HIPERTENSI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Klinik Keperawatan Keluarga
Dosen Pembimbing : Ns. Diana Dayaningsih, M. Kep
Oleh :
B. TIPE KELUARGA
a) Keluarga Tradisional
Nucklear Family (keluarga inti)
Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami,istri dan anak kandung atau
anak adopsi.
Extended Family (keluarga besar)
Keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai
hubungan darah,misalnya kakek,nenk,bibi,dan paman.
Dyad Family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang tinggal dalam satu
rumah tanpa anak.
Single parent family
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua dan anak (kandung atau
angkat).Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.
Single adult
Satu rumah tangga yang terdiri dari satu orang dewasa.
Keluarga usia lanjut
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah lanjut usia.
b) Keluarga non Tradisional
Keluarga communy
Terdiri dari satu keluarga tanpa pertalian darah,hidup dalam satu
rumah.
Cohabiting couple
Orang tua (ayah,ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup
bersama dalam satu rumah tangga.
Homo seksual dan lesbian
Dua individu sejenis yang hidup bersama dalam satu rumah dan
berperilaku layaknya suami istri.
D. LINGKUNGAN KELUARGA
Keluarga yang positif adalah keluarga yang anggotanya terlibat aktif
dalam transaksi prososial dan afektif satu sama lain serta bekerja sama dan
berkoordinasi dengan lingkungan fisik atau sosial agar berhasil beradaptasi
dengan kebutuhan setiap anggota ( Corral et al., 2014 ).
Teori lingkungan positif memperkirakan bahwa kesejahteraan dihasilkan
dari lingkungan keluarga yang positif. Lingkungan seperti itu juga dikaitkan
dengan keterlibatan akademis remaja sebagai bagian dari lingkungan positif di
sekolah dan dengan teman sebaya ( Gaxiola et al., 2020 ).
E. FUNGSI KELUARGA
Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu :
1) Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan keluarga.Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial.Keberhasilan fungsi afektif tampak
pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi
afektif adalah (Friedman,M.M et al.,2010) :
a. Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih,kehangatan,saling
menerima,saling mendukung antar anggota keluarga.
b. Saling menghargai,bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim positif maka fungsi afektif akan tercapai.
c. Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru.
2) Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir.Keluarga merupakan tempat
individu untuk belajar bersosialisasi,misalnya anak yang baru lahir dia
akan menatap ayah,ibu dan orang yang ada di sekitarnya.Dalam hal ini
keluarga dapat membina hubungan sosial pada anak,membentuk norma-
norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak,dan
menaruh nilai-nilai budaya keluarga.
3) Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia.Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang
sah,selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan
untuk membentuk keluarga adalah meneruskan keturunan.
4) Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh
anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan,pakaian,dan tempat
tinggal.
5) Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan
keperawatan,yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau merawat
anggota keluarga yang sakit.Keluarga yang dapat melaksanakan tugas
kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.
F. STUKTUR KELUARGA
a. Pola komunikasi
Bila dalam keluarga komunikasi yang terjadi secara terbuka dan dua arah
akan sangat mendukung bagi penderita TBC. Saling mengingatkan dan
memotivasi penderita untuk terus melakukan pengobatan dapat
mempercepat proses penyembuhan.
b. Struktur peran keluarga
Bila anggota keluarga dapat menerima dan melaksanakan perannya
dengan baik akan membuat anggota keluarga puas dan menghindari
terjadinya konflik dalam keluarga dan masyarakat.
c. Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan
orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan.
Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan secara musyawarah
akan dapat menciptakan suasana kekeluargaan. Akan timbul perasaan
dihargai dalam keluarga.
d. Nilai atau norma keluarga
Perilaku individu masing-masing anggota keluarga yang ditampakan
merupakan gambaran dari nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga
B. ETIOLOGI
Menurut Junaedi, Yulianti & Rinata (2013) penyebab hipertensi dibagi menjadi dua
faktor sebagai berikut :
a. Faktor yang Tidak Bisa Diubah
1) Ras
Di Amerika Serikat, orang berkulit hitam keturunan AfrikaAmerika paling
banyak mengalami hipertensi dibandingkan dengan kelompok ras lainnya.
Penyebab pasti belum diketahui, namun pada orang berkulit hitam terdapat
kadar renin yang lebih rendah dan sensivitas terhadap vasoprenin lebih
besar.
2) Pertambahan Umur
Pertambahan umur mampu meningkatkan risiko terjadinya hipertensi yang
disebabkan oleh perubahan alami pada jantung, pembuluh darah, dan kadar
hormon. Walaupun hipertensi dapat terjadi pada segala umur, namun paling
banyak menyerang pada orang dewasa yang berusia 35 tahun atau lebih.
3) Keturunan
Riwayat keluarga menjadi salah satu faktor risiko yang cukup besar dalam
terjadinya hipertensi pada seseorang yaitu sebesar 25%. Jika kedua orang
tua menderita hipertensi, maka risiko terkena hipertensi menjadi semakin
besar yaitu 60%.
4) Jenis Kelamin
Diantara orang dewasa dan setengah baya, kaum laki-laki berisiko lebih
tinggi menderita hipertensi. Namun, ketika memasuki usia 55 tahun
hipertensi paling banyak terjadi pada perempuan dimana sebagian besar
telah mengalami menopause.
b. Faktor yang Bisa Diubah
1) Obesitas
Obesitas berpengaruh dalam terjadinya hipertensi. Semakin besar masa
tubuh seseorang, maka akan semakin banyak darah yang dibutuhkan untuk
memasok oksigen dan nutrisi ke sel ataupun jaringan yang membutuhkan.
Obesitas dapat memperpanjang pembuluh darah sehingga resistensi darah
meningkat dan tidak mampu menempuh jarak lebih jauh. Peningkatan
resistensi ini dapat meningkatkan tekanan darah menjadi lebih tinggi. Selain
itu, kondisi ini dapat diperparah akibat sel-sel lemak yang menghasilkan
senyawa yang merugikan kerja pembuluh darah dan jantung.
2) Kurang Gerak
Aktivitas fisik yang kurang mampu meningkatkan tekanan darah menjadi
lebih tinggi. Hal ini berkaitan dengan obesitas dan orang yang memiliki
kecenderungan kurang gerak memiliki frekuensi denyut jantung lenih tinggi,
sehingga otot jantung harus bekerja lebih keras ketika berkontraksi.
3) Merokok
Kandungan nikotin dalam rokok dapat merusak lapisan dalam dinding arteri,
akibatnya rentang terjadi penumpukan plak. Hal ini dapat memperberat
kerja jantung karena pembuluh darah menyempit sehingga meningkatkan
frekuensi denyut jantung dan tekanan darah.
4) Sensivitas Natrium dan Kadar Kalium yang Rendah
Asupan natrium dan garam berpengaru terhadap kenaikan tekanan darah.
Sedangkan kalium berfungsi untuk menyeimbangkan jumlah natrium dalam
cairan sel. Jika makanan yang dikonsumsi kurang mengandung kalium atau
tidak mampu mempertahankannya dalam tubuh, maka jumlah natrium akan
meningkat, sehingga tekanan darah akan ikut meningkat.
5) Konsumsi Alkohol Berlebih
Hampir 20% terjadinya hipertensi diperkirakan terjadi akibat konsumsi
alcohol yang berlebih. Konsumsi dua sampai tiga gelas alkohol perhari
dapat meningkatkan 2x lipat terkena hipertensi.
6) Stress
Aktivitas saraf simpatik dapat meningkatkan tekanan darah secara
intermitten (berselang), sehingga ketika seseorang mengalami stress
berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi yang menetap.
C. MANIFESTASI KLINIS
E. KOMPLIKASI HIPERTENSI
Kompikasi hipertensi menurut (Trianto, 2014):
a. Penyakit jantung : Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, dan gagal
jantung.
b. Ginjal
Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Rusaknya glomerulus, darah akan mengalir ke unit-unit
fungsional ginjal dan nefron akan terganggu sehingga menjadi hipoksik dan kematian.
Rusaknya membrane glomerulus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan
osmotic koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema.
c. Otak
Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat terjadi pada hipertensi
kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal
sehingga aliran darah ke daerah- daerah yang diperdarahi berkurang.
d. Mata
Komplikasi berupa perdarahan retina , gangguan penglihatan,hingga kebutaan.
e. Kerusaka pada pembuluh darah arteri
Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat terjadi kerusakan dan penyempitan arteri atau yang
sering disebut dengan aterosklerosis dan arterosklerosis (pengerasan pembuluh darah).
Komplikasi berupa kasus perdarahan meluas sampai ke intraventrikuler (Intra
Ventriculer Haemorrhage) atau IVH yang menimbulkan hidrosefalus obstruktif sehingga
memperburuk luaran. 1-4 Lebih dari 85% ICH timbul primer dari pecahnya pembuluh
darah otak yang sebagian besar akibat hipertensi kronik (65-70%) dan angiopathy
amyloid. Sedangkan penyebab sekunder timbulnya ICH dan IVH biasa karena berbagai
hal yaitu gangguan pembekuan darah, trauma, malformasi arteriovenous, neoplasma
intrakranial, thrombosis atau angioma vena. Morbiditas dan mortalitas ditentukan oleh
berbagai faktor, sebagian besar berupa hipertensi, kenaikan tekanan intrakranial, luas
dan lokasi perdarahan, usia, serta gangguan metabolism serta pembekuan darah (Jasa,
Saleh, & Rahardjo, n.d.)
F. PEMESIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Laboratorium
1. Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
2. Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena parenkim ginjal
dengan gagal ginjal akut
3. Darah perifer lengkap
4. Kimia darah (kalium, natrium, keratin, gula darah puasa)
b. EKG
1. Hipertrofi ventrikel kiri 3. Peninggian gelombang P
2. Iskemia atau infark miocard 4. Gangguan konduksi
c. Foto Rontgen
1. Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta
2. Pembendungan, lebar paru
3. Hipertrofi parenkim ginjal
4. Hipertrofi vascular ginjal
G. PENATALASANAAN MEDIS
Penatalaksanaan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu terapi farmakologis dan terapi non
farmakologis.
a. Terapi farmakologis
Terapi farmakologis hipertensi dapat dilakukan dipelayanan strata
primer/Puskesmas, sebagai penanganan awal. Berbagai penelitan klinik
membuktikan bahwa obat anti-hipertensi yang diberikan tepat waktu dapat
menurunkan kejadian stroke 35-40%, infark miokard 20-25% dan gagal jantung
lebih dari 50.
Pengobatan hipertensi dimulai dengan obat tunggal yang mempunyai masa
kerja panjang sehingga dapat diberikan sekali sehari dan dosisnya dititrasi
Jenisjenis obat anti-hipertensi antara lain : diuretik, penyekat beta(β-blockers),
golongan penghambat Angiotensin Converting Enzyme (ACE), dan Angiotensin
Receptor Blocker (ARB), golongan Calcium Channel Blocker (CCB) (Kemenkes
RI, 2013).
b. Terapi non farmakologis
1) Makan gizi seimbang
Pengelolaan diet yang sesuai terbukti dapat menurunkan tekanan darah. Adapun
manajemen diet bagi penderita hipertensi yaitu membatasi konsumsi gula,
garam, makan cukup buah dan sayuran, makanan rendah lemak (Kemenkes RI,
2013).
2) Mengurangi berat badan
Berat badan berlebih atau obesitas erat kaitannya dengan hipertensi. Penderita
hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan disarankan untuk
menurunkan berat badan hingga mencapai IMT normal 18,5 – 22,9 kg/m2 ,
lingkar pingang untuk laki-laki <90 cm dan untuk perempuan <80 cm
(Kemenkes RI,
2013).
3) Olahraga teratur
Berolahraga yang teratur seperti senam aerobic atau jalan cepat selama 30 – 45
menit (sejauh 3 km) 5 kali per-minggu, dapat menurunkan tekanan darah.
Selain itu, berbagai cara relaksasi seperti meditasi dan yoga merupakan
alternatif bagi penderita hipertensi tanpa obat (Kemenkes RI, 2013).
4) Berhenti merokok
Berhenti merokok dapat mengurangi efek dari hipertensi karena asap rokok yang
mengandung zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang
dihisap dapat menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan meningkatkan
kerja jantung (Kemenkes RI, 2013).
5) Mengurangi stress
Stress atau ketegangan jiwa dapat merangsang kelenjar anak ginjal dan melepaskan
hormone adrenalin dan memicu jantung berdenyut lebih cepat serta kuat,
sehingga dapat meningkatkan tekanan darah. Oleh karena itu dengan
mengurangi stress seseorang dapat mengontrol tekanan darahnya (Kemenkes
RI, 2013).
4. Struktur keluarga
5. Fungsi keluarga
6. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum selama setahun yang lalu
b. Status kesehatan umum selama 5 tahun yang lalu
c. Keluhan utama : Jika nyeri, tanyakan mengenai PQRST
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnose keperawatan adalah keputusan klinik yang mencakup respon klie,
keluarga, dan komunitas terhadap suatu yang berpotensi sebagai masalah
kesehatan dalam proses keperawatan (dewani, 2013)
Diagnosis keperawatan keluarga dianalisis dari hasil pengakajian terhadap
masalah dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga, turktur
keluarga, fungsi-fungsi keluarga, koping keluarga, baik bersifat actual, resiko,
maupun sejahtera dimana perawat memliki kewenangan dan tanggung jawab
untuk melakukan tindakan keperawatan (Mubarak, 2012).
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi klien menurut (Nurarif, 2015)
dengan hipertensi:
Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler selebral dan iskemia (D.0077)
Intoleransi aktivitas b.d kelemahan (D.0056)
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
- Meringis menurun
intensitas nyeri
- Gelisah menurun
verbal
- Frekuensi nadi
- Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang nyeri
membaik
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Kolabirasi pemberian
analgetik, jika perlu
Intolernsi Setelah diberikan asuhan Manajemen energy (I. 05178)
aktivitas keperawatan selama 3x24 jam Observasi
diharapkan masalah teratasi
- Identifikasi gangguan fungsi
dengan kriteria hasil :
tubuh yang mengakibatkan
- Frekuensi nadi kelelahan
meningkat
- Monitor kelelahan fisik dan
- Saturasi oksigen emosional
meningkat
- Monitor pola dan jam tidur
- Kemudahan dalam
melakukan
- Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
kegiatan sehari-
melakukan aktivitas
hari meningkat
- EKG
- Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
iskemia membaik
- Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
Edukasi
- Anjurkan melakukan
aktivitas secra bertahap
- Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
DAFTAR PUSTAKA
Parwesti, H. T. (2012). Stress pada penyakit terhadap kejadian komplikasi hipertensi pada
Brunner and Suddarth (2015) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. 12th edn.
EGC.Jakarta. Cheng, H. M. et al. (2020) ‘Central blood pressure for the management of
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi