Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA BERAT BAYI

LAHIR RENDAH (BBLR)

DISUSUN OLEH :
MILA APRILIANA
NIM . 1030181022

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MH. THAMRIN
JAKARTA
JUNI, 2020

BA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bayi Baru Lahir atau Neonatus meliputi umur 0-28 hari. Kehidupan pada
masa neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik
agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik baiknya. Hal ini dapat dilihat dari
tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus.

Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi yang baru lahir dengan berat
badan kurang atau sama dengan 250 gram (WHO,1961), sedangkan bayi dengan
berat badan kurang dari 1500 gram termasuk bayi dengan berat badan lahir sangat
rendah.

Diperkirakan 2 atau 3 kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi


pada masa neonatus. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin
memerlukan berbagai perubahan biokimia dan faali. Dengan terpisahnya dari ibu,
maka terjadilah awal proses fisiologik.

Banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan gangguan
atau kegagalan penyesuaian biokimia dan faali yang disebabkan oleh
prematuritas, kelainan anatomik, dan lingkungan yang kurang baik dalam
kandungan, pada persalinanmaupun sesudah lahir.

Masalah pada neonatus biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik


terjadi pada masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi jga
kecacatan. Masalah ini timbul sebagai akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan
kehamilan yang kurang memadai, manajemen persalinan yang tidak tepat dan
tidak bersih, kurangnya perwatan bayi abru lahir. Kalau ibu meninggal pada
waktu melahirkan, si bayi akan mempunyai kesempatan hidup yang kecil.

1.2 Tujuan

1. Tujuan umum
Untuk mendapatkan gambaran dan mampu menerapkan
Asuhan Keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan pada
masalah bayi berat lahir rendah./
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan secara tepat pada
bayi dengan berat badan lahir rendah.
b. Mampu merumuskan Diagnosa Keperawatan sesuai dengan
pripritas masalah pada bayi dengan berat badan lahir rendah.
c. Mampu merumuskan perencanaan asuhan secara tepat pada
bayi dengan berat badan kahir rendah sesuai dengan hasil
pengkajian prioritas masalah keperawatan sehingga dapat
mengatasi masalah yang dihadapi pada bayi dengan berat
badan lahir rendah.
d. Mampu melakukan evaluasi terhadap tingkat keberhasilan
pemberian asuhan keperawatan pada bayi dengan berat badan
lahir rendah.
e. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan asuhan
keperawatan pada bayi dengan berat badan lahir rendah.
BAB 2

ISI

2.1 Konsep Dasar BBLR

2.1.1 Pengertian BBLR

Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir
kurangdari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat
bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir.

2.1.2 Epidemiologi

Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh
kelahiran di dunia dengan batasan 3,3% - 38% dan lebih sering terjadi di negara-
negara berkembang atau sosioekonomi rendah. Secara statistik menunjukan 90%
kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali
lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat badan lahir lebih dari 2500 gram.
BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas, dan
disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang
terhadap kehidupannya dimasa depan. Angka kejadian di indonesia sangat
bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9-30%,
hasil studi di 7 daerah lain, yaitu diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1-
17.2%. secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar
7,5%. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran
programm perbaikan gizi menuju indonesia sehat 2010 yakni maksimal 7%.

2.1.3 Etiologi

Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor


ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit
vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab
terjadinya BBLR

1. Faktor ibu
 Penyakit
Seperti malaria, anemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain.
 Komplikasi pada kehamilan.
Komplikasi yang terjadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan
antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.
 Usia ibu dan paritas
Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan
oleh ibu-ibu dengan usia <>.
2. Faktor kebiasaan ibu
Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu pecandu
alkohol dan ibu pengguna narkoba.
3. Faktor janin
Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.
4. Faktor lingkungan
Yang dapat berpengaruh antar lain: tempat tinggal di dataran tinggi, radiasi,
sosioo-ekonomi dan paparan zat-zat racun.

2.1.4 Komplikasi
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara
lain:
 Hipotermia
 Hipoglikemia
 Gangguan cairan dan elektrolit
 Sindroma gawat napas
 Hiperbilirubinemia
 Paten duktus arteriosus
 Infeksi
 Perdarahan intraventrikuler
 Apnea of prematury
 Anemia
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan
berat lahir rendah (BBLR) antara lain:

 Gangguan perkembangan
 Gangguan pertumbuhan
 Gangguan penglihatan (Retinopati)
 Gangguan pendengaran
 Penyakit paru kronis
 Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
 Kenaikan frekuensi kelainan bawaan

2.1.5 Diagnosis

Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi


dalam jangka waktu <> dapat diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang.

2.1.6 Anamnesis

Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk


menegakkan mencari etiologi dan fakto-faktor yang berpengaruh terhadap
terjadinya BBLR.

 Umur ibu
 Riwayat hari pertama haid terakhir
 Rieayat persalinan sebelumnya
 Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
 Kenaikan berat badan selama hamil
 Aktivitas
 Penyakit yang diderita selama hamil
 Obat-obatan yang diminum selama hamil.

2.1.7 Pemeriksaan Fisik


Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain:

Berat badan

Tanda tanda prematuritas (pasa bayi kurang bulan). Tanda bayi cukup bulan atau
lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan).

2.1.8 Pemeriksaan Penunjanng

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:

 Pemeriksaan skor ballard.


 Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan.
 Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia periksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah.
 Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi lahir dengan umur
kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau
didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.
 USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan.

2.1.9 Pentalaksanaan

1. Medikamentosa
Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau peroral 2 mg sekali pemberian atau
1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu)
2. Diatetik
Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks
menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI
dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan
pipa lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah
dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah
dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel
pada puting. ASI merupakan pilihan utama :
a. Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang
cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai
kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali.
b. Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20
g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.

Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan
lahir dan keadaan bayi adalah sebagai berikut:

1. Berat lahir 1750-2500 gram


 Bayi sehat
 Biarkan bayi menyusu pada ibu semua bayi. Ingat bahwa bayi
kecil lebih mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan
bayi menyusu lebih sering (contoh: setiap 2 jam) bila perlu.
 Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk
menilai efektifitas menyusui. Apabila bayi kurang dapat
menghisap, tambahkan ASI peras dengan menggunakan salah
satu alternatif cara pemberian minum.
 Bayi Sehat
 Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan
cairan IV, berikan minum seperti pada bayi sehat.
 Apabila bayi memerlukan cairan intravena:
o Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
o Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau
segera setelah bayi stabil.
o Apabila masalah sakitnya menghalangi proses
menyusui (contoh: gangguan nafas, kejang), berikan
ASI peras melalui pipa lambung :
 Berikan cairan IV dan ASI menurut umur
 Berikan minum 8 kali dalam 24 jam.
2. Berat lahir 1250-1499 gram
 Bayi sehat
 Beri ASI peras melalui pipa lambung
 Beri minum8 kali dalam 24 jam
 Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/sendok
 Apabila bayi telah mendapatkan minum baikmenggunakan
cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung.
 Bayi Sakit
 Beri cairan IV hanya selama 24 jam pertama.
 Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan
kurangi jumlah cairan IV secara perlahan.
 Beri minum 8 kali dalam 24 jam.
 Lamnjutkan pemberian minum menggunakan
cangkir/sendok
 Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan
cangkir/sendok, coba untuk menyusui langsung.

2.1.10 Pemantauan

1. Saat dirawat
a. Terapi
b. Tumbuh kembang
2. Setelah pulang
a. Sesudah pulang hari ke-2, hari ke-10, hari ke-30, dilanjutkan setiap
bulan.
b. Hitung unsur koreksi
c. Pertumbuhan,BB, Panjang Badan dan Lingkar kepala setiap minggu.
d. Tes perkembangan
e. Awasi adanya kelainan bawaan.

2.1.11 Pencegahan

a. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan


b. Penyuluhan kesehatan
c. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya
d. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam
meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga.

2.2 Asuhan Keperawatan Pada BBLR

2.2.1 Pengkajian Fokus

1. Sirkulasi
Nadi apikal mungkin cepat dan atau tidak teratur dalam batas normal (120-
160 dpm). Mur-mur jantung yang dapat didengar dapat menandakan
duktusarteriousus paten (PDA).
2. Makanan/cairan
Berat badan kurang 2500 (5lb oz).
3. Neuroensori
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran kepala
besar dalam hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin mudah
digerakan, fontanel mungkin besar atau terbuka lebar. Edema mata umum
terjadi, mata mungkin merapat (Tergantung usia gestasi ) refleks terjadi
tergantung pada usia gestasi : rooting terjadi dengan baik pada gestasi
minggu 32 ; koponen pertama dari refleks moro (ekstensi lateral dan
ekstremitas atas dengan membuka tangan) tampak pada gestasi minggu ke
28; komponen kedua ( fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar )
tampak pada usia gestasi anatar minggu 24 dan 37.
4. Pernafasan
Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal, tidak teratur,
pernafasan diafragmatik intermiten atau periodik (40-60x/mt), mengorok,
pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal, atau berbagai derajat
sianisis mungkin ada. Adanya bunyi “ampelas” pada auskultasi,
menandakan adanya sindrom distress pernafasan (RDS).
5. Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah menangis mungkin lemah. Wajah
mungkin memar, mungkin ada kaput suksedoneum. Kulit kemerahan atau
tembus pandang, warna mungkin merah. Muda/kebiruan, akrosianosis,
atau sianosis/pucat. Lanugo terdistribusi secara luas diseluruh tubuh
ekstremitas mungkin tampak edema. Garis telapak kaki mungkin tidak ada
pada semua atau sebagian telapak. Kuku mugnkin pendek.
6. Seksualitas
Genetalia : labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora,
dengan klitorisnmenonjol : testis pria mungkin tidak turun, rugae mungkin
banyak atau tidak ada pada skrotum.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan penumpukan cairan di


rongga paru.
2. Resiko hipotermi berhubungan dengan jaringan lemak subkotis tipis.
3. Resiko tinggi infeksi sekunder berhubungan dengan immaturitas fungsi
imunologik.
4. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengann lemahnya daya cemas dan absorbsi makanan.

2.2.3 Intervensi Keperawatan

1. Ketidakefektifan jalan napas b.d penumpukan cairan di


rongga paru.
Setelah mendapt tindakan keperawatan 3x24 jam tidak terjadi
gangguan jalan nafas (nafas efektif).
KH :
 Akral hangat
 Tidak ada sianosis
 Tangisan efektif dan kuat
 RR : 30-40x/mt
Intervensi :
o Monitor pernafasan (kedalaman, irama, frekuensi).
o Atur posisi kepala lebih tinggi.
o Monitor keefektifan jalan nafas, jika perlu suction.
o Lakukan auskultasi bunyi tiap 4 jam
o Pertahankan O2
o Pertahankan bayi pada inkubator dengan penghangat.
o Kolaborasi untuk X foto thorax.
2. Resiko hipotermi b.d jaringan lemak subkotis tipis.
Setelah mendapatkan tindakan 3x24 jam tidak terjadi gangguan
hipotermi.
KH :
 Badan hangat
 Suhu: 36,5-37 C
Intervensi :
o Pertahankan bayi pada inkubator dengan kehangatan 37
C
o Beri popok dan selimuti sesuai kondisi
o Ganti segera popok yang basah oleh urine atau feses
o Hindarkan untuk sering membuka penutup karena akan
menyebabkan fluktusi suu dan peningkatan laju
metabolisme.
o Atur suhu ruangan dengan panas yang stabil
3. Resiko tinggi infeksi sekunder b.d immaturitas fungsi
imunologik.
Setelah mendapat tindakan keperawatan 3x24 jam tidak terjadi
infeksi.
KH:
 Tidak ada tanda infeksi.
 Suhu tubuh normal (36.5-37 C).
Intervensi :
o Monitor tanda-tanda infeksi
o Lakukan cuci tangan sebelumdan sesudah kontak
dengan bayi.
o Anurkan kepada ibu bayi untuk memakai jas saat
masuk ruang bayi dan sebelum dan sesudah kontak cuci
tangan.
o Berikan gizi (ASI/PASI) Secara adekuat.
o Pastikan alat yang kontak dengan bayi bersih/steril.
o Berikan antibiotika sesuai rogram.
o Lakukan perawatan tali pusat.
4. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
b.d lemahnya daya cerna dan absorbsi makanan.
Setelah tindakan keperawatan 3x24 jam tidak terjadi gangguan
nutrisi .
KH :
 Diet yang diberikan habis
 Reflek menghisap dan menelan kuat
 BB meningkat 100 gr/hr.
Intervensi :
o Kaji refleks menghisap dan menelan
o Monitor input dan output
o Berikan minum sesuai program lewat sonde/spin
o Timbang BB tiap hari.

2.2.4 Implementasi

1. Dx 1
 Mengobservasi TTV, cuping hidung, retraksi dada.
 Memberikan terapi O2 lt/mt.
 Memposisikan semi fowler.
 Menjaga kepatenan jalan nafas: suction.
2. Dx 2
 Memantau suhu klien.
 Menagtatur suhu inkubator sesuai indikasi.
 Mengganti popok bila basah.
3. Dx 4
 Memonitor bb klien
 Mengkaji reflek hisap
 Mengkolaborasi dengan ahkli gizi untuk pemberian nutrisi.
 Memasang selang OGT
 Memonitor asupan intake dan output cairan.
4. Dx 3
 Membersihkan incubator secara berkala.
 memberikan antibiotik sesuai advis dokter.
 Membatasi jumlah pengunjung.
 Menggunakan teknik aseptic selama berinteraksi dengan
klien

2.2.5 Evaluasi

1. Dx 1
S:-
O : Klien tampak terpasang ventilator O2 lt/mt dengan SPO2 90%,
Auskultasi : rochi.
A : Masalah teratasi.
P : intervensi dihentikan.
2. Dx 2
S:-
O : suhu 36,6 C
A : masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan.
3. Dx 3
S:-
O : tidak ada tanda tanda infeksi.
A : masalah teratasi.
P : intervensi dihentikan.
4. Dx 4
S:-
O : Klien tampak masih terpasang infus umbilikel 5%
A : masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan.

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bayi Baru Lahir atau Neonatus meliputi umur 0-28 hari. Kehidupan pada
masa neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik
agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik baiknya. Hal ini dapat dilihat dari
tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus.

Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi yang baru lahir dengan berat
badan kurang atau sama dengan 250 gram (WHO,1961), sedangkan bayi dengan
berat badan kurang dari 1500 gram termasuk bayi dengan berat badan lahir sangat
rendah.

Bayi baru lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu
factor resiko yang mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khusunya pada
masa perinatal. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan
mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya, sehingga membutuhkan
biaya perawatan yang tinggi.

3.2 Saran

1. meningkatkan pengawan pada bayi baru lahir dengan BBLR.


2. Menambah informasi dan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada
bayi baru lahir dengan BBLR.
3. Meningkatkan pelayanan pada bayi baru lahir dengan BBLR.
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta : EGC.

Suriyadi, Yuliani. 2006. Buku Pegangan Praktik Asuhan Keperawatan Pada Anak.
Ed.2. Jakarta : cv . Agung Seto.

Sembiring, Julina, Br. 2019. Buku Ajar Neonatus, Bayi, Balita, Anak Pra Sekolah.
Yogyakarta.

https://www.academia.edu/11800237/Asuhan_Keperawatan_Anak_-_BBLR

https://books.google.co.id.books?
id=ZaYfDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=buku+anak=BBLR&hl=id&sa=
X&ved=0ahUKEwiNv4DbtoXqAhWMH7cAHbR5CBKQ6AEITDAF#v=onepag
e&q=buku%20anak%20BBLR&f=false

https://www.google.com/amp/s/utariviska94.wordpress.com/2015/02/11/makalah-
bblr/amp/
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai