Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHUUAN

HIPERTENSI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Klinik Keperawatan Keluarga
Dosen Pembimbing : Ns. Diana Dayaningsih, M. Kep

Oleh :

NANGROE PUTRA ADI PRATAMA


20101440121043

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES KESDAM IV/DIPONEGORO SEMARANG
2023/2024
KONSEP TEORI

1.1 KONSEP DASAR KELUARGA


A. DEFINISI
Keluarga merupakan perkumpulan duat atau lebih individu yang diikat
oleh hubungan darah,perkawinan atau adopsi dan tiap-tiap anggota keluarga
selalu berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak,2011).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat
dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan
(Setiadi,2012).Sedangkan menurut Friedman keluarga adalah unit dari
masyarakat dan merupakan lembaga yang mempengaruhi kehidupan
masyarakat.Dalam masyarakat,hubungan yang erat antara anggotanya dengan
keluarga sangat menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga unit layanan
perlu di perhitungkan.

B. TIPE KELUARGA
a) Keluarga Tradisional
 Nucklear Family (keluarga inti)
Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami,istri dan anak kandung atau
anak adopsi.
 Extended Family (keluarga besar)
Keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai
hubungan darah,misalnya kakek,nenk,bibi,dan paman.
 Dyad Family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang tinggal dalam satu
rumah tanpa anak.
 Single parent family
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua dan anak (kandung atau
angkat).Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.
 Single adult
Satu rumah tangga yang terdiri dari satu orang dewasa.
 Keluarga usia lanjut
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah lanjut usia.
b) Keluarga non Tradisional
 Keluarga communy
Terdiri dari satu keluarga tanpa pertalian darah,hidup dalam satu
rumah.
 Cohabiting couple
Orang tua (ayah,ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup
bersama dalam satu rumah tangga.
 Homo seksual dan lesbian
Dua individu sejenis yang hidup bersama dalam satu rumah dan
berperilaku layaknya suami istri.

C. TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


Menurut Friedman (1998) tahap perkembangan keluarga berdasarkan
siklus kehidupan keluarga terbagi atas 8 tahap :
1) Keluarga baru (beginning family),perkawinan yang menandakan
bermulanya keluarga baru namun belum memiliki anak.
2) Keluarga sedang mengasuh anak (child bearing family),dimulai dengan
kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan.
3) Keluarga dengan usia anak pra sekolah,keluarga dengan anak pertama
yang berumur 30 bulan sampai 6 tahun.
4) Keluarga dengan anak usia sekolah,anak pertama berusia 6 tahun sampai
13 tahun.
5) Keluarga dengan anak remaja,usia anak pertama 13 tahun sampai 20
tahun.
6) Keluarga dengan anak dewasa,anak pertama meninggalkan rumah.
7) Keluarga usia pertengahan,anak terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir saat pensiun.
8) Keluarga usia lanjut,salah satu pasangan memasuki masa pensiun,terus
berlangsung hingga salah satu pasangan meninggal dunia.

D. LINGKUNGAN KELUARGA
Keluarga yang positif adalah keluarga yang anggotanya terlibat aktif
dalam transaksi prososial dan afektif satu sama lain serta bekerja sama dan
berkoordinasi dengan lingkungan fisik atau sosial agar berhasil beradaptasi
dengan kebutuhan setiap anggota ( Corral et al., 2014 ).
Teori lingkungan positif memperkirakan bahwa kesejahteraan dihasilkan
dari lingkungan keluarga yang positif. Lingkungan seperti itu juga dikaitkan
dengan keterlibatan akademis remaja sebagai bagian dari lingkungan positif di
sekolah dan dengan teman sebaya ( Gaxiola et al., 2020 ).

E. FUNGSI KELUARGA
Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu :
1) Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan keluarga.Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial.Keberhasilan fungsi afektif tampak
pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi
afektif adalah (Friedman,M.M et al.,2010) :
a. Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih,kehangatan,saling
menerima,saling mendukung antar anggota keluarga.
b. Saling menghargai,bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim positif maka fungsi afektif akan tercapai.
c. Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru.
2) Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir.Keluarga merupakan tempat
individu untuk belajar bersosialisasi,misalnya anak yang baru lahir dia
akan menatap ayah,ibu dan orang yang ada di sekitarnya.Dalam hal ini
keluarga dapat membina hubungan sosial pada anak,membentuk norma-
norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak,dan
menaruh nilai-nilai budaya keluarga.
3) Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia.Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang
sah,selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan
untuk membentuk keluarga adalah meneruskan keturunan.

4) Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan,pakaian,dan tempat
tinggal.
5) Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan
keperawatan,yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau merawat
anggota keluarga yang sakit.Keluarga yang dapat melaksanakan tugas
kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.

F. STUKTUR KELUARGA
a. Pola komunikasi
Bila dalam keluarga komunikasi yang terjadi secara terbuka dan dua arah
akan sangat mendukung bagi penderita TBC. Saling mengingatkan dan
memotivasi penderita untuk terus melakukan pengobatan dapat
mempercepat proses penyembuhan.
b. Struktur peran keluarga
Bila anggota keluarga dapat menerima dan melaksanakan perannya
dengan baik akan membuat anggota keluarga puas dan menghindari
terjadinya konflik dalam keluarga dan masyarakat.
c. Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan
orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan.
Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan secara musyawarah
akan dapat menciptakan suasana kekeluargaan. Akan timbul perasaan
dihargai dalam keluarga.
d. Nilai atau norma keluarga
Perilaku individu masing-masing anggota keluarga yang ditampakan
merupakan gambaran dari nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga

G. STRESS DAN KOPING KELUARGA


Koping terdiri atas upaya pemecahan masalah yang dihadapi oleh individu
dengan tuntutan yang sangat relevan dengan kesejahteraannya. Koping sebagai
respons (kognitif perilaku atau persepsi) terhadap ketegangan hidup eksternal
yang berfungsi untuk mencegah, menghindari, atau mengendalikan distres
emosional.
Koping keluarga didefinisikan sebagai proses aktif saat keluarga
memanfaatkan sumber keluarga yang ada dan mengembangkan perilaku serta
sumber baru yang akan memperkuat unit keluarga dan mengurangi dampak
peristiwa hidup penuh stres.
Berikut adalah strategi koping dalam keluarga :
1. Strategi Koping Keluarga Internal
Strategi hubungan keluarga
• Mengandalkan kelompok keluarga
• Kebersamaan yang lebih besar dengan keluarga
• Fleksibilitas peran dalam keluarga
Strategi kognitif
• Normalisasi
• Pemecahan masalah bersama
• Mendapatkan informasi dan pengetahuan
Strategi komunikasi.
• Terbuka dan jujur
• Menggunakan humor dan tawa
2. Strategi Koping Keluaga Eksternal
 Strategi komunitas
Memelihara jaringan aktif dengan komunitas
 Strategi dukungan social
Informal (Keluarga besar, Teman, Tetangga, Kelompok swabantu,
Dukungan sosial), formal (konseling pelayanan kesehatan)
 Strategi spiritual
Mencari bantuan rohaniwan, Lebih terlibat dalam aktivitas
keagamaan. Memiliki keyakinan terhadap Tuhan, Berdoa Mencari
pembaruan dan keterkaitan dalam hubungan yang erat dengan alam.
3. Sreategi Koping Disfungsional
 Penyangkalan masalah keluarga
 Pengabaian anggota keluarga
 Kekerasan dalam keluarga

H. TUGAS KELUARGA DALAM BIDANG KESEHATAN


Tugas keluarga dalam bidang kesehatan adalah sebagai berikut :
1) Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan
2) Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
3) Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang
sakit
4) Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan
5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di
lingkungan setempat

1.2 KONSEP HIPERTENSI


A. DEFINISI
Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi merupakan suatu gangguan pada
dinding pembuluh darah yang mengalami peningkatan tekanan darah sehingga
mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi tidak bisa sampai ke jaringan yang
membutuhkannya. Hal tersebut mengakibatkan jantung harus bekerja lebih keras
untuk memenuhi kebutuhan oksigen. Apabila kondisi tersebut berlangsung dalam
waktu yang lama dan menetap akan menimbulkan penyakit hipertensi (Hastuti,
2022).
Seseorang dapat dikatakan hipertensi apabila tekanan darah melebihi batas normal
yaitu 140 mmHg untuk sistol dan 90 mmHg untuk diastol yang dilakukan sebanyak
dua kali pemeriksaan dalam selang waktu 5 menit, serta dalam kondisi yng rileks.
Tekanan darah sistolik merupakan kondisi ketika jantung berkontaksi/berdetak
memompa darah. sedangkan tekanan darah diastol merupakan kondisi dimana
jantung sedang rileksasi (Sari, 2017).
Kejadian hipertensi di seluruh dunia mencapai hampir lebih dari 1,3 milyar orang
dimana 31% menggambarkan jumlah penduduk dewasa di dunia yang mengalami
peningkatan sebesar 5,1% lebih besar dibanding prevalensi global pada tahun 2000-
2010 (Arum, 2019). Kasus hipertensi global sebesar 22% dari total populasi dunia.
Prevalensi kejadian hipertensi tertinggi berada di benua Afrika 27% dan terendah di
benua amerika 18%, sedangkan di asia tenggara berada diposisi ke-3 tertinggi dengan
prevalensi sebesar 25% (Cheng, et al 2020).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar prevalensi hipertensi berdasarkan hasil
pengukuran pada penduduk usia 18 tahun sebesar 34,1%. Wilayah tertinggi yang
mengalami hipertensi yaitu Kalimantan Selatan (44,1%), sedangkan terendah di
wilayah Papua sebesar (22,2%). Hipertensi yang terjadi pada kelompok umur 31- 44
tahun sebesar (31,6%) dan umur 45-54 tahun sebesar (45,3%), umur 55-64 tahun
sebesar (55,2%) (Riskesdas, 2018).

B. ETIOLOGI
Menurut Junaedi, Yulianti & Rinata (2013) penyebab hipertensi dibagi menjadi dua
faktor sebagai berikut :
a. Faktor yang Tidak Bisa Diubah
1) Ras
Di Amerika Serikat, orang berkulit hitam keturunan AfrikaAmerika paling
banyak mengalami hipertensi dibandingkan dengan kelompok ras lainnya.
Penyebab pasti belum diketahui, namun pada orang berkulit hitam terdapat
kadar renin yang lebih rendah dan sensivitas terhadap vasoprenin lebih
besar.
2) Pertambahan Umur
Pertambahan umur mampu meningkatkan risiko terjadinya hipertensi yang
disebabkan oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh darah, dan kadar
hormon. Walaupun hipertensi dapat terjadi pada segala umur, namun paling
banyak menyerang pada orang dewasa yang berusia 35 tahun atau lebih.
3) Keturunan
Riwayat keluarga menjadi salah satu faktor risiko yang cukup besar dalam
terjadinya hipertensi pada seseorang yaitu sebesar 25%. Jika kedua orang
tua menderita hipertensi, maka risiko terkena hipertensi menjadi semakin
besar yaitu 60%.
4) Jenis Kelamin
Diantara orang dewasa dan setengah baya, kaum laki-laki berisiko lebih
tinggi menderita hipertensi. Namun, ketika memasuki usia 55 tahun
hipertensi paling banyak terjadi pada perempuan dimana sebagian besar
telah mengalami menopause.
b. Faktor yang Bisa Diubah
1) Obesitas
Obesitas berpengaruh dalam terjadinya hipertensi. Semakin besar masa
tubuh seseorang, maka akan semakin banyak darah yang dibutuhkan untuk
memasok oksigen dan nutrisi ke sel ataupun jaringan yang membutuhkan.
Obesitas dapat memperpanjang pembuluh darah sehingga resistensi darah
meningkat dan tidak mampu menempuh jarak lebih jauh. Peningkatan
resistensi ini dapat meningkatkan tekanan darah menjadi lebih tinggi. Selain
itu, kondisi ini dapat diperparah akibat sel-sel lemak yang menghasilkan
senyawa yang merugikan kerja pembuluh darah dan jantung.
2) Kurang Gerak
Aktivitas fisik yang kurang mampu meningkatkan tekanan darah menjadi
lebih tinggi. Hal ini berkaitan dengan obesitas dan orang yang memiliki
kecenderungan kurang gerak memiliki frekuensi denyut jantung lenih tinggi,
sehingga otot jantung harus bekerja lebih keras ketika berkontraksi.
3) Merokok
Kandungan nikotin dalam rokok dapat merusak lapisan dalam dinding arteri,
akibatnya rentang terjadi penumpukan plak. Hal ini dapat memperberat
kerja jantung karena pembuluh darah menyempit sehingga meningkatkan
frekuensi denyut jantung dan tekanan darah.
4) Sensivitas Natrium dan Kadar Kalium yang Rendah
Asupan natrium dan garam berpengaru terhadap kenaikan tekanan darah.
Sedangkan kalium berfungsi untuk menyeimbangkan jumlah natrium dalam
cairan sel. Jika makanan yang dikonsumsi kurang mengandung kalium atau
tidak mampu mempertahankannya dalam tubuh, maka jumlah natrium akan
meningkat, sehingga tekanan darah akan ikut meningkat.
5) Konsumsi Alkohol Berlebih
Hampir 20% terjadinya hipertensi diperkirakan terjadi akibat konsumsi
alcohol yang berlebih. Konsumsi dua sampai tiga gelas alkohol perhari
dapat meningkatkan 2x lipat terkena hipertensi.
6) Stress
Aktivitas saraf simpatik dapat meningkatkan tekanan darah secara
intermitten (berselang), sehingga ketika seseorang mengalami stress
berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi yang menetap.
C. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Hasututi (2022), manifestasi klinis hipertensi antara lain sebagai


berikut :
a. Sakit kepala
b. Jantung berdebar-debar
c. Sesak napas setelah aktivitas berat
d. Mudah lelah
e. Penglihatan kabur
f. Wajah memerah
g. Hidung berdarah
h. Sering buang air kecil, terutama malam hari
i. Telinga berdenging (tinnitus)
j. Dunia terasa berputar (vertigo)
k. Tengkuk terasa berat
l. Sulit tidur
m. Cepat marah
n. Mata berkunang-kunang dan pusing

D. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY


Patofisiologi hiprtensi secara alami diawali dari kenaikan tekanan darah sesekali
saja. Tanpa melakukan pemeriksaan darah makan tidak akan di ketahui kalau terjadi
kenaikan tekanan darah.Naiknya tekanan yang kadang-kadang ini lama kelamaan
akan semakin sering dan kemudian menetap atau tidak bisa turun kembali.
Awalnya penderita hipertensi tidak akan merasakan gejala.Jika pun ada gejala
biasanya tidak spesifik dan berubah-ubah.Setelah penyakit berkembang menjadi
hipertensi persisten (menetap),maka patofisiologi hipertensi menjadi lebih
rumit,dimana sudah melibatkan kerusakan organ-organ lain di seluruh tubuh.
Diawali dari kerusakan pembuluh darah kecil karena hipertensi,diikuti pembuluh
darah yang lebih besar seperti arteri dan aorta.Keduanya adalah pembuluh utama di
tubuh yang berukuran besar,salah satunya yang membawa darah menuju dan
meninggalkan jantung.Kerusakan pembuluh darah kecil juga terjadi di seluruh organ
tubuh sehingga perlahan-lahan jantung,ginjal,retina dan sistem saraf pusat akan
mngalami kerusakan.

E. KOMPLIKASI HIPERTENSI
Kompikasi hipertensi menurut (Trianto, 2014):
a. Penyakit jantung : Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, dan gagal
jantung.
b. Ginjal
Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Rusaknya glomerulus, darah akan mengalir ke unit-unit
fungsional ginjal dan nefron akan terganggu sehingga menjadi hipoksik dan kematian.
Rusaknya membrane glomerulus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan
osmotic koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema.
c. Otak
Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat terjadi pada hipertensi
kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal
sehingga aliran darah ke daerah- daerah yang diperdarahi berkurang.
d. Mata
Komplikasi berupa perdarahan retina , gangguan penglihatan,hingga kebutaan.
e. Kerusaka pada pembuluh darah arteri
Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat terjadi kerusakan dan penyempitan arteri atau yang
sering disebut dengan aterosklerosis dan arterosklerosis (pengerasan pembuluh darah).
Komplikasi berupa kasus perdarahan meluas sampai ke intraventrikuler (Intra
Ventriculer Haemorrhage) atau IVH yang menimbulkan hidrosefalus obstruktif sehingga
memperburuk luaran. 1-4 Lebih dari 85% ICH timbul primer dari pecahnya pembuluh
darah otak yang sebagian besar akibat hipertensi kronik (65-70%) dan angiopathy
amyloid. Sedangkan penyebab sekunder timbulnya ICH dan IVH biasa karena berbagai
hal yaitu gangguan pembekuan darah, trauma, malformasi arteriovenous, neoplasma
intrakranial, thrombosis atau angioma vena. Morbiditas dan mortalitas ditentukan oleh
berbagai faktor, sebagian besar berupa hipertensi, kenaikan tekanan intrakranial, luas
dan lokasi perdarahan, usia, serta gangguan metabolism serta pembekuan darah (Jasa,
Saleh, & Rahardjo, n.d.)

F. PEMESIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Laboratorium
1. Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
2. Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena parenkim ginjal
dengan gagal ginjal akut
3. Darah perifer lengkap
4. Kimia darah (kalium, natrium, keratin, gula darah puasa)
b. EKG
1. Hipertrofi ventrikel kiri 3. Peninggian gelombang P
2. Iskemia atau infark miocard 4. Gangguan konduksi
c. Foto Rontgen
1. Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta
2. Pembendungan, lebar paru
3. Hipertrofi parenkim ginjal
4. Hipertrofi vascular ginjal

G. PENATALASANAAN MEDIS
Penatalaksanaan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu terapi farmakologis dan terapi non
farmakologis.
a. Terapi farmakologis
Terapi farmakologis hipertensi dapat dilakukan dipelayanan strata
primer/Puskesmas, sebagai penanganan awal. Berbagai penelitan klinik
membuktikan bahwa obat anti-hipertensi yang diberikan tepat waktu dapat
menurunkan kejadian stroke 35-40%, infark miokard 20-25% dan gagal jantung
lebih dari 50.
Pengobatan hipertensi dimulai dengan obat tunggal yang mempunyai masa
kerja panjang sehingga dapat diberikan sekali sehari dan dosisnya dititrasi
Jenisjenis obat anti-hipertensi antara lain : diuretik, penyekat beta(β-blockers),
golongan penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE), dan Angiotensin
Receptor Blocker (ARB), golongan Calcium Channel Blocker (CCB) (Kemenkes
RI, 2013).
b. Terapi non farmakologis
1) Makan gizi seimbang
Pengelolaan diet yang sesuai terbukti dapat menurunkan tekanan darah. Adapun
manajemen diet bagi penderita hipertensi yaitu membatasi konsumsi gula,
garam, makan cukup buah dan sayuran, makanan rendah lemak (Kemenkes RI,
2013).
2) Mengurangi berat badan
Berat badan berlebih atau obesitas erat kaitannya dengan hipertensi. Penderita
hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan disarankan untuk
menurunkan berat badan hingga mencapai IMT normal 18,5 – 22,9 kg/m2 ,
lingkar pingang untuk laki-laki <90 cm dan untuk perempuan <80 cm
(Kemenkes RI,
2013).
3) Olahraga teratur
Berolahraga yang teratur seperti senam aerobic atau jalan cepat selama 30 – 45
menit (sejauh 3 km) 5 kali per-minggu, dapat menurunkan tekanan darah.
Selain itu, berbagai cara relaksasi seperti meditasi dan yoga merupakan
alternatif bagi penderita hipertensi tanpa obat (Kemenkes RI, 2013).

4) Berhenti merokok
Berhenti merokok dapat mengurangi efek dari hipertensi karena asap rokok yang
mengandung zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang
dihisap dapat menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan meningkatkan
kerja jantung (Kemenkes RI, 2013).
5) Mengurangi stress
Stress atau ketegangan jiwa dapat merangsang kelenjar anak ginjal dan melepaskan
hormone adrenalin dan memicu jantung berdenyut lebih cepat serta kuat,
sehingga dapat meningkatkan tekanan darah. Oleh karena itu dengan
mengurangi stress seseorang dapat mengontrol tekanan darahnya (Kemenkes
RI, 2013).

1.3 ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


A. PENGKAJIAN
1. Data umum :
Meliputi nama, pekerjaan, umur, alamat, nama kepala keluarga,status imunisasi
masing-masing keluarga serta genogram, type keluarga, suku bangsa, agama,
status sosial ekonomi keluarga dan aktivitas rekreasi keluarga
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a. Tahap perekembangan tahap ini
b. Tahap keluarga yang belum terpenuhi
c. Riwayat keluarga inti
3. Pengkajian lingkungan

a. Karaktersitik rumah c. Mobilitas geogratis


b. Karakteristik tetangga keluarga
d. Interaksi keluarga dengan e. Sistem pendukung
masyarakat keluarga

4. Struktur keluarga

a. Pola komunikasi keluarga c. Struktur peran


b. Struktur kekuatan d. Nilai atau norma keluarga
keluarga

5. Fungsi keluarga

a. Fungsi afektif c. Fungsi perawatan


b. Fungsi sosialisasi kesehatan

6. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum selama setahun yang lalu
b. Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu
c. Keluhan utama : Jika nyeri, tanyakan mengenai PQRST

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnose keperawatan adalah keputusan klinik yang mencakup respon klie,
keluarga, dan komunitas terhadap suatu yang berpotensi sebagai masalah
kesehatan dalam proses keperawatan (dewani, 2013)
Diagnosis keperawatan keluarga dianalisis dari hasil pengakajian terhadap
masalah dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga, turktur
keluarga, fungsi-fungsi keluarga, koping keluarga, baik bersifat actual, resiko,
maupun sejahtera dimana perawat memliki kewenangan dan tanggung jawab
untuk melakukan tindakan keperawatan (Mubarak, 2012).
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi klien menurut (Nurarif, 2015)
dengan hipertensi:
 Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler selebral dan iskemia (D.0077)
 Intoleransi aktivitas b.d kelemahan (D.0056)
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

DX TUJUAN DAN IMPLEMENTASI


KRITERIA HASIL KEPERAWATAN
Nyeri akut Setelah dberkan asuhan Manajemen nyeri (I. 08238)
keperawatan selama 3x24 jam, Observasi
diharapkan masalah teratasi
- Identifikasi lokasi,
dengan kriteria hasil :
karalteristik, durasi,
- Keluhan nyeri menurun
frekuensi, kualitas, dan

- Meringis menurun
intensitas nyeri

- Identifikasi skala nyeri


- Skap protektif
menurun - Identifikasi respon nyeri non

- Gelisah menurun
verbal

- Identifikasi faktor yang


- Kesulitan tidur
memperberat
menurun

- Diaphoresis menurun dan memperingan nyeri

- Frekuensi nadi
- Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang nyeri
membaik

- Pola nafas membaik - Identifikasi pengaruh


budaya terhadap respon
- Tekanan darah nyeri
membaik
- Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup

- Monitor keberhasilan terapi


komplementer ang sudah
diberikan

- Monitor efek samping


penggunaan analgetik
Terapeutik

- Berikan teknik non


farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

- Kontrol lingkungan yang


memperberat rasa nyeri

- Fasilitasi istirahat dan tidur

- Pertimbangkan jenis dan


sumber nyeri dalam
pemelihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi

- Jelaskan penyebab, periode,


dan pemicu nyeri

- Jelaskan strategi meredakan


nyeri

- Anjurkan memonitor nyeri


secara mandiri

- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat

- Ajarkan teknik non


farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi

- Kolabirasi pemberian
analgetik, jika perlu
Intolernsi Setelah diberikan asuhan Manajemen energy (I. 05178)
aktivitas keperawatan selama 3x24 jam Observasi
diharapkan masalah teratasi
- Identifikasi gangguan fungsi
dengan kriteria hasil :
tubuh yang mengakibatkan
- Frekuensi nadi kelelahan
meningkat
- Monitor kelelahan fisik dan
- Saturasi oksigen emosional
meningkat
- Monitor pola dan jam tidur
- Kemudahan dalam
melakukan
- Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
kegiatan sehari-
melakukan aktivitas
hari meningkat

- Keluhan lelah Terapeutik


menurun
- Sediakan lingkungan
- Dipsnea saat
nyaman dan rendah stimulus
aktivitas menurun
(cahaya, suara, dan
- Perasaan lemah kunjungan)
menurun
- Lakukan latihan rentang
- Sianosis menurun gerak pasif atau pasif

- EKG
- Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
iskemia membaik
- Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
Edukasi

- Anjurkan tirah baring

- Anjurkan melakukan
aktivitas secra bertahap

- Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang

- Ajarkan strategi kopling


untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi

- Kolaborasikan dengan ahli


gizi tentang cara
meningkatkanasupan makanan

DAFTAR PUSTAKA

Puskesmas Ballaparang. Data Sekunder Puskesmas Ballaparang. Makassar; 2018.

Parwesti, H. T. (2012). Stress pada penyakit terhadap kejadian komplikasi hipertensi pada

pasien hipertensi. Jurnal Stikes, Volume 5, No.1

Ruhyanudi, F. (2007). Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem

kardiovaskuler Universitas Muhammadiyah malang.

Andarmoyo, S.2012.Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses dan Praktik

Keperawatan.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Brunner and Suddarth (2015) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. 12th edn.

EGC.Jakarta. Cheng, H. M. et al. (2020) ‘Central blood pressure for the management of

hypertension: Is it a practical clinical tool in current practice? Journal of Clinical

Hypertension, 22(3), pp. 391–406. 10.1111/jch.13758. Dalimartha (2008) Hipertensi

Jakarta: EGC. Finasari (2014)


Perbedaan Terapi Musik Klasik dan Musik yang Disukai Terhadap tekanan Darah pada

Pasien Hipertensi di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),

Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi

1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi

1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai