Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

TERAPI KOMPLEMENTER PADA PENYAKIT DIABETES MELITUS


(DM)
Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Tugas mata kuliah Terapi Komplementer
Dosen pengampu: Arieni Ramadhan, S.Kep., Ners, MHPE

Disusun oleh:
Rahmatulloh Al Aziz
1118062

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas rahmatnya yang
diberikan kepada saya, hingga saya dapat menyelesaikan sebuah makalah yang mudah-mudahan
bermanfaat bagi para pembaca dengan judul “ TERAPI KOMPLEMENTER PADA PENYAKIT
DIABETES MELITUS (DM) ”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dan pengajar mata
kuliah Terapi Komplementer.
Saya sebagai penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada dosen
pengajar mata kuliah Terapi Komplementer dan pihak-pihak yang membantu saya dalam
pencarian dan pemberian ide tentang proses membuat hingga terbentuknya tugas ini. Dan saya
berharap agar Tugas ini dapat bermanfaat dalam proses pembelajaran di dalam kelas dan proses
pembelajaran di tahun pembelajaran berikutnya.
Maka dari itulah saya mengharapkan kritik dan saran yang di berikan kepada saya demi
memperbaiki makalah ini di waktu yang akan datang.

Bandung, Juni 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................1
1.4 Manfaat..........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................2
2.1 Pengertian Terapi Komplementer..................................................2
2.2 Jenis-jenis Terapi Komplementer..................................................2
2.3 Pengertian Diabetes Melitus..........................................................3
2.4 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Melitus....................3
2.5 Terapi Komplementer Yang Berkaitan Dengan Penyakit.............17
BAB III PENUTUP.................................................................................18
3.1 Kesimpulan....................................................................................18
3.2 Saran..............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi isu di banyak negara. Masyarakat
menggunakan terapi ini dengan alasan keyakinan, keuangan, reaksi obat kimia dan tingkat
kesembuhan. Perawat mempunyai peluang terlibat dalam terapi ini, tetapi memerlukan
dukungan hasil-hasil penelitian (evidence-based practice). Pada dasarnya terapi
komplementer telah didukung berbagai teori, seperti teori Nightingale, Roger, Leininger,
dan teori lainnya. Terapi komplementer dapat digunakan di berbagai level pencegahan.
Perawat dapat berperan sesuai kebutuhan klien.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian terapi komplementer?
2. Jenis-jenis teripa komplementer?
3. Apa pengertian penyakit Diabetes Melitus ?
4. Asuhan keperawatan pada pasien Diabetes Melitus ?
5. Terapi komplementer yang berkaitan dengan penyakit Diabetes Melitus ?
1.3 Tujuan

Tujuan makalah ini adalah diharapkan agar pembaca paham terhadap isi “ MAKALAH
TERAPI KOMPLEMENTER PADA PENYAKIT DIABETES MELITUS ” dan juga
sebagai pelengkap nilai penyusun mata kuliah Terapi Komplementer.

1.4 Manfaat
1. untuk memberikan informasi pada pembaca
2. untuk menambah ilmu pengetahuan mengenaI penyakit Diabetes Melitus (DM)

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Terapi Komplementer
Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam
pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam
pengobatan modern (Andrews et al., 1999).

Terminologi ini dikenal sebagai terapi modalitas atau aktivitas yang


menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan (Crips & Taylor, 2001).

Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya dengan pengobatan holistik.


Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara menyeluruh
yaitu sebuah keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa
dalam kesatuan fungsi (Smith et al., 2004).

Teori keperawatan yang ada dapat dijadikan dasar bagi perawat dalam
mengembangkan terapi komplementer misalnya teori transkultural yang dalam
praktiknya mengaitkan ilmu fisiologi, anatomi, patofisiologi, dan lain-lain. Hal ini
didukung dalam catatan keperawatan Florence Nightingale yang telah menekankan
pentingnya mengembangkan lingkungan untuk penyembuhan dan pentingnya terapi
seperti musik dalam proses penyembuhan. Selain itu, terapi komplementer meningkatkan
kesempatan perawat dalam menunjukkan caring pada klien (Snyder & Lindquis, 2002).

2.2 Jenis-jenis Terapi Komplementer


Terapi komplementer ada yang invasif dan noninvasif. Contoh terapi
komplementer invasif adalah akupuntur dan cupping (bekam basah) yang menggunakan
jarum dalam pengobatannya. Sedangkan jenis non-invasif seperti terapi energi (reiki,
chikung, tai chi, prana, terapi suara), terapi biologis (herbal, terapi nutrisi, food
combining, terapi jus, terapi urin, hidroterapi colon dan terapi sentuhan modalitas;
akupresur, pijat bayi, refleksi, reiki, rolfing, dan terapi lainnya (Hitchcock et al., 1999)

Klasifikasi lain menurut Smith et al (2004) meliputi gaya hidup (pengobatan


holistik, nutrisi), botanikal (homeopati, herbal, aromaterapi); manipulatif (kiropraktik,
akupresur & akupunktur, refleksi, massage); mind-body (meditasi, guided imagery,
biofeedback, color healing, hipnoterapi). Jenis terapi komplementer yang diberikan sesuai
dengan indikasi yang dibutuhkan. Contohnya pada terapi sentuhan memiliki beberapa
indikasinya seperti meningkatkan relaksasi, mengubah persepsi nyeri, menurunkan
kecemasan, mempercepat penyembuhan, dan meningkatkan kenyamanan dalam proses
kematian (Hitchcock et al., 1999).

2
2.3 Pengertian Diabetes Melitus
a. Definisi
Diabetes Mellitus (DM) merupakan masalah kesehatan global. DM adalah
gangguan sistem endokrin yang dikarakteristikkan oleh fluktuasi kadar gula darah
yang abnormal, biasanya berhubungan dengan defect produksi insulin dan
metabolisme glukosa (Dunning, 2003).
Diabetes mellitus atau DM sering disebut sebagai “silent killer” atau tidak
menunjukkan tanda dan gejala (O’Hara, 2006). DM merupakan suatu penyakit yang
bersifat kronis, tidak dapat disembuhkan, hanya bisa dikontrol dengan pola hidup
sehaat dan obatobatan (Beever, 2006).

b. Etiologi
Pada penderita diabetes mellitus pangaturan sistem kadar gula darar terganggu ,
insulin tidak cukup mengatasi dan akibatnya kadar gula dalam darah bertambah
tinggi. peningkatan kadar glukosa darah akan menyumbat seluruh sistem energi dan
tubuh berusaha kuat mengeluarkannya melalui ginjal. Kelebihan gula dikeluarkan
didalam air kemih ketika makan makanan yang banyak kadar gulanya. Peningkatan
kadar gula dalam darah sangat cepat pula karena insulin tidak mencukupi jika ini
terjadi maka terjadilah diabetes mellitus. (Tjokroprawiro, 2006 ).
c. Fatofisiologi
Pada DM type II jumlah insulin normal, malah mungkin lebih banyak tetapi
jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang. Reseptor
insulin ini dapat di ibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada
keadaan tadi lubang kuncinya yang kurang, hingga meskipun anak kuncinya (insulin)
banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk
sel akan sedikit, sehingga sel akan kekurangan bahan bakar (glukosa) dan glukosa di
dalam pembuluh darah meningkat (Suyono, 2004).

2.4 Asuhan Keperawatan Pada PAsien Diabetes Melitus


Dalam BAB ini penulis akan menyelesaikan sebuah laporan kasus Pemenuhan
Kebutuhan Dasar pada klien Ny.S dengan Diabetes Melitus Tipe 2 di paviliun Melati
RS. Islam Jakarta Cempaka Putih. Proses pelaksananaan Asuhan Keperawatan selama
tiga hari dari tanggal 23-25 mei 2017. dalam melengkapi data ini penulis mengadakan
wawancara dengan klien, keluarga klien, tim perawat diruangan, selain itu juga
memperoleh data-data catatan medis, catatan keperawatan, dan di dapatkan hasil
observasi langsung serta pemeriksaan fisik.
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada klien di lakukan pada tanggal 23 mei 2017 di Paviliun Melati
Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih.

3
1. Identitas klien Klien berinisial Ny.S, jenis kelamin perempuan, usia 57
tahun, status pernikahan menikah, beragama islam, suku bangsa jawa,
pendidikan terakhir SMP, bahasa yang digunakan adalah bahasa
indonesia, pekerjaan saat ini ibu rumah tangga, alamat jalan Rusun
Damkar Blok F Lt1/8 kelurahan cengkareng barat, sumber biaya jaminan
perusahaan, sumber informasi diperoleh dari klien, keluarga klien, tim
perawat ruangan dan status klien.
2. Resume Pada tanggal 20 mei 2017 jam 21:55 wib, Ny.S klien datang ke
UGD dengan keluhan lemas sejak 2 hari yang lalu, mata berkunang
kunang, mual, muntah 3kali. Keluarga klien mengatakan klien mempunya
riwayat Diabetes Melitus sudah 3 tahun dan saat di rumah jam 16:00 klien
menyuntikan insulin 8 unit dan meminum obat metformin 500mg. Klien
datang dengan kesadaran composmentis, GCS E:4 M:6 V:5, dan hasil
TTV TD: 160/80mmHg, Nadi: 128x/menit, Pernafasan: 24x/menit, Suhu:
37,4°C. Saat diugd klien dilakukan tindakan pemeriksaan hematologi
rutin, aseton dan gula darah sewaktu. Dan diberikan tindakan pemasangan
infus dengan cairan Asering 500cc (loading250cc) dan exstra captropil
12,5mg pada jam 22:15.

4
Hasil cek lab 20-05-2017 22:38

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan

HEMATOLOGI RUTIN

Hemoglobin L 9.3 g/dL 11.7-15.5

Jumlah leukosit 6.87 10³/uL 3.60-11.00

Hematokrit L 25 % 35-47

Jumlah trombosit 381 10³/uL 150-440

Eritrosit L 3.66 10³/uL 3.80-5.20

MCV/VER L 68 fL 80-100

MCH/HER L 25 pg 26-34

MCHC/KHER H 38 g/dL 32-36

DIABETES

Glukosa darah CH 336 mg/dL 70-200


sewaktu

Klien dipindahkan ke ruang melati kamar 03 pada jam 22:45 di pindahkan dengan
brankar. Sesampai nya di ruangan klien di kaji oleh perawat ruangan dan perawat
melaporkan pasien baru kepada dokter penanggung jawab dan di berikan intruksi SC
(sliding scale)/6 jam dan terapi insulin sesuai hasil.

21 mei 2017 : SC/ 6 jam dan terapi insulin


sesuai hasil Hasil SC 1
Glukosa jam 06:00 = 274 mg/dL
Glukosa jam 11:00 = 175 mg/dL
Glukosa jam 17:00 = 190 mg/dL
Glukosa jam 23:00 = 199 mg/dL

5
22 mei 2017 :1. Cek elektolit
Hasil 22 mei 2017
Natrium (Na) : CL 117 mEq/L 135-147
Kalium (K) :L2.5 mEq/L 3.5-5.0
Klorida (Cl) :L83 mEq/L 94-11
2. Instruksi Medis koreksi NaCl 3% / 12 jam 1kali

3. Data Dasar
a. Riwayat Keperawatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada tanggal 23 mei 2017 klien dilakukan pengkajian oleh mahasiswa dengan
keluhan utama lemas, mual, mata terasa kunang-kunang. Kronologis keluhan
penyakit klien mengatakan sudah 2 hari yang lalu dengan timbulnya keluhan
bertahap kemudian Ny.S dibawa ke ugd RS. Islam jakarta cempaka putih,
sebelum dibawa Ny.S menyuntikan insulin 8 unti dan meminum metformin.

2) Riwayat Kesehatan Masalalu


Klien mengatakan tidak ada alergi dengan obat, klien mengatakan tidak
pernah kecelakaan, klien mengatakan sudah pernah dirawat di RSIJ karna
fatique intek sulit, DM, GE pada tanggal 06 mei 2017.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ny.S adalah anak tunggal, kedua orang tua nya sudah meninggal karena sudah
lanjut usia, dari kedua orang tua Ny.S tidak ada yang mempunyai riwayat
Diabetes Melitus. Ny.S mempunyai suami Tn.A dan sekarang sudah di
karuniai 3 orang anak perempuan dan 2 orang anak laki-laki. Ny.S dan Tn.A
sekarang hanya tinggal berlima dengan 3 orang anak nya yang nomer 2, 4 dan
5. sedangkan anak 1 dan ke 3 sudah tidak tinggal bersama kedua orang tuanya
karena sudah menikah dan ikut bersama dengan suaminya dan sekarang sudah
punya anak dan mempunyai tempat tinggal sendiri.

6
4)

10
5) Riwayat Psikososial dan Spiritual
Orang terdekat Ny.S adalah suami dan semua anaknya, dalam keluarga sering
berkomunikasi, Ny.S dalam pola komunikasi jelas dan terarah, pembuat
keputusan dalam rumah tangga Ny.S menyerahkan semua nya kepada suami
Tn.A. Ny.S dalam kegiatan kemsayrakatan tidak mengikuti karna mengingat
usia yang sudah masuk lansia. Dan semenjak Ny.S sakit terjadi perubahan
fungsi peran menjadi seorang istri, ibu, nenek, dan keluarga. Tanggapan
keluarga sendiri dengan penyakit istri/ibu mengatakan pasrah dengan yang
allah berikan terhadap penyakit istri/ibu (Ny.S). Mekanisme koping yang di
gunakan oleh Ny.S terhadap penyakitnya selalu minum obat dan mencari
pertolongan. Hal yang dipikirkan saat ini hanya ingin cepat sembuh dan bisa
beraktivitas kembali lagi karna semenjak sakit tidak bisa melakukan aktivitas
seperti biasa tidur terbaring saja tapi untuk aktivitas keagamaan seperti sholat
dan berdoa alhamdulillah semua tetap berjalan meskipun sakit tidak
mengahalangi kebutuhan keagamaan.
6) Pola Kebiasaan
a) Pola Nutrisi
1) Sebelum sakit
Frekuensi makan klien 3x/hari. Nafsu makan klien baik. Tidak ada
mual, muntah, dan sariawan. Klien menghabiskan 1 porsi
makanannya, tidak ada makanan yang tidak disukai oleh klien,
tidak ada makanan yang membuat klien alergi, klien mempunyai
makanan pantangan yang manis-manis sejak memiliki penyakit
Diabetes Melitus, klien biasa makan nasi, tidak ada penggunaan
obat-obatan yang diminum sebelum makan, dan tidak
menggunakan alat bantu makan.
2) Di Rumah Sakit
Frekuensi makan klien 3x/hari. Nafsu makan tidak baik dengan
alasan mual. Klien menghabiskan 1/2 porsi. Makanan yang disukai
klien sayur-sayuran, buah-buahan, tempe dan tahu, tidak ada

7
makanan yang membuat klien alergi. Klien mempunyai makanan
pantangan yang manis-manis sejak memiliki penyakit Diabetes
Melitus. Diit klien dengan bubur DM 1500 kkal, tidak ada
penggunaan obat obatan seblum makan, dan klien tidak
menggunakan alat bantu makan.
b) Pola Eliminasi
1) Sebelum Sakit
Frekuensi BAK klien 8-10x/hari, dengan warna kuning jernih,
tidak ada keluhan, dan tidak menggunakan alat bantu. Klien BAB 1
x dalam satu hari, dengan waktu yang tidak menentu, warna
kuning, konsistensi lembek, tidak ada keluhan, dan tidak
menggunakan Laxatif/Pencahar.
2) Di Rumah Sakit
Frekuesi BAK klien selama di Rumah Sakit 10-12x/hari, dengan
warna kuning jernih, tidak ada keluhan, dan tidak menggunakan
alat bantu. Selama di Rumah Sakit klien BAB 1x/hari, dengan
waktu yang tidak menentu, warna kuning, konsistensi lunak, tidak
ada keluhan, dan tidak menggunakan laxatif/pencahar.
c) Pola Personal Hygiene
(1) Sebelum Sakit
Frekuensi mandi klien 2 x/hari, pada waktu pagi dan sore hari.
Klien menggosok gigi 2 x/hari pada waktu pagi dan sore hari
setelah mandi. Selama dirumah biasanya klien mencuci rambut 3 x
dalam seminggu.
(2) Di Rumah Sakit
Selama di Rumah Sakit klien mandi 2 x/hari, pada waktu sore hari.
Menggosok gigi 2 x/hari pada waktu sore hari setelah mandi.
Selama di Rumah Sakit klien belum pernah mencuci rambutnya.

8
d) Pola Istirahat dan Tidur
(1) Sebelum Sakit
Selama di rumah klien tidur siang selama 2-3 jam/hari. Tidur
malam 7-8 jam/hari. Klien hanya mempunyai kebiasaan berdoa
pada saat akan tidur dan sesudah bangun tidur.
(2) Di Rumah Sakit
Selama di Rumah Sakit klien tidur siang 1-2 jam/hari. Tidur malam
7-8 jam/hari. Dan mempunyai kebiasaan berdoa pada saat akan
tidur dan sesudah bangun tidur.
e) Pola Aktivitas dan Latihan
(1) Sebelum Sakit
Selama dirumah klien menjalankan aktivitas sebagai ibu rumah
tangga. Klien berolahraga senam pada setiap hari minggu.
(2) Di Rumah Sakit
Aktivitas klien selama di Rumah Sakit terganggu, klien hanya
berbaring di tempat tidur karena lemas. Selama di Rumah Sakit
klien tidak berolah raga. Keluhan klien saat ini dalam beraktivitas
adalah kelemahan. Saat ke kamar mandi atau berjalan klien di
bantu oleh keluarga atau perawat.
f) Pola Kebiasaan yang Mempengaruhi Kesehatan
(1) Sebelum Sakit
Klien tidak merokok dan tidak mengkonsumsi minuman
keras/NAPZA.
(2) Di rumah Sakit
Klien tidak merokok dan tidak mengkonsumsi minuman
keras/NAPZA.
b.Respon Fisik terhadap Perubahan Pemenuhan Kebutuhan Dasar
1) Pemeriksaan Fisik Umum
Kesadaran composmentis, keadaan umum klien sakit sedang.
Berat badan klien saat ini 37 kg, terdapat penurunan berat badan
dalam 3 bulan terakhir 3kg. Tinggi badan 146 cm. Hasil

9
pemeriksaan TTV, TD : 120/80 mmHg, N : 88 x/menit, RR : 20
x/menit, S : 36,8˚C. Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
2) Sistem Penglihatan
Posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata normal,
konjungtiva merah muda, kornea normal, sklera anikterik, pupil isokor dengan
ukuran 2 mm, otot-otot mata tidak ada kelainan, fungsi penglihatan baik, tidak
ada tanda-tanda radang, klien tidak memakai kaca mata dan lensa kontak, reaksi
terhadap cahaya positif (+).
3) Sistem Pendengaran
Daun telinga normal. Karakteristik serumen berwarna coklat kekuningan,
konsistensi lunak, dan tidak berbau. Kondisi telinga normal, tidak ada cairan
dari telinga, tidak ada perasaan penuh di telinga, tidak ada tinitus, fungsi
pendengaran normal, tidak ada gangguan keseimbangan, dan tidak memakai
alat bantu.
4) Sistem Wicara
Sistem wicara normal, klien berbicara dengan jelas dan tidak mengalami
gangguan dalam bicara.

5) Sistem Pernafasan
Jalan nafas klien bersih, tidak ada sumbatan. Klien tidak mengalami sesak
dan tidak menggunakan otot-otot bantu pernafasan dengan frekuensi nafas
20x/menit, irama teratur, bernafas dengan spontan, dan bernafas dalam. Tidak
ada batuk dan tidak ada sputum. Palpasi dada dengan taktil fremitus getaran
pada dada bagian kanan dan kiri dengan hasil dada simetris. Perkusi dada
terdengar suara sonor pada dada bagian kanan dan kiri. Suara nafas vasikuler,
tidak ada nyeri saat bernafas, dan tidak ada penggunaan alat bantu nafas.
6) Sistem Kardiovaskuler

a) Sirkulasi Perifer
Nadi 88 x/menit, irama teratur, denyut lemah. Tekanan darah : 120/80
mmHg, tidak ada distensi vena jugularis kanan dan kiri, temperatur kulit

10
hangat, warna kulit kemerahan, pengisian kapiler <3 detik, dan ada tidak ada
edema.
b) Sirkulasi Jantung
Kecepatan denyut apical : 80 x/menit, irama teratur, tidak ada
kelainan bunyi jantung, dan tidak ada sakit dada.
7) Sistem Hematologi
Tidak ada pucat dan tidak ada perdarahan. Hasil pemeriksaan
penunjang pada tanggal 20 mei 2017 adalah : hemoglobin L 9.3 g/dL,
leukosit 6.87 10³/uL, hematokrit L 25%, trombosit 381 10³/uL, eritrosit L
3.66 10³/uL, MCV/VER L 68fL, MCH/HER L 25 pg, MCHC/KHER H
38 g/dL, gula darah sewaktu CH 336 mg/dL.
8) Sistem Saraf Pusat
Tidak ada keluhan sakit kepala, tingkat kesadaran compos mentis,
GCS : 15 (E : 4, V : 5, M : 6). Tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK,
tidak ada gangguan sistem persyarafan, reflek fisiologis normal, dan tidak
ada reflek patologis.
9) Sistem Pencernaan
Pada keadaan mulut, tidak ada caries gigi, klien tidak menggunakan
gigi palsu, tidak ada stomatitis, lidah klien tidak kotor, salifa normal,
tidak ada mual dan muntah, tidak ada nyeri pada daerah perut, bising usus
klien terdengar 18 x/menit, tidak ada diare dan konstipasi, tidak teraba
pembesaran hati, dan abdomen lembek.
10) Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas klien tidak berbau keton,
tidak terdapat luka gangren.
11) Sistem Urogenital
Balance cairan intake : 3.700 ml, output : 3.654 ml. Terjadi
perubahan pola kemih nocturia, BAK berwarna kuning jernih, tidak ada
distensi/ketegangan kandung kencing, dan tidak ada keluhan sakit
pinggang.

11
Pemeriksaan penunjang hasil kalium
Hasil elektrolit 22 mei 2017
Natrium (Na) : CL 117 mEq/L 135-147
Kalium (K) :L2.5 mEq/L 3.5-5.0
Klorida (Cl) :L83 mEq/L 94-11

22 mei 2017 jam 20:00 Instruksi medis koreksi NaCl 3% / 12 jam 1kali
12) Sistem Integumen
Turgor kulit baik, temperatur kulit hangat, warna kulit kemerahan.
Keadaan kulit baik, tidak ada kelainan kulit, kondisi kulit daerah
pemasangan infus normal dan tidak tampak tanda-tanda infeksi. Tekstur
rambut klien baik dan tampak bersih.
13) Sistem Muskuloskeletal
Klien mengalami kesulitan dalam pergerakan sakit pada tulang dan
sendi. Tidak ada fraktur, tidak ada kelainan bentuk tulang sendi, tidak ada
kelainan struktur tulang belakang, keadaan tonus otot baik, kekuatan otot
Keluhan lain pada fungsi muskuloskeletal, ekstermitas bagian bawah terasa
lemas.
Pemeriksaan penunjang

Hasil 22 mei 2017


Natrium (Na) : CL 117 mEq/L 135-147
Kalium (K) :L2.5 mEq/L 3.5-5.0
Klorida (Cl) :L83 mEq/L 94-111

12
4. Data Fokus

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


Klien mengatakan lemas Klien tampak kesadaran komposmentis
Klien mengatakan merasa kunang-kunang Klien tampak pucat, lemas
saat berjalan Klien tampak BAK 10 - 12 kali perhari

Klien mengatakan sering bak lebih dari 10 kali Balance cairan +146 ml

dalam satu hari IWL 554 cc/24jam

Klien mengatakan merasa haus terus-menerus Elektrolit 22 mei 2017

Klien mengatakan mual, tetapi tidak ada muntah - Natrium (Na) CL 117 meq/L
Klien mengatakan tidak nafsu makan - Kalium (K) L 2,5 meq/L
Klien mengatakan bb turun 3 kg - Klorida (CL) L 83 meq/L
Mempunyai riwayat dm sejak 3 tahun lalu Klien tampak terpasang infus nacl/6 jam
Klien mengatakan saat berjalan ke kamar mandi TTV
dibantu oleh anaknya. - TD : 120/80 mmhg
Klien mengatakan bagian badan bawah terasa - Nd : 88 x/menit
lemas dan kaku kaki - RR : 20 x/menit

- Sh : 36,8oc
(ANTROPOMENTRI)
BB 37 kg
TB 146 cm
BBI = (TB-100) ± 10% (TB-100)
=(146-100) ± 10% (TB-100)
=46 - 10% x 46= 4,6
4,6 - 46= 41,4
4,6 + 46=50,6
Jadi , BBI 41,4 - 50,6
IMT = BB/TB²
= 37/1,46²=37/2,13=17,37
( berat badan kurang)
(BIOCHEMICAL DATA)
Hemoglobin : L 9.3 g/dl
Hematokrit : L 25 %
Eritrosit : L 3.66 10³/ul

13
18
MCV/VER : L 68 fl
MCH/HER : L 25 pg
MCHC/KHER : H 38 g/dl
Glukosa darah sewaktu pada tanggal 20 mei
2017
Jam 06.00 : 274 mg/dl
Jam 11.00 : 175 mg/dl
Jam 17.00 : 190 mg/Dl
Jam 23.00 : 199 mg/dl
(CLINICAL SIGN)
Rambut : rambut klien tampak
bersih, tidak rontok dan tidak
ada benjolan dikulit kepala
Hidung : tampak bersih dan
tidak ada benjolan.
Mata : tampak anemis
Mulut : tampak mukosa mulut
lembab, mulut tampak bersih
dan tidak bau.
Gigi : tampak tidak ada careis gigi
Telinga : klien tampak bersih
tidak ada benjolan
Leher : tidak ada pembesaran
kelenjar limfe.
Warna : tampak warna
kemerahan dan tidak ada
sianosis
Kelembaban : kulit tampak lembab
Suhu : teraba hangat
Turgor : elastis
Kuku : kuku klien tampak bersih

14
dan tidak panjang.

20
(DIETERY HISTORY)
Makanan yang disukai klien
sayur sayuran, buah-buahan,
tempe dan tahu. Dan
mengurangi makanan dan
minuman yang manis-manis.
Diit skarang saat dirumah sakit :
-Rendah gula
TIM DM 1500 kkal (diit DM 3)
- Makanan pendamping 2x200 cc
- Nafsu makan klien tampak tidak
baik.
- Porsi makan yang dihabiskan 1/2
porsi.
Klien tidak menggunakan alat
bantu makan.
Klienhanya memakan makanan
pendamping 2-3 sendok saja.
Kekuatan otot:
555 555
444 444

15
5.

22
6. Analisa Data

No Data Masalah Etiologi


1 DS: Kekurangan volume Diuresis osmotik
- Klien mengatakan lemas cairan
DO:
- Klien tampak kesadaran
komposmentis
- Klien tampak pucat, lemas
- Balance cairan +146ml
- IWL 554 cc/24jam
- TTV
TD : 120/80 mmHg
Nd : 88 x/menit
RR : 20 x/menit

B. Diagnosa Keperawatan

No Tanggal
Masalah/Diagnosa Ditemukan Tanggal Teratasi Nama Jelas
1 Kekrangan volume cairan 23 Mei 2017 ASRI NURUL
berhubungan diuresis osmotic, FALAH
ditandai dengan :
DS :
- Klien mengatakan lemas
DO :
- Klien tampak kesadaran
komposmentis
- Klien tampak pucat, lemas
- Balance cairan +146ml
- IWL 554 cc/24jam
- Klien tampak terpasang
infus NaCl/6jam
- TTV
TD : 120/80 mmHg
Nd : 88 x/menit
RR : 20 x/menit

16
2.5 Terapi Komplementer yang berkaitan dengan Penyakit
Jenis terapi alternatif komplementer yang sering digunakan oleh pasien DM adalah terapi
relaksasi, akupuntur dan pijat refleksi.

Berkembangnya terapi alternatif komplementer pada pasien DM merupakan wujud


pelayanan kesehatan yang berusaha untuk menerapkan konsep holistik, yaitu suatu
pendekatan yang memandang manusia secara keseluruhan, dimana hal ini
berkesinambungan dengan dunia keperawatan yang memandang klien secara holistik,
meliputi aspek bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual.

17
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Asuhan keperawatan pada Ny.S dengan Diabetes Melitus Tipe II melalui
proses pengkajian, pemeriksaan fisik, observasi, dan wawancara ini dapat dilakukan
dengan baik. Ini disebabkan karena kooperatifnya keluarga dan dukungan yang baik
dari petugas ruangan dan sarana prasarana yang ada.

SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan yang
diharapkan, karena masih terbatasnya pengetahuan penulis. Olehnya itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Makalah ini perlu dikaji
ulang agar dapat sempurna dan makalah ini harus digunakan sebagaimana mestinya.

18
DAFTAR PUSTAKA
http://jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/view/200/311
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/kesmasindo/article/download/52/51/
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/115/jtptunimus-gdl-sitiroikan-5724-3-babii.pdf
https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/91635/FITRI%20AYU
%20ROHMA%20-%20152303101141%20split.pdf?sequence=1

19

Anda mungkin juga menyukai