Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK YANG


MENGALAMI PNEUMONIA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Keperawatan Anak

Disusun Oleh :

1. Evi Yanti Polina


2.
3.
4.
5.
6.

Program Studi RPL D III Keperawatan


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santo Borromeus
Bandung
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pneumonia adalah pembunuh utama balita di dunia, yang lebih banyak


dibandingkan dengan gabungan penyakit AIDS, malaria dan campak.
Persentasenya yaitu 19% dari semua penyebab kematian balita, kemudian
disusul diare 17%, sehingga World Health Oganization (WHO) menyebutnya
sebagai pneumonia is the leading killer of children worldwide. Setiap tahun di
dunia diperkirakan lebih dari 2 juta balita meninggal karena pneumonia (1
balita/20 detik) dari 9 juta total kematian balita. Diantara lima kematian balita,
satu disebabkan oleh pneumonia, namun tidak banyak perhatian terhadap
penyakit ini sehingga pneumonia disebut juga pembunuh balita yang
terlupakan atau the forgotten killer of children (Pertiwi dkk 2016).

Di Indonesia, pneumonia juga merupakan urutan kedua penyebab


kematian pada balita setelah diare. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
melaporkan bahwa kejadian pneumonia sebulan terakhir (period prevalence)
mengalami peningkatan pada tahun 2007 sebesar 2,1 ‰ menjadi 2,7 ‰ pada
tahun 2013. Kematian balita yang disebabkan oleh pneumonia tahun 2007
cukup tinggi, yaitu sebesar 15,5%.2,3 Demikian juga hasil Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI), yang melaporkan bahwa prevalensi
pneumonia dari tahun ke tahun terus meningkat, yaitu 7,6% pada tahun 2002
menjadi 11,2% pada tahun 2007 (Athena & Ika 2014).

Dari latar belakang tersebut, maka kelompok kami melakukan


pengelolaan kasus keperawatan dalam bentuk laporan pendahuluan dengan
judul “Asuhan Keperawatan pada Anak yang Mengalami Pneumonia”

1
1.2. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan karya laporan pendahuluan ini , antara lain sebagai


berikut :

1.2.1. Tujuan Umum

Melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Anak yang mengalami


Pneumonia.

1.2.2. Tujuan Khusus


1) Penulis mampu melakukan pengkajian pada anak yang
mengalami pneumonia.
2) Penulis mampu merumuskan diagnosa pada anak yang
mengalami pneumonia.
3) Penulis mampu menyusun intervensi pada anak yang mengalami
pneumonia.
4) Penulis mampu melakukan implementasi pada anak yang
mengalami pneumonia.
5) Penulis mampu melakukan evaluasi pada anak yang mengalami
pneumonia.
1.3. Metode Penulisan

Dalam penulisan asuhan keperawatan ini, penulis menggunakan studi


kepustakaan, pengambilan data dari berbagai referensi yang berhubungan
dengan asuhan keperawatan ini.

1.4. Sistematika Penulisan


Penulisan asuhan keperawatan ini terdiri dari 3 bab dengan
sistematika sebagai berikut :
JUDUL LUAR
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang penulisan karya ilmiah, tujuan
penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

2
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi tentang teori-teori yang mendukung dalam penulisan
karya ilmiah.
BAB III PENUTUP
Bab ini berisi tentang simpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA

1.
2.
3.
4.
5.
6.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Konsep Penyakit


2.1.1. Definisi
a. Pnemonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru
yang biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut
(ISNBA) (Silvia A. Prince). Dengan gejala batuk dan disertai dengan
sesak nafas yang disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri,
mycoplasma (fungi), dan aspiri substansi asing, berupa radang paru-
paru yang disertai eksudasi dan konsilidasi dan dapat dilihat melalui
gambaran radiologis (NANDA NIC-NOC, 2015)
b. Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal
dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan
alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan
pertukaran gas setempat. (Dahlan, Zuh 2006).

2.1.2. Etiologi
Menurut Nanda Nic-Noc (2015) peenyebaran infeksi terjadi melalui
droplet dan sering disebabkan oleh streptoccus pnemonia, melalui slang
infus oleh staphylococcus aureus sedangkan pada oemakaian ventilatr oleh
P. Aeruginosa dan enterobacter. Dan masa kini terjadi karena perubahan
keadan pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi
ligkungan, penggunaan antibiotic yang tidak tepat. Setelah masuk paru-
paru organism bermultiplikasi dan jika telah berhasil mengahlahkan

4
mekanisme pertahanan paru, terjadi pnemonia. Selan di atas penyebab
terjadinya pnemonia sesuai penggolongannya yaitu:
a. Bacteria: diplococcus pnemonia, pnemococcus, streptokokus
hemolyticus, streptokoccus aureus, hemophilus influinzae,
mycobacterium tuberkolusis, bacillus friedlander.
b. Virus: repiratory syncytial virus, adeno virus, V. Sitomegalik, V.
Influenza.
c. Mycoplasma pnemonia
d. Jamur: histoplasma capsulatum cryptococcus neuroformans,
blastomyces dermatitides, coccidodies immitis, aspergilus species,
candida albicans.
e. Aspirasi: makanan, kerosene (bensin, minyak tanah), cairan amnion,
benda asing
f. Pnemonia hipostatik
g. Sindrom loefflet

2.1.3. Patofisiologi
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja,
dari anak sampai usia lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-
orang dengan gangguan penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau
menurun kekebalan tubuhnya , adalah yang paling berisiko. Sebenarnya
bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan yang sehat.
Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia
lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang
biak dan merusak organ paru-paru. Kerusakan jaringan paru setelah
kolonisasi suatu mikroorganisme paru banyak disebabkan oleh reaksi imun
dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin
yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis dapat secara
langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah. Pneumonia
bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling
mencolok. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru,

5
ataupun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru
(tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan.
Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh
melalui peredaran darah. Bakteri pneumokokus adalah kuman yang paling
umum sebagai penyebab pneumonia (Sipahutar, 2007).
Proses pneumonia mempengaruhi ventilasi. Setelah agen penyebab
mencapai alveoli, reaksi inflamasi akan terjadi dan mengakibatkan
ektravasasi cairan serosa ke dalam alveoli. Adanya eksudat tersebut
memberikan media bagi pertumbuhan bakteri. Membran kapiler alveoli
menjadi tersumbat sehingga menghambat aliran oksigen ke dalam
perialveolar kapiler di bagian paru yang terkena dan akhirnya terjadi
hipoksemia (Engram 1998).
Setelah mencapai alveoli, maka pneumokokus menimbulkan
respon yang khas terdiri dari empat tahap yang berurutan (Price, 1995 :
711) :
1. Kongesti (24 jam pertama) : Merupakan stadium pertama, eksudat
yang kaya protein keluar masuk ke dalam alveolar melalui pembuluh
darah yang berdilatasi dan bocor, disertai kongesti vena. Paru menjadi
berat, edematosa dan berwarna merah.
2. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya) : Terjadi pada stadium kedua,
yang berakhir setelah beberapa hari. Ditemukan akumulasi yang masif
dalam ruang alveolar, bersama-sama dengan limfosit dan magkrofag.
Banyak sel darah merah juga dikeluarkan dari kapiler yang meregang.
Pleura yang menutupi diselimuti eksudat fibrinosa, paru-paru tampak
berwarna kemerahan, padat tanpa mengandung udara, disertai
konsistensi mirip hati yang masih segar dan bergranula (hepatisasi =
seperti hepar).
1. Hepatisasi kelabu (3-8 hari) : Pada stadium ketiga
menunjukkan akumulasi fibrin yang berlanjut disertai
penghancuran sel darah putih dan sel darah merah. Paru-paru

6
tampak kelabu coklat dan padat karena leukosit dan fibrin
mengalami konsolidasi di dalam alveoli yang terserang.
2. Resolusi (8-11 hari) : Pada stadium keempat ini, eksudat
mengalami lisis dan direabsorbsi oleh makrofag dan
pencernaan kotoran inflamasi, dengan mempertahankan
arsitektur dinding alveolus di bawahnya, sehingga jaringan
kembali pada strukturnya semula. (Underwood, 2000 : 392).

7
Gambar 2.1. Patofisiologi pneumonia berdasarkan NANDA 2015

2.1.4. Klasifikasi
Dalam buku NANDA NIC NOC 2015 klasifikasi pneumonia dapat dibagi
menjadi :
A. Klasifikasi berdasarkan antaomi. (IKA FKUI)
1. Pneumonia Lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar
dari satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka
dikenal sebagai pneumonia bilateral atau “ganda”.
2. Penumonia Lobularis (Bronkopneumonia) terjadi pada ujung
akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen
untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada
didekatnya, disebut juga pneumonia loburalis.
3. Pneumonia Interstitial (Bronkiolitis) proses iflamasi yang
terjadi di dalam dinding alveolar (interstisium) dan jaringan
peribronkial serta interlobural.

B. Klasifikasi Pneumonia berdasarkan inang dan lingkungan:


1. Pneumonia Komunitas
Dijumpai pada H. Influenza pada pasien perokok, pathogen
atipikal pada lansia, gram negative pada pasien dari rumah
jompo, dengan adanya PPOK, penyakit penyerta
kardiopolmonal/jamak, atau paska terapi antibiotika spectrum
luas.
2. Pneumonia Nosokomial
Tergantung pada 3 faktor yaitu: tingkat bert sakit, adanya
resiko untukjenis pathogen tertentu, dan masa menjelang
timbul onset pneumonia.

8
3. Pneumonia Aspirasi
Disebabkan oleh infeksi kuman, pneumonitis kimia akibat
aspirasi bahan tosik, akibat aspirasi cairan inert misalnya cairan
makanan atau lambung edema paru, dan obstruksi mekanik
simple oleh bahan padat.
4. Pneumonia pada Gangguan Imun
Terjadi karena akibat proses penyakit dan akibat terapi.
Penyebab infeksi dapat disebabkan oleh kuman pathogen atau
mikroorganisme yang biasanya nonvirulen, berupa bakteri,
protozoa, parasit, virus, jamur dan cacing.

2.1.5. Manifestasi Klinis


1. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling
sering terjadi pada usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5-
40,5 bahkan dengan infeksi ringan. Mungkin malas dan peka rangsang
atau terkadang euphoria dan lebih aktif dari normal, beberapa anak
bicara dengan kecepatan yang tidak biasa.
2. Meningismus, yaitu tanda-tanda mengingeal tanpa infeksi meninges.
Terjadi dengan awitan demam yang tiba-tiba dengan disertai sakit
kepala, nyeri dan kekakuan pada punggung dan leher, adanya tanda
kernig dan brudzinski, dan akan berkurang saat suhu turun,
3. Anoreksia, merupakan hal yang umum disertai dengan penyakit masa
kanak-kanak. Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit. Menetap
sampai derajat yang lebioh besar atau lebih sedikit melalui tahap
demam dari penyakit, seringkali memanjang sampai tahap pemulihan.
4. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang
merupakan petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung
singkat, tetapi dpat mementap selama sakit.
5. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat.
Sering menyertai infeksi pernafasan. Khususnya karena virus.

9
6. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa
dibedakan dari nyeri apendiksitis.
7. Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh
pembengklakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi
pernafasan dan menyusu pada bayi.
8. Keluhan nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin encer
dan sedikit (rinorea) atau kental dan purulen, bergantung pada tipe dan
atau tahap infeksi.
9. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan. Dapat
menjadi bukti hanya selama fase akut.
10. Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi, mengorok. Auskultasi
terdengar mengi, krekels.

2.1.6. Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan Fisik pada anak
1. Inspeksi
Perlu diperhatikan adanya takipnea dispne, sianosis sirkumoral,
pernapasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula
nonproduktif menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu menarik
napas. Batasan takipnea pada anak berusia 12 bulan – 5 tahun adalah
40 kali / menit atau lebih. Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding
dada ke dalam pada fase inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan
dinding dada kedalam akan tampak jelas.
2. Palpasi
Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus
raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin
mengalami peningkatan atau tachycardia.
3. Perkusi
Suara redup pada sisi yang sakit.
4. Auskultasi

10
Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan
telinga ke hidung / mulut anak. Pada anak yang pneumonia akan
terdengar stridor. Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara
napas berkurang, ronkhi halus pada sisi yang sakit, dan ronkhi basah
pada masa resolusi. Pernapasan bronchial, egotomi, bronkofoni,
kadang terdengar bising gesek pleura (Mansjoer,2000).

2.1.7. Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan penunjang menurut Nanda Nic – Noc (2015) antara lain :
1. Sinar X: mengidentifikasi distributor struktural (misal: lobar,
bronchail); dapat juga menyatakan abses)
2. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
3. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis
organisme khusus
4. Pemeriksaan gram/kultur, sputum darah: untuk dapat mengidentifikasi
semua orgaisme yang ada
5. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-pru, menetapkan luas
berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan
6. Spimetrik static untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi

2.1.8. Diagnosa / Kriteria Diagnosa (Nanda Nic Noc 2015)


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d inflamasi dan obstruksi jalan
nafas
2. Ketidakefektifan pola nafas
3. Kekurangan volume cairan b.d intake oral tidak adekuat, takipnea,
demam
4. Intoleransi aktivitas b.d isolasi respiratory
5. Defisiensi pengetahuan b.d perawatan anak pulang

2.1.9. Penatalaksanaan

11
Menurut Nanda Nic Noc (2015) kepada penderita yang
penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan antibiotic per-oral dan tetap
tinggal di rumah. Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak
nafas atau dengan penyakit jantung atau penyakit paru lainnya, harus
dirawat dan antibiotic diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan
oksigen tambahan, cairan intervena dan alat bantu nafas mekanik.
Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan
keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu. Penatalaksanaan umum
yang dapat diberikan antara lain:
 Oksigen 1-2L/menit.
 IVFD dekstrose 10%:NACl 0,9% = 3:1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan.
Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
 Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan eternal bertahap
melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.
 Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin
normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.
Koreksi gangguan kesimbangan asam basa dan elektrolit.
Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, antibiotic
diberikan sesuai hasil kultur.
Untuk kasus pneumonia community based:
 Ampasilin 100mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
 Kloramfenikol 75mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
Untuk kasus pneumonia hospital based:
 Sefatoksim 100mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
 Amikasin 10-15mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.

2.1.10. Komplikasi
a. Demam menetap / kambuhan akibat alergi obat
b. Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna) terjadi karena
obstruksi bronkus oleh penumukan sekresi
c. Efusi pleura (terjadi pengumpulan cairan di rongga pleura)

12
d. Empiema (efusi pleura yang berisi nanah)
e. Delirium terjadi karena hipoksia
f. Super infeksi terjadi karena pemberian dosis antibiotic yang besar. Ex:
penisilin
g. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang
meradang.
h. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
i. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


2.2.1. Pengkajian
a. Identitas
Nama, Usia, Jenis kelamin, Tempat/Tanggal lahir, Alamat
b. Keluhan Utama
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Penyakit Sekarang
2. Riwayat Penyakit Dahulu
d. Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran
e. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
f. Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat
g. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes
mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk,
penampilan kakeksia (malnutrisi)
h. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)

13
Tanda : perusakan mental (bingung)
i. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia,
artralgia.
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk
membatasi gerakan)
j. Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea.
Tanda :
 Sputum :merah muda, berkarat
 Perpusi : pekak datar area yang konsolidasi
 Premikus : taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
 Bunyi nafas menurun
 Warna : pucat/sianosis bibir dan kuku
k. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun misal: AIDS, penggunaan
steroid, demam.
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar
l. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat 6-8 hari
Rencana pemulangan: bantuan dengan perawatan diri, tugas
pemeliharaan rumah
m. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Perlu diperhatikan adanya takipnea dispne, sianosis sirkumoral,
pernapasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula
nonproduktif menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu
menarik napas.Batasan takipnea pada anak berusia 12 bulan – 5
tahun adalah 40 kali / menit atau lebih.Perlu diperhatikan adanya

14
tarikan dinding dada ke dalam pada fase inspirasi. Pada pneumonia
berat, tarikan dinding dada kedalam akan tampak jelas.
2. Palpasi
Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus
raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin
mengalami peningkatan atau tachycardia.
3. Perkusi
Suara redup pada sisi yang sakit.
4. Auskultasi
Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan
telinga ke hidung / mulut anak. Pada anak yang pneumonia akan
terdengar stridor. Sementara dengan stetoskop, akan terdengar
suara napas berkurang, ronkhi halus pada sisi yang sakit, dan
ronkhi basah pada masa resolusi. Pernapasan bronchial, egotomi,
bronkofoni, kadang terdengar bising gesek pleura (Mansjoer,2000).

2.2.2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d inflamasi dan obstruksi jalan
nafas
b. Ketidakefektifan pola nafas
c. Kekurangan volume cairan b.d intake oral tidak adekuat, takipnea,
demam
d. Intoleransi aktivitas b.d isolasi respiratory
e. Defisiensi pengetahuan b.d perawatan anak pulang

15
2.2.3. Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan NIC Label
bersihan jalan nafas tindakan keperawatan Respiratory Monitoring
b.d inflamasi dan selama ..x .. jam 1. Monitor vital sign (suhu, RR, 1. Untuk mengetahui keadaan
obstruksi jalan nafas diharapkan jalan nafas Nadi) umum klien.
pasien bersih 2. Monitor respirasi dan 2. Penurunan bunyi napas
NOC oksigenasi dapat menunjukkan
 Respiratory status: 3. Auskultasi bunyi napas atelektasis
ventilation 4. Anjurkan keluarga pasien 3. Untuk mencatat adanya
 Respiratory status: memberikan minuman hangat suara napas tambahan.
airway patency atau susu hangat 4. Berguna untuk melunakan
Kriteria hasil: 5. Kolaborasi dalam pemberian secret
 Mendomonstrasikan terapi nebulizer sesuai indikasi 5. Untuk melancarkan
batuk efektif dan 6. Berikan O2 dengan mengencerkan dahak dan
suara nafas bersih, menggunakan nasal melancarkan jalan nafas.
tidak ada sianosis 7. Penghisapan (suction) sesuai 6. Untuk membantu pasien
dan dyspneu indikasi. bernafas lebih

 Menunjukkan baik/mengurangi sesak

jalan nafas yang nafas

17
paten 7. Merangsang batuk atau
 Mampu pembersihan jalan nafas
mengidentifikasi suara mekanik pada faktor
dan mencegah yang tidak mampu
faktor yang melakukan karena batuk
dapat efektif atau penurunan
menghambat tingkat kesadaran.
jalan nafas

2. Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan NIC 1. Untuk memastikan ada atau


nafas tindakan keperawatan 1. Buka jalan nafas tidaknya sumbatan pada
selama ..x .. jam 2. Pastikan posisi untuk jalan nafas
diharapkan pola nafas memaksimalkan ventilasi 2. Agar pasien dapat bernafas
pasien normal 3. Auskultasi suara nafas, catat dengan optimal/lebih baik
NOC adanya suara tambahan 3. Untuk mengetahui adanya
 Respiratory status: 4. Monitor vital sign (pernafasan) suara nafas tambahan
ventilasi dan status O2 4. Untuk mengetahui kondisi
 Respiratory status: 5. Keluarkan secret dengan batuk pernafasan pasien dan
airway patency atau suction status O2
 Vital sign status 5. Untuk mengeluarkan secret
Kriteria hasil: yang menghambat jalan

18
 Mendemonstrasikan nafas
batuk efektif, suara
nafas yang bersih,
tidak ada cyanosis,
dyspneu
 Menunjukkan jalan
nafas yang paten
(irama nafas, tidak
tercekik, tidak ada
nsuara nafas
abnormal)
 Tanda-tanda vital
dalam rentang
normal

3. Kekurangan volume Setelah dilakukan NIC


cairan b.d intake oral tindakan keperawatan 1. Monitoring status hidrasi 1. Untuk mengetahui status
tidak adekuat, selama ..x.. jam (kelembaban membrane hidrasi pasien
takipnea, demam diharapkan kebutuhan mukosa, nadi yang adekuat)
volume cairan pasien secara tepat 2. Untuk memastikan jumlah

19
terpenuhi. 2. Atur catatan intake dan output cairan yang masuk dan
NOC cairan secara akurat keluar
 Fluid balance 3. Untuk memenuhi
 Hydration 3. Beri cairan yang sesuai kebutuhan cairan pasien
 Nutritional status:
food and fluid Fluid monitoring: 4. Untuk mengetahui factor
intake 4. Identifikasi factor risiko risiko ketidakseimbangan
Kriteria hasil: ketidakseimbangan cairan cairan dan mencegah secara

 Mempertahankan (hipertermi, infeksi, muntah dan dini factor tersebut

urine output sesuai diare) 5. Komplikasi letal dapat

dengan usia, dn BB, 5. Monitoring tekanan darah, nadi terjadi selama awal periode

BJ, urien normal, dan RR pengobatan antimikroba.

HT normal Kurva suhu tubuh

 Tekanan darah, memberikan indeks respon

nadi, suhu tubuh pasien terhadap terapi.

dalam batas normal Hipotensi yang terjadi dini

 Tidak ada tanda- pada perjalanan penyakit

tanda dehidrasi, dapat mengindikasikan

elestisitas turgor hipoksia atau bakterimia.

kulit baik, membran Antipiretik diberikan

mukosa lembab, dengan kewaspadaan,

20
tidak ada rasa haus karena antipiretik dapat
yang berlebihan mengakibatkan penurunan
suhu dan dengan demikian
mengganggu evalusasi
kurva suhu
IV teraphy: 6. Untuk memastikan terapi
6. Lakukan 5 benar pemberian diberikan secara benar
terapi infuse (benar obat, dosis,
pasien, rute, frekuensi) 7. Untuk memastikan
7. Monitoring tetesan dan tempat pemberian terapi diberikan
IV selama pemberian secara tepat

4. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan NIC Activity Therapy 1. Untuk dapat memberikan
b.d isolasi respiratory tindakan keperawatan 1. Kaloborasikan dengan tenaga program yang sesuai dan
selama ..x.. jam rehabilitasi medik dalam tepat.
diharapkan energi merencanakan program terapi 2. Untuk mengetahui
psikologis maupun yang tepat kemampuan pasien dalam
fisiologi pasien 2. Bantu pasien melakukan suatu aktivitas
terpenuhi mengidentifikasikan aktivitas 3. Untuk membantu pasien
NOC yang mampu dilakukan dalam beraktivitas

21
 Energy conervation 3. Bantu untuk mendapatkan alat 4. Untuk dapat mengetahui
 Activity tolerrance bantuan aktivitas seperti kursi kekurangan pasien dalam
 Self care: Adls roda beraktivitas dan
Kriteria hasil: 4. Bantu pasien dan keluarga memberikan penanganan

 Berpartisipasi untuk mengidentifikasi yang tepat

dalam aktifitas fisik kekurangan dalam aktivitas 5. Untuk bisa membuat pasien

tanpa disertai 5. Bantu pasien mengembangkan selalu termotivsi dan

peningkatan motivasi dan peguatan besemangat

tekanan darah, nadi, 6. Monitor respon fisik, emosi, 6. Untuk mengetahui

RR sosial, dan spiritual kesanggupan dan keinginan

 Mempu melakukan pasien dalam melakukan

aktivitas sehari-hari aktivitas

secara mandiri
 Tanda tanda vital
normal
 Energy psikomotor
 Level kelemahan
 Mampu berpindah:
dengan atau tanpa
bantuan
 Status

22
kardiopulmonari
adekuat
 Sirkulasi status baik
 Status respirasi:
pertukaran gas dan
ventilasi adekuat
5. Defisiensi pengetahuan Setelah dilakukan NIC 1. Untuk bisa mengukur
b.d perawatan anak tindakan keperawatan 1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan
pulang selama ..x.. jam tingkat pengetahuan pasien keluarga pasien
diharapkan tentang proses penyakit yang 2. Untuk mempermudah
pengetahuan keluarga spesifik keluarga pasien mengerti
pasien bertambah. 2. Gambarkan tanda dan gejala tentang penyakit pasien dan
NOC yang biasa muncul pada dapat mengetahui tanda
 Knowlwdge: penyakit, dengan cara yang dan gejalanya
disease process tepat 3. Untuk mengetahui
 Knowledge: health 3. Identifikasi kemungkinan penyebab yang dapat
Behavior penyebab dengan cara yang menimbulkan penyakit
Kriteria Hasil: tepat pasien menjadi semakin
 Keluarga pasien 4. Diskusikan pilihan terapi atau memburuk
menyatakan paham penanganan 4. Untuk bisa memberikan
tentang penyakit, terapi yang tepat pada

23
kondisi, prognosis, pasien
dan program
pengobatan
 Keluarga pasien
mampu melakukan
prosedur yang
dijelaskan secara
benar
 Keluarga pasien
mampu
menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan
perawat/tim
kesehatan lainnya

24
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pneumonia adalah peradangan pada paru-.paru dan bronkiolus
yang disebabkan oleh bakteri, jamur ,virus, atau aspirasi karena makanan atau
benda asing. Sebagai perawat yang profesional dalam melakukan proses
keperawatan harus memperhatikan hal-hal tersebut di atas agar implementasi
yang diberikan sesuai dengan diagnosa keperawatan dan tepat pada sasaran.

3.2. Saran
Diharapkan sebagai mahasiswa keperawatan mampu untuk
menerapkan asuhan keperawatan yang terbaik untuk pasiennya.

25
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Athena & Ika Dharmayanti. 2014. Pneumonia pada Anak Balita di
Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 8. No. 8. H. 359-360.
Smeltzer,Suzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner
&Suddarth volume 1.Jakarta:EGC
Nurarif, Amin Huda. 2015. Nanda. Nic Noc Jakarta: penerbit buku kedokteran
EGC
Dochterman, Joanne McCloskey et al.2004.Nursing Interventions Classification
(NIC).Missouri : Mosby
Moorhead, Sue et al. 2008.Nursing Outcome Classification (NOC).Missouri :
Mosby
Dahlan, Zul. 2006. Buku Ajar Ilmu Pernyakit Dalam. Jakarta: balai penerbit FKUI

26

Anda mungkin juga menyukai