Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP DASAR

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


DENGAN GASTRITIS

Oleh :
I GUSTI AYU WIKA ARPANDYANI
PO7120012101
3.3 REGULER

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
JURUSAN D-III KEPERAWATAN
TAHUN 2015

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP DASAR


ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
DENGAN HIPERTENSI
I. KONSEP DASAR TEORI
A. Definisi Keluarga
Pengertian Keperawatan Kesehatan Keluarga (Family Health Nursing)
dapat dinyatakan berdasar berbagai sumber sebagai berikut:
1. Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tinggal dalam satu rumah tangga
karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling
berinteraksi satu sama yang lainnya, mempunyai peran masing-masing
menciptakan dan mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Malagya,1978)
2. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
serta beberapa orang berkumpul dan tinggal di satu atap dengan keadaan
saling bergantungan (Departemen Kesehatan, 1988)
3. Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan untuk meningkatkan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,
mental,emosional dan social dari tiap anggota. (Duvall)
4. Keluarga adalah kumpulan dua atau lebih individu yang saling tergantung satu
sama lainnya untuk emosi, fisik, dan dukungan ekonomi (Hanson, 1996)
5. Keluarga adalah suatu sistem sosial yang bersisi dua atau lebih orang yang
hidup bersama yang mempunyai hubungan darah, perkawinan atau adopsi,
atau tinggal bersama dan saling menguntungkan, mempunyai tujuan bersama,
mempunyai generasi penerus, saling pengertian dan saling menyayangi
(Murray & Zentner, 1997)
Keluarga merupakan subsitem komunitas sebagai sistem sosial yang
bersifat unik dan dinamis. Keluarga merupakan sentral perawatan karena
keluarga merupakan sumber kritikal untuk pemberian pelayanan keperawatan,
intervensi yang dilakukan pada keluarga merupakan hal penting untuk pemenuhan
kebutuhan individu.
Dari beberapa pengertian tentang keluarga maka dapat disimpulkan bahwa
karakteristik keluarga adalah:
1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi.

2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika berpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai
peran sosial,: suami, isteri, anak, kakak, adik.
4. Mempunyai tujuan menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggotanya.
B. Bentuk/ Type Keluarga
1. Tradisional
a. Nuclear Family atau Keluarga Inti
Ayah, ibu, anak tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh
sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau
keduanya dapat bekerja di luar rumah.
b. Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan
kembali suami atau istri. Tinggal dalam satu rumah dengan anakanaknya baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil
dari perkawinan baru.
c. Niddle Age atau Aging Cauple
Suami sebagai pencari uang, istri di rumah atau keduaduanya bekerja di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah
karena sekolah atau perkawinan / meniti karier.
d. Keluarga Dyad / Dyadie Nuclear
Suami istri tanpa anak.
e. Single Parent
Satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak.
f. Dual Carrier
Suami istri / keluarga orang karier dan tanpa anak.
g. Commuter Married
Suami istri / keduanya orang karier dan tinggal terpisah
pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu
tertentu.
h. Single Adult

Orang dewasa hidup sendiri dan tidak ada keinginan untuk


kawin.
i. Extended Family
1, 2, 3 geneasi bersama dalam satu rumah tangga.
j. Keluarga Usila
Usila dengan atau tanpa pasangan, anak sudah pisah.
2. Non Tradisional
a. Commune Family
Beberapa keluarga hidup bersama dalam satu rumah,
sumber yang sama, pengalaman yang sama.
b. Cohibing Coiple
Dua orang / satu pasangan yang tinggal bersama tanpa
kawin.
c. Homosexual / Lesbian
Sama jenis hidup bersama sebagai suami istri.
d. Institusional
Anak-anak / orang-orang dewasa tinggal dalam suatu
panti-panti.
e. Keluarga orang tua (pasangan) yang tidak kawin dengan anak
C. Fungsi Keluarga (Friedman, 1998)
1. Fungsi Afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan
pemeliharaan kepribadian dari anggota keluarga. Merupakan respon dari keluarga
terhadap kondisi dan situasi yang dialami tiap anggota keluarga baik senang
maupun sedih dengan melihat bagaimana cara keluarga mengekspresikan kasih
sayang.
2. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi tercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada
anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan
perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai nilai budaya
keluarga. Bagaimana keluarga produktif terhadap sosial dan bagaimana

memperkenalkan anak dengan dunia luar dengan belajar berdisiplin, mengenal


budaya dan norma melalui hubungan interaksi dalam keluarga sehingga mampu
berperan dalam masyarakat.
3. Fungsi perawatan keluarga
Fungsi keluarga dalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh
anggota keluarga serta menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik,
emntal dan spiritual, dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga serta
mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga.
4. Fungsi Ekonomi
Memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan dan papan dan
kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber dana keluarga. Mencari sumber
penghasilan guna memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan penghasilan
keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi biologis
Fungsi biologis tidak hanya ditujukan untuk meneruskan keturunan tettapi
untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi selanjutnya.
6. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih sayang
dan rasa aman, memberika perhatian diantara anggota keluarga, membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga.
7. Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan
pengetahuan, ketrampilan, membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk
kehidupan dewasa, mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya.
D. Tahapan dan Tugas Perkembangan Keluarga
Menurut Duvall & Miller (1985), tahapan dan tugas perkembangan
keluarga adalah:
1. Tahap I, keluarga pemula atau pasangan baru
Tugas perkembangan pemula antara lain membina hubungan yang
harmonis dan kepuasan bersama dengan membangun perkawinan yang saling
memuaskan, membina hubungan dengan orang lain dengan menghubungkan
jaringan persaudaraan secara harmonis, merencanakan kehamilan dan
mempersiapkan diri menjadi orang tua.
2. Tahap II, keluarga sedang mengasuh anak (anak tertua bayi sampai umur 30
bulan)

Tugas perkembangan keluarga pada tahap II yaitu membentuk keluarga


muda sebagai sebuah unit, mempertahankan hubungan perkawinan yang
saling memuaskan, memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan
menambahkan peran orang tua kakek dan nenek dengan mensosialisasikan
dengan linglungan keluarga besar masing masing pasangan.
3. Tahap III, keluarga dengan anak usia prasekolah (anak tertua berumur 2-6
tahun)
Tugas perkembangan keluarga tahap ini adalah memenuhi kebutuhan
angggota keluarga, mensosialisasaikan anak, mengintegrasikan anak yang
baru sementara tetap memenuhi keutuhan ank yang lainnya, mempertahankan
hubunngan yang sehat dalam keluarga dan luar keluarga, menanamkan nilai
dan norma kehidupan, mulai mengenalkan kultur keluarga, menanamkan
keyakinan beragama, memenuhi kebutuhan bermain anak.
4. Tahap IV, keluarga dengan anak usia sekolah (anak tertua usia 6-13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga tahap ini adalah mensosialisasikan anak
termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan
dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuaskan, memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga,
membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas
sekolah.
5. Tahap V, keluarga dengan anak remaja (anak tertua umur 13 20 tahun)
Tugas perkembangan tahap V adalah menyeimbangkan kebebasan dan
tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri, memfokuskan
kembali hubungan perkawinan, berkomunikasi secara terbuka antara orang tua
dan anak anak, memberikan perhatian, memberikan kebebabasan dalam
batasan tanggung jawab, mempertahankan komunikasi terbuka dua arah.
6. Tahap VI, keluarga yang melepas anak usia dewasa muda (mencakup anak
pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah)
Tugas perkembangan tahap ini adalah memperluas siklus keluarga
dengan memasukkan anggita keluarga baru yang didapat melalui perkawinan
anak anak, melanjutkan untuk memperbaharui hubungan perkawinan,
membantu orang tua lanjut usia dan sakit sakitan dari suami maupun istri,

membantu anak mandiri, mempertahankan komunikasi, memeperluas


hubungan keluarga antara orang tua dengan menantu, menanta kembali peran
dan fungsi keluarga setekah ditinggalkan anak.
7. Tahap VII, orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiun)
Tugas perkembangan keluarga pada tahap VII adalah menyediakan
lingkungan yang meningkatkan kesehatan, memeprtahankan hubungan yang
memuaskan dan penuh arti para orang tua dan lansia, memperkokoh hubungan
perkawinan, menjaga keintiman, merencanakan kegiatan yang kan datang,
memperhatikan kesehatan masing masing pasangan, tetap menjaga
komunikasi dengan anak anak.
8. Tahap VIII, keluarga dengan masa pensiun dan lansia
Tugas perkembangan keluarga tahap ini yaitu mempertahankan
pengaturan hidup yang memuaskan, menyesuaikan terhadap pendapatan yang
menurun, mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri
terhadap kehilangan pasangan, mempertahankan ikatan keluarga antar
generasi, meneruskan untuk memahami eksistensi mereka, saling memberi
perhatian yang menyenangkan antar pasangan, merencakanan kegiatan untuk
mengisi waktu tua seperti berolahraga, berkebun, mengasuh cucu.
E. Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah :
1. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ayah.
2. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
istri.
4. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama kelurga sedarah
suami.
5. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
warga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami atau istri.
F. Ciri-Ciri Struktur Keluarga

Menurut Anderson Carter ciri-ciri struktur keluarga :


1. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan, antara anggota
keluarga.
2. Ada keterbatasan
Setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai
keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.
3. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai peranan
dan fungsinya masing-masing.
G. Peran Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku
dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
1. Peranan Ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala
keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari
kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
2. Peranan Ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan
untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anakanaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat
berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3. Peran Anak : Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan
tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
H. Level Pencegahan Perawatan Keluarga
Pelayanan keperawatan keluarga, betrfokus pada tiga level prevensi
yaitu :
1. Pencegahan primer (primary prevention), merupakan tahap pencegahan yang
dilakukan sebelum masalah timbul, kegiatannya berupa pencegahan spesifik
(spesifik protection) dan promosi kesehatan (health promotion) seperti
pemberian pendidikan kesehatan, kebersihan diri, penggunaan sanitasi
lingkungan yang bersih, olah raga, imunisasi, perubahan gaya hidup. Perawat

keluarga harus membantu keluarga untuk memikul tanggung jawab kesehatan


mereka sendiri, keluarga tetap mempunyai peran penting dalam membantu
anggota keluarga untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
2. Pencegahan sekunder (secondary prevention), merupakan tahap pencegahan
kedua yang dilakukan pada awal masalah timbul maupun saat masalah
berlangsung, dengan melakukan deteksi dini (early diagnosis) dan melakukan
tindakan penyembuhan (promp treatment) seperti screening kesehatan, deteksi
dini adanya gangguan kesehatan.
3. Pencegahan tersier (tertiary prevention), merupakan pencegahan yang
dilakukan pada saat masalah kesehatan telah selesai, selain mencegah
komplikasi juga meminimalkan keterbatasan (disability limitation) dan
memaksimalkan fungsi melalui rehabilitasi (rehabilitation) seperti melakukan
rujukan kesehatan, melakukan konseling kesehatan bagi yang bermasalah,
memfasilitasi ketidakmampuan dan mencegah kematian. Rehabilitasi meliputi
upaya pemulihan terhadap penyakit atau luka hingga pada tingkat fungsi yang
optimal secara fisik, mental, sosial dan emosional.
I. Tugas Keluarga
Lima tugas keluarga dibidang kesehatan menurut Suprajitno (2004)
keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan
antara lain:
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena
tanpa kesehatan segala sesuatu akan tidak berarti dan karena kesehatanlah
kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga akan habis.
2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan
yang tepat sesuai dengan keadan keluarga, dengan mempertimbangkan siapa
diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk
menentukan tindakan keluarga.
3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
Seringkali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi
keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga itu sendiri

4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga


5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitar keluarga.
II. ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Tahapan dari proses keperawatan keluarga meliputi :
A. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan
informasi secara terus menerus tentang keluarga yang dibinanya. Agar diperoleh
data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga, perawat
diharapkan menggunakan bahasa ibu (yang digunakan sehari-hari), lugas, dan
sederhana. Pada kegiatan pengkajian ada beberapa tahap yang diperlukan, yaitu :
1.
Membina hubungan yang baik. Hubungan yang baik antara perawat klien
(keluarga) merupakan modal utama pelaksanaan ashan keperawatan.
Hubungan tersebut dapat dibentuk dengan menerapkan komunikasi terapeutik
yang merupakan strategi perawat untuk memberikan bantuan kepada klien
untuk memenuhi kebutuhan kesehatannya. Beberapa hal yang perlu dilakukan:
a. Diawali dnegan perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan ramah
b. Menjelaskan tujuan kunjungan
c. Meyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah untuk membantu
keluarga menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di keluarga
d. Menjelaskan luas kesanggupan bantuan perawat yang dapat dilakukan
e. Menjelaskan kepada keluarga siapa tim kesehatan lain yang menjadi
2.

jaringan perawat
Pengkajian awal. Pengkajian ini terfokus sesuai data yang diperoleh dari unit

3.

