Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER DENGAN MASALAH


KESEHATAN HIPERTENSI DI WILAYAH BINAAN PUSKESMAS KARANGDORO
SEMARANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Keluarga

Dosen Pengampu: Ns. Novita Wulan Sari, M.kep

Disusun Oleh:

PUTRI KARTIKASARI

20101440121050

PROGRAM STUDI D - III KEPERAWATAN

STIKES KESDAM IV/DIPONEGORO

SEMARANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah memberika n
begitu banyak nikmat dan hidayah kepada seluruh makhluk-Nya. Dengan nikmat dan hidayah- Nya
pula saya dapat meneyelesaikan penulisan makalah tentang Asuhan Keperawatan Keluarga yang
merupakah tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga pada program D-III keperawatan semester V
di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kesdam IV/Diponegoro Semarang. Saya sampaikan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pembimbing/dosen pengajar mata kuliah Keperawatan
Keluarga, Ns. Novita Wulansari, M. Kep., yang senantiasa membimbing serta membantu dalam
proses penyusunan makalah ini. Saya menyadari dalam makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan dan kesaahan-kesalahan baik dari isinya maupun struktur penulisannya. Oleh karena
itu, saya mengharapkan kritik dan saran konstruktif untuk perbaikan dikemudian hari. Demikia n
semoga makalah ini memberikan manfaat, umumnya pada para pembaca dan khususnya bagi
penulis. Sekian, Terimakasih.

Semarang, 12 Desember 2023

Penulis

2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga
dan beberapa orang anggotanya yang tinggal seatap dan saling ketergantungan. Adapun tipe
keluarga diantaranya yaitu tipe keluarga tradisional dan tipe keluarga non tradisional. Didalam
struktur keluarga juga terdapat struktur peran keluarga, diantaranya peran peran formal
keluarga dan peran informal keluarga. Didalam keluarga, ada beberapa tahap dan tugas
perkembangan keluarga (Depkes RI (1988).
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah tinggi secara
terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg, tekanan diastolic 90 mmHg atau
lebih. Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan suatu keadaan peredaran darah
meningkat secara kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekrja lebih cepat memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi didalam tubuh.
Dewasa ini ada sekitar 422 juta orang penyandang hipertensi yang berusia 18 tahun di
seluruh dunia atau 8,5% dari penduduk dunia. Namun 1 dari 2 orang dengan penderita
hipertensi tidak tahu bahwa dia penyandang hipertensi. Oleh karena itu sering ditemukan
penderita hipertensi pada tahap lanjut dengan komplikasi seperti serangan jantung, stroke.
Di Indonesia, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan prevalensi hipertensi dari 5,7% tahun 2007 menjadi 6,9% atau sekitar 9,1 juta pada
tahun 2013. Data Sample Registration Survey tahun 2014 menunjukkan bahwa hipertens i
merupakan penyebab kematian terbesar nomor 3 di Indonesia dengan prosentase sebesar 6,7%
setelah stroke dan penyakit jantung. Pelayanan kesehatan pada penyakit hipertensi di tingkat
keluarga dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Asuhan
keperawatan yang diberikan kepada keluarga meliputi pengkajian, perumusan diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi keperawatan yang bertujuan agar
pelayanan kesehatan yang dilaksanakan bisa efektif dan komprehensif. Semua pelayanan itu
diterapkan pada semua tatanan puskesmas (Koes Irianto, 2014).

3
1.2 TUJUAN PENULISAN MAKALAH
Tujuan Umum
Memahami konsep pada lansia dan asuhan keperawatan keluarga pada lansia dengan
hipertensi.
Tujuan Khusus
1. Memahami konsep keluarga
2. Memahami konsep gangguan sistem Kardiovaskuler
3. Mengetahui tentang Konsep penyakit Hipertensi
4. Membuat pengkajian Asuhan Keperawatan keluarga dengan masalah Hipertensi.
5. Menegakkan diagnosa keperawatan pada Asuhan Keperawatan keluarga dengan masalah
Hipertensi.
6. Membuat rencana keperawatan pada Asuhan Keperawatan keluarga dengan masalah
Hipertensi.
7. Melaksanakan tindakan keperawatan pada Asuhan Keperawatan keluarga dengan
masalah Hipertensi.
8. Melakukan evaluasi pada Asuhan Keperawatan keluarga dengan masalah Hipertensi.

1.3 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana konsep keluarga itu?
2. Bagaimana konsep pada pasien dengan gangguan sistem Kardiovaskuler?
3. Bagaimana Konsep penyakit Hipertensi?
4. Bagaimana pengkajian Asuhan Keperawatan gerontik dengan masalah Hipertensi?
5. Menegakkan diagnosa keperawatan pada Asuhan Keperawatan keluarga dengan masalah
Hipertensi?
6. Bagaimana rencana keperawatan pada Asuhan Keperawatan keluarga dengan masalah
Hipertensi?
7. Bagaimana melaksanakan tindakan keperawatan pada Asuhan Keperawatan keluarga
dengan masalah Hipertensi?
8. Bagaimana melakukan evaluasi pada Asuhan Keperawatan keluarga dengan masalah
Hipertensi

4
BAB II

DASAR TEORI

2.1 KONSEP KELUARGA

2.1.1 Definisi Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu
atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2012). Sedangkan menurut
Friedman keluarga adalah unit dari masyarakat dan merupakan lembaga yang
mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan yang erat antara
anggotanya dengan keluarga sangat menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga atau
unit layanan perlu di perhitungkan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga yaitu sebuah
ikatan (perkawinan atau kesepakatan), hubungan (darah ataupun adopsi), tinggal dalam
satu atap yang selalu berinteraksi serta saling ketergantungan.
2.1.2 Fungsi Keluarga
- Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis
kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.
Keberhasilan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh
anggota keluarga.
- Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk
belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan
orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam hal ini keluarga dapat Membina hubunga n
sosial pada anak, Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak, dan Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.

5
- Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan
biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah meneruskan
keturunan.
- Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga
seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal.
- Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan keperawatan, yaitu untuk
mencegah gangguan kesehatan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga
yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah
kesehatan.
2.1.3 Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga
Berdasarkan konsep Duvall dan Miller, tahapan perkembangan keluarga dibagi menjadi
8, yaitu:
- Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan keluarga
dalam tahap ini antara lain yaitu membina hubungan intim yang memuaskan,
menetapkan tujuan bersama, membina hubungan dengan keluarga lain, mendiskus ika n
rencana memiliki anak atau KB, persiapan menjadi orangtua dan memahami prenatal
care (pengertian kehamilan, persalinan dan menjadi orangtua).
- Keluarga dengan anak pertama < 30bln (child bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan menimbulkan krisis keluarga.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain yaitu adaptasi perubahan
anggota keluarga, mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan,
membagi peran dan tanggung jawab, bimbingan orangtua tentang pertumbuhan dan
perkembangan anak, serta konseling KB post partum 6 minggu.
- Keluarga dengan anak pra sekolah

6
Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah menyesuaikan kebutuhan pada anak pra
sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kontak sosial) dan
merencanakan kelahiran berikutnya.
- Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun)
Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas perkembangan keluarga seperti
membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, mendorong anak untuk
mencapai pengembangan daya intelektual, dan menyediakan aktifitas anak.
- Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah pengembangan terhadap remaja,
memelihara komunikasi terbuka, mempersiapkan perubahan sistem peran dan
peraturan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota
keluarga.
- Keluarga dengan anak dewasa
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan
menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam
keluarganya.
- Keluarga usia pertengahan (middle age family)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu mempunyai lebih banyak waktu dan
kebebasan dalam mengolah minat sosial, dan waktu santai, memulihkan hubunga n
antara generasi muda-tua, serta persiapan masa tua.
- Keluarga lanjut usia
Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti penyesuaian tahap masa
pensiun dengan cara merubah cara hidup, menerima kematian pasangan, dan
mempersiapkan kematian, serta melakukan life review masa lalu.
2.1.4 Tugas Keluarga Dalam Kesehatan
- Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan
- Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
- Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit
- Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat tmeningkatkan kesehatan
- Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkunga n
setempat

7
2.1 KONSEP GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER
PENGERTIAN
Sistem kardiovaskuler adalah kumpulan organ yang bekerja sama untuk melakukan
fungsi transportasi dalam tubuh manusia. Sistem ini bertanggung jawab untuk
mentransportasikan darah, yang mengandung nutrisi, bahan sisa metabolisme, hormone,
zat kekebalan tubuh, dan zat lain ke seluruh tubuh. Sehingga, tiap bagian tubuh akan
mendapatkan nutrisi dan dapat membuang sisa metabolismenya ke dalam darah. Dengan
tersampainya hormone ke seluruh bagian tubuh, kecepatan metabolisme juga akan dapat
diatur. Sistem ini juga menjamin pasokan zat kekebalan tubuh yang berlimpah pada bagian
tubuh yang terluka, baik karena kecelakaan atau operasi, dengan bertujuan mencegah
infeksi di daerah tersebut. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa sistem kardiovaskuler
memiliki fungsi utama untuk mentransportasikan darah dan zat-zat yang dikandungnya ke
seluruh bagian tubuh. (Griadhi, Putu Adiartha. 2016)
Sistem kardiovaskuler terdiri atas organ jantung dan pembuluh darah. Fungsi sis tem
ini dapat dianalogikan dengan sistem pengairan di rumah tangga, dimana organ jantung
berperan sebagai pompa dan pembuluh darah berperan sebagai salurannya atau pipanya.
Sistem ini bertanggung jawab untuk mentransportasikan darah dan zat yang dikandungnya
ke seluruh bagian tubuh manusia. Untuk menjaga agar darah tetap mencapai seluruh bagian
tubuh secara terus-menerus maka jantung sebagai pompa harus berdenyut secara terus
menerus pula. Denyutan jantung diatur oleh sistem saraf otonom (SSO) yang berada di luar
kesadaran atau kendali kita sehingga kita tidak dapat mengatur denyutan jantung seperti
kehendak kita. Sistem kardiovaskuler merupakan sistem tertutup artinya darah yang
ditransportasikan akan berada di dalam jantung dan pembuluh darah, tidak dialirkan ke luar
pembuluh darah. Berdasarkan arah aliran darah maka pembuluh darah dapat
dikelompokkan menjadi dua. Pertama adalah pembuluh darah yang meninggalkan jantung
(arteri) dan pembuluh darah yang menuju jantung (vena) (Griadhi, Putu Adiartha. 2016).
Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah massa jantung bertambah,
ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga peregangan jantung berkurang, kondisi ini
terjadi karena perubahan jaringan ikat. Perubahan ini disebabkan oleh penumpuka n
lipofusin, klasifikasi SA Node dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.
Menurut Nugroho (2000) Perubahan Fisik pada lansia adalah (Kholifah, Siti Nur. 2016) :

8
a. Sel
Jumlahnya menjadi sedikit, ukurannya lebih besar, berkurangnya cairan intra seluler,
menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati, jumlah sel otak menurun,
terganggunya mekanisme perbaikan sel.
b. Sistem Persyarafan
Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun, berat otak menurun
10-20%, mengecilnya syaraf panca indra sehingga mengakibatkan berkurangnya
respon penglihatan dan pendengaran, mengecilnya syaraf penciuman dan perasa, lebih
sensitive terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah, kurang sensitive
terhadap sentuhan.
c. Sistem Penglihatan
Menurun lapang pandang dan daya akomodasi mata, lensa lebih suram (kekeruhan pada
lensa) menjadi katarak, pupil timbul sklerosis, daya membedakan warna menurun.
d. Sistem Pendengaran
Hilangnya atau turunnya daya pendengaran, terutama pada bunyi suara atau nada yang
tinggi, suara tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65
tahun, membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
e. Sistem Kardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku karena kemampuan jantung menurun 1%
setiap tahun sesudah kita berumur 20 tahun, sehingga pembuluh darah kehilanga n
sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah. Berkurangnya efektifitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi, misalnya perubahan posisi dari tidur ke duduk atau duduk ke
berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg dan tekanan
darah meninggi, karena meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer.
f. Sistem pengaturan temperatur tubuh
Pengaturan suhu hipotalamus yang dianggap bekerja sebagai suatu thermostat
(menetapkan suatu suhu tertentu). Kemunduran terjadi karena beberapa faktor yang
mempengaruhi yang sering ditemukan adalah temperatur tubuh menurun, keterbatasan
reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi
aktifitas otot rendah.

9
g. Sistem Respirasi
Paru-paru kehilangan elastisitas, sehingga kapasitas residu meningkat, mengakiba tka n
menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dan kedalaman
nafas menurun pula. Selain itu, kemampuan batuk menurun (menurunnya aktifitas
silia), O2 arteri menurun menjadi 75 mmHg, dan CO2 arteri tidak berganti.
h. Sistem Gastrointestinal
Banyak gigi yang tanggal, sensitifitas indra pengecap menurun, pelebaran esophagus,
rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan menurun, peristaltik
lemah, dan sering timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun.
i. Sistem urinaria
Otot-otot pada vesika urinaria melemah dan kapasitasnya menurun sampai 200 mg,
frekuensi BAK meningkat, pada wanita sering terjadi atrofi vulva, selaput lendir
mengering, elastisitas jaringan menurun dan disertai penurunan frekuensi seksual
intercrouse berefek pada seks sekunder.
j. Sistem Endokrin
Produksi hampir semua hormon menurun (ACTH, TSH, FSH, LH), penurunan sekresi
hormon kelamin misalnya: estrogen, progesterone, dan testoteron.
k. Sistem Kulit
Kulit menjadi keriput dan mengkerut karena kehilangan proses keratinisasi dan
kehilangan jaringan lemak, berkurangnya elastisitas akibat penurunan cairan dan
vaskularisasi, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kelenjar keringat berkurang jumla h
dan fungsinya, perubahan pada bentuk sel epidermis.
l. Sistem Muskuloskeletal
Tulang kehilangan cairan dan rapuh, kifosis, penipisan dan pemendekan tulang,
persendian membesar dan kaku, tendon mengkerut dan mengalami sclerosis, atropi
serabut otot sehingga gerakan menjadi lamban, otot mudah kram dan tremor.

ANATOMI SISTEM KARDIOVASKULER


Jantung terletak di rongga dada (thorax), dan cenderung terletak di sisi kiri. Pada
kelainan dekstrokardia jantung justru terletak di sisi sebelah kanan. Jantung dikelilingi
oleh pembuluh darah besar dan organ paru, dan timus di bagian depannya. Oksigen

10
(oksigenasi). Dari paru-paru darah kembali ke atrium kiri jantung melalui vena pulmona lis,
darah ini kaya akan oksigen karena telah mengalami oksigenasi di paru. Dari atrium kiri
dialirkan ke ventrikel kiri, selanjutnya ke seluruh tubuh melalui aorta. (Griadhi, Putu
Adiartha. 2016)
Elastisitas dinding aorta menurun dengan bertambahnya usia. Disertai dengan
bertambahnya kaliber aorta. Perubahan ini terjadi akibat adanya perubahan pada dinding
media aorta dan bukan merupakan akibat dari perubahan intima karena aterosklerosis.
Perubahan aorta ini menjadi sebab apa yang disebut isolated aortic incompetence dan
terdengarnya bising pada apex cordis. Penambahan usia tidak menyebabkan jantung
mengecil (atrofi) seperti organ tubuh lain, tetapi malahan terjadi hipertropi. Pada umur 30-
90 tahun massa jantung bertambah (± 1gram/tahun pada laki-laki dan ± 1,5 gram/tahun
pada wanita) (Griadhi, Putu Adiartha. 2016).
2.2 KONSEP PENYAKIT HIPERTENSI
2.3.1 DEFINISI
Hipertensi merupakan salah satu penyebab terbesar morbiditas di dunia, sering
disebut sebagai pembunuh diam-diam. Hipertensi, juga dikenal sebagai tekanan darah
tinggi, adalah kondisi medis jangka panjang di mana tekanan darah di arteri terus
meningkat. Hubungan yang berkelanjutan antara tekanan darah, kardiovaskuler dan
kejadian ginjal membuat perbedaan antara normotensi dan hipertens i menjadi sulit ketika
didasarkan pada nilai-nilai tekanan darah. Bagaimanapun, sebuah definisi tekanan darah
diperlukan untuk diagnosis hipertensi dan selanjutnya untuk terapi penurunan tekanan
darah guna menurunkan risiko kerusakan organ target (Steven Johanes Adrian & Tommy.
2019)
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmhg dan tekanan diastolik diatas 90 mmhg. Pada populasi Manula
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmhg dan tekanan diastolik 90 mmhg
hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Disebut
sebagai pembunuh diam-diam karena orang dengan hipertensi sering tidak menampakan
gejala. Institut nasional jantung paru dan darah memperkiraka n separuh orang yang
menderita hipertensi tidak sadar akan kondisinya, Begitu Penyakit ini diderita tekanan

11
darah pasien harus dipantau dengan interval teratur karena hipertensi merupakan kondisi
seumur hidup. (Erica Kusuma Rahayu Sudarsono, Julius Fajar Aji Sasmit, dkk 2017).
2.a.1 ETIOLOGI
Berdasarkan hasil penelitian adapun faktor-faktor yang mempengaruhi Hipertensi
yaitu diantaranya:
a. Faktor Lingkungan: Sebagian besar kebiasaan merokok dipengaruhi oleh
tetangga/teman kerja, budaya memasak gorengan, dan bersantan.
b. Faktor Genetik: Jumlah anggota keluarga yang mengalami hipertensi.
c. Faktor Perilaku: kebiasaan merokok, tidak pernah atau tidak teratur mengkons ums i
obat anti hipertensi, kebiasaan mengkonsumsi kopi, mengkonsumsi makanan
berlemak, mengkonsumsi makanan bersantan, kurangnya kebiasaan olahraga.
d. Faktor Yankes: Deteksi dini dari Fasilitas Kesehatan kurang.
2.3.2 MANIFESTASI KLINIK
Gejala yang sering terjadi pada hipertensi adalah:
a. Timbulnya sakit kepala
b. pedarahan dari hidung
c. pusing
d. wajah kemerahan
e. kelelahan
Gejala hipertensi terkadang tidak dirasakan dan menyebabkan seringka li
penderitayang terdiagnosis hipertensi baru diketahui setelah menderita cukup lama. Pada
umumnya, penderita hipertensi esensial tidak memiliki keluhan. Keluhan yang dapat
muncul antara lain:
a. Nyeri kepala
b. Gelisah
c. Palpitasi (jantung berdebar)
d. Pusing
e. Leher kaku
f. Penglihatan kabur
g. Nyeri dada
h. Mudah lelah

12
i. Impotensi

2.3.3 PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY


Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor inibermula saraf simpatis,
yang berlanjut berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini neuron preganglion melepaskan asetilko lin,
yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsangan vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi
( Fajri, Yolanda Septina. 2017).
Pada saat bersamaan dimana sistemsimpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respon rangsangan emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan streoid lainnya, yang dapat
memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yanng mengakiba tka n
penurunan aliran darah ke ginjal, mengak ibatkan pelepasan renin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin 1 yang kemudian diubah menjadi angiotensin 2, saat
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air di tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mengakiba tka n
keadaan hipertensi (Price) (Fajri, Yolanda Septina. 2017).

13
Berikut merupakan penggambaran pathway dari penyakit Hipertensi:

14
2.3.5 KOMPLIKASI
a) Jantung
Hipertensi dapat menyebab terjadinya gagal jantung dan penyakit jantung koroner. Pada
penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan mengendor dan
berkurang elastisitasnya, yang disebut dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak lagi mampu
memompa sehingga banyaknya cairang yang tetahan diparu maupun jaringan tubuh lain
yang dapat menyebabkan sesak nafas atau oedema. Kondisi ini disebut gagal jantung.
2.4 Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke, apabila tidak diobati resiko
terkena stroke 7 kali lebih besar.
2.5 Ginjal
Hipertensi juga menyebabkan kerusakan ginjal, hipertensi dapat menyebabkan kerusakan
system penyaringan didalam ginjal akibat lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat-
zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan
di dalam tubuh.
2.6 Mata
Hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati hipertensi dan dapat menimbulka n
kebutaan.
2.3.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemerikaan penunjang menurut (Nur arif dan kusuma, 2015)
a. Pemerikaan Laboratorium
1) Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti
hipokoagubilita, anemia.
2) BUN /kreatinin: memberikaan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
3) Glukosa: Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan
oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4) Urinalisa: darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada
DM.

15
b. CT scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
c. EKG: dapat menunjukkan pola rengangan, dimana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
d. IUP: mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal, perbaikan ginjal.
e. Photo dada: menujukkan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran
jantung.
2.3.7 PENATALAKSANAAN
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya
morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah
dibawah 140/90 mmHg. Efektivitas setiap program ditentukan oleh derajat hipertens i,
komplikasi, biaya perawatan dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi. Beberapa
penelitan menunjukkan bahwa pendekatan nonfarmakologis termasuk penurunan berat
badan, pembatasan alcohol, natrium dan tembakau, latihan dan relaksasi merupakan
intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap antihipertensi. Apanila penderita
hipertensi ringan berada dalam risiko tinggi (pria perokok) atau bila tekanan darah
diastoliknya menetap, diatas 85 mmHg atau 95 mmHg dan sistoliknya diatas 130 sampai
139 mmHg, maka perlu dimulai terapi obat-obatan (Smeltzer Suzanne C. 2011).
Penatalaksanaan hipertensi dengan non farmakologis terdiri dari berbagai macam
cara modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu:
a. Mempertahankan berat badan ideal
b. Kurangi asupan natrium
c. Batasi konsumsi alkohol
d. Diet yang mengandung kalium dan kalsium
e. Menghindari merokok
f. Penurunan Stress
g. Terapi pijat

16
2.3.8 ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas pasien
Identitas klien yang perlu dikaji meliputi nama, jenis kelamin tanggal. lahir, nomor
register, usia, agama, alamat, status perkawinan, pekerjaan, dan tanggal masuk
rumah sakit.
b. Keluhan Utama
Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi, pusing, leher
kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, dan impotensi.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dengan memberikan pertanyaan
tentang kronologi keluhan utama. Keluhan lain yang menyerta biasanya: sakit
kepala pusing, penglihatan buram, mual, detak jantung tak teratur, nyeri dada..
d. Riwayat kesehatan dulu
Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi, penyakit jantung, penyakit ginjal, stroke.
Penting untuk mengkaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan
adanya riwayat alergi terhadap jenis obat.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji didalam keluarga adanya riwayat penyakit hipertensi, penyakit metabolik,
penyakit menular seperi TBC, HIV, infeksi saluran kemih, dan penyakit menurun
seperti diabetes militus, asma, dan lain-lain.
f. Aktivitas / istirahat
1) Gejala: kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
2) Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
g. Sirkulasi
1) Gejala:
a) Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/ katup dan
penyakit serebrovaskuler
b) Episode palpitasi

17
2) Tanda:
c) Peningkatan tekanan darah
d) Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, takikardia
e) Murmur stenosis vulvular
f) Distensi vena jugularis
g) Kulit pucat, sianosis suhu dingin (vasokontriksi perifer)
h) Pengisian kapiler mungkin lambat / tertunda
h. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum: Biasanya pasien sadar, terkadang sedikit gelisah
2) Tingkat kesadaran: Biasanya Composmentis (dengan GCS 14 –15)
3) TTV
- TD : Bisa terjadi hipertensi td >120/80
- N : Biasanya terjadi perubahan denyut nadi
- RR : Biasanya pasien bisa sesak atau normal
- S : Bisa terjadi hipotermia atau hipertermia
4) Kepala: Normachepal
5) Wajah: Biasanya simetris, wajah pucat.
6) Mata: Biasanya sklera tidak ikhterik, konjungtiva anemis.
7) Mulut dan bibir: Lidah kotor, membran mukosa kering, dan pecah-pecah.
8) Hidung: Biasanya terjadi epitaksis
9) Telinga: Biasanya tidak terdapat gangguan pendengaran
10) Thoraks
a) Paru-paru
(1) Inspeksi: Biasanya simetris kiri dan kanan
(2) Palpasi: Biasanya fremitus kiri dan kanan
(3) Perkusi: Biasanya sonor
(4) Auskultasi: Suara napas bisa normal (vesikuler) atau tidak normal
(seperti ronkhi).
b) Jantung
(1) Inspeksi: Biasanya iktus tidak terlihat
(2) Palpasi: Biasanya iktus teraba di Ric 4

18
(3) Perkusi: Biasanya batas jantung normal
(4) Auskultasi: biasanya suara vesikuler
11) Abdomen
a) Inspeksi: Bentuk cembung
b) Palpasi: Biasanya tidak ada pembesaran hepar
c) Perkusi: Biasanya kembung(meteorismus)
d) Auskultasi: Biasanya bising usus hiperaktif
12) Ekstremitas: Lemah anggota gerak dengan kekuatan otot biasanya 2 sampai 3,
akral teraba hangat, CRT < 2 dtk
2.3.9 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:
1) Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif (D.0115)
2) Perilaku kesehatan cenderung berisiko (D.0099)
2.3.10 INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi TTD


Dx Keperawatan Hasil
1. Manajemen Setelah dilakukan Dukungan koping keluarga (I.09260) Putri
tindakan
kesehatan
keperawatan selama
keluarga 3x… menit Observasi:
diharapkan perilaku
tidak efektif kesehatan membaik - Identifikasi respon emosional terhadap kondisi
(D.0115) kriteria hasil: saat ini
- Identifikasi beban prognosis secara psikologis
Penerimaan terhadap
perubahan status - Identifikasi pemahaman tentang keputusan
kesehatan dari skala
3 perawatan setelah pulang
(sedang )ke skala 4 - Identifikasi kesesuaian antara harapan pasien,
(cukup meningkat )
keluarga, dan tenaga kesehatan
Kemampuan Terapeutik:
peningkatan
- Dengarkan masalah, perasaan, dan pertanyaan
kesehatan dari skala
3 (sedang )ke skala 4 keluarga
(cukup meningkat )
- Terima nilai-nilai keluarga dengan cara yang
Pencapaian tidak menghakimi
pengendalian

19
kesehatan dari skala - Diskusikan rencana medis dan perawatan
3 (sedang )ke skala 4
- Fasilitasi pengungkapan perasaan antara
(cukup meningkat )
pasien dan keluarga atau antar anggota
keluarga
- Fasilitasi pengambilan keputusan dalam
merencanakan perawatan jangka panjang, jika
perlu
- Fasilitasi anggota keluarga dalam
mengidentifikasi dan menyelesaikan konflik
nilai
- Fasilitasi pemenuhan kebutuhan dasar
keluarga(mis.tempat tinggal, makanan,
pakaian)
- Fasilitasi anggota keluarga melalui proses
kematian dan berduka jika perlu
- Fasilitasi memperoleh pengetahua n,
keterampilan, dan peralatan yang diperluka n
untuk mempertahankan keputusan perawatan
pasien
- Bersikap sebagai pengganti keluarga untuk
menenangkan pasien dan/atau jika perlu tidak
dapat memberikan perawatan
- Hargai dan dukung mekanisme koping adaptif
yang digunakan
- Berikan kesempatan berkunjung bagi anggota
keluarga
Edukasi:
- Informasikan kemajuan pasien secara berkala
- Infornasikan fasilitas perawatan kesehatan
yang tersedia

20
Kolaborasi:
- Rujuk untuk terapikeluarga
2. Perilaku Setelah dilakukan Edukasi kesehatan (I.12383) Putri
kesehatan tindakan
cendnerung keperawatan selama Observasi :
berisiko 1x… jam
(D.0099) Diharapkanperilaku - Idntifikasi kesiapan dan kemampuan
kesehatan menerima informasi
Meningkat dengan - Identifikasi factor-falktor yang dapat
kriteria hasil : meningkatkan dan menurunkan motivas i
Penerimaan terhadap perilaku hidup bersih dan sehat
perubahan status Terapeutik:
kesehatan dari skala - Sediakan materi dan media pendidikan
3 (sedang )ke skala
kesehatan
4) (cukup meningkat)
- Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
Kemampuan kesepakatan
peningkatan - Berika kesempatan untuk bertanya
kesehatan dari skala
3 (sedang )ke skala Edukasi:
4(cukup meningkat) - Jelaskan factor penyebab risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
Pencapaian - Ajarkan perilaku hidup berdih dan sehat
pengendalian - Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
kesehatan dari skala meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
3 (sedang )ke skala
4(cukup meningkat)

21
2.3.11 IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses
pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien, faktor -faktor lain
yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan
kegiatan komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2017).

2.3.12 EVALUASI
Evaluasi adalah proses keberhasilan tindakan keperawatan yang membandingka n
antara proses dengan tujuan yang telah ditetapkan, dan menilai efektif tidaknya dari
proses keperawatan yang dilaksanakan serta hasil dari penilaian keperawatan tersebut
digunakan untuk bahan perencanaan selanjutnya apabila masalah belum teratasi.
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan guna
tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan
lain. Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan
tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien (Dinarti
&Muryanti, 2017)

22
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1.
Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1.
Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1.
Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia.
Nuraini, Bianti. 2015. Risk Factors Of Hypertension. Lampung : Majority.
Erica Kusuma Rahayu Sudarsono, Julius Fajar Aji Sasmit,dkk. 2017. Albertus Bayu
HandyastoPeningkatan Pengetahuan tentang Hipertensi Guna Perbaikan Tekanan Darah
pada Anak Muda di Dusun Japanan, Margodadi, Sayegan, Sleman, Yogyakarta.
Yogyakarta:Universitas Sanata Dharma.
Suling, Frits Reinier Wantian. 2018. Buku Hipertensi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Univers itas
Kristen Indonesia
Rahmawaty,Yulia Pratiwi, Dwi Susiloningrum. 2021. Pengobatan Gratis Dan Sosialisasi “
Hipertensi” Di Desa Cranggang Kudus. Kudus : STIKES Cendekia Utama.
Steven Johanes Adrian & Tommy . 2019. Hipertensi Esensial: Diagnosis dan Tatalaksana
Terbaru pada Dewasa. Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.
Sari, Rita Kartika & Livana PH. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi. Semarang:
Universitas Sultan Agung.
Fajri, Yolanda Septina. 2017. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi Pada Lansia
Tahap Awal Di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang. Padang: Politeknik Kesehatan
Kemenkes Padang.
Fitra Pringgayuda, Cikwanto, & Zam Zami Hidayat. 2021. Pengaruh Jus Mentimun Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi. Pringsewu: Univers itas
Muhammadiyah Pringsewu.
Sari, Novia Puspita. 2020. Karya Tulis Ilmiah: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Hipertensi Yang Di Rawat Di Rumah Sakit. Balikpapan: Poltekkes Kemenkes Kalimanta n
Timur.
Kholifah, Siti Nur. 2016. Buku Keperawatan Gerontik. Jakarta: Kemenkes RI.
Griadhi, Putu Adiartha. 2016. Sistem Kardiovaskuler. Bali: Universitas Udayana.

23

Anda mungkin juga menyukai