DISUSUN OLEH:
KHOIRUR ROZIQIN
2022207209285
2. Etiologi
Menurut (Sugeng Jitowiyono, 2018), Pada dasarnya hanya tiga penyebab
anemia yang ada: kehilangan darah, peningkatan kerusakan sel darah merah
(hemolisis), dan penurunan produksi sel darah merah. Masing – masing penyebab
ini mencakup sejumlah kelainan yang membutuhkan terapi spesifik dan tepat.
Etiologi genetik meliputi:
a. Hemoglobinopati
b. Thalasemia
3. Patofisiologi
Menurut (Yuni, 2015) Perjalanan keadaan kurang gizi besi mulai dari
terjadinya anemia sampai dengan timbulnya gejala-gejala yang klasik, melalui
beberapa tahap:
a. Tahap I
Terdapat kekurangan zat besi di tempat-tempat cadangan besi (depot ion),
tanpa disertai dengan anemia (anemia latent) ataupun perubahan konsentrasi
besi dalam serum (SI). Pada pemeriksaan didapat kadar ferritin berkurang.
b. Tahap II
Selanjutnya kemampuan ikat besi total (TIBC) akan meningkat yang diikuti
dengan penurunan besi dalam serum (SII) dan jenuh (saturasi) transferrin.
Pada tahap ini mungkin anemia sudah timbul, tetapi masih ringan sekali dan
oersifat noTmokrom normositik. Dalam tahap ini terjadi eritropoesis yang
kekurangan zat besi (iron deficient erythropoiesis).
c. Tahap III
Jika balans besi tetap negatif maka akan timbul anemia yang tambah nyata
dengan gambaran tepi yang bersifat hipokrom mikrositik.
d. Tahap IV
Hemoglobin (Hb) rendah sekali. Sumsum tulang tidak mengandung lagi
cadangan besi, kadar besi plasma (SI) berkurang, lemak jenuh transferrin
turun dan eritrosit jelas bentuknya hipokrom mikrositik. Pada stadium ini
kekurangan besi telah mencapai jaringan-jaringan. Gejala klinisnya sudah
nyata.
4. Pathway
5. Klasifikasi Anemia
Menurut NACC (2009) dalam Permatasari (2016) berikut merupakan
klasifikasi dari anemia:
a. Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan karena kekurangan zat
besi dalam darah. Konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena
pembentukan sel darah merah terganggu, akibatnya ukuran sel darah merah
menjadi kecil (microcytic), kandungan hemoglobin menjadi rendah
(hypochromic). Semakin berat kekurangan zat besi dalam darah, makan
semakin berat pula tingkat anemia yang diderita.
b. Anemia Defisiensi Asam Folat.
Anemia defisiensi asam folat disebut juga anemia megaloblastik atau
makrositik. Dalam anemia defisiensi asam folat, keadaan sel darah merah
tidak normal dengan ciri-ciri bentuknya lebih besar, jumlahnya sedikit dan
belum matang. Penyebabnya adalah asam folat dan atau vitamin B12 kurang
di dalam tubuh. Kedua zat tersebut diperlukan dalam pembentukan
nucleoprotein untuk proses pematangan sel darah merah dalam sumsum
tulang.
c. Anemia Defisiensi B12
Anemia defisiensi B12 disebut juga pernisiosa, keadaannya dan gejala seperti
anemia gizi asam folat. Anemia jenis ini disertai gangguan pada sistem alat
pencernaan bagian dalam. Ketika kronis dapat merusak sel- sel otak dan asam
lemak menjadi tidak normal serta posisi pada dinding sel jaringan saraf juga
berubah. Dikhawatirkan, akan mengalami gangguan kejiwaan.
d. Anemia Defisiensi B6
Anemia defisiensi B6 disebut juga siderotic. Keadaannya mirip dengan
anemia gizi besi, tetapi jika darah diuji secara laboratorium, serum besinya
normal. Kekurangan vitamin B6 akan mengganggu sintesis (pembentukan)
hemoglobin.
6. Manifestasi Klinis
Menurut Proverawati, A (2011), manifestasi klinis dari anemia adalah
sebagai berikut:
a. Anemia ringan
Anemia ringan dapat menyebabkan berbagai tanda dan gejala, karena jumlah
sel darah merah yang rendah menyebabkan berkurangnya pengiriman oksigen
ke setiap jaringan dalam tubuh. Anemia ringan biasanya tidak menimbulkan
gejala apapun, tetapi anemia secara perlahan terus-menerus (kronis), tubuh
dapat beradaptasi dan mengimbangi perubahan, dalam hal ini mungkin tidak
ada gejala.apapun sampai anemia menjadi lebih berat. gejala anemia
diantaranya:
1) Kelelahan
2) Penurunan energy
3) Kelemahan
4) Sesak nafas
5) Tampak pucat
b. Anemia Berat
Beberapa tanda yang menunjukan anemia berat pada seseorang diantaranya:
1. Perubahan warna tinja, termasuk tinja hitam dan lengket dan berbau
busuk, berwarna merah marun, atau tampak berdarah jika anemia karena
kehilangan darah melalui saluran pencernaan.
2. Denyut jantung cepat
3. Tekanan darah rendah
4. Frekuensi pernafasan cepat
5. Pucat atau kulit dingin
6. Kelelahan atau kekurangan energy
7. Kesemutan
8. Daya konsentrasi rendah
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik menurut Nurarif & Kusuma (2015, hal. 37) terdiri
dari beberapa pemeriksaan diagnostik:
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus
anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan
bentuk morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian
pada komponen-komponen berikut ini: kadar hemoglobin, indeks
eritrosit, (MCV dan MCHC), apusan darah tepi.
2) Pemeriksaan darah seri anemia: hitung leukosit, trambosit, laju endap
darah (LED), dan hitung retikulosit.
3) Pemeriksaan sumsum tulang: pemeriksaan ini memberikan informasi
mengenai keadaan system hematopoiesis.
4) Pemeriksaan atas indikasi khusus: pemeriksaan ini untuk mengomfirmasi
dugaan diagnosis awal yang memiliki komponen berikut ini :
a) Anemia defisiensi besi: serum iron, TIBC, saturasi transferrin, feritin
serum.
b) Anemia megaloblastik: asam folat darah/eritrosit, vitamin B12
c) Anemia hemolitik: hitung retikulosit, tes coombs, dan elektroforesis
Hb.
d) Anemia pada leukeumia akut biasanya dilakukan pemeriksaan
sitokimia.
b. Pemeriksaan laboratorium non hematologis: faal ginjal, faal endokrin, asam
urat, faal hati, biakan kuman.
c. Radiologi: tork, bone survey, USG, atau linfangiografi.
d. Pemeriksaan sitogenetik
e. Pemeriksaan biologi molekuler (PCR= polymerase chain raction,
FISH=fluorescence in situ hybrization)
f. Therapy
1) Dapat diberikan secara oral berupa besi elemental dengan dpsis
5mg/kgBB sebelum makan atau 5 mg/KgBB setelah makan dibagi dalam
2 dosis. Diberikan sampai 2-3 bulan sejak HB kembali normal
2) Pemberian Vitamin C 2x50mg/hari untuk meningkatkan absorbsi besi
3) Pemberian asam folat 2x5-10mg/hari untuk meningkatkan aktifitas
eritropoiesis (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2013)
8. Dampak
Anemia memiliki dampak buruk pada kesehatan bagi penderitanya,
terutama pada golongan rawan gizi yaitu, anak balita, anak sekolah, remaja, ibu
hamil dan menyusui dan juga pekerja. Menurtut (Fikawati, Syafiq, & Veretamala,
2017) dampak anemia sebagai beritkut :
a. Menurunkan Daya tahan terhadap infeksi
Defisiensi zat besi menyebabkan menurunnya daya tahan terhadap penyakit
infeksi dan meningkatnya kerentanan mengalami keracunan. Pada populasi
yang mengalami kekurangan zat besi, kematian akibat penyakit infeksi
meningkat karena kurangnya zat besi berdampak pada system imun.
b. Mengganggu Produktivitas kerja
Selain itu, anemia juga berdampak pada produktivitas kerja dan juga
menyebabkan kelelahan .
c. Berdampak saat kehamilan
Anemia yang terjadi pada massa hamil berhubungan dengan kejadian BBLR
(Berat Bayi Lahir Rendah) dan peningkatan risiko kematian ibu dan bayi
perinatal. Selama kehamilan, anemia diasosiasikan dengan peningkatan
kesakitan dan kematian.Anemia tingkat berat diketahui merupakan faktor
risiko kematian ibu.Untuk janinnya sendiri, anemia selama kehamilan dapat
meningkatkan risiko BBLR, kelahiran prematur, dan defisiensi zat besi serta
anemia pada bayi nantinya.
9. Penatalaksanaan
Pentalaksanaan anemia menurut (Sugeng Jitowiyono, 2018) yang dapat
dilakukan pada pasien anemia adalah sebagai berkut:
a. Transplantasi sel darah merah
b. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi
c. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah
d. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan
oksigen
e. Obati penyebab pendarahan abnormal (bila ada)
f. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada klien dengan anemia menurut (Sugeng Jitowiyono,
2018) adalah sebagai berikut:
a. Identitas klien dan keluarga
Nama, umur, TTL, nama ayah/ibu, pekerjaan ayah/ibu, agama, pendidikan,
alamat
b. Keluhan utama
Biasanya kien datang ke rumah sakit dengan keluhan pucat, kelelahan,
kelemahan, pusing.
c. Riwayat kesehatan saat ini
Klien pucat, kelemahan, sesak napas, adanya gejala gelisah, diaphoresis,
takikardi, dan penurunan kesadaran.
d. Riwayat kesehatan masa lalu
1) Prenatal: apakah selama hamil ibu memiliki kebiasaan merokok dan
minum-minuman keras
2) Intranasal : lama persalinan, kondisi anak saat persalinan, komplikasi
persalinan, terapi yang diberikan, cara melahirkan, dan tempat
melahirkan
3) Postnatal : Keadaan anak setelah dilahirkan (usaha nafas, kebutuhan
resusitasi APGAR score, tangisan bayi, obat-obatan yang diberikan
setelah lahir, ada tidaknya trauma lahir, ada tidaknya narcosis dan
keluarnya urin/BAB
4) Penyakit yang pernah diderita sebelumnya seperti anemia
5) Riwayat hospitalisasi (injury/kecelakaan dan alergi)
6) Riwayat imunisasi
e. Riwayat pertumbuhan
f. Tingkat p erkemb angan
Yang dikaji dalam tingkat perkembangan adalah mulai dari perkembangan
sosial anak, motoric halus, bahasa dan motoric kasar anak
g. Riwayat sosial
Bagaimanakah hubungan anak dengan anggota keluarga dan bagaimanakah
hubungan anak degan teman sebayanya
h. Riwayat kesehatan keluarga
1) Sosial ekonomi
2) Lingkungan rumah
3) Riwayat anemia dalam keluarga
4) Riwayat penyakit-penyakit, seperti kanker, jantung hepatitis, DM, asma,
penyakit-penyakit infesi saluran pernapasan.
5) Genogram
i. Pola kesehatan
3) Aktifitas
5) Eliminasi
6) Pola hubungan
7) Kognitif
8) Konsep diri
9) Seksual
10)Nilai
j. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum :
2) Kesadaran :
3) Tanda-tanda vital :
Perubahan tanda vital yang nyata bukan merupakan faktor pada sebagian
besar gangguan hematologic, namun takikardia dan takipnea mungkin harus
diperlukan
4) TB dan BB
5) Kulit :
6) Mata
7) Hidung
Apakah ada kelainan bentuk, mukosa hidung, cairan yang keluar dari
hidung, atau gangguan fungsi penciuman.
8) Telinga
9) Mulut
Apakah ada kelainan bentuk, mukosa kering, perdarahan gusi, lidah kering,
bibir pecah-pecah, atau perdarahan. Pada pasien anemia mungkin ditemukan
mukosa dan gusi yang pucat
10) Leher :
11) Thoraks :
Periksa pergerakan dada, adakah pernapasan cepat atau irama napas tidak
teratur. Pada jantung mungkin akan terdengar murmur dan terdapat suara
napas tambahan apabila terjadi gagal jantng kongesti
12) Abdomen :
Periksa apakah ada pembesaran hati, nyeri, bising usus, dan bias di bawah
normal.Pada pasien anemia mungkin ditemukan rasa nyeri tekan pada
abdomen, hepatomegaly atau splenomegali dapat dipalpasi
13) Genetalia :
Pada laki-laki apakah testis sudah turun ke dalam skrotum dan pada
perempuan apakah labia minora tertutup labia mayora. Darah dalam urine
dan perdarahan menstruasi yang berlebihan atau abnormal mungkin terlihat
14) Ekstremitas
Apakah klien mengalami nyeri ekstremitas, tonus otot kurang.
Pembengkakan sendi mungkin terlihat
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul dalam penyakit anemia pada
anak adalah sebagai berikut:
a. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan (b/d) hiperglikemia,
penurunan konsentrasi hemoglobin, peningkatan tekanan darah, kekurangan
volume cairan, penurunan aliran arteri dan atau vena, kurang terpapar
informasi tentang faktor pemberan (mis. merokok, gaya hidup menoton,
trauma, obesitas, asupan garam, imobilitas), kurang terpapar informasi
tentang proses penyakit (mis. diabetes mellitus, hyperlipidemia), kurang
aktivitas fisik dibuktikan dengan (d/d) pengisian kapiler > 3 detik, nadi
perifer menurun atau tidak teraba, akral teraba dingin, warna kulit pucat,
turgor kulit menurun, parastesia, nyeri ekstremitas (klaudikasi intermiten),
edema, penyembuhan luka lambat, indeks ankle-brachial < 0,90, bruit
femoral
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah langkah terakir dalam asuhan keperawatan, evaluasi
dilakuakan dengan pendekatan SOAP ( data subjektif, data objektif, analisa,
planning ). Dalam evaluasi ini dapat ditentukan sejauh mana keberhasilan rencana
tindakan keperawatan yang harus dimodifikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Black joyce. M & Jane Hokanse Hawks, (2014). Medical Surgical Nursing
vol 2. Jakarta: Salemba Medika
Fikawati, S., Syafiq, A., & Veratamala, A. (2017). Gizi Anak dan Remaja.
Depok: PT. RajaGrafindo Persada.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.