Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN BBLR

MAKALAH

Tugas Pada Mata Kuliah Keperawatan Anak

Program Studi Ilmu Keperawatan Reg-A1 Semester 4

Dosen Pengampu:

1. Ns. Kardewi, S.Kep, M.Kes


2. Ns. Ersita, S.Kep,M.Kes

Disusun Oleh

Kelompok 1:

1. Maya Romanti 19.14201.30.09


2. Dinda Miranda 19.14201.30.15

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA

PALEMBANG 2021
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan sehingga penulis
dapatmenyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.Tanpa pertolongan-Nyatentu kami
belumdapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpa curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di
akhirat kelak.Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan
jugapenulis.
Kami ucapkanterimakasih yang sebesar-besarnya dan tidak terhingga kepada:
1. Ns. Kardewi, S.Kep, M.Kes
2. NSs. Ersita, S.Kep,M.Kes
3. Teman–teman yang turut sertadalam menyelesaikan makalah ini.
4. Semua pihak yang tidak bisa kami sebutkansatu-persatu.

Semoga makalahini bermanfaat baikpembacamaupun penulis, Kami menyadari, makalah yang


kami tulis masih jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 28 Maret 2021


Penyusun

Kelompok 1

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Bayi lahir dengan berat rendah BBLR merupakan masalah kesehatan yang sering
dialami pada sebagai masyarakat yang ditandai dengan berat lahir kurang dari 2500 g.
Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada baik
pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama
pada masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan
pun kurang. Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi tidak hanya karena aspek
perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat saja terjadi pada mereka dengan status
perekonomian yang cukup. Hal ini dapat berkaitan dengan paritas jarak kelahiran kadar
hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan antenatal. BBLR termasuk faktor utama yang
meningkatkan vitalitas mortalitas dan morbiditas Noe natus, bayi dan anak serta memberikan
dampak jangka panjang terhadap kehidupan di masa depan.
BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya masalah pada
semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada pernapasan aspirasi mekonium asfiksia
neonatorum gangguan pada sistem pencernaan lambung kecil, gangguan sistem perkemihan
ganjal belum sempurna, gangguan sistem pernapasan respon rangsangan lambat. Selain itu
bayi berat lahir rendah dapat menghasilkan gangguan mental dan fisik serta tumbuh kembang
titik BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita juga dapat berdampak
serius pada kualitas generasi mendatang yaitu akan memperlambat pertumbuhan dan
perkembangan anak serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan.

pada bayi lahir dengan berat lahir rendah BBLR memerlukan perawatan yang tepat agar
tidak terjadi hal-hal yang membahayakan bagi bayi seperti yang telah disebutkan diatas titik
bidan perawat adalah sebagian dari pemberi pelayanan yang ikut berperan penting dalam
memberikan perawatan pada bayi berat lahir rendah BBLR perkembangan bayi dengan
BBLR yang dirawat di RS ini sangat tergantung pada ketepatan tindakan yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan.

2
Tujuan

1. untuk mendapatkan gambaran dan maupun menerapkan asuhan keperawatan melalui


pendekatan proses keperawatan pada masalah bayi berat lahir rendah.
2. mampu melakukan pengkajian keperawatan secara tepat pada bayi dan berat badan
lahir rendah
3. mampu merumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas masalah pada
bayi dengan berat badan lahir rendah
4. mampu merumuskan perencanaan asuhan secara tepat pada bayi dengan berat badan
lahir rendah sesuai dengan hasil pengkajian prioritas masalah keperawatan dan
mampu melaksanakan asuhan keperawatan sehingga dapat mengatasi masalah yang
dapat dihadapi pada bayi dengan berat badan lahir rendah
5. mampu melakukan evaluasi terhadap tindakan keberhasilan pemberian asuhan
keperawatan pada bayi dan bayi berat badan lebih rendah
6. mampu melalui dokumentasikan asuhan keperawatan pada bayi dengan berat badan
lahir rendah

3
BAB II

KONSEP TEORI

A. Definisi
bayi berat badan lahir rendah BBLR ialah bayi baru lahir yang BB kurang 2500 gram
(sampai dengan 2.499 gram) BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan:
1. prematur murni massa gas spasi kurang dari 37 minggu dan PBB sesuai dengan berat
badan untuk masa menstruasi ini atau bisa disebut neonatus kurang bulan sesuai
untuk masa kehamilan.
2. dismaturitas bayi lahir dengan BB kurang dari BB yang seharusnya untuk masa
gestasi itu, berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan merupakan
bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.

(IndraSantoso, 2008)

B. Etimologi
1. faktor ibu
a. penyakit-penyakit yang berhubungan langsung dengan pasien misalnya
perdarahan antar petrum, trauma fisik dan psikologis, DM, toksemia
gravidarium dan netritis akut.
b. Usia ibu, angka kejadian prematur tertinggi ialah pada usia kurang dari 20
tahun, dan multigravida yang jarak kehamilan kelahiran terlalu dekat titik
kejadian terendah ialah pada usia antara 26 sampai 35 tahun.
c. keadaan sosial ekonomi, keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya
premature. kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah.
Hal ini disebabkan oleh kendala gizi yang kurang baik dan pengawasan
antenatal yang kurang titik demikian pula kejadian prematuritas pada bayi
yang lahir di perkawinan yang tidak sah ternyata lebih tinggi bila
dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah.
d. sebab lain, karena ibu merokok,ibu peminum alkohol dan pecandu obat
narkotik

2. faktor janin

4
faktor janin diantaranya hidramnion, Kehamilan ganda dan kelainan
kromosom
3. faktor lingkungan faktor lingkungan diantaranya tempat tinggal di daratan
tinggi radiasi dan zat-zat tertentu.

(Suryandi dan yuliani, 2006)

C. Patofisiologi
secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum
cukup bulan (premature) di samping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi
lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu) tapi berat badan (BB) lahirnya lebih
kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2500 g. Biasanya hal ini
terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang
disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta infeksi hipertensi dan
keadaan keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.

Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin itu tidak
mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal.
Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit,
dan tidak adanya gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil ibu akan
melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan
yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil yang
melahirkan bayi BBLR fasilitas yang rendah dan kematian yang tinggi itu terlebih lagi
bila ibu menderita anemia.

Sistem pernapasan pada dasarnya cenderung kurang berkembang pada bayi


prematur. Kapasitas vital dan kapasitas residual fungsional paru-paru pada dasarnya
kecil berkaitan dengan ukuran bayi titik sebagai akibatnya sindrom gawat nafas sering
merupakan penyebab umum kematian titik masalah besar lainnya pada bayi prematur
adalah pencernaan dan absorpsi makanan yang adekuat bila premature bayi lebih dari 2

5
bulan sistem pencernaan dan absorpsi hampir selalu inadekuat. absorpsi lemak juga
sangat buruk sehingga bayi prematur harus menjalani diet rendah lemak lebih jauh lagi,
bayi prematur memiliki kesulitan dalam absorpsi kalsium yang tidak lazim dan oleh
karena itu dapat mengalami yang berat sebelum kesulitan tersebut dikenali imaturitas
organ lain yang berat sebelum kesulitan tersebut dikenali imaturitas organ lain yang
sering menyebabkan kesulitan yang berat pada bayi prematur meliputi sistem imun
yang menyebabkan daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya
kadar igG gamma globulin, serta bayi premature prematur sebelum sanggup
membentuk prematur dan daya fagositosis serta reaksi terhadap prematur masih
sebelum baik sehingga bayi premature beresiko mengalami infeksi, premat premature
di mana dengan jaringan kulit masih tipis dan rawan terjadinya lecet, premat
termoregulasi dimana bayi premature belum mampu mempertahankan suhu tubuh yang
normal akibat penguapan yang bertambah karena kurangnya jaringan lemak di bawah
kulit dan pusat pengaturan suhu yang berfungsi sebagaimana mestinya sehingga
beresiko mengalami hipertensi atau kehilangan panas dalam tubuh.

( Ngastiyah 2005)

6
7
E. Manifestasi klinis

Gambaran klinis BBLR secara umum adalah:

1. Berat kurang dari 2500 gram


2. Panjang kurang dari 45 cm
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5. Ukuran kehamilan kurang dari 37 minggu
6. Kepala lebih besar
7. Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak kuning kurang
8. Otot hipotonik lemah
9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
10. Ekstremitas paha abduksi sendi lutut atau kaki refleksi lurus
11. Kepala tidak mampu tegak
12. Pernapasan 40 -50 kali/ menit
13. Nadi 100 -140 kali /menit

(Prawirohardjo. 2005)

F. Pemeriksaan penunjang
1. pemeriksaan glukosa darah terhadap hipoglikemia
2. pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
3. Titer torch sesuai indikasi
4. pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
5. pemantauan elektrolit
6. pemeriksaan sinar-x sesuai kebutuhan ( missal:2 foto toraks)

( Ngastiyah 2005)

G. komplikasi
menurut (Potter 2005) komplikasi pada masa awal bayi berat lahir rendah antara
lain yaitu:
1. hipotermia
2. hipoglikemia

8
3. Gangguan cairan dan elektrolit
4. Hiperbilirubinemia
5. Sindrom gawat nafas (asfiksia)
6. paten suktus arteriosus
7. infeksi
8. pendarahan intraventrikuler
9. Apnea of prematuruty
10. Anemia.
Komplikasi pada masa berikutnya yaitu
1. Gangguan perkembangan
2. Gangguan pertumbuhan
3. Gangguan penglihatan atau retinopati
4. Gangguan pendengaran
5. Penyakit paru kronis
6. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
7. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan.

H. Penatalaksanaan
Menurut prawirohardjo 2005 penanganan bayi dengan berat badan lahir rendah
adalah sebagai berikut:
1. Penanganan bayi semakin kecil bayi dan semakin prematur baik, maka
semakin besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi
serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan di dalam
incubator.
2. Pelestarian suhu tubuh bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan
dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan
asal suhu rektal dipertahankan antara 35,5ᵒC s/d 35ᵒC

bayi berat rendah harus disuruh diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana
suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolik yang minimal bayi
berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan
pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25ᵒC, bagi
bayi yang berat sekitar 2000 gram dan sampai 30ᵒC untuk bayi dengan berat
kurang dari 2000 gram

9
3. Incubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah dirawat di dalam inkubator prosedur
perawatan dapat dilakukan melalui ‘’jendela’’ atau ’’lengan baju’’. sebelum
memasukkan baik ke dalam inkubator terlebih dulu dihangatkan sampai sekitar
29,4 ᵒC untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,2ᵒ C untuk bayi yang lebih kecil.
Bayi dirawat dalam keadaan telanjang hal ini memungkinkan pernapasan yang
adekuat titik bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap
pernapasan lebih mudah
4. Pemberian oksigen
ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi prematur
BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan fakta konsentrasi O2 yang diberikan sekitar
30- 35 % dengan menggunakan headbox, konsentrasi O2 yang tertinggi dalam
masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang
dapat menimbulkan kebutaan
5. Pencegahan infeksi
Bayi peterm dengan berat terendah, mempunyai sistem imunologi yang kurang
berkembang ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki kekuatan tahuan terhadap
infeksi titik untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus,
cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi memakai masker menggunakan
gaun atau jas melepaskan semua aksesoris dan tidak boleh masuk ke kamar bayi
dalam keadaan infeksi dan sakit kulit.
6. Pemberian makanan
pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah
terjadinya hipokalemia dan kiper Belgium. Hiperbilirubin. ASI merupakan
pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter (sonde) terutama pada bayi
yang refleks hisap dan menelannya lemah. bayi berat lahir rendah secara relatif
memerlukan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi preterm.

7. Petunjuk untuk volume susu yang diperlukan.

Umur /hari jmlh ml/kg BB


1 50-65
2 100
3 125

10
4 150
5 160
6 175
7 200
14 225
21 175
28 150

I. Pengkajian focus
1. Sirkulasi:
Nadi apical mungkin cepat dan atau tidak teratur dalam batas normal (120-
160 dpm). Mur –mur jantung yang dapat didengar dapat menandakan
duktusarteriosus paten (PDA).
2. Makanan /cairan
Berat badab kurang 2500 (5lb 8oz)
3. Neuroesori
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut, ukuran kepala
besar dalam hubungannya dengan tubuh sutura mungkin mudah
digerakkan, fontanel mungkin besar atau terbuka lebar. Edema kelopak
mata umum terjadi, mata mungkin merapat (tergantung usia gestasi).
refleksi tergantung pada usia gestasi: rooting terjadi dengan baik pada
gestasi minggu 32, koordinasi refleks untuk menghisap menelan dan
bernapas biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke 32 komponen
pertama dari refleks Moro (ekstansi lateral dan ekstremitas atas dengan
membuka tangan) tampak pada generasi Minggu ke-28 komponen kedua
fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar tampak pada gestasi
minggu ke 32 pemeriksaan Dubowitz menandakan usia gestasi antara
Minggu 24 dan 37
4. Pernafasan sektor agar mungkin rendah titik pernapasan mungkin
dangkal, tidak teratur pernafasan diafragma. Intermiten atau periodik 40
-60 x/mt). merokok, pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan
sub terminal atau berbagai derajat sianosis mungkin ada titik adanya bunyi
ampelas pada auskultasi menandakan adanya sindrom distres pernapasan
RDS.
5. Keamanan

11
Suhu berfluktuasi dengan mudah, menangis semakin lemah. Wajah
mungkin memar mungkin ada kaput suksedaneum. kulit kemerahan atau
tembus pandang warna merah muda atau kebiruan. Akses akrosianosis
atau sianosis pucat. Lanugo terdistribusi secara lurus di seluruh tubuh.
ekstermitas mungkin tampak edem. garis telapak kaki mungkin tidak ada
pada semua atau sebagian telapak. kuku mungkin pendek.
6. Seksualita
Genetalia : labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora
dengan kritoris menonjol: testis pria mungkin tidak turun, reggae mungkin
banyak atau tidak ada pada skortum.

(IDAI, 2014)

J. Diagnosis keperawatan
1. ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan cairan di rongga paru
2. resiko hipotermi berhubungan dengan jaringan lemak subtropis tipis
3. resiko tinggi infeksi sekunder berhubungan dengan iman kritis fungsi imunologik
4. resiko tinggi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
lemahnya daya cerna dan absorpsi makanan.

(Ngastiyah, 2005)

K. Intervensi Keperawatan

12
No Tujuan Intervensi
1. Setelah mendapat tindakan 1.1Monitor pernafasan (kedalaman
keperawatan 3 x24 jam tidak terjadi irama, frekuensi).
gangguan jalan nafas (nafas 1.2 Atur posisi kepala lebih tinggi
efektif)kreateria hasil 1.3 Monitor keefektifan jalan nafas.
 akral hangat Kalau perlu lakukan suction.
 tidak ada sianosis 1.4 Lakukan auskultasi bunyi nafas tiap

 tangisan aktif dan kuat 4 jam

 RR: 30-40x/mn 1.5 Pertahankan pemberian O2


1.6 Pertahankan bayi pada incubator
 Tidak ada reaksi otot
dengan penghangat
pernafasan.
1.7 Kolaborasi untuk X foto thorax.

2.
2.1 pertahanan bayi pada incubator
Retraksi otot pernafasan
dengan kehangatan 37ᵒC
Setelah mendapatkan tindakan
2.2 beri popok dan selimut sesuai
keperawatan 3x24 jam tidak terjadi
kondisi
gangguan hipotermi kretaria hasil :
2.3 ganti segera popok yang basah oleh
 Badan hangat
urine dan feses
 Suhu : 36,5-37ᵒC
2.4 hindarkan untuk sering membuka
penutup karna akan menyebabkan
fluktuasi suhu dan peningkatan laju
metabolism.
2.5 Atur suhu ruangan dengan panas
yang stabil.

3.1 monitor tanda –tanda infeksi


3 Setelah mendapatkan tindakan
keperawatan 3x24 jam tidak terjadi (tumor, dolor, rubor, calor,
infeksi fungsioleasa).
Criteria hasil :
 Tidak ada tanda tanda infeksi 3.2 Lakukan cuci tangan sebelum dan
(tumor, dolor, rubor, calor, sesudah kontak dengan bayi
fungsioleasa)
 Suhu tubuh normal. (36,5ᵒ- 3.3 Anjurkan kepada ibu bayi untuk
37ᵒC) memakai jas saat masuk ruang bayi
dan sebelum/sesudah kontak cuci

13
tangan.
3.4 Berikan gizi (ASI/PASI) secara
adekuat
3.5 Pastikan alat yang kontak dengan
bayi bersih/steril.
3.6 Berikan antibiotic sesuai program
3.7 Lakukan perawatan tali pusat setiap
hari.

4.1 kaji reflex menghisap dan menelan


4. Setelah tindakan keperawatan 3x24 4.2 monitor input dan output
jam tidak terjadi gangguan nutrisi .
4.3 berikan minuman sesuai program
Kretaria hasil :
 Diet yang diberikan habis tidak sonde/spin.
ada residu 4.4 Sendawakan bayi sesshabis minum
 Reflex menghisap dan menelan
kuat. 4.5 Timbang BB tiap hari.
 BB meningkat 100 gr/3hr.

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN

14
1. Identitas data
a. Nama : By. Ny. U
b. Alamat : jembangan Kec.sukolilo kab.pati
c. Tanggal lahir/umur : 16 oktober 2014
d. Jenis kelamin : perempuan
e. Agama : islam
f. No. register : 302468
g. Tanggal masuk / jam : 16 oktober 2014 jam 15.00
h. Diagnosa medis : Neonetus pretern,BBLSR,asfika berat,
Neonatus Infeksius

Nama penanggung jawab

a. Nama ayah : Tn. W


b. Pendidikan : SMA
c. Pekerjaan : Wirausaha
d. Nama ibu : Ny. U
e. Pendidikan :SMA
f. Pekerjaan :Ibu Rumah tangga

2. Keluhan umum
Bayi menangis lemah, reflex hisap belom ada, berat bayi lahir sanagt rendah yaitu
1060 gram.

3. Riwayat kesehatan sekarang


Bayi lahir pada tanggal 16 oktober 2014 di RSUD kota semarang secara spontan
diusia kehamilan 30 minggu dengan berat bayi lahir yaitu 1060 gram. Selain itu
setelah bayi lahir tidak langsung menagis dengan nilai apgar score 4-5 (afeksia
sedang), oleh karna itu bayi dipindahkan ke ruangan perionatologi untuk
mendapatkan tindakan lebih lanjut.
4. Riwayat kehamilan dan kelahira.
a. Pre natal
Ibu klien mengatakan selama hamil memeriksakan kehamilannya dibidan
tiap 2 bulan sekali. Selama kehamilan ditemukan riwayat penyakit
kehamilan TORCH G : 3P : 1A :2.

15
b. Intra natal
Bayi lahir secara spntan diusia kehamilan 30 minggu, ditandai dengan
ketuban pecah sebelum persalinan, lama persalinan 1 jam dan bayi lahir
pada jam 14.45. WIB. Panjang lahir 34 cm. dengan berat lahir 1060.
c. Post natal
Setelah kelahiran bayi sempat tidak menengis dan langsung dipasang
kanul O2 dengan restensi selama 3 menit dengan nilai apgar score 4-5-6,
keadaan lemah, nafas tidak teratur.

5. Riwayat kesehatan keluarga

6. Riwayat social.
a. Yang merawat
Saat ini klien diruang perinatologi dan dirawat oleh perawat dan sesekali
ibu klien menjenguk saat jam kunjung rumah sakit.
b. Hubungan dengan kelluarga
Ibu klien bias mengunjungi , melihat, dan menyentuh bayinya saat
berkunjung meski bayi dalam incubator, sedangkan ayahnya tidak boleh
melihat bayinya karna sudah aturan dari pihak rumah sakit.

