(Home Care)
I. Data Umum
1. Nama KK : Ny.i
2. Usia : 36 tahun
3. Pendidik : SMA/Sederajat
4. Pekerjaan : Pegawai Swasta
5. Alamat : Ciputat
6. Komposisi :
(Yang ditulis adalah seluruh anggota keluarga dan TIDAK termasuk kepala
keluarga)
7. Tipe keluarga
Tipe keluarga ini adalah tipe Extended Family, yang terdiri atas ibu, anak, dan orang
tua ibu (nenek), keluarga tersebut tidak mengatakan mempunyai kendala karena
mereka merasa bersyukur masih bisa tinggal bersama dan bisa mengurus cucu secara
bersama, apalagi ketika orang itu anak tersebut bekerja.
8. Suku
Ny.A mempunyai orang tua yang keduanya berasal dari suku Betawi, Ny.A berkata
dikala ada yang demam mereka selalu mengkompres dengan air hangat menurut
yang pernah diajarkan oleh orang tuanya.
9. Agama
Page 1
Agama didalam keluarga ini adalah Islam, kebiasaan yang baik untuk kesehatan
yang selalu dilakukan adalah ketika minum atau makan harus duduk, dan ketika ada
yang berpuasa terkadang berbuka dengan 2 buah kurma.
10. Status sosial ekonomi keluarga
Pendapatan keluarga hanya didapat dari kepala keluarga. Keluarga berkata
pendapatan yang didapat setiap bulannya lebih dari 3 juta Rupiah. Kebutuhan yang
dikeluarkan merupakan kebutuhan sehari-hari untuk makan dan selebihnya untuk
biaya sekolah, rekreasi dan menabung. Keluarga mempunyai rumah sendiri, terdapat
3 kamar dan satu kamar mandi, barang-barang yang keluarga miliki berupa kulkas,
televisi, rice cooker, sofa, tempat tidur, dan alat-alat keperluan dapur lainnya.
11. Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga mengatakan bahwa mereka setiap hari pada malam hari selalu berkumpul
untuk sekedar menonton tv bersama ataupun untuk berbincang-bincang. Setiap hari
libur selalu berkumpul bersama keluarga untuk makan bersama dan berbincang-
bincang. Untuk liburan keluar rumah biasanya dilakukan pada saat libur musim
sekolah, libur lebaran dan tahun baru.
II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
12. Tahap Perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga saat ini adalah keluarga dengan lanjut usia.
13. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Page 4
DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu, keluarga atau masyarakat yang
diperoleh melalui proses pengumpulan data dan analisis cermat, memberikan dasar untuk menetapkan
tindakan-tindakan dimana perawat bertanggung jawab melaksanakannya, (Shoemaker, 1984).
Diagnosa keperawatan keluarga dianalisa dari hasil pengkajian terhadap adanya masalah dalam
ahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga, fungsi-fungsi keluarga dan koping keluarga, baik
bersifat aktual, risiko maupun sejahtera, dimana perawat memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk
melakukan tindakan keperawatan bersama-sama dengan keluarga dan berdasarkan kemampuan dan
sumber daya yang digunakan. Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapat
pada pengkajian.
Komponen diagnosa keperawatan keluarga adalah:
1. Problem atau masalah (P)
Dibuat berdasarkan kebutuhan dasar manusia.
2. Etiologi atau penyebab (E)
Ditegakkan berdasarkan fungsi keluarga. Jika keluarga tidak memahami dua atau lebih dari lima
fungsi keluarga maka etiologi ditulis menjadi: Ketidak mampuan keluarga merawat anggota
kleuarga.
3. Sign atau tanda (S)
Setelah data di analisa kemungkinan perawat kesehatan masyarakat dalam satu keluarga perawat
dapat menemukan lebih dari satu masalah kesehatan dan keperawatan keluarga. Mengingat situasi
tersebut maka perawat kesehatan masyarakat dapat menyusun masalah kesehatan keluarga sesuai dengan
prioritasnya. Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon and Maglaya, 1978.
