Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Keluarga


1. Pengertian Keluarga
Keluarga secara tradisional adalah kumpulan dua atau lebih dari individu yang
terikat dalam hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkutan (adopsi)
dan bertempat tinggal di dalam satu rumah tangga yang sama, berinteraksi satu
sama lain dan didalam perannya masing masing menciptakan serta
mempertahankan kebudayan (Friedman, Bowden, & Jones. 2003, dalam Kaakinen
et al. 2015).
2. Tipe Keluarga
Menurut Harmoko (2012), keluarga dibagi menjadi dua tipe yaitu keluarga
tradisional dan non-traditional yang lebih jauh dijelaskan sebagai berikut:
a. Tipe keluarga tadisional
1) The Nuclear Family (keluarga inti), yaitu keluarga yang trediri atas suami,
istri, dan anak, baik anak kandung maupun anak angkat.
2) The dyad family (keluarga dyad, suatu rumah tangga yang terdiri dari atas
suami dan istri tanpa anak.
3) Single parent, yaitu keluarga yang terdin atas satu orang tua dengan misal
(kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau
kematian.
4) Single adult, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri atas satu orang dewas.
Tipe ini dapat terjadi pada seorang dewasa yang tidak menikah atau tidak
mempunyai suami.
5) Extended family, keluarga yang terdiri atas keluarga inti ditambah
keluarga laini, seperti paman, bibi, kakek, keponakan dan sebagainya. Tipe
keluarga ini banyak dianut keluarga Indonesia terutama di daerah
pedesaan.
6) Middle-age or elderly couple, suami dengan pencari uang, istri di rumah
kedua-duanya bekerja dirumah anak-anak sudah meninggalkan rumah
karena sekolah perkawinan meniti karir.
7) Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling
berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan, seperti dapur dan
kamar mandi yang sama.
b. Tipe keluarga non-tradisional
1) Unmarried parent and child family, yaitu keluarga yang terdiri atas orang
tua dan anak dari hubungan tanpa nikah.
2) Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu
3) The nonmarital heterosexual ihabiting family, keluarga yang hidup
bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan
4) Fester family, kelturga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/
saudara dalam waktu sementara, pada saat orang tua amk tersebut perlu
mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya
3. Struktur Keluarga
Struktur keluarga menurut Friedman (2010), digambarkan sebagai berikut:
a. Struktur komunikasi Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila
dilakukan secara jujar, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai dan hierarki
kekuatan. Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi apabila
tertutup, adaya isu atau berita negatif, tidak berfokus pada satu hal, dan selalu
mengulung isu dan pendapat sendiri.
b. Struktur peran
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi
sosial yang diberikan. Jadi pada struktur poran bisa bersifat formal atau
informal Posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat misal,
status sebagai istri/suami
c. Struktur kekuatan Struktur kekuatan salah kemampuan diri individu untuk
mengontrol, mempengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain.
d. Struktur nilai dan norma Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang
mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu Sedangkan norma adalah
pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu, lingkungan
keluarga, dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga.
4. Fungsi Keluarga
Tendapat lima fungsi keluarga menurut Stanhope & Lancaster (2012), yaitu fungsi
ekonomi, fungsi reproduksi, fungsi sosulisasi, fungs afektf, dan fungsi perawatan
kesehatan, yang dijelaskan sebagai berikut.
a. Fungsi Ekonomi. Fungsi ekonomi keluarga berkatan dengan pola konsumsi
keluarga, pengelolaan keuangan, penyediaan perumahan, asuransi, dana
pensiun dan tabungan. Pendapatan keluarga merupakan faktor yang sangat
penting dan harus tersedia di dalam keluargi
b. Fungsi Reproduksi. Fungsi reproduksi keluarga merupakan sebuah bentuk
jaminan keberlangsungan antar generasi keluarga dan masyarakat, yaitu
memberikan anggota baru kepada masyarakat.
c. Fungsi Sosialisasi Fungsi sosialisasi adalah proses sepnjang hidup ketika
individu secara berkelanjutan memodifikasi perilaku mereka sebagai respon
terhadap keadaan yang terpola secara sosial yang mereka alami Fungsi
sosialisasi mencakup semua proses dalam sebuah keluarga atau komunitas
melalui pengalaman selama hidup mereka yang pent makna dan terdiri dari
unsur karakteristik yang berpola secara sosial
d. Fungsi A felt if Fungsi afektif merupakan kemampuan keluarga dalam
memelihara lingkungan keluarga yang saling asuh atau saling menyayangi.
