Anda di halaman 1dari 17

lOMoARcPSD|20725822

LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN ANAK DENGAN PNEUMONIA

DI SUSUN OLEH
KHOIRUR ROZIQIN
NIM.2022207209285

KELAS A LAMPUNG TIMUR

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
TA. 2022-2023
lOMoARcPSD|20725822

LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN ANAK DENGAN PNEUMONIA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Pengertian
Pneumonia adalah proses inflamasi atau peradangan pada jaringan
paru yang tampak fusi serta dapat terjadi pengisian di lubang alveoli yang
disebabkan oleh jamur, virus bakteri, dan benda asing. Pneumonia juga bisa
disebabkan oleh bahan kimia, dan aspirasi maupun infeksi, infeksi ini dapat
mengancam nyawa siapapun, terutama pada bayi, anak – anak dan lansia
>65 tahun (Mutttaqin, 2012).
Pneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang meluas
sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada
jaringan paru melalui cara penyebaran langsung melalui saluran pernafasan
atau melalui hematogen sampai ke bronkus dan disebabkan oleh bakteri,
virus, jamur, atau benda asing dengan manifestasi klinis panas yang tinggi,
gelisah, dyspnea, napas cepat dan dangkal, muntah, diare, serta batuk kering
dan produktif (Sarwono, 2013).
Pneumonia adalah radang paru-paru disertai dengan eksudasi dan
konsolidasi.Pada bayi baru lahir pneumonia yang fatal adalah yang
disebabkan oleh sifilis congenitalyang disertai dengan generasi lemak pada
paru-paru sehingga paru-paru tampak pucatserta tidak mengandung udara
(Dorland, 2015).

2. Etiologi
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), secara umum pneumonia
diakibatkan oleh penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi
organisme patogen. Orang normal dan sehat memiliki mekanisme
pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas reflek glotis
dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman
keluar dari organ dan sekresi humoral setempat. Timbulnya pneumonia
disebabkan oleh bakteri virus dan jamur, antara lain:
1. Bakteri: Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella

2. Virus: Legionella Pneumoniae


lOMoARcPSD|20725822

3. Jamur: Aspergillus Spesies, Candida Albicans

4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung kedalam paru

5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.


Dalam keadan normal, paru – paru dilindungi terhadap infeksi oleh
berbagai mekanisme. Infeksi paru – paru bisa terjadi bila satu atau lebih dari
mekanisme pertahanan terganggu oleh organisme secara aspirasi atau
melalui penyebaran hematogen. Aspirasi adalah cara yang lebih sering
terjadi. Virus dapat menyebabkan infeksi primer atau komplikasi dari suatu
penyakit, seperti mobili atau vericella. Virus tidak hanya merusak sel epitel
bersilia tetapi merusak sel goblet dan kelenjar mukus pada bronkus sehingga
merusak clearance mukosilia. Apabila kuman patogen mencapai bronkoli
terminalis, cairan edema masuk ke dalam alveoli, diikuti oleh leukosit
dalam jumlah banyak, kemudian makrofag akan membersihkan debris sel
dan bakteri.
Proses ini bisa meluas lebih jauh lagi ke segala atau lobus yang sama,
atau mungkin ke bagian lain dari paru – paru melalui cairan bronkial yang
terinfeksi. Melalui saluran limfe paru, bakteri dapat mencapai aliran darah
atau pluro viscelaris. Karena jaringan paru mengalami konsilidasi, maka
kapasitas vital dan comlience paru menurun, serta aliran darah yang
mengalami konsilidasi menimbulkan pirau/ shunt kanan ke kiri dengan
ventilasi perfusi yang mismatch, sehingga berakibat pada hipoksia. Kerja
jantung mungkin meningkat oleh karena saturasi oksigen yang menurun dan
hiperkapnea. Pada keadaan yang berat, bisa terjadi gagal napas.
(Wijayaningsih, 2013).

3. Patofisiologi
Sebagian besar penyebab dari pneumonia ialah mikroorganisme
(jamur, bakteri, virus) awalnya mikroorganisme masuk melalui percikan
ludah (droplet) invasi ini dapat masuk ke saluran pernafasan atas dan
menimbulkan reaksi imunologis dari tubuh. reaksi ini menyebabkan
peradangan, dimana ketika terjadi peradangan ini tubuh menyesuaikan diri
maka timbullah gejala demam pada penderita.
Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan sekret, semakin lama se
lOMoARcPSD|20725822

kret semakin menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi semakin


sempit dan pasien dapat merasa sesak. Tidak hanya terkumpul dibronkus, l
ama – kelamaan sekret dapat sampai ke alveolus paru dan mengganggu sis
tem pertukaran gas di paru. Tidak hanya menginfeksi saluran nafas, bakteri
ini juga dapat menginfeksi saluran cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bak
teri ini dapat membuat flora normal dalam usus menjadi agen patogen sehi
ngga timbul masalah pencernaan.
Dalam keadaan sehat, pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mi
kroorganisme, keadaan ini disebabkan adanya mekanisme pertahanan paru.
Terdapatnya bakteri didalam paru menunjukkan adanya gangguan daya ta
han tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan mengaki
batkan timbulnya infeksi penyakit. Masuknya mikroorganisme kedalam sa
luran nafas dan paru dapat melalui berbagai cara, antara lain inhalasi langs
ung dari udara, aspirasi dari bahan – bahan yang ada di nasofaring dan oro
faring serta perluasan langsung dari tempat – tempat lain, penyebaran seca
ra hematogen. (Nurarif & Kusuma, 2015).
lOMoARcPSD|20725822

4. Pathway

Nurarif & Kusuma, (2015) dan Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017)

5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang muncul pada penderita pneumonia menurut
Wijayaningsih (2013) adalah :
1. Biasanya di dahului infeksi traktus respirasi bagian atas
2. Demam (39 - 40ºC) kadang – kadang disertai kejang karena demam ya
ng tinggi
3. Anak sangat gelisah dan adanya nyeri dada yang terasa di tusuk – tusu k
yang dicetuskan saat bernafas dan batuk
4. Pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan si
anosis sekitar hidung dan mulut
lOMoARcPSD|20725822

5. Kadang – kadang disertai muntah dan diare


6. Adanya bunyi tambahan pernafasan seperti ronchi dan wheezing
7. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya se
rius
8. Ventilasi mungkin berkurang akibat peningkatan mukus yang menyeba
bkan atelektasi absorbsi.
Menurut Lalani dan Suzan (2020), pneumonia memiliki beberapa
manifestasi klinis, sebagai berikut:
1. Demam, kesulitan bernapas, dan > 1 manifestasi berikut : takipnea,
batuk, napas cuping hidung, retraksi, crackle, dan penurunan bunyi
napas.
2. Dapat disertai pula dengan letargi, nafsu makan yang buruk atau nyeri
lokal pada dada dan abdomen.
3. Demam, takipnea, dan retraksi interkostal biasanya digunakan untuk
menegakkan diagnosis pneumonia pada anak dibandingkan auskultasi.
4. Takipnea (frekuansi napas >50 x/menit), merupakan indikator paling
sensitif untuk pneumonia pada anak.
5. Mengi dan hiperinflasi mengindikasikan bahwa penyakit disebabkan
oleh virus pada anak yang berusia lebih muda, dan Mycoplasma pada
anak yang lebih tua.
6. Pada anak yang lebih tua, riwayat kesulitan bernapas membantu
menegakkan pneumonia ketimbang retraksi nyata.
7. Anak yang lebih tua dapat menunjukkan tanda-tanda klasik, seperti
perkusi redup, crackle, bunyi napas bronkial, dan peningkatan fremitus
taktil.
8. Manisfestasi lain:
Tipikal : demam, menggigil, nyeri dada pleuritik, dan batuk yang
produktif.
Atipikal : onset yang muncul bertahap dalam beberapa hari hingga
minggu, didominasi oleh gejala nyeri kepala dan malaise, batuk
nonproduktif, dan demam derajat rendah

6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Kyle and S. Carman, 2018) Pemeriksaan laboratorium dan
lOMoARcPSD|20725822

diagnostik yang umumnya dijalani oleh penderita pneumonia untuk


pengkajian, antara lain sebagai berikut:
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah. Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri ak
an terjadi leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil)
b. Pemeriksaan sputum. Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh d
ari batuk yang spontan dan dalam, digunakan untuk kultur serta tes
sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius
c. Analisa gas darah, untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status
asam basa
d. Kultur darah, untuk mendeteksi bakteri
e. Sampel darah, sputum dan urine untuk tes imunologi untuk
mendet eksi antigen mikroba.
2. Pemeriksaan radiologi
a. Ronthenogram thoraks, menunujukkan konsolidasi lobar yang seri
ngkali dijumpai pada infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat
multiple seringkali dijumpai pada infeksi stafilococcus dan haemof
ilus
b. Laringoskopi/ broncoskopi, untuk menentukan apakah jalan nafas
tersumbat oleh benda padat.
c. Radiografi dada, beragam bergantung apada usia anak dan agens
penyebab. Pada bayi dan anak yang masih kecil, pemerangkapan
udara di bilateral dan infiltrat (pengumpulan sel radang, debris sel,
dan organisme asing) perihilus merupakan penemuan paling
umum. Area bercak konsolidasi juga dapat ditemukan. Pada anak
yang lebih besar, konsolidasi lobus terlihat lebih sering.

7. Komplikasi
Menurut Sowden dan Betz (2013), pneumonia dapat mengakibatkan
penyakit lain, yaitu :
1. Atelaktasis adalah pengembangan paru – paru yang tidak sempurna ata
u kolaps paru merupakan akibat kurang mobilisasi atau refleks batuk hi
lang
2. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam
lOMoARcPSD|20725822

rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura


3. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang
meradang
4. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial
5. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

8. Penatalaksanaan
Menurut Ridha (2017), penatalaksanaan pada penderita pneumonia
adalah sebagai berikut:
1. Oksigen sesuai kebutuhan yang adekuat.
2. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap
melalui selang nasogastrik dengan feeding drip
3. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan larutan s
alin normal dan beta agonis untuk transport muskusilier
4. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa elektrolit.
5. Antibiotika diberikan sesuai penyebabnya.
6. Ekspektoran yang dapat dibantu dengan postural drainase.
7. Rehidrasi yang cukup dan adekuat.
8. Isolasi pernapasan sesuai dengan kebutuhan.
9. Diet tinggi kalori dan tinggi protein.
10. Tindakan tambahan batuk efektif dan latihan napas dalam.
11. Terapi lain sesuai dengan komplikasi.

9. Pencegahan Pada Anak


1. Hindari anak dari adanya paparan asap rokok, polusi dan tempat
keramaian yang berpotensi terjadinya penularan
2. Hindari kontak langsung anak dengan penderita ISPA
3. Membiasakan melakukan pemberian ASI
4. Segera berobat apabila terjadi demam, batuk, pilek dan sesak, terlebih
disertai suara sesak pada anak
5. Imunisasi Hb untuk kekebalan terhadap haemeophilius influenza.
lOMoARcPSD|20725822

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
1. Identitas pasien, seperti : nama, tempat tanggal lahir/ umur.
Bronchopneumonia sering terjadi pada bayi dan anak. Kasus
terbanyak terjadi pada anak berusia di bawah 3 tahun dan kematian
terbanyak terjadi pada bayi yang berusia kurang dari 2 bulan.
2. Keluhan utama. Saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia
mengeluh sesak nafas.
3. Riwayat Penyakit
a. Riwayat kesehatan sekarang. Pada penderita bronchopneumonia
biasanya merasakan sulit bernafas, dan disertai dengan batuk
berdahak, penggunaan otot bantu napas, adanya suara nafas
tambahan, penderita biasanya juga lemah dan tidak nafsu makan,
kadang disertai diare
b. Riwayat penyakit dahulu. Anak sering menderita penyakit
saluran pernafasan bagian atas, memiliki riwayat penyakit
campak atau pertussis serta memiliki faktor pemicu
bronchopneumonia, misalnya riwayat terpapar asap rokok, debu
atau polusi dalam jangka panjang.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala – leher. Pada umumnya tidak ada kelainan pada kepala,
kadang ditemukan pembesaran kelenjar getah bening.
b. Mata. Pasien dengan bronchopneumonia mengalami anemis
konjungtiva.
c. Hidung. Pada pemeriksaan hidung secara umum tampak
mengalami nafas pendek, dalam, dan terdapat pernapasan cuping
hidung.
d. Mulut. Pada wajah klien bronchopneumonia terlihat sianosis
terutama pada bibir.
e. Thorax. Anak dengan diagnosa medis bronchopneumonia, hasil
inspeksi tampak retraksi dinding dada dan pernafasan yang
pendek dan dalam, palpasi terdapatnya nyeri tekan, perkusi
terdengarsonor, auskultasi akan terdengar suara tambahan pada
paru yaitu ronchi,wheezing dan stridor. Pada neonatus, bayi akan
lOMoARcPSD|20725822

terdengar suara nafas grunting (mendesah) yang lemah, bahkan


takipneu.
f. Abdomen. Adanya peningkatan peristaltik usus.
g. Kulit. Pada pasien yang kekurangan O₂, kulit akan tampak pucat
atau sianosis, kulit teraba panas dan tampak memerah.
h. Ekstremitas. Akral teraba dingin bahkan bahkan CRT> 2 detik
karena kurangnya suplai oksigen ke perifer, ujung – ujung kuku
sianosis.
5. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
a. Riwayat kehamilan : Penyakit injeksi yang pernah diderita Ibu
selama hamil, perawatan ANC, imunisasi TT
b. Riwayat persalinan : Apakah usia kehamilan cukup, lahir
premature, bayi kembar, penyakit persalinan, apgar score.
6. Riwayat sosial. Siapa pengasuh pasien, interaksi sosial, kawan
bermain, peran Ibu, keyakinan Agama/ budaya.
7. Kebutuhan Dasar
a. Makan dan minum. Penurunan intake, nutrisi dan cairan, diare,
penurunan BB, mual dan muntah
b. Aktifitas dan istirahat. Kelemahan, lesu, penurunan aktifitas,
banyak berbaring
c. BAK. Tidak begitu terganggu
d. Kenyamanan. Malgia, sakit kepala
e. Personal hygiene. Penampilan kusut, kurang tenaga.
8. Data Psikologis
a. Anak. Krisis hospitalisasi, mekanisme koping yang terbatas
dipengaruhi oleh: usia, pengalaman sakit, perpisahan, adanya
support, keseriusan penyakit.
b. Orang tua. Reaksi orang tua terhadap penyakit anaknya
dipengaruhi oleh:
1) Keseriusan ancaman terhadap anaknya
2) Pengalaman sebelumnya
3) Prosedur medis yang akan dilakukan pada anaknya
4) Adanya dukungan
5) Agama, kepercayaan dan adat
lOMoARcPSD|20725822

6) Pola komunikasi dalam keluarga.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan Pertukaran Gas (D.0003)
b. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (D.0001)
c. Pola Napas Tidak Efektif (D.0005).
lOMoARcPSD|20725822

3. Rencana Tindakan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria


Hasil (SLKI) Tindakan (SIKI)
Keperawatan
(SDKI)
1. Gangguan Pertukaran Gas Terapi Oksigen (I.01026)
Pertukaran Gas (L.01003) Meningkat Observasi
(D.00 03). dengan - Monitor kecepatan aliran
Kriteria Hasil: oksigen
1. Tingkat kesadar an - Monitor posisi alat terapi
meningkat oksigen
2. Dispnea menur un - Monitor aliran oksigen secara
3. Bunyi napas m periodik dan pastikan fraksi
enurun yang diberikan cukup
4. Takikardi menu run - Monitor efektifitas terapi
5. Diaforesis men urun oksigen (mis. oksimetri, analisa
6. Gelisah menuru n gas darah), jika perlu
7. Napas cuping h - Monitor kemampuan
idung menurun melepaskan oksigen saat makan
8. PCOmembaik - Monitor tanda – tanda
9. PO membaik hipoventilasi
10. pH arteri memb aik - Monitor tanda dan gejala
11. Sianosis memb aik toksikasi oksigen dan
12. Pola napas me atelektasis
mbaik. - Monitor tingkat kecemasan
akibat terapi oksigen
- Monitor integritas mukosa hid
ung akibat pemasangan oksigen

Terapeutik
- Bersihkan sekret pada mulut,
hidung dan trakea, jika perlu
- Pertahankan kepatenan jalan
napas
- Siapkan dan atur peralatan
pemberian oksigen
- Berikan oksigen tambahan, jika
perlu
- Tetap berikan oksigen saat
pasien ditransportasi
- Gunakan perangkat oksigen
yang sesuai dengan tingkat
mobilitas pasien

Edukasi
- Ajarkan pasien dan keluarga
cara menggunakan oksigen di
rumah
lOMoARcPSD|20725822

Kolaborasi
- Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
- Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas atau tidur.

2. Bersihan Jalan Bersihan Jalan Nafas Manajemen Jalan Napas (I.01011)


Napas Tidak (L.01001) Observasi
Efektif Meningkat dengan - Monitor pola napas (frekuensi,
(D.0001). Kriteria Hasil : kedalaman, usaha napas)
1. Batuk efektif - Monitor bunyi napas tambahan
meningkat (mis, gurgling, mengi,
2. Produksi wheezing, ronkhi kering)
sputum - Monitor sputum (jumlah,
menurun warna, aroma)
3. Mengi menurun
4. Wheezing Terapeutik
menurun - Pertahankan kepatenan jalan
5. Mekonium (pada napas dengan head – tilt dan
neonatus) menurun chin – lift (jaw – thrust jika
6. Dispnea curiga trauma servikal)
menurun - Posisikan semi – fowler atau
7. Ortopnea fowler
menurun - Berikan minum hangat
8. Sulit bicara - Lakukan fisioterapi dada, jika
menurun perlu
9. Sianosis
- Lakukan penghisapan lendir
menurun
kurang dari 15 detik
10. Gelisah
- Lakukan hiperoksigenasi
menurun
sebelum penghisapan
11. Frekuensi napas
endotrakeal
membaik (Tuliskan
- Keluarkan sumbatan benda
angka/nilainya)
padat dengan forsep McGill
12. Pola napas membaik.
- Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi
- Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak ada
kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
- bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.

3. Pola Napas Pola Napas Pemantauan Respirasi (I.01014)


Tidak Efektif (L.01004) Observasi
(D.000 5). Membaik dengan - Monitor frekuensi, irama,
lOMoARcPSD|20725822

Kriteria Hasil : kedalaman, dan upaya napas


1. Dispnea - Monitor pola napas (spt,
menurun bradipnea, takipnea,
2. Penggunaan otot hiperventilasi, kussmaul, cheyne
bantu napas – stokes, biot, ataksik)
menurun - Monitor kemampuan batuk
3. Pemanjang fase efektif
ekspirasi menurun - Monitor adanya produksi
4. Ortopnea sputum
menurun - Monitor adanya sumbatan jalan
5. Pernapasan napas
pursed – lip - Palpasi kesimetrisan ekspansi
menurun paru
6. Pernapasan - Auskultasi bunyi napas
cuping hidung - Monitor saturasi oksigen
menurun - Monitor nilai AGD
7. Frekuensi napas
- Monitor hasil x – ray toraks
membaik
8. Kedalaman napas
Terapeutik
membaik
9. Kapasitas vital - Atur interval pemantauan
membaik respirasi sesuai kondisi pasien
10. Tekanan ekspirasi - Dokumentasikan hasil
membaik pemantauan
11. Tekanan inspirasi
membaik. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu
.
lOMoARcPSD|20725822
lOMoARcPSD|20725822

DAFTAR PUSTAKA

A. Nurarif, H. & Kusuma (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan. Diagnosa Medis dan Nanda NIc-NOC. (3, Ed.). Jogjakarta:
Mediaction publishing.

Amina Lalani & Suzan Achneeweiss. 2011. Kegawatdaruratan Pediatri.


Jakarta: EGC. Bobak.

Bennete M.J. (2013), Pediatric Pneumonia.


http://emedicine.medscape.com/article/ 967822-overview. (20 Maret 2023 pukul
15.50 WIB)

Bradley J.S., Byington C.L., Shah S.S, Alverson B., et al. (2011),
The Management of Community-Acquired Pneumonia in Infants and Children
Older than 3 Months of Age: Clinical Practice Guidelines by the Pediatric
Infectious Diseases Society and the Infectious Diseases Society of America. Clin
Infect Dis 53 (7): 617-630

Dorlan. 2015. Pneumonia: Buku Ajar Penyakit Dalam Edisi 2 Jilid 4.


Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2012), Panduan Pelayanan Medis Ilmu


Kesehatan Anak. Jakarta: Penerbit IDAI.

Muttaqin, A. (2012). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

NANDA International. (2012), Diagnosis Keperawatan: Definisi dan


Klasifikasi 2009-2011. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Sarwono. (2013), Praktek klinik Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta:


Sagung Seto. Ngastiyah.1997
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
lOMoARcPSD|20725822

Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat


Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tindakan Keperawatan, Cetakan 2. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan, Cetakan 2. Jakarta Selatan: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
.

Anda mungkin juga menyukai