Page 5
Format pembuatan analisa data
Prioritas masalah keperawatan dilaukan setelah analisa data. Masalah perlu di prioritaskan karena
pertimbangan:
1. Masalah keperawatan keluarga yang dijumpai lebih dari satu
2. Sumber daya yang dimiliki keluarga dan komunitas terbatas
3. Keterbatasan IPTEK keperawatan yang dikuasai perawat keluarga
4. Berat dan menonolnya masalah yang dirasakan oleh keluarga berbeda-beda
5. Waktu yang dimiliki terbatas
6. Mengatasi masalah prioritas dapat mengatasi masalah lain yang ditimbulkan akibat masalah inti
tersebut
Page 6
c. Jumlahkan skore untuk semua kriteria, skor tertinggi adalah 5 (lima) sama dengan seluruh bobot
Empat (4) kriteria yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas masalah:
1. Sifat masalah
Sifat masalah kesehatan dapat dikelompokkan dalam aktual atau risiko diberikan bobot yang lebih
tinggi karena masalah tersebut memerlukan tindakan yang segera dan biasanya masalah dirasakan
atau disadari oleh keluarga. Potensial diberikan bobot yang paling sedikit atau rendah karena
faktor-faktor kebudayaan biasanya dapat memberikan dukungan bagi keluarga untuk mengatasi
masalahnya dengan baik.
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
Kemungkinan berhasilnya mengurangi atau mencegah masalah jika ada tindakan (intervensi)
faktor-faktor yang perlu diperharikan dalam menentukan skor kemungkinan masalah dapat
diperbaiki/diubah adalah:
Pengetahuan dan teknologi serta tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani masalah
Sumber-sumber yang ada pada keluarga baik dalam bentuk fisik, keuangan atau tenaga
Sumber-sumber dari keperawatan (pengetahuan, keterampilan dan waktu)
Sumber-sumber di masyarakata (fasilitas kesehatan, organisasi masyarakat, dukungan
sosial masyarakat.
3. Potensial masalah untuk dicegah
Sifat dan beratnya masalah yang akan itmbul dapat dikurangi atau dicegah. Faktor-faktor yang
perlu diperhatikan dalam mennetukan skore kriteria potensi masalah bisa dicegah adalah:
Kepelikan dari masalah
Berkaitan dengan beratnya penyakit atau masalah, prognosa penyakit atau kemungkinan
merubah masalah. Pada umumnya makin berat masalah tersebut makin sedikit
kemungkinan untukmerubah atau mencegah sehingga makin kecil potensi masalah yang
akan timbul
Lamanya masalah
Hal ini berkaitan dengan jangka waktu terjadinya masalah tersebut. Biasanya lamanya
masalah mempunyai dukungan langsung dengan potensi masalah bila dicegah.
Adanya higt risk atau kleompok yang peka atau rawan
Adanya kelompok tersebut pada keluarga akan menambah potensi masalah bila dicegah.
4. Menonjolnya masalah
Merupakan cara keluarga melihat dan menilai masalah tentang beratnya masalah serta
mendesaknya masalah untuk diatasi. Hal yang perlu diperhaikan dalam memeberikan skore pada
kriteria ini, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga tersebut melihat masalah.
Dalam hal ini jika keluarga menyadari masalah dana merasa perlu untuk menangani segera maka
harus diberi skore yang tinggi
Page 7
PERENCANAAN KEPERAWATAN KELUARGA
Menurut Freeman and Freedman (1998), secara umum intervensi keperawatan dapat
diklasifikasikan menjadi:
1. Supplemental
Perawat secara langsung memberikan pelayanan keperawatan yang tidak dapat dilakukan oleh
keluarga
2. Facilitative
Perawat membantu mengatasi hambatan dari keluarga dalam memperoleh pelayanan medis,
kesejahteraan sosial, transportasi, atau pelayanan perawatan kesehatan di rumah
3. Developmental
Perawat membantu keluarga untuk menolong diri sendiri sesuai kemampuannya (misalnya
meningkatkan kemampuan merawat diri dalam keluarga dan tanggung jawab diri sendiri). Perawat
Page 8
juga membantu keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang bersumber dari diri sendiri,
seperti dukungan sosial internal dan eksternal
Merpakan suatu kerangka pengorganisasian konseptual pembagian domain khusus dari fungsi
kleuarga dan intervensi spesifik yang diusulkan oleh perawat. Fokus utamanya adalah meningkatkan,
memperbaiki dan membantu fungsi keluarga secara efektif dalam tiga domain (Kognitif, afektif dan
psikomotor).
1. Kognitif
Intervensi secara langsung keperawatan pada domain kognitif fungsi keluarga adalah memberikan
ide-ide baru, pandangan dan informasi atau pendidikan, khususnya masalah kesehatan atau risiki
2. Afektif
Tindakan secara langsung keperawatn pada domain afektif fungsikeluarga adalah membantu
keluarga mengendalikan respon emosional yang dapat menjadi hambatan dalam upaya
pemecahan masalah
3. Psikomotor
Strategi keperawatan secara langsung pada domain psikomotor fungsi keluarga adalah membantu
anggota keluaga saling mempengaruhi atau bertingkah laku dengan cara berbeda satu sama lain
dengan mereka yang berada fi luar keluarga
Strategi intervensi spesifik pelayanan kesehatan yang profesional di dalam keluarga bergantung
pada tingkatan fungsi keluarga. Bentuk intervensi keperawatan khusus adalah:
1. Modifikasi tingkah laku
2. Kontrak
3. Manajemen khusus, meliputi koordinasi dan advokasi
4. Kolaborasi
5. Konsultasi
6. Konseling, meliputi dukungan, umpan-balik kognitif, intervensi krisis, dan bekerja dalam kelompok
7. Strategi pemberdayaan
8. Modifikasi linkungan
9. Advokasi
10. Modifikasi gaya hidup, meliputi manajemen stress
11. Hubungan tetangga (misalnya dasawusma) yang meliputi penggunaan kelompok swabantu dan
dkungan sosial
12. Merujuk
13. Model peran
14. Peran tambahan, misalnya peran sebagai kader kesehatan, pokjakes, PKK, atau posyandu
15. Strategi pengajaran
16. Klarifikasi nilai-nilai
Page 9
Hambatan dalam intervensi keperawatan keluarga (Bailon & Maglaya, 1978) disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu:
1. Informasi yang diperoleh keluarga mungkin kurang atau keliru
2. Informasi yang diperoleh keluarga tidak menyeluruh, sehingga keluarga hanya melihat sebagian
dari masalah
3. Kleuarga memperoleh informasi yang diperlukan, tetapi mereka tidak dapat mengaitkan dengan
situasi mereka
4. Keluarga tidak mau menghadapi sitiuasi
5. Angota-anggota keluarga tidak mau melawan tekanan dari keluarga atau sosial
6. Keluarga ingin mempertahankan suatu pola tingkah laku
7. Kegagalan dalam mengaitkan antara tindakan dan sasaran kekuarga
8. Keluarga kurang percaya terhadap tindakan yang diusulkan
Kesulitan-kesulitan pada tahap implementasi dapat juga diakibatkan oleh tindakan-tindakan perawat yang
tidak tepat. Hal tersebut merupakan akibat dari:
1. Perawat cenderung menggunakan satu pola pendekatan yang tetap (perawat kaku, kurang luwes)
2. Perawat kurang memberikan penghargaan dan perhatian terhadap fakjtor-faktor sosial budaya
3. Perawat kurang ahli dalam mengambil tindakan serta menggunakan berbagai macam tehnik,
mengingat rumitnya masalah yang berhubungan dengan tingkah laku dalam kehiudpan keluarga.
Page 10
Untuk meningkatkan kepercayaan diri keluarga dalam meberikan keperawatan terhadap anggota
keluarga yang sakit, perawat dapat melakukan tindakan anatara lain:
Mendemonstrasikan tindakan yang diperlukan
Memanfaatkan fasilitas atau sarana yang ada dirumah keluarga
Menghindarkan hal-hal yang mengganggu keberhasilan keluarga dalam merusjuk pasien
atau mencai pertolongan kepada tim kesehatan yang ada.
4. Menentukan kriteria dan standar
Kriteria merupakan tanda atau indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan.
Sedangkan standar menunjukkan tingkat performance yang diinginkan untuk membandingkan
bahwa perilaku yang menjadi tujuan tindakan keperawatan telah tercapai. Pernyataan tujuan yang
tepat akan menentukan kejelasan kriteria dan standar evaluasi
Page 11