Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PENDAHULUAN KELUARGA TN.N PADA NY.

M
DENGAN DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI
DI HUNTARA PETOBO RW 002

STASE KEPERAWATAN KELUARGA

Disusun Oleh :
Ninda P. Katili, S.kep
2020032062

CI Institusi Mahasiswa

(................................) (....................................)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


WIDYA NUSANTARA PALU
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2021
TINJAUAN TEORITIS

1. Konsep Keluarga
a. Definisi Keluarga
Menurut WHO (2015), keluarga adalah anggota rumah tangga saling berhubungan
melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan. Keluarga adalah kumpulan dua orang
atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan, emosional dan individu
mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Keluarga
adalah sekumpulan orang-orang yang tinggal dalam satu rumah yang dihubungkan satu
ikatan perkawinan, hubungan darah atau tidak memiliki hubungan darah yang bertujuan
mempertahankan budaya yang umum dan meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional dan social dari tiap anggota keluarga. Keluarga merupakan orang terdekat
dari lansia yang mengalami gangguan kesehatan dalam keadaan sakit. Keluarga juga
salah satu indicator dalam masyarakat. Apakah masyarakat sehat atau sakit.
b. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (2003) dalam Nadirawati (2018) sebagai berikut:
1. Fungsi afektif
Fungsi afektif dan koping dimana keluarga memberikan kenyamanan emosional
anggota, membantu anggota dalam membentuk identitas, dan mempertahankan saat
terjadi stres.
2. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi; keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap,
dan mekanisme koping, memberikan feedback dan saran dalam penyelesaian
masalah.
3. Fungsi reproduksi
Fungsi reproduksi; dimana keluarga melanjutkan garis keturunannya dengan
melahirkan anak.
4. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi; keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarga dan
kepentingan di masyarakat
5. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi pemeliharaan kesehatan; keluarga memberikan keamanan dan kenyamanan
lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan istirahat juga
penyembuhan dari sakit.
6. Fungsi keagamaan
keluarga berfungsi sebagai penanam nilai-nilai agama kepada anak agar mereka
memiliki pedoman hidup yang benar.
7. Fungsi perlindungan
Keluarga sebagai pelindung bagi para anggota keluarga dari gangguan, ancaman
atau kondisi yang menimbulkan ketidaknyamanan (fisik, psikologis) para
anggotanya
2. Tipe dan Bentuk Keluarga
Menurut Nadirawati (2018) pembagian tipe keluarga adalah :
1. Keluarga Tradisional
a) Keluarga Inti (The Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari suami,
istri, dan anak baik dari sebab biologis maupun adopsi yang tinggal bersama
dalam satu rumah. Tipe keluarga inti diantaranya:
1) Keluarga Tanpa Anak (The Dyad Family) yaitu keluarga dengan suami dan
istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.
2) The Childless Familyyaitu keluarga tanpa anak dikarenakan terlambat
menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya disebabkan
mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.
3) Keluarga Adopsi yaitu keluarga yang mengambil tanggung jawab secara sah
dari orang tua kandung ke keluarga yang menginginkan anak.
b) Keluarga Besar (The Extended Fmily) yaitu keluarga yang terdiri dari tiga
generasi yang hidup bersama dalam satu rumah, contohnya seperti nuclear
family disertai paman, tante, kakek dan nenek.
c) Keluarga Orang Tua Tunggal (The Single-Parent Family) yaitu keluarga
yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak. Hal ini biasanya
terjadi karena perceraian, kematian atau karena ditinggalkan (menyalahi hukum
pernikahan
d) Commuter Family yaitu kedua orang tua (suami-istri) bekerja di kota yang
berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan yang bekerja
di luar kota bisa berkumpul dengan anggota keluarga pada saat akhir minggu,
bulan atau pada waktuwaktu tertentu.
e) Multigeneration Family yaitu kelurga dengan beberapa generasi atau kelompok
umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
f) Kin-Network Family yaitu beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu
tumah atau berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan
yang sama. Contohnya seperti kamar mandi, dapur, televise dan lain-lain.
g) Keluarga Campuran (Blended Family) yaitu duda atau janda (karena perceraian)
yang menikah kembali dan membesarkan anak dari hasil perkawinan atau dari
perkawinan sebelumnya.
h) Dewasa Lajang yang Tinggal Sendiri (The Single Adult Living Alone), yaitu
keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya
atau perpisahan (separasi), seperti perceraian atau ditinggal mati.
i) Foster Familyyaitu pelayanan untuk suatu keluarga dimana anak ditempatkan
di rumah terpisah dari orang tua aslinya jika orang tua 9 dinyatakan tidak
merawat anak-anak mereka dengan baik. Anak tersebut akan dikembalikan
kepada orang tuanya jika orang tuanya sudah mampu untuk merawat.
j) Keluarga Binuklir yaitu bentuk keluarga setela cerai di mana anak menjadi
anggota dari suatu sistem yang terdiri dari dua rumah tangga inti.
2. Keluarga Non-tradisional
a) The Unmarried Teenage Motheryaitu keluarga yang terdiri dari orang tua
(terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b) The Step Parent Family yaitu keluarga dengan orang tua tiri.
c) Commune Family yaitu beberapa keluarga (dengan anak) yang tidak ada
hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber, dan fasilitas
yang sama, pengalaman yang sama; serta sosialisasi anak melalui aktivitas
kelompok/membesarkan anak bersama.
d) Keluarga Kumpul Kebo Heteroseksual (The Nonmarital Heterosexual
Cohabiting Family), keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan
tanpa melakukan pernikahan.
e) Gay and Lesbian Families, yaitu seseorang yang mempunyai persamaan seks
hidup bersama sebagaimana ‘marital partners’.
f) Cohabitating Family yaitu orang dewasa yang tinggal bersama diluar hubungan
perkawinan melainkan dengan alasan tertentu.
g) Group-Marriage Family, yaitu beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-
alat rumah tangga bersama yang saling merasa 10 menikah satu dengan
lainnya, berbagi sesuatu termasuk seksual dan membesarkan anak.
h) Group Network Family, keluarga inti yang dibatasi aturan/nilainilai, hidup
berdekatan satu sama lain, dan saling menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
i) Foster Family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut
perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga aslinya.
j) Homeless Family, yaitu keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan
keadaan ekonomi dan atau masalah kesehatan mental.
k) Gang, bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari
ikatan emosional dan keluarga mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam
kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.
3. Tahap dan Perkembangan Keluarga
a. Tahap I : Keluarga Pasangan Baru (beginning family) Pembentukan pasangan
menandakan pemulaan suatu keluarga baru dengan pergerakan dari membentuk
keluarga asli sampai kehubungan intim yang baru. Tahap ini juga disebut sebagai tahap
pernikahan. Tugas perkembangan keluarga tahap I adalah membentuk pernikahan yang
memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan secara harmonis dengan jaringan
kekerabatan dan perencanaan keluarga (Friedman, 2010).
b. Tahap II : Keluarga Kelahiran Anak Pertama (childbearing family) Mulai dengan
kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi berusia 30 bulan. Transisi ke masa
menjadi orang tua adalah salah satu kunci dalam siklus kehidupan keluarga. Tugas
perkembangan keluarga disini adalah setelah hadirnya anak pertama, keluarga memiliki
beberapa tugas perkembangan penting. Suami, istri, dan anak harus memepelajari peran
barunya, sementara unit keluarga inti mengalami pengembangan fungsi dan tanggung
jawab (Friedman, 2010)
c. Tahap III : Keluarga dengan Anak Prasekolah (families with preschool) Tahap ketiga
siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2½ tahun dan diakhiri
ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat ini dapat terdiri dari tiga sampai lima orang,
dengan posisi pasangan suami-ayah, istri-ibu, putra-saudara laki-laki, dan putri-saudara
perempuan. Tugas perkembangan keluarga saat ini berkembang baik secara jumlah
maupun kompleksitas. Kebutuhan anak prasekolah dan anak kecil lainnya untuk
mengekplorasi dunia di sekitar mereka, dan kebutuhan orang tua akan privasi diri,
membuat rumah dan jarak yang adekuat menjadi masalah utama. Peralatan dan fasilitas
juga harus aman untuk anak-anak (Friedman, 2010).
d. Tahap IV : Keluarga dengan Anak Sekolah (families with school children) Tahap ini
dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam waktu penuh, biasanya pada usia
5 tahun, dan diakhiri ketika ia mencapai pubertas, sekitar 13 tahun. Keluarga biasanya
mencapai jumlah anggota keluarga yang maksimal dan hubungan akhir tahap ini juga
maksimal. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah keluarga dapat
mensosialisasikan anak-anak, dapat meningkatkan prestasi sekolah dan
mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan (Friedman, 2010).
e. Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja (families with teenagers) Ketika anak
pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus atau perjalanan kehidupan keluarga
dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat
lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama, jika anak
tetap tinggal dirumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun. Tujuan utama pada keluarga
pada tahap anak remaja adalah melonggarkan ikatan keluarga untuk meberikan
tanggung jawab dan kebebasan remaja yang lebih besar dalam mempersiapkan diri
menjadi seorang dewasa muda. Tugas perkembangan keluarga yang pertama pada tahap
ini adalah menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab seiring dengan
kematangan remaja dan semakin meningkatnya otonomi. Tugas perkembangan keluarga
yang kedua adalah bagi orang tua untuk memfokuskan kembali hubungan pernikahan
mereka. Sedangkan tugas perkembangan keluarga yang ketiga adalah untuk anggota
keluarga, terutama orang tua dan anak remaja, untuk berkomunikasi secara terbuka satu
sama lain (Friedman, 2010).
f. Tahap VI : Keluarga Melepaskan Anak Dewasa Muda (launching center families)
Permulaan fase kehidupan keluarga in ditandai dengan perginya anak pertama dari
rumah orang tua dan berakhir dengan “kosongnya rumah”, ketika anak terakhir juga
telah meninggalkan rumah. Tahap ini dapat cukup singkat atau cukup lama, bergantung
pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang belum menikah tetap tinggal di
rumah setelah mereka menyelesaikan SMU atau kuliahnya. Tugas perkembangan
keluarga pada tahap ini adalah keluarga membantu anak tertua untuk terjun ke duania
luar, orang tua juga terlibat dengan anak terkecilnya, yaitu membantu mereka menjadi
mandiri (Friedman, 2010).
g. Tahap VII : Orang Tua Paruh Baya (middle age families) Tahap ini merupakan tahap
masa pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir dengan pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini dimulai ketika
orang tua berusia sekitar 45 tahun sampai 55 tahun dan berakhir dengan persiunannya
pasangan, biasanya 16 sampai 18 tahun kemudian. Tugas keperawatan keluarga pada
tahap ini adalah wanita memprogramkan kembali energi mereka dan bersiap-siap untuk
hidup dalam kesepian dan sebagai pendorong anak mereka yang sedang berkembang
untuk lebih mandiri serta menciptakan lingkungan yang sehat (Friedman, 2010).
h. Tahap VIII : Keluarga Lansia dan Pensiunan Tahap terakhir perkembangan keluarga ini
adalah dimulai pada saat pensiunan salah satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai
kehilangan salah satu pasangan, dan berakhir dengan kematian pasangan yang lain.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap terakhir ini adalah mempertahankan penataan
kehidupan yang memuaskan dan kembali ke rumah setelah individu pensiun/berhenti
bekerja dapat menjadi problematik (Friedman, 2010).
1. Konsep Hipertensi
A. Konsep Teoritis
1. Definisi
Hipertensi adalah terjadinya peningkatan tekanan darah secara persisten dalam
dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit pada saat kondisi cukup
istirahat /tenang dimana tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan
darah diastolik lebih dari 90 mmHg.
Peningkatan tekanan darah dalam jangka waktu yang lama dan tidak dideteksi
secara dini dapat menyebabkan gagal ginjal, penyakit jantung koroner dan stroke
(Kemenkes RI, 2015).
2. Anatomi Fisiologi Sistem Kardiovaskuler

a. Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada, batas kanannya
terdapat pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri
pada linea midclavicular.
Hubungan jantung adalah:
1)  Atas                : pembuluh darah besar
2) Bawah             : diafragma
3) Setiap sisi        : paru
4)  Belakang         : aorta desendens, oesophagus, columna vertebralis
b. Arteri
Arteri adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ.
Arteri terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan
elastin/otot: aorta dan cabang-cabangnya besar memiliki laposan tengah yang
terdiri dari jaringan elastin (untuk menghantarkan darah untuk organ), arteri yang
lebih kecil memiliki lapisan tengah otot (mengatur jumlah darah yang
disampaikan pada suatu organ).
Arteri merupakan struktur berdinding tebal yang mengangkut darah dari jantung
ke jaringan. Aorta diameternya sekitar 25mm(1 inci) memiliki banyak sekali
cabang yang pada gilirannya tebagi lagi menjadi pembuluh yang lebih kecil yaitu
arteri dan arteriol, yang berukuran 4mm (0,16 inci) saat mereka mencapai
jaringan. Arteriol mempunyai diameter yang lebih kecil kira-kira 30 µm. Fungsi
arteri menditribusikan darah teroksigenasi dari sisi kiri jantung ke jaringan.
Arteri ini mempunyai dinding yang kuat dan tebal tetapi sifatnya elastic yang
terdiri dari 3 lapisan yaitu :
1) Tunika intima. Lapisan yang paling dalam sekali berhubungan dengan darah
dan terdiri dari jaringan endotel.
2) Tunika Media. Lapisan tengah yang terdiri dari jaringan otot yang sifatnya
elastic dan termasuk otot polos
3) Tunika Eksterna/adventisia. Lapisan yang paling luar sekali terdiri dari
jaringan ikat gembur  yang berguna menguatkan dinding arteri.
c. Arteriol
Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal. Otot dinding
arteriol dapat berkontraksi. Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter pembuluh
darah. Bila kontriksi bersifat lokal, suplai darah pada jaringan/organ berkurang.
Bila terdapat kontriksi umum, tekanan darah akan meningkat.
d. Pembuluh darah utama dan kapiler
Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan langsung
dari arteriol ke venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh darah kecil yang
membuka pembuluh darah utama.
Kapiler merupakan pembuluh darah yang sangat halus. Dindingnya terdiri dari
suatu lapisan endotel. Diameternya kira-kira 0,008 mm. Fungsinya mengambil
hasil-hasil dari kelenjar, menyaring darah yang terdapat di ginjal, menyerap zat
makanan yang terdapat di usus, alat penghubung antara pembuluh darah arteri dan
vena.
e. Sinusoid
Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid tiga
sampai empat kali lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi dengan sel
sistem retikulo-endotelial. Pada tempat adanya sinusoid, darah mengalami kontak
langsung dengan sel-sel dan pertukaran tidak terjadi melalui ruang jaringan.
Saluran Limfe mengumpulkan, menyaring dan menyalurkan kembali cairan limfe
ke dalam darah yang ke luar melalui dinding kapiler halus untuk membersihkan
jaringan. Pembuluh limfe sebagai jaringan halus yang terdapat di dalam berbagai
organ, terutama dalam vili usus.
f. Vena dan venul
Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena dibentuk oleh
gabungan venul. Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan secara
sempurna satu sama lain.
Vena merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari bagian atau alat-alat
tubuh masuk ke dalam jantung. Vena yang ukurannya besar seperti vena kava dan
vena pulmonalis. Vena ini juga mempunyai cabang yang lebih kecil disebut
venolus yang selanjutnya menjadi kapiler. Fungsi vena membawa darah kotor
kecuali vena pulmonalis,  mempunyai  dinding tipis, mempunyai katup-katup
sepanjang jalan yang mengarah ke jantung. (Irianto, Koes. 2014).
2. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik (idiopatik).
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan
tekanan perifer.  Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
hipertensi
1. Genetik : Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport
Na.
2. Obesitas : terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat.
3. Stress Lingkungan.
4. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
a) Hipertensi Esensial (Primer), Penyebab tidak diketahui namun banyak factor
yang mempengaruhi seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan
saraf simpatik, system rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas,
merokok dan stress.
b) Hipertensi Sekunder, Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/
vaskuler renal. Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin
dll.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan – perubahan pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi Meningkatnya
resistensi pembuluh darah perifer. (Soeparman dkk, 2017) 
3. Klasifikasi
Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri sendiri tetapi sering
dijumpai dengan penyakit lain, misalnya arterioskeloris, obesitas, dan diabetes militus.
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu
(WHO, 2015) :
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer Sebanyak 90-95 persen kasus hipertensi
yang terjadi tidak diketahui dengan pasti apa penyebabnya. Para pakar menemukan
hubungan antara riwayat keluarga penderita hipertensi (genetik) dengan resiko
menderita penyakit ini. Selain itu juga para pakar menunjukan stres sebagai
tertuduh utama, dan faktor lain yang mempengaruhinya. Faktor-faktor lain yang
dapat dimasukkan dalam penyebab hipertensi jenis ini adalah lingkungan, kelainan
metabolisme, intra seluler, dan faktor-faktor ynag meningkatkan resikonya seperti
obesitas, merokok, konsumsi alkohol, dan kelainan darah.
2. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder Pada 5-10 persen kasus sisanya, penyebab
khususnya sudah diketahui, yaitu gangguan hormonal, penyakit diabetes, jantung,
ginjal, penyakit pembuluh darah atau berhubungan dengan kehamilan. Kasus yang
sering terjadi adalah karena tumor kelenjar adrenal. Garam dapur akan
memperburuk resiko hipertensi tetapi bukan faktor penyebab.
4. Pathofisologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis
ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang
akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai
faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.
Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi sebagai
pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional pada
system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi
pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer.
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel jugularis.
Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan pada
ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan
Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada
terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan
darah.Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan
retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan
peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ
seperti jantung (Irianto, Koes, 2016).
5. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
2. Sakit kepala
3. Pusing / migraine
4. Rasa berat ditengkuk
5. Penyempitan pembuluh darah
6. Sukar tidur
7. Lemah dan lelah
8. Nokturia
9. Azotemia
10. Sulit bernafas saat beraktivitas (Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2015)
6. Komplikasi
Efek pada organ :
1. Otak
a) Pemekaran pembuluh darah
b) Perdarahan
c) Kematian sel otak : stroke
2. Ginjal
a) Malam banyak kencing
b) Kerusakan sel ginjal
c) Gagal ginjal
3. Jantung
a) Membesar
b) Sesak nafas (dyspnoe)
c) Cepat lelah
d) Gagal jantung (Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2015)
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :
Pemeriksaan yang segera seperti :
1. Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko
seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
2. Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi
ginjal.
3. Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
4. Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
5. Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi
6. Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
7. Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan
hipertensi
8. Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)
9. Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
10. Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
11. Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
12. EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel
kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola regangan, dimana luas,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi.
13. Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan
terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran
jantung.
Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan
yang pertama ) :
a) IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter.
b) CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c) IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
d) Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CAT
scan
e) (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis
pasien (Triyanto Endang, 2015)
8. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai
tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a) Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3) Penurunan berat badan
4) Penurunan asupan etanol
5) Menghentikan merokok
b) Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu:
Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari
kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona
latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona
latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu.
c) Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
1) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh
subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai
untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga
untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
2) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita
untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan ). Tujuan pendidikan kesehatan yaitu
untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan
pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan
mencegah komplikasi lebih lanjut.
2. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi
juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat
bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (JOINT
NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND
TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA) menyimpulkan bahwa
obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat
digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan
penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
a. Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
b. Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
1) Dosis obat pertama dinaikkan
2) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
3) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca
antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
c. Step 3
Alternatif yang bisa ditempuh
1) Obat ke-2 diganti
2) Ditambah obat ke-3 jenis lain
d. Step 4 : Alternatif pemberian obatnya
1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4
2) Re-evaluasi dan konsultasi
3) Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi
yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat, dokter ) dengan cara
pemberian pendidikan kesehatan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan
adalah sebagai berikut :
a. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan
darahnya
b. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan
darahnya
c. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa
dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas
d. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan
darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui
dengan mengukur memakai alat tensimeter
Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu
Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita
Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi
e. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat
mengukur tekanan darahnya di rumah
f. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau
2 x sehari
g. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan
masalah-masalah yang mungkin terjadi
h. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti
obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal
i. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
j. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
k. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
l. Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan
sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan
pengobatan hipertensi (Sapitri, N., Suryanto, W. R. 2016)
9. Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata, adanya
hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas dan konsumsi
garam yang berlebihan dianjurkan untuk:
a. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga agar tidak terjadi
hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
b. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
c. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam.
d. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui menderita
hipertensi berupa:
a. Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan obat maupun dengan
tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
b. Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol secara normal dan
stabil mungkin.
c. Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus dikontrol.
d. Batasi aktivitas. (Triyanto, Endang. 2015).
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a) Aktivitas / istirahat
Gejala :
1) Kelemahan
2) Letih
3) Napas pendek
4) Gaya hidup monoton
Tanda :
1) Frekuensi jantung meningkat
2) Perubahan irama jantung
3) Takipnea
b) Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/ katup,
penyakit serebrovaskuler
Tanda :
1) Kenaikan TD
2) Nadi : denyutan jelas
3) Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
4) Bunyi jantung : murmur
5) Distensi vena jugularis
6) Ekstermitas
7) Perubahan warna kulit, suhu dingin ( vasokontriksi perifer ),  pengisian
kapiler mungkin lambat
c) Integritas Ego
Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah,
faktor stress multiple ( hubungan, keuangan, pekerjaan )
Tanda :
1) Letupan suasana hati
2) Gelisah
3) Penyempitan kontinue perhatian
4) Tangisan yang meledak
5) otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
6) Peningkatan pola bicara
d) Eliminasi
Gejala :  Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi,  riwayat
penyakit ginjal )
e) Makanan / Cairan
Gejala :
1) Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak
dan kolesterol
2) Mual
3) Muntah
4) Riwayat penggunaan diuretik
Tanda :
1) BB normal atau obesitas
2) Edema
3) Kongesti vena
4) Peningkatan JVP
5) Glikosuria
f) Neurosensori
Gejala :
1) Keluhan pusing / pening, sakit kepala
2) Episode kebas
3) Kelemahan pada satu sisi tubuh
4) Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
5) Episode epistaksis
Tanda :
1) Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori
( ingatan )
2) Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
3) Perubahan retinal optik
g) Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
1) nyeri hilang timbul pada tungkai
2) sakit kepala oksipital berat
3) nyeri abdomen
h) Pernapasan
Gejala :
1) Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
2) Takipnea
3) Ortopnea
4) Dispnea nocturnal proksimal
5) Batuk dengan atau tanpa sputum
6) Riwayat merokok
Tanda :
1) Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
2) Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
3) sianosis
i) Keamanan
Gejala       : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda       : Episode parestesia unilateral transien
j) Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala       :
1) Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM
penyakit serebrovaskuler, ginjal
2) Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
3) Penggunaan obat / alkohol
3. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.
c. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
d. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang diderita
klien
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit
3. Intervensi Keperawatan
RENCANA KEPERAWATAN

