’’Model Sosial’’
Disusun Oleh :
1. ANNISA RAMADILLAH
2. CINDI NURFADILLAH
3. DEVITA NURILLAH
4. FARAH AFIFAH
5. FIRDAUS MANSYUR
6. GALIH SUKMA S
7. HIFZUL MAWALI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Model konseptual keperawatan jiwa mengurai situasi yang terjadi dalam lingkungan
atau stresor yang mengakibatkan seseorang individu menciptakan perubahan yang adaptif
baik secara mandiri maupun bantuan perawat. Model konseptual keperawatan jiwa
merupakan upaya yang dilakukan baik oleh perawat untuk menolong seseorang dalam
mempertahankan keseimbangan melalui mekanisme koping yang positif untuk mengatasi
stresor yang dialaminya (Videbeck, 2008 : 54).
Sedangkan model sosial itu sendiri adalah lingkungan sosial. Lingkungan sosial
tersebut dapat berakibat terhadap individu dan pengalaman individu dalam hidupnya.
Menurut Szass & Caplan dalam Stuart & Laraia (2005), budaya dapat berguna dalam
mengartikan gangguan jiwa, terapi dan memastikan masa depan pasien.
Masalah Ganguan jiwa pada individu bisa terjadi karena kehidupan sosial individu
tersebut di dalam masyarakat. Ganguan jiwa yang disebabkan faktor lingkungan sosial ini
seperti isolasi sosial. Dimana tindakan isolasi sosial ini akan membuat individu tersebut akan
menimbulkan masalah ganguan jiwa yang lebih kompleks yaitu halusinasi yang akan terjadi
oleh individu tersebut terhadap lingkungannya, keluarga, orang lain , bahkan dirinya sendiri.
Berdasarkan masalah-masalah di atas, kami tertarik untuk membahas model konseptual
keperawatan jiwa secara lebih mendalam khususnya tentang model sosial
BAB II
PEMBAHASAN
Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan
kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model konseptual keperawatan
memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat mendapatkan informasi agar
mereka peka terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dengan apa yang terjadi pada suatu
saat juga dan tahu apa yang harus perawat kerjakan (Brockopp, 1999 : 73).
Model konseptual keperawatan jiwa mengurai situasi yang terjadi dalam situasi
lingkungan atau stresor yang mengakibatkan seseorang individu berupa menciptakan
perubahan yang adaktif dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia. Model
konseptual keperawatan jiwa mencerminkan upaya menolong orang tersebut
mempertahankan keseimbangan melalui mekanisme koping yang positif unutk mengatasi
stresor ini (Videbeck, 2008 : 54).
Konsep ini dikemukan oleh Gerard Caplan, yang menyatakan bahwa perilaku dipengaruhi
lingkungan sosial dan budaya. Caplan percaya bahwa situasi sosial dan menjadi faktor
predisposisi klien mengalami gangguan mental, seperti kejadian kemiskinan, masalah
keluarga dan pendidikan yang rendah. Karena kondisi ini akhirnya individu mengalami
ketidak mampuan mengkoping stres, ditambah lagi dukungan dari lingkungan sangat sedikit.
Individu mengembangkan koping yang patologis. Seseorang akan mengalami gangguan jiwa
atau penyimpangan perilaku apabila banyaknya factor sosial dan factor lingkungan yang akan
memicu munculnya stress pada seseorang (social and environmental factor create stress,
which cause anxiety and symptom). Beberapa factor predisposisi stress yaitu :
a. Pengaruh genetic
b. Pengaruh masa lalu
c. Pengaruh konflik lain
Di dalam kehidupan sosial masyarakat, individu memiliki beberapa aspek factor terjadinya
ganguan prilaku sosial terhadap individu.
a. Fisik
Kondisi fisik adalah salah satu kondisi tejadinya kehilangan organ tubuh akibat bencana
yang memerlukan pelayanan dalam rangka adaptasi terhadap kondisi fisiknya. Tetapi disini
lingkungan tidak dapat menerima dan memberikan adaptasi yang baik sesuai dengan keadaan
normal sebelumnya. Maka hal ini bisa menyebabkan sesorang tidak mau bersosialisasi pada
masyarakat sekitarnya. Ini merupakan salah satu factor pemicu terjadinya HDR pada
sesorang tersebut.
b. Psikologi
Berbagai masalah psikologi yang dialami masyarakat atau individu seperti ketakutan,
trauma, kecemasan maupun kondisi yang lebih berat di karenakan kondisi suatu peristiwa
atau insiden yang terjadi di lingkungan pada masa lalu.
c. Sosial
Dimana seseorang akan mengalami keadaan duka dan konflik berkepanjangan seperti
kehilangan keluarga yang di cintai, kehilangan pekerjaan, tempat tinggal dan harta benda
akibat musibah yang melanda. Akibat tidak adanya pelayanan dari berbagai sektor dapat
memicu ketidakpuasan dalam kehidupan sosial.
d. Budaya
e. Spiritual
Nilai-nilai agama yang terlalu kuat di dalam masyarakat dapat menimbulkan deskriminasi
terhadap agama minoritas. Potensi inilah yang dapat berkembang di masyarakat
terjadinya konflik dan berbagai masalah yang tidak dapat terselesaikan.
2. Model Terapi
Peran perawat dalam memberikan terapi menurut model ini adalah pasien harus
menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di masyarakat melibatkan teman
sejawat, atasan, keluarga atau suami-istri. Sedangkan terapis berupaya menggali system
sosial klien seperti suasana dirumah, di kantor, di sekolah, di masyarakat atau tempat
kerja.
A. Peran klien :
Bekerja samalah dengan terapis dengan menceritakan seluruh masalah yang
dialaminya dan aktif terlibat dalam proses pemulihan. Disini tujuannya yaitu
perawat mampu menganalisa faktor utama yang menyebabkan klien mengalami
gangguan jiwa, selain itu klien juga dapat membina hubungan baik antara perawat
sehingga lebih mudah dalam proses pemulihan.
Menggunakan sistem pendukung sosial. yang dimaksud kan system pendukung
sosial disini adalah selain terapis dalam proses pemulihan juga diharapkan
berperannya anggota keluarga lain yang dapat membantu karena klien akan lebih
mudah mengerti tujuan utama yang diharapkan oleh terapis jika yang
menyampaikan adalah orang terdekat klien. Selain itu dalam proses sosialisasi
juga dibutuhkan alat bantu pendukung seperti gambar, buku cerita sehingga klien
lebih mudah untuk mengerti.
Mengubah perilaku sehingga menjadi sehat
Disini klien diharapkan secara bertahap mampu untuk memulihkan prilaku yang
kurang baik menjadi baik, juga klien dapat mengerjakan sesuatu dimulai dari hal
yang terkecil seperti mengurusi mandi sendiri pada setiap hari.
B. Peran terapis :
Terapi yang dianjurkan adalah terapi sosial dan pasien tidak dianjurkan untuk
dirawat di rumah sakit. Terapis dianjurkan untuk ke mengunjungi pasien di
masyarakat. Dan aktivitas yang dilakukan adalah penyuluhan terhadap kelompok
masyarakat dan konseling
Ketentuan hubungan pasien dan terapis (perawat) adalah terapi akan dapat
menolong pasien hanya apabila pasien meminta pertolongan. Pasien datang ke terapis
untuk menjelaskan masalahnya dan meminta untuk dibantu menenyelesaikan
masalahnya. Pasien juga mempunyai hak menolak intervensi terapeutik yang
diberikan. Terapi akan sukses jika pasien puasa dengan perubahan yang terjadi dalam
hidupnya. Terapis bersama-sama dengan pasien meningkatkan perubahan. Perubahan
tersebut menyangkut membuat rekomendasi tentang arti yang mungkin dari apa
elemen penyesuain diri yang efektif, tidak termasuk beberapa elemen yang termasuk
dalam paksaan terhadap tindakan di rumah sakit jika pasien tidak setuju dengan
rekomendasi yang dianjurkan oleh terapis. Ketentuan dari terapi juga termasuk
didalamnya perlindungan pasien dari tuntutan sosial terhadap prilaku kekerasan di
lingkungan sosial (Caplan dalam Stuart & Laraia, 2005).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model sosial merupakan salah satu contoh model yang dapat dikembangkan dan
diaplikasikan dalam tatanan pelayanan keperawatan khususnya keperawatan jiwa. Fokus
model sosial ini adalah lingkungan sosial yang dapat berpengaruh terhadap individu dan
pengalaman hidupnya.
Aplikasi model sosial ini dapat diterapkan pada proses keperawatan jiwa yaitu pada
saat perawat mengkaji pasien dengan gangguan sosial dan saat melakukan tindakan
keperawatan. Dengan mengaplikasikan model sosial ini maka diharapkan dapat
meningkatkan mutu asuhan keperawatan jiwa.
B. Saran
1. Perawat diharapkandapat menerapkan model konseptual keperawatan jiwa
khususnya model sosialdalam melakukan asuhan keperawatan jiwa dirumah sakit
maupun dilingkungan masyarakat.
2. Institusi pelayanan keperawatan khususnya rumah sakit maupun puskesmas
diharapkan mampu melayani masyarakat dengan menggunakan model konseptual
sosial kepada masyarakat baik yang mengalami gangguan maupun tidak.
3. Institusi pendidikan keperawatan dapat memberikan pendidikan yang mendalam
mengenai model konseptual khususnya model sosialsehingga ketika turun
kelapangan mahasiswa dan mahasiswi dapat melakukan perawatan yang baik dan
benar.