pelayanan kesehatan
Pengkajian lanjutan (tahap kedua). Pengkajian lanjutan adalah tahap
pengkajian untuk memperoleh data yang lebih lengkap sesuai masalah
kesehatan keluarga yang berorientasi pada pengkajian awal. Di sini perawat
perlu mengungkapkan keadaan keluarga hingga penyebab dari masalah
kesehatan yang paling mendasar.
Pengumpulan data (informasi) dari keluarga dapat menggunakan metode
wawancara, observasi fasilitas dalam rumah, pemeriksaan fisik pada setiap
anggota keluarga, dengan menggunakan data sekunder (contoh: hasil
laboratorium, hasil foto rontgen, dan sebagainya). Dalam pengumpulan data
yang perlu dikaji adalah :
a. Data umum
Identitas kepala keluarga
1) Nama kepala keluarga (KK)

2)
3)
4)
5)
6)

Umur
Pekerjaan kepala keluarga
Pendidikan kepala keluarga
Alamat dan nomor telepon
Komposisi Keluarga

Nam

Umu

Se

Hub

dengan KK

Pendidika

Pekerjaan

Keterangan

7) Genogram, genogram harus menyangkut minimal 3 generasi, harus


tertera nama, umur, kondisi kesehatan tiap keterangan gambar.
8) Tipe keluarga, menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala
atau masalah-masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
9) Suku Bangsa, mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta
mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.
10) Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yg
dapat mempengaruhi kesehatan.
11) Status sosial ekonomi keluarga, status sosial ekonomi keluarga meliputi
rata-rata penghasilan seluruh anggota keluarga, jenis pengeluaran
keluarga tiap bulan, tabungan khusus kesehatan, barang (harta benda)
yang dimilki keluarga (perabot, transportasi).
12) Aktivitas rekreasi keluarga, rekreasi keluarga tidak hanya di lihat kapan
saja keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi
tertentu namun dengan menonton televisi dan mendengarkan radio juga
merupakan aktivitas rekreasi.
b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini, tahap perkembangan keluarga
ditentukan dengan anak tertua dari keluarga ini. Contohnya: Keluarga
bapak A mempunyai 2 orang anak, anak pertama berumur 7 tahun dan
anak kedua berumur 4 tahun, maka keluarga bapak A berada pada
tahapan perkembangan keluarga dengan usia anak sekolah.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan
mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta
kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti, menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada
keluarga inti, yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat
kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian biasa digunakan

terhadap pencegahan penyakit (status imunisasi), sumber pelayanan


kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman-pengalaman
terhadap pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya, dijelaskan mengenai riwayat kesehatan
pada keluarga dari pihak suami dan istri.
c. Pengkajian lingkungan
1) Karakteristik rumah, karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat
luas rumah, kondisi dalam dan luar rumah, kebersihan rumah, ventilasi
rumah, saluran pembuangan air limbah (SPAL), air bersih, pengelolaan
sampah, kepemilikan rumah, kamar mandi, dan denah rumah
2) Karateristik tetangga dan komunitas RW, menjelaskan mengenai
karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat, yang meliputi
apakah ingin tinggal dengan satu suku saja, aturan dan kesepakatan
penduduk setempat serta budaya setempat yang mempengaruhi
kesehatan.
3) Mobilitas geografis keluarga, mobilitas geografis keluarga ditentukan
dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat serta dampak pindah rumah
terhadap kondisi keluarga (apakah menyebabkan stres)
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat, menjelaskan
mengenai

waktu

digunakan

keluarga

untuk

berkumpul

serta

perkumpulan keluarga yang ada sejauhmana interaksinya dengan


masyarakat.
5) Sistem pendukung keluarga, yang termasuk pada sistem pendukung
keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas
yang

dimiliki

keluarga

untuk

menunjang

kesehatan.

Fasilitas

mencangkup fasilitas fisik, fasilitas psikologi atau dukungan dari


anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat
setempat.
d. Struktur Keluarga
1) Pola komunikasi keluarga, menjelaskan mengenai cara berkomunikasi
antara anggota keluarga serta cara keluarga memecahkan masalah
2) Struktur kekuatan keluarga, kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.

3) Struktur peran, menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga


baik secara formal maupun informal.
4) Nilai atau norma keluarga, menjelaskan mengenai nilai dan norma yang
dianut oleh keluarga, yang berhubungan dengan kesehatan.
e. Fungsi Keluarga
1) Fungsi afektif, hal yang perlu dikaji adalah gambaran diri anggota
keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan
keluarga, terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan
tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan
sikap saling menghargai.
2) Fungsi sosialisasi, hal yang perlu dikaji adalah bagaimana interaksi atau
hubungan dalam keluarga, sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin,
norma, budaya dan perilaku.
3) Fungsi perawatan kesehatan, menjelaskan sejauh mana keluarga
menyediakan makanan, pakaian, perlindungan serta merawat anggota
keluarga yg sakit, sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehatsakit.

Kesanggupan

keluarga

didalam

melaksanakan

perawatan

kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas


kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan
terhadap anggota yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat
meningkatkan kesehatan dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.
Hal-hal yang di kaji sejauhmana keluarga melakukan pemenuhan tugas
perawatan keluarga adalah:
a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan,
yang perlu dikaji adalah sejauhmana keluarga mengetahui mengenai
fakta2 dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan
gejala, faktor penyebab dan mempengaruhinya serta persepsi keluarga
terhadap masalah.
b) Untuk mengetahui

kemampuan

keluarga

mengambil

keputusan

mengenai tindakan kesehatan yg tepat,


c) Mengetahui sejauh mana keluarga mengetahui keadaan penyakitnya
(sifat, penyebaran,komplikasi,prognosa dan cara perawatannya)

d) Untuk mengetahui Sejauh mana kemampuan keluarga memelihara


lingkungan rumah yang sehat,
e) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga menggunakan
f)
4)
a)
b)
c)

fasilitas /pelayanan kesehatan di masyarakat


Apakah Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga
Fungsi reproduksi
Hal yang perlu di kaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah:
Berapa juamlah anak
Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga
Metode apa yang di gunakan keluarga dalam upaya mengendalikan

jumlsh anggota keluarga


5) Fungsi Ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah:
a) Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan
b) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat
dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga
f. Stress dan Koping keluarga
1) Stresor jangka pendek dan panjang
a) Stresor jangka pendek yaitu stesor yang di alami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang lebih 6 bulan.
b) Stresor jangka panjang yaitu stresor yang di alami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 Bulan
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor, hal yang perlu
dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi /stressor
3) Strategi koping yang di gunakan, strategi koping apa yang digunakan
keluarga bila menghadapi permasalahan
g. Pemeriksaan Fisik, pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota
keluarga. Metode yang di gunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda
dengan pemeriksaan fisik klinik.
h. Harapan Keluarga, pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan
keluarga terhadap masalah kesehatan keluarga dan terhadap petugas
kesehatan yang ada.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan keluarga yang dikembangkan adalah diagnosis
tunggal yang hampir serupa dengan diagnosis keperwatan sakit. Diagnosis
keperawatan keluarga terdiri dari tiga komponen yaitu masalah, etiologi, serta
tanda dan gejala. Etiologi untuk diagnosis keperawatan keluarga adalah salah satu

dari lima tugas keluarga yang paling dominan menmyebabkan masalah


keperawatan tersebut. Diagnosis keperawatan keluarga dapat bersifat potensial,
risiko, atau aktual.
1. Diagnosa Keperawatan Keluarga Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan)
Diagnosis gangguan, digunakan bila sudah timbul gangguan/masalah
kesehatan di keluarga, didukung dengan adanya beberapa data maladaptif.
Perrumusan diagnosis keperawatan keluarga nyata/gangguan, terdiri dari
problem(P), etiologi(E) dan symptom/sign(S).
2. Diagnosa Keperawatan Keluarga Risiko (ancaman kesehatan)
Diagnosis ancaman, digunakan bila belum terdapat paparan masalah
kesehatan, namun sudah ditemukan beberapa data maladaptif yang
memungkinkan timbulnya gangguan. Perumusan diagnosis keperawatan
keluarga risiko, terdiri dari problem (P), etiologi(E) dan symptom/sign (S).
Misalnya lingkungan rumah yang kurang bersih, pola makan yang tidak
adekuat, stimulasi tumbuh kembang yang tidak adekuat.
3. Diagnosa Keperawatan Keluarga Sejahtera/Potensial
Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan
keluarga dapat di tingkatkan. Belum ada data maladaptif perumusan diagnosis
keperawatan keluarga potensial terdiri dari komponen problem (P) saja atau
problem dan symtom tanpa komponen etiologi (E).
Penilaian (skoring) diagnosa keperawatan
Skoring dilakukan perawat apabila diagnosa keperawatan yang dirumuskan
lebih dari satu dengan menggunakan skala yang dirumuskan oleh Bailon dan
Maglaya (1978), dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Tentukan skorenya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat
2. Selanjutnya skore yang diperoleh dibagi skore tertinggi dan kemudian
dikalikan dengan bobot
3. Jumlahkan skore untuk semua kriteria (skore maximal adalah 5)
Berikut ini, scoring diagnosa keperawatan keluarga
No

Kriteria

Sifat masalah

2.

Score

Bobot
1

Tidak/kurang sehat

Ancaman kesehatan

Keadaan sejahtera
Kemungkinan masalah dapat diubah

1
2

3.

4.

Mudah

Sebagian

Tidak dapat
Potensial masalah untuk dicegah

Tinggi

Cukup

Rendah
Menonjolnya masalah

Masalah berat harus segera ditangani

Ada masalah, tetapi tidak perlu ditangani

Masalah tidak dirasakan

Prioritas masalah
Penyusunan prioritas diagnosa keperawatan didasarkan pada diagnosa
keperawatan yang mempunyai skore tertinggi dan disusun berurutan sampai ke
skore terendah. Namun, perawat perlu mempertimbangkan juga persepsi keluarga
terhadap masalah keperawatan mana yang perlu diatasi segera. Penentuan
prioritas sesuai kriteria skala dengan pertimbangan pembenaran yang beralasan
seperti berikut ini :
1.

Sifat masalah, prioritas masalah utama diberikan pada tidak atau kurang sehat

2.
3.
4.

karena perlu tindakan segera dan biasanya disadari anggota keluarga.


Kemungkinan masalah dapat diubah
Potensial masalah untuk dicegah
Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana
keluarga menilai masalah keperawatan tersebut.
C. Intervensi
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, perawat menyusun rencana
asuhan keperawatan keluarga (family nursing care) dalam bentuk perencanaan
keperawatan keluarga (family care plan). Rencana tindakan keperawatan terhadap

keluarga, meliputi kegiatan yang bertujuan :


1.
Menstimulus kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
2.
3.

kebutuhan kesehatan.
Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang sakit

4.

Membantu keluarga untuk memelihara (memodifikasi) lingkungan yang

5.

dapat meningkatkan kesehatan keluarga


Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
disekitarnya
Hal yang penting diperhatikan perawat dalam menyusun rencana asuhan

1.

keperawatan keluarga yaitu :


Tujuan hendaknya logis, sesuai masalah dan mempunyai jangka waktu yang

2.

sesuai dengan kondisi keluarga


Kriteria hasil hendaknya dapat diukur dengan alat ukur dan diobservasi panca

3.

indera perawat dengan objektif


Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana yang dimiliki
oleh keluarga dan mengarah ke kemandirian klien sehingga tingkat
ketergantungan dapat diminimalisasi

D. Implementasi
Pada tahap ini, perawat yang melaksanakan asuhan keperawatan pada
keluarga sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan secara
terintegrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan kesehatan di
rumah. Peran perawat yang dilaksanakan dalam tahap implementasi ini adalah
sebagai

koordinator.

Namun,

bila

keluarga

tidak

mampu

atau

tidak

memungkinkan, perawat juga dapat mengambil peran sebagai pelaksana asuhan


keperawatan.
Perlu diperhatikan bahwa pada tahap implementasi perawat perlu melakukan
kontrak sebelumnya (saat mensosialisasikan diagnosa keperawatan) meliputi
kapan dilaksanakan, berapa lama waktu yang dibutuhkan, materi/topik yang
didiskusikan, siapa yang melaksanakan, anggota keluarga yang perlu mendapat
informasi (sasaran langsung implementasi) dan peralatan yang perlu disiapkan
keluarga (bila perlu). Kegiatan ini bertujuan agar keluarga dan perawat
mempunyai kesiapan secara fisik dan psikis saat pelaksanaan asuhan keperawatan
dilaksanakan.
Langkah lebih lanjut adalah pelaksanaan implementasi sesuai dengan rencana
dengan didahului perawat mengingatkan keluarga bahwa akan dilakukan
implementasi sesuai kontrak sebelumnya. Dan implementasi keperawatan
sebaiknya dapat dilakukan oleh klien atau keluarga dengan bantuan minimal dari
perawat atau anggota tim kesehatan lainnya.

E. Evaluasi
Evaluasi

merupakan

kegiatan

yang

membandingkan

antara

hasil

implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat
keberhasilannya. Bila evaluasi tidak berhasil atau berhasil sebagian, perlu disusun
rencana keperawatan yang baru. Perlu diperhatikan juga bahwa evaluasi perlu
dilakukan beberapa kali dengan melibatkan keluarga sehingga perlu pula
direncanakan waktu yang sesuai dengan kesediaan keluarga.
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang operasionalnya dengan
pengertian Subjektif, Objektif, Analisis dan Planning/perencanaan selanjutnya.
Pada tahap ini ada 2 (dua) evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat
meliputi:
1.
Evaluasi formatif/respons, bertujuan untuk menilai hasil implementasi
secadra bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan berdasarkan kontrak
2.

pelaksanaan
Evaluasi sumatif/hasil akhir, bertujuan menilai secara keseluruhan terhadap
pencapaian diagnosis keperawatan, apakah rencana diteruskan, diteruskan
sebagian, diteruskan dengan perubahan intervensi atau dihentikan

III.

KONSEP DASAR PENYAKIT


A. Definisi/Pengertian
Hipertensi adalah keadaan menetap tekanan sistolik melebih dari
140 mmHg atau tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnostik
ini dapat dipastikan dengan mengukur rata-rata tekanan darah pada 2
waktu yang terpisah (FKUI, 2001).
Menurut WHO (1978) batas tekanan darah yang masih dianggap
normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama dengan atau di atas
160/95

mmHg

dinyatakan

sebagai

hipertensi.

Hipertensi

adalah

peningkatan tekanan darah di atas normal yaitu bila tekanan sistolik (atas)
140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolic (bawah) 90 mmHg atau lebih.

Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa menurut JNC VII

Kategori

Tekanan

Darah

Tekanan

Darah

Sistolik

Diastolik

Normal

< 120 mmHg

(dan) < 80 mmHg

Pre-hipertensi

120-139 mmHg

(atau) 80-89 mmHg

Stadium 1

140-159 mmHg

(atau) 90-99 mmHg

Stadium 2

>= 160 mmHg

(atau) >= 100 mmHg

Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140


mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan
tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering
ditemukan pada usia lanjut.
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami
kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80
tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun,
kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
Dalam pasien dengan diabetes mellitus atau penyakit ginjal,
penelitian telah menunjukkan bahwa tekanan darah di atas 130/80 mmHg
harus dianggap sebagai faktor risiko dan sebaiknya diberikan perawatan.
B. Penyebab
a. Usia
Hipertensi akan makin meningkat dengan meningkatnya usia hipertensi
pada yang berusia dari 35 tahun dengan jelas menaikkan insiden penyakit
arteri dan kematian premature.
b. Jenis Kelamin
Berdasar jenis kelamin pria umumnya terjadi insiden yang lebih tinggi
daripada wanita. Namun pada usia pertengahan, insiden pada wanita mulai

meningkat, sehingga pada usia di atas 65 tahun, insiden pada wanita lebih
c.

tinggi.
Pola Hidup
Faktor seperti halnya pendidikan, penghasilan dan faktor pola hidup pasien
telah diteliti, tanpa hasil yang jelas. Penghasilan rendah, tingkat
pendidikan rendah dan kehidupan atau pekerjaan yang penuh stress
agaknya berhubungan dengan insiden hipertensi yang lebih tinggi.
Obesitas juga dipandang sebagai faktor resiko utama. Merokok dipandang
sebagai faktor resiko tinggi bagi hipertensi dan penyakit arteri koroner.
Hiperkolesterolemia dan hiperglikemia adalah faktor faktor utama untuk
perkembangan arterosklerosis yang berhubungan dengan hipertensi.

Berdasarkan penyebab, hipertensi di bagi dalam 2 golongan :


a. Hipertensi primer / essensial
Merupakan hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui, biasanya
berhubungan dengan faktor keturunan dan lingkungan.
b. Hipertensi sekunder
Merupakan hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui secara pasti,
seperti gangguan pembuluh darah dan penyakit ginjal.
C. Epidemiologi / Insiden Kasus
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan,
sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis. Hal ini
terlihat dari hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas
ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%, dimana hanya
7,2% penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan hanya
0,4% kasus yang minum obat hipertensi.
Diperkirakan ada 76% kasus hipertensi di masyarakat yang belum
terdiagnosis, artinya penderitanya tidak mengetahui bahwa dirinya
mengidap penyakit ini. Dari prevelensi 31,7% tersebut diketahui yang
sudah mengetahui dirinya menderita hipertensi berdasarkan diagnosis
tenaga kesehatan hanyalah 7,2%.

Dari jumlah ini yang sadar dan

menjalani pengobatan hipertensi hanya 0,4%. Artinya banyak sekali kasus


hipertensi tetapi sedikit sekali yang terkontrol.
D. Pathofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat

vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke


korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis
di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons

vasokonstriktor

pembuluh

darah.

Vasokonstriksi

yang

mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan


rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan struktural dan
fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada
perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan
dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume

sekuncup), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan


tahanan perifer (Brunner & Suddarth, 2002).
E. Gejala Klinis
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan
gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan
dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal
sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,
perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa
saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan
tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

timbul gejala berikut :


Sakit kepala
Kelelahan
Mual
Muntah
Sesak nafas
Gelisah
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran
dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut
ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : (Edward K
Chung, 1995).
a. Tidak Ada Gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala Yang Lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan
medis.
Komplikasi yang dapat ditimbulkan :
Sebagai akibat hipertensi yang berkepanjangan adalah

- Insufisiensi koroner dan penyumbatan


- Kegagalan jantung
- Kegagalan ginjal
- Gangguan persyarafan
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti :
hipokoagulabilitas, anemia.
b) BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
c) Glucosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapatdiakibatkan
oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
d) Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal danada
DM.
2. CT Scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
3. EKG : Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
4. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
5. Photo dada : Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Non Farmakologis
a) Diet Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat
menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin
dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
b) Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan
dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan,
jogging, bersepeda atau berenang.
2. Farmakologik
Sesuai dengan rekomendasi WHO/ISH dengan mengingat kondisi pasien,
sasarkan pertimbangan dan prisif sebagai berikut:
a) Mulai dosis rendah yang tersedia, naikkan bila respon belum belum
optimal, contoh agen beta bloker ACE.
b) Kombinasi dua obat, dosis rendah lebih baik dari pada satu obat dosis
tinggi. Contoh: diuretic dengan beta bloker.
c) Bila tidak ada respon satu obat, respon minim atau ada efek samping ganti
DHA yang lain

d) Pilih yang kerja 24 jam, sehingga hanya sehari sekali yang akan
meningkatkan kepatuhan.
e) Pasien dengan DM dan insufistensi ginjal terapi mula lebih dini yaitu pada
tekanan darah normal tinggi.

IV.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


DENGAN HIPERTENSI
A. PENGKAJIAN
Data subjektif
1. Nyeri kepala, terutama daerah subuksibital ketika bangkit hilang dalam
beberapa jam.
2. Ada episode rasa kaku/ beku, lemas pada satu sisi tubuh.
3. Gangguan penglihatan ganda, pandangan kabur
4. Lemah dan lelah, nafas pendek
5. Riwayat hipertensi, arthreusklerosis CVD
6. Sering berkeringat dan berdebar-debar
7. Episode epitaksis
8. Riwayat perubahan kepribadian, kecemasan, depresi
9. Makanan kesukaan tinggi garam, lemak, kolesterol
10. Mual dan muntah
11. Perubahan berat badan
12. Riwayat penggunaan diuretik, kontrasepsi hormonal
13. Faktor resiko keluarga hipertensi aterosklerosis, penyakit jantung

Data objektif
1. Tekanan darah meningkat
2. HR meningkat, perubahan irama jantung
3. Perubahan suara jantung, aksentuasi pada basis S2 (S2 awal CHF);
subventrofi ventrikel kanan)
4. Murmur, valcular stenosis
5. Takikardia, berbagai jensi elisritmia
6. Perubhana isi denyut nadi ada keterlambatan pada daerah tangan
7. Peregangan vena jugularis congesti vena
8. Nafas cepat
9. Hipotensi postural
10. Aksal dingin, refill kapiler lambat
11. Tampak pucat, banyak keringat
12. Ada tidaknya obesitas
13. Kadang ada edema
14. Suasana perasaan berubah-ubah
15. Perubahan status mental, perubahan orientasi, prines pikir, memori
16. Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan refleks
tendon dalam dan perubahan retina mata.

B. DIAGNOSE KEPERAWATAN
1. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/fatique
3. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan

dengan

vasokontriksi pembuluh darah


4. Kurang pengetahuan klien tentang hipertensi berhubungan dengan

kurang terpaparnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan


diri

Anda mungkin juga menyukai