Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ASKEP TENTANG PNEUMONIA

Di susun untuk guna memenuhi tugas mata kuliah medical bedah

Dosen pembimbing: Rita Dwi Hartanti., M,kep.,NS.,Sp,kep.MB

Disusun oleh:

1. Narista Fatkhunisa (17.1352.S)


2. Nila Ayuningtyas (17.1355.S)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN


2017/2018
BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar belakang

Saat ini banyak sekali penyakit yang baru pada saluran pernafasan dan penyebabnya
bermacam-macam, ada di sebabkan oleh virus, bakteri, dan lain sebagainya. Pneumonia yang di
sebabkan oleh ventilator (ventilator-associated pneumonia, VAP),dan pneumonia yang di sebabkan
oleh keperawatan kesehatan menyerang 0.5-2% pasien di rumah sakit dan merupakan penyebab
utama infeksi nosokomial (yaitu, karena luka saluran kemih, aliran darah).

Pneumonia sebenernya bukan penyakit baru. Sebenarnya pneuminua bukan penyakit tunggal.
Penyebabnya bisa bermacam-macam dan di ketahui ada 30 sumber infeksi dengan sumber utama
bakteri, virus, mikroplasma, jamur sebagai senyawa kimia maupun partikel. Pneumona merupakan
masalah kesehatan di dunia karena angka kematianya tertinggi, di indonesia merupakan penyebab
kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler dan tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah
mempertinggi angka kematian. Pneumonia merupakan komplikasi yang sering terjadi setelah stroke
yang menyulitkan penyembuhan pasien.

Klasifikasi ini mencakup kelompok balita penderita batuk yang tidak menunjukan gejala
peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya penarikan dinding dada bagian bawah
kedalam. Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia lanjut.
Pecandu alkohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan penyakit gangguan pernafasan, sedang
terinfeksi virus atau menurun kekebalan tubuhnya, adalah yang paling beresiko.

Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia paling umum adalah Streptococcus pneumoniae


sudah ada dikerongkongan manusia yang sehat. Begitu pertahanan tubuh menurun oleh sakit, usia
tua, atau malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan. Seluruh
jaringan paru dipenuhi dan infeksi dengan cepat menyebar keseluruh tubuh melalui aliran darah.
Pasien yang terinfeksi pneumonia akan panas tinggi, berkeringat, napas terengah-engah, dan
denyut jantungnya meningkat cepat. Bibir dan kuku mungkin membiru karena kekurangan oksigen.

Pada kasus yang ekstrim, pasien akan menggigil, gigi bergemelutuk, sakit dada, dan kalau
batuk mengeluarkan lendir berwarna hijau. Sebelum terlambat, penyakit ini masih bisa diobati.
Bahkan untuk pencegahan vaksinnyapun sudah tersedia.
b. Tujuan
 Tujuan umum
Untuk mengetahui atau mempelajari tentang asuhan keperawatan pada pasien
pneumonia
 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui apa itu pneumonia
2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan tentang pasien pneumonia
3. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien paneumonia

c. Manfaat
1. Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan keterampilan kelompok
dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan pneumonia.
2. menambah pengetahuan dan wawasan bagi pembaca.
3. Sebagai sumber referensi bagi pembaca mengenai Pneumonia.
BAB III

TINJAUAN TEORI

a. Pengertian pneumonia
Pneumonia adalah proses inflmasi perenkim paru yang terdapat konsolidasi dan terjadi
pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat di sebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan
benda-benda asing. Pneumonia juga mungkin di sebabkan oleh terapi radiasi, bahan kimia
dan aspirasi. Pneumonia radiasi dapat menyerang terapi radiasi untuk kanker payudara atau
paru, biasanya terjadi 6 minggu atau lebih setelah pengobatan selesai. Pneumonia kimiawi
adalah pneumonia yang terjadi setalah menghirup karosin atau inhalasi gas yang mengiritasi.
Pneumonia bakteri terjadi akibat inhalasi mikroba yang paling sering atau penyebaran
hematogen dari fokus infeksi yang jauh. Udara yang masuk keparu melalui saluran
pernafasan, masuk ke bronkhiolusdan alveoli dan menimbulkan reaksi peradangan hebat dan
menghasilkan cairan edema yang kata protein dalan alveoli dan jaringan interstitial.
Bakteri pneumokokus dapat meluas melalui porus kohn dari alveoli di seluruh pigmen
atau lobus. Timbulnya hepatisasi merah adalah akibat perembesan eritrosit dan beberapa
leukosit dari kapiler paru. Alveoli dan septa menjadi penuh dengan cairan edema yang
berisieritrosit dan fibrin serta relatif sedikit leukosit sehingga kapiler alveoli menjadi
melebar. Paru menjadi tidak berisi udara lagi, kenyal,dan berwarna merah. Pada tingkat
lanjut, aliran darah menurun, alveoli penuh dengan leukosit dan relatif sedikit eritrosit.
Bakteri pneumonia difagositosis oleh leukosit dan sewaktu resolusiberlangsung makrofag
masuk kedalam alveoli dan menelan leukosit bersama bakteri pneumokokus di dalamnya.
Paru dalam tahap hepatisasi abu-abu dan tampak berwarna abu-abu kekuningan. Secara
perlahan-lahan sel darah merah yang mati dan eksudat fibrin di buang dari alveoli. Terjadi
resolusi sempurna, paru menjadi normal kembali tanpa kehilangan kemampuanya dalam
melakukan pertukaran gas.
Tidak terjadinya pneumonia pada orang normal yang sehat adalah akibat adanya
mekanisme pertahanan yang terdiri atas refleksglotis dan batuk, lapisan mukus dan gerakan
silia yang mengeluarkan organisme yang melekat pada lapisan mukus tersebut, dan sekresi
humoral setempat. Sel-sel yang melapisi saluran trakeobronkial menghasilakn zat kimia
yang mempunyai sifat antimikroba yang tidak spesifik meliputi:
1. Lisozim, suatu enzim yang menghancurkan baketri terumatama jika ada komplemen
2. Laktoferi, suatu ikatan besi dengan glikoprotein yang mempunyai sifat bakteriostatik
3. Interferon, suatu protein dengan berat molekul rendah dengan aktifitas antivirus
b. Etiologi
Menurut pedoman diagnosis dan penatalaksanaan indonesia yang diterbitkan oleh PDPI
tahun 2003 dapat tiga klasifikasi penumonia yaitu :
1) Berdasarkan klinis dan epidomiologis
 Pneumonia komuniti
 Pneumonia nosokomial
 Pneumonia respirasi
 Pneumonia pada penderita immunocompromised
2) Berdasarkan bakteri penyebab
Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri, yang timbul secara primer atau
sekunder setelah infeksi virus.
3) Di sebabkan oleh virus yaitu virus influensa
4) Di sebabkan oleh mikroplasma, suatu pneumonia yang relatuf sering di jumpai, di
sebabkan oleh suatu mikoorganisme berdasarkan beberapa aspek.
5) Di sebabkan oleh jamur dan dan sering merupakan infeksi sekunder prediksi
terutama pada penderita dayabtahan lemah
6) Berdasarkan prediksi infeksi

Etiologi pneumonia di sebabkan oleh:

1. Bermacam golongan mikroorganisme yaitu yang di sebabkan oleh:


 Bakteri: reptokokus pneumoniae, staphylococus aureus
 Virus: infuenza parainfluenza, adenovirus
 Jamur: candidiasis, histoplasmosis, aspergofosis, coccidioido mycosis,
cryptococosis, pneumocytis carinii
 Aspirasi: makanan, cairan, lambung
 Inhalasi: racun atau bahan kimia, rokok,debu, dan gas
2. Istilah populer yaitu ISPA (penyakit saluran nafas atas, biasanyaringan sebagaian besar
disebabkan oleh firus dan tidak perlu antibiotik) dan pneumonia (penyakit paru bisa
menjadi berat dan menyebabkan kematian dengan tanda nafas cepat dan/ nafas sesak,
sebagian besar di sebabkan oleh bakteri, perlu anti biotik dan/ perawatan di rumah
sakit).
c. Patofisiologi

Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa
mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius
difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di
saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan
berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan
humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang
didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme
infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami
pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat atau
kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan
perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor
predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada
pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada
saluran napas bagian atas.
Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan
pneumonia virus. Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme
pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian
bawah.
Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di
saluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui
penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus ( contoh:
varisella, campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadi
melalui penyebaran hematogen baik dari sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia
generalisata. Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut
yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di
alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi
lobaris yang khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi
dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini
menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada
bronkiolitis

d. Penyebab pneumonia
Sebagian besar penyebab pneumonia adalah mikroorganisme (virus,bakteri), dan
sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak tanah, bensin, atau
sejenisnya) dan masuknya makanan, minuman, susu, isi lambung kedalam saluran
pernafasan (asprasi). Berbagai penyebab pneumonia dikelompokkan berdasarkan golongan
umur, berat ringannya penyakit dan penyulit yang menyertainya (komplikasi).
Mikroorganisme tersering sebagai penyebab pneumonia adalah virus terutama
respiratory syncial virus (RSV) yang mencapai 40% sedangkan golongan bakteri yang ikut
berperan terutama streptococcus pneumoniae dan haemophilus influenzae type b (Hib).
Awalnya, mikroorganisme masuk melalui percikan ludah (droplet), kemudian terjadi
penyebaran mikroorganisme dari saluran nafas bagian atas ke jaringan (parenkim) paru dan
sebagian kecil karena penyebaran melalui aliran darah.

e. Gejala dan tanda pneumonia

1) Anak umur 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun, terjadinya pneumonia berat ditandai,
antara lain:
 Batuk atau (juga disertai kesulitan bernafas)
 Nafas sesak atau penrikan dinding dada sebelah bawah kedalam
 Dahak berwarna kehijauan atau seperti karet

Pada kelompok usia ini dikenal juga pneumonia sangat berat dengan gejala batuk dan
kesukaran bernafas karena tidak ada ruang tersisa untuk oksigen di paru-paru.

2) Anak dibawah umur 2 bulan, terjadinya pneumonia berat ditandai, antara lain :
 Frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali/menit atau lebih
 Penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam

Jika bayi bernafas dengan bantuan fentilator akan tampak bawah jumlah lendir
meningkat. Kadang-kadang bayi tiba-tiba menjadi sakit yang disertai turun naiknya suhu
tubuh.

f. Manifestasi klinis
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran nafas atas akut
selama beberapa hari. Selai didapatkan demam, mengigil, suhu tubuh meningkat dapat
mencapai 40 derajat celcius, sesak nafas, nyeri dada dan batuk dengan dahak kental,
terkadang ddapat berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita juga ditemui gejala
lain seperti nyeri perut, jurang nafsu makan, dan sakit kepala.
Tanda dan gejala lainnya antara lian :
 Batuk non produktif
 Ingus (nasal discharge)
 Suara nafas lemah
 Retraksi intercosta
 Penggunaan otot bantu nafas
 Demam
 Ronchii
 Cyanosis
 Reukositosis
 Thorax
 Photo menunjukan influtrasi melebar
 Sakit kepala
 Kekakuan dan nyeri otot
 Sesak nafas
 Menggigil

g. Penatalaksanaan medis

Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa di berikan antibiotik
peroral (lewat mulut) dan tetap tinggal di rumah. Penderita anak yang lebih besar dan
penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau paru-paru lainya, harus di
rawat dan antibiotik di berikan melalui infus. Mungkin perl di berikan oksigen tambahan,
cairan intra vena dan alat bantu nafas mekanik.
Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan keadaanya
membaik dalam waktu 2 minggu. Penata laksanaan untuk pneumonia bergantung pada
penyebab sesuai yang di tentukan olah pemeriksaan sputum mencangkup:
 Oksigen 1-2 L/menit
 IVFD dekstrose 10%: Nacl 0,9% = 3:1, + KCL 10 mEq/500ml cairan.
 Jumlah cairan sesuai berat badan kenaikan suhu dan status hidrasi
 Jika sesak tidak terlalu berat dapat di mulai makanan enteral bertahap melalui selang
nasogastrik dengan feeding drip
 Jika sekresi lendir berlebihan dapat di berikan inhalasi dengan salin normal dan beta
agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.
 Koreksi gangguan sekresi keseimbangan asam basa dan elektrolit

Antibiotik sesuai hasil biakan atau di berikan untuk khusus pneumonia ccommunity base:

 Ampisilin 10mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian


 kloromfenikol 7mg/kg BB/hari 4 kali pemberian

untuk khusu pneumonia hospital base:


 sefatoksim 100mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian
 amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian
h. Pemeriksaan Penunjang
1) Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial);
dapat juga menyatakan abses) luas /infiltrasi, empiema (stapilococcos), infiltrasi
menyebar atau terlokalisasi (bakterial), atau penyebaran/perluasan infiltrasi
nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia mikoplasma, sinar x dada mungkin
bersih.
2) GDA/nadi oksimetris : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas
paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
3) Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat diambil biosi jarum,
aspirasi transtrakea, bronkoskofi fiberobtik atau biosi pembukaan paru untuk
mengatasi organisme penyebeb. Lebih dari satu organise ada : bekteri yang
umum meliputi diplococcos pneumonia, stapilococcos, aures A.-hemolik
strepcoccos, hemophlus influenza : CMV. Catatan : keluar sekutum tak dapat di
identifikasikan semua organisme yang ada. Kultur darah dapat menunjukan
bakteremia semtara
4) JDL : leokositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada
infeksi virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan
berkembangnya pneumonia bakterial.
5) Pemeriksaan serologi: mis, titer virus atau legionella,aglutinin dingin.
membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus.
6) Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps
alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain. Mungkin
terjadi perembesan (hipoksemia)
7) Elektrolit : Natrium dan Klorida mungkin rendah
8) Bilirubin : Mungkin meningkat.
9) Aspirasi perkutan / biopsi jaringan paru terbuka : dapat menyatakan jaringan
intra nuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMP ; kareteristik sel
rekayasa(rubela))
BAB III
TINJAUAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya, yang meliputi: nama,
jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, tanggal pengkajian.
2. Keluhan Utama
Sering menjadi alasaan klein untuk meminta pertolongan kesehatan adalah Sesak napas,
batuk berdahak, demam, sakit kepala, ny dan kelemahan

3. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)

Penderita pneumonia menampakkan gejala nyeri, sesak napas, batuk dengan dahak
yang kental dan sulit dikeluarkan, badan lemah, ujung jari terasa dingin.
4. Riwayat Kesehatan Terdahulu (RKD)
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit, kemungkinan
pasien pernah menderita penyakit sebelumnya seperti : asthma, alergi terhadap
makanan, debu, TB dan riwayat merokok.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)


Riwayat adanya penyakit pneumonia pada anggota keluarga yang lain seperti : TB, Asthma,
ISPA dan lain-lain.

B. Pola Gordon

1. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
2. Sirkulasi
Gejala : riwayat adanya /GJK kronis
Tanda : takikardia, penampilan kemerahan, atau pucat

3. Makanan/cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual, muntah, riwayat diabetes mellitus
Tanda : sistensi abdomen, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia
(malnutrisi), hiperaktif bunyi usus.

4. Neurosensori
Gejala : sakit kepala daerah frontal (influenza)
Tanda : perubahan mental (bingung, somnolen)

5. Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk), imralgia, artralgia, nyeri dada
substernal (influenza).
Tanda : melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi
gerakan).

6. Pernafasan
Gejala : adanya riwayat ISK kronis, takipnea (sesak nafas), dispnea
Takipnue, dispnenia progresif, pernapasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran
nasal.
Tanda :
o Sputum: merah muda, berkarat atau purulen.
o Perkusi: pekak datar area yang konsolidasi.
o Premikus: taksil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi
o Gesekan friksi pleural.
o Bunyi nafas menurun tidak ada lagi area yang terlibat, atau napas bronkial.
o Warna: pucat/sianosis bibir dan kuku.

7. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun, misal SLE,AIDS, penggunaan steroid,
kemoterapi, institusionalitasi, ketidak mampuan umum, demam. Tanda : berkeringat,
menggigil berulang, gemetar, kemerahan mungkin ada pada kasus rubeola, atau
varisela.
8. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis Pertimbangan
DRG menunjukkan rerata lama - lama dirawat 6 – 8 hari Rencana pemulangan:
bantuan dengan perawatan diri, tugas pemeliharaan rumah. Oksigen mungkin
diperlukan, bila ada kondisi pencetus.

C. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat juga
menyatakan abses) luas /infiltrasi, empiema (stapilococcos), infiltrasi menyebar atau
terlokalisasi (bakterial), atau penyebaran/perluasan infiltrasi nodul (lebih sering virus).
Pada pneumonia mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih.
2. GDA/nadi oksimetris : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang
terlibat dan penyakit paru yang ada.
3. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat diambil biosi jarum, aspirasi
transtrakea,bronkoskofi fiberobtik atau biosi pembukaan paru untuk mengatasi
organisme penyebeb. Lebih dari satu organise ada : bekteri yang umum meliputi
diplococcos pneumonia, stapilococcos, aures A.-hemolik strepcoccos, hemophlus
influenza : CMV. Catatan : keluar sekutum tak dapat di identifikasikan semua
organisme yang ada. Kultur darah dapat menunjukan bakteremia semtara
4. JDL : leokositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi
virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya pneumonia
bakterial.
5. Pemeriksaan serologi: mis, titer virus atau legionella,aglutinin dingin. membantu dalam
membedakan diagnosis organisme khusus.
6. Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar);
tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain. Mungkin terjadi perembesan
(hipoksemia)
7. Elektrolit : Natrium dan Klorida mungkin rendah
8. Bilirubin : Mungkin meningkat.
9. Aspirasi perkutan / biopsi jaringan paru terbuka : dapat menyatakan jaringan intra
nuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMP ; kareteristik sel rekayasa (rubela) )
D. Proritas Keperawatan
1. Mempertahankan/memperbaiki fungsi pernafasan
2. Mencegah komplikasi
3. Mendukung proses penyembuhan
4.Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan pengobatan.

E. Diagnosis Keperawatan Yang Mungkin


1. Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan inflamasi trachea bronchial,
peningkatan produksi sputum
2. Nyeri berhubungan dengan inflamasi parenkim paru
3. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar kapiler
(efek inflamasi).

F. Rencana Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi trache bronchial,
peningktan sputum

 Tujuan : secara verbal tidak ada keluhan sesak, Suara nafas normal (vaskuler),
Sianosis negatif, Batuk negatif, Jumlah pernafasan dalam batas normal sesuai
usia.
 Intervensi Mandiri :
a. Kaji jumlah/kedalaman pernafasan dan pergerakan dada.
R/ : evaluasi awal untuk melihat kemajuan dari hasil infeksi yang telah
dilakukan.
b. Auskultasi daerah paru, catat area yang menurun/tidak adanya aliran darah,
dan adanya suara nafas tambahan seperti crackles, wheezes.
R/ : penurunan aliran udara timbul pada area yang konsolidasi dengan
cairan. Crackles, ronchi dan wheezes terdengar pada saat inspirasi dan atau
ekspirasi sebagai respons dari akumulasi cairan, sekresi kental dan
spasme/obstruksi saluran nafas.
c. Elevasi kepala, sering ubah posisi.
R/ : Diafragma yang lebih rendah akan membantu dalam meningkatkan
ekspansi dada, pengisian udara, mobilisasi dan ekspektorasi dari sekresi.
d. Bantu klien dalam melakukan latihan nafas dalam.
R/ : Nafas dalam akan memfasilitas ekspansi maksimum paru-paru/saluran
udara kecil.
 Intervensi kolaborasi :
Berikan pengobatan atas indikasi, misalnya mukolitik, ekspektoran,
bronkodilator dan analgesik.
R/ : Membantu mengurangi bronkospasme dengan mobilisasi dari sekret.

2. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada parenkim paru.

 Tujuan : laporan secara verbal, nyeri dada berkurang, skala nyeri


berkurang, wajah rileks, klien dapat beristirahat tanpa terganggu
rasa nyeri

 Intervensi Mandiri :

a. Tentukan karakteristik nyeri, misal ketajaman, terus-menerus


(frekuensi).

R/ : Nyeri dada, biasanya timbul dalam beberapa timbul dalam


beberapa tingkatan, dapat juga menunjukkan adanya komplikasi
dari pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis.

b. Berikan tindakan untuk kenyamanan, perubahan posisi, musik


lembut, latiahan relaksasi/nafas

R/ : Nonanalgesik tindakan dengan sentuhan akan meringankan


ketidaknyamanan dan memberikan efek terapi analgesik

c. Instruksikan dan bantu klien untuk melakukan teknik menahan


dada selama batuk

R/ : Membantu mengontrol ketidaknyamanan pada dada den gan


meningkatkan pelaksanaan batuk efektif.

 Intervensi Kolaborasi :

Berikan analgesik dan antitusif atas indikasi


R/ : Obat-obat ini digunakan untuk menekan batuk non produkrif/
paroksimalatau mereduksi mukus yang berlebihan, meningkatkan
kenyamanan secara umum.

3. Kerusakan pertukaran gas berhubungan denganperubahan membran alveolar kapiler


(efek inflamasi).

 Tujuan : keluhan dispnea berkurang, denyuit nadi dalam rentang


normal dan irama reguler, kesadaran penuh,hasil nilai AGD dalam batas
normal.
 Intervensi Mandiri :
a. Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku, catat adanya
sianosis perifer (kuku) atau sianosis pucat (sirkumoral).
R/ : Sianosis kuku menggambarkan vasokonstriksi atau respon
tubuh terhadap demam.
b. Kaji status mental.
R/:kelemahan,iritable, bingung, dan somnolendapar
merefleksikan adanya hipoksemia/penurunan oksigenasi serebral.
c. Monitor denyut/irama jantung.
R/ : Takikardi biasanya timbul sebagai hasil dari
demam/dehidrasi tetapi dapat juga sebagai respon terhadap
hipoksemia.
 Intervensi Kolaborasi :
Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan, nasal prong, masker.
R/ : pemberian terapi oksigen untuk memelihara PaO 2 diatas
60mmHg, oksigen yang diberikan sesuai dengan toleransi
darimklien.
G. Implementasi
Selama tahap implementasi perawat melaksanakan rencana asuhan keperawatan.
Instruksi keperawatan diimplementasikan untuk membantu klien memenuhi kriteria hasil.
Implementasi keperawata bias dilakukan secara mandiri maupun berkolaborasi dengan tim
medik lainnya.
H. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan kriteria hasil/
tujuan yang di buat pada tahap perencanaan. Klien keluar dari siklus proses keperawatan
apabila criteria hasil/tujuan telah tercapai. Klien akan masuk kembali ke dalam siklus apa
bila criteria hasil belum tercapai.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agen
infeksius. Pneumonia dapat menjadi suatu infeksi yang serius dan mengancam nyawa. Ini adalah
benar terutama pada orang-orang tua, anak-anak, dan mereka yang mempunyai persolan-persoalan
medis lain yang serius, seperti COPD, penyakit jantung, diabetes, dan kanker-kanker tertentu.
Untungnya, dengan penemuan dari banyak antibiotik-antibiotik yang kuat, kebanyakan kasus-kasus
dari pneumonia dapat dirawat dengan sukses. Etiologi dari pneumonia paling umum ditemukan
adalah disebabkan karena bakteri streptococcus. Dan yang lebih banyak resiko terserang pneumonia
adalah orang tua, karena banyak sekali orang tua terdapat riwayat merokok.

B. Saran
Disarankan kepada penderita pneumonia untuk menghindari faktor pencetus dan resiko yang
bisa mengakibatkan penyakit bertambah parah. Penderita pneumonia disarankan untuk menghindari
merokok, tidak meminum minuman yang mengandung alkohol, dan menerapkan pola hidup sehat
DAFTAR PUSTAKA

Misnadiarly.2008. Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Pneumonia pada Anak, Orang Dewasa, Usia
Lanjut. Jakarta; pustaka obor populer

Mutakiqin Arif. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta: Salemba
Medika

Potter Perry.2010. Fundamental Keperawatan edisi 7. Jakarta: Salemba Medika

Jaremi P.T Ward dkk. 2008. At a Glance Sistem Respirasi edisi kedua. Jakarta: Erlangga

jurnal.stikescendekiautamakudus.ac.id/index.php/JKM/article/view/245

Anda mungkin juga menyukai