Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN TB PARU

A. Konsep Keluarga
a. Pengertian Keluarga
Beberapa definisi keluarga, antara lain sebagai berikut :
a) Keluarga merupakan orang yang mempunyai hubungan resmi, seperti ikatan
darah, adopsi, perkawinan, atau perwalian, hubungan sosial (hidup bersama) dan
adanya hubungan psikologis / ikatan emosional (Siti Nur

Kholifah, 2016)
b) Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing
yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman, 1998) dalam Salvari Gusti
(2013)

c) Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suamiistri,
suami-istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (UU No.10
tahun 1991) dalam Salvari Gusti (2013)

b. Karakteristik Keluarga

a) Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan,
atau adopsi

b) Anggota keluarga hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan
satu sama lain

c) Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai


peran sosial : suami, istri, anak, kakak, adik

d) Mempunyai tujuan yaitu menciptakan dan mempertahankan budaya dan


meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota (Salvari Gusti,
2013)

c. Tipe Keluarga

Berbagai tipe keluarga sebagai berikut :

a) Tipe keluarga tradisional, terdiri atas beberapa tipe yaitu:

1. The Nuclear Family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri atas suami,
istri, dan anak, baik anak kandung maupun anak angkat
2. The dyadic family (keluarga dyad), keluarga baru yang terbentuk dari
pasangan yang telah bercerai atau kehilangan pasangannya.

3. Single parent, yaitu keluarga yang terdiri atas satu orang tua dengan anak
(kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau
kematian.

4. Single adult, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri atas satu orang dewasa.
Tipe ini dapat terjadi pada seorang dewasa yang tidak menikah atau tidak
mempunyai suami.

5. Extended family, keluarga yang terdiri atas keluaga inti ditambah keluarga
lain, seperti paman, bibi, kakek, dan sebagainya. Tipe keluarga ini banyak
dianut oleh keluarga indonesia terutama di daerah pedesaan.

6. Middle-aged or elderly couple, orang tua yang tinggal sendiri dirumah


(baik suami/istri atau keduanya), karena anak-anaknya sudah membangun
karir sendiri atau sudah menikah.

7. Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling


berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan, seperti dapur dan
kamar mandi yang sama.

b) Tipe keluarga non tradisional


Tipe keluarga ini tidak lazim ada di indonesia, terdiri atas beberapa tipe
sebagai berikut:

1. Unmarried parent and child family, yaitu keluarga yang terdiri atas orang tua
dan anak dari hubungan tanpa nikah.

2. Cohabitating couple, Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan


perkawinan karena beberapa alas an tertentu

3. Gay and lesbian family, seorang yang mempunyau persamaan jenis kelamin
tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami istri.
4. The non marital hetero sexual cohabiting family, keluarga yang hidup
bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.

d. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman 1998, fungsi keluarga adalah sebgai berikut :


1. Fungsi Afektif (the effective function) adalah fungsi keluarga yang utama
untuk mengajarkan segala sesuatu mempersiapkan anggota keluarga
berhubungan dengan orang lain.

2. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social


placement function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak
untuk berkehidupan sosial rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar
rumah

3. Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk


mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga

4. Fungsi ekonomi (the economic function) yaitu keluarga berfungsiuntuk


memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk
mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga

5. Fungsi perawatan / pemeliharaan kesehatan (the health care function) yaitu


fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi.

e. Tugas Keluarga di bidang kesehatan

Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan


ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Asuhan
keperawatan keluarga, mencantumkan lima tugas keluarga meliputi :

1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat


bagi keluarga

3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit / mengalami


gangguan kesehatan

4. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin


kesehatan keluarga

5. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan


(Komang Ayu, 2010).

f. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga

a. Tahap Keluarga Pemula atau Pasangan Baru


Tugas perkembangan keluarga pemula antara lain membina hubungan
yang harmonis dan kepuasan bersama dengan membangun perkawinan yang
saling memuaskan, membina hubungan dengan orang lain dengan
menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis, merencanakan
kehamilan dan mempersiapkan diri menjadi orang tua.

