Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP ASUHAN

KEPERAWATAN KELUARGA DAN GERONTIK

OLEH :
OKTIA MIRANDA
NIM: 2014901010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS UNIVERSITAS


FORT DE KOCK BUKITTINGGI
TAHUN 2021

1
2

Laporan pendahuluan keperawatan keluarga

A. Konsep Teori Keperawatan Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang hidup

bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu

mempunyaiperan masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.

Keadaan ini perlu disadari sepenuhnya bahwa setiap individu merupakan

bagiannya dan di keluarga juga semua dapat diekspresikan tanpa

hambatan yang berarti (Friedman,2010).

Keluarga menurut Burges (1963) dalam Friedman (2010) adalah

sekumpulan yang disatukan oleh ikatan perkawinan darah dan ikatan

adopsi atau ikatan sebuah keluarga yang hidup bersama-sama dalam satu

rumah tangga dan adanya interkasi dan komunikasi satu sama lain dalam

peran sosial keluarga seperti suami, istri, ayah, ibu, anak laki-laki,

saudara perempuan, saudara dan saudari.

Jadi, dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

keluarga merupakan sekumpulan orang yang terdiri dari satu atau lebih

individu yang diikat oleh hubungan perkawinan dimana anggota

keluarga saling berinterksi dan berkomunikasi antara satu sama lain yang

masing-masing mempunyai peran sosial untuk mencapai tujuan hidup

yangsama.
3

2. Fungsi Keluarga

Friedman, (2010) mengidentifikasi 5 fungsi dasar keluarga, yaitu:

a. FungsiAfektif

Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal

keluarga yang merupakan basis kekuatan keluarga.Fungsi afektif

berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.Fungsi afektif

berhubungan fungsi internal keluarga diantaranya perlindungan

psikososial dan dukungan terhadap anggotanya.Sejumlah penelitian

penting dilakukan untuk memastikan pengaruh positif kepribadian

yang sehat dan ikatan keluarga pada kesehatan serta kesejahteraan

individu.

b. Fungsi sosialisasi dan statussosial

Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan

menjadikan anak sebagai anggota masyarakat yang produktif serta

memberikan status pada anggotakeluarga.

c. Fungsireproduksi

Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa

generasi dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat.

d. Fungsiekonomi

Untuk memenuhi sandang, papan, pangan maka keluarga

memerlukan sumber keuangan.Fungsi ini sulit dijalankan pada

keluarga dibawah garis kemiskinan.Perawat bertanggung jawab

mencari sumber-sumber masyarakat yang dapat digunakan untuk

meningkatkan status kesehatan klien.


4

e. Fungsi perawatankesehatan

Yaitu menyediakan kebutuhan fisik makanan, pakaian, tempat

tinggal, perawatan kesehatan.Fungsi keperawatan kesehatan bukan

hanya fungsi esensial dan dasar keluarga namun fungsi yang

mengemban fokus sentral dalam keluarga yang berfungsi dengan baik

dan sehat.Akan tetapi, memenuhi fungsi perawatan kesehatan bagi

semua anggota keluarga dapat sulit akibat tantangan eksternal dan

internal.Pratt (1976, 1982) menunjukan bahwa alasan keluarga

mengalami kesulitan memberikan perawatan keluarga bagi anggota

mereka terletak pada (a) struktur keluarga dan (b) sistem pelayanan

kesehatan.Pratt meneukan bahwa saat keluarga memiliki asosiasi yang

luas dengan organisasi, terlibat dalam aktivitas umum, dan

menggunakan sumber komunitas, mereka memanfaatkan pelayanan

perawatan kesehatan dengan lebih cepat. Selain itu praktik kesehatan

personal meningkat saat suami secara aktif terlibat dalam urusan

internal keluarga , termasuk masalah yang berkenaan dengan sistem

pelayanan kesehatan.

Selain fungsi diatas ada beberapa fungsi keluarga yang lain

menurut Effendy (1998, dalam Setiadi, 2008), yang dapat dijalankan

keluarga yaitu sebagai berikut :

a. Fungsi biologis

1) Untuk meneruskan keturunan

2) Memelihara dan membesarkan anak

3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga


5

4) Memelihara dan merawat anggota keluarga

b. Fungsi Psikologi

1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman

2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga

3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga

4) Memberikan identitas keluarga

c. Fungsi Sosiologi

1) Membina sosialisasi pada anak

2) Membantu norma-norma tingkah laku sesuai dengan

tingkat perkembangan anak.

3) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga

d. Fungsi Ekonomi

1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi

kebutuhan keluarga.

2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk

memenuhi kebutuhan lingkungan.

3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga

dimana yang akan datang, misalnya : pendidikan anak-

anak, jaminan hari tua dan sebagainya.

e. Fungsi Pendidikan

1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,

keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan

bakat dan minat yang dimilikinya.


6

2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan

datang dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa.

3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangan

3. Tipe / Bentuk Keluarga

Beberapa bentuk keluarga adalah sebagai berikut :

a. Keluarga inti (Nuclear Family)

Keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang

direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak, baik

karena kelahiran (natural) maupun adopsi.

b. Keluarga besar (Extended Family)

Keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena hubungan

darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk

keluarga modern, seperti orangtua tunggal, keluarga tanpa anak,

serta keluarga pasangan sejenis (guy/lesbian families).

c. Keluarga Campuran (Blended Family)

Keluarga yang terdiri dari suami, istri, anak-anak kandung

dan anak – anak tiri.

d. Keluarga menurut hukum umum (Common Law Family)

Anak-anak yang tinggal bersama.

e. Keluarga orang tua tunggal (Single Parent Family)

Keluarga yang terdiri dari pria atau wanita, mungkin karena

telah bercerai, berpisah, ditinggal mati atau mungkin tidak pernah

menikah, serta anak-anak mereka yang tinggal bersama.


7

f. Keluarga Hidup Bersama (Commune Family)

Keluarga yang terdiri dari pria, wanita dan anak-anak yang

tinggal bersama berbagi hak dan tanggungjawab, serta memiliki

kepercayaan bersama.

g. Keluarga Serial (Serial Family)

Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang telah

menikah dan mungkin telah punya anak, tetapi kemudian bercerai

dan masing-masing menikah lagi serta memiliki anak-anak dengan

pasangannya masing - masing, tetapi semuanya mengganggap

sebagai satu keluarga.

h. Keluarga Gabungan (Composite Family)

Keluarga yang terdiri dari suam dengan beberapa istri dan

anak-anaknya (poligami) atau istri dengan beberapa suami dan

anak-anaknya (poliandri).

i. Hidup bersama dan tinggal bersama (Cohabitation Family)

Keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang hidup bersama

tanpa ada ikatan perkawinan yang sah.

Selain itu, bentuk keluarga menurut Friedman (2010), berikut

ini akan disampaikan berbagai tipe keluarga :

a. Tipe keluargatradisional

1) Keluarga inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari

suami, istri, anak (kandung atau angkat). Dua bentuk variasi

yang sedang berkembang dalam keluarga - keluarga inti adalah

keduanya pekerja/berkarier dan keluarga tanpa anak. Keluarga


8

adoptif merupakan satu tipe lain dari keluarga inti yang tercatat

dalam literatur karena memliki keadaan dan kebutuhan

yangkhusus.

2) Keluarga besar, yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga

yang lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek,

nenek, keponakan, paman, bibi. Tipe keluarga ini lebih sering

terdapat di kalangan kelas pekerja dan keluarga imigran.

Karena manusia hidup lebih lama, perceraian, hamil

dikalangan remaja, lahir diluar perkawinan semakin meningkat

pula, dan rumah menjadi tempat tinggal bagi beberapa

generasi, biasanya hanya bersifatsementara.

3) Keluarga “Dyad” yaitu satu rumah tangga yang terdiri dari

suami,istri dan tanpaanak.

4) Keluarga “Single parent” yaitu suatu rumah tagga yang terdiri

dari satu orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung /angkat ).

Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian ataukematian.

b. Tipe keluarga nontradisonal

Tipe keluarga nontradisional menurut Friedman (2010)

antara lain keluarga dengan orang tua yang tidak pernah menikah

dan anak biasanya ibu dan anak, keluarga pasangan yang tidak

menikah dengan anak, pasangan heteroseksual cohabiting (kumpul

kebo), keluarga homoseksual, agugmented family, keluarga

komuni, keluarga asuh.


9

4. Tingkat Perkembangan Keluarga

Seperti individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan yang berturut-turut keluarga sebagai

sebuah unit juga mengalami tahap-tahap perkembangan yang berturut-turut. Adapun delapan tahap siklus

kehidupan keluarga menurut Friedman (2010) antara lain:

a. Tahap I : keluarga pemula (juga menunjuk pasangan menikah atau tahap pernikahan). Tugasnya adalah :

1) Membangun perkawinan yang saling memuaskan

2) Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis

3) Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang tua)

b. Tahap II : keluarga yang sedang mengasuh anak (anak tertua adalah bayi sampai umur 3 bulan). Tugasnya

adalah :

1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap

2) Rekonsiliasi tugas untuk perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga

3) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan

4) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan peran-peran orang tua dan kakek

dan nenek.

c. Tahap III : keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua berumur 2 hingga 6 bulan). Tugasnya adalah :

1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : rumah, ruang bermain, privasi, keamanan.

2) Mensosialisasikan anak.

3) Mengintegrasikan anak yang sementara tetap memenuhi kebutuhan anak-anak yang lain.

4) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam (hubungan perkawinan dan hubungan orang tua dan anak)

dan diluar keluarga (keluarga besar dan komunitas).

d. Tahap IV : keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua berumur hingga 13 tahun). Tugasnya adalah :

1) Mensosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan

dengan teman sebaya yang sehat.

2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.

3) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.

e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak tertua berumur 13 hingga 20 tahun). Tugasnya :

1) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan semakin

mandiri.

2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan.

3) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-anak.

f. Tahap VI : keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda (mencakup anak pertama sampai terakhir yang

meninggalkan rumah). Tugasnya :

1) Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga baru yang didapatkan melalui

perkawinan anak-anak.

2) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan perkawinan.

3) Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dan suami maupun istri.

g. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiunan).Tugasnya :


10

1) Menyelidiki lingkungan yang meningkatkan kesehatan

2) Mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para orang tua, lansia

dan anak-anak.

h. Tahap VIII : keluarga dalam masa pensiunan dan lansia. Tugasnya:

1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun

3) Mempertahankan hubungan perkawinan

4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan

5) Mempertahankan ikatan keluarga antara generasi

6) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka

5. Tugas Keluarga Dalam BidangKesehatan

Hal - hal terpenting untuk dicermati bahwa dalam kaitanya dengan perawatan kesehatan adalah sejauh

mana keluarga secara mandiri mampu melakukan tugas kesehatannya. Pada dasarnya menurut Friedman (2010)

ada 5 yang terkait dengan pelaksanaan asuhan keperawatan jika diterapkan pada keluarga Hipertensi yaitu :

a. Mengenal masalah kesehatan setiap keluarga yang terkena penyakit hipertensi yaitu untuk mengetahui

kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, mengkaji sejauhmana keluarga mengenal tanda dari

masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda gejala, danpenyebab.

b. Mengambil keputusan untuk tindakan keperawatan yang tepat bagi anggota keluarga yang menderita

hipertensi meliputi cara mengatasi masalahkesehatan.

c. Memberikan perawatan bagi anggota keluarga yang menderita hipertensi yang meliputi cara perawatan

kepada anggota keluarga yang mengalami masalahkesehatan.

d. Memodifikasi lingkungan rumah yang memenuhi syarat kesehatan untuk penderita hipertensi meliputi

memelihara lingkungan yang menguntungkan bagi anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan.

e. Menggunakan fasilitaskesehatan yaitu untuk mengetaui sejauh mana kemampuan keluarga menggunakan

fasilitas/pelayanan kesehatan masyarakat meliputi cek kesehatan rutin untuk mengetahui kondisi anggota

keluarga yang mengalami masalahkesehatan.

6. Peran Dalam Asuhan Keperawatan Kesehatan Keluarga

Ada banyak peran perawat dalam membantu keluarga dalam menyelesaikan masalah atau melakukan

perawatankesehatan keluarga,diantaranya sebagai berkut :

a. Pendidik

Dengan diberikan pendidikan kesehatan / penyuluhan diharapkan keluarga mampu mengatasi dan

bertanggung jawab terhadap masalah kesehatannya.

b. Kordinator

Koordinasi diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang komprehensif dapat

tercapai.

c. Pelaksana

Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik dalam rumah,klinik maupun di rumah sakit
11

bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung.

d. Pengawaskesehatan

Sebagai pengawasan kesehatan perawat harus melakukan home visit atau kunjungan rumah teratur

untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.

e. Konsultan

Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan. Agar keluarga

mau meminta nasehat pada perawat maka hubungan perawat dan keluarga harus dibina dengan baik,

perawat harus bersikap terbuka dan dapat dipercaya.

f. Kolaborasi

Sebagai perawat di komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan rumah

sakit,puskesmas,dan anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan.

g. Fasilitator

Peran perawat komunitas disini aadlah membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk

meningkatkan derajat kesehatan yang optimal.Kendala yang sering dialami keluarga adalah keraguan

didalam menggunakan pelayanan kesehatan,masalah ekonomi,dan sosial budaya.

h. Penemukasus

Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah mengidentifikasi kesehatan secara

dini,sehingga tidak terjadi ledakan atau kejadian luar biasa(KLB).

i. Modifikasilingkungan

Perawat Komunitas juga harus dapat memodifikasi lingkungan,baik lingkungan rumah, lingkungan

masyarakat, dan lingkungan sekitarnya Agar dapat tercipta lingkungan yang sehat.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Teoritis

Aspek keperawatan yang paling penting adalah perhatian pada unit keluarga.Keluarga adalah unit terkecil dari

masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah

satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Effendi, 2004).Keluarga yang juga adalah individu, kelompok, dan

komunitas merupakan klien perawat atau penerima pelayanan asuhan keperawatan.Keluarga membentuk unit dasar

masyarakat dan tentunya unit dasar ini sangat mempengaruhi perkembangan individu yang memungkinkan menentukan

keberhasilan atau kegagalan kehidupan individu (Friedman, 2003).

Tahapan proses keperawatan keluarga meliputi pengkajian keluarga dan individu dalam keluarga, perumusan

diagnosa keperawatan, penyusunan rencana keperawatan.

1. Pengkajian Keperawatan Keluarga

a. Pengumpulan data

Pengkajian data yang dikumpulkan (Friedman, 1998) adalah

1) Data umum

a) Identitas kepala keluarga

b) Komposisi kelaurga

c) Genogram
12

d) Tipe keluarga

e) Latar belakang keluarga (etnis)

f) Agama

g) Status Sosial Ekonomi

h) Aktivitas rekreasi keluarga

2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

a) Tahap perkembangan keluarga saat ini

b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

c) Riwayat keluarga sebelumnya

3) Data lingkungan

a) Karakteristik rumah

b) Karakteristik lingkungan komunitas

c) Mobilitas geografis keluarga

d) Perkumpulan keluarga dan interaksi sosial keluarga

e) Sistem pendukung atau jaringan sosial keluarga

4) Struktur keluarga

a) Pola komunikasi

b) Struktur kekuasaan

c) Struktur peran

d) Nilai dan normal keluarga

5) Fungsi Keluarga

a) Fungsi Afektif

b) Fungsi Sosial

c) Fungsi Perawatan Keluarga

d) Fungsi Reproduksi

e) Fungsi Ekonomi

6) Stress dan Koping Keluarga

a) Stressor jangka pendek dan jangka panjang

b) Kemampuan keluarga untuk berespon terhadap situasi atau stressor

c) Penggunaan strategi koping

d) Strategi adaptasi disfungsional

e) Harapan Keluarga

Keinginan dan cita – cita keluarga dimasa yang akan datang

f) Pemeriksaan Fisik

Yaitu pemeriksaan yang menggunakan pendekatan ”Head to toe”.

b. Analisa Data

Dalam menganalisa ada tiga norma yang perlu diperhatikan dalam melihat perkembangan keluarga antara

lain :
13

1) Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga

2) Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan

3) Karakter keluarga

2. Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga

Diagnosis keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapat pada pengkajian yang terdiri dari

masalah keperawatan yang akan berhubungan dengan etiologi yang berasal dari pengkajian fungsi perawatan

keluarga. Diagnosis keperawatan merupakan sebuah label singkat untuk menggambarkan kondisi pasien yang

diobservasi di lapangan. Kondisi ini dapat berupa masalah - masalah aktual, resiko atau potensial atau diagnosis

sejahtera yang mengacu pada NANDA (The North American Nursing Diagnosis Association) 2012-2014 dan SDKI,

SLKI, SIKI.

Berikut daftar Diagnosa Keperawatan Keluarga:

1. Ketidakefektifan Managemen regimen terapeutik keluarga

2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan

3. Prilaku kesehatan cendrung beresiko

4. Hambatan Pemeliharaan rumah

5. Ketidakefektifan kontrol impuls

6. Kesiapan meningkatkan komunikasi

7. Kesiapan meningkatkan pemberian ASI

8. Ketegangan peran pemberi asuhan

9. Ketidakmampuan menjadi orang tua

10. Resiko ketidakmampuan memjadi orang tua

11. Resiko gangguan perlekatan

12. Disfungsi proses keluarga

13. Gangguan proses keluarga

14. Kesiapan meningkatkan proses keluarga

15. Ketidakefektifan hubungan

16. Kesiapan meningkatkan hubungan

17. Resiko ketidakefektifan hubungan

18. Konflik peran orang tua

19. Ketidakefektifan performa peran

20. Hambatan interaksi sosial

21. Penurunan koping keluarga

22. Ketidakmapuan koping keluarga

23. Kesiapan meningkatkan koping keluarga

24. Resiko ketidakefektifan perencanaan aktifitas

25. Kesiapan meningkatkan penyesuaian

26. Konflik pengambilan keputusan

27. Resiko hambatan religiositas


14

28. Kesiapan meningkatkan pengambilan keputusan

29. Kontaminasi

30. Resiko kontaminasi

31. Resiko Pertumbuhan tidak proporsional

32. Resiko keterlambatan perkembangan

33. Stres pada pemberi asuhan

34. Resiko stres pada pemberi asuhan

35. Gangguan kemampuan untuk melakukan perawatan

36. Resiko gangguan kemampuan untuk melaukan perawatan

37. Gangguan Komunikasi

38. Gangguan status psikologis

39. Masalah ketenagakerjaan

40. Gangguan proses keluarga

41. Kurangnya dukungan keluarga

42. Masalah dukungan sosial

43. Masalah Hubungan

44. Resiko gangguan koping keluarga

45. Kemampuan untuk mempertahankan kesehatan

46. Gangguan mempertahankan kesehatan

47. Resiko bahaya lingkungan

48. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit

49. Gangguan kemampuan untuk memanajemen pengobatan

50. Gangguan kerumahtanggaan

51. Kekerasan rumah tangga

52. Keselamatan lingkungan yang efektif

53. Masalah keselamatan lingkungan

54. Resiko terjadinya penyalahgunaan

55. Resiko terjadinya Pelecehan anak

56. Resiko terjadinya pengabaian anak

57. Resiko terjadinya pengabaian lansia

58. Resiko untuk jatuh

59. Resiko terinfeksi

60. Resiko terjadinya pengabaian

61. Masalah Financial

62. Tinggal dirumah

63. Masalah perumahan

64. Pendapatan yang tidak memadai

65. Kurangnya dukungan sosial.


15

a. Menentukan Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga

Tabel 2.2
Cara Membuat Skor Penentuan Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga (Friedman, 2003)

No Kriteria Bobot Nilai Pembenaran


1 Sifat Masalah : 1
Skala :
 Tidak/ Kurang sehat/Aktual 3
 Ancaman Kesehatan/Resiko 2
 Keadaan Sejahtera/Potensial 1
2 Kemungkinan Masalah dapat diubah 2
Skala :
 Mudah 2
 Sebagian 1
 TidakDapat 0
3 Potensial Masalah untuk Dicegah 1
Skala :
 Tinggi 3
 Cukup 2
 Rendah 1
4 Menonjolnya Masalah 1
Skala :
 Masalah berat, harus segera 2
ditangani 1
 Ada masalah tetapi tidak perlu 0
ditangani
 Masalah tidakdirasakan

Skoring = Skor x Bobot

Angka Tertinggi

Catatan : Skor dihitung bersama dengan keluarga

b. Faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas :

1) Kriteria 1 :Sifat masalah bobot yang lebih berat diberikan pada tidak/kurang sehat karena yang pertama memerlukan

tindakan segera dan biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga.

2) Kriteria 2 : Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai

berikut : Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani masalah, Sumber daya keluarga

dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga, Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan

waktu, Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam masyarakat dan dukungan masyarakat.

3) Kriteria 3 : Potensi masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu diperhatikan : Kepelikan dari masalah yang

berhubungan dengan penyakit atau masalah, lamanya masalah, yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu

ada, tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang tepat dalam memperbaiki masalah, adanya

kelompok 'high risk" atau kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk mencegah masalah.

4) Kriteria 4 : Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah

kesehatan tersebut. Nilai skor tertinggi yang terlebih dahulu dilakukan intervensi keperawatan keluarga.

3. Perencanaan Keperawatan Keluarga

Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan, yang mencakup tujuan umum dan tujuan khusus

serta dilengkapi dengan kriteria dan standar.Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang

diharapkan dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan (Friedman, 2003).Penyusunan

rencana perawatan dilakukan dalam 2 tahap yaitu pemenuhan skala prioritas dan rencana perawatan (Suprajitmo,
16

2004).Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan tujuan keperawatan.

Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang mengacu pada

bagaimana mengatasi problem/masalah (P) di keluarga, sedangkan penetapan tujuan jangka pendek mengacu pada

bagaimana mengatasi etiologi yang berorientasi pada lima tugas keluarga.

4. Implementasi Keperawatan Keluarga

Tindakan yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga berdasarkan perencanaan mengenai diagnosis yang telah

dibuat sebelumnya. Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup lima tugas kesehatan keluarga menurut Friedman,

2003), yaitu:

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara

memberikan informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan dan endorong sikap emosi

yang sehat terhadap masalah.

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara mengidentifikasi konsekuensi

tidak melakukan tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga, mendiskusikan tentang

konsekwensi tiap tindakan.

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara mendemonstrasikan cara

perawatan, menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah, mengawasi keluarga melakukan perawatan.

d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi sehat, dengan cara

menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga, melakukan perubahan lingkungan dengan seoptimal

mungkin.

e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan cara memperkenalkan fasilitas

kesehatan yang ada di lingkungan keluarga dan membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

Pelaksanaan dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah disusun.Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga yaitu sumber daya keluarga, tingkat pendidikan keluarga, adat

istiadat yang berlaku, respon dan penerimaan keluarga dan sarana dan prasarana yang ada pada keluarga.

5. Evaluasi Keperawatan Keluarga

Evaluasi merupakan komponen terakhir dari proses keperawatan. Evaluasi merupakan upaya untuk

menentukan apakah seluruh proses sudah berjalan dengan baik atau belum. Apabila hasil tidak mencapai tujuan

maka pelaksanaan tindakan diulang kembali dengan melakukan berbagai perbaikan.

Sebagai suatu proses evaluasi ada empat dimensi yaitu :

a. Dimensi keberhasilan, yaitu evaluasi dipusatkan untuk mencapai tujuan tindakan keperawatan.

b. Dimensi ketepatgunaan: yaitu evaluasi yang dikaitkan sumber daya

c. Dimensi kecocokan, yaitu evaluasi yang berkaitan dengan kecocokan kemampuan dalam pelaksanan tindakan

keperawatan.

d. Dimensi kecukupan, yaitu evaluasi yang berkaitan dengan kecukupan perlengkapan dari tindakan yang telah

dilaksanakan (Effendy, 1998)

Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang telah

ditetapkan untuk melihat keberhasilannya.Kerangka kerja evaluasi sudah terkandung dalam rencana perawatan jika
17

secara jelas telah digambarkan tujuan perilaku yang spesifik maka hal ini dapat berfungsi sebagai kriteria evaluasi

bagi tingkat aktivitas yang telah dicapai Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional.Tahapan

evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif dilakukan selama proses asuhan keperawatan,

sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir. (Friedman,2003).

Evaluasi disusun menggunakan SOAP, (Suprajitno,2004) :

 S: Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subyektif oleh keluarga setelah diberikan

implementasi keperawatan.

 O: Keadaan obyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan yang obyektif.

 A : Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif dan obyektif.

 P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis

Laporan Pendahuluan Keperawatan Gerontik

1. DEFINISI LANSIA

Lanjut usia (lansia) adalah populasi manusia yang telah mencapai usia 65 tahun (Touhy & Jett, 2014). Hal

ini serupa dengan yang diemukakan oleh para ahli gerontology yang mengatakan bahwa seseorang dapat dikatakan

lansia apabila telah mencapai usia 65 tahun (Miller, 2012). Lansia sendiri terbagi dalam beberapa tingkatan yaitu

lansia muda dengan rentang usia 65-74 tahun, lansia pertengahan dengan rentang usia 75-84 tahun, lansia sangat

tua dengan rentang usia 85 tahun ke atas (DeLaune & Ladner, 2002; Mauk, 2006).

Menurut undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia di Indonesia menyatakan

bahwa yang dimaksud dengan lansia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Sehingga setiap

penduduk Indonesia yang telah berusia 60 tahun atau lebih telah masuk dalam kategori lansia. Lansia di Indonesia

diklasifikasikan menjadi (1) kelompok usia prasenilis yaitu berusia 45-59 tahun (2) kelompok usia lanjut yaitu
18

berusia 60 tahun ke atas (3) kelompok usia risiko tinggi yaitu berusia 70 tahun ke atas ataupun berusia 60 tahun ke

atas dengan masalah kesehatan (Departemen Kesehatan RI, 2009).

2. PROSES MENUA

Proses menua adalah peristiwa yang akan terjadi pada laki-laki dan perempuan, baik muda maupun tua

(Miller,2012). Hal tersebut dikarenakan proses menua merupakan bagian dari peristiwa siklus kehidupan manusia.

Siklus kehidupan manusia dimulai dari janin dan berakhir pada tahapan lanjut usia dan kematian. Lanjut usia

merupakan tahap akhir perkembangan manusia. Sehingga lansia adalah manusia dewasa yang telah mengalami

proses menua tahap akhir.

3. KLASIFIKASI

Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia.

a. Pralansia (prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

b. Lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

c. Lansia Resiko Tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau

lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003).

d. Lansia Potensial yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat

menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).

e. Lansia Tidak Potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada

bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).

4. KARAKTERISTIK

menurut Keliat (1999) dan Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 Ayat (2) UU No. 13 tentang kesehatan).

b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai

spiritual, serta dari kondisi adaftif hingga kondisi maladaptif.

c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi (Maryam, 2008)

5. TIPE LANSIA

Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan bermacam-macam tipe usia lanjut. Yang menonjol

antara lain:

a. Tipe arif bijaksana.

Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai diri

dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan,

memenuhi undangan, dan menjadi panutan.

b. Tipe mandiri

Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan

dan teman pergaulan, serta memenuhi undangan.


19

c. Tipe tidak puas

Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang proses penuaan, yang menyebabkan

kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi,

pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani dan pengkritik.

d. Tipe pasrah

Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis (“habis gelap datang

terang”), mengikuti kegiatan beribadat, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.

e. Tipe bingung

Lansia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak

acuh (Nugroho, 2008).

6. TUGAS PERKEMBANGAN LANSIA

Menurut Duvall dalam Wong (2008) tugas perkembangan lansia meliputi:

a. mengalihkan peran bekerja dengan masa senggang dan persiapan pensiun atau pensiun penuh

b. memelihara fungsi pasangan dan fungsi individu serta beradaptasi dengan proses penuaan,

c. mempersiapkan diri untuk menghadapi proses kematian dan kehilangan pasangan hidup dan/atau saudara

kandung maupun teman sebaya. Sedangkan menurut Erickson tugas perkembangan pada masa lansia adalah

integritas ego (Stolte, 2003).

Menerima apa yang telah dilakukan seseorang dengan bijak tanpa memperhatikan rasa sakit dan proses

yang terjadi dalam perjalanannya menjadi bagian dari tugas ini. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tugas

perkembangan lansia berinti pada adaptasi dan penyesuaian terhadap perubahan yang terjadi pada lansia baik

dari fisik, psikologis, dan sosial.

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

A. PENGKAJIAN

1. Identitas klien

a. Nama :

b. Umur :

c. Alamat :

d. Pendidikan :

e. Tanggal masuk panti werdha :

f. Jenis kelamin :

g. Suku :

h. Agama :

i. Status perkawinan :
20

j. Tanggal pengkajian :

2. Status kesehatan saat ini

3. Riwayat kesehatan dahulu

a. Penyakit :

b. Alergi :

c. Kebiasaan

4. Riwayat kesehatan keluarga

5. Tinjauan sistem

a. Keadaan umum :

b. Integumen :

c. Kepala :

d. Mata :

e. Telinga :

f. Mulut & tenggorokan :

g. Leher :

h. Dada :.

i. Sistem pernafasan :

j. Sistem kardiovaskuler :

k. Sistem gastrointestinal :

l. Sistem perkemihan :

6. Pengkajian Psikososial dan spritual

a. Psikososial

b. Masalah emosional

c. Spiritual

B. Masalah Keperawatan

a. Nyeri b.d adanya proses inflamasi

b. Resiko cidera b.d

c. Defisiensi penetahuan b.d minimnya informasi penyakit

C. ASUHAN KEPERAWATAN
No. SDKI SLKI SIKI

1. Nyeri b.d adanya proses Tujuan:


inflamasi
Setelah diberikan tindakan - Gunakan teknik komunikasi terapeutik
keperawatan 3x 24 jam, diharapkan untuk mengetahui pengalaman nyeri
pertahanan tubuh klien menjadi - Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
- Kontrol lingkungan yang dapat
lebih kuat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
Kriteria Hasil: pencahayaan, dan kebisingan.
- Kurangi factor predisposisi nyeri
- Mampu mengontrol nyeri - Bantu klien dan keluarga untuk mencari
- Melaporkan nyeri berkurang dan menemukan dukungan
dengan menggunakan - Tingkatkan istirahat
manajemen nyeri
- Mampu mengenali nyeri
- Menyatakan nyaman rasa
21

nyaman setelah nyeri


berkurang
2. Resiko Cidera Tujuan:

Mengontrol resiko - Sediakan lingkungan yang aman dan


nyaman
Kriteria Hasil : - Menghindarkan lingkungan yang
berbahaya
- Klien terbebas dari cidera - Memasang side rail tempat tidur
- Klien mampu menjelaskan - Menepatkan saklar lampu ditempat yang
cara untuk mencegah cidera mudah dijangkau
- Klien mampu menjelaskan - Menyediakan tempat tidur yang nyaman
factor resiko dari lingkungan dan bersih
- Mampu memodifikasi gaya - Menganjurkan keluarga untuk menemani
hidup untuk mencegah injury pasien.

3. Defisiensi penetahuan b.d Tujuan :


minimnya informasi penyakit.
Setelah dilakukan penyuluhan, - Jelaskan patologi dari penyakit dan
diharapkan klien dapat mengerti bagaimana hal ini berhubungan dengan
informasi tentang penyakitnya antomi dan fisiologi.
- Gambarkan tanda dan gejala, proses
Kriteria hasil: penyakit yang biasa muncul pada
penyakit.
- Klien dan keluarga - Identifikasi penyebab
menyatakan pemahaman - Sediakan informasi pada klien dan
tentang penyakit, kondisi, keluarga tentang kondisi.
prognosis dan progam - Diskusikan perubahan gaya hidup yang
pengobatan. mungkin diperlukan untuk mencegah
- Klien dan keluarga mampu komplikasi dimasa yang akan dating dan
menjelaskan kembali apa yang atau proses pengontrolan.
dijelaskan secara benar. - Diskusikan pilihan terapi atau
- Klien dan keluarga mampu penanganan.
menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan tenaga kesehatan.
22

DAFTAR PUSTAKA

Sylvia a price & Lorraine M Wilson. 1994. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.

Persatuan Ahli Penyakit dalam Indonesia.1996.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jilid I edisi
III. Jakarta: Balai Penerbit.

Doengoes, Marilynn E , dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.

Fakultas Kedokteran UI.2000. Kapita Selekta Kedokteran. edisi 3, Jilid I. Jakarta: Media
Aescul

Friedman, M.(2003). Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori, dan Praktek.Ed.5.
Jakarta: EGC

Suprajitno, (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga, Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai