Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

(Home Care)

FORMAT PENGKAJIAN KELUARGA

Tanggal pengkajian : 6 November 2017

I. Data Umum
1. Nama KK : Ny.i
2. Usia : 36 tahun
3. Pendidik : SMA/Sederajat
4. Pekerjaan : Pegawai Swasta
5. Alamat : Ciputat
6. Komposisi :

No Nama JK Hub.KK TTL/Umur Pddk Pekerjaan Imunisasi


1. An.R Laki-laki Anak Jakarta, 28 Belum Pelajar
Februari tamat
2007 SD/sederaja
Tangrang, t
2. Ny.A Perempua Ibu 20 April Ibu
n 1949 Rumah
Belum Tangga
tamat
SD/Sederaja
t

(Yang ditulis adalah seluruh anggota keluarga dan TIDAK termasuk kepala
keluarga)

Genogram (tiga generasi keatas)

7. Tipe keluarga
Tipe keluarga ini adalah tipe Extended Family, yang terdiri atas ibu, anak, dan orang
tua ibu (nenek), keluarga tersebut tidak mengatakan mempunyai kendala karena
mereka merasa bersyukur masih bisa tinggal bersama dan bisa mengurus cucu secara
bersama, apalagi ketika orang itu anak tersebut bekerja.
8. Suku
Ny.A mempunyai orang tua yang keduanya berasal dari suku Betawi, Ny.A berkata
dikala ada yang demam mereka selalu mengkompres dengan air hangat menurut
yang pernah diajarkan oleh orang tuanya.
9. Agama

Page 1
Agama didalam keluarga ini adalah Islam, kebiasaan yang baik untuk kesehatan
yang selalu dilakukan adalah ketika minum atau makan harus duduk, dan ketika ada
yang berpuasa terkadang berbuka dengan 2 buah kurma.
10. Status sosial ekonomi keluarga
Pendapatan keluarga hanya didapat dari kepala keluarga. Keluarga berkata
pendapatan yang didapat setiap bulannya lebih dari 3 juta Rupiah. Kebutuhan yang
dikeluarkan merupakan kebutuhan sehari-hari untuk makan dan selebihnya untuk
biaya sekolah, rekreasi dan menabung. Keluarga mempunyai rumah sendiri, terdapat
3 kamar dan satu kamar mandi, barang-barang yang keluarga miliki berupa kulkas,
televisi, rice cooker, sofa, tempat tidur, dan alat-alat keperluan dapur lainnya.
11. Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga mengatakan bahwa mereka setiap hari pada malam hari selalu berkumpul
untuk sekedar menonton tv bersama ataupun untuk berbincang-bincang. Setiap hari
libur selalu berkumpul bersama keluarga untuk makan bersama dan berbincang-
bincang. Untuk liburan keluar rumah biasanya dilakukan pada saat libur musim
sekolah, libur lebaran dan tahun baru.
II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
12. Tahap Perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga saat ini adalah keluarga dengan lanjut usia.
13. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

14. Riwayat keluarga


Riwayat yang dimiliki oleh keluarga Ny.A dan Ny.I yaitu riwayat keluarga dengan
penyakit Hipertensi sedangkan An.R mempunyai riwayat keluarga Hipertensi dari
ibu dan Kanker dari ayah. Ny.A saat ini dengan diagnosis dokter mempunyai
hipertensi, asam urat, dan insomnia. Sedangkan Ny.I tidak mempunyai masalah
kesehatan apapun. An.A mempunyai riwayat penyakit TB Kelenjar dan sudah tuntas
di obati oleh dokter spesialis anak di RS. Biasanya ketika ada yang sakit keluarga
Ny.I menggunkan fasilitas pelayanan kesehatan berupa puskesmas, klinik dan RS
tergantung seberapa parah penyakitnya dan seberapa banyak pemeriksaan yang
diperlukan untuk mendiagnosa penyakit tersebut. Keluarga mengatakan sedikit
mengetahui tentang penyakit-penyakit keturunan pada keluarga dan mengetahui
penyakit yang pernah diderita.
III. Karakteristik Keluarga
15. Rumah yang ditempati
Luas rumah keluarga cukup luas sekitar 100 m2, jumlah ruangan yang ada terdiri dari
3 kamar tidur, 1 ruang santai keluarga, 1 ruang tamu, dapur, kamar mandi, teras dan
halaman depan rumah. Jumlah jendela di rumah ada 3 buah jendela, pemanfaatan
ruangan cukup baik dan peletakan perabotan rumah cukup rapih.
16. Karakteristik tetangga dan komunitas
Keluarga mengatakan lingkungan dirumahnya hanya terdiri dari 4 rumah termasuk
rumahnya. Biasanya tetangga berkumpul ketika ada acara-acara tertentu saja. Tetapi
ketika lewat masih bertegur sapa. Kebiasaan untuk kesehatan yang dilakukan berupa
membuang sampah pada tempat yang telah disediakan.
17. Mobilitas geografis keluarga
Page 2
Keluarga mengatakan sudah sejak orang tuanya menikah telah tinggal di lingkungan
sini. Berpindah tempat ketika anak bungsunya menikah, dan pindah lagi kesini
karena suami dari anaknya telah meninggal dunia.
18. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga mengatakan sekarang sudah tidak ada acara di RT, dulu selalu ada arisan
RT tetapi sudah tidak lagi. Kalau dengan keluarga mereka setiap hari libur selalu
bekumpul tanpa ada harus ada acara tertentu terlebih dahulu.
19. Sistem pendukung keluarga
Jumlah anggota keluarga yang sehat 2 orang yaitu Ny.I dan An.R. Fasilitas yang
dimiliki keluarga dalam menunjang masalah kesehatan yaitu keluarga mempunyai
asuransi kesehatan.
IV. Struktur Keluarga
20. Pola komunikasi keluarga
Komunikasi yang dilakukan keluarga adalah komunikasi yang santai tidak ada
otoritas dalam masalah komunikasi.
21. Struktur kekuatan keluarga
Kepala keluarga berperan sangat penting dalam mengubah perilaku kesehatan.
22. Struktur peran
Ny.I sebagai kepala keluarga yang mencari nafkah dan juga sebagai ibu rumah
tangga serta pengambil keputusan dalam keluarga. Ny.A berperan sebagai ibu rumah
tangga. An.R berperan sebagai pelajar.
23. Nilai dan norma budaya
Tidak ada larangan atau ketentuan dalam keluarga untuk menjaga kesehatan.
Larangan diberikan kepada An.R untuk tidak mengkonsumsi mie instant.
V. Fungsi Keluarga
24. Fungsi afektif
(Mengkaji gambaran dari anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki
keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainya. Kehangatan pada
keluarga dan keluarga mengembangkan sikap saling menghargai).
25. Fungsi sosialisasi
Nilai dan norma kesopanan diajarkan dalam keluarga melalui nasehat dan
mencontoh perilaku yang baik.
26. Fungsi perawatan keluarga
Saat Ny.A mengalami sakit keluarga akan membawanya ke dokter. Keluarga
menjaga makanan yang di konsumsi oleh Ny.A dengan rendah garam.
27. Fungsi reproduksi
Jumlah anak Ny.A yang lahir 10 Orang. Perempuan 8 dan Laki-laki 2 Orang. Ny.A
tidak menggunakan kotrasepsi.
28. Fungsi ekonomi
Kebutuhan sandang,pandang,pangan keluarga Ny.A terpenuhi.
VI. Stress dan Koping Keluarga
29. Stressor jangka pendek
(Stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesai dalam waktu lebih
kurang 6 bulan dan jangka panjang yaitu yang memerlukan penyelesaian lebih dari 6
bulan)
Page 3
30. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
(Mengkaji sejauhmana keluarga beresponn terhadap situasi atau stressor)
31. Strategi koping yang digunakan
(Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan)
32. Strategi adaptasi disfungsional
(Dijelaskan mengenai adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalahan)

33. Pemeriksaaan fisik


Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang digunakan
pada pemeriksaa, tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik.
NO Komponen Ny.A
1 Kepala
2 Mata
3 Telinga
4 Hidung
5 Mulut
6 Leher &
Tenggorokan
7 Dada & Paru
8 Jantung
9 Abdomen
10 Ekstremitas Klien mengatakan nyeri
pada kaki di lutut sebelah
kanan, klien mengatakan
sakit pada skala 6
11 Kulit
12 Kuku
13 BB
14 TB
15 TTV

VII. Harapan keluarga terhadap asuhan keperawatan keluarga


(Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas
kesehatan yang ada)

Page 4
DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu, keluarga atau masyarakat yang
diperoleh melalui proses pengumpulan data dan analisis cermat, memberikan dasar untuk menetapkan
tindakan-tindakan dimana perawat bertanggung jawab melaksanakannya, (Shoemaker, 1984).
Diagnosa keperawatan keluarga dianalisa dari hasil pengkajian terhadap adanya masalah dalam
ahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga, fungsi-fungsi keluarga dan koping keluarga, baik
bersifat aktual, risiko maupun sejahtera, dimana perawat memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk
melakukan tindakan keperawatan bersama-sama dengan keluarga dan berdasarkan kemampuan dan
sumber daya yang digunakan. Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang didapat
pada pengkajian.
Komponen diagnosa keperawatan keluarga adalah:
1. Problem atau masalah (P)
Dibuat berdasarkan kebutuhan dasar manusia.
2. Etiologi atau penyebab (E)
Ditegakkan berdasarkan fungsi keluarga. Jika keluarga tidak memahami dua atau lebih dari lima
fungsi keluarga maka etiologi ditulis menjadi: Ketidak mampuan keluarga merawat anggota
kleuarga.
3. Sign atau tanda (S)

Tipologi diagnosa keperaatan adalah:


a. Diagnosa aktual (terjadi defisit atau gangguan kesehatan)
Hasil pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari gangguan kesehatan dimana
masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga memerlukan bantuan untuk segera di tangani
dengan cepat. Pada diagnosa keperawatan aktual faktor yang berhubungan dengan etiologi, atau
faktor penunjang lain yang telah mempengaruhi perubahan status kesehatan. Problem atau
masalah kesehatan ditegakkan berdasarkan kebutuhan dasar manusia. Dan etiologi ditegakkan
berdasarkan fungsi perawatan kesehatan keluarga.
b. Diagnosa risiko tinggi (ancaman kesehatan)
Sudah ditemukan data penunjang namun belum terjadi gangguan, tetapi tanda tersebut dapat
menjadi masalah aktual apabila tidak segera mendapatkan bantuan pemecahan dari tim kesehatan
atau keperawatan.
c. Diagnosa potensial (Keadaan sejahtera atau wellness)
Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat
ditingkatkan. Diagnosa keperawatan sejahtera tidak mencakup faktor-faktor yang berhubungan.
Perawat dapat memperkirakan kemampuan atau potensi keluarga dapat ditingkatkan kearah yang
lebih baik.

Setelah data di analisa kemungkinan perawat kesehatan masyarakat dalam satu keluarga perawat
dapat menemukan lebih dari satu masalah kesehatan dan keperawatan keluarga. Mengingat situasi
tersebut maka perawat kesehatan masyarakat dapat menyusun masalah kesehatan keluarga sesuai dengan
prioritasnya. Proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon and Maglaya, 1978.

Page 5
Format pembuatan analisa data

Data Penunjang Masalah Keperawatan

Menentukan prioritas masalah

Prioritas masalah keperawatan dilaukan setelah analisa data. Masalah perlu di prioritaskan karena
pertimbangan:
1. Masalah keperawatan keluarga yang dijumpai lebih dari satu
2. Sumber daya yang dimiliki keluarga dan komunitas terbatas
3. Keterbatasan IPTEK keperawatan yang dikuasai perawat keluarga
4. Berat dan menonolnya masalah yang dirasakan oleh keluarga berbeda-beda
5. Waktu yang dimiliki terbatas
6. Mengatasi masalah prioritas dapat mengatasi masalah lain yang ditimbulkan akibat masalah inti
tersebut

Skoring diagnosa keperawatan


Diagnosa keperawatan: ………………………………………………………………………………………………………………………….

No Kriteria Bobot Skor


1 Sifat Masalah
1. Aktual 3
2. Risiko 1 2
3. Potensial 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah
1. Mudah 2
2. Sebagian 2 1
3. Tidak dpat 0
3 Potensial masalah untuk dicegah
1. Tinggi 3
2. Cukup 1 2
3. Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
1. Masalah berat, harus segera di tangani 2
2. Ada masalah, tetapi tidak perlu segera ditangani 1 1
3. Masalah tidak dirasakan 0
Total

Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan:


a. Tentukan skore untuk setiap kriteria yang telah dibuat
b. Selanjutnya skor dibagi dengan angka yang tertinggi dan dikalikan dengan bobot
(Skor/Angka tertinggi x bobot)

Page 6
c. Jumlahkan skore untuk semua kriteria, skor tertinggi adalah 5 (lima) sama dengan seluruh bobot
Empat (4) kriteria yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas masalah:
1. Sifat masalah
Sifat masalah kesehatan dapat dikelompokkan dalam aktual atau risiko diberikan bobot yang lebih
tinggi karena masalah tersebut memerlukan tindakan yang segera dan biasanya masalah dirasakan
atau disadari oleh keluarga. Potensial diberikan bobot yang paling sedikit atau rendah karena
faktor-faktor kebudayaan biasanya dapat memberikan dukungan bagi keluarga untuk mengatasi
masalahnya dengan baik.
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
Kemungkinan berhasilnya mengurangi atau mencegah masalah jika ada tindakan (intervensi)
faktor-faktor yang perlu diperharikan dalam menentukan skor kemungkinan masalah dapat
diperbaiki/diubah adalah:
 Pengetahuan dan teknologi serta tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani masalah
 Sumber-sumber yang ada pada keluarga baik dalam bentuk fisik, keuangan atau tenaga
 Sumber-sumber dari keperawatan (pengetahuan, keterampilan dan waktu)
 Sumber-sumber di masyarakata (fasilitas kesehatan, organisasi masyarakat, dukungan
sosial masyarakat.
3. Potensial masalah untuk dicegah
Sifat dan beratnya masalah yang akan itmbul dapat dikurangi atau dicegah. Faktor-faktor yang
perlu diperhatikan dalam mennetukan skore kriteria potensi masalah bisa dicegah adalah:
 Kepelikan dari masalah
Berkaitan dengan beratnya penyakit atau masalah, prognosa penyakit atau kemungkinan
merubah masalah. Pada umumnya makin berat masalah tersebut makin sedikit
kemungkinan untukmerubah atau mencegah sehingga makin kecil potensi masalah yang
akan timbul
 Lamanya masalah
Hal ini berkaitan dengan jangka waktu terjadinya masalah tersebut. Biasanya lamanya
masalah mempunyai dukungan langsung dengan potensi masalah bila dicegah.
 Adanya higt risk atau kleompok yang peka atau rawan
Adanya kelompok tersebut pada keluarga akan menambah potensi masalah bila dicegah.
4. Menonjolnya masalah
Merupakan cara keluarga melihat dan menilai masalah tentang beratnya masalah serta
mendesaknya masalah untuk diatasi. Hal yang perlu diperhaikan dalam memeberikan skore pada
kriteria ini, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga tersebut melihat masalah.
Dalam hal ini jika keluarga menyadari masalah dana merasa perlu untuk menangani segera maka
harus diberi skore yang tinggi

Page 7
PERENCANAAN KEPERAWATAN KELUARGA

Perencanaan atau intervensi keperawatan adalah proses menetapkan tujuan, mengidentifikasi


sumber-sumber dalam keluarga untuk tindakan keperawatan, membuat alternatif-alternatif pendekatan
kepada keluarga, merancang intervensi dan enetapkan prioritas terapi keperawatan. Rencana
keperawatan keluarga adalah merupakan kumpulan tindakan yang direncanakan oleh perawat untuk
dilaksanakan dalam menyelesaikan atau mengatasi masalah kesehatan/masalah kepeawatan yang telah
diidentifikasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan keperawatan keluarga:
 Rencana keperawatan harus didasarkan atas analisa yang menyeluruh tentang masalah atau situasi
keluarga
 Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuandan falsafah instansi kesehatan.
 Rencana keperawatan dibuat bersama dengan keluarga. Hal ini sesuai dengan prinsip bahwa
perawat bekerja bersama keluarga bukan untuk keluarga.
 Sebaiknya rencana keperawatan dibuat secara tertulis.

Indikasi untuk intervensi keperawatan keluarga


Wright & Leahey dalam Friedman (1998) menganjurkan untuk melakukan intervensi keperawatan
keluarga pada kondisi-kondisi berikut:
1. Adanya keluarga dengan suatu masalah yang berhubungan di antara anggota keluarga yang
dipengaruhi
2. Adanya anggota keluarga dengan penyakit yang memiliki dampak yang merugikan secara nyata
terhadap anggota keluarga yang lain.
3. Anggota keluarga mendukung permasalah atau gelaja pada individu
4. Salah satu anggota keluarga menunjujjan perbaikan dari gejala, sedangkan anggota keluarga yang
lain mengalami kemunduran
5. Seorang anggota keluarga didiagnosis penyakitnya untuk pertama kalinya.
6. Perkebangan anak atau remaja secara emosional, tingkah laku atau fisik dalam konteks anggota
keluarga yang sakit
7. Salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit kronis pulang atau pindah dari suatu institusi
ke komunitas
8. Anggota keluarga mengalami penyakit yang mematikan

Klasifikasi intervensi keperawatan

Menurut Freeman and Freedman (1998), secara umum intervensi keperawatan dapat
diklasifikasikan menjadi:
1. Supplemental
Perawat secara langsung memberikan pelayanan keperawatan yang tidak dapat dilakukan oleh
keluarga
2. Facilitative
Perawat membantu mengatasi hambatan dari keluarga dalam memperoleh pelayanan medis,
kesejahteraan sosial, transportasi, atau pelayanan perawatan kesehatan di rumah
3. Developmental
Perawat membantu keluarga untuk menolong diri sendiri sesuai kemampuannya (misalnya
meningkatkan kemampuan merawat diri dalam keluarga dan tanggung jawab diri sendiri). Perawat

Page 8
juga membantu keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang bersumber dari diri sendiri,
seperti dukungan sosial internal dan eksternal

Model intervensi keluarga Calgary

Merpakan suatu kerangka pengorganisasian konseptual pembagian domain khusus dari fungsi
kleuarga dan intervensi spesifik yang diusulkan oleh perawat. Fokus utamanya adalah meningkatkan,
memperbaiki dan membantu fungsi keluarga secara efektif dalam tiga domain (Kognitif, afektif dan
psikomotor).
1. Kognitif
Intervensi secara langsung keperawatan pada domain kognitif fungsi keluarga adalah memberikan
ide-ide baru, pandangan dan informasi atau pendidikan, khususnya masalah kesehatan atau risiki
2. Afektif
Tindakan secara langsung keperawatn pada domain afektif fungsikeluarga adalah membantu
keluarga mengendalikan respon emosional yang dapat menjadi hambatan dalam upaya
pemecahan masalah
3. Psikomotor
Strategi keperawatan secara langsung pada domain psikomotor fungsi keluarga adalah membantu
anggota keluaga saling mempengaruhi atau bertingkah laku dengan cara berbeda satu sama lain
dengan mereka yang berada fi luar keluarga

Intervensi keluarga spesifik

Strategi intervensi spesifik pelayanan kesehatan yang profesional di dalam keluarga bergantung
pada tingkatan fungsi keluarga. Bentuk intervensi keperawatan khusus adalah:
1. Modifikasi tingkah laku
2. Kontrak
3. Manajemen khusus, meliputi koordinasi dan advokasi
4. Kolaborasi
5. Konsultasi
6. Konseling, meliputi dukungan, umpan-balik kognitif, intervensi krisis, dan bekerja dalam kelompok
7. Strategi pemberdayaan
8. Modifikasi linkungan
9. Advokasi
10. Modifikasi gaya hidup, meliputi manajemen stress
11. Hubungan tetangga (misalnya dasawusma) yang meliputi penggunaan kelompok swabantu dan
dkungan sosial
12. Merujuk
13. Model peran
14. Peran tambahan, misalnya peran sebagai kader kesehatan, pokjakes, PKK, atau posyandu
15. Strategi pengajaran
16. Klarifikasi nilai-nilai

Page 9
Hambatan dalam intervensi keperawatan keluarga (Bailon & Maglaya, 1978) disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu:
1. Informasi yang diperoleh keluarga mungkin kurang atau keliru
2. Informasi yang diperoleh keluarga tidak menyeluruh, sehingga keluarga hanya melihat sebagian
dari masalah
3. Kleuarga memperoleh informasi yang diperlukan, tetapi mereka tidak dapat mengaitkan dengan
situasi mereka
4. Keluarga tidak mau menghadapi sitiuasi
5. Angota-anggota keluarga tidak mau melawan tekanan dari keluarga atau sosial
6. Keluarga ingin mempertahankan suatu pola tingkah laku
7. Kegagalan dalam mengaitkan antara tindakan dan sasaran kekuarga
8. Keluarga kurang percaya terhadap tindakan yang diusulkan

Kesulitan-kesulitan pada tahap implementasi dapat juga diakibatkan oleh tindakan-tindakan perawat yang
tidak tepat. Hal tersebut merupakan akibat dari:
1. Perawat cenderung menggunakan satu pola pendekatan yang tetap (perawat kaku, kurang luwes)
2. Perawat kurang memberikan penghargaan dan perhatian terhadap fakjtor-faktor sosial budaya
3. Perawat kurang ahli dalam mengambil tindakan serta menggunakan berbagai macam tehnik,
mengingat rumitnya masalah yang berhubungan dengan tingkah laku dalam kehiudpan keluarga.

Langkah-langkah dalam mengembangkan rencana keperawatan keluarga adalah:


1. Menetapkan sasaran atau goal
Sasaran adalah tujuan umum yang merupakan tujuan akhir yang akan dicapai melalui segala upaya.
Prinsip yang paling utama dalah bahwa sasaran harus ditemukan bersama keluarga. Contoh setelah
dilakukan tindakan keperawatan kleuarga mampu merawat anggota keluarga yang menderita
penyakit hipertensi.
2. Menetapkan tujuan atau objective
Kenyataan yang lebih spesifik atau lebih terperinci tentang hasil yang diharapkan dari tindakan
perawatan yang akan dilakukan. Ciri tujuan yang objektif adalah SMART. Contoh: setelah dilakukan
indakan keperawatandiharapkan anggota keluarga yang sakit hipertensi mengerti tentang cara
pencegahan dan pengobatan hipertensi dan tekanan darah 120/80 mmHg.
3. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan
Tergantung pada sifat masalah dan sumber-sumber yang tersedia untuk memecahkan masalah.
Perawat dapat melakukan tindakan keperawatan dalam rangka menstimulus kesadaran dan
penerimaan terhadap masalah atau kebutuhan keluarga dengan jalan:
 Memperluas informasi atau pengetahuan keluarga
 Membantu keluarga untuk melihat dampak atau akibat dari situasi yang ada
 Menghubungkan antara kebutuhan kesehatan dengan sasaran yang telah ditentukan
 Menunjang sikap atau emosi yang sehat dalam menghadapi masalah
Perawat dalam memnolong keluarga harus dapat mengambil keputusan yang tepat dalam
menyelesaikan masalah. Untuk itu dapat dilakukan:
 Mendiskusikan tentang konsekuensi yang akan timbul jika tidak melakukan tindakan
 Memperkenalkan kepada kleuarga tentang alternatif kemungkinan yang dapat diambil
serta sumber-sumber yang diperlukan untuk melaksanakan alternatif tersebut.
 Mendiskusikan dengan keluarga tentang manfaat dari masing-masing alternatif atau
tindakan.

Page 10
Untuk meningkatkan kepercayaan diri keluarga dalam meberikan keperawatan terhadap anggota
keluarga yang sakit, perawat dapat melakukan tindakan anatara lain:
 Mendemonstrasikan tindakan yang diperlukan
 Memanfaatkan fasilitas atau sarana yang ada dirumah keluarga
 Menghindarkan hal-hal yang mengganggu keberhasilan keluarga dalam merusjuk pasien
atau mencai pertolongan kepada tim kesehatan yang ada.
4. Menentukan kriteria dan standar
Kriteria merupakan tanda atau indikator yang digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan.
Sedangkan standar menunjukkan tingkat performance yang diinginkan untuk membandingkan
bahwa perilaku yang menjadi tujuan tindakan keperawatan telah tercapai. Pernyataan tujuan yang
tepat akan menentukan kejelasan kriteria dan standar evaluasi

Page 11

Anda mungkin juga menyukai