NO DIANGOSA TUJUAN INTERVENSI


RASIONAL
DX KEPERAWATAN (NOC) (NIC)

1 Penurunan curah NOC : NIC


jantung berhubungan
a. Cardiac Pump 1. Observasi 1. Perubahan pada
dengan peningkatan
effectiveness TTV, adanya tanda-tanda vital
afterload,
b. Circulation disritmia, dan dapat
vasokonstriksi,
Status adanya tanda mengindikasika
hipertrofi/rigiditas
c. Vital Sign penurunan n adanya
ventrikuler, iskemia
Status curah jantung. penurunan
miokard
Kriteria Hasil: 2. Istirahatka jumlah cardiak
n dengan tirah output.
a. Tanda Vital dalam
baring optimal 2. Melalui
rentang normal
3. Edukasi inaktivitas,
(Tekanan darah,
tentang kebutuhan
Nadi, respirasi)
pembatasan pemompaan
b. Dapat
aktivitas jantung dapat
mentoleransi
4. Kolaborasi diturunkan
aktivitas, tidak ada
untuk pemberian sehingga
kelelahan
terapi mengurangi
c. Tidak ada edema
farmakologi. beban kerja
paru, perifer, dan
jantung.
tidak ada asites
3. Untuk
d. Tidak ada
mengurangi
penurunan
beban kerja
kesadaran
jantung
4. Vasodilator
digunakan untuk
meningkatkan
curah jantung.
menurunkan
volume sirkulasi
dan tahanan
vaskular sistemik,
juga kerja
DAFTAR PUSTAKA

Anggara, F.H.D., & Prayitno, N. (2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tekanan
Darah di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2015. Program Studi S1
Kesehatan Masyarakat STIKES MH. Thamrin. Jakarta. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 5 (1) :
20-25.

Brunner & Suddarth. (2015). Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC,

Friedman, Marilyn M dkk. 2010. Buku Ajar : Keperawatan Keluarga Riset, Teori & Praktik.
Jakarta : EGC.

Goonasekera CDA, Dillon MJ, (2015) The child with hypertension. In: Webb NJA, Postlethwaite
RJ, editors. Clinical Paediatric Nephrology. 3rd edition. Oxford: Oxford University
Press
Irianto, Koes. (2015). Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular, Panduan Klinis.
Bandung: Alfa Beta.

Kemenkes.RI. 2015. Pusdatin Hipertensi. Infodatin, (Hipertensi), Hal 1–7

Kementrian Kesehatan RI. 2015. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2015. Laporan Nasional
2015, 1–384. https://doi.org/ (diakses 5 Januari 2017)

Nanda International, (2015). Diagnosa keperawatan : definisi dan klasifikasi 2015-2017 (10th
ed). Jakarta: ECG

Smet, Bart.(2015). Psikologi Kesehatan. Pt Grasindo:Jakarta

Soeparman dkk, (2017)  Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta

Smeljer,s.c Bare, B.G ,(2016) Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta

Sapitri, N., Suryanto, & Butar-Butar, W. R. (2016). Analisis faktor risiko kejadian hipertensi
pada masyarakat di pesisir Sungai Siak Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru. Jom FK,
Vol.3 No.1

Triyanto, Endang. (2015). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu.
Yogyakarta: Graha Ilmu

WHO. (2015) Global Health Observatory (GHO) data : Raised blood pressure,Situation and
Trends. Available at: http://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/blood_pressure_text/en/(diakses 1
februari 2017
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN.N PADA NY.M
DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI DI HUNTARA PETOBO RW 002

STASE KEPERAWATAN KELUARGA

Disusun Oleh :
Ninda P. Katili, S.kep
2020032062

CI Institusi Mahasiswa

……………………….. …………………………….

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


WIDYA NUSANTARA PALU
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2021
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A.    Pengkajian Keluarga


1. Data Umum
Nama KK : Tn. N
Umur : 23 Tahun
Alamat : Huntara Petobo Rw 002
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
2. Komposisi keluarga
No Nama J Hub Umu Pend IMUNISASI
K r BCG DPT POLIO Campak Hepat
itis B
I II III I II III IV I II
1 Tn.N L Suami 23thn Sma           
2 Ny.M P Istri 25thn Sma           
3 An.A L Anak 3thn -          

Genogram A B

keterangan :
: Perempuan A : Orang tua klien
: Laki-Laki B : Orang tua suami
: Laki-Laki Meninggal C : Klien dan saudara kandung
: Perempuan Meninggal --- : tinggal serumah
: Klien
3. Tipe Keluarga
a. Tipe keluarga
keluarga Tn.N merupakan keluarga dengan tipe keluarga extended family dimana
terdiri dari keluarga inti yaitu bapak, ibu dan anak.
b. Suku bangsa
Tn.N mengatakan ia suku Kaili-indonesia
c. Agama
Tn.N mengatakan ia beragama islam, dan tidak ada keyakinan yang berdampak
buruk bagi kesehatan.
4. Status sosial ekonomi
Tn.N mengatakan saat ini penghasilannya dari gaji kerjanya (UMR) ± 2.000.000/bulan.
Ny.M mengatakan penghasilannya saat ini bisa di bilang cukup untuk memenuhin
kebutuhan keluarga
5. Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga mengatakan sejak pandemic keluarga sudah tidak bias rekreasi sebelumnya
keluarga biasa pergi berlibur 1 bulan 1 kali, saat ini Keluarga hanya mengunjungi
saudara-saudara yang berada di desa sebelah terutama pada hari raya besar keagamaan.

B. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Tn. R saat ini masuk dalam perkembangan keluarga tahap III yaitu keluarga
dengan anak usia pra-sekolah, dimulai saat anak pertama berusia 2,5 tahun sampai
dengan 5 tahun.
Tugas Perkembangan
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga.
2) Membantu anak bersosialisasi, beradaptasi dengan lingkungan.
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir sementara kebutuhan anak yang lain juga
harus dipenuhi.
4) Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun di luar keluarga.
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak-anak.
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.
Masalah kesehatan :
1) Masalah kesehatan fisik: penyakit menular pada anak.
2) Masalah kesehatan psikososial: hubungan perkawinan, perceraian.
3) Pengasuhan anak.

2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


Tidak di temukan tahap perkembangan yang belum terpenuhi.
3. Riwayat keluarga inti
Ny. M mengatakan ia tidak tau kalau dia sedang mengalami penyakit darah tinggi,
yang ia tau hanya kakaknya yang memiliki riwayat darah tinggi. saat di kaji Ny. M
mengatakan ia pernah di berikan obat amlodipine 10 mg dari puskemas saat datang
memeriksa beberapa bulan yg lalu, dan saat di lakukan pengukuran di dapatkan TD:
140/100 MmHg.
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Ny. M mengatakan keluarganya memang memiliki riwayat penyakit darah tinggi.
C. Data Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
a. Karakteristik Rumah (Tipe, Ukuran, Jumlah Ruangan)
Tempat tinggal Tn.N merupakan huntara yang memiliki luas 6 x 4 m2. Bangunan
tersebut merupakan tempat tinggal sementara milik pemerintah. Rumah Tn.N terdiri
dari 1 ruangan dimana 1 ruangan tersebut di berikan sekat yang digunakan untuk
kamar, dapur, dan ruang tamu.
Denah Rumah

P = 6 m2 Dapur Kamar tidur

Ruang tamu Pintu Jendela

Teras

L = 12 m2
2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Tn. N tinggal di huntara petobo yang merupakan rumah sementara pembagian
untuk korban tsunami palu tahun 2018. sebagian besar tetangga yang tinggal di
lingkungan rumah Tn. N adalah penduduk asli suku kaili, sehingga bahasa yang di
gunakan untuk berkomunikasi dengan tetangganya bahasa daerah dan bahasa Indonesia,
3. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Tn. N awalnya tinggal di rumahnya di Petobo namun semenjak gempa
dan likuifaksi pada tanggal 28 September 2018, rumahnya hilang ditelan liquifaksi,
akhirnya Tn.N tinggal di huntara petobo milik pemerintah sampai sekarang.
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Tn.R dan Ny.C sering mengikuti kegiatan yang ada dilingkungan masyarakat.
5. Sistem pendukung keluarga
Keluarga biasanya mengurusi masalahnya secara intern didalam keluarganya,
kadang-kadang keluarga memanfaatkan fasilitas layanan kesehatan yang terdekat dari
rumah, biasanya keluarga Tn.R pergi ke Puskesmas apabila sakit, maupun minum obat-
obatan dari warung.
D. Struktur Keluarga
a. Pola Komunikasi Keluarga
Keluaga Tn.N melakukan komunikasi secara terbuka, serta tidak menggunakan cara
kekerasan dalam berkomunikasi, sehingga dapat memberi masukan tentang suatu hal
dalam keluarganya.
b. Struktur Kekuatan Keluarga
Tn.N sebagai kepala keluarga bertanggung jawab dalam mengatur rumah tangga, dan
dalam mengambil keputusan Tn.R melibatkan istrinya dalam menyelesaikan
masalah.
c. Struktur Peran Keluarga
1) Tn.N sebagai kepala keluarga bertanggung jawab dalam mengatur rumah tangga
dan bekerja sebagai wiraswasta untuk mencari nafkah dalam keluarga.
2) Ny.M sebagai ibu rumah tangga yang mengurusi pekerjaan rumah .
3) An.A sebagai anak Tn.N dan Ny.M
b. Nilai Dan Norma Keluarga
Tn.N dan Ny.M sama-sama bersuku Kaili. Nilai dan norma yang diterapkan Tn.N di
dalam keluarganya sesuai dengan ajaran agama Islam.

E. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Efektif
Keluarga biasanya mengekspresikan perasaan kasih sayang dengan cara “salim”
kepada anggota keluarga dan memanggil anak-anaknya dengan penuh perhatian.
b. Fungsi Sosialisasi
Lewat interaksi sosial dengan tetangga merupakan cara keluarga untuk
memperkenalkan anggota keluarganya dengan dunia luar
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga jarang membawa anggota keluarga di Puskesmas ataupun pelayanan
kesehatan lainnya untuk berobat, mereka lebih mengandalkan obat-obatan dari
warung.

F. Stress Dan Koping Keluarga


1. Stresor Jangka Panjang Dan Pendek
Masalah yang dihadapi keluarga saat ini adalah masalah pendidikan anak untuk bisa
lanjut bersekolah sampai ke jenjang perguruan tinggi.
2. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Situasi Atau Stressor
Keluarga berusaha semampunya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari serta berusaha
mengatasi masalah yang ada sesuai kemampuannya dan selalu berdoa kepada yang maha
kuasa.
3. Strategi Koping Yang Digunakan
Jika bapak / ibu menghadapi masalah yang tidak bisa diselesaikan sendiri, maka
menceritakan kepada pasangan untuk mencari solusi bersama-sama
4. Strategi Adaptasi Disfungsional
Tidak pernah terdapat perselisihan antar anggota keluarga dalam mengambil suatu
keputusan
G. Harapan Keluarga terhadap asuhan keperawatan keluarga
Keluarga berharap dengan adanya asuhan keperawatan keluarga ini Ny.M mampu
mengenali penyakitnya dan mampu mengontrol penyakitnya sehingga ia bisa hidup sehat
dan sejahtera.
H. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriks
No Tn.N Ny.M An.L
aan Fisik
1 Keadaan Baik, Composmentis Baik, Composmentis Baik, Composmentis
umum
2 Kepala Warna rambut hitam Warna rambut hitam tidak Warna rambut hitam, tidak ada lesi
terdapat uban, tidak ada lesi terdapat uban, tidak ada lesi serta pembengkakan, keadaan
serta pembengkakan, serta pembengkakan, keadaan Rambut bersih
keadaan Rambut kurang Rambut bersih
bersih
3 Mata Konjungtiva tidak terlihat Konjungtiva tidak terlihat Konjungtiva tidak terlihat anemis,
anemis, tidak ada katarak, anemis, tidak ada katarak, tidak ada katarak, penglihatan jelas
penglihatan jelas penglihatan jelas
4 Telinga Simetris, keadaan bersih, Simetris, keadaan bersih, Simetris, keadaan bersih, Fungsi
Fungsi pendengaran baik Fungsi pendengaran baik pendengaran baik
5 Hidung Simetris, keadaan bersih, Simetris, keadaan bersih, Simetris, keadaan bersih, Tidak ada
Tidak ada kelainan yang Tidak ada kelainan yang kelainan yang ditemukan
ditemukan ditemukan
6 Mulut dan Mukosa mulut lembab, Mukosa mulut lembab, Mukosa mulut lembab, keadaan gigi
Gigi keadaan gigi bersih, keadaan gigi bersih, jumlah bersih, jumlah gigi belum lengkap
jumlah gigi lengkap , gigi lengkap ,
7 Integumen Kecoklatan, keadaan kulit Putih, keadaan kulit lembab, Kecoklatan, keadaan kulit lembab,
: lembab, turgor kulit elastis, turgor kulit elastis, Warna turgor kulit elastis, Warna kuku
Warna Warna kuku merah muda, kuku merah muda, kuku merah muda, kuku tampak bersih
Kulit, kuku tampak bersih tampak bersih
Turgor,
Kuku
8 TTV TD : 130/80 mmHg TD : 140/85 mmHg TD : Tidak dilakukan pengukuran
N : 87 x/m N : 82 x/m N : 82 x/m
S : 36,5 0C S : 36 0C S : 36,6 0C
R : 20 x/m R : 20 x/m R : 23 x/m
1. ANALISA DATA

Data Fokus Etiologi Masalah


DS :
1. Ny. M mengatakan ia tidak tau kalau dia Ketidakmampuan Defisit pengetahuan
sedang mengalami penyakit darah tinggi. klien mengenal
masalah kesehatan
2. Ny.M berharap dengan adanya asuhan
keperawatan keluarga
ini klien mampu mengenali penyakitnya
dan mampumengontrol
penyakitnya sehingga ia bias hidup sehat
dan sejahtera
DO :
1. Klient terlihat bingung saat ditanya tentang
hypertensi

DS : Hipertensi Ketidakefektifan
1. Tn.N mengatakan jika Ny.M mengalami Pemeliharaan
pusing ia langsung membelikannya obat dari kesehatan
warung di keluarga
2. Keluarga juga tidak mengetahui dampak berhubungan
yang bisa terjadi jika penyakit hipertensi tidak dengan
ditangani. ketidakmampuan
Do : keluarga Membuat
1.Tn.N tidak begitu paham saat ditanya terkait Keputusan
Tindakan kesehatan
penyakit istrinya
yang Tepat
II. Skoring Prioritas Masalah
a. Perencanaan
Untuk menentukan skala prioritas pemecahan maslah dalam rencana keperawatan
Ny.H, terlebih dahulu dibuat sistem skoring masalah kesehatan sebagai berikut
Diagnosa 1 : defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
No Kriteria Skor Bobot Perhitungan Nilai Pembenaran
1. Sifat masalah Ny. N mengatakan
1) aktual 3 1 3/3x1 1 ia tidak mengetahui
2) resiko 2 kalau ia menderita
3) sejahtera 1 hipertensi tetapi
memang sering
darahnya tinggi tapi
tidak tau kalau itu
sudah termasuk
hipertensi. TD
140/100 mmHg
2. Kemungkinan Ny. N mengatakan
masalah dapat di masalah dapat di
ubah ubah dengan ia
1) tinggi 2 2 2/2x2 2 hidup sehat dan
2) sedang 1 mengurangi
3) rendah 0 mengkonsumsi
garam.
3. Potensi masalah Dalam hal ini
dapat di cegah mahasiswa dan
1. tinggi 3 1 2/3x1 2/3 pelayanan kesehatan
2. cukup 2 dapat membantu Ny.
3. rendah 1 N dalam
memberikan
infromasi mengenai
No Kriteria Skor Bobot Perhitungan Nilai Pembenaran
penyakit hipertensi
4. Menonjolnya Ny. N mengatakan
masalah tidak perlu
1) masalah berat 2 1 1/2x1 2 penanganan segera
harus segera di untuk penyakitnya
tangani karena ia tidak
2) ada masalah merasakan keluhan
tapi tidak perlu 1 apapun saat ini.
segera di
tangani
3) masalah tidak
di rasakan 0
5. Total 5 2/3

Diagnosa 2 : Ketidakefektifan Pemeliharaan kesehatan di keluarga berhubungan dengan


ketidakmampuan keluarga Membuat Keputusan Tindakan kesehatan yang Tepat
No Kriteria Skor Bobot Perhitungan Nilai Pembenaran
1. Sifat masalah Tn.N mengatakan
1) aktual 3 1 3/3x1 1 kurang memahami
2) resiko 2 dalam merawat
3) sejahtera 1 istrinya jika sakit

2. Kemungkinan Tn.N sudah


masalah dapat di memahami sedikit
tentang penyakit
ubah
Ny.M
1) tinggi 2 2 1/2 x 2 1
Keluarga berharap
2) sedang 1
mahasiswa dapat
3) rendah 0 membantu keluarga
mengetahui penyakit
Asam urat
3. Potensi masalah Tn.N mengatakan
dapat di cegah tidak begitu paham
1. tinggi 3 1 2/3x1 1
dengan penyakit
2. cukup 2 Hipertensi, hanya
3. rendah 1 saja jika Ny.M
mengeluhkan Pusing
keluarga hanya
memberikan obat
yang dibeli dari
warung

4. Menonjolnya Anggapan keluarga


masalah tentang masalah
1) masalah berat 2 1 2/2 x 1 1 Asam urat harus
harus segera di segera ditangani
agar tidak
tangani
bertambah parah
2) ada masalah tapi 1
tidak perlu
segera di
tangani
3) masalah tidak di 0
rasakan
5. Total 4

J. Diagnosa Prioritas
1. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
2. Ketidakefektifan Pemeliharaan kesehatandi keluarga berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga Membuat Keputusan Tindakan kesehatan yang Tepat
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Perencanaan Rasional

1. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Identifikasi kesiapan 1. Berguna untuk


berhubungan dengan selama 2x30 menit maka diharapkan dan kemampuan mengidentifikasi
kurang terpapar pengetahuan meningkat dengan kriteria hasil menerima informasi kesiapan pasien
infromasi : 2. Sediakan media dan dalam menerima
media pendidikan informasi yang akan
1. Perilaku sesuai anjuran meningkat kesehatan di berikan
2. Pertanyaan tentang masalah yang 3. Jelaskan faktor resiko 2. Berguna untuk
dihadapi menurun yang dapat mempermudah klien
3. Persepsi yang keliru terhadap mempengaruhi untuk memahami
masalah menurun kesehatan materi
3. Berguna untuk
pasien lebih
memahami tentang
factor yang
mempengaruhi
penyakitnya

2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Pendidikan kesehatan 1. Keluarga dapat


Pemeliharaan kesehatan selama 1x30 menit maka diharapkan pengajaran tentang mengenali masalah
di keluarga berhubungan pengetahuan meningkat dengan kriteria hasil penyakit yang hipertensi
dengan dialami 2.Keluarga dapat
2. Pendidikan tentang mengambil
ketidakmampuan
diet yang tepat bagi keputusan perawatan
keluarga Membuat
penderita hipertensi hipertensi
Keputusan Tindakan 3. Pendidikan tentang 3. Agar Keluarga
kesehatan yang Tepat pengobatan mengetahui
4. Keluarga mampu pentingnya
merawat anggota pengobatan
keluarga yang sakit
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Perencanaan Rasional

dan memberikan
dukungan terhadap
diet
Implementasi Keperawatan
No Tgl/jam Implementasi Respon klien/hasil Evaluasi
1 29/09/2021 1. observasi ttv 1. perawat mengukur tekanan S:
2. identifikasi kesiapan dan darah pasien, didapatkan
kemampuan menerima hasil 140/100 mmhg - pasien mengatakan sudah
informasi 2. pasien mengatakan bersedia mengerti dengan penjelasan
3. sediakan media dan media menerima informasi yang perawat dan tidak ada
pendidikan kesehatan akan diberikan oleh perawat pertanyaan
4. jelaskan faktor resiko 3. perawat menyediakan
yang dapat mempengaruhi leaflet sebagai media O:
kesehatan informasi yg mudah
dipahami - TD 140/100 mmHg
4. perawat menjelaskan - pasien Nampak kooperatif
tentang hypertensi - pasien Nampak mengerti

A : masalah sebagian teratasi

P : lanjutkan intervensi
- observasi ttv

30/09/2021 1. observasi ttv 1. TD 150/100 mmHg S:


- pasien mengatakan tidak
merasa pusing tapi sebelum
perawat datang pasien makan
siang dengan ikan garam tapi
hanya sedikit
- pasien mengatakan sudah
minum obat tadi malam
No Tgl/jam Implementasi Respon klien/hasil Evaluasi
sebelum tidur, amlodiphine
10mg
O:
- TD 130/100 mmHg
- pasien Nampak baik
- tidak ada keluhan pusing

A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
No Tgl/Jam Implementasi Respon Klien/Hasil Evaluasi
2. 29/09/2021 1. Memberikan pendidikan 1. Perawat memberikan S:
kesehatan tentang pendidikan kesehatan
penyakit yang di alami dengan media leaflet - keluarga mempu menyebutkan
2. Memberikan pendidikan 2. Keluarga mengerti penyebab hipertensi serta tanda
tentang diet yang tepat tentang diet hipertinsi dan gejelanya
bagi penderita hipertensi yang di jelaskan perawat - Ny. M dan keluarga
3. Memberikan pendidikan 3. Keluarga memahami apa mengetahui tentang diet yang
tentang pengobatan yang di jelaskan tentang baik bagi penderita hipertensi
pengobatan hipertensi - Ny. M mengatakan bila tekanan
darah meningkat atau klien
merasakan sakit kepala klien
akan beristrahat
- Anak Ny.L mengatakan sudah
bias merawat ibunya bila sakit
karena sudah mengetahui apa
saja yang harus di lakukan
O:
- Keluarga sangat antusias
mendengarkan penyampaian
ners
- Ny.M terlihat mampu
menyebutkan hal-hal apa saja
yang harus di hindari dan apa
saja yang boleh di konsumsi
oleh Ny.M
A : masalah teratasi
P:
- anjurkan agar selalu dapat
menghindari faktor yang dapat
menyebabkan kekambuhan
- dapat menerapkan apa yang
No Tgl/Jam Implementasi Respon Klien/Hasil Evaluasi
sudah di ajarkan oleh
mahasiswa
- Dapat mengenali gejala
hipertensi jika akan kambuh

Anda mungkin juga menyukai