Anda di halaman 1dari 19

TUGAS KOMUNITAS

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KELUARGA

Disusun oleh:

SRI ANDINI PUSPITASARI


NIM : 202073050

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN


STIKES BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2021

1
BAB I

TINJAUAN TEORI

a. KONSEP DASAR KEPERAWATAN KELUARGA


A. PENGERTIAN
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2012).
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya
yang umum: meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosion (Harmoko, 2012).
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan
melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga, pada tatanan komunitas yang
bertujuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan, berlandaskan pada etika dan etiket
keperawatan, dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan (Kelompok
Kerja Keperawatan CHS, 1994; Mc Closkey & Grace, 2001).

B. FUNGSI KELUARGA
Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu :
 FungsiAfektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan
kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Komponen yang perlu dipenuhi oleh
keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah (Friedman, M.M et al., 2010) :
a) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan, saling
menerima, saling mendukung antar anggotakeluarga.
b) Saling menghargai, bila an ggota keluarga saling menghargai dan mengakui
keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan
iklim positif maka fungsi afektif akan tercapai ikatan dan identifikasi ikatan
keluarga di mulai sejak pasangan sepakat memulai hidup baru.
 Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu
untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah,

2
ibu dan orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam hal ini keluarga dapat Membina
hubungan sosial pada anak, Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan
tingkat perkembangan anak, dan Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.
 Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi
kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah
meneruskan keturunan.
 Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota
keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal.
 Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan keperawatan,
yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau merawat anggota keluarga yang sakit.
Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan
masalah kesehatan.

C. TIPE-TIPE KELUARGA
Menurut ( Friedman 2010 ), dibagi menjadi :
 Keluarga tradisional:
a) Keluarga Inti adalah keluarga yang terbentuk karena pernikahan, peran
sebagai orang tua, atau kelahiran terdiri atas suami, istri, dan anak-anak
mereka (biologis, adopsi ataukeduanya).
b) Extended Family adalah keluarga yang didalamnya tinggal seorang anak
dengan minimal salah satu orang tua dan seseorang diluar anggota keluarga
inti, baik memiliki hubungan kekerabatan maupun tidak.
c) Keluarga Tanpa Anak, salah satu tipe varian keluarga ini tradisional adalah
keluarga tanpa anak, di Amerika Serikat sekitar 5% wanita atau lebih pernah
menikah sengaja tidak memiliki anak dimasa yang akan datang, presentase
tersebut diprediksi meningkat hingga 10% bukan hanya disebabkan oleh
penundaan persalinan pernikahan dan pola persalinan, tetapi karena saat ini
tersedia banyak pilihan pendidikan dan karir bagiwanita
d) Keluarga Adopsi, merupakan membentuk keluarga dengan cara lain. Dengan
semakin majunya pengetahuan, jenis lain dari adopsi dapat diperoleh melalui
teknologi. Keluarga adopsi yang baru akan tercipta ketika anak adopsi cocok
dan sifat genetik yang serupa, anak lahir melalui orang tua pengganti, dan