Fungsi afektif sebagai respon terhadap berbagai kebutuhan anggota keluarga
tidak dapat terpenuhi secara adekuat maka akan menimbulkan tekanan dalam
keluarga, gangguan kesehatan dan kesedihan lebih dari satu anggota keluarga.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan
fungsi keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan maalah kesehatan
yang memberdayakan sumber daya keluarga dan berbasis keluarga. Fungsi
perawatan keluarga bukan hanya sebagai fungsi esemisal dan dasar keluarga,
tetapi fungsi yang mengemban fokus setral dalam keluarga agar keluarga
berfungsi dengan baik dan sehat.
5. Peran Keluarga
Menurut Setiawan (2016), setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-
masing, antara lain:
a. Ayah. Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunayi peran sebagai pencari
nafkah, mendidik, pelindung atau pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap
anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.
b. Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuhan pendidikan anak-anak,
pelindung keluarga, sebagai pencari nafkah tambahan keluarga dan juga
sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu.
c. Anak Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan
fisik, mental, sosial dan spiritual.
6. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga
Berikut ini tahap dan tugas-tugas perkembangan keluarga menurut Nies dan
McEwen (2019).
a. Keluarga Pemula atau Pasangan Baru. Perkawinan dari sepasang insan
menandai bermulanya sebuah keluarga baru. Keluarga yang menikah atau
prokreasi dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan
baru yang intim. Tahap perkawinan atau pasangan menikals saat ini
berlangsung lebih lambat. Tugas-tugas perkembangan keluarga pensila ata
pasangan baru adalah sebagai berikut.
1) Menciptakan sebuah perkawinan yang saling memaskan.
2) Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.
3) Merencanakan keluarga
b. Keluarga Menanti Kelahiran Anak. Tahap ini dimulai dengan kelahiran anak
pertama sampai bayi berusia 30 bulan. Tugas-tugas perkembangan keluarga
pada tahap ini adalah sebagai berikut.
1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap
(mengintegrasikan bayi baru ke dalam keluarga).
2) Rekonsiliasi (penetapan) tugas-tugas perkembangan yang bertentangan
dan kebutuhan anggota keluarga.
3) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskun
4) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan menambahkan
peran orang tua dan kakek nenek
c. Keluarga dengan Anak Usia Pra Sekolah Tahap perkembangan ini dimulai
ketika anak pertama berusia 2.5 tahun dan berakhir anak pada usia 5 tahun.
Sekarang keluarga mungkin terdiri dari 3 sampai 5 orang. Tugas tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah sebagai berikut.
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti ruma ruang bermain privasi
keamanan
2) Mengintegrasi anak yang baru baru sementara tetap memenuhi kebutuhan
anak anak yang lain
3) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan
perkawinan. dan hubungan orang tua dan anak) dan di luar keluarga
(keluarga besar dan komunitas).
d. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah. Tahap ini dimulai ketika anak pertama
telah berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan bemkhir pada usia 13
tahun, awal dari masa remaja. Tugas-tugas perkembangan keluarga pada tahap
ini adalah sebagai berikut.
1) Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan
mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat.
2) Mempertahankan hubungn perkawinan yang memuaskan
3) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga
e. Keluarga dengan Anik Remaja. Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun,
tahap kelima dari siklus kehidupan keluarga dimulai. Tahap ini berlangsung
selama 6 hingga 7 tahun, meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika anak
meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih tinggal di
rumah hingga 19 atau 20 tahun. Tugas-tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini adalah sebagai berikut.
1) Menyembangkan kebebasan dan tanggung jawab ketika remaja menjadi
dewasa dan semakin mandiri
2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan. Berkomunikasi secara
terbuka antara orang tua dan anak-anak
f. Keluarga yang Melepaskan Anak Usia Dewasa Muda Permulaan dari fase
kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak pertama sampai ketika anak terakhir
meninggalkan rumah orang tua Tahap ini dapat berjalan singkat atau agak
panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang ada dalam rumah atau
berapa banyak anak yang belum menikah yang masih tinggal di rumah setelah
tamat dari SMA dan perguruan tinggi. Meskipun tahap ini biasanya
berlangsung dalam 6 sampai 7 tahun, namun tahap melepaskan anak juga
dapat berlangsung lebih lama dalam keluarga dengan dua orang tua. Pada
banyak keluarga di Indonesia tahap ini tidak dilampaui karena akan ada anak
yang menemani orangtuanya walaupun telah menikah atau membentuk
keluarga baru. Tugas-tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
sebagai berikut
1) Memperluas siklus keluarga dengan memasukan anggota keluarga baru
yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak.
2) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan.
3) Membantu orangtua lanjut usia dan sakit-sakitan baik pihak suami maupun
istri.
g. Keluarga lansia. Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan
salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensian, terus berlangsung
hingga salah satu pasangan meninggal, dan berakhir dengan pasangan lain
meninggal Tugas-tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah sebagai
berikut
1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
2) Menyesuaikan terhadap pendapat yang menunum.
3) Mempertahankan hubungan perkawinan.
4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
5) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
6) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahun dan integrasi
hidup).
7. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
Menurut Nies & McEwen (2019), tugas kesehatan keluarga terdiri dari lima tugas
yaitu:
a. Mengenali masalah kesehatan pada anggota keluarga Upaya untuk memahami
masalah kesehatan belum dilakukan oleh banyak keluarga Sering terjadi
anggapan yang salah karena informasi yang diperoleh secara turun temurun
atau pengaruh dari aspek budaya, sehingga kurang memperhatikan perubahan
kondisi kesehatan diri.
b. Membuat keputusan yang berkaitan dengan upaya pengobatan/perawatan
Keputusan keluarga mengatasi masalah kesehatan seringkali terkendala karena
keputusan keluarga menunggu nasehat dari orang tua atau orang yang dituakan
di dalam keluarga besar.
c. Melakukan upaya perawatan untuk menghilangkan kondisi sakit pada anggota
keluarga. Keluarga perlu mengenali berbagai kondisi yang dapat menjadi
penyebab gangguan kesehatan atau ancaman kesehatan yaitu kondisi yang
dapat menyebabkan munculnya penyakit, kecelakaan atau kegagalan
mengenali potensi kesehatan.
d. Pemeliharaan kesehatan pada lingkungan rumah yang kondusif. Keluarga
diharapkan mampu melakukan pemeliharaan lingkungan di dalam dan sekitar
rumah sehingga dapat mengoptimalkan lingkungan dalam memelihar
kesehatan
e. Memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada Keluarga diharapkan memiliki
pengetahuan tentang fasilitas kesehatan di sekitar rumah dan menggunakan
fasilitas kesehatan tersebut untuk memelihara kesehatan keluarga.
Ketidakmampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan
dapat menyebabkan hambatan dalam pemeliharaan kesehatan keluarga
8. Tingkat kemandirian Keluarga
Adapun tingkat kemandirian keluarga dilihat dari tujuh kriteria yang kemampuan
yang telah dicapai oleh keluarga yaitu (Riasmini et al., 2017):
1. Kriteria 1: keluarga menerima perawat
2. Kriteria 2: keluarga menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana
keperawatan keluarga
3. Kriteria 3 keluarga tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya
secara benar
4. Kriena 4: keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan pelayanan kesehatan
sesuai anjuran
5. Kriteria 5: keluarga melakukan tindakan keperawatan sederhana yang sesuai
anjuran
6. Kriteria 6: keluarga melakukan tindakan pencegahan secara aktif
7. Kriteria 7 kelurga melakukan tindakan promotif secara aktif
B. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Tuberkulosis (TB) paru merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan
oleh bakteri dan biasanya menyerang bagian paru-paru manusia (Amin dan Bahar,
2006). Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan okh
kuman Tuberkulosis (oycobacterion tuberculina) yang ditularkan melalui udara
(drople cle) saat seorang pasien Tuberkulosis batuk dan percikan ludah yang
mengandung hakteri tersebut terhirup oleh orang lain saat berupas (Widoyano,
2008).
2. Etiologi
Tuberkulosis para disebabkan oleh mycobacterium berculou yang ditemukan
pertama kali oleh Robert Koch pada tahun 1882. Mycobacterium nuberculosis
yang disebut pula sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA) merupakan kuman atau
bakteri yang menyebabkan penyakit TB. Kuman batang aerobik dan tahan asam
ini dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit. Bakteri ini tahun selama
1-2 jam di udara, di tempat yang lembab dan gelap bisa berbulan-bolan namun
tidak tahan terhadap sinar matahari atau aliran udara. (Price dan Wilson, 2005).
3. Patofisiologi
Infeksi diawali dengan seseorang menghirup basil A. Tuberculosis. Bakteri
menyebur melalui jalan napas menuju alveoli lalu berkembang biak Basil juga
bisa menyebar melalui sistem life dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal,
tulang, dan korteks serebri) dan area lain dari paru-paru (lobus atas). Selanjutnya
kekebalan tubuh membenkan respon dengan melakukan reaksi imflamasi.
Neutrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan bakteri), sementara
limfosit spesifik-tuberkulosis menghancurkan (melisiskan) basil jaringan normal.
Paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang, mengakibatkan timbulnya
bronkopneumoni, membentuk tuberkel dan seterusnya (Somantri, 2007).
4. Manifestasi Klinis
Keluhan atau gejala yang ditunjukkan oleh penderita tuberkulosis par sangatlah
bervariasi. Pembahasan ini akan disebutkan gejala-gejala yung paling banyak
dirasakan oleh penderita TB menurut Depkes (2008), yaitu batuk berdahak selama
dua sampai tiga minggu atau lebih, dahak bercampur darah, batuk berdarah, batuk
ini terjadi karena adanya iritasi bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang
produk-produk radang keluar. Gejala lainnya juga berkeringat malam hari tanpa
kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan, panas badan penderita TB
kadang-kadang dapat mencapai 40-41 "C. Biasanya demam ini berupa demam
influenza yang hilang timbul, sehingga pasien merasa tidak pemah terbebas dri
serangan demam influenza Keluhan ini sangat dipengaruhi berat atau ringannya
infeksi kuman yang masak (Amin dan Bahar, 2006). Gejala yang biasanya muncul
juga adalah sesak napas. Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah
lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru. Malaise juga
merupakan salah satu gejala yang biasa dialami oleh penderita TB. Gejala badan
lemas, nafsu makan menurun, malaise sering ditemukan berupa anoreksin tidak
ada nafsu makan, badan makin kurus, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat
malam, dan lain-lain. Gejala ini hilang timbul secara tidak teratur juga (Amin dan
Bahur, 2006)
5. Klasifikasi
Klasifikasi pasien tuberkulosis paru berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya
dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu pertama pasien baru dalah pasien yang belum
pernah diobati dengan OAT (Obat Anti Tuberkulosis) atau sudah pernah menelan
OAT kurang dari satu bulan (4 minggu). Kedua pasien kambuh (relaps) adalah
pasien tuberkulosis yang sebelumnya pemah mendapat pengobatan tuberkulosis
dan telah dinyatakan sembah atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali
dengan BTA positif (apusan atau kultur). Ketiga pengobatan setelah putus berobat
(default) adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih
dengan BTA positif. Keempat passen gagal (failure) adalah pasien yang hasil
pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan
kelima atau lebih selama pengobatan Kelima pasien pindahan (transfer in) adalah
pasien yang dipindahkan dari Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) yang memiliki
register tuberkulosis lain untuk melanjutkan pengobatannya. Keenam yaitu lain-
lain adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Kelompok ini
termasuk kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif
setelah selesai pengobatan ulangan (Kemenkes, 2011)
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang perlu dilakukan untuk mengetahui seseorang terkena TB
paru, berikut menurut Arjatmo, dkk (2003) pemeriksaan penunjang yang harus
dilakukan, yaitu:
a. Kultur sputum yaitu positif untuk wycobacterion nuberculosis pada tahap aktif
penyakit.
b. Zich-neelsch (pemeriksaan asam cepat pada gelas kaca untuk ucapan cairan
darah). yaitu positif untuk hasil asam-cepat.
c. Tes kulit (PPD,mantoux pogan vollmer), yaitu reaksi positif (ures indurusi
10mm lebih besar terjack 48-72 jam setelah injeksi intradelmal antigen)
menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya anti bodi tetapi tidak secara berarti
menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik
sakit berarti bahwa tuberculosis aktif tidak dapat di turunkan infeksi di
sebabkan oleh bacterium yang berada.
d. Foto chorak: dapat menunjukan infiltrasi lesi awal pada area paru atas,
simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau efusi cairan. Perubahan
menunjukkan lebih luas tuberkulosis dapat termasuk ronggarea fibrosa.
Histology/kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster, urine din cairan
serebrospinal biospi kulit), yaitu positif untuk mycobacterium tuberculosis
e. Biopsi jarum pada jaringan paru, positif ur pranuloma tuberculos; adanya sel
raksasa menunjukkan nekrosis.
f. Elektrolit, dapat tidak normal tergantung padalokasi dan beratnya infeksi
contoh hat ream disebabkan oleh tidak normalnya resisten air dapat ditemukan
pada tuberkulosis paru kronis luas.
g. GAD: dapat normal tergantung lokasi berat dan kerusakan sisa pada paru
h. Pemeriksaan fungsi paru: penurunan kapasitas vital peningkatan ruang mati
peningkatan rasio udara residu dan kapasitas parus total dan penurunan
saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis kehilangan
jaringan paru.dan penyakit pleural (tuberkulosis paru kronis fuas).
C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data umum. nama KK alamat, pekerjaan KK, Pendidikan KK, Komposisi
keluarga, genogram, Tipe keluarga, suku bangsa, agama, status sosial, dan
kegiatan rekreasi
b. Riwayar tahap perkembangan: tahap perkembangan keluarga saat ini, tahap
keluarga yang belum terpenuhi, riwayat kesehatan keluarga, dan riwayat
kesehatan keluarga sebelumnya
c. Keadaan lingkungan: karakteristik rumah, karakteratik komunitas, interaksi
dengan komunitas, dan sistem pendukung keluarga. d. Strukar keluarga dan
gerontik: pola komunikasi keluarga, struktur kekuatan, peran,
d. Fungsi keluarga: fungsi afektif, sosial, keperawatan kesehatan, reproduksi, dan
ekonomi.
e. Stres dan koping keluarga: stressor yang dimiliki, respon keluarga terhadap
stressor, strategi koping dan strategi adaptasi yang disfungsi
f. Pemeriksaan fisik (Somantri, 2007): Pada tahap dini sulit diketahui Ronchi
basah, kasur, dan nyaring, Pada keadaan lanjut terjadi atropi, retraksi
interkostal, dan fibrosis. Hilang mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi
suara pekak).
g. Hampun kelurga berkaitan dengan kesehatan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Analisis data
Data: meliputi data subjektif dan objektif
Masalah label diagnosis keperawatan yang menggambarkan inti dari respons
klien terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupannya (PPNI, 2017)
Penyebab berhubungan dengan 5 tugas keluarga terhadap masalah kesehatan.
b. Rumusan Diagnosis Keperawatan
1. Manajemen keluarga tidak efektif
2. Ketidakmampuan koping keluarga
3. Pemeliharaan koping keluarga tidak efektif
c. Skoring masalah keperawatan keluarga

No Kriteria Skor Bobot


1 Sifat Masalah
Skala : 1. Aktual 3 1
2. Resiko 2
3. Keadaan sejahtera/diagnosis sehat 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala : 1. Mudah 2 2
2. Sebagian 1
3. Tidak dapat 0
3 Potensi masalah untuk dicegah
Skala : 1. Tinggi 3 1
2. Cukup 2
3. Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
Skala : 1. Masalah dirasakan dan harus segera 2 1
ditangani
2. Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani 1
3. Masalah tidak dirasakan 0

d. Intervensi Keperawatan
e. Evaluasi
1. Perawat bertanggung jawab untuk mengevaluasi status dan kemajuan
keluarga terhadap pencapaian hasil dari tujuan keperawatan yang telah
ditetapkan sebelumnya
2. Kegiatan evaluasi meliputi mengkaji kemajuan status kesehatan keluarga ,
membandingkan respons keluarga dengan kriteria hasil dan
menyimpulkan hasil kemajuan masalah dan kemajuan pencapaian tujuan
keperawatan keluarga
3. Perawat akan mencatat hasil evaluasi dalam lembar evaluasi atau
dalam catatan kemajuan
4. Format ini digunakan apabila implementasi keperawatan dan evaluasi
didokumentasikan dalam satu catatan yang disebut Catatan Kemajuan
S: adalah hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subyektif
setelah dilakukan intervensi keperawatan.
O: adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara obyektif setelah
dilakukan intervensi keperawatan
A: adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada
tujuan keperawatan dan criteria hasil terkait dengan diagnosis.
P: adalah perencanaan yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisis
respon keluarga .

DAFTAR PUSTAKA

Arjatino, T., dkk. (2003). Huku Ajar m Pesakit Dalam Jakarta: FKUL
Amin, Z., & Bahar, A. (2006), Huku ajar ilmu penyakit dalam Jilid II. Jakarta: Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokter Universitas Indonesia.
Berman, Audrey (2012). Rozier & Erb's fundamentals of nursing concepts, process, and
practic, USA: Pearson Education Departemen Kesehatan (2008). Pedoman aromal
penanggulangan berkador. Jakarta: Depkes RI.
Friedman, Marilyn M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga riset teori & praktik, alih
Bahasa, Achir Yani S. Hamid, editor edisi Bahasa Indonesia, Estu Tiar - Ed. 5.
Jakarta EGC
Gulanick, Meg & Myers JL (2014) Nursing care plans diagunes, interventions, and outcomes.
Philadelphia: Elsevier. Harmoko (2012). Alan Keperawatan Keluarga, Semurang:
Pustaka Pelajar Kaakinen, J. R., Hanson, S. M. H., & Denham, S. (2010). Family
health care nursing: An introduction. In J. W. Kaakinen, V. Gedaly-Duff, D. P.
Cochlo, & S. M. H. Hanson (Eds.), Family health care nursing. Theory, practice and
rentierch (4th ed., pp. 3-33) Philadelphi PA: F. A. Davis.
Kemenkes (2011). Pedoman nasional pengendalian tuberkulosis. Jakarta: Kemenkes RI
Malagya, A.S. (2009), Nursing Practice in Community Philadelphia: Argonauto Corporation.
Nies, Mary A., dan McEwen, Melanie. (2019) Keperawatan Kesehatan Komunitas
dan Keluarga Editor: Dra. Jumaiti S, Agus S. Dr. Ni Made R. Singapore: Elsevier
PPNI (2017), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik
Jakarta: DPP PPNI
Price, S.A., & Wilson, L.M. (2005) Profisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Jilid
11. Jakarta: EGC
Riasmini, Ni Made, et al (2017) Panduan Akan Keperawatan Individu, Keluarga Kelompok,
dan Komunitax dengan Modifikasi NANDA, ICNP, NOC, alan NIC di Pas dan
Masyarakat. Jakarta: Ul-Press.
Somantri, Iman (2007). Asuhan Keperawatan dapa Pasien dengan Garan Sistem Pernapasan.
Jakarta: Salemba Medika Smeltzer, SC & Bare, B.G. (2016) Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Sudarsh (Devi & Amelia, penerjemah). Jakarta: EGC Stanhope,
M. and Lancaster J. (2012). Community Public Health Nursing St Louis-Missouri:
Moshy
Widoyano (2008) Penyakit tropik epidemiologi penularan, pencegahan dan pemberantasanya
Jakarta: Penerbit Erlangga

Anda mungkin juga menyukai