Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN HIPERTEN


METODOLOGI KEPERAWATAN
Dosen Pembimbing : Nengah Runiari, S.Pd.,S.Kp.,M.Kep., Sp. Mat

OLEH

NAMA KELOMPOK 5 :

1. Ni Kadek Reika Juliana Puteri P07120222073


2. Maria Sari Purba P07120222074
3. Ni Kadek Era Swandewi P07120222075
4. Ni Putu Aprilia Kumala Sari P07120222076
5. Ni Putu Delania Damayanti P07120222077
6. Ni Wayan Sumadi P07120222078

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK ESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2022/2023

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. KONSEP DASAR KELUARGA


1. Pengertian Keluarga
Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta: kula dan warga "kulawarga" yang
berarti "anggota" "kelompok kerabat Keluarga adalah lingkungan di mana masih
memiliki hubungan darah. beberapa orang yang.Keluarga sebagai kelompok sosial
terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan,
kewajiban, tanggung jawab diantara individu tersebut.Keluarga adalah unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul
dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan.

2. Tipe Keluarga
Keluarga memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola
kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial, maka tipe keluarga juga akan
berkembang mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam
meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe
keluarga (Friedman, Bowden, & Jones, 2003).

a. Tradisional
1) The nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
2) The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang tinggal
bersama dalam satu rumah.
3) Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan
anak sudah memisahkan diri.
4) The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan karena
mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.
5) The extended family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam
satu rumah seperti nuclear family disertai paman, tante, orangtua
(kakek-nenek), keponakan.
6) The single-parent family
Keluarga yang terdiri dari satu orangtua (ayah atau ibu) de- ngan
anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian
atau karena ditinggalkan (menyalahi hukum perni- kahan).
7) Commuter family
Kedua orangtua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu
kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orangtua yang bekerja di
luar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat
"weekends" atau pada waktu-waktu tertentu.
8) Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang
tinggal bersama dalam satu rumah.
9) Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling
berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan
yang sama. Contoh: dapur, kamar m televisi, telepon, dan lain-lain.
10) Blended family
Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembal dan
membesarkan anak dari hasil perkawinan atau dari perkawinan
sebelumnya.
11) The single adult living alone/single-adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihannya atau perpisahan (separasi) seperti: per-bercerai atau
dibiarkan mati.

b. Non Tradisional
1) The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orangtua (terutama ibu) dengan anak
dari hubungan tanpa nikah.
2) The stepparent family
Keluarga dengan orangtua tiri.
3) Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber
dan failitas yang sama, pengalaman yang sama; sosialisasi anak
dengan melalui aktivitas kelompok/ membesarkan anak bersama.
4) The nonmarital heterosexual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa
melalui pernikahan.
5) Gay and lesbian families
Seseorang yang memiliki jenis kelamin yang sama hidup bersama
sebagai 'marital partners'.
6) Cohabitating family
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu.
7) Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama, yang saling merasa saling menikah satu dengan yang
lainnya, berbagi sesuatu termasuk seksual dan membesarkan
anaknya.
8) Group network failmy
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup
berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang- barang
rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab
membesarkan anaknya.
9) Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan kelurga/
saudara di dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali
keluarga yang aslinya.
10) Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan
keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
11) Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda
yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai
perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal
dalam kehidupannya.

a. The unmarried teenage mother


Keluarga yang terdiri dari orangtua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan
tanpa nikah.
b. The stepparent family
Keluarga dengan orangtua tiri.
c. Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan
saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan failitas yang
sama, pengalaman yang sama; sosialisasi anak dengan melalui aktivitas
kelompok/ membesarkan anak bersama.
d. The nonmarital heterosexual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
e. Gay and lesbian families
Seseorang yang memiliki jenis kelamin yang sama hidup bersama sebagai
'marital partners'.
f. Cohabitating family
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa
alasan tertentu.
g. Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama,
yang saling merasa saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu
termasuk seksual dan membesarkan anaknya.
h. Group network failmy
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu
sama lain dan saling menggunakan barang- barang rumah tangga bersama,
pelayanan, dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
i. Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan kelurga/ saudara di dalam
waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan
bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
j. Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen
karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau
problem kesehatan mental.
k. Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari
ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang
dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.
3. Tugas Keluarga Dalam Pemeliharaan Kesehatan

Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, keluarga


mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling me-
melihara. 5 tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga, yaitu:

a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya


b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit. dan
yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya
yang terlalu muda.
d. mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan
dan perkembangan kepribadian anggota keluarga
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-
lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik
fasilitas- fasilitas kesehatan yang ada

4. Peran Perawat Dalam Kesehatan Keluarga

Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan pada


keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat. Dalam hal
ini perawat turut membantu keluarga menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara
meningkatkan kesangupan keluarga dalam melaksanakan fungsi dan tugas perawatan
kesehatan keluarga.

Peran perawat dalam memberi asuhan keperawatan pada keluarga yang menderita
penyakit hipertensi. Dalam proses membantu keluarga yang menderita penyakit
hipertensi maka peran perawat diperlukan sebagai berikut :

a. Pengenalan tentang gejala hipertensi Perawat membantu keluarga untuk


mengenal tentang gejala penyakit hipertensi .
b. Pemberi perawatan pada anggota keluarga yang menderita penyakit hipertensi
. Dalam memberikan perawatan pada anggota keluarga yang menderita
penyakit hipertensi, perawat memberikan kesempatan kepada keluarga
untuk mengembangkan kemampuam mereka dalam melaksanakan
perawatan dan memberikan demonstrasi kepada keluarga bagaimana
merawat anggota keluarga yang menderita hipertensi.
c. Koordinator pelayanan kesehatan kepada keluarga yang menderita
penyakit hipertensi . Perawat melakukan hubungan yang terus menerus
dengan keluarga yang menderita penyakit hipertensi, sehingga dapat menilai,
mengetahui masalah dan kebutuhan keluarga serta mencari cara
penyelesaian masalah penyakit yang sedang dihadapi
d. Fasilitator Menjadikan pelayanan kesehatan dengan mudah untuk mengenal
masalah pada keluarga yang menderita penyakit hipertensi dan mencari
alternatif pemecahanya .
e. Pendidik kesehatan Perawat dapat berperan sebagai pendidik untuk merubah
perilaku keluarga dari perilaku tidak sehat menjadi sehat dalam mencegah
penyakit hipertensi
f. Penyuluh dan konsultasi Perawat berperan sebagai petunjuk dalam asuhan
keperawatan dasar terhadap keluarga yang anggotanya mederita
penyakit hipertensi.

5. Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah menjadi naik yaitu
tekanan darah sistolik ≥ 140mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg
karena gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan
nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh
yang membutuhkannya.
Seseorang dikatakan hipertensi bila memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan
atau tekanan darah diastolik 2 90 mmHg, pada pemeriksaan yang berulang. Tekanan
darah sistolik merupakan pengukur utama yang menjadi dasar penentuan diagnosis
hipertensi (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia, 2015).
6. Pohon Masalah

7. Faktoe Penyebab Dan Gejala Hipertensi

Faktor Penyebab Hipertensi yaitu

a. Usia, pada umumnya bertambah besar usia maka semakin semakin pula risiko
terjadinya hipertensi. Hal tersebut disebabkan oleh perubahan struktur pembuluh
darah seperti penyempitan lumen, serta dinding pembuluh darah menjadi kaku
dan elastisitasnya berkurang sehingga meningkatkan tekanan darah.
b. Jenis kelamin, dalam hal ini pria cenderung lebih banyak menderita hipertensi
dibandingkan dengan wanita. Hal tersebut terjadi karena adanya dugaan bahwa
pria memiliki gaya hidup yang kurang sehat jika dibandingkan dengan wanita.
Akan tetapi prevalensi hipertensi pada wanita mengalami peningkatan setelah
memasuki usia menopause. Hal tersebut disebabkan oleh adanya perubahan
hormonal yang dialami menopause. wanita yang telah
c. Keturunan (genetik), risiko terkena hipertensi akan lebih tinggi pada orang
dengan keluarga dekat yang memiliki riwayat hipertensi. Selain itu, faktor
keturunan juga dapat berkaitan dengan metabolisme pengaturan garam (NaCl)
dan renin membran sel.
d. Obesitas, dalam dengan mengalami hal ini orang obesitas peningkatan biasanya
kadar lemak dalam darah (hiperlipidemia) sehingga berpotensi menimbulkan
penyempitan (arterosklerosis). pembuluh darah Penyempitan tersebut memicu
jantung untuk bekerja memompa darah lebih kuat,hal inilah yang menyebabkan
tekanan darah meningkat.
e. Merokok, pada umumnya rokok mengandung berbagai zat kimia berbahaya
seperti nikotin dan karbon monoksida. Zat tersebut akan terhisap melalui rokok
sehingga masuk ke aliran darah dan menyebabkan kerusakan lapisan endotel
pembuluh darah arteri, serta mempercepat arterosklerosis. Terjadinya
f. Konsumsi alkohol dan kafein berlebih. Hal tersebut diduga akibat adanya
peningkatan kadar kortisol, peningkatan volume sel darah merah dan kekentalan
darah yang mengakibatkan tekanan darah. peningkatan Sementara itu, kafein
diketahui dapat membuat jantung berpacu lebih cepat sehingga mengalirkan darah
lebih banyak setiap detiknya. Akan tetapi, dalam hal ini kafein memiliki reaksi
yang berbeda pada setiap orang.
g. Konsumsi garam berlebih, hal tersebut dikarenakan garam (NaCl) mengandung
natrium yang dapat menarik cairan di luar sel agar tidak dikeluarkan sehingga
menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh. Hal inilah yang membuat volume
tekanan darah meningkat.
h. Stres, kejadian hipertensi lebih besar terjadi pada individu yang memiliki
emosional. kecenderungan Keadaan stres seperti tertekan, murung, dendam, takut
dan rasa bersalah merangsang timbulnya adrenalin dan dapat hormone memicu
jantung berdetak lebih kencang sehingga memicu darah. peningkatan tekanan
i. Keseimbangan hormonal, antar estrogen dan progesteron dapat mempengaruhi
tekanan darah. Dalam hal ini wanita memiliki hormon estrogen yang berfungsi
mencegah terjadinya pengentalan darah dan menjaga dinding pembuluh darah.
ketidakseimbangan Jika maka terjadi dapat memicu gangguan pada pembuluh
darah. berdampak Gangguan pada tersebut peningkatan tekanan darah.

Gejala Hipertensi

Gejala-gejala hipertensi yang umum dijumpai:

a. Pusing
b. Mudah marah
c. Telinga berdenging
d. Mimisan (jarang)
e. Sukar tidur
f. Sesak napas
g. Rasa berat di tengkuk
h. Mudah lelah
i. Mata berkunang-kunang

Gejala klinis

Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya gejala pada


hipertensi esensial. Gejala-gejala seperti sakit kepala, mimisan. pusing, atau migren
sering ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi. Kadang-kadang hipertensi esensial
berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ
sasaran seperti pada ginjal, mata, otak, dan jantung

8. Komplikasi
Penderita hipertensi berisiko terserang penyakit lain yang timbul kemudian. Beberapa
penyakit yang timbul sebagai akibat hipertensi di antaranya sebagai berikut.

a. Penyakit jantung coroner


Penyakit ini sering dialami penderita hipertensi sebagai akibat terjadinya
pengapuran pada dinding pembuluh darah jantung. Penyempitan lubang
pembuluh darah jantung menyebabkan berkurangnya aliran darah pada
beberapa bagian otot jantung. Hal ini menyebabkan rasa nyeri di dada dan
dapat berakibat gangguan pada otot jantung. Bahkan, dapat menyebabkan
timbulnya serangan jantung.
b. Gagal jantung
Tekanan darah yang tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat untuk
memompa darah. Kondisi itu berakibat otot jantung akan menebal dan
meregang sehingga daya pompa otot menurun. Pada akhirnya, dapat terjadi
kegagalan kerja jantung secara umum. Tanda- tanda adanya komplikasi yaitu
sesak napas, napas putus-putus (pendek), dan terjadi pembengkakan pada
tungkai bawah serta kaki.
c. Kerusakan pembuluh darah otak
Beberapa penelitian di luar negeri mengungkapkan bahwa hipertensi menjadi
penyebab utama pada kerusakan pembuluh darah otak. Ada dua jenis
kerusakan yang ditimbulkan yaitu pecahnya pembuluh darah dan rusaknya
dinding pembuluh darah. Dampak akhirnya, seseorang bisa mengalami stroke
dan kematian.
d. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan peristiwa di mana ginjal tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya. Ada dua jenis kelainan ginjal akibat hipertensi, yaitu
nefrosklerosis benigna dan nefrosklerosis maligna. Nefrosklerosis benigna
terjadi pada hipertensi yang berlangsung lama sehingga terjadi pengendapan
fraksi-fraksi plasma pada pembuluh darah akibat proses menua. Hal itu akan
menyebabkan daya permeabilitas dinding pembuluh darah berkurang. Adapun
nefrosklerosis maligna merupakan kelainan ginjal yang ditandai dengan
naiknya tekanan diastole di atas 130 mmHg yang disebabkan terganggunya
fungsi ginjal.

9. Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi menurut WHO (World Health Organization)


WHO telah mengelompokkan hipertensi dalam klasifikasi optimal, normal, normal-
tinggi, hipertensi ringan, hipertensi sedang, dan hipertensi berat (Sani, 2008).

Klasifikasi hipertensi menurut sebabnya dibagi menjadi dua yaitu sekunder dan primer.
Hipertensi sekunder merupakan jenis yang penyebab spesifiknya dapat diketahui

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA HIPERTENSI


1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Pasien
Identitas pasies terdiri dari (Nama,Jenis kelamin,Usia,Status perkawinan,Agama,
suku bangsa,pendidikan,Bahasa yang digunakan,Pekerjaan, Alamat,diagnosa medis
b. Penanggung Jawab
Identitas penanggung jawab terdiri dari(nama,jenis kelamn,usia,hubungan
dengan pasien,pendidikan,pekerjaan,alamat)
c. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang


Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan
Hipertensi
2) Riwayat kesehatan masa lalu
Untuk mengetahui tentang pengalaman perawatan kesehatan pasien
mencakup riwayat penyakit yang pernah dialami pasien, riwayat rawat
inap atau rawat jalan, riwayat alergi obat, kebiasaan, dan gaya pola hidup.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya keturunan
riwayat penyakit Hipertensi dari keluarga.

d. Data Fisikologis,Fisiologis,Perilaku,Relasional,Lingkungan
Data BIOPSIKOSOSIALSPIRITUAL adalah pengkajian perawat
terhadap pasien yang meliputi ; bernapas, nutrisi (makan/minum), eliminasi,
gerak badan, istirahat – tidur, berpakaian, rasa nyaman, kebersihan diri, rasa
aman, pola komunikasi / hubungan dengan orang lain, ibadah, produktivitas,
rekreasi, dan kebutuhan belajar.
e. Pengkajian Fisik

1) Umum Keadaan umum Kesadaran GCS


2) TB/BB IMT
3) Postur tubuh Warna kulit Turgor kulit
4) Pemeriksaan tanda-tanda vital
5) Head to Toe
Head to Toe adalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau
hanya bagian tertentu yangdi anggap perlu, untuk memperoleh data
yang sistematis dan komprehensif, memastikan atau membuktikan hasil
anamnesa, mementukan masalah dan merencanakan tindakan
keperawtanyang tepat bagi klien.Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan
klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa
tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit (Haki, 2017).
Adapun beberapa pemeriksaan fisik Head to Toe yaitu:
a) Pemeriksaan Kepala : Amati wajah pasien (pucat atau tidak),
adanya kloasma.
b) Pemeriksaan Mata : Sclera (putih atau kuning), konjungtiva
(anemis atau tidak anemis).
c) Pemeriksaan Leher : Adanya pembesaran kelenjar tiroid atau
tidak, adanya pembengkakan kelenjar limpha atau tidak.
d) Pemeriksaan Toraks :untuk mengetahui kondisi organ didalam
rongga dada
e) Pemeriksaan Abdomen : Adanya linea atau striae, keadaan uterus
(normal atau abnormal), kandung kemih (bisa buang air kecil
atau tidak).
f) Pemeriksaan Genitouniraria : Mengkaji kebersihan genetalia,
lochea (normal atau abnormal), adanya hemoroid atau tidak.

f. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah lengkap. Pemeriksaan darah lengkap (complete blood
count/CBC) adalah tes darah yang digunakan untuk mengevaluasi kesehatan
Anda secara keseluruhan dan mendeteksi berbagai gangguan.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada keluarga dengan masalah
hipertensi berdasarkan standar diagnosa keperawatan Indonesia (SDKI) (PPNI, 2017).
Diagnosis I : Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah.
1. Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat
dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3
bulan.
2. Penyebab
a. Agen pencedera fisiologis (mis: inflamasi, iskemia, neoplasma)
b. Agen pencedera kimiawi (mis: terbakar, bahan kimia iritan)
c. Agen pencedera fisik (mis: abses, amputasi, terbakar,
terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, Latihan
fisik berlebihan).

 Gejala Dan Tanda Mayor


a. Subjektif : Mengeluh Nyeri
b. Objektif :
- Tampak meringis
- Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari
nyeri)
- Gelisah
- Frekuensi nadi meningkat
- Sulit tidur

 Gejala Dan Tanda Minor


a. Subjektif : (tidak tersedia)
b. Objektif :
- Tekanan darah meningkat
- Pola napas berubah
- Nafsu makan berubah
- Proses berpikir terganggu
- Menarik diri
- Berfokus pada diri sendiri
- Diaforesis
Diagnosis II: Koping tidak efektif (D.0096) berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengambil keputusan.
1. Definisi
Ketidakmampuan menilai dan merespons stresor dan/atau
ketidakmampuan menggunakan sumber-sumber yang ada untuk
mengatasi masalah.
2. Penyebab
a. Ketidakpercayaan terhadap kemampuan diri mengatasi masalah
b. Ketidakadekuatan sistem pendukung
c. Ketidakadekuatan strategi koping
d. Ketidakteraturan atau kekacauan lingkungan
e. Ketidakcukupan persiapan untuk menghadapi stresor
f. Disfungsi sistem keluarga
g. Krisis situasional
h. Krisis maturasional
i. Kerentanan personalitas
j. Ketidakpastian

 Gejala Dan Tanda Mayor


a. Subjektif : Mengungkapkan tidak mampu mengatasi masalah
b. Objektif :
- Tidak mampu memenuhi peran yang diharapkan (sesuai
usia)
- Menggunakan mekanisme koping yang tidak sesuai

 Gejala Dan Tanda Minor


a. Subjektif :
- Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar
- Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar

b. Objektif :
- Penyalahgunaan zat
- Memanipulasi orang lain untuk memenuhi keinginanya
sendiri
- Perilaku tidak asertif
- Partisipasi sosial kurang
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosis Tujuan Dan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil

Nyeri akut Luaran Intervensi Utama : Intervensi Utama :


(D.0077) Utama : Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri
Definisi : Tingkat Nyeri (I.08238) (I.08238)
Pengalaman (L.08066) Observasi : Observasi :
sensorik Setelah 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk
atauemosional dilakukan karakteristik, mengetahui lokasi,
yang tindakan durasi, frekuensi, karakteristik,
berkaitan keperawatan kualitas, intensitas durasi, frekuensi,
dengan selama 3x24 nyeri kualitas dan
kerusakan jam masalah 2. Identifikasi skala intensitas nyeri.
jaringan nyeri akut nyeri 2. Agar kita
aktual atau diharapkan 3. Identifikasi respon mengetahui
fungsional, menurun dan nyeri non verbal tingkat cedera
dengan onset teratasi dengan 4. Identifikasi faktor yang dirasakan
mendadak kriteria hasil : yang memperberat oleh pasien
atau lambat 1. Keluhan dan meringankan 3. Agar kita
dan nyeri nyeri mengetahui
berintensitas menurun 5. Identifikasi tingkatan nyeri
ringan hingga (4) pengetahuan dan yang sebenarnya
berat yang 2. Meringis keyakinan tentang dirasakan pasien
berlangsung (4) nyeri 4. Agar kita dapat
kurang dari 3 3. Sikap 6. Identifikasi mengurangi
bulan. protektif pengaruh budaya faktor-faktor
(4) terhadap respon yang dapat
4. Kesulitan nyeri memperparah
tidur (4) 7. Identifikasi nyeri yang
Ket : pengaruh nyeri dirasakan oleh
1 = meningkat pada kualitas pasien
2 = cukup hidup 5. Agar kita
meningkat 8. Monitor mengetahui
3 = sedang keberhasilan terapi sejauh mana
4 = cukup komplementer pemahaman dan
menurun yang sudah pengetahuan
diberikan pasien terhadap
9. Monitor efek nyeri yang
samping dirasakan
penggunaan 6. Karena budaya
analgetik pasien dapat
mempengaruhi
bagaimana pasien
mengartikan
nyeri itu sendiri
7. Untuk mencegah
terjadinya
penurunan kualitas
hidup dari pasien
itu sendiri
8. Agar kita
mengetahui
sejauh mana
kemajuan yang
dialami pasien
setelah dilakukan
terapi
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai