TINJAUAN TEORI
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum in partu yaitu bila
pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan multipara kurang dari 5 cm.
polihidramnion
bakteri vagina
terlalu tipis
6) Kelainan pada serviks atau alat genetalia seperti ukuran serviks yang
paru-paru janin dan ginjal janin yang ditemukan dalam cairan amnion,
lain terjadinya ketuban pecah dini akibat infeksi dan inflamasi. Enzim
bacterial dan atau produk host yang disekresikan sebagai respon untuk
leukosit pada kulit ketuban yang terjadi karena kolonisasi bakteri atau
mula dengan terjadinya takikardi pada janin. Takikardi pada ibu muncul
kemudian, ketika ibu mulai demam. Jika ibu demam, maka diagnosis
1) Pada anak
2) Pada ibu
Partus lama dan infeksi, otonia uteri, perdarahan post partum, atau
infeksi nifas.
1) Konserfatif:
umur kehamilan < 32- 34 minggu, dirawat selama air ketuban masih
keluar atau air ketuban tidak lagi keluar. Jika usia kehamilan 32- 37
minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negatif beri
induksi, nilai tanda- tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda- tanda infeksi
2) Aktif
intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali. Bila ada tanda- tanda infeksi
sesarea.
janin.
2. Persalinan prematur
teratur yang disertai pendataran dan/ atau dilatasi servix serta turunnya
bayi pada wanita hamil yang lama kehamilannya kurang dari 37 minggu
(kurang dari 259 hari), sejak hari pertama haid terakhir dan berat badan
lahir rendah kurang dari 2500 gram (Oxorn dan Forte, 2010: 581).
Persalinan prematur didefinisikan sebagai persalinan yang terjadi sebelum
2) Anomali uterus
dari normal)
8) Merokok
PERSALINAN PREMATUR
3) Perdarahan bercak
persalinan prematur
(narkotik)
sectio caesarea.
1. Pengertian Nifas
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya placenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Prawirohardjo, 2010: 356),
masa pemulihan kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat- alat
a. Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
1) Lochea rubra (cruenta) : lochea yang terdiri dari darah segar dan
persalinan.
c. Ligamen – ligamen
d. Serviks
bayi lahir tangan masih bisa masuk rongga rahim. Setelah 2 jam dapat
dilalui oleh 2 - 3 jari dan setelah tujuh hari hanya dapat dilalui oleh 1
jari.
e. Abdomen
1) Hormon Plasenta
g. Sistem pencernaan
1) Nafsu makan
2) Motilitas
3) Defekasi
melahirkan.
h. Sistem Urinarius
Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut
1) Komponen Urine
i. Sistem Kardiovaskuler
umum.
j. Payudara
sentuh. Rasa nyeri akan menetap selama sekitar 48 jam. Susu putih
puting susu.
k. Sistem muskuloskeletal
m. Sistem Kekebalan
n. Sistem Integumen
a. Mobilisasi
b. Diet
c. Miksi
Buang air besar harus dilakukan 2 - 3 hari pasca persalinan. Bila masih
sulit BAB dan terjadi obstipasi apa lagi BAB keras dapat di berikan
obat laksatif peroral atau per rectal jika belum bisa di lakukan klisma.
e. Perawatan Payudara
Perawatan mamae telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting susu
lemas, tidak keras, dan kering, sebagai persiapan untuk menyusui bayi.
berikut:
1) Rawat Gabung
terjamin.
2) Pemeriksaan Umum
a) Kesadaran penderita
3) Pemeriksaan khusus
pengeluaran ASI.
d) Pengeluaran lochea yaitu lochea rubra, lochea sanguinolenta
1. Pengkajian
b. Sirkulasi
c. Integritas Ego
Peka rangsang, takut / menangis (post partum blus) sering terlihat kira-
d. Eliminasi
e. Makan / Cairan
f. Nyeri/ ketidaknyamanan
2. Diangosa Keperawatan
a. Nyeri b.d trauma mekanis edema atau pembesaran jaringan atau distensi,
kulit
perineal.
melelahkan.
3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan yang dapat disusun pasien dengan post partum normal
adalah :
a. Nyeri berhubungan dengan trauma mekanis, edema atau pembesaran
No Intervensi Rasional
1 Tentukan adanya, lokasi dan Mengidentifikasi kebutuhan - kebutuhan
ketidaknyamanan tinjaun ulang khusus dan intervensi yang tepat
persalinan
2 Inpeksi perbaikan perineum dan Dapat menunjukkan trauma berlebihan
episiotemi. pada jaringan pareneal dan terjadinya
komplikasi yang memerlukan evaluasi
lanjut.
3 Beri kompres pada perineum, selama Memberi anesthesia lokal dan mengurangi
24 jam pertama setelah melahirkan. edema.
4 Beri kompres panas lembab selama 20 Meningkatkan sirkulasi pada perineum,
menit, 3-4 x sehari, setelah 24 jam menurunkan edema dan meningkatkan
pertama. penyembuhan.
5 Anjurkan duduk dengan otot gluteal di Penggunaan pengencangan gluteal saat
kontraksi di atas perbaikan episiotomi. duduk menurunkan stres.
6 Inpeksi hemoroid pada perenium. Membantu untuk mengurangi hemoroid
7 Kaji nyeri tekan uterus tentukan Selama 12 jam pertama pasca partum
adanya frekuensi / tentukan faktor – kontraksi uterus kuat. Ini berlanjut selama
No Intervensi Rasional
faktor pemberat 2 - 3 hari selanjutnya, meskipun frekuensi
dan infesitasnya berkurang.
8 Anjurkan klien berbaring tengkurap Meningkatnya kenyamanan.
dengan bantal di bawah abdoment.
9 Inpeksi payu dara dan jaringan puting. Pada 24 jam pasca partum, payudara harus
lunak dan tidak perih, dan puting harus
bebes dari pecah – pecah
10 Anjurkan penggunaan bra Mengangkat payudara kedalam.
penyongkong.
11 Beri informasi mengenai peningkatan Tindakan ini dapat membantu klien
frekuensi temuan dan mengeluarkan menyusui aliran susu.
susu secara manual.
13 Berikan kompres es pada area aksila Meningkatkan kompres es mencegah
payudara laktasi
14 Mengkaji klien kepenuhan kandung Kembalinya fungsi kandung kemih normal
kemih memerlukan waktu 4 -7 hari
15 Evaluasi terhadap sakit kepala, Kebocoran cairan corebrospinal (CSS)
khususnya pada anesthesia subarknoid melalui dura kedalaman ruang ekstra dural
menurunkan volume yang di turunkan
untuk mendukung jaringan otak
16 Kolaburasi berikan bromokriptin Bekerja untuk menekan sekresi prolaktin
mesilat (perlodel) 2 x sehari dengan
makan selama 2 -3 minggu
17 Berkaitan analgesic 30 - 60 menit Memberikan kenyamanan, khususnya
sebelum menyusui selama laktasit
18 Beri seprei anastetik, saleb topical dan Meningkatkan kenyamanan lokal
kompres witc hazel untuk premium
bila di butuhkan
19 Bantu sesuai kebutuhan injeksi salin Efektif untuk menghilangkan sakit kepala
atau pemberian “botol patch” pada sisi sepinal berat
fungsi dural
20 Anjurkan klien mulai menyusui pada Respon mengisap awal kuat dan mungkin
putting susu yang tidak nyeri tekan menimbulkan nyeri dengan mulai memberi
No Intervensi Rasional
untuk beberapa kali pemberian susu susu pada payudara yang tidak sakit dan
secara berurutan, bila hanya putting kemudian melanjutkan untuk
yang sakit atau luka. menggunakan payudara mungkin kurang
menimbulkan nyeri.
(Doenges, 2002; 388 - 390)
No Intervensi Rasional
1 Tinjau ulang kadar hemoglobin (Hb) Anemia atau kehilangan darah
darah dan kehilangan darah pada waktu mempredisposisikan pada sinkope
melahirkan, catat tanda - tanda anemis klien karena ketidakadekuatan
No Intervensi Rasional
(mis : kelelahan, pusing, pucat). pengiriman oksigen ke otak.
2 Anjurkan ambulasi dan latihandini Meningkatkan sirkulasi dan aliran
kecuali pada klien yang balik vena ke ekstremitas bawah,
mendapatkananesthesia subaraknoid, menurunkan resiko pembentukan
yang mungkin tetap berbaring selama 6 thrombus yang dihubungkan dengan
- 8 jam, tanpa penggunaan bantal atau statis.
meninggikan kepala, sesuai indikasi
protocol dari kembalinya serasa otot.
3 Berikan klien duduk di lantai atau kursi Membentuk memperhatikan atau
dengan kepala diantara kaki, atau meningkatkan sirkulasi dan
berbaring pada posisi datar, bila ia pengeriman oksigen ke otak.
merangsang pusing.
4 Kaji terhadap hiperreflaksia, nyeri Bahanya eklampsia karena HKK ada
kuadran kanan atas (KKaA) sakit diatas 72 jam pascapartum, meskipun
kepala, atau gangguan penglihatan literature menunjukkan kondisi
konvulsi mental terjadi selambat -
lambatnya hari kelima pasca partum.
5 Catat efek - efek magnesium sulfat Tidak adanya refleks patella dan
(MgSO4) bila diberikan kaji respon frekuensi pernapasan di bawah 12 x/
patella dan pantau status pernafasan. menit menandakan toksisitas dan
perlunya penurunan atau penghentian
terapi otot.
6 Inspeksi ekstremitas bawah terhadap Peningkatan produk split fibrin
tanda – tanda tromboflebitis. (kemungkinan pelepasan mobiltas,
trauma, sepsis dan aktivasi berlebihan
dari pembekuan darah setelah
kelahiran memberi kecenderungan
terjadinya tromboemoblisme pada
klien.
7 Berikan kompres panas lokal : tingkatan Merangsang sirkulasi dan menurunkan
tirah baring dengan meninggikan penumpukan pada vena di ekstremitas
tungkai yang sakit. bawah, merupakan edema dan
meningkatkan penyembuhan
No Intervensi Rasional
8 Evaluasi status rubella pada grafik Membantu mencegah efek – efek
prenatal (titer kurang dari 1 : 10 patogenik pada kehamilan selanjutnya.
menandakan kerentanan)
9 Concent untuk vaksinasi setelah Periode inkubasi 14 – 21 hari.
meninjau ulang efek samping, resiko – Anafilaktif alergi atau respon
resiko dan perlunya untuk mencegah hipersensitivitas dapat terjadi,
konsepsi selama 2 – 3 bulan setelah memerlukan pemberian epinefrin.
vaksinasi.
10 Kolaborasi Membantu menurunkan kepekaan
Berikan MgSO4 melalui pompa infuse, serebral pada adanya HKK atau
sesuai indikasi eklampsia. (Rujuk DK : kelebihan
volume cairan, resiko tinggi)
11 Berikan kaus kaki penyokong atau Menurunkan statis vena,
balutan elastis untuk kaki bila resiko – menggunakan aliran balik vena.
resiko atau gejala – gejala flebitis
terjadi.
12 Berikan antikoagulan : evaluasi faktor – Mesikipun biasanya tidak diperlukan
faktor koagulasi dan perhatikan tanda – anti koagulan dapat membantu
tanda kegagalan pembukaan mencengah terjadinya thrombus.
13 Berikan Rho (D) imum globul (RhIG) Dosis 300 g biasanya cukup untuk
I.M dalam 72 jam pascapartum, sesuai meningkatkan lisis sel – sel darah
indikasi merah (SDM) dari janin Rh – positif
yang dapat memasuki sirkulasi ibu
selama kelahiran.
(Doenges, 2002 : 392 – 394)
d. Resiko tinggi infeksi b.d trauma jaringan dan atau kerusakan kulit,
meningkatkan penyembuhan.
adanya HKK.
No Intervensi Rasional
1 Auskaltasi adanya bising unsur. Mengevaluasi fungsi usus.
2 Kaji adanya hemoroid. Menurunkan ukuran hemoroid.
3 Berikan informasi diit yang cepat. Merangsang eliminasi
4 Anjurkan peningkatan tingkat aktifitas dan Membantu peningkatan
ambulasi . peristaltic.
5 Kaji episiotemi. Edema berlebihan.
6 Berikan laksatif, pelunak fases, enema Untuk kembali ke kebiasaan
difikasi normal dan mencegah
mengejan selama pengosongan.
(Doenges, 2002: 403 - 404)
i. Perubahan menjadi orang tua b.d kurang dukungan di antara atau dari
3) Cara aktif mulai melakukan tugas perawatan bayi baru lahir dengan
tepat
j. Gangguan pola tidur b.d respon harmonol dan psikologis, nyeri atau
ketidaknyaman, proses persalinan dan kelahiran melelahkan
Hasil yang diharapkan :
1) Mengidentifikasi penilaian untuk mengakomodasi perubahan yang
diperukan dengan ketiban terhadap anggota baru
2) Melaporkan peningkatan rasa sejahtera dan istirahat
Tabel 2.11 Rencana asuhan keperawatan diagnosa gangguan pola tidur
b.d respon hormonal dan psikologis, nyeri atau
ketidaknyamanan, proses persalinan
No Intervensi Rasional
1 Kaji tingkat kelelahan dan kebuthan Persalinan yang lama dan sulit.
untuk istirahat.
2 Kaji faktor - faktor yang mempengaruhi Membantu meningkatkan istirahat
istirahat. dan menurunkan rangsangan.
3 Berikan informasi tentang kebutuhan Rencana yang kreatif yang
istirahat. membolehkan untuk tidur dengan
bayi lebih awal serta tidur siang.
4 Beri informasi tentang efek-efek. Kelelahan dapat mempengaruhi
kelelahan dan ansietas pada suplai ASI. suplai ASI.
5 Kajian lingkungan rumah. Multipara dengan baik di rumah
memerlukan tidur lebih banyak.
6 Berikan obat - obatan. Memungkinkan diperlukan untuk
meningkatkan relaksasi tidur
sesuai kebutuhan.
(Doenges, 2002: 409- 410 )
No Intervensi Rasional
1 Pastikan persepsi klien tentang persalinan Terdapat hubungan antara lama
dan kelahiran, lama persalinan, dan tingkat persalinan dan kemampuan untuk
No Intervensi Rasional
kelelahan klien. melakukan tanggung jawab, tugas
dan aktifitas-aktifitas perawatan
diri.
2 Kaji kesiapan klien dan motivasi untuk Periode paksa natal merupakan
belajar. pengalaman positif bila
penyuluhan yang tepat diberikan
untuk membentu mengembangkan
pertumbuhan ibu, maturasi dan
kompetensi.
3 Mulai merencanakan penyuluhan tertulis Membantu menstadarisasi
dengan menggunakan format yang informasi yang diterima orang tua
distandarisasi atau ceklis. anggota staf.
4 Berikan informasi tentang peran program Latihan membantu tonus otot dan
latihan paska partum progersif. meningkatan sirkulasi.
5 Berikan informasi tentang keperawatan diri Membantu mencegah infeksi
6 Diskusi kebutuhan seksualitas dan rencana Pasangan mungkin memerlukan
untuk kontrasepsi. kejelasan mengenai ketersediaan
kontrasepsi.
7 Ketersediaan metode, termasuk keuntungan Kenyataan bahwa kehamilan dapat
dan kerugian. terjadi bahkan sebelum kunjungan
minggu keenam.
8 Beri penguatan pemeriksaan paska partum Kunjungan tindak lanjut pelru
minggu keenam dengan pemberian untuk mengevaluasi pemulihan
perawatan kesehatan. organ produktif.
9 Identifikasi masalah-masalah potensial yang Intervensi lanjut diperlukan
memerlukan evaluasi dokter sebelum jadwal sebelum kunjungan minggu
kunjungan minggu keenam. keenam untuk mencegah atau
meminimalkan potensial
komplikasi.
10 Diskusikan perubahan fisik dan psikologis Status emosional klien mungkin
yang normal. kadang-kadang labil pada saat ini
dan sering dipengaruhi oleh
No Intervensi Rasional
kesejahteraan fisik.
11 Identifikasi sumber-sumber yang tersedia. Meningkatkan kemandirian dan
memberikan dukungan untuk
adaptasi pada perubahan multiple.
(Doenges, 2002: 410 - 412)
No Intervensi Rasional
1 Kaji kemampuan klien untuk melakukan Mempengaruhi pilihan
tugas / AKS normal, catat laporan intervensi atau bantuan
kelelahan, keletihan, dan kesulitan
menyelesaikan tugas.
2 Kaji kehilangan / gangguan keseimbangan Menunjukkan perubahan
gaya jalan kelemahan otot. neurologi karena devisiensi
vitamin B12 mempengaruhi
keamanan pasien/ resiko cidera
3 Awasi TD, nadi, pernafasan, selama dan Manifestasi kordioptumonal
sesudah aktivitas. Catat respon terhadap dari upaya jantung dan paru
tingkat aktifitas. untuk membawah jumlah
oksigen adekuat ke jaringan
3 Berikan lingkugan tenag. Pertahankan tirah Meningkatkan istirahat untuk
baring bila diindikasikan. Pantau dan batasi menurunkan kebutuhan oksigen
pengunjung. tubuh dan menurunkan
No Intervensi Rasional
regangan jantung dan paru –
paru
5 Ubah posisi klien secara perlahan dan Hipotensi patural atau hipoksia
pantau terhadap pusing. serebral dapat menyebabkan
pusing, berdenyut dan
peningkatan regangan pada
sistem jantung dan pernafasan.
6 Prioritaskan jadwal asuhan keperawatan Membantu bila perlu, harga diri
untuk meningkatkan istirahat.Pilih periode di tingkatkan bila pasien
istirahat dengan periode aktivitas. melakuakan sesuatu sendiri
7 Berikan bantuan dalam aktivitas bila perlu, Meningkatkan secara bertahap
memungkinkan pasien untuk tingkat aktivitas sampai normal
melakukannya. dan memperbaiki tonus otot /
stamina tanpa kelemahan
meningkatkan harga diri dan
rasa terkontrol
8 Rencanakan kemajuan akvivitas dengan Mendorong pasien melakukan
pasien, termasuk aktivitas degan pasien, banyak dengan membatasi
yang pasien padang perlu. Tingkatkan penyimpangan energi dan
tingkat aktivitas sesuai toleransi mencegah kelemahan
infeksi
dan demam.
No Intervensi Rasional
1 Tingkatkan cuci tangan baik oleh Mencegah kontaminasi silang/
pemberi perawatan dan pasien kolonisasi bacterial. Catatan :
pasien dengan anemia berat/
aplastik dapat berisiko akibat flora
normal kulit
2 Pertahankan teknik aspetik ketat pada Menurunkan risiko kolonisasi/
prosedur/ perawat luka infeksi bakteri
3 Berikan perawatan kulit, perianal dan Menurunkan risiko kerusakan
oral dengan cermat. Dorongan perubahan kulit/ jaringan dan infeksi.
posisi/ ambulasi yang sering, latihan Meningkatkan ventilasi semua
batuk, dan napas dalam. segmen paru dan membantu
memobilisasi sekeresi untuk
mencegah pneumonia
4 Tingkatkan masukan cairan adekuat Membantu dalam pengeceran
sekret pernpasan untuk
mempermudah pengeluaran dan
mencegah statis cairan tubuh (mis :
pernapasan dan ginjal
5 Pantau/ batasi pengunjung. Berikan Membatasai pemajanan pada
isolasi bila memungkinkan. Batasan bakteri/ infeksi. Perlindungan
tumbuhan hidup/ bungka potong isolasi dapat dibutuhkan pada
anemia aplastik, bila respons imun
No Intervensi Rasional
sangat terganggu.
6 Pantau suhu. Catatan adanya mengggil Adanya proses inflamasi/ infeksi
dan takikradia dengan atau tanpa demam membutuhkan evaluasi/
pengobatan
7 Amati eritema/ cairan luka Indikator infeksi lokal. Catatan ;
pembentukan pus mungkin tidak
ada bila granulosit tertekan.
8 Kolaborasi : Membedakan adanya infeksi,
Ambil specimen untuk kultur/ mengidentifikasi pathogen khusus
sensitivitas sesuai indikasi. dan mempengaruhi pilihan
pengobatan
9 Berikan antiseptik topical : antibiotic Mungkin digunakan secara
sistematik propilaktik untuk menurunkan
kolonisasi atau untuk pengobatan
proses infeksi lokal.
(Doenges, 2002: 578 – 579)
DAFTAR PUSTAKA
Herdman dan Kamtsuru. (2015). Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Jakarta: EGC
Manuaba, IBG (2012). Ilmu kebidanan, penyakit kandungan, dan KB. Jakarta: EGC
Mimiku. (2013). Patofisiologi ketuban pecah dini. Diunggah pada tanggal 20 Juli
2013. http//patofisiologi-ketuban- pecah- dini. Co
Oxorn dan Forte. (2010). Ilmu kebidanan: Patologi dan Fisiologi persalinan.
Yogyakarta: YEM
Rekam medik RSUD Jenderal Ahmad Yani Metro. ( 2015). Sepuluh besar penyakit
yang ada di Ruang Kebidanan