Disusun Oleh:
Michelle Petuna
NIM:202101110
2022
LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA
A.KONSEP TEORITIS
1. DEFINISI PNEUMONIA
Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim yang terjadi karena konsolidasi dan
terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang disebabkan oleh bakteri,
virus,jamur dan benda benda asing (Damayanti and Ryusuke 2017).Pneumonia adalah
salah satu bentuk infeksi saluran nafas bawah akut (ISNBA) merupakan peradangan
yang mengenai parenkim paru dari bronkhiolus terminalis yang mencakup
bronkhiolus respiratorius, dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru
dan gangguan pertukaran udara (Dahlan, 2007).Pneumonia adalah infeksi atau
peradangan akut di jaringan paru yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme,
seperti bakteri, virus, parasit, jamur, pajanan bahan kimia atau kerusakan fisik paru
(Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2020).
Pneumonia secara luas dapat didefinisikan sebagai infeksi oleh sebab apapun di
paru.Pneumonia juga merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru,distal
dari bronkiolus, respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan
paru dan gangguan pertukaran gas setempat. Di Indonesia prevalensi pneumonia
semakin meningkat sesuai bertambahnya usia, peningkatan terjadi terutama pada
kelompok usia 45-54 tahun sebesar 5,4%, kelompok usia 55-64 tahun sebesar 6,2%,
kelompok usia 65-74 tahun sebesar 7,7% dan usia lebih dari 75 tahun sebesar 7,8%.3
Hasil riset kesehatan dasar 2018 menunjukkan prevalensi pneumonia pada semua usia
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adanya peningkatan angka kejadian
pneumonia di sebagian besar provinsi di Indonesia.Pneumonia juga dapat terjadi pada
orang normal tanpa kelainan imunitas yang jelas. Namun pada kebanyakan pasien
dewasa yang menderita pneumonia didapati adanya satu atau lebih penyakit dasar
yang mengganggu daya tahan tubuh.Pneumonia semakin sering dijumpai pada orang-
orang lanjut usia (lansia) dan sering terjadi pada penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK). Juga dapat terjadi pada pasien dengan penyakit lain seperti diabetes mellitus
(DM), gagal jantung, penyakit arteri koroner, keganasan, insufisiensi renal, penyakit
syaraf kronik, dan penyakit hati kronik. Faktor predisposisi lain antara lain berupa
kebiasaan merokok, pasca infeksi virus, diabetes melitus, keadaan imunodefisiensi,
kelainan atau kelemahan struktur organ dada dan penurunan kesadaran.
2. ETIOLOGI
Penyebab pneumonia pada orang dewasa dan usia lanjut umumnya adalah bakteri.
Penyebab paling umum pneumonia di Amerika Serikat yaitu bakteri Streptococcus
pneumonia, atau Pneumococcus.Sedangkan pneumonia yang disebabkan karena virus
umumnya adalah Respiratory Syncytial Virus, rhinovirus, Herpes Simplex Virus,
Severe Acute Respiratory Syndrome termasuk SARS Cov-2 yaitu virus penyebab
covid 19 (CDC, 2020)Penyebab paling sering pneumonia yang didapat dari
masyarakat dan nosokomial adalah:a. Yang didapat di masyarakat: Streeptococcus
pneumonia, Mycoplasma pneumonia, Hemophilus influenza, Legionella
pneumophila, chlamydia pneumonia, anaerob oral, adenovirus, influenza tipe A dan
B.10b. Yang didapat di rumah sakit: basil usus gram negative (E. Coli, Klebsiella
pneumonia), Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, anaerob oral
3. PATOFISIOLOGI
Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan reaksi
radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan
diapedesis eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuk antibodi.
Sel-sel PNM mendesak bakteri ke permukaan alveoli dan dengan bantuan leukosit
yang lain melalui psedopodosis sistoplasmik mengelilingi bakteri tersebut kemudian
terjadi proses fagositosis. Pada waktu terjadi perlawanan antara host dan bakteri maka
akan nampak empat zona pada daerah pasitik parasitik terset yaitu :
1) Zona luar (edama): alveoli yang tersisi dengan bakteri dan cairan edema;
2) Zona permulaan konsolidasi (red hepatization): terdiri dari PMN dan beberapa
eksudasi sel darah merah;
3) Zona konsolidasi yang luas (grey hepatization): daerah tempat terjadi fagositosis
yang aktif dengan jumlah PMN yang banyak;
4) Zona resolusi E: daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri yang mati,
leukosit dan alveolar makrofag.(Damayanti and Ryusuke 2017).
4. MANIFESTASI KLINIS
Pneumonia merupakan infeksi yang melibatkan alveoli dan bronkiolus.Gejala klinis
dari pneumonia adalah demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik non produktif atau
produktif atau menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau bercak darah), sakit dada
karena pleuritis dan sesak. Gejala umum lainnya adalah pasien lebih suka berbaring
pada yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Pemeriksaan fisik didapatkan
retraksi atau penarikan dinding dada bagian bawah saat pernafas, takipneu, kenaikan
atau penurunan taktil fremitus, perkusi redup sampai pekak menggambarkan
konsolidasi atau terdapat cairan pleura, dan ronchi.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.Radiologi
Pemeriksaan menggunakan foto thoraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan
penunjang utama (gold standard) untuk menegakkan diagnosis pneumonia. Gambaran
radiologis dapat berupa infiltrat sampai konsolidasi dengan air bronchogram,
penyebaran bronkogenik dan intertisial serta gambaran kavitas.
2.Laboratorium
Peningkatanar antara 10.000 – 40.000/ul, Leukosit polimorfonuklear dengan banyak
bentuk. Meskipun dapat pula ditemukanleukopenia..
3.Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi diantaranya biakan sputum dan kultur darah untuk
mengetahui adanya S. Pneumonia dengan pemeriksaan koagulasi antigen polisakarida
pneumokokkus.
6. PENATALAKSANAAN
Pada prinsipnya penatalaksaan utama pneumonia adalah memberikan antibiotik
tertentu terhadap kuman tertentu infeksi pneumonia. Pemberian antibitotik bertujuan
untuk memberikan terapi kausal terhadap kuman penyebab infeksi, akan tetapi
sebelum antibiotika definitif diberikan antibiotik empiris dan terapi suportif perlu
diberikan untuk menjaga kondisi pasien
1.Terapi antibiotika
Terapi antibiotika empiris menggambarkan tebakan terbaik berdasarkan pada
klasifikasi pneumonia dan kemungkinan organisme, karena hasil mikrobiologis
umumnya tidak tersedia selama 12-72 jam. Maka dari itu membedakan jenis
pneumonia (CAP atau HAP) dan tingkat keparahan berdasarkan kondisi klinis pasien
dan faktor predisposisi sangatlah penting, karena akan menentukan pilihan antibiotika
empirik yang akan diberirikanan
4.Bantuan ventilasi: ventilasi non invasif (misalnya tekanan jalan napas positif
kontinu (continous positive airway pressure), atau ventilasi mekanis jika terjadi gagal
napas
5.Obat antipiretik dan analgetik, seperti ibuprofen atau paracetamol, untuk meredakan
demam dan nyeri
8.Obat antivirus, untuk mengatasi pneumonia yang disebabkan oleh infeksi virus
9.Obat antijamur, untuk mengatasi pneumonia yang disebabkan oleh infeksi jam
7. KOMPLIKASI
Komplikasi Pneumonia umumnya bisa diterapi dengan baik tanpa menimbulkan
komplikasi. Akan tetapi, beberapa pasien, khususnya kelompok pasien risiko tinggi,
mungkin mengalami beberapa komplikasi seperti bakteremia (sepsis), abses paru,
efusi pleura, dan kesulitan bernapas. Bakteremia dapat terjadi pada pasien jika bakteri
yang menginfeksi paru masuk ke dalam aliran darah dan menyebarkan infeksi ke
organ lain, yang berpotensi menyebabkan kegagalan organ. Pada 10% pneumonia
dengan bakteremia dijumpai terdapat komplikasi ektrapulmoner berupa meningitis,
arthritis, endokarditis, perikarditis, peritonitis, dan empiema. Pneumonia juga dapat
menyebabkan akumulasi cairan pada rongga pleura atau biasa disebut dengan efusi
pleura. Efusi pleura pada pneumonia umumnya bersifat eksudatif. Efusi pleura
eksudatif yang mengandung mikroorganisme dalam jumlah banyak beserta dengan
nanah disebut empiema. Jika sudah terjadi empiema maka cairan perlu di drainage
menggunakan chest tube atau dengan pembedahan (Damayanti and Ryusuke 2017).
8) Pola peran hubungan Pasien terlihat malas jika diajak bicara dengan
keluarga, pasien lebih banyak diam.
2) Pola pernafasan Inspeksi: bentuk dada dan gerak pernapasan. Pada klien
dengan pneumonia sering ditemukan peningkatan frekuensi napas cepat
dan dadidapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru.
Auskultasi: didapatkan bunyi napas melemah dan adanya suara napas
tambahan ronkhi basah pada sisi yang sakit. Peting bagi perawat untuk
mendokumentasi hasil auskultasi di daerah mana didapatkan adanya
ronkhi.
4.IMPLEMENTASI
Implementasi adalah tahap perencanaan yang telah disusun melalui
pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan. Fokus dari intervensi
keperawatan yang meliputi sebagai berikut yaitu mencegah komplikasi,
mempertahankan daya tahan tubuh, memantapkan hubungan pasien dengan
lingkungan, menemukan perubahan sistem tubuh diantaranya (Sri Wahyuni,
2016) :
01. Independen
02. Interdependen
03 Dependen
DAFTAR PUSTAKA
Damayanti, Karina, and Oyagi Ryusuke. 2017. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Pneuminia.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/f331a8a1e413579027127d4509a339e
5.pdf.
Suparyanto dan Rosad (2015. 2020. “ 済 無 No Title No Title No Title.” Suparyanto dan
Rosad (2015 5(3): 248–53.
ASUHAN KEPERAWATAN
Belum ada
PATHWAY