b. Tahap keluarga sedang mengasuh anak


Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini yaitu membentuk keluarga
muda sebagai suatu unit, mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuaskan, memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan
menambahkan peran orang tua kakek dan nenek dan mensosialisasikan dengan
lingkungan keluarga besar masing- masing pasangan.

c. Tahap keluarga dengan anak usia pra sekolah

Tugas perkembangannya adalah memenuhi kebutuhan anggota


keluarga, mensosialisasikan anak, mengintegrasikan anak yang baru sementara
tetap memenuhi kebutuhan anak yang lainnya, mempertahankan hubungan
yang sehat dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai dan norma
kehidupan, mulai mengenalkan kultur keluarga, menanamkan keyakinan
beragama, memenuhi kebutuhan bermain anak.

d. Tahap keluarga dengan anak usia sekolah

Tugas perkembangannya adalah mensosialisasikan anak termasuk


meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan dan mengembangkan
hubungan dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga,
membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas
sekolah.

e. Tahap keluarga dengan anak remaja

Tugas perkembangan pada tahap ini yaitu menyeimbangkan kebebasan


dan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan
kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua
dan anak-anak, memberikan perhatian, memberikan kebebasan dalam batasan
tanggung jawab, mempertahankan komunikasi dua arah.

f. Tahap keluarga yang melepas anak usia dewasa muda


Tugas perkembangannnya adalah memperluas siklus keluarga dengan
memasukkan anggota keluarga baru yang didapat melalui perkawinan anak-
anak, melanjutkan untuk memperbaharui hubungan perkawinan, membantu
orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami maupun istri, membantu anak
mandiri, mempertahankan komunikasi, memperluas hubungan keluarga antara
orang tua dengan menantu, menata kembali peran dan fungsi setelah
ditinggalkan anak.
g. Tahap orang tua usia petengahan
Tugas perkembangannya adalah menyediakan lingkungan yang
meningkatkan kesehatan, mempertahankan hubungan yang memuaskan dan
penuh arti para orang tua dan lansia, memperkokoh hubungan perkawinan,
menjaga keintiman, merencanakan kegiatan yang akan datang, memperhatikan
kesehatan masing-masing pasangan, tetap menjaga komunikasi dengan anak-
anak.

h. Tahap keluarga dalam masa pensiun dan lansia


Tahap perkembangan keluarga ini adalah yaitu mempertahankan
pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang
menurun, mempertahankan hubungan perkawinan, menyeuaikan diri terhadap
kehilangan pasangan, mempertahankan ikatan keluarga antar generasi,
meneruskan untuk memahami eksistensi mereka, saling memberi perhatian yang
menyenangkan antar pasangan, merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu tua
seperti berolahraga, berkebun, mengasuh cucu.

B. Konsep Dasar TB Paru


a. Pengertian
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman Mycrobacterium Tuberculosis. Sebagian besar kuman tuberculosis menyerang
paru tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lainnya (Depkes, 2008). Tuberkulosis
merupakan infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang dapat
menyerang pada berbagai organ tubuh mulai dari paru dan organ di luar paru seperti
kulit, tulang, persendian, selaput otak, usus serta ginjal yang sering disebut dengan
ekstrapulmonal TBC (Chandra, 2012).

Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi yang menyerang paru-paru yang
secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis
jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada
orang lain (Santa Manurung, 2013).

Tuberculosis adalah suatu penyakit menular yang paling sering mengenai


parenkim paru, biasanya disebabkan oleh Micobacterium tuberculosis. Penyakit
tersebut dapat menyebar hampir ke setiap bagian tubuh, termasuk meninges, ginjal,
tulang, dan nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi dalam 2 sampai 10 minggu
setelah pajanan. (Smeltzer, 2015, p:525).

Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan. Individu kemudian
dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau ketidak efektifan respon imun.
b. Etiologi
Tuberculosis paru merupakan penyakit menular yang di sebabkan oleh basil
Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran
panjang 1-4 mm dan tebal 0,3-0,6 mm. Struktur kuman ini terdiri dari atas asam lipid
(lemak) yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam, serta dari berbagai
gangguan kimia dan fisik. Kuman ini juga tahan berada di udara kering dan keadaan
dingin (misalnya di dalam lemari es) karena sifatnya yang dormant ,yaitu dapat
bangkit kembali dan menjadi lebih aktif. Selain itu kuman ini bersifat aerob.
Tuberculosis paru merupakan infeksi pada saluran pernafasan yang vital. Basil
Mycobacterium masuk ke dalam jaringan paru melalui saluran napas (droplet
infection) sampai alveoli dan terjadilah infeksi primer (Ghon). Kemudian di kelenjar
getah bening terjadilah primer kompleks yang di sebut tuberculosis primer. Dalam
sebagian kasus, bagian yang terinfeksi ini dapat mengalami penyembuhan.
Peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil
Mycobacterium pada usia 1-3 tahun. Sedangkan, post primer tuberculosis
(reinfection) adalah peradangan yang terjadi pada jaringan paru yang disebabkan
oleh penularan ulang. (Ardiyansah ( buku Medikal Bedah ) , 2012 , p. 300)

c. Patofisiologi
Bakteri Tuberculosis masuk kedalam tubuh melalui udara ( droplet infection).
Dengan begitu masuk melalui jalan nafas dan menempel pada paru mengakibatkan
terjadinya infeksi primer. Infeksi primer dapat menyebakan kesembuhan dan
penyebaran bakteri secara bronkogen, limfogen dan hematogen. Infeksi primer
sembuh dengan fokus ghon (sarang dari mycobacterium). Infeksi pasca-primer
menyebabkan bakteri dorman. Bakteri muncul beberapa tahun kemudian setelah
sembuh dengan fibrotik mengakibatkan kurang pengetahuan. Reaksi infeksi terjadi
setelah sembuh mengakibatkan peningkatan produksi sekret dan menjadi batuk
sehingga terjadi masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Selain itu juga terjadi
radang tahunan di bronkus, berkembang menghancurkan jarigan sekitar kemudian
menjadi batuk berat dan mengalami mual muntah dan terjadi masalah perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan. Setelah mengalami reaksi infeksi mengakibatkan
radang tahunan di bronkus dan berkembang menghancurkan jaringan sekitar,
membentuk jaringan keju kemudian keluar secret saat batuk. Batuk menjadi
produktif mengakibatkan droplet infeksion dan terhirup orang sehat yang
mengakibatkan resiko infeksi.

d. Manifestasi Klinis
1. Demam 40-41°c, serta ada batuk / batuk darah
2. Sesak nafas dan nyeri dada
3. Malaise, keringat malam
4. Anoreksia, Penurunan berat badan
5. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit
6. Bunyi napas hilang dan ronkhi kasar, pekak pada saat perkusi

e. Kalsifikasi
Menurut Kemenkes RI tahun 2011, penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien
Tuberkulosis memerlukan suatu definisi kasus yang meliputi empat hal yaitu :

1) Klasifikasi Tuberkulosis berdasarkan lokasi atau organ tubuh yang sakit yaitu:
a) Tuberkulosis Paru adalah Tuberkulosis yang terjadi pada parenkim (jaringan
paru). Tuberkulosis Milier dianggap sebagai Tuberkulosis Paru karena adanya
lesi pada jaringan paru. Pasien yang menderita Tuberkulosis Paru dan
Tuberkulosis EkstraParu diklasifikasikan sebagai pasien Tuberkulosis Paru.

b) Tuberkulosis Ekstra Paru adalah Tuberkulosis yang terjadi pada organ


selainParu, misalnya: pleura, kelenjar limfe, abdomen, saluran kencing, kulit,
sendi, selaput otak dan tulang.LimfadenitisTuberkulosis di rongga dada atau
efusi pleura tanpa terdapat gambaran radiologis yang mendukung Tuberkulosis
Paru dinyatakan sebagai Tuberkulosis Ekstra Paru. Pasien Tuberkulosis Ekstra
Paru yang menderita Tuberkulosis pada beberapa organ diklasifikasikan
sebagai pasien Tuberkulosis Ekstra Paru pada organ yang menunjukkan
gambaran Tuberkulosis yang terberat.

2) Klasifikasi Tuberkulosis berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis


(bakteriologi). Adapun klasifikasi Tuberkulosis Paru berdasarkan hasil
pemeriksaan dahak mikroskopis (bakteriologis) yaitu Tuberkulosis Paru BTA
Positif dan Tuberkulosis Paru BTA Negatif.

a) Tuberkulosis BTA Positif adalah hasil positif yang ditemukan pada


pemeriksaan dahak Sewaktu, Pagi, Sewaktu (SPS) : sekurang - kurangnya
duadari tiga spesimen dahak hasilnya positif atau satu spesimen dahak hasilnya
positif dan thorak foto positif atausatu spesimen dahak hasilnya positif dan
hasil biakan kuman positif atau satu atau lebih spesimen positif setelah tiga
spesimen dahak padapemeriksaan sebelumnya negatif.

b) Tuberkulosis BTA Negatif adalah hasil negatif yang ditemukan pada


pemeriksaan dahak Sewaktu, Pagi, Sewaktu (SPS) dan hasil foto thorak
terdapat gambaran spesifik Tuberkulosis Paru.

3) Klasifikasi Tuberkulosis berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya:


pasienTuberkulosis Baru dan pasien Tuberkulosis yang sudah pernah diobati.
Klasifikasi penderita Tuberkulosis berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya
yaitu:

a) Kasus baru

Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah menelan
OAT kurang dari satu bulan (empat minggu). Pemeriksaan BTA bisa positif
atau negatif.

b) Kasus kambuh
Adalah penderita tuberkulsis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didignosis
kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).

c) Kasus setelah putus berobat


Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat dua bulan atau lebih
dengan BTA positif.

d) Kasus setelah gagal


Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali
menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.

e) Pindahan
Adalah pasien yang dipindahkan keregister lain untuk melanjutkan
pengobatannya.

f) Kasus Lain-lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas, seperti yang tidak
diketahui riwayat pengobatan sebelumya, pernah diobati tetapi tidak diketahui
hasil pengobatannya, kembali diobati dengan BTA negatif.

Klasifikasi Tuberkulosis berdasarkan status HIV : Kasus Tuberkulosis dengan HIV


Positif, kasus Tuberkulosis dengan HIV Negatif dan Kasus Tuberkulosis dengan
status HIV tidak diketahui. (Kemenkes RI, 2016)

f. Komplikasi
Menurut Wahid & Imam (2013), dampak masalah yang sering terjadi pada TB paru
adalah:

a) Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat


Mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan
nafas.

b) Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.


c) Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan
ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
d) Pneumothorak (adanya udara dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan
karena kerusakan jaringan paru. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak,
tulang persendian, ginjal dan sebagainya.

g. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita TB paru adalah:

a. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan Laboratorium: Pemeriksaan darah tepi pada umumnya akan


memperlihatkan adanya:

1) Anemia, terutama bila penyakit berjalan menahun


2) Leukositosis ringan dengan predominasi limfosit
b. Pemeriksaan sputum.
Pemeriksaan sputum / dahak sangat penting karena dengan di ketemukannya
kuman BTA diagnosis tuberculosis sudah dapat di pastikan. Pemeriksaan dahak
dilakukan 3 kali yaitu: dahak sewaktu datang, dahak pagi dan dahak sewaktu
kunjungan kedua. Bila didapatkan hasil dua kali positif maka dikatakan
mikroskopik BTA positif. Bila satu positif, dua kali negatif maka pemeriksaan
perlu diulang kembali. Pada pemeriksaan ulang akan didapatkan satu kali positif
maka dikatakan mikroskopik BTA negatif.

a. Ziehl-Neelsen (pewarnaan terhadap sputum, Positif jika ditemukan bakteri


tahan asam.

b. Skin test (PPD, Mantoux)


Hasil tes mantoux dibagi menjadi dalam :
1) Indurasi 0-5 mm (diametenya) : mantoux negative
2) Indurasi 6-9 mm (diameternya) : hasil meragukan
3) Indurasi 10-15 mm (diameternya) : hasil mantoux positif
4) Indurasi lebih 16 mm (diameternya): hasil mantoux positif kuat
5) Reaksi timbul 48-72 jam setelah injeksi antigen intra cutan, berupa indurasi
kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni persenyawaan

6) Reaksi timbul 48 – 72 jam setelah injeksi antigen intra kutan, berupa indurasi
kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit yakni persenyawaan antara
antibody dan antigen tuberculin.

e. Rontgen dada, menunjukkan adanya infiltrasi lesi pada paru-paru bagian atas,
timbunan kalsium dari lesi primer atau penumpukan cairan. Perubahan yang
menunjukkan perkembangan tuberkulosis meliputi adanya kavitas dan area
fibrosa.
f. Pemeriksaan histology / kultur jaringan, Positif bila terdapat mikobakterium
tuberkulosis.

g. Biopsi jaringan paru, menampakkan adanya sel-sel yang besar yang


mengindikasikan terjadinya nekrosis.

h. Pemeriksaan fungsi paru


Turunnya kapasitas vital, meningkatnya ruang fungsi, meningkatnya rasio
residu udara pada kapasitas total paru, dan menurunnya saturasi oksigen
sebagai akibat infiltrasi parenkim / fibrosa, hilangnya jaringan paru, dan
kelainan pleura (akibat dari tuberkulosis kronis).

h. Penatalaksanaan
Tuberkulosis paru terutama diobati dengan agens kemoterapi selama periode 6 –
12 bulan. 5 medikasi garis depan digunakan : Isoniasid (INH), Rifampin (RIF),
Streptomisin (SM), Etambutol (EMB), dan Pirasinamid (PZA).

Pengobatan yang direkomendasikan bagi kasus tuberkulosis paru yang baru


didiagnosa adalah regimen pengobatan beragam, terutama INH, RIIF, PZA selama 4
bulan, dengan INH dan RIF dilanjutkan untuk tambahan 2 bulan

(totalnya 6 bulan).
C. Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan informasi
secara terus-menerus tentang keluarga yang dibina. Pengkajian merupakan langkah
awal pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga yang terdiri dari beberapa tahap
meliputi (Komang Ayu, 2010) :

a. Data Umum :
1) Identitas Kepala keluarga
2) Komposisi anggota keluarga
3) Genogram
4) Tipe keluarga
5) Suku bangsa
6) Agama
7) Status sosial ekonomi keluarga
8) Aktifitas rekreasi keluarga
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga :
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
3) Riwayat keluarga inti
4) Riwayat keluarga sebelumnya
c. Lingkungan :
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal
3) Mobilitas geografis keluarga
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
5) Sistem pendukung keluarga
d. Struktur Keluarga :
1) Pola komunikasi keluarga
2) Struktur kekuatan keluarga
3) Struktur Peran
4) Nilai dan Norma Keluarga
e. Fungsi Keluarga :
1) Fungsi Afektif
2) Fungsi Sosialisasi
3) Fungsi Perawatan kesehatan
g. Stress / Penyebab masalah dan koping yang dilakukan keluarga :
1) Stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek
2) Respon keluarga terhadap stress
3) Strategi koping yang digunakan
4) Strategi adaptasi yang disfungsional
h. Pemeriksaan fisik (Head to toe) :
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota kelurga tisak berbeda jauh
dengan pemeriksaan fisik pada klien di klinik atau rumah sakit yang meliputi
pemeriksaan head to toe.

i. Harapan Keluarga :
1) Terhadap masalah kesehatan keluarga
2) Terhadap petugas kesehatan yang ada

a. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu, keluarga
atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual dan
potensial (Allen, 1998) dalam Salvari Gusti (2013)

Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapatkan


pada pengkajian, komponen diagnosa keperawatan meliputi :

a. Problem atau masalah


b. Etiologi atau penyebab masalah
c. Tanda Sign dan Gejala (symptom)
Secara umum faktor-faktor penyebab / etiologi yaitu : ketidaktahuan,
ketidakmampuan. Ketidakmampuan yang mengacu pada 5 tugas keluarga, antara
lain:

a. Mengenal Masalah
b. Mengambil keputusan yang tepat
c. Merawat anggota keluarga
d. Memelihara / Memodifikasi lingkungan
e. Memanfaatkan fasilitas kesehatan
Setelah data dianalisa dan dtetapkan masalah keperawatan keluarga, selanjutnya
masalah kesehatan keluarga yang ada perlu diprioritaskan bersama keluarga dengan
memperhatikan sumber daya dan sumber dana yang dimiliki keluarga. Prioritas
masalah asuhan keperawatan keluarga dibuat dengan menggunakan proses skoring.

Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh (Bailon dan
Maglaya, 1978) dalam Suprajitno (2012) yaitu dengan cara:

a. Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat


b. Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot
c. Jumlah skor untuk semua kriteria (skor maksimum sama dengan jumlah
bobot, yaitu 5)

Tabel 1 Prioritas Masalah Asuhan Keperawatan Keluarga


No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat masalah :
Tidak / kurang sehat / Aktual 3
Ancaman kesehatan / Resiko 2 1
Krisis atau keadaan sejahtera/potensial 1

2 Kemungkinan masalah dapat dirubah:


Dengan mudah 2
Hanya sebagian 1 2
Tidak dapat 0

3 Potensial masalah untuk dicegah :


Tinggi 3
Cukup 2 1
Rendah 1

4 Menonjolnya masalah :
Masalah berat harus segera ditangani 2
Ada masalah, tetapi tidak perlu segera ditangani 1 1
Masalah tidak dirasakan 0

Skor yang diperoleh Bobot

Skor Tertinggi

Jenis-Jenis Diagnosa Keperawatan Keluarga :

a. Diagnosa Aktual, menunjukkan keadaan yang nyata dan sudah terjadi saat
pengkajian keluarga

b. Diagnosa Resiko / Resiko Tinggi, merupakan masalah yang belum terjadi pada
saat pengkajian, namun dapat terjadi masalah aktual jika tidak dilakukan tindakan
pencegahan dengan cepat

c. Potensial / Wellness, merupakan proses pencapaian tingkat fungsi yang lebih


tinggi, atau suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah mampu
memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumper penunjang kesehatan
yang memungkinkan dapat ditingkatkan (Suprajitno, 2012)
Beberapa diagnosa keperawatan keluarga yang dapat dirumuskan pada anggota
keluarga dengan TB Paru sesuai dengan pathway diatas adalah :

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubung dengan ketidakmampuan keluarga


merawat anggota keluarga yang sakit

b. Hipertermia karena proses penyakit TB Paru berhubung dengan ketidakmampuan


keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

c. Gangguan pertukaran gas karena proses penyakit TB Paru berhubung dengan


ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubung dengan


ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

e. Resiko tinggi penyebaran infeksi pada orang lain berhubung dengan


ketidakmampuan keluarga memelihara / memodifikasi lingkungan

f. Resiko tinggi penyebaran infeksi pada diri sendiri (klien) berhubung dengan
ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat

g. Kurang pengetahuan berhubung dengan ketidakmampuan keluarga mengenal


masalah kesehatan

b. Intervensi Keperawatan
Intervensi / Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang
ditentukan perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan dan
keperawatan yang telah diidentifikasi dari masalah keperawatan yang sering muncul
(Salvari Gusti, 2013)

Perencanaan keperawatan keluarga mencakup tujuan umum dan tujuan khusus


yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan kriteria dan standar yang
mengacu pada penyebab. Selanjutnya merumuskan tindakan keperawatan yang
berorientasi pada kriteria dan standar.

Langkah-langkah dalam rencana keperawatan keluarga adalah :


a. Menentukan sasaran atau goal
b. Menentukan tujuan atau objektif
c. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang dilakukan
d. Menentukan kriteria dan standar kriteria
Standar mengacu kepada lima tugas keluarga sedangkan kriteria mengacu pada 3 hal
yaitu :
a. Pengetahuan (kognitif), intervensi ini ditujukan untuk memberikan informasi,
gagasan, motivasi, dan saran kepada keluarga sebagai target asuhan keperawatan
keluarga

b. Sikap (Afektif), intervensi ini ditujukan untuk membantu keluarga dalam berespon
emosional, sehingga dalam keluarga terdapat perubahan sikap terhadap masalah
yang dihadapi

c. Tindakan (Psikomotor), intervensi ini ditujukan untuk membantu keluarga dalam


perubahan perilaku yang merugikan ke perilaku yang menguntungkan Hal penting
dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan adalah : a. Tujuan hendaknya
logis

b. Kriteria hasil hendaknya dapat diukur


Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana yang dimiliki oleh
keluarga (Salvari Gusti, 2013)

Tabel 2 Intervensi Keperawatan Keluarga dengan TB Paru


No. Tujuan dan Intervensi
Diagnosa
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Bersihan jalan nafas Tujuan : • Ajarkan keluarga untuk
tidak efektif berhubung Keluarga mampu merawat melatih klien teknik batuk
dengan anggota keluarga yang sakit efektif
ketidakmampuan yang mengalami bersihan
• Pantau keluarga dalam
keluarga merawat jalan nafas tidak efektif melakukan perawatan
anggota keluarga yang Kriteria : Anggota keluarga untuk mencegah terjadinya
mengerti dan mampu bersihan jalan nafas yang
sakit tidak efektif
mengajarkan klien teknik
batuk efektif dan posisi semi
fowler agar bersihan jalan
nafas efektif kembali
2. Hipertermia karena Tujuan : • Beri penjelasan pada
proses penyakit TB Keluarga mengerti tentang keluarga proses penyakit
Paru berhubung TB Paru hingga
Hipertermia yang timbul
dengan karena proses penyakit TB timbulnya Hipertermia
ketidakmampuan Paru
• Ajarkan keluarga
keluarga merawat Kriteria :
untuk beri kompres dan
anggota keluarga Keluarga mampu
anjurkan beri banyak
Menjelaskan penyebab
yang sakit minum bila
hipertermia pada penyakit
TB Paru dan mampu klien mengalami
merawat anggota keluarga hipertermia
yang yang sakit

3. Gangguan pertukaran Tujuan : • Beri penjelasan pada


gas karena proses Keluarga mengerti tentang keluarga mengenai
penyakit TB Paru gangguan pertukaran gas yang timbulnya gangguan
timbul karena proses penyakit
berhubung dengan TB Paru pertukaran gas pada
ketidakmampuan Kriteria : penyakit TB paru
keluarga merawat Keluarga paham tentang • Ajarkan keluarga cara
anggota keluarga yang proses pertukaran gas pada posisi semi fowler bila
sakit penyakit TB paru dan mampu klien mengalami sesak
merawat anggota keluarga nafas
yang sakit dengan TB Paru

4. Perubahan nutrisi Tujuan : • Jelaskan pada keluarga


kurang dari kebutuhan Keluarga mengerti tentang mengenai pentingnya
tubuh berhubung pentingnya kebutuhan nutrisi
bagi penderita TB Paru dan kebutuhan nutrisi bagi
dengan dapat merawat klien klien yang menderita TB
ketidakmampuan Kriteria : Paru
keluarga merawat Kelurga dapat menjelaskan
• Anjurkan klien
anggota keluarga yang manfaat nutrisi dan akibat untuk
sakit kekurangan nutri bagi klien memberi makanan
dengan TB Paru dan bergizi dan sajikan hangat
keluarga mampu memenuhi dengan porsi kecil tapi
sering
mebutuhan nutrisi klien
ditandai dengan nafsu makan
klien bertambah,dan berat
badan naik kembali

5. Resiko tinggi Tujuan : • Jelaskan pada


penyebaran infeksi Keluarga mengerti resiko keluarga proses
pada orang lain
penyebaran infeksi penyakit penularan
berhubung dengan
ketidakmampuan TB Paru kepada orang lain penyakit TB
keluarga dan Infeksi tidak
• Ajarkan keluarga
memelihara/memo
difikasi lingkungan terjadi Kriteria : cara cuci tangan yang

Keluarga bebas dari infeksi baik dan benar

penularan penyakit TB, • Anjurkan keluarga


keluarga dapat untuk menerapkan PHBS

menjelaskan di rumah

kembali proses penularan tangga


penyakit TB dan keluarga • Anjurkan
dapat menerapkan PHBS di keluarga untuk
rumah tangganya membuka jendela dan
membiarkan cahaya
matahari masuk ke
dalam rumah
6. Resiko tinggi Tujuan : Keluarga mengerti Jelaskan pada keluarga
penyebaran infeksi akibat dari resiko penyebaran tentang resiko
pada diri seniri (kilen) infeksi penyakit TB Paru pada
penyebaran infeksi pada
diri klien dan keluarga mampu
berhubung dengan
mengambil keputusan yang diri kilen penderita TB
ketidakmampuan tepat dalam mengobati
keluarga mengambil paru
anggota keluarganya yang
keputusan yang tepat sakit Kriteria : Keluarga mau • Jelaskan pada
mengikuti anjuran dari keluarga pentingnya
petugas kesehatan dalam memantau dan
memantau dan mendampingi mendampingi klien
klien dalam melakukan minum obat TB
pengobatan selama 6 bulan
• Ajurkan klien
menyediakan tempat
penampunga n dahak
yaitu dalam wadah
tertutup yang diberi lisol
7. Kurang pengetahuan Tujuan : • Beri penjelasan pada
berhubung dengan Kelurga mengerti tentang keluarga mengenai
ketidakmampuan
penyakit TB, penyebab, pengertian penyakit TB
keluarga mengenal
masalah kesehatan pencegahan, pengobatan dan Paru, penyebab,
perawatan klien dengan TB pencegahan, pengobatan
Paru dan perawatan pada klien
Kriteria : dengan TB Paru

Keluarga klien dapat • Jelaskan pada


menjelaskan kembali mengenai keluarga akibat bila klien
penderita TB paru tidak
penyakit TB paru, penyebab,
mendapat pengobatan dan
pencegahan, pengobatan dan perawatan maksimal
perawatan pada klien
dengan Tb Paru

c. Implementasi Keperawatan
Implementasi / pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan
keluarga dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat
keluarga untuk mendapatkan perbaikan kearah perilaku hidup sehat. Pelaksanaan
tindakan keperawatan keluarga didasarkan kepada asuhan keperawatan yang telah
disusun (Salvari Gusti, 2013)

Pelaksanaan tindakan keperawatan keluarga dilakukan sesuai dengan rencana


keperawatan keluarga yang telah dibuat dengan didahului perawat menghubungi
keluarga bahwa akan dilakukan implementasi sesuai dengan kontrak sebelumnya
(saat mensosialisaasikan diagnosa keperawatan).

d. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil, implementasi
dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilan bila
hasil dan evaluasi tidak berhasil sebagian perlu disusun rencana keperawatan yang
baru.

Metode evaluasi keperawatan, yaitu :

a. Evaluasi formatif (proses)

Adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan dan bertujuan
untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang
dilakukan, sistem penulisan evaluasi formatif ini biasanya ditulis dalam catatan
kemajuan atau menggunakan sistem SOAP
b. Evaluasi Sumatif (hasil)
Adalah evaluasi akhir yang bertujuan untuk menilai secara keseluruhan, sistem
penulisan sumatif ini dalam bentuk catatan naratif atau laporan singkat (Salvari
Gusti, 2013)
DAFTAR PUSTAKA

Ayu, K. 2010. Asuhan Keperawatan Keluarga bagi Mahasiswa Keperawatan dan Praktisi
Perawat Perkesmas. Jakarta : Sagung Seto.

Gusti, S. 2013. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Trans Info Media.

Mertaniasih, M.N, Koendhori, E.B, Kusumaningrum, D. (eds). 2013. Tuberkulosis Diagnostik


Mikrobiologis, Surabaya : Airlangga University Press.

R.I, Kemkes. 2016. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran TataLaksana Tuberkulosis,


Jakarta: Ditjen P2PL

R.I, Kemkes. 2014. Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta: Ditjen P2PL

PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia; Definisi dan Indikator Diagnostik Edisi
1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia; Definisi dan Tindakan Keperawatan
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia; Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Pathway

Anda mungkin juga menyukai