namun menganggap belum sangat mengganggu aktivitas
perhatian segera (2) sehingga Bapak P masih bekerja.
Tidak membutuhkan
perhatian segera (1)
Tidak dirasakan
sebagai masalah atau
kondisi yang
membutuhkan
perubahan (0)
Total 4 2/3

Prioritas masalah:
1. Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan pada Ibu X.
2. Perilaku Kesehatan Cenderung Berisiko pada Bapak P.
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 159
KEPERAWATAN KELUARGA

PERENCANAAN, IMPLEMENTASI, EVALUASI, RENCANA TINDAK LANJUT


160 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 161
KEPERAWATAN KELUARGA
162 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 163
KEPERAWATAN KELUARGA

IMPLEMENTASI, EVALUASI, DAN RTL

Diagnosis Tanggal/
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan Jam
1 Ketidakefektifan 17/2/ 2018, TUK 1 Subjektif :
Pemeliharaan jam 11.00 WIB Dengan berdiskusi : - Klien menyebutkan kembali pengertian
Kesehatan pada KNOWLEGDE (K) hipertensi yaitu tekanan darah mencapai 140/90.
Ibu X 1. Pendidikan kesehatan tentang - Klien menyebutkan merasakan tekanan darah
hipertensi. Pemateri bersama
tinggi dengan tanda tengkuk terasa kaku, pusing,
dengan klien dan suami klien
mendiskusikan mengenai berkeringat dan jantung berdebar.
pengetahuan klien soal - Klien mengatakan faktor risiko hipertensi adalah
kondisinya, stres, konsumsi garam berlebihan, kurangnya
pengertian,penyebab, tanda dan olahraga.
gejala,faktor risiko, cara - Klien mengatakan cara mempertahankan kondisi
mempertahankan kondisi
hipertensi dengan obat, latihan, dan mengatur
kesehatan pada klien hipertensi
pola makan.
agar tetap stabil.
2. Memberikan reinforcement
kepada klien mengenai Objektif :
pengetahuan kondisinya. - Klien dan suami klien memperhatikan saat
diskusi berlangsung .
- Klien aktif dalam bertanya dan menjawab
pertanyaan.
- Terdapat kontak mata selama proses diskusi.
- Sesekali menganggukkan kepala, gerakan tangan,
dan tertawa, saat diberi penguatan atau
penjelasan.

Analisa :
- TUK 1 tercapai, ketika klien mengenal kondisinya.

Perencanaan :
- Lanjutkan ke TUK 2 kemampuan keluarga
mengambil keputusan
17/2/ 2018 TUK : 2 Subjektif:
pukul 11.25 - Klien menyebutkan pengertian hipertensi adalah
KNOWLEGDE peninggian yang menetap daripada tekanan darah
MOTIVATION 140/90 mmHg.
1. Menjelaskan pada klien tentang - Klien menyebutkan bahwa pnyebab hipertensinya
hipertensi. bisa jadi karena kurang istirahat, stres, dan
2. Bersama klien mengidentifikasi konsumsi garam yang belum sesuai.
penyebab hipertensi untuk klien.
3. Bantu klien mengidentifikasi Objektif:
tanda dan gejala hipertensi. - Keluarga mampu memutuskan
4. Memberikan motivasi/dukungan Analisa:
klien untuk memutuskan - Keluarga mampu memutuskan tindakan yang
meluangkan waktu untuk tepat dalam merawat anggota keluarga dengan
melakukan latihan.
hipertensi.
5. Memberi pujian atas keputusan
Perencanaan:
klien.
- Lanjutkan TUK 3 kemampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit.
164 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

Diagnosis Tanggal/
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan Jam
17/2/ 2018 TUK 3 Objektif
pukul 12.00 SKILLS (S) − Klien mampu mengikuti latihan qigong yang
1. Mencontohkan dan menjelaskan dicontohkan.
pada klien cara melakukan Analisis
latihan qigong. − Klien mampu melakukan latihan qigong.
2. Memberi pujian atas upaya
keluarga yang benar

D. LATIHAN SOAL ASKEP KELUARGA DENGAN LANSIA


Petunjuk:
Kerjakanlah latihan soal di bawah ini dengan memilih jawaban yang paling benar!
1. Seorang lansia, usia 70 tahun, mengeluh setiap sakit di bagian sendi-
sendi kaki, rambutnya telah memutih semua dan jalannya sudah
bungkuk. Lansia merasa tidak berdaya dengan keadaan ini. Apakah
teori penuaan berdasarkan keluhan yang dialami oleh lansia?
A. Teori nonstochastic
B. Teori sosiologi
C. Teori psikologi
D. Teori stochastic
E. Teori moral/spiritual
2. Lansia berusia 65 tahun menderita kanker paru. Lansia mengatakan
sejak usia muda memang pola hidupnya tidak sehat, seperti merokok
dan sering tidur larut malam. Apakah teori penuaan berdasarkan
keluhan yang dialami oleh lansia?
A. Teori stochastic
B. Teori sosiologi
C. Teori psikologi
D. Teori nonstochastic
E. Teori moral/spiritual
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 165
KEPERAWATAN KELUARGA

3. Lansia usia 70 tahun, pensiun, saat ini masih aktif menjadi ketua di
organisasi sosial. Lansia ini sangat dihargai oleh lingkungan sekitar.
Apakah teori penuaan berdasarkan kondisi yang dialami lansia
tersebut?
A. Teori aktivitas/perkembangan
B. Teori stratifikasi
C. Teori perlepasan
D. Teori berkelanjutan
E. Teori kecocokan individu dan lingkungan
4. Lansia laki-laki usia 68 tahun, pensiunan, tinggal bersama istri yang
juga lansia. Lansia ini mempunyai kemampuan memimpin yang sangat
dibutuhan oleh lingkungan sekitarnya. Apakah teori penuaan
berdasarkan kondisi yang dialami lansia tersebut?
A. Teori kecocokan individu dan lingkungan
B. Teori stratifikasi
C. Teori perlepasan
D. Teori berkelanjutan
E. Teori aktivitas/perkembangan
5. Perawat mengkaji seorang lansia usia 80 tahun. Hasil pengkajian
menunjukkan lansia mengalami depresi dikarenakan ditinggalkan oleh
anak-anaknya di panti sosial. Lansia terlihat sering menyendiri dan
tidak bersedia mengikuti kegiatan bersama teman-teman di panti.
Apakah teori perkembangan yang di alami oleh lansa dimana salahsatu
kebutuhan merasa dicintai tidak terpenuhi?
A. Teori hirarki Maslow
B. Teori Erikson’s
C. Teori kompensasi
D. Teori individu Jung’s
166 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

E. Teori ekspansi Peck’s


6. Lansia usia 70 tahun, pensiunan PNS, tinggal sendiri, mengalami
hipertensi dan diabetes melitus. Saat ini aktivitas lansia lebih banyak
untuk beribadah dan mengikuti pengajian-pengajian. Lansia telah
menyadari kondisinya yang sebentar lagi akan mengalami kematian.
Apakah teori perkembangan yang dialami oleh lansia tersebut?
A. Teori individu Jung’s
B. Teori Erikson’s
C. Teori kompensasi
D. Teori hirarki Maslow
E. Teori ekspansi Peck’s
7. Seorang lansia usia 72 tahun, hidup bersama istrinya dalam kondisi
semua kebutuhan telah terpenuhi dengan sangat baik. Lansia ini dalam
penampilannya selalu terlihat sederhana dan mudah bergaul dengan
orang lain dari semua kalangan. Apakah kebutuhan menurut Maslow
yang telah dicapai oleh lansia berdasarkan kasus?
A. Kebutuhan aktualisasi diri
B. Kebutuhan dicintai
C. Kebutuhan fisiologis
D. Kebutuhan harga diri
E. Kebutuhan rasa aman
8. Seorang lansia usia 65 tahun, pensiun dari pekerjaan sebagai direktur
sebuah perusahaan. Saat di rumah, lansia ini sering marah-marah
dan keseharian hanya tidur dan menonton TV. Apakah perubahan
psikologis yang terjadi pada lansia berdasarkan kasus di atas?
A. Penyesuaian masa pensiun
B. Mengatasi kehilangan
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN 167
KEPERAWATAN KELUARGA

C. Mempertahankan aktivitas
D. Mengatasi kematian pasangan
E. Mengasumsikan peran kakek-nenek
9. Lansia laki-laki usia 80 tahun, istrinya telah meninggal setahun lalu.
Sebelumnya lansia ini sangat atif mengikuti kegiatan di lingkungan,
namun setelah istrinya meninggal, lansia ini hanya tinggal di rumah.
Apakah perubahan psikologis yang terjadi pada lansia berdasarkan
kasus di atas?
A. Mempertahankan aktivitas
B. Mengatasi kehilangan
C. Penyesuaian masa pensiun
D. Mengatasi kematian pasangan
E. Mengasumsikan peran kakek-nenek
10. Lansia usia 76 tahun, tinggal sendiri dengan pemenuhan kebutuhan
sehari-hari dibantu oleh anak yang tempat tinggalnya tidak jauh dari
rumahnya. Lansia ini sering berkunjung ke rumah anak-anaknya agar
tidak merasa kesepian. Apakah koping untuk mengatasi masalah
psikososial yang seharusnya ditunjukkan lansia berdasarkan kasus di
atas?
A. Meningkatkan sumber -sumber di keluarga
B. Beribadah
C. Melakukan konseling
D. Mempertahankan sistem dukungan
E. Meningatkan sumber-sumber di masyarakat
168 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI
KEPERAWATAN KELUARGA:
KONSEP DAN APLIKASI ASUHAN
KEPERAWATAN KELUARGA

Daftar Pustaka
Allender, J.A Rector & Warner. (2014). Nursing: Concepts, Process and Practice.
Community health nursing: promoting 7th ed. New Jersey: Prentice -Hall, Inc.
and protecting the public health, 8th Messecar D. (2008). Family caregiving
edition. Philadelphia: Lippincott. nursing standard of practice protocol:
Amri MS dan Tulab Tali. (2018). “Tauhid: Family caregiving. 4th Edition, Springer
Prinsip keluarga dalam Islam (Problem Publishing Company.
keluarga di barat)”. Jurnal Ulul Albab: McMurray, A. (2003). Community Health and
Jurnal Studi dan Penelitian Hukum Islam. Wellness – A Sociological Approach. 2nd
Vol 1 No 2. Ed. Elsevier, Australia
Asmaya Enung. (2018). “Impelementasi Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit,
Agama dalam Mewujudkan Keluarga Edisi 2. Jakarta: EGC
Sakinah”. Jurnal Komunika. Volume 6 Ristianti, A. 2008. Hubungan Antara
Nomor 1. Dukungan Sebaya Dengan Identitas Diri
Bruner, Suddarth. (2001). Buku Ajar pada Remaja di SMA Pusaka 1 jakarta.
Keperawatan Medikal Bedah, A1ih Universitas Gunadarma Fakultas
bahasa: Agung Waluyo, et al, Edisi 8, Psikologi. Skripsi: Jakarta.
vol-I, PGC; Jakarta. Sainul Ahmad. (2018). Konsep Keluarga
Friedman, M.H.,Bowden, V.R., & Jones, E.G. Harmonis dalam Islam. Jurnal Al-
(2003). Family nursing: Research, theory Maqasid. Volume 4 Nomor 1.
and practice, 5th edition. Norwalk, CT: Soetjiningsih. (1998). Tumbuh Kembang
Appleton & Lange. Anak. Jakarta: EGC
Hockenberry M, Rodgers C, Wilson D. Tamam, AB. (2018). Keluarga dalam
(2016). Wong’s Essentials of Pediatric perspektif Al-Qur’an: Sebuah kajian
Nursing, 10th Edition, St. Louis: Mosby tematik tentang konsep keluarga. Jurnal
Elsevier Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Volume 2 Nomor 1.
Perkembangan: Suatu Pendekatan Thohir, UF. (2015). Konsep keluarga dalam
Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Al-Qur’an: Pendekatan linguistic dalam
Gramedia. hokum perkawinan Islam. Isti’dal: Jurnal
Hurlock, Elizabeth B. (2011). Psikologi Studi Hukum Islam Volume 2 No. 1.
Perkembangan: Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta:
Erlangga.
Kaakinen, J.R., Coehlo, D.P, Duff, V,H &
Hanson, S.M. (2015). Family health care
nursing: Theory, practice and research. 5th
edition, Philadelphia, F.A. Davis Com-
pany.
Kozier, B., et al. (2004). Fundamental of
169

Daftar Pustaka
Allender, J.A Rector & Warner. (2014). nursing : Theory, practice and research.
Community health nursing: promoting 5th edition, Philadelphia, F.A. Davis
and protecting the public health, 8th Company.
edition. Philadelphia: Lippincott. Kozier, B., et al. (2004). Fundamental of
Amri MS dan Tulab Tali. (2018). “Tauhid: Nursing: Concepts, Process and Practice.
Prinsip keluarga dalam Islam (Problem 7th ed. New Jersey: Prentice -Hall, Inc.
keluarga di barat)”. Jurnal Ulul Albab: Messecar D. (2008). Family caregiving
Jurnal Studi dan Penelitian Hukum Islam. nursing standard of practice protocol:
Vol 1 No 2. Family caregiving. 4th Edition, Springer
Asmaya Enung. (2018). “Impelementasi Publishing Company.
Agama dalam Mewujudkan Keluarga McMurray, A. (2003). Community Health and
Sakinah”. Jurnal Komunika. Volume 6 Wellness – A Sociological Approach. 2nd
Nomor 1. Ed. Elsevier, Australia
Bruner, Suddarth. (2001). Buku Ajar Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit,
Keperawatan Medikal Bedah, A1ih Edisi 2. Jakarta: EGC
bahasa: Agung Waluyo, et al, Edisi 8, Ristianti, A. 2008. Hubungan Antara
vol-I, PGC; Jakarta. Dukungan Sebaya Dengan Identitas Diri
Friedman, M.H.,Bowden, V.R., & Jones, E.G. pada Remaja di SMA Pusaka 1 jakarta.
(2003). Family nursing: Research, theory Universitas Gunadarma Fakultas
and practice, 5th edition. Norwalk, CT: Psikologi. Skripsi: Jakarta.
Appleton & Lange. Sainul Ahmad. (2018). Konsep Keluarga
Hockenberry M, Rodgers C, Wilson D. Harmonis dalam Islam. Jurnal Al-
(2016). Wong’s Essentials of Pediatric Maqasid. Volume 4 Nomor 1.
Nursing, 10th Edition, St. Louis: Mosby Soetjiningsih. (1998). Tumbuh Kembang
Elsevier Anak. Jakarta: EGC
Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Tamam, AB. (2018). Keluarga dalam
Perkembangan: Suatu Pendekatan perspektif Al-Qur’an: Sebuah kajian
Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : tematik tentang konsep keluarga. Jurnal
Gramedia. Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Hurlock, Elizabeth B. (2011). Psikologi Volume 2 Nomor 1.
Perkembangan : Suatu Pendekatan Thohir, UF. (2015). Konsep keluarga dalam
Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Al-Qur’an: Pendekatan linguistic dalam
Erlangga. hokum perkawinan Islam. Isti’dal: Jurnal
Kaakinen, J.R., Coehlo, D.P, Duff, V,H & Studi Hukum Islam Volume 2 No. 1.
Hanson, S.M. (2015). Family health care
170 TITIH HURIAH
NINA DWI LESTARI

Anda mungkin juga menyukai