Anda di halaman 1dari 16

Tugas: Makalah

“KEPERAWATAN KELUARGA”

HEBRIANTI S.Kep
22071011007

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR

MAKASSAR

2023

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Para ahli mendefenisikan komunitas atau masyarakat dari berbagai sudut
pandang, WHO (1974) mendefenisikan sebagai kelompok sosial yang ditentukan
oleh batas-batas wilayah, nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama serta adanya
saling mengenal dan berinteraksi antara anggota masyarakat yang satu dengan
yang lainnya, sedangkan Spradley (1985) mendefenisikan komunitas sebagai
sekumpulan orang yang saling bertukar pengalaman penting dalam hidupnya.
Saunders (1991) juga mendefenisikan komunitas sebagai tempat atau kumpulan
orang-orang atau sistem sosial. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
komunitas berarti sekelompok individu yang tinggal pada wilayah tertentu, yang
memiliki nilai-nilai keyakinan minta relatif sama serta ada interaksi satu sama
lain untuk mencapai tujuan. 
Selain itu komunitas juga dipandang sebagai target pelayanan kesehatan,
yang bertujuan mencapai kesehatan komunitas sebagai suatu peningkatan
kesehatan dan kerjasama sebagai suatu mekanisme untuk mempermudah
pencapaian tujuan yang berarti masyarakat/komunitas tersebut dilibatkan secara
aktif untuk mencapai tujuan tersebut. 
Dalam pelaksanaannya Asuhan Keperawatan komunitas diupayakan
dekat dengan komunitas, sehingga strategi pelayanan kesehatan utama
merupakan pendekatan yang juga menjadi acuan.
Peran serta komunitas tersebut diartikan sebagai suatu proses dimana
lansia, keluarga dan komunitas bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri,
dengan peran sebagai pelaku kegiatan upaya peningkatan kesehatannya
berdasarkan asas kebersamaan dan kemandirian. 
Dalam praktek keperawatan komunitas pendekatan ilmiah yang
digunakan adalah proses keperawatan komunitas yang terdiri dari 5 tahapan

2
yaitu: Pengkajian, Analisa data, Penapisan/prioritas masalah, diagnosa, dan
Evaluasi. 
Intervensi keperawatan dilakukan haruslah yang dapat dilakukan oleh
perawat secara mandiri, maupun dengan berkolaborasi dengan tim kesehatan lain
melalui lintas program atau lintas sektoral. 

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk melakukan asuhan keperawatan komunitas pada keluarga yang
beresiko tinggi terhadap masalah kesehatan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP MEDIS KASUS KELUARGA


1. Pengertian

Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan kumpulan dari beberapa komponen
yang saling berinteraksi satu dengan lainnya (Logan’s, 2004). Keluarga adalah
sebagaimana sebuah kesatuan yang komplek dengan atribut yang dimiliki tetapi
terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing mempunyai sebagaimana
individu ( Illis, 2004 ). Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua
orang atau lebih masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri
dari bapak, ibu, adik, kakak, dan nenek. (Raisner, 2009). Duvall (1986, dalam
Ali, 2009 ), menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan
ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional, serta sosial dari setiap anggota keluraga.

Istilah keluarga akan menghadirkan gambaran adanya individu dewasa dan


anak yang hidup bersama secara harmonis dan memuaskan. Keluarga bukan
sekedar gabungan dan jumlah dari beberapa individual. Keluarga memiliki
keragaman seperti anggota individunya dan klien memiliki nilai – nilai tersendiri
mengenai keluarganya yang harus dihormati. Keluarga sebagai suatu kelompok
hubungan yang indentifikasi klien sebagai keluarga atau jaringan individu yang
mempengaruhi kehidupan masing – masing tanpa melihat adanya hubungan
biologis atau pun hukum (Perry, 2009, hal 202).

Menurut (Friedman, 1998), membuat defenisi yang berorientasi pada tradisi


dan digunakan sebagai referensi secara luas :

4
1. Keluarga terdiri dari orang – orang yang disatukan oleh ikatan
perkawinan, darah dan ikatan adopsi.
2. Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama – sama dalam satu
rumah, atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap
rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.
3. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam
peran – peran sosial keluarga seperti suami-istri, ayah dan ibu, anak laki –
laki dan anak perempuan, saudara dan saudari.
4. Keluarga sama – sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang
diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.

2. Tipe Keluarga
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam
pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe keluarga
berkembang mengikuti. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam
meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe
keluarga (Suprajitno, 2004).

Menurut (Friedman, 2009), adapun tipe keluarga sebagai berikut :

1. Tipe keluarga tradisional


a. Keluarga Inti (The nuclear family)
Keluarga yang terdiri dari suami istri dan anak (kandung atau angkat).
b. Keluarga Dyad
Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.
c. Single Parent  
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak (kandung atau
angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.
d. Single adult living alone

5
Suatu rumah tangga yang terdiri dari 1 orang dewasa hidup sendiri.
e. The childless
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah, bisa disebabkan karena
mengejar karir atau pendidikan.
f. Keluarga Besar (The extended family)
Keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah keluarga lain, seperti
paman, bibi, kakek, nenek dan lain-lain.
g. Commuter family
Kedua orang tua bekerja diluar kota, dan bisa berkumpul pada hari
minggu atau hari libur saja.
h. Multi generation
Beberapa generasi atau kelompok umum yang tinggal bersama dalam 1
rumah.
i. Kin-network family
Beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling berdekatan dan
menggunakan barang-barang pelayanan seperti dapur, sumur yang sama.
j. Blended family
Keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan membesarkan anak
dari perkawinan sebelumnya.
k. Keluarga usila
Keluarga terdiri dari suami dan istri yang ssudah usia lanjut, sedangkan
anak sudah memisahkan diri.
2. Tipe keluarga non tradisional
a. Keluarga Orang Tua Tunggal Tanpa Menikah (The unmerrid teenage
mother).
Keluarga yang terdiri dari 1 orang dewasa terutama ibu dan anak dari
hubungan tanpa nikah.
b. The step parents family
Keluarga dengan orang tua tiri.

6
c. Commune family
Keluarga yang terdiri dari lebih dari satu paangan monogami yang
menggunakan fasilitas secara bersama.
d. The nonmarrital hetero seksual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa nikah.
Keluarga Homoseksual (Gay and lesbian family) Seorang yang
mempunyai persamaan seks tinggal dalam 1 rumah sebagaimana
pasangan suami istri.
e. Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena
alasan tertentu.
f. Groupmarriage family
Beberapa orang dewasa yang telah merasa saling menikah berbagi
sesuatu termasuk seks dan membesarkan anak.
g. Group nertwork family
Beberapa keluarga inti yang dibatasi oleh norma dan aturan, hidup
berdekatan dan saling menggunakan barang yang sama dan bertanggung
jawab membesarkan anak.
h. Foster family
Keluaraga yang menerima anak yang tidak ada  hubungan saudara untuk
waktu sementara.
i. Home less family
Keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang permanen karena
keadaan ekonomi atau problem kesehatan mental.
j. Gang
Keluarga yang dekstruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan
emosional, berkembang dalam kekerasan dan kriminal.

7
3. Fungsi Keluarga
Menurut (Friedman, 2009), mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga:

a. Fungsi afektif
Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan
basis kekuatan keluarga. Berguna untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada
kebahagian dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota
keluarga saling mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut
dipelajari dan dikembangan melalui interaksi dan hubungan dalam
kelurga. Dengan demikian kelurga yang berhasil melaksanakan fungsi
afektif, seluruh keluarga dapat mengembangkan konsep diri yang positif.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam fungsi afektif adalah
:
a) Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling
mendukung antar anggota keluarga. Setiap anggota yang
mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain
maka kemampuan untuk memberikan kasih sayang akan maningkat
yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan saling
mendukung. Hubungan intim didalam keluarga merupakan modal
dasar memberi hubungan dengan orang lain diliat keluarga atau
masyarakat.
b) Saling menghargai bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim yang positif maka fungsi afektif akan
tercapai.
c) Ikatan dan identifikasi, ikatan dimulai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru. Ikatan anggota keluarga dikembangkan melalui

8
proses identifikasi dan penyesuian pada berbagai aspek kehidupan
anggota keluarga. Orang tua harus mengemban proses identifikasi
yang positif sehingga anak-anak dapat meniru perilaku yang positif
tersebut.
b. Fungsi sosialisasi
Individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan
dalam lingkungan sosial. Sosialisasi dimulai sejak lahir, keluarga
merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi. Keberhasilan
perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau
hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi.
Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya dan
perilaku melalui hubungan dan interaksi dengan keluaarga.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia.
d. Fungsi ekonomi
Keluarga memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang seperti
kebutuhan makanan, tempat tinggal dan lain sebagainya.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan
kesehatan yaitu mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan merawat
anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga memberikan asuahan
kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan
kelurga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas
kesehatan keluarga yang dilaksanakan.

Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :

a) Mengenal masalah.
b) Membuat keputusan tindakan yang tepat.

9
c) Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
d) Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.
e) Mempertahankan hubungan dengan fasilitas kesehatan
masyarakat.

4. Dimensi Struktur Keluarga


Menurut (Friedman, 2009), struktur keluarga terdiri atas:

1. Pola dan proses komunikasi


Pola interaksi keluarga yang berfungsi:
a. Bersifat terbuka dan jujur.
b. Selalu menyelesaikan konflik keluraga.
c. Berfikir positif.
d. Tidak mengulang-ulang isu dan pendapatnya sendiri.
2. Struktur peran
Peran adalah serangkaian prilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status
individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami atau istri atau anak.
3. Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan dalam (potensial atau aktual) dari
individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah
prilaku seseorang kearah positif. Tipe struktur kekuatan antara lain :
a. Legitimate power/authority : Hak untuk mengatur seperti orang tua
pada anak.
b. Referent power : Seseorang yang ditiru.
c. Reword power : Pendapat ahli.
d. Coercive power : Dipaksakan sesuai keinginan.
e. Informational power : Pengaruh melalui persuasi.
f. Affectif power : Pengaruh melalui manipulasi cinta kasih.
4. Nilai –nilai dalam keluarga

10
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara
sadar atau tidak, memepersatukan anggota keluarga dalam satu budaya.
Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman prilaku dan pedoman bagi
perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang
baik, menurut masyrakat bardasarkan sistem nilai dalam keluarga.
Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi
dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.

5. Peran Perawat Keluarga


Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan
pada keluarga sebagai unti pelayanan untuk mewujudkan keluarga sehat. Fungsi
perawat membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan
cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan
kesehatan keluarga (Suprajitno, 2004). Peran perawat dalam melakukan
perawatan kesehatan keluarga adalah sebagai berikut (Suprajitno, 2004) :

1. Pendidik
Perawat perlu melakukan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar :
a. Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan secara
mandiri.
b. Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga
2. Koordinator
Koordinasi diperlukan pada perawatan agar pelayanan komperhensif
dapat dicapai. Koordianasi juga diperlukan untuk mengatur program
kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang
tindih dan pengulangan.
3. Pelaksanaan
Perawat dapat memberikan perawatan langsung kepada klien dan
keluarga dengan menggunakan metode keperawatan.
4. Pengawas kesehatan

11
Sebagai pengawas kesehatan harus melaksanakan hime visit yang
teratur untuk mengidentifikasi dan melakukan pengkajian tentang
kesehatan keluarga
5. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat,
hubungan perawat dan klien harus terbina dengan baik, kemampuan
perawat dalam menyampaikan informasi yang disampaikan secara
terbuka dapat dipercaya.
6. Kolaborasi
Bekerja sama dengan pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan
anggota tim kesehatan lain untuk mencapai kesehatan keluarga yang
optimal.
7. Fasilisator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala seperti masalah sosial
ekonomi, sehingga perawat harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan
seperti rujukan dan penggunaan dana sehat.
8. Penemu kasus
Menemukan dan mengidentifikasi masalah secara dini di masyrakat
sehingga menghindari dari ledakan kasus atau wabah.
9. Modifikasi lingkungan
Mampu memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah maupun
masyarakat agar tercipta lingkungan sehat.

12
6. Tugas Perkembangan
Sudah umum diakui bahwa suatu perkembangan tidak berhenti pada
waktu orang mencapai kedewasaan fisik pada masa remaja atau kedewasaan
sosial pada masa dewasa awal. Selama manusia berkembang maka akan
terjadi perubahan-perubahan yakni perkembangan-perkembagan yang dialami
oleh individu tersebut.
Perubahan tersebut terjadi pada fungsi biologis dan motoris,
pengamatan dan berpikir, motif-motif dan kehidupan afeksi, hubungan sosial
serta integrasi masyarakat.  Perubahan fisik yang menyebabkan seseorang
bekurang harapan hidupnyadisebut proses menjadi tua. Proses ini merupakan
sebagian dari pada keseluruhan proses menjadi tua. Proses ini banyak
dipengaruhi oleh faktor-faktor kehidupan bersama dan faktor pribadi orang itu
sendiri, yaitu  regulasi diri sendiri.
Perkembangan dalam arti tumbuh, bertambah besar, mengalami
diferensiasi, yaitu sebagai proses perubahan yang dinamis pada  masa dewasa
berjalan bersama keadaan menjadi tua. Dalam hal ini ada tiga macam
perubahan, yaitu dalam tubuh orang yang menjadi tua, dalam kedudukan
sosial, dan dalam pengalaman batinnya.
Berbagai perubahan ini terjadi selama hidup seseorang meskipun tidak
harus terkait pada usia tertentu secara eksak. Tempo dan bentuk akhir proses
penuaan berbeda-beda pada orang yang satu dengan orang yang lain. Seperti
halnya sulit untuk menentukan kapan dimulainya fase dewasa, begitu pula
dirasa sulit untuk menunjukkan kapan dimulainya proses menjadi tua. Hal itu
sebetulnya tidak terlalu penting bila pendapat mengenai orang lanjut usia
tidak diwarnai oelh gambaran citra yang negatif seperti yang ada pada
masyarakat pada umumnya. (F.J. Monks. 2006. 323-324)
Berikut tugas perkembangan pada keluarga dewasa :

1. Mencari dan menemukan calon pasangan hidup

13
Setelah melewati masa remaja, golongan dewasa muda semakin
memiliki kematangan fisiologis (seksual) sehingga mereka siap
melakukan tugas reproduksi, yaitu mampu melakukakn hubungan seksual
denga lawan jenisnya, asalkan memnuhi persyaratan yang sah
(perkawinan yang resmi). Untuk sementara waktu, dorongan biolohid
tersebut mungkin akan ditahan terlebih dahulu.
2. Membina kehidupan rumah tangga
Sikap yang mandiri merupakan langkah positif bagi mereka karena
sekaligus dijadikan sebagai persiapan untuk memaasuki kehidupan rumah
tangga yang baru. Namun, lebih dari itu, mereka juga harus dapat
membentuk, membina, danmengembangkan kehidupan rumah tangga
dengan sebaik-baiknya agar dapat mencapai kebahagiaan hidup.
3. Meniti karir dalam rangkan memantapkan kehidupan ekonomi rumah
tangga
Usai menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU, akademi atau
universitas, umumnya dewasa muda memasuki dunia kerja, guna
menerapkan ilmu dan keahliannya, mereka berupaya menekuni karier
sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki, sertamemberi jaminan masa
depan keuangan yang baik.
4. Menjadi warga negara yang bertanggung jawab
Warga negara yang baik adalah dambaan bagi setiap orang yang ingin
hidup tenang, damai, dan bahagia ditengah-tengah masyarakat. Syarat-
syarat untuk menjadi warga negara yang baik harus dipenuhi oleh
seseorang, sesuai dengan norma sosial budaya yang berlaku di
masyarakat.

14
7. Peran Perawat Pada Keluarga
Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi
pada sistem keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar
anggota keluarga disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui beberapa
tahapan atau kurun waktu tertentu. Pada setiap tahapan mempunyai tugas
perkembangan yang harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui dengan
sukses.
Perawat perlu memahami setiap tahapan perkembangan keluarga serta
tugas tugas perkembangannya. Hal ini penting mengingat tugas perawat
dalam mendeteksi adanya masalah keperawatan yang dilakukan terkait erat
dengan sifat masalah yaitu potensial atau aktual.
Tugas bantuan pelayanan kesehatan antara lain:

a. Nasehat meningkatkan hubungan antara anggota keluarga


b. Nasehat untuk hidup mandiri
c. Nasehat kepada anak dewasa yang akan memulai sebuah keluarga

15
DAFTAR PUSTAKA

Koes Irianto. 2014. Epideminologi Penyakit Menular dan Tidak Menular Panduan
Klinis. Bandung: IKAPI

Kemenkes RI. Info Data Dan Informasi Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta :
Kemenkes RI; 2014.

Riskedas. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Depkes RI

Dinkes Prov.Sultra. 2016. Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara Tahun 2016. Kendari:
Dinkes Sultra

Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular. Jakarta:


Salemba Medika

Nurarif & Kusuma. 2013. Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis &

NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : MediAction

16

Anda mungkin juga menyukai