PERSALINAN PREMATUR
I. Konsep Penyakit
1.1 Definisi/deskripsi penyakit
Persalinan prematur adalah persalinan saat kehamilan 28-36 minggu
dengan berat janin antara 500-1000 gram.(kapita selekta
kedokteran,2007;291). Persalinan prematur adalah seatu persalinan yang
terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu.(keperawatan
maternitas,2008;245).
1
Persalinan prematurisasi merupakan masalah yang besar karena dengan
berat janin kurang dari 2500 gram dan umur kurang dari 30 minggu,
maka alat-alat vital (otak, jantung, paru, ginjal) belum sempurna,
sehingga mengalami kesulitan dalam adaptasi untuk tumbuh dan
berkembang dengan baik. Sekalipun sudah dirawat, bayi dengan berat
antara 1500 sampai 2500 gram untuk dapat bertahan hidup, tetapi masih
diragukan kemungkinan untuk memiliki kemampuan dan kualitas yang
diharapkan sebagai sumber daya manusia (Nugroho, 2010).
1.2 Etiologi
Penyebab persalinan prematur adalah :
1.2.1 Faktor ibu
a. Toksemia gravidarum yaitu : preeklamsi dan eklampsi
b. Kelainan bentuk uterus
c. Tumor (misalnya : mioma uteri, sistoma)
d. Ibu yang menderita penyakit : tipus abdominalis, penyakit
jantung, hipertensi, Diabetes Melitus
e. Trauma pada masa kehamilan
f. Usia ibu pada waktu hamil (20 tahun atau 35 tahun)
g. Plasenta adalah plasenta previa
a. Kehamilan ganda
b. Ketuban pecah dini
c. Cacat bawaan
d. Insufisiensi plasenta
2
1.3.9 Jaringan lemak subkutis tipis atau kurang
1.3.10 Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
1.3.11 Tumit mengkilat, telapak kaki halus
1.3.12 Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada
skrotum kurang.
1.3.13 Testis belum turun kedalam skrotum, untuk bayi perempuan
klitoris menonjol, labia minor belum tertutup oleh labia mayor
1.3.14 Fungsi saraf yang kurang matang mengakibatkan refleks isap,
menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif dan fungsinya
lemah
1.4 Patofisiologi
Enzim sitokinin dan prostaglandin, ruptur membran, ketuban pecah,
aliran darah ke plasenta yang berkurang mengakibatkan nyeri dan
intoleransi aktifitas yang menimbulkan kontraksi uterus, sehingga
menyebabkan persalinan prematur. Akibat dari persalinan prematur
berdampak pada janin dan pada ibu. Pada janin, menyebabkan kelahira
yang belum pada waktunya sehingga terjailah imaturitas jaringan pada
janin. Salah satu dampaknya terjdilah maturitas paru yang menyebabkan
resiko cidera pada janin.Sedangkan padaibu, resiko tinggi pada kesehatan
yang menyebabkanansietasdan kurangnya informasi tentang kehamilan
mengakibatkan kurangnya pengetahuan untuk merawat dan menjaga
kesehatan saat kehamilan.
1.6 Komplikasi
1.6.1 Pendarahan plasenta dengan pembentukan prostaglandin dan
mungkin induksi stress.
3
1.6.2 Janin mati, kelainan konsepsi atau kelainan kongenital
1.6.3 KPD, infeksi lain, bakteriuri, kolonisasi genital (infeksi akan
membentuk sitokin dan pelepasan lemak bioaktif yang nantinya
membentuk prostaglandin).
1.6.4 Plasentasi yang kurang baik
1.6.5 Distensi uterus (hidramnion dan gamelli) oligohidramnion
1.6.6 Riwayat pernah melahirkan prematur atau keguguran
1.6.7 Kelainan serviks yang inkompeten atau yang pendek
1.6.8 Penyakit ibu yang berat
1.6.9 Kurang gizi mengakibatkan anemia, kekurangan Zn, dan asam
folat
1.6.10 Penambahan berat yang kurang saat hamil
1.6.11 Anomali uterus atau fibroid
1.7 Penatalaksanaan
Penanganan untuk menghentikan persalinan prematur atau terapi inhibisi
merupakan indikasi bila :
1.7.1 Selaput ketuban utuh
1.7.2 Tidak terdapat kontra indikasi janin maupun maternal
1.7.3 Berat janin 500 – 2499 gram
1.7.4 Paru dan janin immaturre
1.7.5 Kemajuan dilatasi serviks dan intabilitas uterus
a. Terapi ini meliputi tirah baring dengan posisi kiri lateral.
Pemberian sedatif hidran dan pemberian obat-obatan tukolitik
seperti : terbulatin dan rutrodin dan magnesium sulfat.
b. Ibu dan janin dimonitor dengan ketat kerena obat-obatan
tersebut dapat menyebabkan palpitsi, takikardi, dispnoe,
tremor, sakit kepala, edema pulmonal.
c. Bila bersalin tidak dapat diselamatkan, lakukan persiapan
untuk kelahiran.
d. Pemberian glukokortikoid meningkat maturitas membran paru
preterm.
4
menjarangkan kelahiran 2 atau 3 tahun.
2) menunda kehamilan yang kurang 20 tahun dan diatas 35 tahun.
b. Mengusahakan kesempatan periksa hamil dan memperoleh pelayanan
antenatal yang baik.
c. Mengusahakan makan lebih banyak pada masa hamil agar
menghindarkan kekurangan gizi dan anemia, menghindarkan kerja
berat selama hamil.
1.8 Pathway
5
b. Test nitrazin : menetukan KPD
c. Jumlah leukosit : peningkatan menandakan adanya infeksi
d. Urinalisis dan kultur : mengesampikan ISK
e. Kultur vaginal, reagent plasma cepat (RPC) : mengidentifikasi
infeksi.
f. Amnion sentesis : rasiolestin terhadap spingomielin (L/S)
mengidentifikasi fosfat tigliseron (P6) untuk maturitas paru
ajnin atau infeksi amniotic.
g. Pemantauan elektronik : memfalidasi aktivitas uterus/status
janin
2.2.1 Definisi
2.2.2 Batasan karakteristik
2.2.3 Faktor yang berhubungan
2.2.4 Definisi
2.2.5 Batasan karakteristik
2.2.6 Faktor yang berhubungan
2.2.7 Definisi
2.2.8 Batasan Karakteristik
2.2.9 Faktor yang berhubungan
6
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1: Resiko tinggi cedera yang berhubungan dengan persalinan
disfungsional
Tujuan : Mempertahankan kehamilan sedikitnya sampai kondisi yang
menunjukkan matutitas bayi.
b. Rasionalisasi :
1) Dengan secara dini mengenal pola disfungsi persalinan,
2) Komplikasi dapat dicegah
3) Kegiatan akan menstimulasi aktivitas uterus dan pola
persalinan yang normal.
4) Untuk mengetahui perkembangan kehamilan
5) Untuk memperkuat His
6) Untuk mengantisipasi tenaga ibu
7) Mempertahankan kondisi seara normal
7
6) Beri obat nyeri sesuai program
b. Rasionalisasi :
1) Membantu pasien lebih nyaman dan nyeri hilang
2) Untuk mengetahui perkembangan daya tahan pasien.
3) Membantu pasien menghilangkan nyeri dan rasa nyaman
4) Membantu pasien mengontrol rasa nyeri
5) Untuk menciptakan rasa nyaman
b. Rasionalisasi :
Pengkajian akan menentukan kesejahteraan janin, hipoksia
dicegah atau diatasi
8
DAFTAR PUSTAKA
9
Banjarmasin, Juni 2017
(.....................................................) (..................................................)
10