Anda di halaman 1dari 17

KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas (puerperium)
yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang
lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak,2010).
Masa nifas atau masa purpenium adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah
kira-kira 6-8 minggu (Manjoer, A dkk, 2001). Akan tetapi seluruh alat genetal baruh pulih kembali
seperti sebelumnya ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Ilmu kebidanan, 2007).
Masa nifas adalah priode sekitar 6 minggu sesudah melahirkan anak, ketika alat-alat
reproduksi tengah kembali ke kondisi normal (Barbara F. Weller,2005).
Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat
serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam (Saifuddin,2002).
Post partum adalah masa pulih kembali dari persalinan sampai alat-alat kandung kembali
seperti sebelum hamil, lama massa nifas yaitu 6-8 minggu (Rustam,1991)
Jadi dapat disimpulkan bahwa masa nifas atau post partum adalah masa setelah kelahiran
bayi pervagina dan berakhir setelah alat-alat kandungan kembali seperti semula tanpa adanya
komplikasi.

B. Etiologi
Masa nifas terjadi setelah adanya proses persalinan. Post partum/masa nifas terjadi pada priode
6 minggu setelah kelahiran bayi. Setelah 6 minggu diharapkan semua sistem dalam tubuh ibu akan
pulih

C. Manifestasi Klinis
1. Perubahan fisik
a. Involusi
1. Uterus
2. Placenta Bed
- Mengecil dan menonjol
- Kearah kavum uteri
3. Jalan lahir
- Luka sembuh dalam 6-7 hari bila tanpa infeksi
4. Abdomen
- Mulas (after pain) kontraksi selama + 2-4 post partum
5. Pengeluaran
- L. Rubra (0-2 hari) warna merah (darah segar yang bercampur sisa selaput ketuban,
sel desidua, sisa vemuk, kaseosa, lanugo mekonium)
- L. Sangirdenta (3-7 hari) warna merah kuning (terdiri dari darah campur lendir)
- L. Serosa (7-14 hari) berwarna kuning
- L. Alba (14 hari – 6 minggu) hanya berupa cairan putih
6. Servik
- Agar menganga seperti corong
- Merah kehitaman seperti corong
- Konsistensi lunak, kadang terdapat luka kecil
7. Ligamen
- Ligament, fasia, diafragma pelvis menciut dan pulih kembali
8. Vagina
- Laserasi, vugae baru ada setelah tiga minggu
9. Muskulus
- Tonus otot berkurang
- Diastaks rektus abdominalis
- Sesasi ekstremitas bawah berkurang
10. Perkemihan
- Diuresisi meningkat dalam 24 jam pertama
- Hematuria
11. Sisa endokirn
- Penurunan estrogen, prgesteron setelah placenta lahir
- Polaktin meningkat laktasi
- Non laktasi, prolaktin menurun estrogen meningkat, fase folikular 3 minggu PP dan
haid 12 minggu kemudian
- Laktasi, haid minggu ke-36 (anovulatory)
12. Sistem pencernaan
- Motiltias usus menurun
- Kekurangan cairan
- Tidak usaman
13. Sistem cardiovaskuler
- Bradikardi : 50-70 x.mnt
- Takikardi
- Diaporesis dan menggigil
- Pembekuan darah menigkat
b. Proses Laktasi
1. Perubahan pada kelenjar mamae
2. Poliferasi jaringan
3. Pengeluaran clolstrum
4. Hipervaskularisas
5. Hormon prlaktim ber tambah

D. Klasifikasi
Masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu :
a. Post partum dini yaitu keputihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri, berjalan-jalan. Dalam
agama Isalam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b. Post partum intermedial yaitu keputihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8
minggu.
c. Post partum terlambat yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi untuk sehat sempurna bisa
berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.
F. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan
berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetal
ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan
penting lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh
lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah yang ada
antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah
plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk
serviks agak menganga seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam
cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya trombosis,
degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-
kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput
janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2
sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang merenggang sewaktu
kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia kala.

G. Komplikasi Post Partum


a. Klien post partum komplikasi perdarahan
Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam
setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH, 1998).Perdarahan Post partum
diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
1) Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir
2) Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir
Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan post
partum :
1) Menghentikan perdarahan.
2) Mencegah timbulnya syok.
3) Mengganti darah yang hilang.
Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:
1) Atonia Uteri
2) Retensi Plasenta
3) Sisa Plasenta dan selaput ketuban
- Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta)
- Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)
4) Trauma jalan lahir
- Episiotomi yang lebar
- Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim
- Rupture uteri
5) Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia /hipofibrinogenemia.
b. Klien post partum komplikasi infeksi
Infeksi adalah berhubungan dengan berkembang - biaknya mikroorganisme dalam tubuh
manusia yang disertai dengan reaksi tubuh terhadapnya (Zulkarnain Iskandar, 1998).
Infeksi pascapartum (sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan) ialah infeksi klinis pada
saluran genital yang terjadi dalam 28 hari setelah abortus atau persalinan (Bobak, 2004).
Infeksi ini terjadi setelah persalinan, kuman masuk dalam tubuh pada saat berlangsungnya
proses persalinan. Diantaranya, saat ketuban pecah sebelum maupun saat persalinan berlangsung
sehingga menjadi jembatan masuknya kuman dalam tubuh lewat rahim. Jalan masuk lainnya
adalah dari penolong persalinan sendiri, seperti alat-alat yang tidak steril digunakan pada saat
proses persalinan.
Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah :
1) Streptococcus haemoliticus anaerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini biasanya eksogen (ditularkan
dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang
lain).
2) Staphylococcus aureus
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di
rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang nampaknya sehat.Kuman ini biasanya
menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum.
3) Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas pada perineum,
vulva, dan endometriurn.Kuman ini merupakan sebab penting dari infeksi traktus urinarius.
4) Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi ini lebih sering
terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit.
c. Klien post partum komplikasi penyakit blues
Post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau baby blues dimengerti
sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah
persalinan atau pada saat fase taking in, cenderung akan memburuk pada hari ketiga sampai kelima
dan berlangsung dalam rentang waktu 14 hari atau dua minggu pasca persalinan.
Baby blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak nyaman (kesedihan
atau kemurungan)/gangguan suasana hati setelah persalinan, yang berkaitan dengan hubungannya
dengan si bayi, atau pun dengan dirinya sendiri.
Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini belum diketahui.
Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya postpartum blues, antara lain:
1) Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin dan
estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan
emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine
oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang
berperan dalam perubahan mood dan kejadian depresi.
2) Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
3) Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
4) Latar belakang psikososial ibu, seperti; tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang
tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi serta keadekuatan
dukungan sosial dari lingkungannya (suami, keluarga dan teman).
5) Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.

I. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo, 2008:
- Pemerikasaan umum: tensi,nadi,keluhan dan sebagainya
- Keadaan umum: TTV, selera makan dll
- Payudara: air susu, putting
- Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
- Sekres yang keluar atau lochea
- Keadaan alat kandungan
Pemeriksaan penunjang post partum menurut Manjoer arif dkk, 2001
- Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum
- Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta.

J. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
b. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri
c. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan perawatan
payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas, pemberian informasi tentang senam
nifas.
d. Hari ke-2 : mulai latihan duduk
e. Hari ke-3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Identitas Pasien
b. Keluhan Utama
Sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut bergerak
c. Riwayat Kehamilan
Umur kehamilan serta riwayat penyakit menyetai
d. Riwayat Persalinan
- Tempat persalinan
- Normal atau terdapat komplikasi
- Keadaan bayi
- Keadaan ibu
e. Riwayat Nifas Yang Lalu
- Pengeluaran ASI lancar / tidak
- BB bayi
- Riwayat ber KB / tidak
f. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum pasien
- Abdomen
- Saluran cerna
- Alat kemih
- Lochea
- Vagina
- Perinium dan rectum
- Ekstremitas
- Kemampuan perawatan diri
g. Pemeriksaan psikososial
- Respon dan persepsi keluarga
- Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi
2. Diagnosa Keperawatan
A. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan,kontraksi uterus, distensi
abdomen,luka episiotomi
B. Ketidakefektifan proses menyusui berhubungan dengan, belum berpengalaman
menyusui,pembengkakan payudara,lecet putting susu,kurangnya produksi ASI.
C. Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan distensi kandung kemih, perubahan-perubahan
jumlah / frekuensi berkemih.
D. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, penurunan sistemkekebalan
tubuh.
E. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih
(perdarahan)
F. Gangguan istirahat / perubahan pola istirahat tidur berhubungan dengan kecemasan hospitalisasi,
waktu perawatan bayi.

3. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan,kontraksi uterus, distensi
abdomen,luka episiotomi
Tujuan : Mengatasi rasa nyeri.
Kriteria Hasil :
1) Klien secara verbal menyatakan nyeri berkurang.
2) Klien mampu menerapkan secara khusus intervensi untuk mengatasi
Intervensi:
a. Kaji ulang skala nyeri
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan dan intervensi yang tepat
b. Anjurkan ibu agar menggunakan teknik relaksasi dan distraksi rasa nyeri
Rasional : untuk mengalihkan perhatian ibu dan rasa nyeri yang dirasakan
c. Anjurkan klien untuk berambulasi perlahan-lahan terutama saat duduk.
Rasionalisasi : Mengurangi tekanan pada perineum.
d. Berikan kompres hangat
Rasional : meningkatkan sirkulasi pada perinium
e. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : melonggarkan system saraf perifer sehingga rasa nyeri berkurang

2. Ketidakefektifan proses menyusui berhubungan dengan, belum berpengalaman


menyusui,pembengkakan payudara,lecet putting susu,kurangnya produksi ASI.
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ibu dapat mencapai kepuasan menyusui
Kriteria Hasil:
ibu mengungkapkan proses situasi menyusui, bayi mendapat ASI yang cukup.
Intervensi:
a. Kaji ulang tingkat pengetahuan dan pengalaman ibu tentang menyusui sebelumnya.
Rasional: membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan saat ini agar memberikan intervensi yang
tepat.
b. Demonstransikan dan tinjau ulang teknik menyusui
Rasional: posisi yang tepat biasanya mencegah luka/pecah putting yang dapat merusak dan
mengganggu.
c. Anjurkan ibu mengeringkan puting setelah menyusui
Rasional : agar kelembapan pada payudara tetap dalam batas normal.
d. Ajarkan ibu untuk melakukan perawatan payudara 1x sehari
Rasional: agar bendungan air susu tidak terjadi dan dapat memperlancar pengeluaran asi.
e. Anjurkan ibu makan makanan yang bergizi
Rasional: makanan bergizi membantu produksi asi yang baik

3. Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan distensi kandung kemih, perubahan-perubahan


jumlah / frekuensi berkemih.
Tujuan:Setelah diberikan askep diharapkan ibu tidak mengalami gangguan eliminasi (BAK)
Kriteria Hasil:
- ibu dapat berkemih sendiri dalam 6-8 jam post partum tidak merasa sakit saat BAK,
- jumlah urine 1,5-2 liter/hari.
Intervensi:

a. Kaji dan catat cairan masuk dan keluar tiap 24 jam.


Rasional: mengetahui balance cairan pasien sehingga diintervensi dengan tepat.
b. Anjurkan berkamih 6-8 jam post partum.
Rasional: melatih otot-otot perkemihan.
c. Berikan teknik merangsang berkemih seperti rendam duduk, alirkan air keran.
Rasional: agar kencing yang tidak dapat keluar, bisa dikeluarkan sehingga tidak ada retensi.
d. Kolaborasi pemasangan kateter.
Rasional: mengurangi distensi kandung kemih.

4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, penurunan sistem kekebalan
tubuh.
Tujuan: Setelah diberikan askep diharapkan infeksi pada ibu tidak terjadi
Kriteria Hasil:
- Dapat mendemonstrasikan teknik untuk menurunkan resiko infeksi
- Tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi dan Rasional:

a. Kaji lochea (warna, bau, jumlah) kontraksi uterus dan kondisi jahitan episiotomi.
Rasional : untuk dapat mendeteksi tanda infeksi lebih dini dan mengintervensi dengan tepat.
b. Sarankan pada ibu agar mengganti pembalut tiap 4 jam.
Rasional : pembalut yang lembab dan banyak darah merupakan media yang menjadi tempat
berkembangbiaknya kuman.
c. Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : peningkatan suhu > 38C menandakan infeksi.
d. Lakukan rendam bokong.
Rasional : untuk memperlancar sirkulasi ke perinium dan mengurangi udema.
e. Sarankan ibu membersihkan perineal dari depan ke belakang.
Rasional : membantu mencegah kontaminasi rektal melalui vaginal.

5. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih
(perdarahan)
Tujuan: Setelah diberikan askep ibu diharapkan tidak kekurangan volume cairan

Kriteria Hasil:

- cairan masuk dan keluar seimbang,


- Hb/Ht dalam batas normal (12,0-16,0 gr/dL)
Intervensi:

a. Ajarkan ibu agar massage sendiri fundus uteri.


Rasional: memberi rangsangan pada uterus agar berkontraksi kuat dan mengontrol perdarahan.
b. Pertahankan cairan peroral 1,5-2 Liter/hari.
Rasional: mencegah terjadinya dehidrasi.
c. Observasi perubahan suhu, nadi, tensi.
Rasional: peningkatan suhu dapat memperhebat dehidrasi.
d. Periksa ulang kadar Hb/Ht.
Rasional: penurunan Hb tidak boleh melebihi 2 gram%/100 dL.

6. Gangguan istirahat / perubahan pola istirahat tidur berhubungan dengan kecemasan hospitalisasi,
waktu perawatan bayi.
Tujuan : Pola istirahat dapat kembali normal
Kriteria Hasil : Secara verbal klien mengucapkan dapat beristirahat cukup
Intervensi :
a. Kaji tingkat kelemahan pasien dan kebutuhan istirahatnya.
Rasional: mengetahui tindakan yang akan dilakukan selanjutnya
b. Anjurkan klien untuk mengatur antara istirahat dan perawatan bayi.
Rasional: agar kebutuhan istirahat dan tidur klien terpenuhi
c. Informasikan bahwa keadaan fisik dan psikologi itu berpengaruh pada produksi ASI.
Rasional: agar ibu memerhatikan kebutuhan istirahat dan tidur
d. Libatkan keluarga dalam perawatan anak agar ibu dapat beristirahat dengan cukup.
Rasional: agar ibu dapat beristirahat dengan baik
e. Ciptakan suasana lingkungan yang terapeutik.
Rasional: lingkungan yang nyaman, membuat istirahat lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

- Bobak, M.L., Jensen, D.M., 2000, Perawatan Maternitas (terjemahan), Edisi I, YIA-PKP,
Bandung.
- Bobak, Lowdermik, Jensen, 2004, Buku Ajar Kepearwatan Maternitas (terjemahan), Edisi IV,
EGC, Jakarkta.
- Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis (terjemahan), Edisi 6,
EGC, Jakarta.
- Carpenito, L.J., 2001, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis (terjemahan), EGC,
Jakarta.
- Dongoes, M.E., 2001, Rencana Keperawatan Maternal Bayi : Pedoman untuk Perencanaan dan
Dokumentasi Klien (terjemahan), EGC, Jakarta.
- Dwidiyanti, M., 2008, Aplikasi Model Konseptual Keperawatan, Depkes, Semarang.
- Farrer, H., 2004, Perawatan Maternitas (terjemahan), EGC, Jakarta.
- Farrer, H., 2001, Perawatan Maternitas (terjemahan), EGC, Jakarta.
- Manuaba, I.B.G., 2008, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana, EGC, Jakarta.
- Manuaba, I.B.G., 2003, Kepaniteraan Klinik Obstetri Dan Ginekologi, Edisi 2,EGC, Jakarta.
- Mochtar, R., 2008, Sinopsis Obstetri : Obstetri Operatif, Obstetri Sosial, EGC, Jakarta.
- Prawirohardjo, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
- Prawirohardjo, 2001, Ilmu Kebidanan, Y.B.P.S.P, Jakarta.
- Saefuddin, A.B., 2000, Buku Acuan Nasional (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal),
JNPKK POGI, Jakarta.
- Tucker, S.M., 2008, Standar Perawatan Pasien Proses Keperawatan Diagnosa dan Evaluasi
(terjemahan), EGC, Jakarta
BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Perdarahan Postpartum atau perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan lebih dari 500 – 600
ml selama 24 jam setelah anak lahir. Perdarahan Postpartum adalah perdarahan dalam kala IV
lebih dari 500 – 600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir. Haemoragic Post Partum (
HPP ) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi.
Normalnya, perdarahan dari tempat plasenta terutama dikontrol oleh kontraksi dan retraksi
anyaman serat-serat otot serta agregasi trombosit dan trombus fibrin di dalam pembuluh darah
desidua. Perdarahan Postpartum dibagi atas dua bagian yaitu perdarahan Postpartum dini dan
lanjut. Perdarahan Postpartum dini adalah perdarahan yang berlebihan selama 24 jam pertama
setelah kala tiga persalinan selesai, sedangkan perdarahan Postpartum lanjut adalah perdarahan
yang berlebihan selama masa nifas, termasuk periode 24 jam pertama setelah kala tiga persalinan
selesai.

B. Perumusan Masalah
1. Masalah Umum
Bagaimana cara menyusun asuhan keperawatan Pasien Postpartum (postnatal)
2. Sub Masalah
Berdasarkan masalah umum diatas, maka dengan ini penulis dapat membuat Sub Masalah sebagai
berikut :
a. Bagaimana gejala Postpartum
b. Bagaimana tindakan perawatan pada pasien Postpartum?
c. Asuhan keperawatan pada pasien dengan Postpartum?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :
Untuk mengetahui defenisi dari masa postnatal
Untuk mengetahui tanda gejala postnatal
Untuk mengetahui fisiologis postnatal
Untuk mengetahui perubahan sistem reproduksi
Untuk mengetahui adaptasi psikologi
Untuk mengetahui Perubahan yang dapat terjadi selama periode Postpartum(postnatal)
Untuk mengetahui komplikasi postnatal
Untuk mengetahui askep ibu pada masa postnatal

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan karya tulis ini bermanfaat bagi mahasiswa, lembaga penelitian atau
dosen.
1. Bagi Mahasiswa
Agar mahasiswa mengetahui Askep yang baik dilakukan pada pasien Postpartum serta
membantu mahasiswa berperan aktif dalam menanggulangi pasien Postpartum
2. Bagi Lembaga Pendidikan
Untuk mempermudah lembaga pendidikan mengetahui lebih dalam tentang Askep pada pasien
dengan Postpartum
E. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode literature dan sumber internet yang
di ambil dari beberapa media yaitu Text Book dan Studi Kepustakaan : membaca dan
mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan Postpartum.
F. Sistematika Penulisan
Untuk dapat mempermudah pembaca dalam mengerti dan memahami isi Makalah ini, Penulis
mencantumkan Sistematika Penulisan Makalah ini terdiri dari V Bab, yaitu :
Bab I : Pendahuluan
Bab II : Konsep dasar postnatal
Bab III : Askep Teoritis
Bab IV : Askep
Bab V : Penutup
IV.Intervensi
No Diagnosa Noc Nic Aktivitas

1. Nyeri akut Kontrol nyeri Manajemen Manajemen nyeri


berhubungan • Pantau TTV nyeri • Lakukan penilaian
dengan Agen • Menilai gejala nyeri secara komprehensif
injuri fisik, dari nyeri • Kaji ketidaknyamanan
Kontraksi uterus • Mengurangi secara non verbal
nyeri dengan non • Evaluasi pengalaman
analgesik pasien / keluarga erhadap
• Memantau nyeri
lamanya nyeri • Tentukan tingkat
kebutuhan pasien yang
• Tingkatan dapat memberikan
nyeri kenyamanan pada pasien
• Frekuensi
nyeri • Pemberian analgesik
• Panjang • Cek riwayat alergi obat
episode nyeri • Tentukan analgesik
• Ekspresi wajah yang cocok
saat nyeri • Monitor TTV
• Perubahan • Beri perawatan yang
frekuensi pernafasan, dibutuhkan
nadi, TD

2. Defisit perawatan Setelah dilakukan Konseling Kaji kamampuan pasien


diri: tindakan keperawatan perawatan untuk perawatan diri
Mandi/kebersihan selama ... x 24 jam diri 2. Pantau kebutuhan
diri, Toileting diharapkan pasien untuk alat-alat bantu
berhubungan kebutuhan mandiri dalam makan, mandi,
dengan pasien terpenuhi berpakaian dan toileting
Kelelahan. n Pasien dapat makan 3. Berikan bantuan pada
dengan bantuan pasien hingga pasien
orang lain/ mandiri sepenuhnya bisa mandiri
n Pasien dapat mandi 4. Berikan dukungan pada
dengan bantuan pasien untuk menunjukkan
orang lain aktivitas normal sesuai
n Paien dapat kemampuannya
memakai pakaian 5. Libatkan keluarga
dengan bantuan dalam pemenuhan
orang laian/mandiri kebutuhan perawatan diri
n Pasien dapat pasien
toileting dengan
bantuan alat

Anda mungkin juga menyukai