Anda di halaman 1dari 11

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DENGAN ANGGOTA KELUARGA LANSIA

A. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : 11 November 2018
I. Data umum
1. Kepala keluarga : Tn. W
2. Alamat : Jl Kauman II, Kromengan, Malang
3. Pekerjaan : Wiraswasta
4. Pendidikan : SMP
5. Komposisi keluarga :
No. Nama Jenis Hub. Umur Pendidikan Pekerjaan Status
Kelamin Dengan Kesehatan
KK
1. Tn.W L Kepala SMP Wiraswasta Herpes
Keluarga zoester
Hipertensi
2. Ny.S P Istri SD Ibu Rumah Hipertensi
Tangga
3. AS L Cucu D3 Mahasiswa Sehat

Genogram:

57 54 51 48 45 42

6. Tipe keluarga : Keluarga Inti


7. Suku bangsa : Indonesia/Jawa
8. Agama : Islam
9. Status sosial ekonomi keluarga :
Penghasilan keluarga ± 800.000/bulan yang diperoleh bapak W saat sehat, usaha
bu S menjual gorengan dengan penghasilan ±15.000/hari. Saat bapak W sakit
penghasilan keluarga dibantu sang anak ±500.000/bulan.
10. Aktivitas rekreasi keluarga :
Cucu menjadi satu-satunya hiburan untuk keluarga pak W. Cucu dari anak
bungsu nya tinggal bersama bapak W dan ibu S. Saat cucunya ikut orang tuanya ke
kota pada akhir minggu, yang dilakukan bapak W adalah menonton tv, dan ibu S
mengunjungi cucu lainnya ke rumah anak mereka terdekat.
II. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
11. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga usia tua
12. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Ibu S melakukan tugasnya untuk merawat bapak W sebisa mungkin. Namun ada
tugas keluarga usia tua yang belum terpenuhi: Keluarga belum bisa menciptakan
suasana kehidupan rumah tangga yang saling menyenangkan antar pasangan, ibu S
belum bisa menerima kondisi dimana bapak W mengalami demensia, ibu S masih
mampu melakukan life review masa lalu, namun bapak W sudah tidak bisa
mengingat memori masa lalu.
13. Riwayat kesehatan keluarga saat ini
TN. W pada usia muda mempunyai tekanan darah yang normal. Namun memasuki
usia tua Tn. W mengidap penyakit hipertensi dengan tekanan darah sistole kisaran
160/180mmHg dan mengalami demensia. Ny. S mempunyai riwayat penyakit
hipertensi sejak usia muda. Anak-anaknya dalam keadaan sehat, status imunisasi
balitanya lengkap semua dengan memanfaatkan fasilitas kesehatan poliklinik yang
ada di sekitar rumah (300 m dari rumah).
14. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Kakak ke-2 pak W meninggal dunia karena sudah usianya, sedangkan adik
pertama dan ke-2 telah meninggal dunia karena serangan jantung. Saudara bu S
dalam keadaan sehat.
III. Data lingkungan
15. Karakteristik rumah
Luas rumah yang ditempati ± , terdiri dari 3 kamar tidur, 1 ruang sebagai
gudang, 1 kamar mandi dan WC, ruang tamu, dan dapur. Tipe bangunan rumah
adalah permanen. Lantai terbuat dari plester, jumlah jendela samping 5, dengan
ukuran 0,60m x 0,50m,barang yang tidak terpakai ditaruh di ruangan yang dulunya
kamar lalu difungsikan menjadi gudang semenjak anaknya pindah ke kota. Sumber
air minum yang digunakan dari sumur. WC yang dimiliki sudah mengalir ke septik
tank. Kebiasaan memasak menggunakan kompor gas dan kayu bakar di dalam
rumah.
Denah rumah:

