Anda di halaman 1dari 36

Kelainan Pada Lamanya

Kehamilan:
Abortus, Preterm, Posterm Inten Herlianti Anugrah (2250311008)
Fitria Yulianti Rahayu (2260311007)
Latar Belakang
• Persalinan merupakan fungsi organ wanita dengan hasil konsepsi
dikeluarkan dari uterus melalui vagina ke dunia luar (Dorland, 2010).
• Normalnya persalinan terjadi ketika usia kehamilan telah mencapai 38-
40 minggu. Akan tetapi apabila kurang dari 38 minggu atau lebih dari 40
minggu kemungkinan dapat terjadi komplikasi dalam persalinan tersebut
• Komplikasi persalinan merupakan keadaan penyimpangan dari normal,
yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun
bayi karena gangguan akibat (langsung) dari persalinan (Dinkes Sumut,
2008 dalam Irmayanti, 2009).
Persalinan Prematur
• Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi sebelum usia kehamilan 37
minggu (Alston, 2012) atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram
• Organisasi Kesehatan Dunia yaitu WHO (2013) membagi persalinan prematur
menjadi tiga kategori berdasarkan umur kehamilan, yaitu:
a. extremely preterm bila kurang dari 28 minggu
b. very preterm bila kurang dari 32 minggu
c. moderate to late preterm antara 32 dan 37 minggu
Etiologi

1. Janin dan plasenta


a. perdarahan trimester awal
b. perdarahan antepartum (plasenta previa, solution plasenta, vasa previa)
c. ketuban pecah dini (KPD)
d. pertumbuhan janin terhambat
e. cacat bawaan janin
f. kehamilan ganda/gemeli
g. polihidramnion
2. Ibu
a. penyakit berat pada ibu
b. diabetes mellitus
c. preeklamsia/hipertensi
d. infeksi saluran kemih/genital/intrauterin
e. penyakit infeksi dengan demam
f. stress psikologik
Lanjutan
g. kelainan bentuk uterus/serviks
h. riwayat persalinan prematur/abortus berulang
i. inkompetensia serviks (panjang serviks kurang
dari 1 cm)
j. pemakaian obat narkotik
k. trauma perokok berat
l. kelainan imunologik/kelainan resus
Klasifikasi

1. Sangat-sangat preterm: usia kehamilan kurang


dari 28 minggu
2. Sangat preterm: usia kehamilan antara 28-31
minggu
3. Preterm sedang: usia kehamilan 32-33 minggu
4. Mendekati aterm: usia kehamilan 34-36 minggu
Patofisiologi
Penyebab persalinan prematur dapat dikelompokan
dalam 4 golongan, yaitu:
• Aktivasi prematur dari pencetus terjadinya persalinan
• Inflamasi/ infeksi
• Perdarahan plasenta
• Peregangan yang berlebihan pada uterus
Manifestasi Klinis
1. Nyeri punggung bagian bawah.
2. Kontraksi setiap 10 menit.
3. Kram di perut bagian bawah.
4. Keluar cairan dan lendir dari vagina yang semakin banyak.
5. Perdarahan vagina.
6. Tekanan di bagian panggul dan vagina.
7. Mual, muntah, hingga diare.
Penatalaksanaan

Tujuan utama pengelolaan persalinan prematur


adalah sebagai berikut:
a. Menghambat atau mengurangi kekuatan dan kontraksi uterus untuk
menunda
b. proses persalinan.
c. Untuk meningkatkan kualitas janin sebelum dilahirkan
d. Menurunkan morbiditas dan mortalitas perinatal (Goldenberg, 2002)
Pengelolaan pada kasus persalinan prematur dimana
tidak didapatkan bahaya pada ibu dan janin maka
pengelolaannya adalah konservatif, yang meliputi:
a. Menunda persalinan prematur dengan tirah baring dan
pemberian obat-obat tokolitik.
b. Memberikan obat-obat untuk pematangan paru janin.
c. Memberikan obat-obat antibiotik untuk mencegah risiko infeksi
perinatal.
d. Merencanakan cara persalinan prematur yang aman dan
dengan trauma yang minimal.
e. Mempersiapkan perawatan neonatal dini yang intensif untuk
bayi-bayi
prematur (Fadlun dan Feryanto, 2013)
Persalinan Post Term
Persalinan postterm adalah suatu persalinan yang terjadi saat usia
kehamilan 40 sampai 42 minggu atau lebih dimana ketika usia
kehamilan melewati usia 42 minggu plasenta akan mengecil dan
fungsinya menurun.
Etiologi

1) Pengaruh progesteron
2) Teori oksitosin
3) Teori kortisol/ACTH janin
4) Syaraf uterus
5) Herediter
Patofisiologi
 Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 38 minggu dan
kemudian mulai menurun terutama setelah 42 minggu. Hal ini dapat dibuktikan
dengan penurunan estriol dan plasental lactogen.
 Rendanya fungsi plasenta berkaitan dengan peningkatan kejadian gawat
janin dengan resiko 3 kali.
 Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup memberikan
nutrisi dan pertukaran CO2/ O2 akibat tidak timbul his sehingga
pemasakan nutrisi dan O2 menurun menuju janin di samping adanya spasme arteri
spiralis menyebabkan janin resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim.
 Makin menurun sirkulasi darah menuju sirkulasi plasenta dapat
mengakibatkan pertumbuhan janin makin lambat dan penurunan berat disebut
dismatur, sebagian janin bertambah besar sehingga memerlukan tindakan operasi
persalinan, terjadi perubahan metabolisme janin, jumlah air ketuban berkurang
dan makin kental menyebabkan perubahan abnormal jantung janin.
Manifestasi Klinis
1. Stadium I, kulit kehilangan vernik kaseosa dan
terjadi maserasi sehingga kulit kering, rapuh dan
mudah mengelupas.
2. Stadium II, seperti stadium I disertai
pewarnaan mekonium(kehijauan) di kulit.
3. Stadium III, seperti stadium I disertai pewarnaan
kekuningan padakuku, kulit dan tali pusat.
Pemeriksaan Penunjang

a. USG untuk menilai usia kehamilan, oligihidraminon,


derajat maturitas plasenta.
b. KTG untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin.
c. Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau
amniotomi
d. Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks
kariopiknotik > 20
Penatalaksanaan

• Setelah usia kehamilan lebih dari atau sama dengan 40-42 minggu monitoring janin
secara intensif
• Nonstress test (NST) dapat dua kali dalam seminggu, yang dimulai saat kehamilan berusia
41 minggu dan berlanjut hingga persalinan untuk melakukan pilihan antara persalinan
tanpa intervensi persalinan yang di induksi atau secara sectio caesaria.
• Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiense plasenta, persalinan spontan dapat
ditunggu dengan pengawasan ketat
• Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau sudah matang
boleh dilakukan induksi persalinan spontan dengan atau tanpa amniotomi.
• Tindakan operasi seksio sesarea
• Penatalaksanaan aktif pada kehamilan
 Penatalaksanaan aktif pada kehamilan lewat
bulan :
a. Induksi persalinan
b. Metode hormon untuk induksi persalinan
 Oksitoksin
 Prostaglandin
 Misprostol
 Dinoproston
 Predipil
Abortus

 Abortus merupakan ancaman atau pengeluaran


hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari
500 gram, (prawirohardjo, 2009).
 Abortus adalah terminasi kehamilan yang tidak
diinginkan melalui metode obat-obatan atau
bedah, (Morgan, 2009).
Penyebab Abortus
1.    Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi.
2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun.
3. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan
toksoplasmosis.
4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester
kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
5. Trauma.
6. Faktor-faktor hormonal
7. Sebab-sebab psikosomatik
8. Penyebab dari segi Maternal

9. Penyebab dari segi Janin


Patofisiologi
• Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis
jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap
benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan
benda asing tersebut.

• Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua
secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan
8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak
dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan
lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil
konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil
yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup,
mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
Macam-macam Abortus
  
 1. Abortus imminens - threatened abortion (kegugurang mengancam).
2.    Abortus insipiens - inevitable abortion (Keguguran Berlangsung)
3.    Abortus inkompletus (keguguran tidak lengkap).
4.    Abortus kompletus (Keguguran Lengkap)
5.    Abortus habitualis
6.    Missed abortion
7.    Missed infeksiosa, abortus septik
8.    Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat)
    Komplikasi Akibat Abortus
a. Perdarahan
b. Perforasi
c. Infeksi
d. Syok
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Kelahiran Prematur


A

a. Pengkajian
1.Pengkajian pada Ibu pada saat persalinan premature
2.Pengkajian bayi pada saat kelahiran
b. Diagnosa Keperawatan
3.Pada Ibu
4.Pada Bayi
c. Intervensi Keperawatan
1. Pada Ibu
Diagnosa: Ansietas b.d ancaman pada status terkini
Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi
•Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
Diagnosa: Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan tubuh
Tujuan
Kriteria Hasil
2. Pada Bayi
Diagnosa: Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas otot-otot
pernafasan dan penurunan ekspansi paru
Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi
• Airway Manajement
• Oxygen therapy
• Vital Sign Monitoring
Diagnosa: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
ketidakmampuan menerima nutrisi.
Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi
• Nutrition Management
 Implementasi Keperawatan pada Bayi Prematur
 Evaluasi Keperawatan
1. Evaluasi proses (evaluasi formatif)
2. Evaluasi akhir (evaluasi sumatif)
Konsep Asuhan Keperawatan Pada Kelahiran Post Date
• Pengkajian
1. Data demografi
2. Keluhan Utama
3. Riwayat Penyakit Sekarang
4. Riwayat Penyakit Dahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Riwayat perkawinan
7. Riwayat menstruasi
8. Riwayat obstretri
9. Riwayat kontrasepsi
10.Riwayat ANC
11.Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
12.Pemeriksaan fisik
13.Pemeriksaan penunjang
Diagnosa keperawatan

• Ansietas berhubungan dengan tidak adanya tanda-tanda


kelahiran
• Resiko infeksi berhubungan dengan adanya perlukaan
jalan lahir atau ruptur
• Resiko infeksi pada janin berhubungan dengan ketuban
yang bercampur dengan mekonium
• Resiko gawat janin berhubungan dengan penurunan
fungsi plasenta
Analisa Jurnal
Model Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Abortus Inkomplet
Menggunakan Pendekatan Need for Help Wiedenbach dan Self Care Orem

P= Populasi
Dlam penelitian ini responden yang digunakan adalah klien kasus kelolaan dengan abortus inkomplet
I= Intervensi
Penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan abortus inkomplet menggunakan Teori “Need for help“ Wiedenbach
Perhatian utama teori Ernestine Wiedenbach adalah kepeda aspek kiat (praktik) dari keperawatan. Menurut Wiedenbach
keperawatan klinik (clinical nursing) mempunyai empat komponen, yaitu filsafat (philosophy), kemanfaatan/kegunaan
(purpose), praktik, dan kiat (art). Pandangan ini yang melandasi pendapatnya bahwa pada praktik keperawatan terdapat
tiga kegiatan, yaitu mengidentifikasi kebutuhan pasien, melaksanakan bantuan yang diperlukan, mengevaluasi dan
menyatakan. (mensyahkan) bahwa bantuan yang diberikan memang bermanfaat (Wiedenbach, 1963).
I= Intervensi
Pada klien yang mengalami abortus inkomplet, klien datang ke rumah sakit dengan keluhan diantaranya adanya
perdarahan. Perdarahan cenderung lebih banyak dari darah menstruasi dan kadang berlebihan yang dapat menyebabkan
syok. Selama jaringan sisa tetap melekat pada sebagian dinding uterus maka kontraksi miometrium akan terganggu.
Nyeri kramsuprapupik terjadi akibat kontraksi uterus dalam usaha mengeluarkan isi uterus. Mula- mula nyeri cenderung
ringan intermiten tetapi secara bertahap menjadi lebih hebat (Qunynh, 2011). Kondisi pada klien tersebut tentu harus
segera mendapatkan pertolongan agar klien dapat selamat dan terhindar dari komplikasi dan kematian, sehingga “Need
for help“ tepat digunakan pada klien yang mengalami abortus inkomplet. Selain menggunakan konsep teori need for
help dari Wiedenbach pada kasus kelolaan ini juga menggunakan teori self care yang dikembangkan oleh Orem.
Menurut Orem(2007) self care merupakan kemampuan individu untuk memprakarsai dirinya dalammelakukan
perawatan diri sendiri dalamrangka mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan. Model konsep Self care
dari Orem merupakan suatu pendekatan yang dinamis, dimana perawat melakukan asuhan keperawatan untuk
meningkatkan kemampuan klien dalammerawat dirinya sendiri.
Model Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Abortus Inkomplet
Menggunakan Pendekatan Need for Help Wiedenbach dan Self Care Orem

