Anda di halaman 1dari 36

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Media

1. Pengertian Berat Badan Lahir Rendah

Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan

berat kurang dari 2500 gram, tanpa memandang usia kehamilan (Proverawati,

2010).

BBLR ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari

2.500 gram (Arief, 2009).

Bayi Berat Badan Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat

badannya saat kelahiran kurang dari 2.500 gr (sampai dengan 2.499gr).

(Maryuani,2013).

2. Tanda dan gejala umum Berat Badan Lahir rendah (BBLR)

Menurut Maryunani (2013), tanda dan gejala umum yang lebih seksama

pada bayi dengan berat badan lahir juga dapat diperhatikan berikut ini :

a. Berat badan kurang dari 2500 gr.

b. Panjang badan kurang dari atau sama dengan 45 cm

c. Lingkar kepala kurang atau sama dengan 30 cm.

d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm.

e. Umur kehamilan kurang dari 33 cm.

f. Vernik kaseosa sedikit/tidak ada.


g. Jaringan lemak bawah kulit sedikit.

h. Tulang tengkorak lunak mudah bergerak.

i. Menangis lemah.

j. Kulit tipis, merah dan transparan.

k. Tonus otot hipotoni.

l. Letak kuping menurun.

m. Pembesaran dari satu atau dua ginjal.

n. Ukuran kepala kecil.

o. Masalah dalam pemberian makan (reflex menelan dan menghisap

berkurang).

p. Anemia.

q. Hiperbilirubinemia.

r. Suhu tidak stabil (kulita tipis dan transparan).

3. Manifestasi Klinis BBLR

Menurut Preverawati (2010), Secara umum gambaran klinis dari bayi

BBLR adalah :

a. Berat Kurang dari 2500 gram.

b. Panjang kurang dari 45 cm.

c. Lingkar dada kurang dari 30 cm.

d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm.

e. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.

f. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.


g. Otot hipotonik lemah.

h. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea.

i. Ekstermitas : paha abduksi, sendi kulit/ kaki fleksi-lurus.

j. Kepala tidak mampu tegak.

k. Pernapasan 40-50 kali/menit.

l. Nadi 100-140 kali/menit.

BBLR menunjukan belum sempurnanya fungsi organ tubuh dengan

keadaannya lemah , yaitu sebagai berikut :

a. Tanda-tanda bayi kurang bulan (KB) :

1) Kulit tipis dan mengkilat.

2) Tulang rawan telingga sangat lunak, karena belum terbentuk dengan

sempurna.

3) Lanugo (rambut halus/lembut) masih banyak ditemukan terutama pada

pungung.

4) Jaringan payudara belum terlihat, putting masih berupa titik.

5) Pada bayi laki-laki, skrotum belum banyak lipatan, testis kadang

belum turun.

6) Pada bayi perempuan, labio mayora belum menutupi labio minora.

7) Rajah telapak tangan kurang dari 1/3 bagian atau belum terbentuk.

8) Kadang disertai dengan pernafasan yang tidak teratur.

9) Aktivitas dan tangisnya lemah.

10) Refrek menghisap dan menelan tidak efektif.


b. Tanda –tanda bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK):

1) Umur bayi dapat cukup, kurang atau lebih bulan, tetapi bertanya

kurang dari 2500 gram.

2) Gerakannya cukup aktif, tangisan cukuo kuat.

3) Bila kurang bulan, jaringan payudara kecil, putting kecil, bila cukup

bulan, payudara dan putting sesuai masa kehamilan.

4) Kulit keriput, lemak bawah kulit tipis.

5) Bayi laki-laki tetis mungkin teah turun.

6) Bayi perempuan bila cukup bulan labio mayora menutupi labio

mayora.

7) Rajah telapak kaki lebih dari 1/3 bagian.

8) Menghisap cukup kuat.

4. Klasifikasi Bayi Baru Lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah

Menurut Provawati (2010), Bayi Berat Lahir Rendah dapat di

klasifikasikan menjadi 3, yaitu:

a. BBLR (berat badan lahir rendah) Yaitu berat badan lahir < 2.500 gram

b. BBLSR (berat badan lahir sangat rendah) Yaitu berat badan lahir antara

1.000 – 1.500 gram

c. BBLASR (berat badan lahir amat sangat rendah) Yaitu berat badan lahir <

1.000 gram.
5. Golongan bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah

Menurut Provawati (2010), Berat Badan Lahir Rendah dapat dibagi

menjadi 2 golongan, yaitu :

a. Prematuritas Murni

Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai

dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonates

kurang bulan. Sesuai mada kehamilan (NKB-SMK)

b. Dismaturitas

Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya

untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan

intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya

(KMK).

6. Etiologi pada Bayi Baru lahir Rendah

Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran Prematur. Faktor

ibu yang lain adalah umur , paritas , dan lain-lain. Faktor plasenta seperti

penyakit vaskuler, kehamilan kembar /ganda, serta faktor janin merupakan

penyebab terjadinya BBLR ( Pantiawati, 2010).

Menurut Pantiawati (2010), faktor-faktor yang dapat

menyebabkan terjadinya Berat Badan Lahir Rendah, yaitu antara lain:

a. Faktor Ibu

1) Toksemia gravidarum

2) Perdarahan anterpartum
3) Trauma fisik dan psikologis

4) Nefritis akut

5) Diabetes melitus

6) Umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

7) Jarak dua kehamilan yang terlalu dekat

b. Faktor Janin

1) Kehamilan ganda

2) Kelainan kromosom

3) Hidramnion

c. Keadaan sosial ekonomi yang rendah

d. Sebab lain

1) Ibu yang perokok

2) Ibu peminum alcohol

3) Ibu pencandu narkotik

e. Faktor lingkungan

1) Tempat tinggal dataran tinggi

2) Radiasi

3) Zat –zat racun


7. Karakterisrtis BBLR

Menurut Arief (2009), kerakteristis terbagi menjadi 2 yaitu:

a. Prematur Murni

1) Berat badan kurang dari 2500 gram, pb 45 cm, lingkar kepala kurang

dari 33 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm.

2) Masa gestasi kurang dari 37 minggu.

3) Kulit tipis dan transparan, tampak mengkilat dan licin.

4) Kepala lebih dari badan.

5) Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis,telinga dan tangan.

6) Lemak subkutan kurang.

7) Ubun –ubun dan sutura lebar.

8) Rambut tipis, halus.

9) Tulang rawan dan daun telingga immature.

10) Putting susu belum terbentuk dengan baik.

11) Pembulu darah kulit banyak terlihat,peristaltik usus dapat terlihat.

12) Genetalia belum sempurna, labia, minora belum tertentu oleh labio

mayora (pada wanita), testis belum turun (pada laki-laki).

13) Bayi masih posisi fetal.

14) Pergerakan kurang dan lemah.

15) Otot masih hipotonik .

16) Refreks tonic neck lemah.

17) Refreks menghisap dan menelan belum sempurna.


b. Dismatur

Pe term sama dengan bayi prematur murni.

Post term antara lain :

1) Kulit pucat/benod,tipis.

2) Vernix caseosa tipis/tidak ada.

3) Jaringan lemak dibawah kulit tipis.

4) Bayi tampak gesit, aktif dan kuat.

5) Tali pusat berwarna kunung kehijauan.

8. Komplikasi

Menurut maryunani (2013) beberapa komplikasi yang bia terjadi pada

bayi prematur atau bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), antara lain :

a. Beberapa literatur mengurangi komplikasi yang bisa terjadi pada bayi

dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dengan menyebutkan nama

penyakit-penyakit yang sering diderita bayi dengan berat badan lahir

rendah (BBLR), berikut ini :

1) Sindroma distress respiratori idiopatik:

Sindroma distress respiratori antara lain dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Terjadi pada 10% bayi kurang bulan .

b) Nampak konsolidasi paru pregresif akibat kurangnya surfaktan yang

menurunkan tegangan permukaan di alveoli dan mencegah kolaps.

c) Pada waktu atau segera setelah lahir bayi akan mengalami:

(1) Rintihan waktu inspirasi.


(2) Napas cuping hidung.

(3) Kecepatan respirasi lebih dari 70 / menit.

(4) Tariakn waktu insipirasi pada sternum (tulang dada).

d) Nampak gambaran sinar-X dada yang khas bronkogram udara dan

pemeriksaan gas darah menunjukkan:

(1) Kadar oksigen anteri menurun .

(2) Konsentrasi CO2 meningkat.

(3) Asidosis metabolik.

e) Penatalsanaan :

(1) Pemberian oksigen yang dilembabkan.

(2) Pemberian antibiotika.

(3) Pemberian bikarbonas intervena.

(4) Pemberian makanan intervena.

(5) Mungkin diperlukan tekanan jalan positif berkelanjutan

mengunakan pipa endotrakea,atau

(6) Dibutuhkan pernafasan buatan timbul gagal nafas dengan

pernafasan tekanan positif berkelanjutan .

2) Takipnea selintas pada bayi baru lahir:

Berikut ini adalah beberapa penjelasan mengenai takipnea selintas pada

bayi baru lahir:


a) Paru sebagai kurang badan dan bahkan bayi cukup bulan tetap

edematous untuk beberapa jam setelah lahir dan menyebabakan

takipnea.

b) Keadaan ini tidak berbahaya, biasanya tidak akan menyebabkan

tanda-tanda distress respirasi lain dan membaik kembali 12-24 jam

setelah melahirkan.

c) Perdarahan intraventrikular terjadi pada bayi kurang bulan yang

biasanya lahir normal.

d) Perdarahan inrtavenktrikular dihubungkan dengan sindroma distress

respiratori idiopatik dan Nampaknya berhubungan dengan hipoksia

pada sindroma distress respirasi idiopatik.

e) Bayi lemas dan mengalami serangan apnea.

3) Fibroplasias retrolental :

Berikut ini adalah beberapa penjelasan mengenai fibroplasias

retrolental:

a) Oksigen konsentrasi tinggi pada daerah arteri berakibat pertumbuhan

jaringan serat atu fibrosa dibelakang lensa dan pelepasan retina yang

menyebabkan kebutaan.

b) Hal ini dapat dihindari mengunakan konsentrasi oksigen di dibawah

40% (kecuali bayi yang membutuhkan lebih dari 40% ).

c) Sebagian besar incubator mempunyai control untuk mencegah

konsentrasi oksigen naik melebihi 40% teteapi lebih baik


mengunakan pemantauan oksigen perkutan yang saat ini mudah

didapatkan untuk memantau tekanan oksigen arteri bayi .

4) Serangan apnea :

Berikut inu adalah beberapa penjelasan mengenai serangan apnea:

a) Serangan apnea disebabkan ketidakmampuan fungsional pusat

pernafasan atau ada hubungannya dengan hipoglikemia atau

perdarahan intracranial.

b) Irama pernapasan bayi tak teratur dan diselingi periode apnea.

c) Dengan mengunakan pemantaun apnea dan membeikan oksigen

pada bayi dengan pemompaan segera bila timbul apnea sebagaian

besar bayi akan dapat bertahan dari serangan apnea, meskipun apnea

ini mungkin berlanjut selama beberapa hari atau minggu.

d) Perangsang pernapasan seperti aminofilin mungkin bermamfaat.

5) Enterokolitis nektorik (necrotizing enterocolitis / NAC) :

Berikut ini adalah beberapa penjelasan mengenai Enterokolitis netrotik:

a) Kadaan ini tumbuh terutama pada bayi kurang bulan dengan riwayat

asfiksia.

b) Dapat juga terjadi setelah transfuse tukar.

c) Gejalanya: Kembung,muntah,keluar darah dari rectum dan bercak

cair, syok usus dan usus mungkin mengalami perforasi.

d) Pengobatan diberikan pengobatan gentamisin intervena, kanamisin

oral.
e) Hentikan minuman oral dan berikan pemberian makanan intravena.

f) Mungkin diperlukan pembedahan.

b. Literatur lainnya menguraikan komplikasi yang bisa terjadi pada bayi

dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dengan menyebutkan gejala-

gejala umum atau tanda klinis yang biasa terjadi pada bayi dengan berat

badan lahir rendah (BBLR) berikut ini :

1) Hipotermia

Tanda klinis hipoternia antaralain :

a) Suhu tubuh di bawah normal.

b) Kulit dingin.

c) Akral dingin

d) Sianosis

2) Sindroma gawat nafas

Tanda klinis sindrom gawat nafas, antara lain :

a) Pernafasan cepat.

b) Sionosis perioral.

c) Merintih waktu ekspirasi.

d) Retraksi substernal dan interkosta.

3) Hipoglikimia

Tanda klinis hipoglikimia antara lain:

a) Gemetar atau tremor,

b) Cianosis
c) Apatis.

d) Kejang.

e) apnea intermiten.

f) tangisan lemah atau melengkung.

g) kelumpuhan atau latergi.

h) terdapat gerakan pusat mata.

i) keringat dingin.

j) hipotermia.

k) Gagal jantung dan henti jantung ( sering berbagai gejala muncul

bersama-sama).

4) Perdarahan intra kranial

Tanda dan gejala klinis perdarahan intrakranial:

a) Kegagalan umum untuk bergerak normal.

b) Refrek moro menurun atau tidak ada.

c) Tonus otot menurun atau idak ada.

d) Pucat dan Sianosis.

e) Apnea.

f) Kegagalan menetek dengan baik.

g) Muntah yang kuat.

h) Tangisan bernada tinggi dan tajam.

i) Kejang.

j) Kelumpuhan.
k) Fentanela mayor mungkin tegang dan cembung.

l) Pada sebagian kecil penderita mungkin tidak ditemukan manifestasi

klinis sedikitpun.

5) Rentan terhadap infeksi

Bayi premature mudah menderita infeksi karena imunitas humoral

dan seluler masih kurang hingga bayi mudah menderita infeksi, selain

itu karena kulit dan selaput lender membrane tidak memiliki

perlindungan seperti bayi cukup bulan.

6) Hiperbilirubinemia.

Tanda klinis hiperbilirubinemia antara lain:

a) Skera, pucat hidung, sekitar mulut, dada, perut, ekstremitas berwarna

kuning.

b) Latargi.

c) Kemampuan menghisap menurun.

d) Kejang.

7) Kerusakan integritas kulit

a) Lemak subkutan kadang kurang sedikit.

b) Stuktur kulit belum matang dan rapuh.

c) Senibilitas yang kurang akan memudahkan kerusakaan integritas

kulit terutama pada daerah yang sering tertekan.


9. Diagnosis pada bayi dengan berat badan lahir rendah

Menurut walyani (2014), diagnosis dan gejala klinik dibagi dua yaitu :

a. Sebelum Bayi Lahir

1) Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus

prematurus dan Lahir mati.

2) Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.

3) Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih

lambat walaupun kehamilan sudah angka lanjut.

4) Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut yang

seharusnya

5) Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula

dengan Hidramnion, hipermisis gravidarum dan pada hamil lanjut

dengan pendarahan Antepartum.

b. Setelah Bayi Lahir

1) Bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin.

2) Secara klasik tampak seprti bayi yang kelaparan, tanda-tanda bayi nya

tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas, kulit tipis dan kering.

3) Bayi prematur

Vernik caseosa ada, jaringan lemak bawah kulit, sedikit, menangis

lemah, tonus otot hipotoni, kulit tipis, kulit merah dan transparan.
10. Manifestasi klinik atau gambaran klinis BBLR apabila dilihat dari

persistem tubuh, yakni sebagai berikut:

No Sistem tubuh Gambaran klinis BBLR


1 Fisik a. Bayi kecil.
b. Pergerakan kurang dan masih
lemah.
c. Kepala lebih besar dari pada badan.
d. Berat badan kurang dari <2500 gr.
2 Kulit dan kelamin a. Kulit tipis dan transparan .
b. Lanugo banyak.
c. Rambut halus dan tipis.
d. Genetalia belum sempurna.
3 Sistem syaraf b. Refreks moro.
c. Refreks menghisap, menelan, dan
batuk belum sempurna.

4 Sistem maskuloskeletal a. Oksifikasi tengkorak sedikit.


b. Ubun-ubun dan saluran lebar.
c. Tulang rawan elastis kurang.
d. Otot-otot masih hipotonis.
e. Tungkai abduksi.
f. Sendi lutut dan kaki fleksi.
g. Kepala menghadap satu jurusan.
5 Sistem a. Pernafasan belum teratur, sering
apnoe.
b. Frekuensi nafas bervariasi.

Sumber Maryunani (2013).


11. Faktor-Faktor yang mempengaruhi BBLR

Menurut preverawati (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi BBLR

ialah : Penyebab terjadinya bayi BBLR secra umum bersifat

multifactorial,sehingga kadang mengalami kesulitan untuk melakukan

tindakan pencegahan. Namun, penyebab terbanyak terjadinya bayi BBLR

adalah kelahiran prematur. Semakin muda usia kehamilan semakin besar

resiko jangka pendek dan jangka panjang dapat terjadi.

Berikut adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR

aecara umum yaitu sebagai berikut :

a. Faktor ibu

1) Penyakit

a) Mengalami komplikasi kehamialn,seperti: anemia sel berat,

perdarahanante partum, hipertensi, preeclampsia berat, eklampsia,

infeksi selama kehamilan ( infeksi kandung kemih dan ginjal).

b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,

HIV/AIDS.

2) Ibu

a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia

<20 tahun atau lebih dari 35 tahun.

b) Kehamilan ganda (multi gravida ).

c) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek ( kurang dari 1

tahun).
d) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.

3) Keadaan sosial ekonomi

a) Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah.

b) Mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam tanpa istirahat.

c) Keadaan gizi yang kurang.

d) Pengawasan antenatal.

e) Kejadian prematuritas pada bayi yang terlahir perkawinan yang

tidak sah, yang ternyata lebih bila dibandingkan dengan yang lahir

perkawinan yang sah.

4) Sebab Lain

a) Ibu perokok

b) Ibu preminum alkhol

c) Ibu pecandu obat narkotik

d) Pengunaan obat antimetabolik.

b. Faktor janin

1) Kelainan kromosom ( trisomy autosomal).

2) Infeksi janin kronik ( inklusi sitomegali, rubella bawaan ).

3) Disautonomia familial.

4) Radiasi.

5) Kehamilan ganda/ kembar ( gemili).

6) Aplasia pancreas.
c. Faktor plasenta

1) Berat plasenta berkurang atau berongga atau kedua (hidramnion).

2) Luas permukaan berkurang.

3) Plasentitis vilus (bakteri,virus, dan parasite).

4) Infark

5) Tumor (korioangioma, mola hidatidosa).

6) Plasenta yang lepas.

7) Sindrom plasenta yang lepas.

8) Sindrom transfusi bayi kembar (Sindrom parabiotik).

d. Faktor lingkungan

1) Bertempat tinggal di dataran tinggi.

2) Terkena radiasi

Berdasarkan tipe BBLR, penyebab terjadinya bayi BBLR dapat

digolongkan menjadi sebagai berikut:

a. BBLR tipe KMK, disebabkan oleh:

1) Ibu hamil yang kekurangan nutrisi

2) Ibu memiliki hipertensi, preeklamsia, atau anemia.

3) Malaria kronik, penyakit kronik.

4) Ibu hamil merokok.

b. BBLR tipe Prematur, disebabkan oleh :

1) Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja, kehamilan

kembar.
2) Pernah melahirkan bayi premature sebelumnya.

3) Cervical imcompetence (mulut Rahim yang lemah hingga tak mampu

menahan berat bayi dalam Rahim)

4) Perdarahan sebelum atau saat persalinan (antepartum hemorrhage)

5) Ibu hamil yang sedang sakit.

6) Kebanyakan tidak di ketahui penyababnya.

Menurut Maryunani (2013), Faktor-Faktor yang mempengaruhi dan

perlu diperhatiakan untuk mencegah BBLR:

a. Status gizi ibu sebelum dan selama kehamilan.

b. Periode gestasi paling sedikit 8 bulan, jika paling ideal antara 18-36

bulan, jika pernah terjadi komplikasi.

c. Umur ibu, antara 20-35 tahun adalah umur-umur palimg baik untuk

kehamilan.

d. Jumlah kehamilan dimana paling ideal adalah kurang dari 4.

e. Pemeriksaan kehamilan, palimg sedikit 3 kali kunjungan. Kunjungan

pertama segera setelah diketahui adanya kehamilan.

Menurut Pantiwati (2010), pada kasus bayi berat badan lahir rendah

(BBLR) Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu:

a. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali

selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda.

Ibuhamil yang diduga berisiko, terutama faktor resiko yang mengarah


melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada

institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.

b. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin

dalam Rahim. Tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri

selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin

yang dikandung dengan baik.

c. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur

reproduksi sehat (20-34 tahun).

d. Perlu dukungan sector yang terkait untuk turut berperan dalam

meningkatkan pendidikan ibu status ekonomi keluarga agar mereka dapat

meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan gizi

ibu selama hamil.

12. Penanganan BBLR

Menurut Amirudin (2014), ketika seorang ibu melahirkan bayi BBLR

berikut langkah-langkah penanganannya:

a. Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat

Karena bayi BBLR mudah mengalami hipotermia, maka itu susu

tubuhnya dipertahankan dengan ketan.

Cara mempertahankan suhu tubuh bayi BBLR dan penanganannya

jika lahir di puskesmas atau di petugas kesehatan adalah sebagai berikut:

1) Keringkan badan bayi BBLR dengn handuk hangat.


2) Kain yang basah secepatnya diganti dengan yang kering dan hangat

dan pertahankan tubuhnya tetap hangat.

3) Berikan lingkungan hangat dengan cara kontak kulit ke kulit dan

bungkus bayi BBLR dengan kain hangat.

4) Beri lampu 60 watt dengan jarak minimal 60 cm dari bayi.

5) Beri oksigen.

6) Tali pusat dalam keadaan bersih

b. Mencegah infeksi dengan ketat.

Bayi BBLR sangat rentan akan infeksi, maka prinsip-prinsip

pencegahan.

Kebutuhan cairan untuk bayi lahir adalah 120-150 ml/kg/hari atau

100-120 cal/kg/hari. Pemberian dilakukan secara bertahap sesuai dengan

kemampun bayi untuk segera mungkin mencukupi kebutuhan

cairan/kalori. Selain itu kapasitas lambung bayi BBLR sangat kecil

sehingga minum harus sering diberikan tiap jam. Perhatikan apakah

selama pemberian minum bayi menjadi cepat lelah, menjadi biru atau

perut membesar/kembung.

Sedangkan menurut Walyani (2014), penanganan bayi berat lahir

rendah adalah :

1) Mempertahankan suhu dengan ketat

Bayi berat lahir rendah mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu

suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat.


2) Mencegah infeksi dengan ketat

Dalam penanganan bayi baru lahir rendah harus memperhatikan

prinsip-prinsip pencegahan infeksi karena sangat rentan. Salah satu

cara pencegahan infeksi yaitu dengan mencuci tangan sebelum

memegang bayi.

3) Pengawasan nutrisi/ASi

Refreks menelan dari bayi dengan berat lahir rendah belum sempurna

oleh karena itu pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat.

4) Penimbangan ketat

Penimbangan berat badan harus dilakukan secara ketat karena

peningkatan berat badan merupakan salah satu kondisi gizi/nutrisi bayi

dan erat dengan daya than tubuh.

13. Pembagian Berat Badan Bayi Baru Lahir dan umur Kehamilan

(GESTASI)

Menurut maryanani (2013), beberapa bembagian Berat badan baru lahir

dan umur infeksi termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi.

a. Pengawasan nutrisi (ASI)

Reflex menelan bayi BBLR belum sempurna dan sangat lemah, sehingga

pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat. Sebagai langkah awal

jika bayi BBLR belum bisa menelan segera rujuk (Rujuk ke rumah sakit

jika bayi BBLRnya di Puskesmas.


b. Penimbangan ketat.

Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat

kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat

badan harus dilakukan dengan ketatkehamilan (GESTASI) :

c. Pengantar :

1) Istilah Prematur sejak lama digunakan untuk menyatakan janin atau bayi

sebelum umur gestasi 37 minggu dan sebaiknya menggunakan isitilah

prematur unutuk menyatakan fungsi.

2) Pembagian umur kehamilan dalam tiga kelompok yaitu :

(1) Preterm: kurang dari 37 minggu.

(2) Term: Mulai 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu .

(3) Post term: 42 minggu atau lebih.

3) Untuk menentukan apakah bayi baru lahir tersebut prematur, matur

normal, besar untuk masa kehamilan dapat dipakai.

d. Tabel pembagian berat badan lahir bayi baru lahir dalam kehamilan:

<38 minggu 38-42 minggu <42 minggu


Lebih dari 90 Preterm LGA Term LGa Post term LGA
persentil
10-90 persentil Preterm AGA Term AGA Post aterm AGA
Kurang dari 10 Preterm SGA Term SGA Post aterm SGA
persentil

Sumber :Maryunani (2013).


e. Keterangan :

1) Pada table di atas berat badan bayi matur normal dan bayi prematur

terletak diantara 10 dan 90 persentil.

2) Pada bayi yang kecil masa kehamilnnya beratnya di bawah 10 persentil.

3) Bila berat di atas 90 persentil, disebut berat masa kehamilan.

4) Bayi postmatur bila kelahirannya terjadi pada kehamilan > 42 minggu.

14. Penatalaksanaan umum BBLR.

Menurut maryunani (2013), ada beberapa tatalaksana yang perlu

dipersiapkan dan diantisipasikan dalam merawat bayi yang lahir dengan berat

badan lahir rendah (BBLR) secara umum, antara lain berikut ini :

a. Tatalaksana bayi BBLR yang disebabkan oleh prematuritasndi ruang

bersalin :

1) Persalinan harus dilakukan dirumah sakit yang memiliki peralatan

yang lengkap dan staf/petugas yang baik/terlatih.

2) Resusitasi dan stabilitasi memerlukan ketersedian staf/petugas dan

peralatan yang memadai secara cepat.

3) Oksigenisasi yang memadai dan pemeliharaan temperatur sangat

penting.

4) Asuhan ibu.

5) Bayi memakai topi.


b. Tatalaksana umum neonatus BBLR.

1) Pengaturan suhu tubuh bayi.

a) Pengaturan temperature tubuh di tujukan untuk mencapai

lingkungan temperature netral sesuai dengan protocol.

b) Pengaturan suhn tubuh bayi dengan suhu:

(1) Bayi <2 kg adalah 35°C

(2) Bayi 2-2,49 kg adalah 34°C

c) Suhu incubator dapat diturunkan 1 °C perminggu untuk bayi di

atas 2 kg.

d) Bila incubator tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan

membungkus bayi dan meletakan botol-botol hangat disekitarnya.

2) Terapi oksigen dan bantuan ventilasi (jika perlu).

3) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit : terapi cairan

dan elektrolit harus menggantikan IWL (insensible Water Loss) serta

mempertahankan hidrasi yang baik serta konstrasi glukosa dan

elektrolit plasma normal.

4) Pemberian nutrisi yang cukup:

a) Nutrisi bayi prematur dengan BBLR mungkin memerlukan

pemberian asupan yang seksama, dan bahkan ada BBLR yang

memerlukan asupan dengan sonde atau nutria parental.


b) Cara pemberian nutrisi pada bayi BBLR:

(1) Jumlah cairan yang diberikan pertama kali adalah 1-5 ml/jam

(2) Banyaknya cairan yang diberikan adalah 60 ml/kg/hari.

(3) Setiap hari dinaikkan sampai 200 ml/kg/hari pada akhir minggu

kedua.

c) Hal yang perlukan diperhatikan selama pemberian minum untuk

mencegah pneumonia aspirasi :

(1) Bayi diletakan disisi kanan untuk bantu mengosongkan

lambung, atau dalam posisi setengah duduk dipangkuan.

(2) Perawat atau dengan meninggikan kepala dan bahu 30°C di

tempat tidur bayi.

(3) Pada waktu minum harus diperhatiakn apakah bayi menjadi

biru, sa ganguan pernafasan atau perut gembung.

(4) Untuk mencegah perut gembung, bayi diberikan minum

sedikit-sedikit, perlahan dan hati-hati.

(5) Penambahan susu tidak boleh lebih dari 30 ml sehari atau

tidaka boleh lebih dari 5 ml tiap kali pemberian.

(6) Sesudah minum bayi didukukkan atau diletakan di atas pundak

selama 10-15 menit untuk mengeluarkan udara di lambung.


(7) Pengolahan Hiperbilirubinemia

(a) Hiperbilirubinemia biasanya dapat ditangani secara efektif

dengan pemantauan seksama kadar bilirubin dan

pelaksanaan terapi sinal.

(b) transfuse tukar mungkin diperlukan dalam kasus berat .

5) Pencegahan dan penanganan infeksi

a) Pencegahan infeksi :

Beberapa pencegahan infeksi pada BBLR yang dilakukan antara

lain:

(1) Dipisahkan antara bayi yang kena infeksi dengan yang tidak

infeksi.

(2) Mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi.

(3) tempat tidur bayi.

(4) Membersikan ruangan.

(5) Memandikan bayi, bersikan tali pusat.

(6) Petugas memakai pakaian yang telah disediakan.

(7) Pengunjung hanya boleh melihat dari kaca.

b) Penanganan infeksi :

(1) Penanganan infeksi dengan antibiotik yang tepat.

(2) Antibiotika spectrum luas dapat diberikan jika ada kecurigaan

kuat adanya infeksi.


(3) Pertimbangan antibiotika anti staphilokokus harus yang telah

sejumlah besar prosedur atau yang sudah di rawat dalam waktu

lama di rumah sakit.

6) Pengawasan terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus/Duktus

Arteriosus Paten) :

a) tatalaksana awal PDA pada BBLR biasanya bersifat konservatif,

oksigen yang memadai, pembahasan cairan dan diuretika.

b) pada kasus yang berat antiprostaglandin seperti indomethacine

mungkin di perlukan

c) Pada kasus yang sangat berat, ligase melalui pembedahan mungkin

diperlukan.

15. Prognosis BBLR

Menurut Maryunani (2013), Prognosis BBLR yaitu :

a. Prognosis tergantung berat ringannya masalah prenatal, misalnya masa

gestasi (makin muda masa gestasi / makin rendah berat bayi, makin tinggi

angka kematian)

b. Selain itu juga tergantung dari keadaan sosialn ekonomi, pendidikan orang

tua dan perawatan saat hamil, persalinan dan perawatan post-natal

(pengaturan suhu lingkungan, resusitasi, nutrisi, mencegah infeksi,

mengatasi ganguan pernafasan, asfiksia, huperbilirubinemia, dan lain-lain0

c. Mortalitas bayi prematur / BBLR menarik perhatian para sarjana di seluruh

dunia.
1) Angka kematiannya sulit untuk diturunkan .

2) Kadang-kadang ada bayi yang sangat kecil, akan tetapi bisa hidup.

3) Tentang bayi prematur ini perlulah diusahakan kehidupannya, memang

banyak debilitas pada anak prematur ( 1Q kurang dari 40) tetapi ternyata

ada bayi premature lebih rendah sedikit dari pada bayi normal (kira-kira

90).

d. Pada saat ini harapan hidup bayi dengan berat 1501-2500 gr masih

mempunyai angka kematian yang tinggi.

e. Kematian diduga karena dysplasia bronkhopulmanol ,enterokolitis

nekrotikans, atau infeksi sekunder, asfiksia / iskemia otak, sindroma

ganguan nafas, perdarahan intrafentrikuler, retrolental fibroplasia, ganguan

metabolic ( asidosis, hipoglikemis, hiperbilirubinemia).

f. BBLR yang tidak mempunyai cacat bawaan selama 2 tahun prtama akan

mengalami pertumbuhan fisik yang mendekati bayi cukup bulan dengan

berat sesuai masa gestasi.

g. Pada BBLR, mukin imatur dab rendah berat lahir nbayi, makin besar

kemungkinan cerdasan berkurang dan ganguan neurologik.


16. Tabel 1 : Penilaian dengan Apgar

Skor 0 1 2
Seluruh tubuh
A: Appearence color Badan merah,
Pucat kemerah-
(warna kulit) ekstremitas biru
merahan
P: Pulse (heart rate)
Tidak ada Di bawah 100 Di atas 100
(frekuensi jantung)
G : Grimace (reaksi
Sedikit gerakan Menangis,
terhadap Tidak ada
mimic batuk/ bersin
rangsangan)
Ekstremitas
A : Activity (tonus otot) Lumpuh dalam fleksi Gerakan aktif
sedikit
R: Respiration (usaha Lemah, tidak Baik,
Tidak ada
napas) teratur menangis kuat.

Sumber : (Nanny, 2013).

Nilai APGAR pada umumnya dilaksanakan pada 1 menit dan 5 menit

sesudah bayi lahir. Tapi penilaian harus dimulai segera sesudah bayi lahir.

Apabila bayi memerlukan intervensi berdasarkan penilaian pernapasan,

denyut jantung atau warna kulit maka penilaian ini harus dilakukan

segera.Intervensi yang harus dilakukan jangan sampai terlambat karena

menunggu hasil penilaian APGAR 1 menit.


17. Tabel 2.Suhu incubator sesuai dengan berat badan bayi

Berat badan Bayi (gr) Suhu Incubator (°C)


1000 35
1500 34
2000 33, 5
2500 33, 2
3000 33
4000 32, 5

Sumber( walyani 2015).

B. Manajemen Kebidanan SOAP

1. Pengertian manejemen kebidanan SOAP

Pendokumentasian SOAP merupakan kepanjangan dari Subjektif,

Objektif,Assesment,Pleaning.SOAP merupakan catatan yang bersifat

sederhana,jelas,ligis,dan singkat.Prinsip metode ini merupakan proses

pemikiran penatalaksaan manajemen kebidanan, Format SOAP umunya

digunakan untuk pengkajian awal pasien. (Yeyeh,2015).

2. Langkah-langkah manajemen kebidanan SOAP, semua data dan

penatalaksanaan berdasarkan teori medis :

a. Data Subjektif (S)

Menurut Walyani (2015), Data Subjektif antara lain :

1) Mengambarkan pendokumentasian pengumpulan data klien melalui

anamnesa .
2) Tanda gejala sebjektif yang diperoleh dari hasil bertanya pada klien,

suami atau keluarga (identitas umum,keluhan,riwayat menarche,

riwayat perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat persalinan, riwayat

kb, riwayat penyakit keluarga,riwayat penyakit keturunan , riwayat

psikososial,pola hudup).

3) Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang klien.

Ekspresi pasein mengenai kehawatiran dan keluhannya di catat sebagai

kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa.

Pada orang yang bisu, dibagian data belakang ‘’S’’ diberi tanda “O”

atau ‘’X’’ ini menandakan orang bisu. Data subjektif menguatkan

diagnose yang dibuat.

b. Data Objektif (O)

Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi yang

jujur, hasil pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/

pemeriksaan diagnostic lain.

Catatan medic dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat

dimasukan dalam data objektif ini sebagai data penunjang. Data ini akan

memberikan bukti gejala klinis pasien dan data fakta yang berhubungan

dengan diagnose. Data fisiologis, hasil observasi yang jujur informasi

kajian teknologi (hasil laboratorium, sianl X, rekaman CTG, USG dan lain-

lain) dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukan dakam
kategori ini. Apa yang dapat diobservasi oleh bidan akan menjadi

komponen yang bearti dari diagnose yang akan ditegakan. (Asih,2016).

c. Assesment (A)

Menurut walyani (2015), Assement sebagai berikut :

1) Masalah atau diagnosa yang ditegakan berdasarkan data atau informasi

subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau disimpilkan.karena

keadaan klien retus berubah dan selalu ada informasi baru baik sebjektif

maupun objektif, maka proses pengkajian adalah suatu proses yang

dinamik, sering menganalisa adalah sesuatu yang penting dalam

mengikuti perkembangan klien.

2) Mengambarkan pendokumrntasian hasil analisa dan interpretasi data

subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi:

a) Diagnosa/masalah

(1) Diagnosa adalah rumusan dari hasil pengkajian mengenai kondisi

klien:hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir. Berdasarkan hasil

analisa yang diperoleh.

(2) Masalah adalah segala sesuatu yang menyimpang sehingga

kebutuhan klien tergangu.

b) Antisipasi masalah lain/diagnose potensial.


d. Planning (P)

Planing adalah menbuat rencana asuhan saat ini dan akan datang,

untuk megusahakan tercapainya kondisi pasien yang mungkin atau

menjaga/mempertahankan kesehatan kesejahteraannya. Proses ini termasuk

kriteria tujuan tertentu dari kbutuhan pasien yang harus dicapai dalam batas

tertentu, tindakan yang diambil harus membantu pasien mencapai

kemajuan dalam kesehatan dan harus mendukung rencana dokter jika

melakukan kolaborasi .(Asih,2016).

Menurut Asih (2010),Standar Nomenklatur diagnosis kebidanan :

1) Diakui dan telah disahkan oleh profesi.

2) Berhubungan langsung dengan praktis kebidana.

3) Memiliki ciri khas kebidanan.

4) Didukung oleh Clinical judgenmant dalam praktik kebidanan.

5) Dapat diselesaikan dengan pendektan manajemen kebidanan.


C. Kerangka SOAP .

Input Proses Output

Asuhan kebidanan
manajemen SOAP
S: Bayi Ny….Umur…Ibu
mengatakan berat badan bayi
lahir rendah, ibu mengatakan
bayi menagis lemah, ibu
mengatakan kulit bayi
tampak merah, tipis dan
transparan, ibu mengatakn
suhu tubuh bayi tidak stabil
O: Pemeriksaan umum :
apgar scor ….,LK….LD…
…,PB…,BB…,
Pemeriksaan fisik :tidak
normal
Pemeriksaan penunjang :
A:Asuhan kebidanan pada
By…Ny…Umur…Hari Usia
…P…A…dengan berat
Hasil Asuhan
badan bayi lahir rendah (
Kebidanan :
BBLR) di ruangan perinatal
1. Keadaan umum
RSUD dr.M.yunus Bengkulu
dan tanda-tanda
Bayi baru Lahir P: Memberitahukan hasil
vital normal.
dengan berat badan penemuan, memberitah ibu
2. Suhu tubuh bayi
rendah (BBLR) untuk menegringkan bayi,
mulai mulai
memberitahukan ibu cara
stabil.
memberikan lingkungan yang
3. Berat badan bayi
hangat dan bagaimana cara
bertambah
kontak kulit ke kulit yang di
4. Tangapan pasien
bungkus dengan kain hangat,
terhadap
memberitahukan ibu untuk
penjelasan baik.
memberikan lampu 6 watt
dengan cara jara minimal 60
cm ke bayi , meberitahu ibu
bagaimana melakuakn
perawatan tali pusat yang
benar

Anda mungkin juga menyukai