Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

KASUS PNEUMONIA DIRUANGANYELIR


RSUD MOKOPIDO TOLITOLI

DISUSUN OLEH:

DEWI FRANSISKA
PO7247322035

CI AKADEMIK CI RUANGAN

Ekasari Dewi Pertiwi S.Kep Sumiati S.Kep,Ns

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN TOLITOLI


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES PALU
2023/2024

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat-Nya maka laporan Pendahuluan (LP) yang mengambil topik “Pneumonia”
ini dapat selesai pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan Pendahuluan (LP).
Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna dan banyak
kekurangan, sehingga saran dan kritik pembaca yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan untuk kesempurnaan laporan responsi ini. Semoga tulisan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Tolitoli, 05 Januari 2024

penulis

2
A. Konsep Teori
1. Pengertian
Pneumonia adalah suatu penyakit peradangan akut parenkim paru
yang biasanya dari suatu infeksi saluran nafas bawa akut (INSBA) dan
ditandai dengan gejalah batuk disertai sesak nafas yang disebabkan oleh
agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma, dan subtasi asing,
berupa radang paru paru yang disertai eksudasi dan konsulidasi dan dapat
dilihat melalui gambaran radiologi(Nurarif 2015)
Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan
(paru paru) tepatnya di alveoli yang disebabkan oleh beberapa
mikroorganisme lainnya (Kemenkes 2019)
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi yang mengenai
saluran pernafasan bawah dengan tanda dan gejala seperti batuk dan
sesak nafas. Hal ini diakibatkan oleh adanya agen infeksius seperti virus,
bakteri, mycoplasma (fungi) dan aspirasi subtasi asing yang berupa
eksudat (cairan) dan konsolidasi (bercak berawan) pada paru paru (abdjul
& herlina 2020)
Pneumonia merupakan kasus dengan jumlah kematian berkisar
935.000 jiwa pertahun dan lebih dari 2.500 perhari penderita pneumonia
meninggal dunia. Angka penderita pneumonia di Amerika serikat
mencapai lebih dari 1.500.000 kasus pneumonia setiap tahun dan
100.000 terjadi kematian karena pneumonia (Anggraini et al., 2021).
Dari penelitian (Farida et al., 2017) menyatakan bahwa prevalensi
pneumonia di indonesia mengalami peningkatan yang terjadi pada semua
umur, yang berkisaran dari 2,1% menjadi 2,7%. Pada pengelompokan
pasien pneumonia terdiri dari umur 1- 4 tahun dan sudah mulai
meningkatnya pasien pneumonia pada umur 45-54 tahun.
2. Etimologi
Menurut (Padila,2013) peyebab dari pneumonia yaitu:
a. Bakter
Bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut.Organisme gram positif
seperti: streptococcus pneumonia,saerous,dan streptococcus
pyogenesis.
b. Virus
Virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet
citomegalo,virus ini dikenal sebagai penyebab utama kejadian
pneumonia virus.
c. Jamur
Jamur disebabkan oleh infeksi yang menyebar melalui penghirupan

3
udara mengandung spora biasanya ditemukan pada kotoran burung.
d. Protozoa
Menimbulkan terjdinya pneumocystis carini pneumoni (PCP)
biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi.
3. Tanda dan Gejala/ Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pneumonia bervariasi dari ringan hingga berat,
tergantung pada faktor-faktor seperti jenis kuman penyebab infeksi, usia,
dan kesehatan Anda secara keseluruhan. Tanda dan gejala ringan sering
kali mirip dengan pilek atau flu, tetapi berlangsung lebih lama.
Tanda dan gejala pneumonia mungkin termasuk:
 Nyeri dada saat bernapas atau batuk
 Kebingungan atau perubahan kesadaran mental (pada orang
dewasausia 65 tahun keatas)
 Batuk, yang dapat menghasilkan dahak
 Kelelahan
 Demam, berkeringat dan menggigil Suhu tubuh lebih rendah dari
normal (pada orang dewasa yang berusia lebih dari 65 tahun dan
orang dengan sistem kekebalan yang lemah)
 Mual, muntah atau diare
 Sesak napas
Bayi baru lahir dan bayi mungkin tidak menunjukkan tanda-
tanda infeksi. Atau mereka mungkin muntah, demam dan batuk, tampak
gelisah atau lelahdan tidak bertenaga, atau kesulitan bernapas dan
makan.
4. Patofisiologi
Pneumonia merupakan inflasi paru yang ditandai dengan
konsulidasi karena eksudat yang mengisi alveoli dan bronkiulus saat
saluran nafas bagian bawah terinfeksi. Respon inflamasi normal terjadi,
disertai dengan obstruksi jalan nafas. Sebagian besar pneumonia didapat
melalui aspirasi partikel inefektif seperti mengirup bibit penyakit
diudara ada beberapa mekanisme yang pada keadaan normal melindungi
paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi dihidung atau terperangkap
dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia disaluran nafas. Bila satu
partikel dapat mencapai paru paru partikel tersebut akan berhadapan
dengan makrofag alveoler dan juga dengan mekanisme imun sistematik
dan humoralinfeksi pulmonal bisa terjadi dengan tergangu salah satu
mekanisme pertahanan dan organisme dapat mencapai traktus

4
respiratorius terbawa melalui aspirasi maupun rute hematologi ketika
patogen mencapai akhir bronkiolus maka terjadi penumpahan dari cairan
edema ke alvoli diikuti leukosit dalam jumlah besar
Penyebab pneumonia masuk ke paru-paru melalui inhalasi atau pun
aliran darah. Diawali dari saluran pernafasan dan akhirnya masuk ke saluran
pernapasan bawah. Reaksi peradangan timbul pada dinding bronkhus
menyebabkan sel berisi eksudat dan sel epitel menjadi rusak. Kondisi
tersebut berlansung lama sehingga dapat menyebabkan etelektasis. Reaksi
inflamasi dapat terjadi di alveoli, yang menghasilkan eksudat yang
mengganggu jalan napas, bronkospasme dapat terjadi apabila pasien
menderita penyakit jalan napas reaktif.

5
5. Pathway

6
6. Pemerikasaan penunjan
Pemeriksaan diagnostik penunjang yang dapat dilakukan adalah :
1. Sinar X
Mengidenfikasi distribusi struktural (misal : lobar, bronchial), dapat
juga menyatakan abses luas/infiltrate, empiema (stapilococcus);
infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bacterial); atau
penyebaran/perluasan infiltrate nodul (lebih sering virus). Pada
pneumonia mikoplasma sinar X dada mungkin lebih bersih.
2. GDA
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang
terlibat dan penyakit paru yang ada.
3. JDL Leukositosis
Biasanya ditemukan, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada
infeksi virus, kondisi tekanan imun.
4. LED Meningkat
5. Fungsi paru hipoksia, volume menurun, tekanan jalan napas
meningkat dan komplain menurun
6. Elektrolit Na dan CI mungkin rendah
7. Bilirubin meningkat
8. Aspirasi / biopsi jaringan paru
7. Penatalaksanaan
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan
antibiotik per oral (lewat mulut) dan tetap tinggal di rumah. Penderita
anak yang lebih besar dan penderita dengan sesak nafas atau dengan
penyakit jantung dan paru-paru lainnya, harus dirawat dan antibiotik
diberikan melalui infus. Mungkin perlu di berikan oksigen tambahan,
cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
Kebanyakan penderita akan memberikan respons terhadap
pengobatan dan keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu.
Penatalaksanaan pada pneumonia bergantung pada penyebab, sesuai
yang di tentukan oleh pemeriksaan sputum mencakup :
1. Oksigen 1-2L/menit
2. IVFD dekstrose 10% :Nacl 0,9% = 3: 1,+ KCI10 mEq/500 ml cairan
3. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi
4. Jika sesak tidak terlalu berat dapat dimulai makanan enteral bertahap
melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.
5. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberiikan inhalasi dengan salin
normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.
6. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit

7
8. Komplikasi
Menurut (Misnadiarly, 2008) komplikasi pada pneumonia yaitu :
1. Abses paru
2. Edusi pleural
3. Empisema
4. Gagal napas
5. Perikarditis
6. Meningitis
7. Atelektasis
8. Hipotensi
9. elirium
10. Asidosis metabolik
11. Dehidrasi
B. Konsep Asuhan Keperawatan Klien Pneumonia
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses melakukan pemeriksaan atau penyelidikan oleh
seorang perawat untuk mempelajari kondisi pasien sebagai langkah awal
yang akan dijadikan pengambilan keputusan klinik keperawatan. Oleh
karena itu pengakjian harus dilakukan dengan teliti dan cermat sehingga
seluruh kebutuhan keperawatan dapat teridentifikasi. Pada pasien
peneumonia pengkajian meliputi :
1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan,
agama, suku/bangsa, status pernikahan
2. Identitas Pennggung Jawab
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan,
agama, suku/bangsa, status pernikahan, hubungan dengan pasien
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien Bronkopneumonia adalah sesak napas
b. Riwayat Keluhan Utama
Keluhan utama disertai Keluhan lain yang dirasakan klien seperti
lemah, sianosis, sesak napas, adanya suara napas tambahan
(ronchi dan wheezing), batuk, demam, sianosis daerah mulut dan
hidung, muntah, diare)
c. Riwayat Kesehatan Masa lalu
Dikaji apakah klien pernah menderita penyakit seperti ISPA, TBC
Paru, trauma. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya faktor predisposisi.

8
d. Riwayat kesehatan keluarga
Dikaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-
penyakit yang disinyalir sebagai penyebab pneumonia seperti Ca
Paru, asma, TBC Paru dan lain sebagainya.
4. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Hal yang perlu dikaji yaitu kebersihan lingkungan, riwayat
perokok.
b. Pola nutrisi
Biasanya muncul anoreksia, mual dan muntah Karena peningkatan
rangsangan gaster sebagai dampak peningkatan toksik
mikrorganisme.
c. Pola eliminasi
Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat
perpindahan cairan evaporasi karena demam
d. Pola istirahat/tidur
Penderita sering mengalami gangguan istirahat dan tidur karena
adanya sesak nafas.
e. Pola aktfitas dan latihan
Aktifitas dan latihan klien akan menurun karena adanya
kelemahan fisik
5. Pemeriksaan Fisik
a. Head to toe
b. DataFokus

9
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis
mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang dialaminya baik berlangsung aktual maupun
potensial. Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus
pneumonia menurut PPNI (2017) sebagai berikut
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)
2. Pola nafas tidak efektif (D.0005)
3. Hipertermia (D.0130)
4. Gangguan pertukaran gas (D.0003)
5. Defisit nutrisi (D0019)
6. Intoleran aktivitas (D.0056)
3. Intervensi Keperawatan
1. D0001 Bersihan pada jalan nafas b.d sekresi yang tertahan.
Dibuktikan dengan :
a. Sputum berlebih - Batuk tidak efektif
b. Tidak mampu batuk
c. Mengi, Wheezing, atau ronki kering
d. Dispnea
e. Pola nafas berubah
f. Frekuensinafas bertambah
Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan bersihan
jalan nafas meningkat dengan kriteria hasil :
a. Produksi sputum menurun
b. Mengi menurun
c. Wheezing menurun
d. Frekuensi nafas dalam rentang normal
e. Batuk efektif meningkat
f. Pola nafas meningkat
Observasi
a. Monitor pola nafas
b. Monitor bunyi nafas
c. Identifikasi Kemampuan batuk
d. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
e. Monitor tanda & gejala infeksi saluran nafas Teraupetik
f. Posisikan semi fowler
g. Berikan minum air hangat
h. Lakukan suction selama 15 detik
i. Berikan oktisgen, jika perlu Edukasi
j. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
k. Ajarkan teknik batuk efektif Kolaborasi
l. Kolaborasi pemberian broncodilaor

10
2. D0005 Pola nafas tidak efektif b.d deformitas dinding dada.
Dibuktikan dengan :
a. Penggunaan otot bantu pernapasan
b. Fase ekspirasi memanjang
c. Dispnea
d. Pola nafas abnormal (takipnea, bradipnea, hipoventilasi)
e. Pernafaan cuping hidung
f. Tekanan ekspirasi menurun
g. Tekanan inspirasi menurun
Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan pola nafas
membaik dengan kriteria hasil :
b. Kapasitas vital membaik
c. Tekanan ekpirasi meningkat
d. Tekanan inspirasi meningkat
e. Dyspnea menurun
f. Penggunaan otot bantu nafas menurun
g. Frekuensi nafas membaik
Observasi
a. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
b. Monitor bunyi nafas tambahan (Gurgling, mengi, wheezing,
ronki)
c. Auskultasi bunyi nafas
d. Monitor saturasi oksigen Teraupetik
e. Posisikan semi fowler
f. Lakukan fisioterapi dada
g. Berikan oksigen, jika perlu Kolaborasi
h. Kolaborasi pemberian bronkodilator
3. D0130 Hipertermia b.d proses penyakit (infeksi mycobacterium
tuberculosis). Dibuktikan dengan :
a. suhu tubuh diatas nilai normal
b. kejang
c. takikardi
d. takipnea
e. kulit terasa hangat
Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan termogulasi
membaik dengan kriteria hasil :
a. menggigil membaik
b. kejang menurun
c. takikardi membaik
d. takipnea membaik
e. suhu tubuh membaik
f. suhu kulit membaik

11
g. tekanan darah membaik - ventilasi membaik
Observasi
a. identifikasi penyebab hipertermia
b. monitor suhu tubuh
c. monitor warna dan suhu kulit Teraupetik
d. longgarkan atau lepaslan pakaian
e. berikan cairan oral
f. lakukan kompres dingin
g. sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien Edukasi
h. anjurkan tirah baring Kolaborasi
i. kolaborasi pemberian cairan elektrolit
j. Kolaborasikan pemberian antipiretik
4. D0003 Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi. Dibuktikan dengan :
a. Dispnea
b. Takikardi
c. Bunyi nafas tambahan
d. PCO2 meningkat/menurun
e. P02 menurun
f. Pusing
g. Penglihatan kabur
h. Sianosis
i. Gelisah
j. Nafas cuping hidung
k. Pola nafas abnormal
l. Kesadaran menurun
Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapk pertukaran gas
meningkat dengan kriteria hasil :
a. Dispnea menurun
b. Bunyi nafas tambahan mnurun
c. Pusing menurun
d. Penglihatan kabur menurun
e. Gelisah menurun
f. Nafas cuping hidung menurun
g. PCO2 membaik
h. PO2 membaik
i. Takikardia membaik
j. Sianosis membaik
k. Pola nafas membaik
l. Warna kulit membaik
Observasi
a. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas

12
b. Monitor adanya sumbatan jalan nafas
c. Auskultasi bunyi nafas
d. Monitor saturasi oksigen
e. Monitor kecepatan aliran oksigen
f. Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat makan
Teraupetik
g. Pertahankan kepatenan jalan nafas
h. Berikan oksigen tambahan jika perlu Kolaborasi
i. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
j. Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan tidur
5. D.0019 Defisit nutrisi b.d peningkatan kebutuhan metabolisme.
Dibuktikan dengan :
a. Nafsu makan menurut
b. Berat badan menurun
c. Bising usus hiperaktif
d. Membrane mukosa pucat
e. Sariawan
Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan status
nutrisi membaik dengan kriteria hasil :
a. Berat badan membaik
b. Indeks masa tubuh membaik (IMT)
c. Frekuensi makan membaik
d. Nafsu makan membaik
e. Membrane mukosa membaik
Observasi
a. Identifikasi status nutrisi
b. Identifikasi makanan yang disukai
c. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis makanan
d. Monitor asupan makanan
e. Monitor mual & muntah
f. Monitor berat badan Teraupetik
g. Lakukan oral hygiene sebelum makan
h. Berikan makanan yang tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
i. Berikan makanan yang tinggi protein dan tinggi kalori
j. Berikan suplemen makanan Edukasi
k. Anjurkan posisi duduk
l. Ajarkan diet yang diprogramkan Kolaborasi
m. Kolaborasikan pemberian medikasi sebelum makan
6. D.0056 Intoleransi aktivitas b.d tirah baring, kelemahan,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Dibuktikan dengan :

13
a. Mengeluh lelah
b. Frekuensi jantung meningkat
c. Dyspnea
d. sianosis
Setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan toleransi
aktivitas meningkat dengan kriteria hasil :
a. kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat
b. kekuatan tubuh bagian atas dan bawah meningkat
c. keluhan lelah membaik
d. dispneu saat aktivitas menurun
Observasi
a. monitor kelelahan fisik
b. identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu
Teraupetik
c. latihan gerak pasif dan aktif
d. libatkan keluarga dalam aktivitas Kolaborasi
e. anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

14
DAFTAR PUSTAKA
Bs, M. W., Pan, L., & Hu, X. (2019). Chest physiotherapy for the prevention
ventilator-associated pneumonia: A meta-analysis. AJIC: American
Journal of Infection Control, +7(7), 755-760.https://doi.org/10.1016/j.ajic
2018.12.015 05 Januari 2024 (02.30)
Bs. M. W., Pan, L., & Hu, X. (2019). Chest physiotherapy for the prevention of
ventilator-associated pneumonia: A meta-analysis. AJIC: American
Journal of Infection Control. https://doi.org/10.1016/j.ajic 2018.12.015
47(7). 755-760.05Januari2024(02.30)
Darmanto (2014). Respirologi. Jakarta: EGCGumelar, M. S., & Universa. A.
Djojodibroto(2020) ANIMAGINE:ENLIGHTENDIG OPEN MIND
GENERATIONS, Jurnal Studi Desain, 5(9). 05 Januari 2024 (02.30)
Gumelar, M. S., & Universa, A. (2020) ANIMAGINE: ENLIGHTENDIGOPEN
MIND GENERATIONS. Jurnal Studi Desain, 5(9).05Januari2024(02.30)
Keperawatan Profesional. Salemba Medika.05Januari2024(02.30)
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
BerdasarkanDianosa Medis & Nanda NIC-NOC (3rd ed.). Mediaction.
Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan, Aplikasi dalam
Praktik.Keperawatan Profesional. Salemba Medika.05Januari2024(02.30)
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Dianosa Medis & Nanda NIC-NOC (3rd ed.). Mediaction.
Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan, Aplikasi dalam Praktik
Padila. (2013) Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha
Medika05Januari2024(02.30)
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st ed.). DPP
PPNI05Januari2024(02.30)
PPNI. (2018a). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (2nd ed.). DPP
PPNI05Januari2024(02.30)
PPNI. (2018b). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (2nd ed.). DPP PPNI.
05Januari2024(02.30)

15

Anda mungkin juga menyukai