C= COMPARATION
Tidak ada
O= OUTCOME
Implementasi yang diberikan pada klien dengan abortus inkomplet dapat meningkatkan pengetahuan klien tentang
kesehatan reproduksi seperti mempersiapkan kondisi baik fisik dan mental pada kehamilan yang akan datang
T=TIME
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2018
The Effect of Prenatal Self‑Care Based on Orem’s Theory on Preterm Birth
Occurrence in Women at Risk for Preterm Birth
P= Populasi
dilakukan pada 176 wanita hamil pada 24-26 minggu dengan risiko kelahiran prematur di Masyhad, Iran, dari
Desember 2015 hingga Oktober 2016. Metode sampling multistage digunakan dalam penelitian ini. Kelompok
intervensi (88 wanita hamil) menerima pendidikan perawatan diri individu tetapi kelompok kontrol (88 wanita hamil)
hanya menerima perawatan prenatal biasa.

I= Intervensi
Kebutuhan pendidikan intervensi (pendidikan) kelompok dievaluasi berdasarkan HPCAS, dan kemudian pelatihan yang
diperlukan diberikan dalam tiga menit 45-60 sesi dalam 3 minggu berturut-turut secara individual dan tatap muka.
Setelah pelatihan, kartu pelatihan diberikan kepada subjek dalam kelompok intervensi berdasarkan masing-masing
kebutuhan individu. Konten pendidikan dirancang berdasarkan pada teori perawatan diri Orem
C= COMPARATION
Tidak ada
O= OUTCOME
Terdapat perbedaan yang signifikan secara statistik antara kelompok intervensi dan kontrol dalam hal prematur
kejadian kelahiran (6.80% vs 20.50%). Insiden kelahiran prematur pada kelompok intervensi kira-kira tiga kali lebih
tinggi dari pada kelompok kontrol.
T=TIME
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2020
PENERAPAN MODEL KEPERAWATAN SELF CARE OREM PADA ASUHAN
KEPERAWATAN IBU HAMIL YANG MENGALAMI KONTRAKSI DIN
P= Populasi
Ibu hamil yang dirawat di RS. Marzoeki Mahdi Bogor dan RSUP. Ciptomangunkusumo Jakarta yang mengalami kontraksi
dini.
I= Intervensi
menerapkan model keperawatan self care Orem pada asuhan keperawatan ibu hamil yang mengalami kontraksi dini
C= COMPARATION
Tidak ada
O= OUTCOME
Penerapan teori self care pada klien dengan kontraksi dini meningkatkan kemampuan klien dalam merawat dirinya
sendiri, memberikan informasi dan meningkatkan pengetahuan klien tentang penatalaksanaan yang diberikan
sehingga klien diharapkan dapat mematuhi terapi yang diberikan.
T=TIME
Penelitian ini dilakukan pada tahun 2015
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai