OLEH
NAMA KELOMPOK 5 :
2. Tipe Keluarga
Keluarga memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola
kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial, maka tipe keluarga juga akan
berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam
meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe
keluarga (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).
a. Tradisional
1) The nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
2) The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang tinggal
bersama dalam satu rumah.
3) Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan
anak sudah memisahkan diri.
4) The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan karena
mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.
5) The extended family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam
satu rumah seperti nuclear family disertai paman, tante, orangtua
(kakek-nenek), keponakan.
6) The single-parent family
Keluarga yang terdiri dari satu orangtua (ayah atau ibu) de- ngan
anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian
atau karena ditinggalkan (menyalahi hukum perni- kahan).
7) Commuter family
Kedua orangtua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu
kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orangtua yang bekerja di
luar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat
"weekends" atau pada waktu-waktu tertentu.
8) Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang
tinggal bersama dalam satu rumah.
9) Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling
berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan
yang sama. Contoh: dapur, kamar m televisi, telepon, dan lain-lain.
10) Blended family
Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembal dan
membesarkan anak dari hasil perkawinan atau dari perkawinan
sebelumnya.
11) The single adult living alone/single-adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihannya atau perpisahan (separasi) seperti: per-bercerai atau
dibiarkan mati.
b. Non Tradisional
1) The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orangtua (terutama ibu) dengan anak
dari hubungan tanpa nikah.
2) The stepparent family
Keluarga dengan orangtua tiri.
3) Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber
dan failitas yang sama, pengalaman yang sama; sosialisasi anak
dengan melalui aktivitas kelompok/ membesarkan anak bersama.
4) The nonmarital heterosexual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa
melalui pernikahan.
5) Gay and lesbian families
Seseorang yang memiliki jenis kelamin yang sama hidup bersama
sebagai 'marital partners'.
6) Cohabitating family
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu.
7) Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama, yang saling merasa saling menikah satu dengan yang
lainnya, berbagi sesuatu termasuk seksual dan membesarkan
anaknya.
8) Group network failmy
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup
berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang- barang
rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab
membesarkan anaknya.
9) Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan kelurga/
saudara di dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali
keluarga yang aslinya.
10) Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan
keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
11) Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda
yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai
perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal
dalam kehidupannya.
Peran perawat dalam memberi asuhan keperawatan pada keluarga yang menderita
penyakit hipertensi. Dalam proses membantu keluarga yang menderita penyakit
hipertensi maka peran perawat diperlukan sebagai berikut :
5. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah menjadi naik yaitu
tekanan darah sistolik ≥ 140mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg
karena gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan
nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh
yang membutuhkannya.
Seseorang dikatakan hipertensi bila memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan
atau tekanan darah diastolik 2 90 mmHg, pada pemeriksaan yang berulang. Tekanan
darah sistolik merupakan pengukur utama yang menjadi dasar penentuan diagnosis
hipertensi (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia, 2015).
6. Pohon Masalah
a. Usia, pada umumnya bertambah besar usia maka semakin semakin pula risiko
terjadinya hipertensi. Hal tersebut disebabkan oleh perubahan struktur pembuluh
darah seperti penyempitan lumen, serta dinding pembuluh darah menjadi kaku
dan elastisitasnya berkurang sehingga meningkatkan tekanan darah.
b. Jenis kelamin, dalam hal ini pria cenderung lebih banyak menderita hipertensi
dibandingkan dengan wanita. Hal tersebut terjadi karena adanya dugaan bahwa
pria memiliki gaya hidup yang kurang sehat jika dibandingkan dengan wanita.
Akan tetapi prevalensi hipertensi pada wanita mengalami peningkatan setelah
memasuki usia menopause. Hal tersebut disebabkan oleh adanya perubahan
hormonal yang dialami menopause. wanita yang telah
c. Keturunan (genetik), risiko terkena hipertensi akan lebih tinggi pada orang
dengan keluarga dekat yang memiliki riwayat hipertensi. Selain itu, faktor
keturunan juga dapat berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam (NaCl)
dan renin membran sel.
d. Obesitas, dalam dengan mengalami hal ini orang obesitas peningkatan biasanya
kadar lemak dalam darah (hiperlipidemia) sehingga berpotensi menimbulkan
penyempitan (arterosklerosis). pembuluh darah Penyempitan tersebut memicu
jantung untuk bekerja memompa darah lebih kuat,hal inilah yang menyebabkan
tekanan darah meningkat.
e. Merokok, pada umumnya rokok mengandung berbagai zat kimia berbahaya
seperti nikotin dan karbon monoksida. Zat tersebut akan terhisap melalui rokok
sehingga masuk ke aliran darah dan menyebabkan kerusakan lapisan endotel
pembuluh darah arteri, serta mempercepat arterosklerosis. Terjadinya
f. Konsumsi alkohol dan kafein berlebih. Hal tersebut diduga akibat adanya
peningkatan kadar kortisol, peningkatan volume sel darah merah dan kekentalan
darah yang mengakibatkan tekanan darah. peningkatan Sementara itu, kafein
diketahui dapat membuat jantung berpacu lebih cepat sehingga mengalirkan darah
lebih banyak setiap detiknya. Akan tetapi, dalam hal ini kafein memiliki reaksi
yang berbeda pada setiap orang.
g. Konsumsi garam berlebih, hal tersebut dikarenakan garam (NaCl) mengandung
natrium yang dapat menarik cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan sehingga
menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh. Hal inilah yang membuat volume
tekanan darah meningkat.
h. Stres, kejadian hipertensi lebih besar terjadi pada individu yang memiliki
emosional. kecenderungan Keadaan stres seperti tertekan, murung, dendam, takut
dan rasa bersalah merangsang timbulnya adrenalin dan dapat hormone memicu
jantung berdetak lebih kencang sehingga memicu darah. peningkatan tekanan
i. Keseimbangan hormonal, antar estrogen dan progesteron dapat mempengaruhi
tekanan darah. Dalam hal ini wanita memiliki hormon estrogen yang berfungsi
mencegah terjadinya pengentalan darah dan menjaga dinding pembuluh darah.
ketidakseimbangan Jika maka terjadi dapat memicu gangguan pada pembuluh
darah. berdampak Gangguan pada tersebut peningkatan tekanan darah.
Gejala Hipertensi
a. Pusing
b. Mudah marah
c. Telinga berdenging
d. Mimisan (jarang)
e. Sukar tidur
f. Sesak napas
g. Rasa berat di tengkuk
h. Mudah lelah
i. Mata berkunang-kunang
Gejala klinis
8. Komplikasi
Penderita hipertensi berisiko terserang penyakit lain yang timbul kemudian. Beberapa
penyakit yang timbul sebagai akibat hipertensi di antaranya sebagai berikut.
9. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi menurut sebabnya dibagi menjadi dua yaitu sekunder dan primer.
Hipertensi sekunder merupakan jenis yang penyebab spesifiknya dapat diketahui
d. Data Fisikologis,Fisiologis,Perilaku,Relasional,Lingkungan
Data BIOPSIKOSOSIALSPIRITUAL adalah pengkajian perawat
terhadap pasien yang meliputi ; bernapas, nutrisi (makan/minum), eliminasi,
gerak badan, istirahat – tidur, berpakaian, rasa nyaman, kebersihan diri, rasa
aman, pola komunikasi / hubungan dengan orang lain, ibadah, produktivitas,
rekreasi, dan kebutuhan belajar.
e. Pengkajian Fisik
f. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah lengkap. Pemeriksaan darah lengkap (complete blood
count/CBC) adalah tes darah yang digunakan untuk mengevaluasi kesehatan
Anda secara keseluruhan dan mendeteksi berbagai gangguan.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada keluarga dengan masalah
hipertensi berdasarkan standar diagnosa keperawatan Indonesia (SDKI) (PPNI, 2017).
Diagnosis I : Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah.
1. Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat
dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3
bulan.
2. Penyebab
a. Agen pencedera fisiologis (mis: inflamasi, iskemia, neoplasma)
b. Agen pencedera kimiawi (mis: terbakar, bahan kimia iritan)
c. Agen pencedera fisik (mis: abses, amputasi, terbakar,
terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, Latihan
fisik berlebihan).
b. Objektif :
- Penyalahgunaan zat
- Memanipulasi orang lain untuk memenuhi keinginanya
sendiri
- Perilaku tidak asertif
- Partisipasi sosial kurang
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosis Tujuan Dan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil