Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN ANAK DENGAN ANEMIA

DISUSUN OLEH:
KHOIRUR ROZIQIN
2022207209285

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TA. 2022-2023
LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin (Hb) yang rendah
dalam darah. (WHO, 2015). National Institute of Health (NIH) Amerika 2011
menyatakan bahwa anemia terjadi ketika tubuh tidak memiliki jumlah sel darah
merah yang cukup (Fikawati, Syafiq, & Veretamala, 2017).
Anemia merupakan kondisi klinis akibat kurangnya suplai sel darah merah
sehat, volume sel darah merah dan jumlah hemoglobin. Hipoksia terjadi karena
tubuhkekurangan suplai oksigen. Anemia juga mencerminkan kondisi patogenik
yangmengarah pada abnormalitas jumlah, struktur dan fungsi sel darah merah
dalam tubuh (Joyce & Jane, 2014).
Anemia merupakan salah satu kelainan darah yang umum terjadi ketika
kadar sel darah merah dalam tubuh menjadi terlalu rendah. Hal ini dapat
menyebabkan masalah kesehatan karena sel darah merah mengandung
hemoglobin, yang membawa oksigen ke jaringan tubuh. Anemia dapat
menyebabkan berbagai komplikasi, termasuk kelelahan dan stress pada organ
tubuh. Anemia sebenarnya adalah sebuah tanda dari proses penyakit bukan
penyakit itu sendiri (Proverawati, A, 2011)

2. Etiologi
Menurut (Sugeng Jitowiyono, 2018), Pada dasarnya hanya tiga penyebab
anemia yang ada: kehilangan darah, peningkatan kerusakan sel darah merah
(hemolisis), dan penurunan produksi sel darah merah. Masing – masing penyebab
ini mencakup sejumlah kelainan yang membutuhkan terapi spesifik dan tepat.
Etiologi genetik meliputi:
a. Hemoglobinopati

b. Thalasemia

c. Kelainan enzim pada jalur glikolitik

d. Cacat sitoskeleton sel darah merah

e. Anemia persalinan kongenital


f. Penyakit Rh null
Menurut Dr. Sandra Fikawati, Ahmad Syafiq, Ph. D, Arinda Veretamala
(2017) dalam bukunya yang berjudul Gizi Anak Dan Remaja penyebab anemia
antara lain:
a. Meningkatnya Kebutuhan Zat Besi
Peningkatan kebutuhan zat besi pada massa remaja memuncak pada usia
antara 14-15 tahun untuk perempuan dan satu sampai dua tahun kemudian
pada laki-laki. Setelah kematangan seksual, terjadi penurunan kebutuhan zat
besi, sehingga terdapat peluang untuk memperbaiki kekurangan zat besi
terutama pada remaja laki-laki. Sedangkan pada remaja perempuan,
menstruasi mulai terjadi satu tahun setelah puncak pertumbuhan dan
menyebabkan kebutuhan zat besi akan tetap tinggi sampai usia reproduktif
untuk mengganti kehilangan zat besi yang terjadi saat menstruasi. Itulah
sebabnya kelompok remaja putri lebih rentan mengalami anemia dibanding
remaja putra.
b. Kurangnya Asupan Zat Besi
Penyebab lain dari anemia gizi besi adalah rendahnya asupan dan buruknya
bioavailabilitas dari zat besi yang dikonsumsi, yang berlawanan dengan
tingginya kebutuhan zat besi pada masa remaja.
c. Kehamilan pada Usia Remaja Masih
Adanya praktik tradisional pernikahan dini di negara-negara di Asia Tenggara
juga berkontribusi terhadap kejadian anemia gizi besi. Pernikahan dini
umunya berhubungan dengan kehamilan dini, dimana kehamilan
meningkatkan kebutuhan zat besi dan berpengaruh terhadap semakin
parahnya kekurangan zat besi dan anemia gizi besi yang dialami remaja
perempuan.
d. Penyakit Infeksi dan Infeksi Parasit
Sering terjadinya penyakit infeksi dan infeksi parasit di negara berkembang
juga dapat meningkatkan kebutuhan zat besi dan memperbesar peluang
terjadinya status gizi negatif dan anemia gizi besi.
e. Sosial-Ekonomi
Tempat tinggal juga dapat berhubungan dengan kejadian anemia, remaja yang
tinggal di wilayah perkotaan lebih banyak memiliki pilihan dalam
menentukan makanan karena ketersediaannya yang lebih luas di bandingkan
pedesaan. Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 juga menunjukan bahwa
masyarakat pedesaan (22,8%) lebih banyak mengalami anemia di bandingkan
dengan masyarakat yang tinggal di perkotaan (20,6%).
f. Status Gizi
Ditemukan hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia. Remaja
dengan status gizi kurus mempunyai risiko mengalami anemia 1,5 kali
dibandingkan remaja dengan status gizi normal. Hal tersebut juga di dukung
oleh studi yang di lakukan oleh Briawan dan Hardinsyah (2010) bahwa status
gizi normal dan lebih merupakan faktor protektif anemia.
g. Pengetahuan
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari
berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku
petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya.
Pengetahuan ini dapat membantu keyakinan tertentu sehingga seseorang
berperilaku sesuai keyakinan tersebut. Pada beberpa penelitian terkait anemia
ditemukan pula pada mereka yang memiliki pengetahuan yang rendah terkait
anemia

3. Patofisiologi
Menurut (Yuni, 2015) Perjalanan keadaan kurang gizi besi mulai dari
terjadinya anemia sampai dengan timbulnya gejala-gejala yang klasik, melalui
beberapa tahap:
a. Tahap I
Terdapat kekurangan zat besi di tempat-tempat cadangan besi (depot ion),
tanpa disertai dengan anemia (anemia latent) ataupun perubahan konsentrasi
besi dalam serum (SI). Pada pemeriksaan didapat kadar ferritin berkurang.
b. Tahap II
Selanjutnya kemampuan ikat besi total (TIBC) akan meningkat yang diikuti
dengan penurunan besi dalam serum (SII) dan jenuh (saturasi) transferrin.
Pada tahap ini mungkin anemia sudah timbul, tetapi masih ringan sekali dan
oersifat noTmokrom normositik. Dalam tahap ini terjadi eritropoesis yang
kekurangan zat besi (iron deficient erythropoiesis).
c. Tahap III
Jika balans besi tetap negatif maka akan timbul anemia yang tambah nyata
dengan gambaran tepi yang bersifat hipokrom mikrositik.
d. Tahap IV
Hemoglobin (Hb) rendah sekali. Sumsum tulang tidak mengandung lagi
cadangan besi, kadar besi plasma (SI) berkurang, lemak jenuh transferrin
turun dan eritrosit jelas bentuknya hipokrom mikrositik. Pada stadium ini
kekurangan besi telah mencapai jaringan-jaringan. Gejala klinisnya sudah
nyata.

4. Pathway
5. Klasifikasi Anemia
Menurut NACC (2009) dalam Permatasari (2016) berikut merupakan
klasifikasi dari anemia:
a. Anemia Defisiensi Besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan karena kekurangan zat
besi dalam darah. Konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena
pembentukan sel darah merah terganggu, akibatnya ukuran sel darah merah
menjadi kecil (microcytic), kandungan hemoglobin menjadi rendah
(hypochromic). Semakin berat kekurangan zat besi dalam darah, makan
semakin berat pula tingkat anemia yang diderita.
b. Anemia Defisiensi Asam Folat.
Anemia defisiensi asam folat disebut juga anemia megaloblastik atau
makrositik. Dalam anemia defisiensi asam folat, keadaan sel darah merah
tidak normal dengan ciri-ciri bentuknya lebih besar, jumlahnya sedikit dan
belum matang. Penyebabnya adalah asam folat dan atau vitamin B12 kurang
di dalam tubuh. Kedua zat tersebut diperlukan dalam pembentukan
nucleoprotein untuk proses pematangan sel darah merah dalam sumsum
tulang.
c. Anemia Defisiensi B12
Anemia defisiensi B12 disebut juga pernisiosa, keadaannya dan gejala seperti
anemia gizi asam folat. Anemia jenis ini disertai gangguan pada sistem alat
pencernaan bagian dalam. Ketika kronis dapat merusak sel- sel otak dan asam
lemak menjadi tidak normal serta posisi pada dinding sel jaringan saraf juga
berubah. Dikhawatirkan, akan mengalami gangguan kejiwaan.
d. Anemia Defisiensi B6
Anemia defisiensi B6 disebut juga siderotic. Keadaannya mirip dengan
anemia gizi besi, tetapi jika darah diuji secara laboratorium, serum besinya
normal. Kekurangan vitamin B6 akan mengganggu sintesis (pembentukan)
hemoglobin.

6. Manifestasi Klinis
Menurut Proverawati, A (2011), manifestasi klinis dari anemia adalah
sebagai berikut:
a. Anemia ringan
Anemia ringan dapat menyebabkan berbagai tanda dan gejala, karena jumlah
sel darah merah yang rendah menyebabkan berkurangnya pengiriman oksigen
ke setiap jaringan dalam tubuh. Anemia ringan biasanya tidak menimbulkan
gejala apapun, tetapi anemia secara perlahan terus-menerus (kronis), tubuh
dapat beradaptasi dan mengimbangi perubahan, dalam hal ini mungkin tidak
ada gejala.apapun sampai anemia menjadi lebih berat. gejala anemia
diantaranya:
1) Kelelahan
2) Penurunan energy
3) Kelemahan
4) Sesak nafas
5) Tampak pucat
b. Anemia Berat
Beberapa tanda yang menunjukan anemia berat pada seseorang diantaranya:
1. Perubahan warna tinja, termasuk tinja hitam dan lengket dan berbau
busuk, berwarna merah marun, atau tampak berdarah jika anemia karena
kehilangan darah melalui saluran pencernaan.
2. Denyut jantung cepat
3. Tekanan darah rendah
4. Frekuensi pernafasan cepat
5. Pucat atau kulit dingin
6. Kelelahan atau kekurangan energy
7. Kesemutan
8. Daya konsentrasi rendah
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik menurut Nurarif & Kusuma (2015, hal. 37) terdiri
dari beberapa pemeriksaan diagnostik:
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus
anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan
bentuk morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian
pada komponen-komponen berikut ini: kadar hemoglobin, indeks
eritrosit, (MCV dan MCHC), apusan darah tepi.
2) Pemeriksaan darah seri anemia: hitung leukosit, trambosit, laju endap
darah (LED), dan hitung retikulosit.
3) Pemeriksaan sumsum tulang: pemeriksaan ini memberikan informasi
mengenai keadaan system hematopoiesis.
4) Pemeriksaan atas indikasi khusus: pemeriksaan ini untuk mengomfirmasi
dugaan diagnosis awal yang memiliki komponen berikut ini :
a) Anemia defisiensi besi: serum iron, TIBC, saturasi transferrin, feritin
serum.
b) Anemia megaloblastik: asam folat darah/eritrosit, vitamin B12
c) Anemia hemolitik: hitung retikulosit, tes coombs, dan elektroforesis
Hb.
d) Anemia pada leukeumia akut biasanya dilakukan pemeriksaan
sitokimia.
b. Pemeriksaan laboratorium non hematologis: faal ginjal, faal endokrin, asam
urat, faal hati, biakan kuman.
c. Radiologi: tork, bone survey, USG, atau linfangiografi.
d. Pemeriksaan sitogenetik
e. Pemeriksaan biologi molekuler (PCR= polymerase chain raction,
FISH=fluorescence in situ hybrization)
f. Therapy
1) Dapat diberikan secara oral berupa besi elemental dengan dpsis
5mg/kgBB sebelum makan atau 5 mg/KgBB setelah makan dibagi dalam
2 dosis. Diberikan sampai 2-3 bulan sejak HB kembali normal
2) Pemberian Vitamin C 2x50mg/hari untuk meningkatkan absorbsi besi
3) Pemberian asam folat 2x5-10mg/hari untuk meningkatkan aktifitas
eritropoiesis (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2013)

8. Dampak
Anemia memiliki dampak buruk pada kesehatan bagi penderitanya,
terutama pada golongan rawan gizi yaitu, anak balita, anak sekolah, remaja, ibu
hamil dan menyusui dan juga pekerja. Menurtut (Fikawati, Syafiq, & Veretamala,
2017) dampak anemia sebagai beritkut :
a. Menurunkan Daya tahan terhadap infeksi
Defisiensi zat besi menyebabkan menurunnya daya tahan terhadap penyakit
infeksi dan meningkatnya kerentanan mengalami keracunan. Pada populasi
yang mengalami kekurangan zat besi, kematian akibat penyakit infeksi
meningkat karena kurangnya zat besi berdampak pada system imun.
b. Mengganggu Produktivitas kerja
Selain itu, anemia juga berdampak pada produktivitas kerja dan juga
menyebabkan kelelahan .
c. Berdampak saat kehamilan
Anemia yang terjadi pada massa hamil berhubungan dengan kejadian BBLR
(Berat Bayi Lahir Rendah) dan peningkatan risiko kematian ibu dan bayi
perinatal. Selama kehamilan, anemia diasosiasikan dengan peningkatan
kesakitan dan kematian.Anemia tingkat berat diketahui merupakan faktor
risiko kematian ibu.Untuk janinnya sendiri, anemia selama kehamilan dapat
meningkatkan risiko BBLR, kelahiran prematur, dan defisiensi zat besi serta
anemia pada bayi nantinya.

9. Penatalaksanaan
Pentalaksanaan anemia menurut (Sugeng Jitowiyono, 2018) yang dapat
dilakukan pada pasien anemia adalah sebagai berkut:
a. Transplantasi sel darah merah
b. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi
c. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah
d. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan
oksigen
e. Obati penyebab pendarahan abnormal (bila ada)
f. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada klien dengan anemia menurut (Sugeng Jitowiyono,
2018) adalah sebagai berikut:
a. Identitas klien dan keluarga
Nama, umur, TTL, nama ayah/ibu, pekerjaan ayah/ibu, agama, pendidikan,
alamat
b. Keluhan utama
Biasanya kien datang ke rumah sakit dengan keluhan pucat, kelelahan,
kelemahan, pusing.
c. Riwayat kesehatan saat ini
Klien pucat, kelemahan, sesak napas, adanya gejala gelisah, diaphoresis,
takikardi, dan penurunan kesadaran.
d. Riwayat kesehatan masa lalu
1) Prenatal: apakah selama hamil ibu memiliki kebiasaan merokok dan
minum-minuman keras
2) Intranasal : lama persalinan, kondisi anak saat persalinan, komplikasi
persalinan, terapi yang diberikan, cara melahirkan, dan tempat
melahirkan
3) Postnatal : Keadaan anak setelah dilahirkan (usaha nafas, kebutuhan
resusitasi APGAR score, tangisan bayi, obat-obatan yang diberikan
setelah lahir, ada tidaknya trauma lahir, ada tidaknya narcosis dan
keluarnya urin/BAB
4) Penyakit yang pernah diderita sebelumnya seperti anemia
5) Riwayat hospitalisasi (injury/kecelakaan dan alergi)
6) Riwayat imunisasi
e. Riwayat pertumbuhan
f. Tingkat p erkemb angan
Yang dikaji dalam tingkat perkembangan adalah mulai dari perkembangan
sosial anak, motoric halus, bahasa dan motoric kasar anak
g. Riwayat sosial
Bagaimanakah hubungan anak dengan anggota keluarga dan bagaimanakah
hubungan anak degan teman sebayanya
h. Riwayat kesehatan keluarga
1) Sosial ekonomi
2) Lingkungan rumah
3) Riwayat anemia dalam keluarga
4) Riwayat penyakit-penyakit, seperti kanker, jantung hepatitis, DM, asma,
penyakit-penyakit infesi saluran pernapasan.
5) Genogram

i. Pola kesehatan

1) Pemelliharaan dan persepsi kesehatan

2) Nutrisi (makanan dan cairan)

3) Aktifitas

4) Tidur dan istirahat

5) Eliminasi

6) Pola hubungan

7) Kognitif

8) Konsep diri

9) Seksual

10)Nilai

j. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum :

Apakah klien tampak lemah sampai sakit berat.

2) Kesadaran :

Apakah klien tampak compas mentis kooperatif sampai terjadi penurunan


tingkat kesadaran apatis, somnolen, spoor, coma.

3) Tanda-tanda vital :

Perubahan tanda vital yang nyata bukan merupakan faktor pada sebagian
besar gangguan hematologic, namun takikardia dan takipnea mungkin harus
diperlukan

4) TB dan BB

5) Kulit :

Apakah kulit teraba dingin, keringat yang berlebihan, pucat, terdapat


perdarahan dibawah kulit. Pada pasien anemia biasanya ditemukan kulit
pucat, kemerahan, icterus, purpura, petekie, ekimosis, tanda-tanda pruritus
(tanda garukan), sianosis atau warna kecoklatan akan mungkin terlihat

6) Mata

Apakah ada kelainan bentuk mata, konjungtiva anemis, kondisi sclera,


terdapat perdarahan subkonjungtiva, keadaan pupil, palpebral dan reflek
cahaya. Pada pasien anemia mungkin akan terlihat sklera ikterik,
konjungtiva pucat, perdarahan retina, atau pandangan kabur

7) Hidung

Apakah ada kelainan bentuk, mukosa hidung, cairan yang keluar dari
hidung, atau gangguan fungsi penciuman.

8) Telinga

Apakah ada kelainan bentuk fungsi pendengaran.

9) Mulut

Apakah ada kelainan bentuk, mukosa kering, perdarahan gusi, lidah kering,
bibir pecah-pecah, atau perdarahan. Pada pasien anemia mungkin ditemukan
mukosa dan gusi yang pucat

10) Leher :

Apakah terdapat pembesaran kelenjar getah bening, tiroid membesar, dan


kondisi distensi vena jugularis. Limfadenopati atau nyeri tekan pada nodus
limpe dapat dipalpasi

11) Thoraks :

Periksa pergerakan dada, adakah pernapasan cepat atau irama napas tidak
teratur. Pada jantung mungkin akan terdengar murmur dan terdapat suara
napas tambahan apabila terjadi gagal jantng kongesti

12) Abdomen :

Periksa apakah ada pembesaran hati, nyeri, bising usus, dan bias di bawah
normal.Pada pasien anemia mungkin ditemukan rasa nyeri tekan pada
abdomen, hepatomegaly atau splenomegali dapat dipalpasi

13) Genetalia :

Pada laki-laki apakah testis sudah turun ke dalam skrotum dan pada
perempuan apakah labia minora tertutup labia mayora. Darah dalam urine
dan perdarahan menstruasi yang berlebihan atau abnormal mungkin terlihat

14) Ekstremitas
Apakah klien mengalami nyeri ekstremitas, tonus otot kurang.
Pembengkakan sendi mungkin terlihat

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul dalam penyakit anemia pada
anak adalah sebagai berikut:
a. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan (b/d) hiperglikemia,
penurunan konsentrasi hemoglobin, peningkatan tekanan darah, kekurangan
volume cairan, penurunan aliran arteri dan atau vena, kurang terpapar
informasi tentang faktor pemberan (mis. merokok, gaya hidup menoton,
trauma, obesitas, asupan garam, imobilitas), kurang terpapar informasi
tentang proses penyakit (mis. diabetes mellitus, hyperlipidemia), kurang
aktivitas fisik dibuktikan dengan (d/d) pengisian kapiler > 3 detik, nadi
perifer menurun atau tidak teraba, akral teraba dingin, warna kulit pucat,
turgor kulit menurun, parastesia, nyeri ekstremitas (klaudikasi intermiten),
edema, penyembuhan luka lambat, indeks ankle-brachial < 0,90, bruit
femoral

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan (b/d) ketidakseimbangan antara


suplai dan kebutuhan oksigen, tirah baring, kelemahan imobilitas, gaya
hidup menoton dibuktikan dengan (d/d) mengeluh lelah, frekuensi jantung
meningkat >20% dari kondisi sehat, dyspnea saat/setelah aktivitas, merasa
tidak nyaman setelah beraktivitas, merasa lemah, tekanan darah berubah
>20% dari kondisi istirahat, gambaran EKG menunjukkan iskemia, sianosis

c. Defisit nutrisi berhubungan dengan (b/d) ketidakmampuan menelan


makanan, ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrient, peningkatan kebutuhan metabolisme, faktor
ekonomi (mis. finansial tidak mencukupi), faktor psikologis (mis. stress,
keengganan untuk makan), berat badan menuru minimal 10% di bawah
rentang ideal, cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu
makan menurun, bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan
lemah, membrane mukosa pucat, sariawan, serum albumin turun, rambut
rontok berlebihan, diare

d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan (b/d) gangguan musculoskeletal,


gangguan neuromuscular, kelemahan, gangguan psikologis dana tau
psikotik, penurunan motivasi/minat dibuktikan dengan (d/d) menolak
melakukan perawatan diri, tidak mampu mandi/mengenakan
pakaian/makan/ke toilet/berhias secara mandiri, minat melakukan perawatan
diri kurang

e. Konstipasi berhubungan dengan (b/d) fisiologis (penurunan motilitas


gastrointestinal, ketidakadekuatan pertumbuhan gigi, ketidakcukupan diet,
ketidakcukupan asupan serat, ketidakcukupan asupan cairan, aganglionik
(mis. penyakit hircsprung), kelemahan otot abdomen), psikologis (konfusi,
depresi, gangguan emosional), situasional (perubahan kebiasaan makan
(mis. jenis makanan, jadwal makan), ketidakadekuatan toileting, aktivitas
fisik harian kurang dari yang dianjurkan, penyalahgunaan laksatif, efek agen
farmakologis, ketidakteraturan kebiasaan defekasi, kebiasaan menahan
dorongan defekasi, perubahan lingkungan dibuktikan dengan (d/d) defekasi
kurang dari 2 kali seminggu, pengeluaran feses lama dan sulit, feses keras,
peristaltic usus menurun, mengejan saat defekasi, distensi abdomen,
kelemahan umum, teraba massa pada rektal

f. Risiko cedera berhubungan dengan (b/d) faktor eksternal (terpapar


pantogen, terpapar zat kimia toksik, terpapar agen nosocomial,
ketdakamanan transportasi), faktor internal (ketidaknormalan profil darah,
perubahan orientasi afektif, perubahan sensasi, disfungsi autoimun,
disfungsi biokimia, hipoksia jaringan, kegagalan mekanisme pertahanan
tubuh, malnutrisi, perubahan fungsi psikomotor, perubahan fungsi kognitif

g. Risiko infeksi berhubungan dengan (b/d) penyakit kronis (mis. diabetes


mellitus), efek prosedur invasif, malnutrisi, peningkatan pemaparan
organisme pathogen lingkungan, ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
(gangguan peristaltic, kerusakan integritas kulit, perubahan sensasi pH,
penurunan kerja siliaris, ketuban pecah lama, ketuban pecah sebelum
waktunya, merokok, statis cairan tubuh), ketidakadekuatan pertahanan
tubuh sekunder (penurunan hemoglobin, imunosupresi, leukopenia, suresi
respon inflamasi, vaksinasi tidak adekuat).
3. Rencana Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI)
KEPERAWATAN
1 Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan Perawatan Sirkulasi Observasi
efektif asuhan keperawatan 1. Periksa sirkulasi perifer
selama 3x24 jam, (mis. nadi perifer, edema,
diharapkan perfusi pengisian kapiler, warna,
perfusi tidak efektif suhu, ankle brachial
teratasi dengan kriteria index)
hasil: 2. Identifikasi faktor
1. Denyut nadi perifer risiko gangguan sirkulasi
meningkat (mis. diabetes, perokok,
2. Warna kulit pucat orang tua, hipertensi dan
menurun kadar kolesterol tinggi
3. Pengisian kapiler 3. Monitor panas,
membaik kemerahan, nyeri, atau
4. Akral membaik bengkak pada ekstremitas
5. Turgor kulit Terapeutik
membaik 1. Hindari pemasangan infus
6. Tekanan darah atau pengambilan darah di
sistolik membaik area keterbatasan perfusi
7. Tekanan darah 2. Hindari penekanan dan
diastolik membaik pemasangan tourniquet
pada area yang cedera
3. Lakukan hidrasi
Edukasi
1. Anjurkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi (mis. rendah
lemak jenuh minyak ikan
omega 3)
2. Informasikan tanda dan
gejala darurat yang harus
dilaporkan (mis. rasa sakit
yang tidak hilang saat
istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya rasa)
❖ Manajemen Sensasi
Perifer Observasi
1. Monitor terjadinya
paresthesia, jika perlu
2. Monitor perubahan kulit
Terapeutik
1. Hindari pemakaian benda-
benda yang berlebihan
suhunya (terlalu panas
atau dingin)
Edukasi
1. Anjurkan menggunakan
sepatu lembut dan
bertumit rendah
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu
2. Kolaborasi
pemberian
kortikosteroid, jika perlu
❖ Edukasi Proses Penyakit
Observasi
1. Identifikasi kesiapan
dan kemampuan
menerima informasi
Terapeutik
1. Sediakan materi dan
media pendidikan
kesehatan
2. Jadwalkan
pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi
1. Jelaskan penyebab dan
faktor risiko penyakit
2. Jelaskan proses
patofisiologi munculnya
penyakit
3. Jelaskan tanda dan gejala
yang ditimbulkan oleh
penyakit
4. Jelaskan kemungkinan
terjadinya komplikasi
5. Ajarkan cara meredakan
atau mengatasi gejala
yang dirasakan
6. Informasikan kondisi
pasien saat ini
7. Anjurkan melapor jika
merasakan tanda dan
gejala memberat atau tidak
biasa
❖ Terapi Oksigen
Observasi
1. Monitor kecepatan aliran
oksigen
2. Monitor posisi alat terapi
oksigen
3. Monitor efektifitas terapi
oksigen (mis. oksimetri,
analisa gas darah), jika
perlu
4. Monitor kecemasan akibat
terapi oksigen
Terapeutik
1. Pertahankan kepatenan
jalan napas
2. Siapkan dan atur peralatan
pemberian oksigen
3. Berikan oksigen
tambahan, jika perlu
Edukasi
1. Ajarkan pasien dan
keluarga cara
menggunakan oksigen di
rumah
Kolaborasi
1. Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas dana
tau tidur

2 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Manajemen Energi


asuhan keperawatan Observasi
selama 3x24 jam, 1. Identifikasi gangguan
diharapkan fungsi tubuh yang
intoleransi aktivitas mengakibatkan kelelahan
teratasi dengan kriteria 2. Monitor kelelahan fisik
hasil : dan emosional
1. Frekuensinadi 3. Monitor pola dan jam
meningkat tidur
2. Saturasi oksigen 4. Monitor lokasi dan
meningkat ketidaknyamanan selama
3. Kemudaha dalam melakukan aktivitas
melakukan aktivitas Terapeutik
sehari-hari 1. Sediakan lingkungan
meningkat nyaman dan rendah
4. Keluhanlelah stimulus (mis. cahaya,
menurun suara, kunjungan)
5. Dispnea saat 2. Lakukan latihan rentang
aktivitas menurun gerak aktif dan pasif
6. Dispnea setelah 3. Berikan aktivitas
aktivitas menurun distraksi yang
7. Tekanan darah menenangkan
membaik 4. Fasilitasi duduk di sisi
8. Frekuensi napas tempat tidur, jika tidak
membaik dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
❖ Terapi Aktivitas
Observasi
1. Identifikasi defisit
tingkat aktivitas
2. Monitor respon
emosional, fisik, sosial
dan spiritual terhadap
aktivitas
Terapeutik
1. Fasilitasi pasien dan
keluarga dalam
menyesuaikan
lingkungan atau
mengakomodasi aktivitas
yang dipilih
2. Fasilitasi aktivitas rutin
(mis. ambulansi,
mobilisasi, dan
perawatan diri sesuai
kebutuhan
3. Berikan penguatan
positif atas partisipasi
dalam aktivitas
Edukasi
1. Anjurkan melakukan
aktivitas fisik, sosial,
spiritual dan kognitif
dalam menjaga fungsi
dan kesehatan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan terapi
okupasi dalam
merencanakan dan
memonitor program
aktivitas, jika sesuai
❖ Manajemen Lingkungan
Observasi
1. Identifikasi keamanan
dan kenyamanan
lingkungan
Terapeutik
1. Atur posisi furniture
dengan rapid an
terjangkau
2. Atur suhu lingkungan
yang sesai
3. Sediakan tempat tidur dan
lingkungan yang besih dan
nyaman
4. Izinkan keluarga untuk
tinggal mendampingi
pasien
Edukasi
1. Ajarkan pasien dan
keluarga tentang upaya
pencegahan infeksi

3 Defisit nutrisi Setelah dilakukan ❖ Manajemen Nutrisi


asuhan keperawatan Observasi
selama 3x24 jam, 1. Identifikasi status
diharapkan defisit nutrisi nutrisi
teratasi dengan kriteria 2. Identifikasi alergi
hasil : dan intoleransi
1. Porsi makanan yang makanan
dihabiskan 3. Identifikasi makanan
meningkat yang disukai
2. Pengetahuan 4. Monitor asupan
tentang pilihan makanan
makanan yang sehat 5. Monitor berat badan
meningkat Terapeutik
3. Berat badan 1. Lakukan oral hygiene
membaik sebelum makan, jika
4. Indeks Masa Tubuh perlu
(IMT) membaik 2. Berikan makanan tingi
5. Frekuensi makan serat
membaik 3. Berikan makanan tinggi
6. Nafsu makan kalori dan tinggi protein
membaik 4. Berikan suplemen
makanan, jika perlu
5. Hentikan pemberian
makan melalui selang
nasogatrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
2. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan (misal pereda
nyeri, antimetik),jika
perlu
2. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
❖ Edukasi Diet
Observasi
1. Identifikasi kemampuan
keluarga menerima
informasi
2. Identifikasi tingkat
pengetahuan saat ini
Identifikasi
kebiasaan pola
makan, saat ini
dan masa lalu ,
3. Identifikasi persepsi
pasien dan keluarga
tentang diet yang
diprogramkan
Terapeutik
1. Persiapkan materi,
media dan alat peraga
2. Jadwalkan waktu yang
tepat untuk
memberikan pendidikan
kesehatan
3. Berikan kesempatan
pasien dan keluarga
untuk bertanya
Edukasi
1. Jelaskan tujuan
kepatuhan diet terhadap
kesehatan
2. Informasikan makanan
yang diperbolehkan dan
dilarang
3. Anjurkan
mempertahankan posisi
semi fowler (30-45o)
20-30 menit setelah
makan
Kolaborasi
1. Rujuk ke ahli gizi dan
sertakan keluarga, jika
perlu
❖ Pemantauan Nutrisi
Observasi
1. Identifikasi faktor yang
mempengaruhi asupan
gizi (mis Pengetahuan,
ketersediaan
makanan,
gama/kepercayaan,
budaya, mengunyah
tidak adekuat,
gangguan menelan,
penggunaan obat-
obatan atau
pascaoperasi)
2. Identifikasi perubahan
berat badan
3. Identifikasi kelainan
pada kulit (mis. Memar
berlebihan, luka sulit
sembuh, dan
pendarahan)
4. Identifikasi kelainan
pada rambut
(mis.. .Kering, tipis,
kasar, dan mudah
patah)
5. Identifikasi pola makan
(mis. Kesukaan,
konsumsi makanan
cepat saji, makan
terburu-buru)
6. Identifikasi kemampuan
menelan (mis. Fungsi
motorik wajah, refleks
menelan)
7. Identifikasi kelainan
rongga mulut (mis.
Peradangan, gusi
berdarah, bibir kering
dan retak, luka)
8. Identifikasi kelainan
eliminasi (mis. Diare,
darah, lendir, dan
eleminasi tidak
teratur) ,
9. Monitor mual dan
muntah
10. Monitor asupan oral
11. Monitor hasil
laboratorium (mis.
Kadar kolesterol,
albumin serum,
transferrin, kreatinin,
hemoglobin,
hematokrit, dan
elektrolit darah
Terapuetik
1. Timbang berat badan
2. Ukur antroprometrik
tubuh (mis. Indeks
massa tubuh,
pengukuran pinggang
dan ukuran lipatan
kulit)
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
❖ ManajemenGangguan
Makan
Observasi
1. Monitor asupan dan
keluarnya makanan
Terapeutik
1. Timbang berat badan
secara rutin
2. Diskusikan perilaku
makan dan jumlah
aktivitas fisik (termasuk
olahraga) yang sesuai
Edukasi
1. Anjurkan membuat
catatan harian tentang
perasaan dan situasi
pemicu pengeluaran
makanan (mis.
Pengeluaran yang
disengaja, muntah,
aktivitas berlebihan)
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang
target .berat badan,
kebutuhan kalori dan
pilihan makanan
4. Implementasi Keperawatan
Setelah rencana tindakan keperawatan di susun maka untuk selanjutnya
adalah pengolahan data dan kemudian pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai
dengan rencana yang telah di susun tersebut. Dalam pelakasaan implementasi
maka perawat dapat melakukan obesrvasi atau dapat mendiskusikan dengan klien
atau keluarga tentang tindakan yang akan di lakukan.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah langkah terakir dalam asuhan keperawatan, evaluasi
dilakuakan dengan pendekatan SOAP ( data subjektif, data objektif, analisa,
planning ). Dalam evaluasi ini dapat ditentukan sejauh mana keberhasilan rencana
tindakan keperawatan yang harus dimodifikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Ainun, I. N. (2019). DASAR – DASAR PENENTUAN DIAGNOSA


DALAM ASUHAN KEPERAWATAN.

ANEMIA DEFISIENSI BESI | Fitriany | AVERROUS: Jurnal Kedokteran


dan Kesehatan Malikussaleh. (n.d.).

Black joyce. M & Jane Hokanse Hawks, (2014). Medical Surgical Nursing
vol 2. Jakarta: Salemba Medika

Fikawati, S., Syafiq, A., & Veratamala, A. (2017). Gizi Anak dan Remaja.
Depok: PT. RajaGrafindo Persada.

Jitowiyono, Sugeng. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan


Gangguan Sistem. Hematologi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press: Nuha Medika.

Kykle T, Carman S. 2014. Keperawatan Pediatri. Praptiani W, Tiar E,


Yuliani D, Wildiarti D. (editor). EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta. Vol 2.
Hal 467 - 481.

Proverawati. 2011. Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta

Sarwono Prawirohardjo. Yuni, Natalia Erlina. 2015. Kelaianan Darah.


Yogyakarta: Nuha Medika

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai