Anda di halaman 1dari 60

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu

berhubungan dengan individu manusia. Keadaan yang harus disadari adalah

setiap individu merupakan bagian dari keluarga dan dikeluarga juga semua

dapat diekspresikan. Asuhan keperawatan keluarga yaitu suatu rangkaian

kegitatan yang diberi via praktek keperawatan pada keluarga.


Asuhan keperawatan keluarga digunakan untuk membantu menyelesaikan

masalah kesehatan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses

keperawatan. Agar pelayanan kesehatan yang diberikan dapat diterima oleh

keluarga, maka perawat harus mengerti, memahami tipe dan struktur keluarga,

tahu tingkat pencapaian keluarga dalam melakukan fungsinya dan perlu paham

setiap tahap perkembangan keluarga dan tugas perkembangannya.


Status sehat atau sakit dalam keluarga saling mempengaruhi satu sama

lain. Suatu penyakit dalam keluarga mempengaruhi seluruh keluarga dan

sebaliknya mempengaruhi jalanya suatu penyakit dan status kesehatan anggota

keluarga. Keluarga cenderung dalam pembuatan keputusan dan proses

terapeutik pada setiap tahap sehat dan sakit pada para anggota keluarga.

Keluarga merupakan para anggota sebuah keluarga baiasanya hidup bersama-

sama dalam satu rumah tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka

tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah tangga mereka.


Pada keluarga dewasa merupakan tahap dimana semua anak akan pergi

atau keluar meninggalkan rumah atau orang tuanya. Didalam kehidupan

keluarga dewasa dimana orang tuanya akan merasa banyak kehilangan karena
perginya anak-anak dari rumah. Pada keluarga ini juga terdapat berbagai

masalah yang dialami oleh keluarga itu sendiri. Dan perawat sangat berperan

penting dalam memenuhi kebutuhan yang berkaitan dengan kesehatan kepada

keluarga.
Dari data yang sudah kami sajikan tentang keluarga pada dewasa

pertengahan, maka disini kelompok tertarik untuk membahas lebih spesifik

tentang konsep dan asuhan keperawatan keluarga pada dewasa pertengahan ,

agar dapat memenuhi kebutuhan akan informasi yang mengenai kesejahteraan

hidup dan khususnya kesehatan, yang nantinya akan kami bahas secara rinci

dan mendalam pada bab selanjutnya.


B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk memahami aplikasi konsep dasar asuhan keperawatan keluarga

dewasa akhir.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep dasar keluarga.
b. Mahasiswa dapat menjelaskan konsep keluarga dewasa.
c. Mahasiswa dapat menerapkan asuhan keperawatan keluarga dewasa.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Keperawatan Keluarga


1. Pengertian
Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan dari

beberapa komponen yang saling berinteraksi satu dengan lainnya

(Logan’s, 2004). Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang

komplek dengan atribut yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa

komponen yang masing-masing mempunyai sebagaimana individu

( Illis, 2004 ). Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua
orang atau lebih masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan

yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak, dan nenek. (Raisner, 2009).

Duvall (1986, dalam Ali, 2009 ), menguraikan bahwa keluarga adalah

sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang

bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan

meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari

setiap anggota keluarga.


Istilah keluarga akan menghadirkan gambaran adanya individu

dewasa dan anak yang hidup bersama secara harmonis dan memuaskan.

Keluarga bukan sekedar gabungan dan jumlah dari beberapa individual.

Keluarga memiliki keragaman seperti anggota individunya dan klien

memiliki nilai – nilai tersendiri mengenai keluarganya yang harus

dihormati. Keluarga sebagai suatu kelompok hubungan yang

indentifikasi klien sebagai keluarga atau jaringan individu yang

mempengaruhi kehidupan masing – masing tanpa melihat adanya

hubungan biologis atau pun hukum (Perry, 2009, hal 202).


Menurut (Friedman, 1998), membuat defenisi yang berorientasi

pada tradisi dan digunakan sebagai referensi secara luas :


a. Keluarga terdiri dari orang – orang yang disatukan oleh ikatan

perkawinan, darah dan ikatan adopsi.


b. Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama – sama dalam

satu rumah, atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap

menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.


c. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain

dalam peran – peran sosial keluarga seperti suami-istri, ayah dan

ibu, anak laki – laki dan anak perempuan, saudara dan saudari.
d. Keluarga sama – sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur

yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.


2. Tipe Keluarga
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari

berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial

maka tipe keluarga berkembang mengikuti. Agar dapat mengupayakan

peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan maka

perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga (Suprajitno, 2004).

Menurut (Friedman, 2009), adapun tipe keluarga sebagai berikut :

a. Tipe keluarga tradisional


1) Keluarga Inti (The nuclear family)
Keluarga yang terdiri dari suami istri dan anak (kandung atau

angkat).
2) Keluarga Dyad
Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.
3) Single Parent
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak (kandung atau

angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.


4) Single adult living alone
Suatu rumah tangga yang terdiri dari 1 orang dewasa hidup sendiri.
5) The childless
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah, bisa disebabkan

karena mengejar karir atau pendidikan.


6) Keluarga Besar (The extended family)
Keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah keluarga lain,

seperti paman, bibi, kakek, nenek dan lain-lain.


7) Commuter family
Kedua orang tua bekerja diluar kota, dan bisa berkumpul pada hari

minggu atau hari libur saja.


8) Multi generation
Beberapa generasi atau kelompok umum yang tinggal bersama

dalam 1 rumah.
9) Kin-network family
Beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling berdekatan dan

menggunakan barang-barang pelayanan seperti dapur, sumur yang

sama.
10) Blended family
Keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan membesarkan anak

dari perkawinan sebelumnya.


11) Keluarga usila
Keluarga terdiri dari suami dan istri yang ssudah usia lanjut,

sedangkan anak sudah memisahkan diri.


b. Tipe keluarga non tradisional
1) Keluarga Orang Tua Tunggal Tanpa Menikah (The unmerrid

teenage mother).
Keluarga yang terdiri dari 1 orang dewasa terutama ibu dan anak

dari hubungan tanpa nikah.


2) The step parents family
Keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune family
Keluarga yang terdiri dari lebih dari satu paangan monogami yang

menggunakan fasilitas secara bersama.


4) The nonmarrital hetero seksual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa nikah.
5) Keluarga Homoseksual (Gay and lesbian family)
Seorang yang mempunyai persamaan seks tinggal dalam 1 rumah

sebagaimana pasangan suami istri.


6) Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena

alasan tertentu.
7) Group marriage family
Beberapa orang dewasa yang telah merasa saling menikah berbagi

sesuatu termasuk seks dan membesarkan anak.


8) Group nertwork family
Beberapa keluarga inti yang dibatasi oleh norma dan aturan, hidup

berdekatan dan saling menggunakan barang yang sama dan

bertanggung jawab membesarkan anak.


9) Foster family
Keluarga yang menerima anak yang tidak ada hubungan saudara

untuk waktu sementara.


10) Home less family
Keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang permanen karena

keadaan ekonomi atau problem kesehatan mental.


11) Gang

Keluarga yang dekstruktif dari orang-orang muda yang mencari

ikatan emosional, berkembang dalam kekerasan dan kriminal.

3. Fungsi Keluarga
Menurut (Friedman, 2009), mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga

yaitu :
a. Fungsi afektif
Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang

merupakan basis kekuatan keluarga. Berguna untuk pemenuhan

kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif

tampak pada kebahagian dan kegembiraan dari seluruh anggota

keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang

positif. Hal tersebut dipelajari dan dikembangan melalui interaksi

dan hubungan dalam kelurga. Dengan demikian kelurga yang

berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh keluarga dapat

mengembangkan konsep diri yang positif. Komponen yang perlu

dipenuhi oleh keluarga dalam fungsi afektif adalah :


1) Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima,

saling mendukung antar anggota keluarga. Setiap anggota yang

mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain

maka kemampuan untuk memberikan kasih sayang akan


maningkat yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat

dan saling mendukung. Hubungan intim didalam keluarga

merupakan modal dasar memberi hubungan dengan orang lain

diliat keluarga atau masyarakat.


2) Saling menghargai bila anggota keluarga saling menghargai dan

mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta

selalu mempertahankan iklim yang positif maka fungsi afektif

akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi, ikatan dimulai sejak pasangan sepakat

memulai hidup baru. Ikatan anggota keluarga dikembangkan

melalui proses identifikasi dan penyesuian pada berbagai aspek

kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus mengemban proses

identifikasi yang positif sehingga anak-anak dapat meniru

perilaku yang positif tersebut.

Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan

kabahagian keluarga keretakan keluarga. Keretakan keluarga,

kenakalan anak atau masalah kelurga timbul karena fungsi afektif

keluarga tidak terpenuhi.

b. Fungsi sosialisasi
Individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar

berperan dalam lingkungan sosial. Sosialisasi dimulai sejak lahir,

keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi.

Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui

interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan


dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-

norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi dengan

keluarga.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah

sumber daya manusia.


d. Fungsi ekonomi
Keluarga memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang seperti

kebutuhan makanan, tempat tinggal dan lain sebagainya.


e. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan

kesehatan yaitu mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan

merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga

memberikan asuahan kesehatan mempengaruhi status kesehatan

keluarga. Kesanggupan kelurga melaksanakan pemeliharaan

kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang

dilaksanakan.
Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :
1) Mengenal masalah.
2) Membuat keputusan tindakan yang tepat.
3) Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
4) Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.
5) Mempertahankan hubungan dengan fasilitas kesehatan

masyarakat.
4. Dimensi dasar struktur keluarga
Menurut (Friedman, 2009), struktur keluarga terdiri atas:
a. Pola dan proses komunikasi
Pola interaksi keluarga yang berfungsi:
1) Bersifat terbuka dan jujur.
2) Selalu menyelesaikan konflik keluraga.
3) Berfikir positif.
4) Tidak mengulang-ulang isu dan pendapatnya sendiri.

Karakteristik komunikasi keluarga yang berfungsi:


a) Karakteristik pengirim:
1) Yakin dalam mengemukakan pendapat.
2) Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas.
3) Selalu minta maaf dan menerima umpan balik.
b) Karakteristik penerima :
1) Siap mendengar.
2) Memberikan umpan balik.
3) Melakukan validasi.
b. Struktur peran
Peran adalah serangkaian prilaku yang diharapkan sesuai dengan

posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau

status individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami atau istri

atau anak.
c. Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan dalam (potensial atau aktual) dari

individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah

prilaku seseorang kearah positif. Tipe struktur kekuatan antara lain :


1) Legitimate power/authority
Hak untuk mengatur seperti orang tua pada anak.
2) Referent power
Seseorang yang ditiru.
3) Reword power
Pendapat ahli.
4) Coercive power
Dipaksakan sesuai keinginan.
5) Informational power
Pengaruh melalui persuasi.
6) Affectif power
Pengaruh melalui manipulasi cinta kasih.
d. Nilai – nilai dalam keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara

sadar atau tidak, memepersatukan anggota keluarga dalam satu

budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman prilaku dan

pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah

pola perilaku yang baik, menurut masyrakat bardasarkan sistem nilai

dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang


dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk

menyelesaikan masalah.
5. Peran Perawat Keluarga
Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang

ditujukan pada keluarga sebagai unti pelayanan untuk mewujudkan

keluarga sehat. Fungsi perawat membantu keluarga untuk

menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan

kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan

keluarga (Suprajitno, 2004). Peran perawat dalam melakukan perawatan

kesehatan keluarga adalah sebagai berikut (Suprajitno, 2004) :


a. Pendidik
Perawat perlu melakukan pendidikan kesehatan kepada keluarga

agar :
1) Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan secara

mandiri.
2) Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga
b. Koordinator
Koordinasi diperlukan pada perawatan agar pelayanan komperhensif

dapat dicapai. Koordianasi juga diperlukan untuk mengatur program

kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi

tumpang tindih dan pengulangan.


c. Pelaksanaan
Perawat dapat memberikan perawatan langsung kepada klien dan

keluarga dengan menggunakan metode keperawatan.


d. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan harus melaksanakan hime visit yang

teratur untuk mengidentifikasi dan melakukan pengkajian tentang

kesehatan keluarga.
e. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah

kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat,

hubungan perawat dan klien harus terbina dengan baik , kemampuan

perawat dalam menyampaikan informasi yang disampaikan secara

terbuka dapat dipercaya.


f. Kolaborasi
Bekerja sama dengan pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan

anggota tim kesehatan lain untuk mencapai kesehatan keluarga yang

optimal.
g. Fasilisator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala seperti masalah

sosial ekonomi, sehingga perawat harus mengetahui sistem

pelayanan kesehatan seperti rujukan dan penggunaan dana sehat.


h. Penemu kasus
Menemukan dan mengidentifikasi masalah secara dini di masyrakat

sehingga menghindari dari ledakan kasus atau wabah.


i. Modifikasi lingkungan
Mampu memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah maupun

masyarakat agar tercipta lingkungan sehat.


6. Tingkat Pencegahan
Mengembangkan sebuah kerangka kerja, yang disebut sebagai tingkat

pencegahan, yang digunakan untuk menjelaskan tujuan dari

keperawatan keluarga. Tingkat pencegahan tersebut mencakup seluruh

spektrum kesehatan dan penyakit, juga tujuan – tujuan yang sesuai

untuk masing – masing tingkat. Leavell dkk. (1965, dalam Friedman,

1998). Ketiga tingkatan tersebut adalah adalah :


a. Pencegahan primer yang meliputi peningkatan kesehatan ddan

tindakan preventif khusus yang dirancang untuk menjaga orang

bebas dari penyakit dan cedera.


b. Pencegahan sekunder yang terdiri dari atas deteksi dini, diagnosa,

dan pengobatan.
c. Pencegahan tertier, yang mencakup tahap penyembuhan dan

rehabilitasi, dirancang untuk meminimalkan ketidakmampuan klien

dan memaksimalkan tingkat fungsinya.


Ketiga tingkat pencegahan itu, merupakan tujuan dari keperawatan

keluarga. Tujuan – tujuan tersebut terdiri atas peningkatan,

pemeliharaan, pemulihan terhadap kesehatan ( Hanson, 1987 dalam

Friedman, 1998). Peningkatan kesehatan merupakan pokok

terpenting dari keperawatan keluarga. Akan tetapi, sudah tentu,

pendeteksian secara dini, diagnosa dan pengobatan merupakan

tujuan penting pula. Pencegahan tertier atau rehabilitasi dan

pemulihan kesehatan secara khusus menjadi tujuan yang penting

bagi keperawatan keluarga saat ini, mengingat perkembangan

keperawatan kesehatan dirumah dan pravelensi penyakit – penyakit

kronis, serta ketidakberdayaan dikalangan lanjut usia yang

populasinya semakin meningkat dan cepat (Friedman, 1998).

B. Konsep Keperawatan Keluarga Dengan Keluarga Dewasa Akhir.


1. Pengertian
Dewasa yaitu periode perkembangan yang bermula pada usia

kira kira 35 hingga 45 tahun dan merentang hingga usia enampuluhan

tahun. Ini adalah masa untuk memperluas keterlibatan dan tanggung

jawab pribadi dan sosial seperti membantu generasi berikutnya menjadi

individu yang berkompeten, dewasa dan mencapai serta

mempertahankan kepuasan dalam berkarir.


Keluarga dewasa akhir merupakan salah satu tahap usia

pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan

rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu

pasangan. Tahap ini biasanya dimulai ketika orang tua memasuki usia

45-55 tahun dan berakhir pada saat seorang pasangan pensiun, biasanya

16-18 tahun kemudian. Biasanya pasangan suami istri dalam usia akhir

merupakan sebuah keluarga inti meskipun masih berinteraksi dengan

orangtua mereka yang lanjut usia dan anggota keluarga lain dari

keluarga asal mereka dan juga anggota keluarga dari hasil perkawinan

keturunannya.
Pasangan Postparental (pasangan yang anak-anaknya telah

meninggalkan rumah) biasanya tidak terisolasi lagi saat ini, semakin

banyak pasangan usia pertengahan hidup hingga menghabiskan seluruh

masa hidupnya dan menghabiskan sebagian masa hidupnya dalam fase

postparental, dengan hubungan ikatan keluarga hingga empat generasi,

yang merupakan hal yang biasa(Troll, 1971, dalam Friedman, 1988, hal

130).
Dari definisi tentang keluarga usia dewasa akhir diatas, dapat

ditarik kesimpulan bahwa keluarga usia dewasa pertengahan adalah

keluarga yang usianya 40-60 tahun, dimulai ketika anak terakhir

meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian

salah satu pasangan didalam keluarga.


1. Karakteristik keluarga dewasa akhir
Tahun pertengahan meliputi perubahan-perubahan pada

penyesuaian perkawinan (seringkali lebih baik), pada distribusi


kekuasaan antara suami dan istri (lebih merata), dan pada peran

(diferensi peran perkawinan meningkat) (Leslie dan Korman, 1989,

dalam Friedman 1988, hal 130).


Pada tahun-tahun ini umumnya sulit dan berat, karena masalah-

masalah penuaan, hilangnya anak, dan adanya suatu perasaan dalam diri

mereka bahwa mereka gagal menjadi membesarkan anak dan usaha

kerja. Selanjutnya, tidak jelas apa yang terjadi dengan kepuasan

perkawinan dan keluarga melewati siklus-siklus kehidupan berkeluarga.

Beberapa studi tentang kepuasan perkawinan memperlihatkan bahwa

kepuasan perkawinan menurun tajam setelah perkawinan berlangsung

dan terus menurun hingga tahun pertengahan (Leslie dan Korman, 1989,

dalam Friedman 1988, hal 130).


2. Masalah yang biasa ditemukan oleh keluarga dewasa akhir
Menurut fridman (1998, hal 132) pada fase ini, masalah kesehatan yang

dapat terjadi pada keluarga dewasa pertengahan yaitu :


a. Kebutuhan promosi kesehatan, istirahat yang tidak cukup, kegiatan

waktu luang dan tidur yang kurang, nutrisi yang tidak baik, program

olahraga yang tidak teratur, pengurangan berat badan hingga berat

badan yang optimum, berhenti merokok, berhenti atau mengurangi

penggunaan alkohol, pemeriksaan skrining kesehatan preventif.


b. Masalah-masalah hubungan perkawinan.
c. Komunikasi dan hubungan dengan anak-anak, ipar, dan cucu, dan

orang tua yang berusian lanjut.


d. Masalah yang berhubungan dengan perawatan : membantu

perawatan orang tua yang lanjut usia atau tidak mampu merawat

diri.
3. Tugas Perkembangan
Usia dewasa akhir yang merupakan usia rata-rata dimana para

orang tua melepaskan anak mereka yang terakhir ditandai sebagai masa

kehidupan yang “terperangkap” yaitu terperangkap antara tuntutan

kaum kaum muda dan terperangkap antara dunia kerja dan tuntutan

yang bersaing dan keterlibatan keluarga, dimana seringkali tampaknya

tidak mungkin memenuhi tuntutan-tuntutan dari kedua bidang tersebut.


Tugas perkembangan keluarga dewasa menurut Fridman (1998,

hal 131) yang penting pada fase ini adalah :


a. Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan.
Dalam masa ini upaya untuk melaksanakan gaya hidup sehat

menjadi lebih menonjol bagi pasangan, meskipun kenyataanya

bahwa mungkin mereka telah melakukan kebiasaan-kebiasaan yang

sifatnya merusak diri selama 45-64 tahun. Meskipun dapat

dianjurkan sekarang, karena “lebih baik sekarang dari pada tidak

pernah” adalah selalu benar, agaknya terlalu terlambat untuk

mengembalikan begitu banyak perubahan-perubahan fisiologis yang

telah terjadi, seperti tekanan darah tinggi akibat kurangnya olahraga,

stress yang berkepanjangan, menurunnya kapasitas vital akibat

merokok.
Motivasi utama orang usia pertengahan untuk memperbaiki

gaya hidup mereka adalah karena adanya perasaan rentan terhadap

penyakit yang dibangkitkan bila seorang teman atau anggota

keluarga mengalami serangan jantung, stroke, atau kanker. Selain

takut, keyakinan bahwa pemeriksaan yang teratur dan kebiasaan

hidup yang sehat merupakan cara-cara yang efektif untuk


mengurangi kerentanan terhadap berbagai penyakit juga merupakan

kekuatan pendorong yang ampuh. Penyakit hati, kanker dan stroke

merupakan dua pertiga dari semua penyebab kematian antara usia 46

hingga 64 tahun dan sebagai penyebab kamatian urutan ke empat.


b. Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan penuh

arti dengan para orangtua lansia dan anak-anak.


Dengan menerima dan menyambut cucu-cucu mereka kedalam

keluarga dan meningkatkan hubungan antar generasi, tugas

perkembangan ini mendatangkan penghargaan yang tinggi (Duvall,

1977 dalam friedman , 1988, hal 131). Tugas perkembangan ini

memungkinkan pasangan usia pertengahan terus merasa seperti

sebuah keluarga dan mendatangkan kebahagiaan yang berasal dari

posisi sebagai kakek-nenek tanpa tanggung jawab sebagai orang tua

selama 24 jam. Karena umur harapan hidup meningkat, menjadi

seorang kakek-nenek secara khusus terjadi pada tahap siklus

kehidupan ini (Sprey dan Matthews, 1982, dalam Friedman, 1988,

hal 132). Kakek nenek memberikan dukungan besar kepada anak

dan cucu mereka pada saat-saat krisis dan membantu anak-anak

mereka melalui pemberian dorongan dan dukungan(Bengston dan

Robertson, 1985, dalam Friendman, 1988, hal 132).


Peran yang lebih probelamatik adalah yang berhubungan

dengan dan membantu orang tua lansia dan kadang-kadang anggota

keluarga besar lain yang lebih tua. Delapan puluh enam persen

pasangan usia pertengahan minimal memiliki satu orang tua masih

hidup(hagestad, 1988, dalam Friedman, 1988, hal 132). Jadi,


tanggung jawab memberi perawatan bagi orang tua lansia yang

lemah dan sakit-sakitan merupakan pengalaman yang tidak asing.

Banyak wanita yang merasa berada dalam “himpitan generasi”

dalam upaya mereka mengimbangi kebutuhan-kebutuhan orang tua

mereka yang berusia lanju, anak-anak, dan cucu-cucu mereka.

Berbagai peran antar generasi kelihatannya lebih bersifat ekslusif

dikalangan minoritas seperti keluarga-keluarga Asia dan Amerika

Latin.
c. Memperkokoh hubungan perkawinan

Sekarang perkembangan tersebut benar-benar sendirian

setelah bertahun-bertahun dikelilingi oleh anggota keluarga dan

hubungan-hubungan. Meskipun muncul sebagai sambutan

kelegahan, bagi kebanyak pasangan merupakan pengalaman yang

menyulitkan untuk berhubungan satu sama lain sebagai pasangan

menikah dari pada sebagai orang tua. Wright dan Leahey (1984,

dalam Friedman, 1988, hal 132) melukiskan tugas perkembangan ini

sebagai “reinvestasi identitas pasangan dengan perkembangan

keinginan independen yang terjadi secara bersamaan. Keseimbangan

dependensi-indepedensi antara pasangan perlu diuji kembali, seperti

keinginan independen lebih besar dan juga perhatian satu sama lain

yang penuh arti.

Bagi pasangan yang mengalami masalah, tekanan hidup yang

menurun dalam tahun-tahun postparental tidak mendatangkan


kebahagiaan perkawinan, melainkan menimbulkan “kebohongan”.

Menurut Kerckhoff (1976, dalam Friedman, 1988, hal 132), para

konselor perkawinan telah lama mengamati bahwa ketika timbul

perselisihan dalam perkawinan selama tahun-tahun pertengahan,

seringkali berkaitan dengan jemunya ikatan, bukan karena kualitas

traumatiknya. Karakteristik umum dari masa ini, berkaitan dengan

kepuasan diri sendiri dan berada dalam kebahagiaan yang

membosankan.

d. Memantapkan pengalaman nilai-nilai agama


e. Mencapai tanggung jawab sosial sebagai warga negara
f. Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan – perubahan

yang terjadi pada aspek fisik (penurunan kemampuan atau fungsi)


g. Memantapkan keharmonisan hidup berkeluarga
h. Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan
i. Memantapkan peran perannya sebagai orang dewasa
Tugas – tugas perkembagan itu tadi pada dasarnya

merupakan tuntutan atau harapan sosio – kultural dimana manusia

itu hidup dalam masyarakat kita sejak dulu hingga kini tetap

memiliki harapan sesuai diatas bagian penentu sebagai orang dewasa

pertengahan. Khusus mengenai hidup berkeluarga dalam masa

dewasa pertengahan terdapat dua hal pokok yang mendorong

terciptanya hubungan hidup berkeluarga. kebutuhan individu pada

suatu pihak dan tugas perkembangan pada lain pihak. Pemanduan

antara keduanya menimbulkan energi yang membangkitkan gerak

bagi individu orang dewasa untuk bersatu dalam satu jalinan

hubungan berkeluarga.
C. Teori Hipertensi
1. Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal.

Seseoarang dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya

lebih tinggi dari 140/90 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastol. (Elisabet

Corwin, hal 356).


Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik

140 mm Hg atau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon,

L.Rogen, 1996).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140

mmHG dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman

Sorensen,1996).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan

tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic

90 mmHg atau lebih. (Barbara Hearrison 1997).


Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi

adalah peningkatan tekanan darah yang abnormal dengan tekanan

sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg menetap atau telkanan diastolik

lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnosa dipastikan dengan mengukur rata-

rata dua atau lebih pengukuran tekanan darah pada dua waktu yang

terpisah. Patologi utama pada hipertensi adalah peningkatan tahanan

vaskuler perifer pada tingkat arteriol.


2. Etiologi

Hipertensi adalah asimtomatik. Gejala-gejala menandakan

kerusakan pada organ targeet seperti otak, ginjal, mata, dan jantung.

Bila tak teratasi, hipertensi dapat menimbulkan stroke, gagal ginjal,

dan
kebutaan, dan gagal jantung kongestif. Berdasarkan penyebabnya

hipertensi dibagi menjadi 2 bagian yaitu :


(Mansjoer Arif,dkk,1999 hal 518)
a. Esensial (primer/idiopatik) etiologi tak diketahui, dapat dipercepat

atau maligna, namun banyak factor yang mempengaruhi seperti

genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system

rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress

Sekunder atau hipertensi renal disebabkan oleh proses penyakit dasar.

Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vakuler renal.


b. Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll. Pada

umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.

Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau

peningkatan tekanan perifer.


Namun ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya

hipertensi:
a. Genetik: Respon nerologi terhadap stress.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang

mengakibatkan tekanan darah meningkat.


c. Stress Lingkungan
d. Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua

serta pelabaran pembuluh darah.


Faktor-faktor yang mempertinggi resiko terjadinya hipertensi antara

lain:
a. Keturunan
b. Usia
c. Berat badan
d. Perokok Pola makan dan gaya hidup Aktivitaas olah raga
3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat

vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah


korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganlia simpatis

di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam

bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke

ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan

asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke

pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinephrin

mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti

kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah

terhadap rangsang vasokontriksi.


Individu dengan hipertensi sangat meskipun tidak diketahui

dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan

dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai

respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,

mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi.


Medulla adrenal mensekresi epinephrine, yang menyebabkan

vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,

yang dapat memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah.

Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,

menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan

angiotensin I yang kemudian di ubah menjadi angiotensin II, suatu

vasokontriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi

aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan rtensi

Natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume


intra vascular. Semua factor ini cenderung mencetuskan keadaan

hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology, perubahan sruktural dan

fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada

perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan

tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan

penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada

gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh

darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang

kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa

oleh jantung (Volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah

jantung dan peningkatan tahanan perifer (Brunner & Suddarth, 2002).


4. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi Hipertensi (JNL, 1997) : The sixt Report of Join National

Committee on Prevention 1997 dikutip oleh Mansjoer Arif, dkk, 1999

hal 519, dapat dilihat dalam tabel berikut :


Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi Klasifikasi Sistolik mmHg Diastolik

mmHg.
a. Normal 130 – 139 85 – 89
b. Perbatasan 140 – 159 90 – 99
c. Hipertensi tingkat I 160 – 179 100 – 109
d. Hipertensi tingkat 2 > 180 < 85
e. Hipertensi tingkat 3 < 130 > 110
5. Manifestasi Klinik
Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-

satunya gejala bila demikian, gejala baru ada setelah terjadi komplikasi

pada ginjal, mata, otak atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan

adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdenging, mata

berkunang-kunang dan pusing . (Mansjoer Arif, dkk, 1999).


Pada sebagian besar penderita hipertensi tidak menimbulkan

gejala meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan

dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal

sesungguhnya tidak).Pada tingkat awal sesungguhnya, Hipertensi

asimtomatis, mempunyai gejala :


a. Sakit kepala : pada occipital,, seringkali timbul pada pagi hari.
b. Vertigo dan muka merah.
c. Epistaksis sppontan.
d. Kelelahan
e. Mual dan muntah
f. Sesak nafas
g. Gelisah
h. Penglihatan kabur atau scotomas dengan perubahan retina.
i. Kekerapan nocturnal akibat peningkatan tekanan dan bukan oleh

gangguan ginjal.
6. Penatalaksanaan
Deteksi dan tujuan penatalaksanaan hipertensi adalah

menurunkan risiko penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta

morbiditas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan

mempertahankan tekanan sistolik di bawah 140 mmHg dan tekanan

diastolic di bawah 90 mmHg dan mengntrol factor risiko. Hal ini dapat

di capai melalui modifikasi gaya hidup saja atau dengan obat

antihipertensi.
a. Terapi tanpa Obat Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi

adalah :
1) Penurunan konsumsi garam dari 10 gr/hari menjadi 5 gr/hari
2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3) Penurunan berat badan
4) Penurunan asupan etanol
b. Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah.
1) Olahraga yang dianjurkan seperti lari, jogging, bersepeda,

berenang, dan lain-lain.


2) Lamanya latihan berkisar antara 20-25 menit berada dalam zona

latihan.
3) Intensitas olahraga yang baik antara 60-80% dari kapasitas

aerobic atau 72-80% dari denyut nadi maksimal yang disebut

zona latihan.
4) Frekuensi latihan sebaiknya 3 kali/minggu dan lebih baik lagi 5

kali/minggu.
c. Pendidikan kesehatan (penyuluhan)
Tujuan pendidikan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien

tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien

dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplkasi lebih

lanjut.
d. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah

saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat

hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pilihan obat untuk

penderita hipertensi adalah sebagai berikut :

1) Hipertensi tanpa komplikasi : diuretic, beta blocker.

2) Hipertensi dengan indikasi penyakit tertentu : inhibitor ACE,

penghambat reseptor angiotensin II, alfa blocker, alfa-beta-

blocker, beta blocker, antagonis Ca dan diuretic

3) Indikasi yang sesuai Diabetes Mellitus tipe I dengan proteinuria

diberikan inhibitor ACE.

4) Pada penderita dengan gagal jantung diberikan inhibitor ACE

dan diuretic.
5) Hipertensi sistolik terisolasi : diuretic, antagonis Ca

dihidropiridin kerja sama.

6) Penderita dengan infark miokard : beta blocker (non ISA),

inhibitor ACE (dengan disfungsi sistolik).

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Tn Y
DENGAN TAHAP PRKEMBANGAN KELUARGA
DEWASA AKHIR

I. Data Umum
1. Nama KK : Tn.Y
2. Umur KK : 52 Tahun
3. Alamat dan N.Telp : Kelurahan Paoman Rw :
04 Rt : 01 Kec : Indramayu
4. Pekerjaan : Swasta
5. Pendidikan KK : SD
6. Tanggal Pengkajian : 15 Juni 2015
7. Komposisi keluarga
No Nama Umur Jenis Hub Dengan Pendidikan Pekerjaan
Kelamin KK
1. Tn.Y 52 L Suami SD Swasta
2. Ny.S 45 P Istri SD IRT
3. An.O 15 P Anak SMP TB
4. An.T 9 L Anak SD TB

8. Genogram :

= Meninggal

= Tinggal serumah

K = Klien

9. Tipe keluarga : Nuclear Family


10. Budaya
- Suku bangsa : Jawa
- Bahasa yang digunakan : Jawa
- Pantangan : Tidak ada
- Kebiasaan budaya yang berhubungan dengan masalah kesehatan :
Tidak ada
11. Agama
Seluruh keluarga Tn.Y beragama Islam. Kegiatan ibadah keagamaan
keluarga Tn.Y yaitu sholat lima waktu dan puasa dilakukan. Menurut
keluarga Tn.Y, agama berperan sangat penting dalam kehidupan
mereka, bahkan dalam hal kesehatan. Ketika ada anggota keluarga yang
sedang sakit, keluarga juga selalu mendoakan untuk kesembuhan
anggota keluarga yang sakit tersebut.
12. Status sosial ekonomi keluarga
Di keluarga Tn.Y, pencari nafkah utama adalah Tn.Y yang bekerja
sebagai Wiraswasta dengan penghasilan ± 2.000.000 setiap bulan.
13. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Keluarga Tn.Y tidak memiliki jadwal khusus untuk rekreasi keluarga,
hanya sesekali anaknya mengajak berwisata. Waktu liburan biasanya
disesuaikan dengan jadwal libur kerja dan libur anak sekolah, tetapi
sekarang jarang dilakukan, hanya jika ada waktu saja keluarga pergi
rekreasi. Di rumah, Tn.Y mengatakan keluarganya dapat menikmati
hiburan melalui TV dan radio yang tersedia di rumahnya.
II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahapan perkembangan keluarga saat ini
Tahapan perkembangan keluarga saat ini : Remaja
Tugas perkembangan keluarga saat ini : Pasangan Usia Subur
Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan mandiri.
Keluarga sudah memberikan kesempatan bagi An. O untuk memilih apa
yang ingin dilakukan. An. O mengatakan tanggung jawabnya adalah
belajar dan membantu orang tua.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
a. Tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga yaitu :
Berkomunikasi secara terbuka dengan anak-anak.
Tn.Y mengatakan bahwa An. A adalah anaknya terkadang
membangkang terhadap perintah orang tua. Ny.S juga mengatakan
anaknya jarang berada di rumah waktunya sering dihabiskan untuk
berkumpul dengan teman-temannya. An. O mengatakan tidak
mengetahui tugas perkembangan maupun tanggung jawabnya
sebagai remaja, karena sebelumnya tidak pernah mendapatkan
informasi mengenai tugas perkembangan maupun tanggung
jawabnya sebagai remaja.
b. Penyebab belum terpenuhinya tugas perkembangan keluarga:
Komunikasi yang kurang efektif.
3. Riwayat keluarga inti
Tn.Y merupakan seorang Ayah yang sekaligus mencari nafkah untuk
anak dan istrinya.
4. Riwayat keluarga sebelumnya :
Tidak ada riwayat penyakit keluarga yang menurun. Bila sakit, keluarga
Tn.Y pergi ke dokter atau puskesmas langganan keluarga. Tidak ada
pola makan atau jenis makanan yang dibatasi.
III. Lingkungan
1. Karakteristik rumah :
a. Status rumah :
 Jenis bahan dinding : Tembok
 Jenis lantai : Keramik
 Tipe atap rumah : Genteng
b. Perincian denah rumah

Dapur R. makan

K. tidur R. K. mandi
keluarga
R. tamu

c. Keadaan rumah :
 Pencahayaan baik, terdapat halaman, terdapat jendela yang
terbuka dipagi hari, dan tidak terdapat asap dapur yang masuk
kerumah.
d. Kebiasaan keluarga dalam perawatan rumah
 Sistem pembuangan sampah : Keluarga klien mengatakan
terdapat sampah rumah tangga, tidak dilakukan pemilihan
sampah, sampah dikumpulkan oleh petugas kebersihan, dan jenis
sampah yang dimiiki terbuka.
e. Sistem drainase air :
 Keluarga klien mengatakan sistem penyaluran limbah dialirkan
ke got dan jenis penyaluran air limbah terbuka.
f. Penggunaan jamban : jenis dan jarak dengan sumber air
Jamban menggunakan kakus, keadaannya bersih.
g. Kondisi air : Kondisi air jernih (Air PAM).
h. Pengetahuan keluarga mengenai masalah kesehatan yang berkaitan
dengan lingkungan : keluarga selalu menguras bak mandi dan selalu
membuang sampah di tempat sampah yang sudah disediakan.
2. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
Tn.Y jarang berkumpul dengan tetangga karena kesibukannya, namun
Tn.Y aktif di setiap ada kegiatan di lingkungan tempat tinggalnya. Tn.Y
sendiri bekerja wiraswasta. Keluarga Tn.Y tinggal di RT 01 RW 04,
yaitu di rumah pribadi. Kehidupan bertetangga terlihat rukun dan
harmonis.
3. Mobilitas geografis keluarga
Saat ini, keluarga Tn.Y tinggal di rumah pribadi dan menetap di rumah
yang sekarang untuk saat ini dan tidak berniat untuk pindah.
a. Alat transportasi di daerah : Menggunakan motor, angkutan umum,
becak.
b. Alat transportasi yang biasa digunakan oleh keluarga :
Menggunakan motor.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Tn.Y selalu berusaha mengikuti acara yang diadakan oleh RT/RW,
misalnya pengajian, arisan RT dan kegiatan lainnya. Apabila ada waktu
luang Tn.Y mengajak anaknya bermain ke tetangga. Hubungan anggota
keluarga terlihat rukun, tidak ada konflik antara satu dengan yang lain
(terlihat harmonis).
5. Sistem pendukung keluarga
a. Sistem pendukung di dalam keluarga : Setiap sakit berobat di mantri
dan dokter.
b. Sistem pendukung di komunitas : Setiap sakit berobat di Puskesmas
c. Persepsi keluarga mengenai pentingnya sistem pendukung : Sangat
baik dan membantu
IV. Struktur keluarga
1. Pola Komunikasi Keluarga
Tn.Y mengatakan bahwa komunikasi pada keluarganya menekankan
keterbukaan. Bila ada masalah dalam keluarga, Tn.Y mendiskusikan
bersama keluarga, terkadang meminta bantuan nasihat dari orang tua.
Waktu yang biasanya digunakan untuk komunikasi pada saat santai
yaitu malam hari dan waktu makan bersama dengan anggota keluarga.
Tn.Y sibuk bekerja dan jarang menyempatkan berbicara kepada
anaknya.
2. Struktur Kekuatan keluarga
Pemegang keputusan di keluarga adalah Tn.Y sebagai kepala keluarga,
tetapi tidak menutup kemungkinan suatu ketika Tn.Y punya pendapat
sendiri dan membuat keputusan sendiri dan istrinya juga sering
mengambil keputusan sendiri seperti misalnya pada saat membeli
keperluan rumah tangga dan mengatur posisi perabotan rumah tangga.
Terkadang Ny.S juga berinisiatif sendiri untuk membawa anaknya ke
pelayanan kesehatan, bila ada yang sakit dan tidak bisa sembuh dengan
mengkonsumsi obat warung.
3. Struktur Peran:
a. Tn.Y
Sebagai kepala keluarga, bertanggung jawab dalam mencari nafkah
untuk kebutuhan sehari-hari dalam rumah tangga.

b. Ny.S
Ny.S sebagai ibu rumah tangga dan tidak bekerja.
c. An. O
Mengatakan masih sekolah dan selalu mengerjakan tugas-tugasnya
sebagai siswa/pelajar.
d. An.T
An.T merupakan anak terakhir dari Tn.Y dan Ny.S berumur 9 tahun
dan masih SD.
4. Nilai dan Norma Budaya
Nilai dan norma yang dipegang oleh Tn.Y adalah sesuai dengan nilai-
nilai ajaran Islam dan tidak terpengaruh oleh norma budaya.
Penerimaan keluarga terhadap perawat sangat baik, setiap masalah yang
ada diutarakan dan menerima kehadiran perawat.
V. Fungsi keluarga
1. Fungsi Afektif
Tn.Y mengatakan bahwa setiap anggota keluarga dalam rumah dapat
saling terbuka dalam menyampaikan pendapat.
2. Fungsi Sosialisasi
Hubungan antar anggota keluarga dalam rumah berjalan dengan
baik.
3. Fungsi Biologis
4. Fungsi Psikologis : Keadaan emosi stabil
5. Fungsi Spiritual : taat beribadah
6. Fungsi Kultural
Tn.Y menerima dengan baik setiap budaya, namun tidak setiap
budaya yang ada selalu diikuti karena ada yang menurut Tn.Y
bertentangan dengan nilai dan norma.
7. Fungsi Reproduksi : TN.Y memiliki 2 orang anak.
8. Fungsi Ekonomi : Tn.Y sebagai kepala keluarga bertugas untuk
mencari nafkah.

9. Fungsi Perawatan Keluarga


Tn.Y mengatakan bahwa ketika ada anggota keluarga yang sakit,
maka yang sakit akan langsung diberikan obat dari warung atau
VI. Stress dan Koping Keluarga
1. Stressor Jangka Pendek
Keluarga Tn.Y cemas terhadap kondisi kesehatan keluarga apabila
sakit secara mendadak karena biaya perawatan yang mahal.
2. Stressor Jangka Panjang
Ny.M mengeluhkan biaya sekolah kedua anaknya yang semakin
mahal, terlebih lagi tahun ini anak keduanya yaitu An. O akan lulus
dari SMP dan akan memasuki SMA.
3. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Masalah
Jika ada masalah, keluarga berupaya untuk mencari jalan keluar dari
masalah tersebut dengan jalan musyawarah. Keluarga meyakini kalau
setiap masalah ada jalan keluarnya, misalnya dengan minta bantuan
dari orang tua dan tetangga yang terdekat.
4. Strategi Koping yang Digunakan
Tn.Y mengatakan selalu menyerahkan semua masalah yang terjadi
kepada Allah SWT tetapi tetap berusaha untuk mengatasi masalah
yang ada.
5. Strategi Adaptasi Disfungsional : Tidak ada.
VII. Harapan Keluarga
Keluarga berharap dengan kedatangan mahasiswa berkunjung ke
rumahnya adalah keluarga dapat mengetahui status kesehatan keluarga.
Dengan demikian keluarga berharap akan selalu berada dalam kondisi
sehat lahir dan batin. Mereka juga berharap akan mendapatkan banyak
pengetahuan tentang berbagai macam jenis penyakit dan cara
perawatannya.
VIII. Pemeriksaan Fisik
No. Pemeriksaan Tn.Y (KK) Ny.S An.O An.T
1. TTV TD : 150/100, TD : 120/80, TD : 120/80, TD : 120/80,
N : 80x/m, R : 20x/m, S N : 80x/m, R : 23x/m, S N : 80x/m, R : 23x/m, S : N : 80x/m, R : 23x/m, S :
: 36,7°C. : 37,0°C. 37,0°C. 37,0°C.
2. Kepala Terkadang terasa pusing Benjolan (-), lesi (-), Benjolan (-), lesi (-), Benjolan (-), lesi (-),
apabila tekanan rambut hitam panjang, rambut hitam panjang, rambut hitam panjang,
darahnya meningkat, tidak rontok. tidak rontok. tidak rontok.
Benjolan (-), lesi (-),
rambut hitam lurus,
tidak rontok, pusing (+).
3. Mata Konjungtiva tidak Konjungtiva tidak Konjungtiva tidak Konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak anemis, skelera tidak anemis, skelera tidak anemis, skelera tidak
ikterik, pengelihatan ikterik, pengelihatan ikterik, pengelihatan ikterik, pengelihatan
kabur. sedikit kabur. sedikit kabur. sedikit kabur.
4. Hidung dan Hidung : Polip (-), Hidung : Polip (-), Hidung : Polip (-), Hidung : Polip (-),
Mulut sinusitis (-), penciuman sinusitis (-), penciuman sinusitis (-), penciuman sinusitis (-), penciuman
baik. Mulut : Lidah baik. Mulut : Lidah baik. Mulut : Lidah baik. Mulut : Lidah
bersih, nafas tidak bersih, nafas tidak bersih, nafas tidak bersih, nafas tidak
berbau, tidak ada berbau, tidak ada berbau, tidak ada berbau, tidak ada
sariawan. sariawan. sariawan. sariawan.
5. Telinga Tidak ada benjolan pada Tidak ada benjolan Tidak ada benjolan pada Tidak ada benjolan pada
telinga, fungsi pada telinga, fungsi telinga, fungsi telinga, fungsi
pendengaran baik. pendengaran baik. pendengaran baik. pendengaran baik.
6. Leher Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid. kelenjar tiroid. kelenjar tiroid. kelenjar tiroid.
7. Dada Dada : Bentuk dada Dada : Bentuk dada Dada : Bentuk dada Dada : Bentuk dada
simetris, tidak ada nyeri simetris, tidak ada nyeri simetris, tidak ada nyeri simetris, tidak ada nyeri
tekan. Paru-paru : tekan. Paru-paru : tekan. Paru-paru : Bunyi tekan. Paru-paru : Bunyi
Bunyi nafas veskuler, Bunyi nafas veskuler, nafas veskuler, TD : nafas veskuler, TD :
TD : 110/80, TD : 120/80, 120/80, 120/80,
N : 80x/m, R : 20x/m, S N : 80x/m, R : 23x/m, S N : 80x/m, R : 23x/m, S : N : 80x/m, R : 23x/m, S :
: 36,7°C, tidak ada : 37,0°C. tidak ada 37,0°C. tidak ada 37,0°C. tidak ada
wheezing dan ronchi. wheezing dan ronchi. wheezing dan ronchi. wheezing dan ronchi.
Jantung : Tidak ada Jantung : Tidak ada Jantung : Tidak ada Jantung : Tidak ada
pembesaran jantung, pembesaran jantung, pembesaran jantung, pembesaran jantung,
tidak ada suara tidak ada suara tidak ada suara tidak ada suara
tambahan. tambahan. tambahan. tambahan.
8. Abdomen Bentuk abdomen Bentuk abdomen Bentuk abdomen Bentuk abdomen
simetris, tidak ada simetris, tidak ada simetris, tidak ada acites, simetris, tidak ada acites,
acites, bising usus (+), acites, bising usus (+), bising usus (+), BAB 1- bising usus (+), BAB 1-
BAB 1-2x perhari. BAB 1-2x perhari. 2x perhari. 2x perhari.
9. Ekstremitas ROM klien baik/penuh, ROM klien baik/penuh, ROM klien baik/penuh, ROM klien baik/penuh,
klien seimbang dalam klien seimbang dalam klien seimbang dalam klien seimbang dalam
berjalan, kemampuan berjalan, kemampuan berjalan, kemampuan berjalan, kemampuan
menggenggam menggenggam baik, menggenggam baik, otot menggenggam baik, otot
baik, otot otot ekstremitas ka/ki ekstremitas ka/ki sama ekstremitas ka/ki sama
ekstremitas ka/ki sama tidak ada nyeri. tidak ada nyeri. tidak ada nyeri.
sama tidak ada nyeri.
10. Kulit Inspeksi: tekstur kulit Inspeksi: tekstur kulit Inspeksi: tekstur kulit Inspeksi: tekstur kulit
lembab, peningkatan lembab, keriput(-), lembab, keriput(-), lembab, keriput(-),
pigmen (-), dekubitus peningkatan pigmen (-), peningkatan pigmen (-), peningkatan pigmen (-),
(-), bekas luka (-). dekubitus (-), bekas dekubitus (-), bekas luka dekubitus (-), bekas luka
Palpasi: turgor kulit luka (-). Palpasi: turgor (-). Palpasi: turgor kulit (-). Palpasi: turgor kulit
normal. kulit normal. normal. normal.
IX. Analisa Data
No. Data Fokus Tipologi Penyebab Masalah
1. DS : Ancaman Ketidak Kurang
 Tn.Y menderita mampuan pengetahuan
hipertensi sejak keluarga
3 tahun yang mengenal
lalu dan sering masalah
merasakan kesehatan pada
kepala pusing. anggota keluarga
 Tn. Y yang sakit.
mengatakan
tetap melakukan
pekerjaannya
walaupun sakit.
 Tn.Y jarang
memeriksa
tekanan
darahnya.
DO:
 Pemeriksaan
fisik umum :
keadaan umum
Tn.Y tampak
segar.
 TD : 150/100,
 N : 80x/m,
 R : 20x/m,
 S : 36,7°C.
2. DS: Ancaman ketidakmampuan Koping
Keluarga memutuskan keluarga
mengatakan setiap tindakan tidak efektif.
keputusan ada di kesehatan yang
tangan kepala tepat bagi
keluarga dan tanpa keluarga.
memerlukan
persetujuan dari
anggota keluarga
yang lain dan Tn
Y jarang
berinteraksi
dengan
tetangganya.

DO: -
3. DS : Ancaman Ketidak Gangguan
 Keluarga mampuan rasa
mengatakan keluarga
tidak memahami nyaman.
merawat anggota
sifat dan
keluarga yang
luasnya masalah
yang dialami sakit.
klien.
 Tn.Y mengeluh
pusing.
 Keluarga
mengatakan
tidak
mengetahui
tentang
perawatan
penyakit
hipertensi.

DO:
 Pemeriksaan
fisik umum :
keadaan umum
Tn.Y tampak
segar.
 TD : 150/100,
 N : 80x/m,
 R : 20x/m,
 S : 36,7°C.
X. Diagnosa Keperawatan Keluarga
1. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan rencana pengobatan hipertensi
b/d ketidak mampuan keluarga mengenal masalah Hipertensi.
2. Koping keluarga tidak efektif b/d ketidakmampuan memutuskan
tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.
3. Gangguan rasa nyaman (pusing) b/d ketidak mampuan keluarga
mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat.
XI. Skoring Masalah
1. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan rencana pengobatan hipertensi
b/d ketidak mampuan keluarga mengenal masalah Hipertensi.
Perhitungan
NO Kriteria Skor Nilai Pembenaran
1 Sifat Masalah: Ketidak mampuan keluarga
Aktual 3/3 x 1 1 untuk merawat Tn.Y dengan
penyakit hipertensi
merupakan ancaman
terjadinya penyakit.
2 Kemungkinan 2/2 x 2 Lamanya penyakit ±3 tahun
masalah dapat 2 yang lalu.
diubah :
Skala : cukup
3 Potensi masalah 3/3 x 1 Penyakit hipertensi yang
dapat untuk 1 terjadi bisa diobati.
dicegah :
Skala : sedang
4 Menonjolnya 2/2 x 1 Bila tidak segera di tangani
masalah. maka bisa terjadi hipertensi
Skala : masalah 1 berlanjut.
berat, harus di
tangani.
Total Nilai 5

2. Koping keluarga tidak efektif b/d ketidakmampuan memutuskan


tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.
NO Kriteria Perhitungan Nilai Pembenaran
Skor
1 Sifat masalah Setiap keputusan ada di
skala : 2/3 x 1 0,67 tangan kepala keluarga dan
Aktual tanpa memerlukan
persetujuan dari anggota
keluarga yang lain
Tn Y jarang berinteraksi
dengan tetangganya.
2 Kemungkinan 1/2 x 1 Masalah masih mungkin
masalah dapat 1 untuk diubah, walaupun agak
diubah : susah mengubah koping
Skala : hanya negative ke positif.
sebagian
3 Potensi masalah 2/3 x 1 Masalah sudah terjadi, tetapi
dapat untuk 0,67 keluarga masih belum
dicegah : mampu mengambil
Skala : tinggi keputusan yang tepat untuk
kesehatan mereka.
4 Menonjolnya 1/2 x 1 Keluaga merasakan ada
masalah. masalah, tapi menurut
Skala : masalah 0,5 mereka tidak serius, jadi
berat, harus di tidak perlu segera ditangani.
tangani.
Total Nilai 2,84

3. Gangguan rasa nyaman (pusing) b/d ketidak mampuan keluarga


mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat.

Perhitungan
NO Kriteria Skor Nilai Pembenaran
1 Sifat masalah 3/3 x 1 1 Penyakit hipertensi
skala : merupakan suatu keadaan
Aktual kurang sehat/tidak sehat.

2 Kemungkinan 2/2 x 2 1 Kebiasaan klien yang dapat


masalah dapat mendorong kekambuhan
diubah : akan terulang kembali.
Skala : hanya
sebagian
3 Potensi masalah 2/3 x 1 0,67 Pengobatan sudah di
dapat untuk lakukan, sumber daya
dicegah : mencukupi.
Skala : tinggi
4 Menonjolnya 2/2 x 1 1 Keluarga menyadari adanya
masalah. masalah dan harus segera
Skala : tidak perlu ditangani.
segera ditangani
Total Nilai 3,67

XII. Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan rencana pengobatan
hipertensi b/d ketidak mampuan keluarga mengenal masalah
Hipertensi.
2. Gangguan rasa nyaman b/d ketidak mampuan keluarga mengambil
keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat.
3. Koping keluarga tidak efektif b/d ketidakmampuan memutuskan
tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.
XIII. Intervensi Keperawatan Keluarga
No. Dx Kep. TU TK K.Evaluasi S.Evaluasi Intervensi
1. Kurang Setelah Setelah 1 x 20 menit  Mampu ✓ Kaji pengetahuan
pengetahuan dilakukan pertemuan, keluarga menjelaskan arti keluarga tentang
tentang kondisi tindakan mampu mengenal hipertensi. hipertensi :
dan rencana keperawatan masalah hipertensi,  Mampu - Pengertian
pengobatan selama 1 x 20 dengan mampu: menjelaskan hipertensi
hipertensi b/d menit penyebab - Penyebab
ketidakmampuan kunjungan Keluarga dapat Verbal hipertensi. hipertensi
keluarga rumah memutuskan tindakan  Mampu - Tanda dan
mengenal diharapkan yang tepat untuk menjelaskan tanda gejala
masalah pengetahuan mengatasi masalah dan gejala hipertensi
Hipertensi. keluarga hipertensi. hipertensi. - Pencegahan
tentang  Mampu hipertensi
hipertensi - Komplikasi
menyebutkan cara
meningkat hipertensi
pencegahan
hipertensi. ✓ Diskusi adanya
 Mampu tanda dan gejala
menyebutkan hipertensi serta
komplikasi faktor yang
hipertensi. memperburuk
kondisi.
✓ Bimbing keluarga
Keluarga mampu Verbal  Keluarga mampu
untuk mengulangi
melakukan perawatan untuk memutuskan
apa yang telah di
pada anggota tindakan yang tepat
ajarkan.
keluarga yang sakit untuk mengatasi ✓ Jelaskan akibat
masalah hipertensi lanjut dari penyakit
dengan membawa hipertensi jika tidak
anggota keluarga segera ditangani.
yang sakit berobat ✓ Bimbingan untuk
ke Rs atau mengatasi resiko
puskesmas. penyakit hipertensi.
✓ Jelaskan petunjuk
 Keluarga mampu perawatan
merawat anggota hipertensi dengan
Keluarga keluarga yang melakuan
dapat menggunakan Psikomotor sedang sakit. control secara rutin.
fasilitas yunkes ✓ Jelaskan manfaat
secara tepat untuk  Keluarga mampu gizi seimbang.
mengetahui menentukan status ✓ Demontrasikan cara
komplikasi. nutrisi /gizi sesuai menyusun menu
dengan yang benar untuk
standar kesehatan nutrisi yang
yang mengalami dianjurkan dan yang
hipertensi. tidak dianjurkan.
✓ Anjurkan klien
 Keluarga mampu untuk menghidari
mengontrol emosi stress.
dan menata stress. ✓ Anjurkan klien
menata stress.
Psikomotor ✓ Jelaskan pada
 Keluarga keluarga pelayanan
membawa anggota yang cepat di
keluarga yang sakit manfaatkan.
ketempat ✓ Anjurkan klien
pelayanan untuk kontrol secara
kesehatan terdekat. rutin.
✓ Anjurkan keluarga
untuk
mengguanakan
yankes.
✓ Berikan
reinforcement
positif atas apa yang
telah dikemukakan
keluarga yang tepat
dan
benar.
2. Gangguan rasa Setelah Setelah 2 x 15 menit ✓ Kaji pengetahuan
nyaman (pusing) dilakukan pertemuan, keluarga keluarga untuk
b/d ketidak tindakan mampu membuat mengatasi penyakit
mampuan diharapkan: keputusan, Hipotesis.
keluarga Klien merasa dengan mampu: ✓ Berikan kesempatan
mengambil nyaman. pada klien oleh
keputusan dalam berkurang 1. Keluarga dapat R.Verbal  Keluarga dapat keluarga untuk
melakukan memutuskan mengetahui hal-hal menanyakan hal-hal
tindakan yang tindakan yang tepat yang dilakukan yang kurang
tepat. untuk mengatasi terhadap penderita dimengerti untuk
masalah hipotesis. Hipotesis di rumah. mengatasi penyakit
 Keluarga mampu hipotesis.
2. Keluarga mampu R.Verbal mengambil ✓ Evaluasi secara
melakukan keputusan yang singkat terhadap
perawatan pada tepat untuk klien. topik yang
anggota keluarga  Keluarga didiskusikan
yang sakit. dapat dengan klien dan
memanfaatkan keluarga Tn Y.
sumberdaya yang ✓ Diskusikan dengan
ada untuk keluarga Tn “M”
pengobatan. bagaimana
 Keluarga mampu cara mengambil
untuk merawat keputusan yang
anggota keluarga tepat bagi klien.
yang sedang sakit. ✓ Kaji pikiran
 Keluarga berusaha keluarga Tn “M”
menghindarkan untuk menyediakan
klien dari faktor sumber daya yang
pencetus seperti: ada (keuangan dan
(kopi, garam, transportasi untuk
stres). pengobatan.
 Keluarga bersedia ✓ Kaji kemampuan
untuk mengontrol NY S” yang telah
anggota keluarga dilakukan untuk
yang sakit secara menghindari faktor
rutin. pencetus.
 Keluarga segera ✓ Anjurkan keluarga
tanggap bila klin untuk membawa
mengeluh pusing anggota keluarga
yang dirasak tak yang sakit ke
kunjung reda. yankes untuk
mengontrol kondisi
klien.
✓ Lakukan kunjungan
rumah secara rutibn
untuk mengetahui
prilaku klien dan
keluarga dirumah.
✓ Berikan
reinforcement
positif atas usaha
keluarga.
3. Koping keluarga Setelah Selama 1x60 menit Respon Keluarga mampu ✓ Diskusikan bersama
tidak efektif b/d diberikan askep
kunjungan koping verbal berdiskusi dengan keluarga tentang
ketidakmampuan keluarga
memutuskan mampu keluarga efektif anggota keluarga tindakan kesehatan
tindakan memutuskan Dengan cara:
yang lain. yang tepat bagi
kesehatan yang tindakan
Keluarga mampu
tepat bagi kesehatan yang anggota keluarga
keluarga. tepat bagi saling berdiskusi
keluarga
tetang tindakan
kesehatan yang tepat
bagi anggota
keluarganya.
Keluarga mampu Respon Keluarga berinteraksi ✓ Berikan keluarga
berinteraksi dengan psikomotor dengan tetangga dan kesempatan untuk
tetangga dan lingkungan sekitar bersosialisasi
lingkungan sekitar dengan tetangga
dan lingkungan
sekitar
Keluarga mampu Respon Keluarga mampu ✓ Motivasi keluarga
memutuskan untuk afektif memutuskan untuk untuk mau
menggunakan menggunakan menggunakan
pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan pelayanan
yang tepat bagi kesehatan
keluarga ✓ Libatkan suami dan
istri untuk
mengambil
keputusan
menggunakan
pelayanan
kesehatan yang
terbaik bagi
keluarga
XIV. Implementasi
No Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
Keperawatan
1. Kurang pengetahuan  Mengkaji pengetahuan keluarga Subjektif :
tentang kondisi dan tentang hipotesis.  Keluarga Tn.Y mengatakan sedikit
rencana pengobatan - Pengertian Hipotesis. mengetahui tentang hipertensi.
hipertensi b/d - Penyebab hipotesis.
ketidakmampuan - Tanda dan gejala hipoteisis. Objektif:
keluarga mengenal - Pencegahan hipotesis.  Tampak tenang.
masalah Hipertensi. - Komplikasi hipotesis  TD : 150/100
 Mendiskusikan adanya tanda dan  N : 80x/m
gejala serta faktor yang
memperburuk kondisi.  R : 20x/m
 Membimbing keluarga untuk  S : 36,7°C.
mengulangi apa yang telah
Analisis:
diajarkan. Masalah sebagian teratasi
 Menjelaskan akibat lanjut dari
penyakit hipoteisis jika tidak Planning:
segara ditangani. Lanjutkan planning yang sudah di
 Membimbing keluarga untuk
rencanakan.
mengulangi apa yang telah
diajarkan.
 Menjelaskan petunjuk perawatan
hipotesisi dengan melakukan
control secara rutin.
 Menjelaskan manfaat gizi
seimbang.
 Mendemonstrasikan cara
menyusun menu yang benar untuk
nutrisi yang dianjurkan dan tidak
dianjurkan.
 Menganjurkan klien untuk
menghidari stress.
 Mengajarkan klien cara menata
stress.
 Menjelaskan pada keluarga dan
klen pelayanan dan kesehatan yang
dapat dimanfaatkan.
 Menganjurkan klien kontrol secara
rutin.
 Menganjurkan kluarga dan klien
untuk menggunakan yankes.
2. Gangguan rasa  Mengkaji pengetahuan keluarga Subjektif :
nyaman (pusing) b/d Tn Y untuk mengatasi penyakit  Keluarga Tn.Y mengatakan
Hipertensi. Tn.Y masih merasakan pusing
ketidak mampuan  Memberikan kesempatan pada Ny apabila tekanan darah nya naik.
keluarga mengambil S untuk menanyakan hal-hal yang  Keluarga Tn.Y mengatakan
kurang di mengerti untuk tekanan darah Tn.Y naik turun.
keputusan dalam
mengatsai penyakit hipertensi.
melakukan tindakan  Mengevaluasi secara singkat
terhadap topik yang disampaikan Objektif:
yang tepat.
pada keluarga Tn Y dan pada Ny  Tampak tenang.
S.  TD : 150/100,
 Mendiskusikan dengan keluarga
Ny.S bagaimana cara mengambil  N : 80x/m,
keputusan yang tepat bagi Tn.Y.
 Mengkaji pikiran keluarga Tn Y  R : 20x/m,
untuk menyediakan sumber  S : 36,7°C.
daya yang ada (keluarga dan
transportasi) untuk pengobatan. Analisis:
 Mengkaji kemampuan Tn.Y yang Masalah belum teratasi.
telah dilakukan untuk menghindari
faktor pencetus. Planning:
 Menganjurkan keluarga Ny.S Lanjutkan tujuan khusus yang sudah
untuk membawa Tn.Y kepelayanan direncanakan.
kesehatan yaitu PKM atau Rumah
sakit untuk mengontrol kondisinya.
 Melakukan kunjungan rumah
keluarga Tn Y secara rutin untuk
mengetahui prailaku keluarga Tn
Y dirumah.
 Memberikan reinforcement
positif atas usaha keluarga.

3. Koping keluarga  Mengucapkan salam Subjektif :


tidak efektif b/d  Memvalidasi keadaan keluarga  Keluarga mengatakan keputusan ada
 Mengingatkan kontrak ditangan kepala keluarga dan jarang
ketidakmampuan
 Menjelaskan tujuan berinteraksi dengan lingkungan
memutuskan sekitar
 Keluarga mendengarkan.
tindakan kesehatan TUK 1:  Keluarga mampu berinteraksi dengan
 Mendiskusikan bersama keluarga tetangga dan lingkungan sekitar.
yang tepat bagi
tentang tindakan kesehatan yang  Keluarga mengatakan mau
keluarga. menggunakan sarana pelayanan
tepat bagi anggota keluarganya kesehatan.
 Memberikan keluarga kesempatan  Keluarga mengatakan akan
untuk bersosialisasi dengan melibatkan keluarga dalam
tetangga dan lingkungan sekitar mengambil keputusan menggunakan
 Memotivasi keluarga untuk mau pelayanan kesehatan yang terbaik bagi
menggunakan sarana pelayanan keluarga
kesehatan

 Melibatkan suami dan istri untuk


mengambil keputusan Objektif :
menggunakan pelayanan kesehatan  Keluarga kooperatif dan aktif saat
yang terbaik bagi keluarga dijelaskan
 Keluarga mendengarkan penjelasan
yang diberikan

Analisis :
1. Keluarga mau berdiskusi dengan
anggota keluarga yang lain.
2. Keluarga mampu berinteraksi
dengan tetangga dan lingkungan
sekitar
3. Keluarga mengatakan mau
menggunakan sarana pelayanan
kesehatan dan akan melibatkan
keluarga dalam mengambil
keputusan menggunakan pelayanan
kesehatan yang terbaik bagi
keluarga.
Planning :
Ingatkan kembali keluarga dalam
pengambilan keputusan harus
melibatkan semmua anggota keluarga
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas tentang hasil analisa terhadap keluarga Tn.Y dengan

pembahasan tentang tahap perkembangan usia dewasa akhir, yang mana pada

kasus ini terdapat tiga diagnosa yang akan dibahas yaitu :

1. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan rencana pengobatan hipertensi b/d

ketidak mampuan keluarga mengenal masalah Hipertensi.

2. Gangguan rasa nyaman b/d ketidak mampuan keluarga mengambil

keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat.

3. Koping keluarga tidak efektif b/d ketidakmampuan memutuskan tindakan

kesehatan yang tepat bagi keluarga.

Permulaan dari fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak pertama

meninggalkan rumah orangtua dengan “rumah kosong”, ketika anak-anak

terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atau agak panjang,

tergantung pada berapa banyak anak yang ada dalam rumah atau berapa banyak

anak yang belum menikah yang masih tinggal di rumah setelah tamat dari SMA

dan perguruan tinggi. Meskipun tahap ini biasanya 6 atau 7 tahun, dalam tahun-

tahun belakangan ini, tahap ini berlangsung lebih lama dalam keluarga dengan

dua orangtua, mengingat anak-anak yang lebih tua baru meninggalkan orangtua

setelah selesai sekolah dan mulai bekerja. Motifnya adalah seringkali ekonomi-

tingginya biaya hidup bila hidup sendiri. Akan tetapi, trend yang meluas
dikalangan dewasa muda, yang umumnya menunda perkawinan, hidup terpisah

dan mandiri dalam tatanan hidup mereka sendiri. Dari sebuah survey besar yang

dilakukan terhadap orang Kanada ditemukan bahwa anak-anak yang

berkembangan dalam keluarga dengan orangtua tiri dan keluarga dengan

orangtua tunggal meninggalkan rumah lebih dini dari pada mereka yang

dibesarkan dalam keluarga dengan dua orangtua. Perbedaan ini tidak dipandang

karena dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi, melainkan karena perbedaan

orangtua dan lingkungan keluarga (Mitchel et al, 1989).

Fase ini ditandai oleh tahun-tahun puncak dari dan oleh anak-anak untuk

kehidupan dewasa yang mandiri. Orangtua, karena mereka membiarkan anak

mereka pergi, melepaskan 20 tahun peran sebagai orangtua dan kembali pada

pasangan perkawinan mereka yang asli. Tugas-tugas perkembangan menjadi

penting karena keluarga tersebut berubah dari sebuah rumah tangga dengan

anak-anak ke sebuah rumah tangga yang hanya terdiri dari sepasang suami dan

isteri. Tujuan utama keluarga adalah reorganisasi keluarga menjadi sebuah unit

yang tetap berjalan sementara melepaskan anak-anak yang dewasa kedalam

kehidupan mereka sendiri (Duvall, 1977). Selama tahap ini pasangan tersebut

mengambil peran sebagai kakek nenek-perubahan lainnya dalam peran maupun

dalam citra diri mereka.

Usia pertengahan awal, yang merupakan usia rata-rata di mana para

orangtua melepaskan anak mereka yang tertua ditandai sebagai masa kehidupan

yang “terperangkap” ; terperangkap antara tuntutan-tuntutan kaum muda dan

harapan-harapan dari mereka yang lebih tua dan terperangkap antara dunia
kerja dan tuntutan yang bersaing dan keterlibatan keluarga, dimana seringkali

tampaknya tidak mungkin memenuhi tuntutan-tuntutan dari kedua bidang

tersebut. Akan tetapi studi-studi membuktikan bahwa mereka yang berusia

pertengahan mungkin merasa tertekan atau terjepit diantara kutub orangtua dan

muda, paling tidak bagi individu-individu golongan kelas menengah dan kelas

atas, mereka senantiasa dapat mengapresiasikan bagaimana mereka dan prestasi

mereka : “Mereka senantiasa mengetahui bahwa mereka adalah para pembuatan

keputusan negara ; mereka yang menggambarkan kualitas umum kehidupan

dalam masyarakat ini. Masyarakat tergantung kepada kepemimpinan dan

produktifitas dari orang yang berasal dari golongan usia pertengahan (Kerchoff,

1976).

Berikut interpretasi hasil analisis terhadap masalah yang ada di keluarga

Tn.Y dengan masalah pada tahap perkembangan dewasa akhir :

1. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan rencana pengobatan

hipertensi b/d ketidak mampuan keluarga mengenal masalah

Hipertensi.

Menurut WHO dalam Fienalia (2012) pengetahuan dapat

membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai

dengan keyakinan tersebut. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior). Salah satu faktor

yang dapat mempengaruhi pengetahuan responden adalah tingkat


pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin mudah

menerima serta mengembangkan pengetahuan dan informasi khususnya

tentang cara menangani masalah kesehatan.

Pada kasus keluarga Tn.Y adalah ketidakmampuan keluarga

mengatasi masalah kesehatan karena dilihat dari faktor pendidikan keluarga

yang tergolong berpendidikan rendah yaitu tingkat sekolah dasar. Dimana

masalah pada Tn.Y adalah masalah kesehatan hipertensi dengan tekanan

darah saat dikaji yaitu 150/100 mmhg dan Tn.Y serta keluarga juga

mengatakan bahwa tidak ada makanan pantangan terhadap Tn.Y ini

sehingga apabila dilihat dari hal tersebut maka ini merupakan saalah

satufaktor pemicu terjadi peningkatan penyakit.

Pada keluarga Tn.Y sudah dilakukan pendidikan kesehatan yang

pertama yaitu mengenal penyakit hipertensi dengan dilakukannya

pendidikan kesehatan ini maka setelah di evaluasi maka didapatkan data

hasil implementasi yaitu keluarga Tn.Y sedikit mengerti tentang penyakit

hipertensi dan bisa menjawab ketika diberikan pertenyaan, namun belum

menguasai seluruh materi.

2. Gangguan rasa nyaman b/d ketidak mampuan keluarga mengambil

keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat.

Gangguan kenyamanan : Keadaan ketika individu mengalami

sensasi yang tidak menyenagkan dalam berespons terhadap suatu

rangsangan yang berbahaya. (Lynda, 2006 : 49).


Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak

menyenangkan. Sifatnya sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda

pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatnya dan hanya orang

tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang

dialaminya.

Munculnya nyeri sangat berkaitan erat dengan reseptor dan adanya

rangsangan. Reseptor nyeri dapat memberikan respons akibat adanya

stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa kimiawi, termal,

listrik, atau mekanis. Stimulasi oleh zat kimiawi diantaranya seperti

histamine, bradikmin, prostaglandin, dan macam-macam asam seperti

adanya asam lambung yang meningkat pada gastritis atau stimulasi yang

dilepaskan apabila terdapat kerusakan pada jaringan. (A.Aziz, 2008 : 121).

Selanjutnya, stimulus yang diterima oleh reseptor tersebut

ditransmisikan berupa impuls-impuls nyeri ke sumsum tulang belakang

oleh dua jenis serabut, yaitu serabut A (delta) yang bermielin rapat dan

serabut ramban (serabut C). Impuls-impuls yang ditransmisikan oleh

serabut delta A, mempunyai sifat inhibitor yang ditransmisikan ke serabut

C. (A.Aziz, 2008 : 121).

Keadaan sakit atau nyeri bisa disebabkan oleh beberapa hal seperti

pada kasus ini sensasi rasa nyeri ditimbulkan karena proses penyakit yang

dialami oleh Tn Y.
3. Koping keluarga tidak efektif b/d ketidakmampuan memutuskan

tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.

Koping adalah sebuah mekanisme untuk mengatasi perubahan

yang dihadapi atau beban yang diterima tubuh dan beban tersebut

menimbulkan respon tubuh yang sifatnya nonspesifik yaitu stres. Apabila

mekanisme coping ini berhasil, seseorang akan dapat beradaptasi terhadap

perubahan atau beban tersebut (Ahyar, 2010).

Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam

menyelesaikanmasalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon

terhadap situasi yang mengancam (Keliat, 1999).

Sedangkan menurut Lazarus (1985), koping adalah perubahan

kognitif dan perilaku secara konstan dalam upaya untuk mengatasi tuntutan

internal dan atau eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber

individu.

Berdasarkan ketiga definisi di atas, maka yang dimaksud

mekanisme koping adalah cara yang digunakan individu dalam

menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang terjadi dan situasi yang

mengancam baik secara kognitif maupun perilaku.

Metode koping jangka panjang bersifat konstruktif dan merupakan

cara yang efektif dan realitas dalam menangani masalah psikologis untuk

kurun waktu yang lama, hal ini seperti; berbicara dengan orang lain, teman,

keluarga atau profesi tentang masalah yang sedang dihadapi, mencoba

mencari informasi yang lebih banyak tentang masalah yang sedang


dihadapi, menghubungkan situasi atau masalah yang sedang dihadapi

dalam kekuatan supra natural, melakukan latihan fisik untuk mengurangi

ketegangan/masalah, membuat berbagai alternatif tindakan untuk

mengurangi situasi, mengambil pelajaran dari peristiwa atau pengalaman

masalalu.

Sedangkan metode koping jangka pendek digunakan untuk

mengurangi stres/ketegangan psikologis dan cukup efektif untuk waktu

sementara, tetapi tidak efektif jika digunakan dalam jangka panjang

contohnya adalah; mengunakan alkohol, melamun fantasi, mencoba

melihat aspek humor dari situasi yang tidak menyenangkan, tidak ragu, dan

merasa yakin bahwa semua akan kembali stabil, banyak tidur, banyak

merokok, menangis, beralih pada aktifitas lain agar dapat melupakan

masalah.

Pada tingkat keluarga koping yang dilakukan dalam menghadapi

masalah seperti yang di kemukakan oleh Mc.Cubbin (1979, dalam Rasmun,

2004) adalah; mencari dukungan sosial seperti minta bantuan keluarga,

tetangga, teman, atau keluarga jauh, reframing yaitu mengkaji ulang

kejadian masa lalu agar lebih dapat menanganinya dan menerima,

menggunakan pengalaman masa lalu untuk mengurangi stres/kecemasa,

mencari dukungan spiritual, berdoa, menemui pemuka agama atau aktif

pada pertemuan ibadah, menggerakkan keluarga untuk mencari dan

menerima bantuan, penilaian secara pasive terhadap peristiwa yang di

alami dengan cara menonton tv, atau diam saja.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat. Selain itu keluarga

juga mempunyai tahap perkembangan salah satunya keluarga dengan anak

dewasa pertengahan. Kondisi keluarga usia dewasa pertengahan berkisar antara

usia 40-60 tahun dan anak terakhirnya telah meninggalkan rumah atau sudah

menikah. Tugas yang harus terpenuhi pada keluarga dengan usia ini adalah

mampu menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan,

mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan

para orangtua lansia dan anak-anak, memperkokoh hubungan perkawinan.

Peran perawat keluarga dengan anak usia dewasa pertengahan adalah

pelayanan kesehatan yang ditujukan pada keluarga sebagai suatu inti pelayanan

untuk mewujudkan keluarga sehat serta membantu keluarga untuk

menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan

keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga. Selain itu

peran atau tugas perawat yang lain ialah sebagai pendidik, coordinator,

pelaksanaan, pengawas kesehatan, konsultan, kolaborasi, fasilitator, penemu

kasus, modifikasi lingkungan.


B. Saran
1. Perawat

Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, hal pertama yang harus

dilakukan adalah membangun hubungan saling percaya dengan

didasarkan sifat empati bukan simpati, dan mengetahu tugas

perkembangan keluarga khususnya keluarga dengan anak usia dewasa

pertengahan.

2. Puskesmas

Tenaga kesehatan khususnya pekerja puskesmas mampu

mengaplikasikannya kepada masyarakat terutama pada keluarga dengan

anak usia dewasa pertengahan.

3. Keluarga

Keluarga memahami tugas perkembangan khususnya pada keluarga

dengan usia dewasa pertengahan dan mampu mengaplikasikannya

terhadap keluarganya.

Anda mungkin juga menyukai