KM 1 KM 2 KM 3 GU DAPUR
DA
NG
R. TAMU
TOILET

16. Karakteristik tetangga dan komunitasnya


Tetangga sekitar rumah saling membantu satu dengan yang lainnya. Tetangga
memperhatikan keadaan pak W dengan terkadang membagikan makanan seperti
jajanan karena pak W kurang suka makan nasi serta mengantar bu S jika berobat ke
rumah sakit.
17. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga pak W pernah sempat pindah tempat tinggal waktu pertama menikah
ke Jember, lalu kembali lagi ke rumahnya di Malang setelah orangtua dari bu S
meninggal dunia, lalu menempati rumah itu sampai saat ini.
18. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Bu S selalu mengikuti kegiatan masyarakat seperti arisan, tahlilan, dan kegiatan
masyarakat lainnya. Sebelum sakit pak W juga sering mengikuti kegiatan
masyarakat, semenjak demensia pak W hanya berdiam diri di rumah dan tidak
pernah jalan jauh dari rumah.
19. Sistem pendukung keluarga
Pak W dirawat sendiri oleh bu S. Bu S mengatakan tidak memiliki tabungan
uang yang dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari. Biaya periksa ke rumah
sakit menggunakan BPJS yang biayanya dibayar oleh anaknya yang berada di luar
kota.

IV. Struktur keluarga


20. Strukur peran
Pak W sudah lupa perannya sebagai kepala keluarga yang harus bertanggung
jawab memenuhi keperluan keluarganya karena tn. W mengalami demensia. Istrinya
berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan juga penjual gorengan di pagi hari di depan
rumahnya. Anak pertamanya bekerja sebagai wiraswasta yang memiliki usaha
keripik pisang, anak ke-2 dan ke-3 bekerja sebagai guru SD di kota lain, anak ke-4
dan ke-6 bekerja di toko swalayan swasta, anak ke-5 bekerja sebagai tukang ojek
online.
21. Nilai dan norma keluarga
Nilai dan norma keluarga menyesuaikan dengan nilai agama yang dianut dan
norma yang berlaku di lingkungannya. Bu S menganggap demensia yang dialami
pak W adalah akibat karena sifat buruk pak W di masa lampau.
22. Pola komunikasi keluarga
Bu S sering menceritakan keluhannya merawat pak W ke anak dan cucunya
melalui telfon atau ketika anak dan cucu mengunjungi rumahnya.
23. Struktur kekuatan keluarga
Bu S lebih berpengaruh dalam kehidupan berkeluarga.

V. Fungsi keluarga
24. Fungsi ekonomi
Menurut pengakuan bu S, penghasilan keluarga menurun karena saat ini tidak
bisa setiap hari berjualan gorengan karena usianya juga sudah menua dan untuk
berbelanja bahan jualan juga jauh dari pasar dan tidak ada yang menjaga tn W.
25. Fungsi mendapatkan status sosial
Keluarga pak W termasuk keluarga yang disegani oleh masyarakat karena sudah
lama tinggal di lingkungan tersebut.
26. Fungsi pendidikan
Pak W lulusan SLTP yang dulunya sudah bekerja sebagai guru tetapi tidak
sampai menjadi pensiunan. Ibu S lulusan SD. Anak pertama nya lulusan SD, anak
ke-2 dan ke-3 lulusan S1, anak ke-4,5, dan 6 lulusan SMA sederajat.
27. Fungsi sosialisasi
Keluarga tn.W bersosialisasi dengan baik kepada warga sekitar dan selalu
berpartisipasi pada kegiatan masyarakat dan berperilaku sesuai norma dan agama
yang dianut.
28. Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan
a. Mengenal masalah kesehatan
Bu S tau mengenai penyakitnya yaitu hipertensi, tn. W sama sekali tidak
tau dan tidak merasakan apa-apa tentang penyakitnya dikarenakan pak W
mengalami demensia semenjak 5 bulan yang lalu pak W menderita penyakit
herpes zoester.
b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
Ketika merasakan badan sudah tidak enak bu S memeriksakan dirinya ke
rumah sakit, jika pak W sakit, bu S juga membawanya ke rumah sakit.
c. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Bu S bisa merawat pak W ketika sakit, terkadang meminta bantuan ke
cucunya.
d. Kemampuan keluarga memelihara/ memodifikasi lingkungan rumah yang sehat
Keluarga selalu membuka jendela ketika pagi hari agar matahari bisa
masuk ke dalam rumah, agar suhu ruangan tidak lembab.
e. Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
Ketika sakit keluarga pak W selalu memeriksakan diri ke rumah sakit
atau bidan desa di rumahnya.
29. Fungsi religius
Tn. W semenjak sakit tidak bisa melaksanakan kewajibannya sebagai muslim.
Sedangkan bu S masih melaksanakan ibadah.
30. Fungsi rekreasi
Bu S terkadang mengikuti rekreasi ke tempat wisata jika ada kegiatan arisan
dengan warga sekitar, keluarga Tn. W juga menyempatkan rekreasi keluarga ketika
ada hari besar ketika anak-anaknya bisa berkumpul semua.
31. Fungsi reproduksi
Bu S sering memberikan contoh pengalaman dalam proses pembentukan
keluarga, memiliki anak dengan jarak 3 tahun setelah melahirkan.
32. Fungsi afeksi
Bu S memberikan teguran pada anaknya apabila anaknya melakukan kesalahan.
Keluarga mengajarkan anak yang lebih tua untuk mengerti kondisi adiknya. Sikap
saling menghormati antar anggota keluarga masih tetap diajarkan oleh keluarga.

VI. Stres dan koping keluarga


33. Stresor jangka pendek dan panjang
Sejak 3 tahun belakangan pak W mengalami demensia dan tidak mengingat
sama sekali anggota keluarga dan lupa bagaimana toileting yang benar. Bu S juga
terkadang tidak memiliki uang untuk keperluan sehari-hari jika anaknya belum
mengirimkan uang bulanan.
34. Kemampuan keluarga berespons terhadap stresor
Keluarga sering marah kepada pak W karena demensia yang dialami dan
berharap anak-anaknya mengirim uang bulanan tepat waktu ketika bu S
membutuhkan untuk keperluan sehari-hari.
35. Strategi koping yang digunakan
Keluarga menerima keadaan dimana kondisi ekonomi sedang tidak mendukung
dan selalu melibatkan anak-anaknya untuk mengambil keputusan yang terbaik untuk
keluarga.
36. Strategi adaptasi disfungsional
Bu S sering memarahi pak W ketika pak W lupa bagaimana cara toileting yang
benar.

VII. Pemeriksaan kesehatan tiap individu anggota keluarga


a. Pak W
TD: 160/90 mmHg S: 36,3⁰C
N: 82x/menit RR: 23x/menit
b. Bu S
TD: 140/90 mmHg S: 36,5⁰C
N: 78x/menit RR: 20x/menit
VIII. Harapan keluarga
Bu S berharap bisa mengganti lantai rumahnya dengan keramik karena
melihat lantai rumahnya masih dari plester sedangkan tetangganya sudah
menggunakan keramik.

B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN KELUARGA


I. Analisis dan sintesis data
No. Data Masalah Penyebab
Subjektif:
Pak W mengalami demensia sejak 3
Hambatan interaksi
tahun yang lalu.
sosial berhubungan
1. Demensia
dengan gangguan
Objektif:
proses pikir
Pak W tidak bisa mengingat nama
anggota keluarga.
Subjektif:
Pak W merasa gatal disebagian
Defisit perawatan diri Ketidakmampuan
mukanya.
: mandi berhubungan membasuh tubuh dan
Objektif:
2. dengan gangguan mengeringkan tubuh
Ada bekas luka dari herpes zoester dan
fungsi kognitif dengan benar
tidak bisa melakukan toileting dengan
benar.

II. Perumusan diagnosis keperawatan


No. Diagnosa keperawatan (PES)
1. Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan gangguan proses pikir
2. Defisit perawatan diri : mandi berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif

III. Penilaian (skoring) diagnosis keperawatan


No.
Kriteria Skor Pembenaran
Dx
1. a. Sifat masalah: Bila tidak diatasi akan
2 menimbulkan
× 1 = 2/3
3 masalah karena tidak
bisa mengenal
anggota keluargnya
sendiri.
b. Kemungkinan masalah dapat diubah: Hal ini memnag tidak
0 dapat diubah, karena
×2=0
2 sudah usia lanjut.
c. Potensi masalah untuk dicegah: Anak-anak memiliki
kesibukan masing-
masing tetapi harus
bisa meluangkan
2
3
× 1 = 2/3 waktu untuk
mengunjungi orang
tua di waktu
senggang.
d. Menonjolnya masalah: Demensia bisa
menimbulkan
masalah interaksi
social, namun hal ini
1 kurang bisa
× 1 =1/2
2 diselesaikan karena
memori orang lansia
lebih sulit untuk
dikembalikan.
Total skor
2. Kondisi kesehatan
kurang baik karena
a. Sifat masalah: 3
×1=1 virus herpes yang
3
masih menyerang
tubuh pak W
Masalah ini bisa
diselesaikan dengan
meminum obat secara
b. Kemungkinan masalah dapat teratur tanpa putus.
1
diubah: 2
×2=1 Tetapi masih ada
kemungkinan akan
timbul lagi gejalanya
karena virus ini
menetap dalam tubuh.
Masalah ini cukup
bisa dicegah dengan
meminum obat secara
c. Potensi masalah untuk dicegah: 2
3
× 1 = 2/3 terartur tetapi
keluarga pak W
sering lupa
memberikan obat.
Masalah ini berat
d. Menonjolnya masalah: 2 karena mengganggu
×1=1
2 kesehatan dan
kenyamanan pak W.

IV. Prioritas diagnosa keperawatan


Prioritas Diagnosa keperawatan Skor
1. Defisit perawatan diri : mandi berhubungan 3 2/3
dengan gangguan fungsi kognitif
2. Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan 1 1/6
gangguan proses pikir

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


Dx. Keperawatan: Defisit perawatan diri : mandi berhubungan dengan gangguan fungsi
kognitif
Tujuan Kriteria Hasil/standar Intervensi
1. Jelaskan cara
toilet training
yang benar
kepada keluarga
dan lansia.
2. Mengajarkan
kepada keluarga
untuk bisa
menerima
perubahan
fungsi kognitif
dari pak W.
3. Bersama
keluarga
Lansia tahu mendiskusikan
Setelah dilakukan
bagaimana cara tempat dimana
tindakan
membersihkan diri: lansia bisa
keperawatan lansia
mandi dengan benar. Lansia bisa melakukan
mampu
Keluarga membersihkan toileting secara
membersihkan diri
mengkomunikasi dan badan dan toileting mandiri.
nya secara mandiri
membantu dengan secara mandiri. 4. Anjurkan pasien
dan bisa melakukan
telaten kepada lansia untuk selalu cuci
toileting dengan
cara membersihkan tangan.
benar.
badan dan toileting. 5. Dorong pasien
untuk
melakukan
aktivitas
normal sehari-
hari sampai
batas
kemampuan
pasien
6.

Dx: Keperawaratan: Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan gangguan proses pikir
Tujuan Kriteria Hasil/standar Intervensi
3. Bina hubungan
saling percaya
dengan anggota
keluarga.
4. Pertimbangkan
pemahaman
keluarga terhadap
kondisi yang ada.
5. Pertimbangkan
perasaan anggota
keluarga terhadap
situasi yang
1. Lansia bisa mereka hadapi.
menyebutka
6. Monitor hubungan
n identitas
Lansia memahami
dirinya keluarga saat ini.
topik apa yang Lansia dapat
dengan
sedang dibicarakan menerima pesan 7. Identifikasi
benar.
oleh lawan bicara. yang disampaikan
2. Dapat mekanisme koping
lawan bicara
menerima
keluarga.
pesan yang
disampaikan. 8. Dukung keluarga
meningkatkan
hubungan yang
positif.
9. Kolaborasikan
dengan keluarga
dalam pemecahan
masalah dan
pengambilan
keputusan.
10. Verifikasi
pemahaman
mengenai pesan-
pesan yang
disampaikan
dengan
menggunakan
pertanyaan
maupun
memberikan
umpan balik

Anda mungkin juga menyukai