7. Pola sehari hari


a. Nutrisi dan metabolism

16
Saat ini pasien mendapatkan dii susu formula kusus bayi BBLR 3 jam
sekali sekitar 30 cc melalui selang OGT.
b. Eliminasi urine dan fases
Klien BAB 3-5X sehari dengan konsentrasi warna hitam, lembek cair, bau
khas fases bayi, BAK menggunakan pempers dan diganti setelah 6 jam
sekali dan terisi 100cc
c. Istirahat dan tidur
Pasien terlihat tidur dan bangun jika lapar dan merasa kotor setelah BAB
dan BAK , rata rata tidur perhari yaitu 20-22 jam.
d. Peran dan hubungan
Keluarga berkata anak akan diasuh oleh orang tuannya sendiri. Dan selama
ini ibu bayi menengok ke ruang parinatologi
e. Toleransi stress dan koping
Klien menangis dan merasa lapar, dan tidak nyaman saat kotor.

8. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan : umur lemas , kurang aktif, menengis lemah,
perawatan dalam incubator
b. Tanda tanda vital
- Nadi : 132x permenit
- Pernafasan : 40x permenit
- Suhu :36,2oc
c. Antropometri
- Panjang badan :34cm
- Berat badan :1060gram
- Lingkar dada :26cm
- Lingkar kepala :23cm
d. Kepala :fontanel anterior lunak,wajah simetris,
rambut hitam.
e. Mata :simetris antara kanan dan kiri,tidak ikterik
f. Hidung : terpasang C-PAP ventilator 2lt/mnt
g. Mulut : reflex hisap tidak ada, terpasang selang
OGT ,mukosa kering

17
h. Telinga : simetris kanan dan kiri
i. Dada : tidak ada luka,warna kecoklatan.
j. Jantung
- Inspeksi :tampak ictus cordis
- Palpasi : ictus cordis teraba dengan getaran
- Perkusi :tak terkaji
- Auskultasi :BJ& II regular,tidak terdengar galop
k. Paru
- Inspeksi :gerak pernafasan simetris,RR 40Xpermenit
- Palpasi :rabaan gerak simetris
- Perkusi :redup/dullnes
- Auskultasi :ronchi
l. Abdomen
- Inspeksi :pusat insersi ditengah ,buncit terpasang
infuse unbilical.
- Palpasi :lunak,tidak ada pembesaran.
- Perkusi :tympani
- Auskultasi : peristaltic usus 18x permenit
m. Pungung :bentuk tulang belakang semi fleksi
n. Genetalia :kelamin perempuan,lamia minora belum
menutupi labia mayora,anus paten.
o. Ektermitas
- Atas :lengkap,tidak ada kelainan
- Bawah : lengkap,tidak ada kelainan
- Kanan :terpasang SPO2 ,akral sedikit di dingin.
p. Kulit :warna kulit coklat gelap,tidak ikterik,turgor
kulit cukup.

9. Therapy.
- Po ferlin drop 1x0.3cc.
- O2 nasal kanul 0,5 lt/mnt

18
- Susu formula BBLR 8x30cc/hari melalui selang OGT
- Termoregualsi incubator suhu 34oc.
- Infuse unbilical 5%

10. Pemeriksaan penunjang.

pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal


Hematologi
Hemoglobin 15.9 g/DI 12.0-16.0
Hematokrit 49.50 % 37-47
Jumlah eritosit 4.14 /UI 4.2-5.4
Jumlah lekosit 24.7 /UI 4.8-10.8
Jumlah trombosit 249 10^3/ul 150-400
Kimia klinik
Natrium 137.0 Mmol/L 134,0-147.0
Kalium 5.30 Mmol/L 3.50-5.20
Calcium 1.20 Mmol/L 1.12-1.32

B. ANALISIS DATA

N DATA PROBLEM ETIMOLOGI


O
1. DS :- Resiko hipotermi Jaringan lemak
DO:- akral sedikit dingin subkotis tipis
- Lahir premature 30 minggu
- BBLRS 1060gram
- Suhu tubuh 36,2oc
- Perawatan dalam incubator
2 DS :- Resiko infeksi Prematuritas dan
DO:- keadaan umum lemah system imun yang
- Lahir premature 30 minggu tidak adekuat
- BBLRS 1060gram
- Suhu tubuh 36,2oc
- Leukosit 24.7/ul
3 DS :- Ketidakseimbangan Prematuritas,
DO:- terpasang selang OGT nutrisi : kurang dari ketidakmampuan
- Reflex hisap lemah kebutuhan tubuh mengabsorbsi
- BB 1060gram nutrisi.
- Terpasang infuse unbilical
D5%
4 DS :- Ketidakefektifan Penumpukan cairan

19
DO:- terpasang ventilator 2lt/mnt jalan nafas dirongga paru
- RR 40x/mnt
- Perkusi paru dulles
- Auskultasi paru ronchi.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO. TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN PARAF


1 17/10/2014 Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan
penumpukan vcairan dirongga paru
2 17/10/2014 Resiko hipotermi berhungungan dengan jaringan
subkotis tipis
3 17/10/2014 Ketidakefektifan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhungubang dengan prematuritas , ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrisi
4 17/10/2014 Resiko infeksi berhubungan dengan prematuritas
dengan system imun yang tidak adekuat.

D. INTERVRENSI KEPERAWATAN

NO. DIAGNOSA INTERVRENSI KEPERAWATAN. TT


KEPERAWATA
N TUJUAN TINDAKAN RASIONAL.
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan - observasi - sebagai acuan
pola nafas tindakan keperawatan TTV,cuping, penatalaksanaan
berhubungan 3x24 jamjalan nafas hidung,rektas tindakan
dengan adekuat , denagn i dada - mensuplai O2 dalam
penumpukan cairan kretaria hasil: - berikan tubuh
dirongga paru, - Pernafasan terapi - memberikan rasa
penurunan ekspensi adekuat 16- O22lt/mnt nyaman klien
paru. 30x /mnt - posisikan - jalan nafas tidak ada
- Perkusi paru lien semi sumbatan
sonor fowler
- Auskultasi - jaga
veskuler kepatenan
- Tidaka da jalan
penumpukan nafas(suction
cairan diparu )

2 Resiko hipotermi Setelah dilakukan - Pantau suhu - sebagai acuan


dengn jarinagn tindakan keperawatan selama 3 jam penatalaksanaan
subkotis tipis selama 3x24 jam sekali tindakan
hipotermi tubuh - Atur suhu - mengganti program
stabil, denagn ketaria incubator yang dianjurkan
hasil: sesuai - menjaga
- Suhu tubuh indikasi kenyamanan klien

20
normal 36- - Hindarkan
37,5oc bayi kontak
- Akral hangat dengan
- Bayi tidak sumber
menggigil dingin/panas
- Ganti popok
bil basah
3 Ketidakefektifan Setelah dilakukan - Monitor - mengetahui
nutrisi: kurang dari tindakan keperawatan BBklien perkembangan
kebutuhan tubuh 3x24 kebutuhan - Pasang nutrsii bayi
dengan nutrsisi terpenuhi , selang OGT - membantu supali
prematuritas , denagn kretaria hasil: - Kaji nutrisi untuk bayi
ketidakmampuan - BB seimbang kemampuan - indikasi bayi mampu
mengabsorbsi 2500- reflex hisap menyerap nutrisi
nutrisi 3500gram. - Monitor - mengatur
- Reflex hisap asupan intek keseimbangan
kuat dan output cairan pada klien
- Inteks ASI cairan - asupan nutrsisi pada
adekuat - kolaborasi klien bias tercukupi
dengan ahli
gizi untuk
pemberian
nutrisi

4 Resiko infeksi Setelah dilakukan - Pantau tanda - Sebagai acuan


berhubngan dengan tindakan keperawatan gejala infeksi penatalaksanaan
prematuritas dan 3x24 jam tidak terjadi suhu,leukosit tindakan
sitem imun yang infeksi , denagn penurunan - Memberikan
tidak adekuat kretaria hasil: BB, kenyamanan pada
- Tidak ada - Batasi klien
tanda tanda jumlah - Agar tidk terjadi
infeksi pengunjung infeksi pada klien
- Jumlah - Gunakan - Menjaga incubator
leukosit dalam teknik tetap bersih
jumlah normal aseptic - Mencegah
5000-10.000 selama penyebaran infeksi.
berinteraksi
dengan klien
- bersihkan
incubator
secara
berkala
- berikan
antibiotik
sesuai advis
dokter

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

21
NO TANGGAL TINDAKAN RESPON KLIEN TT
DX JAM
1,2,3 17,OKT 2014 - Mengobservasi ttv,cuping,hidung S
,4 08.00 ,retrasksi dada O : nadi :132x/mnt
RR:40x/mnt
09.00 - memberikan terapi O2 2lt/menit S
O : klien tampak terpasang
ventilator O2 2ltr/mnt dengan
SPO2 98%
1 10.00 - Memposisikan semi fowlwe S
O : klien tampak nyaman dengan
posisi semi fowler
1 10.30 - Memantau suhu klien S
O:suhu klien 36,2
2 10.30 - Memonitor BB klien S
O: BB 1060 gram,LD 26cm, PB:
34 cm.,LK : 23cm.
3 11.00 - Membersihkan incubator S
secara berkala O: incubator tampak bersih
4 12.00 - Mengkaji reflex hisap S
O: reflex hisap klien tampak
lemah
3 14.00 - Memasang selang OGT S
O: terpasang selang OGT pada
klien.
3 15.00 - Menkolaborasikan ahli gizi S
untuk memberikan nutrisi O: klien mendapat diit susu 30
cc/OGT.
3 18.00 - Memberikan terapi O2 2lt/ S
mnt O: klien tampak terpasang
ventilator O2 2lt/mnt dengan
SPO2 88%.
1 18 okt 2014 - Menjaga kepatenan jalan S
03.00 nafas(sujtion) O:cairan dalam tabung suction
tampak jernih.
1 05.00 - Mengobservasi ttv, cuping S
hidung, reaksi dada O:suhu 36ᵒC, nadi 100x/mnt, RR
48x/mnt
1,2,3 10.00 - Memberikan antibiotic sesuai S
,4 advis dokter O: klien mendapat terapi PO ferlin
drop 1x0,3cc.
4 10.15 -mengkaji kemampuan reflex S
hisap O:reflex hisap klien masih tampak
lemah
3 12.00 - Mengatur suhu incubator S
sesuai indikasi O:terlihat suhu incubaror klien
34,c
2 13.00 - Membatasi jumlah S
pengunjung O:tampak hanya ada satu

22
pengunjung diruangan.
4 17.00 - Memonitor asupan intek dan S
output cairan O: terlihat diit yang diberikan
habis,tidak ada residu
3 17.30 - Mengkolaborasi dengan ahli S
gizi untuk pemberian nutrisi O: klien mendapat diit susu
BBLR30 cc/OGT
3 20.00 - Mengobservasi ttv,cuping S
hidung, retraksi dada. O: suhu 36,40c
Nadi 100xmnt RR45x/mnt
1,2,3 12.00 - Memberikan terapi O2 2lt/mnt S
,4 O:klien masih tampak terpasang
ventilator O2 2ltr/mnt dengan
SPO 2 90%
1 12.20 - Mengganti popok bila basah S : (klien menangis)
O : klien tampak menangis saat
popok diganti.
2 12.15 - Menggunakan teknik aseptik S
selama berinteraksi dengan O
klien
4 14.40 - Memberikan antibiotic sesuai S
advis dokter. O: klien terpasang infuse
umbilical 5 % dengan terapi PO
ferlin 1x0.3,cc

4 14.00 - Mengkolaborasikan dengan S


ahli gizi untuk memberikan O: klien masih terpasang
nutrisi OGTdenagn diit 30cc.

23
F. EVALUASI

NO TANGGAL EVALUASI TT
DX JAM
1. 17.10.2014 S:
O :klien tampak terpasang ventilator O2 2lt/ menit dengan SPO2
98%,auskultasi paru : ronchi
A:masalah teratasi sebagian
P :lanjutkan intervrensi
- Berikan terapi O2 2lt/menit
- Jaga kepatenan jalan nafas (suction)
- Posisikan klien semi fowler

2. 14.00 S:-
O:suhu 36,2
A:masalah belum teratasi
P :lanjutkan intravrensi
- Atur suhu incubator sesuai indikasi
- Pantau suhu setiap 3 jam sekali
- Ganti popok bila basah
- Hindari bayi kontak langsung dengan sumber dingin/panas

3. 14.00 S:-
O:BB:1060 gram
A:masalah belum teratasi
P :lanjutkan intervrensi
- Monitor BB klien
- Monitor asupan intake dan output cairan
- Kaji kemampuan refleks hisap
- Pasang selang OGT
- Kolaborasi degan ahli gizi untuk pemberian nutrisi

4. 14.00 S :-
O:hasil leokosit klien 24.7
A:masalah belum teratasi
P :lanjutkan intervensi
- Pantau tanda dan gejala infeksi suhu,lekosit, penurunan
BB
- Berikan antibiotic sesuai advis dokter
- Batasi jumlah pengunjung
- Gunakan teknik aseptic selama berinteraksi dengan klien

S :-
1. 18-10-2014 O:tabung dalam suction tampak jernih
A:masalah teratasi sebagian
P :lanjutkan intervrensi
- Berikan terapi O2 2lt/menit
- Jaga kepatenan jalan nafas
- Observasi ttv,cuping,hidung,rektasi dada

24
- Posisikan klien semi flowler

2. 14.00 S :-
O:suhu 36,0C
A: masalah belum teratasi
P :lanjutkan itervensi
- Atur suhu sesuai indikasi
- Pantau suhu setiap 3 jam sekali
- Ganti popok bila basah
- Hindarkan bayi kontak langsung dengan sumber
dingin/panas.

3. 14.00 S :-
O:klien masih tampak terpasang OGT dengan diit 30 cc
A: masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Monitor BB klien
- Monitor asupan intek dan output cairan
- Kaji kemampuan reflex hisap
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian nutrisi

4. 14.00 S :-
O:leukosit 24.7
A:masalah belum teratasi
P :anjutkan intrevrensi
- Pantau tanda gejala infeksi suhu ,leukosit,penurunan BB
- Berikan antibiotic sesuai advis dokter
- Gunakan teknik asetik selama berinteraksi dengan klien.
- Bersihkan incubator decara berkala.

1. 19-10-2014 S :-
O:klien tampak terpasang ventilator O2 2lt/mnt dengan SPO 2
14.00 90%,askultasi : ronchi
A: masalah teratasi
P :lanjutkan intervensi
- Berikan terapi O2 2lt/ mnt
- Jaga kepatenan jalan nafas(suction)
- Observasi ttv,cuping,hidung,retraksi dada,
- Posisikan klien semi fowler

2. 14.00 S :-
O:suhu 36,40 C
A:masalah teratasi sebagian
P :lanjutkan intervensi
- Atur suhu incubator sesuai indikasi
- Pantau ushu setiap 3 jam sekali

25
- Hindarkan bayi kontak langsung dengan sumber
panas/dingin
- Ganti popup bila basah.

3. 14.00 S :-
O: klien tampak masih terpasang infusumbilikel 5%
A:masalah belum teratasi
P :lanjutkan intervensi
- Monitor BB klien
- Monitor asupan intek dan output cairan
- Kaji kemampuan reflex hisap
- Pasang selang OGT
- Kolaborasi denagn ahli gizi untuk pemberian nutrisi

4. 14,00 S :-
O: hasil leukosit 24,7
A:masalah belum teratasi
P :lanjutkan intervensi
- Pantau tanda dan gejala infeksi suhu , leukosit, penurunan
BB
- Berikan antibiotic sesuai advis dokter
- Batasi jumlah pengunjung
- Gunakan teknik aseptic selama berinteraksi denagn klien
- Bersihkan incubator secaara berkala.

26
PENUTUP

A. KESIMPULAN

penulis menguraikan beberapa kesimpulan pada bayi dengan berat lahir yaitu bayi berat
lahir rendah BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang
masa gestasi, berat lahir rendah adalah ditimbang dalam 1 jam setelah bayi lahir

penanganan bayi dengan berat badan rendah tergantung pada besar kecilnya bayi.
Semakin kecil bayi akan semakin prematur bayi, maka semakin besar peralatan yang
diperlukan. karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi
harus dilakukan dalam faktor. Bayi dengan berat lahir rendah mempunyai kesulitan dalam
mempertahankan suhu tubuh titik bayi akan berkembang secara memuaskan, asal suhu rektal
dipertahankan antara 35,5 c SD 37 c. Bayar bayi rendah harus di asuh dalam suatu suhu di
lingkungan dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan suhu metabolik yang
minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan
pengendalian lingkungan secara seksama. Perawatan harus di atas 25 c bagi bayi yang berat
sekitar 2000 gram dan sampai 30 derajat c untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram
bayi dengan berat badan lahir rendah dirawat di dalam inkubator teknik prosedur perawatan
dapat dilakukan melalui jendela atau lengan baju sebelum memasukkan baik ke dalam
inkubator inkubator sudah dihangatkan 29, 4 derajat c untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan
32,2 derajat c untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang hal ini
memungkinkan pernafasan yang adekuat baik dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian
observasi terhadap pernafasan dan pemudah.

ekspedisi baru yang yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi BBLR akibat
tidak adanya alveoli dan surfaktan konsentrasi O2 yang diberikan sekitar 30 sampai 35%
dengan menggunakan hand box konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan
menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang menimbulkan kebutaan. bayi
prematur dengan berat rendah, mempunyai sistem imunologi yang kurang berkembang. Ia
mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan tubuh infeksi. untuk mencegah infeksi
berat harus menggunakan gaun khusus komposisi tangan sebelum dan sesudah merawat bayi.
memakai masker menggunakan gaun atau jasa pas kan semua aksesoris yang tidak boleh
masuk kamar bayi dalam keadaan infeksi dan sakit kulit.pemeriksaan makanan secara dini di
Ancol ikan untuk membantu mencegah terjadinya hipokalemia dan hiperbilirubin. ASI
merupakan pilihan pertama dapat diberikan melalui kateter sonde, terutama pada bayi yang
refleks isap dan menelannya lemah titik bayi berat lahir rendah secara relatif memerlukan
lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi premature.

27
SARAN

Demikianlah isi makalah ini, kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna dan banyak kekurangan baik dari segi bentuk maupun materi yang kami
uraikan.oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca untuk memperbaiki makalah selanjutnya.

28
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. 2005. Perawatan anak sakit, edisi 2 titik Jakarta. 2 EGC.


Prawirohardjo, Sarwono. 2005.
ILMU KEBIDANAN . Jakarta : YBP-SP.
Indra eriyanti. DKK. 2008.
Paket pelatihan pelayanan obstetri dan neonatal emergency komprehensif (PONEK) ;
asuhan neonatal esensial, Jakarta:JNK, KR,IDAI , POGI.
Judith m. Wilkinson dan nancy r. S 2012. Buku saku diagnosis keperawatan titik edisi 9
Jakarta: y GC Suryadi, Yuliani: ribu enam. Buku pegangan praktik asuhan keperawatan pada
anak.:. Jakarta: CV. Agung Seto; b,, HG titik 2005 buku ajar fundamental keperawatan:
konsep proses dan praktek. E 4 volt: Jakarta. 2 egc

29

Anda mungkin juga menyukai