3
akhirnya lahir dari kloning embrio. Defisini keluarga adopsi yang futuristik
dan meluas ini baru saja mulai dibahas didalamliteratur.
e) Keluarga Orang Tua Tiri, angka menikah lagi yang tinggi menyebabkan
pesatnya pertumbuhan keluarga orang tua tiri atau keluarga campuran.
Keluarga seperti ini juga dikenal sebagai “keluarga yang menikah lagi” yang
dapat terbentuk dengan atau tanpa anak, dan “keluarga yang terbentuk
kembali”. Biasanya, tipe seperti keluarga ini terdiri atas seorang ibu, anak
kandung ibu tersebut dan seorang ayahtiri.
f) Dewasa Lajang Yang Tinggal Sendirian, Banyak wanita lansia yang tinggal
sendiri, tetapi peningkatan jumlah orang yang tinggal sendiri terjadi pada
orang dewasa 20-an dan 30-an. Banyak klien rawatan rumah, terutama lansia
yang mengalami penyakit kronik atau individu cacat, adalah orang dewasa
yang tinggal sendiri ini tampaknya tidak biasanya mereka memiliki sebuah
extended family, saudara kandung, atau anak-anak yang mereka kenali
sebagai keluarganya. Keluarga individu yang tinggal sendiri adalah bagian
dari beberapa bentuk jaringan keluarga yang longgar. Jika jaringan ini tidak
terdiri atas kekerabatan, jaringan ini dapat terdiri atas teman-teman seperti
mereka yang tinggal dirumah pensiun, rumah jompo, atau hidupbertetangga.
g) Keluarga Orang Tua Tunggal, Keluarga orang tua tunggal adalah keluarga
dengan ibu (83% keluarga) atau ayah (17% keluarga) sebagai kepala rumah.
Keluarga orang tua tunggal tradisional adalah keluarga dengan kepala rumah
tangga duda/janda yang bercerai, ditelantarkan, atau berpisah. Keluarga
orang tua tunggal nontradisional adalah keluarga yang kepala keluarganya
tidak menikah.
h) Dual-Earner Family, dengan semakin banyak pekerjaan yang ditempati oleh
wanita yang menikah , 68% keluarga dengan dua orang tua saat ini adalah
Dual-earner family (kedua pasangan berpenghasilan). Pada kenyataannya,
kebanyakan bentuk keluarga yang saat ini adalah Dual-earner family, baik
memiliki anak maupun tidak memiliki anak. Pada kebanyakan Dual-earner
family, baik keduanya bekerja karena kebutuhan ekonomi.
 Keluarga non tradisional :
a) Keluarga dengan orang tua yang tidak pernah menikah dan anak– biasanya
ibu dan anak.
b) Keluarga pasangan yang tidak menikah dengan anak-biasanya tipe
pernikahan berdasarkankesepakatan.
c) Pasangan heteroseksual cohabiting (kumpul kebo)- pasangan yang tinggal
tanpamenikah.

4
d) Keluarga homoseksual – individu dengan jenis kelamin yang sama tinggal
bersama seperti layaknya “pasanganmenikah”.
e) Augment family – terdiri rumah tangga atas keluarga inti atau keluarga orang
tua tunggal bersama dengan satu individu yang tidak memiliki hubungan
darah ataulebih.
f) Keluarga komini – terdir rumah tangga lebih dari satu pasangan monogami
dengan anak, saling berbagi fasilitas yang sama,sumber daya dan pengalaman
: sosialisasi anak-anak merupakan aktivitas kelompok.
g) Keluarga asuh – terdiri rumah tangga atas satu orang tua atau dua orang
dengan anak asuh dan dapat juga anak kandung orang tua tersebut.

D. TUGAS DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

Menurut Friedman dalam buku Jhonson & Leny (2010) tahap dan tugas perkembangan
keluarga :

1. Pasangan baru (keluarga baru), membentuk masing-masing individu laki-laki dan


perempuan melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan (psikologis) keluarga
masing-masing:
a) Membina hubungan intim yang memuaskan.
b) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial.
c) Mendiskusikan rencana memiliki anak.
2. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama), keluarga yang menantikan
kelahiran, dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut
sampai anak pertama berusia 30 bulan :
a) Persiapan menjadi orangtua.
b) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, Peran, interaksi, hubungan sexsual
dan kegiatan keluarga.
c) Dengan mempertahankan hubungan yang memuaskan pasangan.
3. Keluarga dengan anak pra-sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat
anak berusia 5 bulan :
a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi
dan rasa aman.
b) Membantu anak untuk bersosialisasi.
c) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain
harus terpenuhi.

5
d) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga
(keluarga lain dan lingkungan sekitar).
e) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang paling repot).
f) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
g) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.
4. Keluarga dengan anak sekolah

Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan
berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota
keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk :

a) Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan.


b) Mempertahankan keintiman pasangan.
c) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk
kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
5. Keluarga dengan anak remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir
sampai 6-7 tahun :
a) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat
remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya.
b) Dalam keluarga Mempertahankan hubungan intim.
c) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua.
d) Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
e) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
6. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir
pada saat anak terakhir meninggalkan rumah :
a) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b) Mempertahankan keintiman pasangan.
c) Membantu orang tua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua.
d) Membantu anak untuk mandiri dimasyarakat.
e) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
7. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal :
a) Mempertahankan kesehatan.
b) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan sebaya dan anak-anak.
c) Meningkatkan keakraban pasangan.

6
8. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai saat salah satu pasangan
meninggal sampai keluarganya meninggal :
a) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
b) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan
fisik dan pendapatan.
c) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.
d) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
e) Melakukan life review (merenungkan hidupnya).

E. TUJUAN KEPERAWATAN KELUARGA


Secara umum tujuan pelayanan keperawatan keluarga adalah mengoptimalkan fungsi
dan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan dan mempertahankan
status kesehatan anggotanya. Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai adalah
peningkatan kemampuan keluarga dalam :
1. Keluarga mampu melaksanakan tugas pemeliharaan kesehatan keluarga dan
menangani masalah kesehatan meliputi :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
b. Memutuskan tindakan yang cepat dan tepat untuk mengatasi masalah
kesehatan keluarga
c. Melakukan tindakan perawatan kesehatan yang tepat kepada anggota keluarga
yang sakit, mempunyai gangguan fungsi tubuh dan/atau keluarga yang
membutuhkan bantuan sesuai dengan kemampuan keluarga
d. Memelihara dan memodifikasi lingkungan keluarga (fisik, psikis dan sosial)
sehingga dapat meningkatkan kesehatan keluarga
e. Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat untuk memperoleh
pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan keluarga
2. Keluarga memperoleh pelayanan keperawatan sesuai kebutuhan
3. Keluarga mampu berfungsi optimal dalam memelihara hidup sehat anggota
keluarganya (Keputusan Menteri Kesehatan No. 908 tentang Pelayanan
Keperawatan Keluarga).

F. SASARAN KEPERAWATAN KELUARGA


Sasaran asuhan keperawatan keluarga adalah :
1. Keluarga sehat, memerlukan antisipasi terkait dengan siklus perkembangan
manusia dan tahapan tumbang, fokus pada promosi kesehatan dan pencegahan
penyakit.

7
2. Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu keluarga dengan: ibu
hamil yang belum ANC, ibu nifas yang persalinannya ditolong oleh dukun dan
neonatusnya, balita tertentu, penyakit kronis menular yang tidak bisa diintervensi
oleh program, penyakit endemis, penyakit kronis tidak menular atau keluarga
dengan kecacatan tertentu (mental atau fisik).
3. Keluarga dengan resiko tinggi, yaitu keluarga dengan ibu hamil yang memiliki
masalah gizi, seperti anemia gizi berat (HB kurang dari 8 gr%) ataupun Kurang
Energi Kronis (KEK), keluarga dengan ibu hamil resiko tinggi seperti perdarahan,
infeksi, hipertensi, keluarga dengan balita dengan BGM, keluarga dengan neonates
BBLR, keluarga dengan usia lanjut jompo atau keluarga dengan kasus percobaan
bunuh diri.
4. Keluarga dengan tindak lanjut perawatan

G. RUANG LINGKUP KEPERAWATAN KELUARGA


Pelayanan keperawatan keluarga mencakup Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) yang diberikan kepada klien sepanjang rentang
kehidupan dan sesuai tahap perkembangan keluarga. Berbagai bentuk upaya pelayanan
kesehatan baik upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, maupun resosialitatif.
a) Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan keluarga dengan
melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan, peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan
baik individu maupun semua anggota keluarga, pemeliharaan kesehatan lingkungan,
olahraga teratur, rekreasi dan pendidikan seks.
b) Upaya preventif untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan
terhadap keluarga melalui kegiatan imunisasi, pemeriksaan kesehatan berkala melalui
posyandu, puskesmas dan kunjungan rumah, pemberian vitamin A, iodium, ataupun
pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui.
c) Upaya kuratif bertujuan untuk mengobati anggota keluarga yang sakit atau masalah
kesehatan melalui kegiatan perawatan orang sakit dirumah, perawatan orang sakit
sebagai tindaklanjut dari Pukesmas atau rumah sakit, perawatan ibu hamil dengan
kondisi patologis, perawatan buah dada, ataupun perawatan tali pusat bayi baru lahir
d) Upaya rehabilitatif atau pemulihan terhadap pasien yang dirawat dirumah atau
keluarga-keluarga yang menderita penyakit tertentu seperti TBC, kusta dan cacat fisik
lainnya melalui kegiatan latihan fisik pada penderita kusta, patch tulang dan lain
sebagainya, kegiatan fisioterapi pada penderita stroke, batuk efektif pada penderita
TBC, dll.

8
e) Upaya resosialitatif adalah upaya untuk mengembalikan penderita (anggota keluarga)
ke masyarakat yang karena penyakitnya dikucilkan oleh masyarakat seperti, penderita
AIDS, kusta dan wanita tuna susila.

H. KEGIATAN POKOK KEPERAWATAN KELUARGA


Berdasarkan dengan lingkup pelayanan keperawtan keluarga, maka kegiatan pelayanan
keperawatan yang dilakukan mencakup :
1. Melaksanakan tindakan keperawatan (nursing treatment) sesuai kebutuhan
perkembangan keluarga.
2. Melakukan tindakan kolaborasi dengan tim kesehatan terkait, seperti tim medik, gizi,
fisioterapi, dan lain-lain.
3. Melakukan observasi (pengamatan) dan pemantauan status kesehatan seluruh anggota
keluarga.
4. Melakukan tindakan kedaruratan dalam pelayanan keperawatan keluarga.
5. Melakukan kontrol infeksi (infection control) dirumah.
6. Melakukan konseling baik yang bersifat dorongan maupun kritikal.
7. Melibatkaan keluarga dalam penanganan masalah kesehatan anggotanya dan
pemantauaan keteraturan atau kepatuhan klien dan keluarga melaksanakan intervensi
keperawatan dan pengoban.
8. Memfasilitasi pemanfaatan sumber-sumber dikomunitas guna menunjang
penanganaan masalah kesehatan anggota keluarga.
9. Melakukan rujukan terutama kasus kontak serumah.
10. Melakukan perawatan tindak lanjut (follow up care) serta penilaian hasil.
11. Melakukan kolaborasi lintas program dan lintas sektor untuk meningkatkan
pelayanan keperawatan keluarga.
12. Melakukan keperawatan kesehatan dirumah (home health nursing).
13. Melakukan pendokumentasian pelayanan dan asuhan keperawatan keluarga.
(Keputusan Menteri Kesehatan No. 908 tentang Pelayanan Keperawatan Keluarga)

I. PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN ASUHAN KEPERAWATAN


KELUARGA
Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan keluarga diantaranya
adalah:
a. Sebagai penyedia pelayanan (Care provider)

9
Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah keperawatan
yang ada, merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan
dan mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan kepada keluarga.
b. Sebagai Pendidik dan konsultan (Nurse Educator and Counselor)
Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga secara terorganisir dalam
rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang
diharapkan dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi
tatanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal
yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Di dalamnya diberikan
dukungan emosional dan intelektual.
Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu : pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses keperawatan dalam fase
pengkajian seorang perawat mengkaji kebutuhan pembelajaran bagi pasien dan
kesiapan untuk belajar. Selama perencanaan perawat membuat tujuan khusus dan
strategi pengajaran. Selama pelaksanaan perawat menerapkan strategi pengajaran dan
selama evaluasi perawat menilai hasil yang telah didapat (Mubarak, 2005).
c. Sebagai Panutan (Role Model)
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik
dalam bidang kesehatan kepada keluarga tentang bagaimana tata cara hidup sehat
yang dapat ditiru dan dicontoh oleh anggota keluarga
d. Sebagai pembela (Client Advocate)
Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya melalui
pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat. Seorang pembela klien adalah pembela
dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk di dalamnya peningkatan apa yang terbaik
untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien
(Mubarak, 2005).
Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab membantu
klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi
pelayanan dan dalam memberikan informasi hal lain yang diperlukan untuk
mengambil persetujuan (Informed Concent) atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepadanya.
Tugas yang lain adalah mempertahankan dan melindungi hak-hak klien,
harus dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi
dengan banyak petugas kesehatan (Mubarak, 2005).
e. Sebagai Manajer kasus (Case Manager)

10
Perawat kesehatan keluarga diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan
pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas dan
tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
f. Sebagai kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara
bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli radiologi,
dan lain-lain dalam kaitanya membantu mempercepat proses penyembuhan klien
Tindakan kolaborasi atau kerjasama merupakan proses pengambilan keputusan
dengan orang lain pada tahap proses keperawatan. Tindakan ini berperan sangat
penting untuk merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan (Mubarak, 2005).
g. Sebagai perencana tindakan lanjut (Discharge Planner)
Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah menjalani
perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit. Perencanaan ini dapat
diberikan kepada keluarga yang sudah mengalami perbaikan kondisi kesehatan.
h. Sebagai pengidentifikasi masalah kesehatan (Case Finder)
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada
keluarga yang menyangkut masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul
serta berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah, observasi dan
pengumpulan data.

i. Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Services)


Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan, merencanakan
dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien. Pelayanan
dari semua anggota tim kesehatan, karena klien menerima pelayanan dari banyak
profesional (Mubarak, 2005).
j. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and Leader)
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif
merubah atau yang membantu orang lain membuat perubahan pada dirinya atau pada
sistem. Marriner torney mendeskripsikan pembawa peubahan adalah yang
mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi dan kemampuan klien untuk
berubah, menunjukkan alternative, menggali kemungkinan hasil dari alternatif,
mengkaji sumber daya, menunjukkan peran membantu, membina dan
mempertahankan hubungan membantu, membantu selama fase dari proses perubahan
dan membimibing klien melalui fase-fase ini (Mubarak, 2005).
Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari perawatan.
Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat membantu klien untuk
merencanakan, melaksanakan dan menjaga perubahan seperti : pengetahuan,

11
ketrampilan, perasaan dan perilaku yang dapat meningkatkan kesehatan (Mubarak,
2005).
k. Fasilitator
Membantu keluarga menghadapi kendala dengan memfasilitasi kebutuhan keluarga
yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan.

12
BAB II
KONSEP ASKEP KELUARGA (FCN)

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


MODEL Family Center Nursing FRIEDMAN 1998

PENGKAJIAN KELUARGA
PENGKAJIAN ANGGOTA
 Identifikasi data demografi
KELUARGA
dan sosiokultural  Pengumpulan data
 Riwayat & tahap  Validasi data  Fisik
perkembangan keluarga  Pengorganisasian data  Mental
 Lingkungan  Pencatatan data  Emosional
 Struktur keluarga  Sosial
 Fungsi keluarga  Spiritual
 Stres dan mekanisme koping
 Pemfis (head to toe)
 Harapan keluarga

 Analisis data
 Merumuskan diagnosis
DIAGNOSIS KEP KELUARGA
 Validasi diagnosis
 Prioritas

PERENCANAAN

1. Menetapkan tujuan
2. Identifikasi sumber daya keluarga
3. Memilih intervensi yang sesuai
4. Prioritaskan intervensi

IMPLEMENTASI

Melalui sumber-sumber yang dimiliki keluarga

EVALUASI

1. Kemampuan keluarga melakukan 5 tugas kesehatan keluarga


2. Tingkat kemandirian keluarga
3. Budaya hidup sehat keluarga

13
Menurut teori / model family center nursing friedman, meliputi 7 komponen pengkajian yaitu :

A. Pengkajian
1) Data Fokus
Identitas kepala keluarga, komposisi keluarga, genogram, tipe keluarga, suku bangsa,
agama, status sosial ekonomi keluarga, dan aktivitas rekreasi keluarga
2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
 Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembengan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga
ini yaitu keluarga memasuki perkembangan tahap II yaitu keluarga sedang
mengasuh anak dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 8
bulan.
Tugas perkembangan: Perubahan peran menjadi orang tua, Perubahan hiatan
perselisihan dan argumentasi suami dan isteri, interupsi dalam jadual yang
continue, kehidupan seksual dan sosial terganggu, (2) Adaptasi dengan
perubahan anggota keluarga : Peran, interaksi, kebutuhan – kebutuhan,
keselamatan, keterbatasan, toilet training, komunikasi bayi, (3)
Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangannya:
pembentukan kembali pola komunikasi, Pembentukan perasaan, perkawinan,
hubungan seksual menurun, konseling KB, hubungan perkawinan yang
kokoh dan bergairah sangat penting bagi stabilitas dan moralkeluarga
Masalah kesehatan : Pendidikan maternitas, Perawatan bayi yang baik,
Pengenalan dan penanganan masalah kesehatan fisik secara dini, Imunisasi,
Tumbuhkembang.
 Riwayat keluargainti
Adanya riwayat anggota keluarga yang terkena gangguan perkembangan
pada motorik kasar anak yang mempunyai resiko terhambatnya tumbuh
kembang.
 Riwayat keluargasebelumnya
3) Pengkajian lingkungan
 Karakteristik rumah yang cukup nyaman, ventilasi cukup, status rumah yang
dihuni keluaraga adalah rumah sendiri.
 Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal, yang meliputi tetangga
yang ada di sekitar rumah keluarga cukup ramah. Keluarga tinggal di
pedesaan,sehingga jarak antara rumah dengan tetangga tidak berhimpitan
karena masih banyak lahan yang kosong. Warga memiliki kebiasaan
mengadakan kerja bakti. Penduduk setempat juga mempunyai kebiasaan
apabila ada tetangga yang sakit mereka saling membantu. Keluarga merasa
nyaman tinggal di pedesaan tersebut karena keluarga merasa tetangga-
tetangga sekitar saling membantu dan tidak merugikan dalam berbagaihal.
 Fasilitas transportasi
Transportasi merupakan sarana yang penting dan sangat diperlukan agar
mendapatkan pelayanan kesehatan dengan segera. Ketiadaan sarana
transportasi menjadikan masyarakat enggan berkunjung ke pelayanan
kesehatan sehingga kondisi akan semakin memburuk.
 Perkumpulan keluarga dan interaksi denganmasyarakat

14
Keluarga sering mengajarkan kepada keluarga tentang kebersamaan ,
sehingga keluarga saling menghormati dengan masyarakat sekitar. Keluarga
mengatakan perkumpulan di masyarakat sangat berguna yaitu untuk
memecahkan masalah-masalah yang ada di lingkungan dan tempat
berinteraksi antar tetangga(silahturahmi)., dan mengikuti acara pengajian
tahlilan bapak-bapak.
 System pendukungkeluarga
Dalam keluarga terdapat sistem pendukung yang sifatnya positif yaitu jika
ada masalah dalam keluarga biasanya di selesaikan secara bersama-sama dan
terbuka, rasa saling memaafkan, ada rasa saling menyayangi dan mengasihi
dalam anggota keluarga, hubungan antar anggota keluarga cukup baik,
keluarga menanamkan pola hidup sederhana.
4) Struktur Keluarga
 Pola komunikasi keluarga
Berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga merupakan
tugas keluarga, dan dapat menurunkan beban masalah.
 Struktur kekuatan keluarga
Dalam urusan pengambilan keputusan yang diambil adalah dengan
musyawarah bersama terlebih dahulu, namun untuk pengambilan keputusan
terakhir adalah pemegang keputusan yang mempunyai hak dalam
menentukan masalah dan kebutuhan dalam mengatasi masalah perkembangan
motorik kasar pada anak.
 Strukturperan
Peran antar kelurga menggambarkan perilaku interpersonal yang
berhubungan dengan masalah kesehatan dalam posisi dan situasitertentu.
 Nilai dan normakeluarga.
Beban kasus keluarga sangat bergantung pada nilai kekuasaan dan kebutuhan
akan asuhan keperawatan keluarga.
5) Fungsi keluarga
 Fungsi afektif
Perhatian yang diberikan sudah cukup, karena keluarga menyadari adanya
kebutuhan-kebutuhan seperti kebutuhan terhadap makanan dan kasih sayang,
namun untuk memberikan kesempatan anaknya untuk bermain terlalu
dibatasi, sehingga klien tidak mendapatkan kesempatan untuk
mengembangkan ketrampilannya.
 Fungsi sosialisasi
Tingkat pengetahuan masyarakat rendah, sehingga dalam proses sosialisasi
masyarakat, keluarga tidak mendapatkan informasi yang tepat tentang
masalah perkembangan anaknya dan penangauarga mengenal masalah,
mengambil keputusan, merawat anggota keluarga, memodifikasi lingkungan,
dan keluarga menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan masyarakat.
 Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah: Berapa
jumlah anak yang direncakan oleh keluarga , bagaimana keluarga
merencakan jumlah anggota keluarga, adakah penggunaan alat kontrasepsi
6) Stress dan koping keluarga
 Stressor jangka pendek dan stressor jangka panjang

15
Stesor jangka pendek yaitu stesor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu kurang lebih 6 bulan. Stesor jangka panjang yaitu
stesor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu
lebih dari 6 bulan.
 Respon keluarga terhadapstress
Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi /
stesor
 Strategi koping yang digunakan
Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
 Strategi adaptasi disfungsional
Menjelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan
keluarga bila menghadapi permasalahan. Adakah cara keluarga mengatasi
masalah secara maladaptive.
7) Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas
kesehatan yang ada.

B. Diagnosa Keperawatan Keluarga


a) Problem / masalah
Suatu pertanyaan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh
keluarga atau anggota keluarga.
b) Etiologi
 Mengenal masalah kesehatan keluarga
 Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
 Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
 Mempertahankan suasana rumah yang sehat
 Menggunakan fasilitas kesehatan
c) Symptom
Sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh perawatan dari keluarga
secara langsung atau tidak langsung. Diagnosis keperawatan keluarga dibagi menjadi
3 kelompok :
 Diagnosa aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh
keluarga dan memerlukan bantuan perawat dengan cepat
 Diagnosa resiko / resiko tinngi adalah masalah keperawatan yang belum
terjadi tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadi
dengan cepat apabila tidak segera mendapat bantuan perawat
 Diagnosa potensial adalah suatu keadaan sejahtera dan keluarga ketika
keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai
sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan

C. Perencanaan Keperawatan Keluarga


Perencanaan disusun dengan penekanan pada partisipasi klien, keluarga dan
koordinasi dengan tim kesehatan lain. Perencanaan mencakup penentuan prioritas masalah,
tujuan, dan rencana tindakan(Ni Made Riasmini, Henny Permatasari, Reni Chairini, 2017).
Tahapan penyusunan perencanaan keperawatan keluarga adalah sebagai berikut:
a. Menetapkan Prioritas Masalah

16
Menetapkan prioritas masalah/dignosis keperawatan keluaraga adalah menggunakan
skala menyusun prioritas dari Maglaya (2009).
Skala untuk Menentukan Prioritas (Maglaya, 2009)

No KRITERIA SKOR BOBOT


1. Sifat masalah:
Aktual 3 1
Resiko 2
Potensial 1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah:
Mudah 2 2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
3. Potensi masalah untuk dicegah:
Tinngi 3 1
Cukup 2
Rendah 1
4. Menonjolnya masalah: 1
Segera 2
Tidak perlu 1
Tidak dirasakan 0

Cara skoring :

 Tentukan skor untuk setiap kriteria


 Skor dibagi dengan makna tertinggi dan kalikan dengan bobot (Skor : angka
tertinggi ) X bobot
 Jumlahkan skor untuk semua kriteria

D. Implementasi

Merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga dimana perawat
mendapat kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga untuk mendapat perbaikan
kearah perilaku hidup sehat.

E. Evaluasi

Merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria


hasil dan standart yang telah di tetapkan untuk melihat keberhasilan.

Metode evaluasi keperawatan :

 Evaluasi formatif atau proses


Adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan dan
bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan

17
kegiatan yang dilakukan. Sistem penulisan evaluasi formatif ini biasanya
ditulis dalam catatan kemajuan atau SOAP.
 Evaluasi sumatif atau hasil
Adalah evaluasi hasil yang bertujuan untuk menilai secara keseluruhan.
Sistem penulisan evaluasi sumatif ini dalam bentuk catatan negatif atau
laporan ringkasan.

DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, 2012. Keperawatan Keluarga. Jogjakarta:Graha Ilmu.

Harmako.2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.

Komang Ayu, 2012. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta:Sagung seto.

18
Keputusan Menteri Kesehatan No. 908 tentang Pelayanan Keperawatan Keluarga

Sudiharto. 2005. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan Keperawatan


Transkultural. Jakarta: EGC.

19

Anda mungkin juga menyukai