Anda di halaman 1dari 28

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram
dibandingkan dengan berat badan seharusnya untuk masa gestasi bayi itu. (Marmi
dan Rahardjo, 2012). Berat badan lahir rendah (kurang dari 2.500 gram)
merupakan salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap kematian perinatal
dan neonatal. Berat badan lahir rendah (BBLR) di bedakan dalam 2 kategori
yaitu : BBLR karena prematur (usia kandungan kurang dari 37 minggu) atau
BBLR karena intrauterin growth retardation(IUGR) yaitu bayi cukup bulan tetapi
berat kurang untuk usiannya (Dep Kes RI, 2010).
Menurut badan kesehatan (WHO), salah satu penyebab kematian bayi adalah
bayi berat lahir rendah (BBLR), persoalan pokok pada BBLR adalah angka
kematian perinatalnya sangat tinggi dibanding angka kematian perinatal pada bayi
normal. Menurut WHO, BBLR merupakan penyebab dasar kematian dari dua
pertiga kematian neonatus. Sekitar 16% dari kelahiran hidup atau 20 juta bayi
pertahun dilahirkan dengan berat badan kurang dari 2.500 gram dan 90% berasal
dari Negara berkembang. Indikator kesehatan yang berhubungan dengan
kesejahteraan anak adalah Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu
indikator penting untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat dan menilai
keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan. Angka kejadian BBLR di
Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar
antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah Multicenter diperoleh angka BBLR dengan
rentan 2,1%-17,2%.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan dengan BBLR antara lain
kemiskinan merupakan akar dari masalah yang menimbulkan kondisi kurang gizi
pada kaum perempuan. Beban pekerjaan yang berat pada perempuan desa
menambah buruknya gizi dan kesehatan kaum perempuan. Kelahiran yang terlalu
muda, terlalu rapat, terlalu banyak dan terlalu tua menambah buruknya kondisi

1
kesehatan dan gizi ibu hamil yang merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan timbulnya BBLR (Mitayani, 2009).
Pada saat kelahiran maupun sesudah kelahiran, bayi dengan berat badan lahir
rendah kecenderungan untuk terjadinya masalah lebih besar jika dibandingkan
dengan bayi yang berat badan lahirnya normal. Hal ini dikarenakan organ
tubuhnya belum berfungsi sempurna seperti bayi normal. Tingginya angka ibu
hamil yang mengalami kurang gizi, seiring dengan hidup resiko tinggi untuk
melahirkan bayi BBLR dibandingkan ibu hamil yang tidak menderita kekurangan
gizi. Apabila tidak meninggal pada awal kelahiran, bayi BBLR akan tumbuh dan
berkembang lebih lambat, terlebih lagi apabila mendapat ASI ekslusif yang
kurang dan makanan pendamping ASI yang tidak cukup. Oleh karena itu bayi
BBLR cenderung besar menjadi balita dengan status gizi yang rendah. (Herry,
2004).
Penyuluhan harus diberikan pada ibu dan keluarga pada saat masa kehamilan
terutama tentang nutrisi yang baik saat kehamilan, pola hidup yang sehat dan
deteksi dini atas kehamilan dengan resiko tinggi. Dengan mengetahui masalah –
masalah potensial yang akan terjadi pada bayi dengan BBLR, maka akan
membantu tenaga kesehatan mengetahui tindakan apa yang harus segera
dilakukan, seperti ; penanganan bayi BBLR dengan menggunakan metode
kanguru (PMK), merujuk bayi BBLR ke rujukan yang lebih lengkap fasilitasnaya.
Melihat tingginya angka kesakitan dan kematian pada bayi dengan BBLR, Oleh
karena itu penulis tertarik mengambil sebuah asuhan keperawatan yang berjudul
“Asuhan Keperawatan pada By. Ny. S dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
di Ruang MELATI RSUD Cilacap “.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Menggambarkan asuhan keperawatan pada By. Ny. S dengan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) di Ruang MELATI RSUD Cilacap

2. Tujuan Khusus

2
Tujuan khusus dari penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan
penulis mampu:
a. Melakukan pengkajian pada pada By. Ny. S dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) di Ruang MELATI RSUD Cilacap
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada By. Ny. S dengan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) di Ruang MELATI RSUD Cilacap
c. Merumuskan rencana tindakan pada By. Ny. S dengan Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) di Ruang MELATI RSUD Cilacap
d. Melakukan rencana tindakan pada By. Ny. S dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) di Ruang MELATI RSUD Cilacap
e. Melakukan evaluasi pada By. Ny. S dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) di Ruang MELATI RSUD Cilacap
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada By. Ny. S dengan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) di Ruang MELATI RSUD Cilacap

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis
Menambah serta meningkatkan wawasan, pengetahuan dan keterampilan
di dalam memberikan asuhan keperawatan pasien dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR)
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai referensi dan acuan proses keperawatan dengan kasus Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR)
3. Bagi Mahasiswa
Menambah pengetahuan tentang proses keperawatan dengan kasus Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR)

D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah
sebagai berikut :Bab I.Pendahuluan, berisi pendahuluan yang menjelaskan latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat penulisan, dan sistematika
penulisan. Bab II. Tinjauan teori, berisi konsep Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) dan konsep perawatan. Bab III. Tinjauan kasus, berisi pengkajian dan

3
analisa data Bab IV. Pembahasan, berisi pengkajian dan diagnosa keperawatan
Bab V. Penutup, berisi kesimpulan dan saran, dan lampiran.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Teori
1. Pengertian

4
Berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari
2500 gram pada waktu lahir. (Huda dan Hardhi, 2013).
Menurut Ribek dkk. (2011). Berat badan lahir rendah yaitu bayi yang
lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia
gestasi (dihitung satu jam setelah melahirkan).
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang
dari 2500 gram pada waktu lahir. (Amru Sofian, 2012).
2. Klasifikasi
Berikut 4 klasifikasi BBLR:
a. Prematuritas murni: yaitu bayai pada kehamilan kurang dari 37 minggu
dengan berat badan sesuai.
b. SMALL FOR DATE (SFD/Kecil untuk masa kehamilan/KMK) bayi yang
berat badannya kurang dari dari umur yang seharusnya.
c. Retardasi pertumbuhan janin intrauterine (IUGR) yaitu bayi yang lahir
dengan berat badan rendah dan tidak sesuai dengan usia kehamilan
d. Dismaturitas adalah sindrom klinik diman terjadi ketidakseimbangan
antara pertumbuhan janin dengan lajunya kehamilan/bayi yang lahir
dengan bb tidak sesuai dengan tuanya kehamilan/ bayi dengan gejal intra
uterin malnutrition or wasting

3. Faktor penyebab yang mempengaruhi penyakit pre-eklamsia berat


Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor
ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit
vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab
terjadinya BBLR :
a. Faktor ibu
1) Penyakit, seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain
2) Komplikasi pada kehamilan, seperti perdarahan antepartum, pre-eklamsia
berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.

5
3) Usia Ibu dan paritas, angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada
bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia kurang dari 20 tahun atau
lebih dari 35 tahun dan jarak hamil-bersalin terlalu dekat.
4) Faktor kebiasaan ibu seperti ibu perokok, ibu pecandu alkohol dan ibu
pengguna narkotika.
b. Faktor Janin
Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan
kromosom.
c. Faktor Lingkungan
Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi,
radiasi, sosio-ekonomi dan paparan zat-zat racun.(Ikatan Dokter Anak
Indonesia, 2009)

4. Patofisiologi dan Pathway


Banyak factor tang menyebabkan bayi dengan berat badan lahir rendah
seperti dari factor ibu yang terlalu tua atau terlalu tua umurnya saat kehamilan,
factor bayi karena bayi kembar, dan juga factor lingkungan. Semakin kecil dan
semakin prematur bayi, maka akan semakin tinggi risiko gizinya. Beberapa
faktor yang memberikan efek pada masalah gizi :
a. Menurunnya simpanan zat gizi, cadangan makanan di dalam tubuh sedikit.
Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor,
dan seng dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan.
b. Meningkatnya kebutuhan energi dan nutrien untuk pretumbuhan
dibandingkan BBLC.
c. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi antara
reflek hisap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk mencegah
aspirasi pneoumonia belum berkembang denan baik sampai kehamilan 32 –
34 minggu. Penundaan pengosongan lambung atau buruknya motilitas usus
sering terjadi pada bayi preterm.
Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan, pada bayi preterm
mempunyia lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk
mencerna dan mengabsorbsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm.
Produksi amilase pankreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam
pencernaan lemak dan karbohidrat juga menurun. Begitu pula kadar laktose

6
(enzim yang diperlukan untuk mencerna susu) juga sampai sekitar kehamilan
34 minggu.
Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja nafas dan kebutuhan
kalori yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu makanan
secara oral. Potensial untuk kehilangn panas akibat permukaan tubuh
dibanding dengan BB dan sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit.
Kehilangan panas ini akan meningkatkan kebutuhan akan kalori.

PATHWAY

7
5. Manifestasi Klinik

8
Menurut Huda dan Hardhi. (2013), tanda dan gejala dari bayi berat badan
lahir rendah adalah :
a. Sebelum bayi lahir
1) Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus
prematurus, dan lahir mati.
2) Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
3) Pergerakan janin pertama terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih
lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut
4) Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut
seharusnya. Sering dijumpai kehamilan dengan oligradramnion
gravidarum atau perdarahan anterpartum.
b. Setelah bayi lahir
1) Bayi dengan retadasi pertumbuhan intra uterin

2) Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu

3) Bayi small for date sama dengan bayi retardasi pertumbuhan intrauterine.

4) Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya.

c. Selain itu ada gambaran klinis BBLR secara umum adalah :


1) Berat kurang dari 2500 gram.

2) Panjang kurang dari 45 cm.

3) Lingkar dada kurang dari 30 cm.

4) Lingkar kepala kurang dari 33 cm.

5) Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.

6) Kepala lebih besar.

7) Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.

8) Otot hipotonik lemah.

9) Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea.

10) Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus.

11) Kepala tidak mampu tegak.

9
12) Pernapasan 40 – 50 kali / menit.

13) Nadi 100 – 140 kali / menit.

6. Penatalaksanaan
a. Medis
1) Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen
2) Pengawasan terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus)
3) Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi yang cukup
4) Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi dengan antibiotik
yang tepat
b. Penanganan secara umum :
1) Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar
perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan
sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam
incubator
2) Pelestarian suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam
mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan,
asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C.Bayi berat
rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal
tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi
berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga
memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan
harus diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai
300C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram
3) Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator.
Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan
baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih
dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7
kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan
telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat

10
bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih
mudah.
4) Pemberin oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm
BBLR, akibat tidak adanya alveolo dan surfaktan. Konsentrasi O2yang
diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi
o2 yang tinggi dalam masa yang panjangakan menyebabkan kerusakan
pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan
5) Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang
kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan
terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan
gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi.
6) Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah
terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan
pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi
yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara
relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi
preterm.
B. Konsep Perawatan
1. Pengkajian pada pasien BBLR
a. Biodata atau identitas
1) pasien: meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelamin
2) Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau
kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat
antenatal pada kasus BBLR yaitu:
a) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi
buruk, merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan
penyakit seperti diabetes mellitus, kardiovaskuler dan paru.
b) Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran
multiple, kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm.

11
c) Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa
tetapi tidak teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas
kesehatan.
d) Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan
(kehamilan postdate atau preterm).
e) Riwayat natalkomplikasi persalinan juga mempunyai kaitan
yang sangat erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir.
Yang perlu dikaji :
 Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta
maupun plasenta previa.
 Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar,
karena pemakaian obat penenang (narkose) yang dapat
menekan sistem pusat pernafasan.

2) Riwayat post natal. Yang perlu dikaji antara lain :


a) Apgar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua
AS (0-3) asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10)
asfiksia ringan.

b) Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu


aterm ³ 2500 gram lingkar kepala kurang atau lebih dari normal
(34-36 cm).

c) Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus


anetrecial aesofagal.

3) Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi
gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga
perlu diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan kondisi
bayi untuk mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga
untuk mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi
disamping untuk pemberian obat intravena.

4) Pola eliminasi

12
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah BAB : frekwensi, jumlah,
konsistensi. BAK : frekwensi, jumlah

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnoasa yang muncul pada pasien BBLR adalah pola nafas tidak
efektif berhubungan dengan imaturitas paru, resiko tinggi infeksi
berhubungan denga imunologi yang kurang, hipotermi berhubungan dengan
lapisan lemak kulit yang masih tipis.

3. Fokus Intervensi
a. pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas paru
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selam 3x24 jam diharapkan pola
nafas efektif dengan kriteria hasil sebagai berikut :
Indikator IR ER
1. Sianosis
2. Respirasi rate
3. Dispnea
Keterangan :
1) Ekstrim
2) Berat
3) Sedang
4) Ringan
5) Tidak ada
Intervensi : Airway management
1) Posisikan pasien untuk pertukaran udara yang optimal
2) Observasi adanya penyimpangan, kenali tanda-tanda distress
se[perti mengorok, sianosis, dan apnea.
3) Lakukan bila ada secret untuk mengeluarkan mucus yang
berakumulasi
4) Pertahankan jalan nafas paten
5) Monitor RR
6) Monitor saturasi oksigen
7) Monitor ttv

13
b. Resiko infeksi berhubungan dengan dengan trauma jaringan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan resiko infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil sebagai
berikut :
Indikator IR ER
1. Tanda dan gejala infeksi
2. Jumlah leukoit

Keterangan :
6) Ekstrim
7) Berat
8) Sedang
9) Ringan
10) Tidak ada
Intervensi : Risk management
1) Monitor hasil laboratorium darah pasien : Leukosit
2) Monitor tanda dan gejala infeksi
3) Pertahankan tehnik isolas
4) Tingkatkan intake nutrisi
5) Pastikan semua pemberi perawatan mencuci tangan sebelum dan
sesudah tindakan
6) Kolaborasi pemberian antibiotik

c. Hipotermi berhubungan dengan lapisan lemak kulit yang amsih tipis


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan hipotermi teratasi dengan kriteria hasil sebagai berikut :
Indikator IR ER
1.Temperatur tubuh
2.RR
3.Nadi

14
Keterangan
1) Sangat berat dari kisaran normal
2) Berat dari kisaran normal
3) Sedang dari kisaran normal
4) Ringan dari kisaran sedang
5) Tidak ada

Internvensi : Hypothermia treatment


1) Monitor warna tubuh dan suhu tubuh
2) Gunakan pakaian tebal untuk penghangat
3) Pindahkan dari lingkunga yang dingin ke lingkungan yang hangat
(masukkan incubator)
4) Gunakan lampu pemanas atu penghangat
5) Bagikan kehngat diri sendiri pada bayi

BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Dilakukan oleh penulis di Ruang Melati RSUD Cilacap. Pada tanggal 26
Februari 2018, pukul 10.00 WIB dengan sumber data dari pasien, keluarga pasien,
perawat ruangan dan rekam medis.
1. Identitas
Pasien bernama BY.Ny.s berusia 0 hari berjenis kelamin laki-laki yang
beralamat di Gandrungmangu, Cilacap. Diagnosa BBLR
2. Riwayat Penyakit

15
Keluhan utama pasien saat masuk kerumah sakit adalah BY.Ny.s datang
dengan berat badan lahir rendah 1.800 gr, hipotermia, dan sianosis, Riwayat
penyakit sekarang pasien dibawa ke rs karena dengan berat badan lahir
rendah 1.800 gr, hipotermia, dan sianosis, lalu paien dibawa ke IGD RSUD
CILACAP lalu dibawa keruang melati. Riwayat penyakit dahulu keluarga
pasien mengatakan bahwa pasien tidak mempunyai riwayat penyakit dahulu.
Riwayat penyakit keluarga keluarga pasien mengatakan bahwa keluarga
pasien tidak mempunyai riwayat penyakit keluarga. Riwayat alergi tidaka
ada. Pengkajian nyeri belum bisa dikaji. Riwayat imunisasi Hb0.
3. Riwayat kehamilan atau antenatal
a. Usia ibu saat hami : 27 tahun
b. Status ibstetri : P1A0
c. Umur kehamilan : 33 minggu
d. Masalah kehamilan : Premature
e. Pemeriksaan kehamilan
1) Frekuwensi : Sering
2) Tempat pemeriksaan : Puskesmas

f. Riwayat persalian
1) Jenis persalian : Spontan
2) Penyulit persalian : Tidak ada
3) Tempat persalinan : Puskesmas
4) Berat badan lahir : 1.800 gr
5) Panjang badan lahir : 43 cm
g. Riwat operasi : Tidak ada

4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Somnolen
Tanda vital : Nadi : 113x/mnt Suhu : 34˚C RR :65x/mnt
SPO2: 87%
Saat lahir Saat ini

1. berat badan (gram) 1800 1800

2. Panjang badan 42 42

3. Lingkar Kepala 29 29

16
Terdapat reflek moro dan menggenggam, menghisap tidak ada. Tonus /
aktivitas tenang. Bayi menangis keras. Kepala / leher bayi: Fontanel
anterior: Lunak, Sutura Sagitalis: tepat, Gambaran wajah: Simetris, Molding
tidak ada, mata: bersih . THT: Telinga: Normal, Hidung: Bilateral, Palatum:
Normal. Abdomen: Lunak, Lingkar perut : 25 cm, Liver: kurang dari
2 cm. Torak: Simetris, Retraksi: Derajad 1, Klavikula: Normal, Paru-paru:
suara napas : Sama Kanan kiri, Bronkovesikuler, Bunyi napas:
terdengar di semua lapang paru, Respirasi: ventilasi assisted CPAP. Jantung:
Bunyi Normal Sinus Rytm (NSR): 128 x/mnt. Ekstremitas: semua
ekstremitas gerak, Ekstremitas atas dan bawah: (√) simetris. Umbilikus:
normal, Genital: Paten, Anus: paten, Spina: normal, Kulit: Warna: biru,
keriput, sedikit lapisan lemak, suhu, Lingkungan: suhu ruang dan boks
tertutup, suhu kulit: 34˚C

5. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN/REFLEK PRIMITIF


a. Kemandirian dan bergaul
Bayi menangis bila haus, BAB/ngompol
b. Motorik halus
Bayi mampu mengeluarkan tangan dari bedongan
c. Kognitif dan bahasa
Bisa mengikuti arah datangnya rangsang
d. Motorik kasar
Saat tidur telentang bisa menggerakkan kaki dan tangan

6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa pada
pasien yaitu pemeriksaan laboratorium untuk hematologi, dan urin rontgen
pada tanggal 20 Januari 2018. Pada pemeriksaan hematologi untuk BBLR
3
ditemukan hasil : wbc : 40,000 /uL (N : 3.8-10.6), trombosit: 335,00/uL,
hgb : 11,4 g/Dl, hct : 33,0%, golongan darah b+.

7. Program Terapi
Mengenai program terapi yang diberikan kepada BY.ny.s sesuai dengan
resep dokter yaitu: infus D10% 7 tpm, bactesyn : 2x0,6ml

17
B. Analisa Data
1. Analisa data yang disusun dengan tabel
Tanggal Data Etiologi Masalah
20 Ds : - Imaturitas paru Pola nafas
Do : Pasien tampak alat bantu nafa cpap, rr: 65x/menit,
Januari tidak efektif
SPO2: 87%,suara nafs bronkovesikuler
2018
20 Ds : - Tidak adekuatnya Resiko infeksi
Do : Tampak terpasang ogt, terpasang infuse, tali pusat
Januari kekebalan tubuh
masih basah, leukoit: 40.000/uL,malnutrisi,vaksinasi
2018
tidak adekuat
20 Ds : - Malnutrisi Hipotermi
Do : suhu tubuh 34˚C, tubuh bayi dingin,kulit bayi
Januari
tampak tipis
2018

2. Perumusan diagnosa keperawatan


a. Diagnosa keperawatan yang muncul yaitu pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan imaturitas paru, resiko tinggi infeksi berhubungan
denga imunologi yang kurang, hipotermi berhubungan dengan malnutrisi.
b. Diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas yaitu pola nafas tidak
efektif berhubungan dengan imaturitas paru, resiko tinggi infeksi
berhubungan denga imunologi yang kurang, hipotermi berhubungan
dengan malnutrisi.
3. Intervensi,Implementasi,dan Evaluasi
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas paru
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selam 3x24 jam diharapkan pola
nafas efektif dengan kriteria hasil sebagai berikut :
Indikator IR ER
1. Sianosis 2 4
2. Respirasi rate 2 4
3. Dispnea 2 4

18
Keterangan
1) Ekstrim
2) Berat
3) Sedang
4) Ringan
5) Tidak ada

Intervensi : Airway management


1) Posisikan pasien dengan cara kepala mendongak ke atas untuk
pertukaran udara yang optimal
2) Observasi adanya penyimpangan, kenali tanda-tanda distress
seperti mengorok, sianosis, dan apnea.
3) Lakukan suction
4) Pertahann jalan nafas paten dengan cara mengagnjal bahu dengan
selimut yang digulung
5) Monitor RR
6) Monitor saturasi oksigen
7) Monitor ttv
Implementaai
Hari ke-1
1) Mengkaji rr: 65x/menit
2) Memposisikan bayi agar jalan nafasnya terbuka yaitu dengan
membuat ganjalan dibawah pundak bayi
3) Memasangkan CPAP
4) Pemasangan monitor oxymetry dan monitor pulse
Hari ke-2
1) Monitor rr: 55x/menit
2) Monitor SPO2: 97%
Hari ke-3
1) Monitor rr:53x/menit
2) Monitor SPO2: 97%
Evaluasi
S:-
O : Tampak sesak nafas bayi berkurang , rr: 53x/menit, SPO2: 97%
A : Masalah pola nafas tidak efektif teratasi
Indikator Awal Target Akhir

19
1. Sianosis 2 4 4
2. Respirasi rate
2 4 4
3. Dispnea
2 4 4

P : Pertahankan intervensi intervensi


b. Resiko tinggi infeksi berhubungan denga imunologi yang kurang
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan resiko infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil sebagai
berikut:
Indikator IR ER
1. Tanda dan gejala infeksi 2 4
2. Jumlah leukoit 2 4

Keterangan :
1) Ekstrim
2) Berat
3) Sedang
4) Ringan
5) Tidak ada
Intervensi : Risk management
1) Monitor hasil laboratorium darah pasien : Leukosit
2) Perawatan tali pusat
3) Ganti popok bayi bisa kotor
4) Ganti sprei bayi bila basah
5) Tingkatkan intake nutrisi
6) Pastikan semua pemberi perawatan mencuci tangan sebelum dan
sesudah tindakan
7) Kolaborasi pemberian antibiotik
Implementasi
Hari ke-1
1) Pemberian antibiotik bactesin 0,6 ml
2) Mencuci tangan sebelum menyentuh bayi
3) Pemberian sonde 2cc
Hari ke-2
1) Pemberian antibiotik bactesin 0,6 ml
2) Mencuci tangan sebelum menyentuh bayi
3) Pemberian sonde 2cc

20
Hari ke-3
1) membersihkan popok bayi
2) Perawatan tali pusat pemberian sonde 2cc
Evaluasi
S:-
O : Tampak terpasang ogt, terpasang infuse, tali pusat masih basah,
leukoit: 40.000/uL
A : Masalah resiko infeksi belum teratasi
Indikator Awal Target Akhir
1. Tanda dan gejala infeksi 2 4 3
2. Jumlah leukoit
2 4 3

P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor tt
c. Hipotermi berhubungan dengan malnutrisi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 kjam
diharapkan pasien menunjukkan suhu normal dengan kriteria hasil
sebagai berikut :
Indikator IR ER
1.Temperatur tubuh 2 3
2.RR 2 3
3.Nadi 3 3

Keterangan
1) Sangat berat dari kisaran normal
2) Berat dari kisaran normal
3) Sedang dari kisaran normal
4) Ringan dari kisaran sedang
5) Tidak ada

Internvensi : Hypothermia treatment


1) Monitor warna tubuh dan suhu tubuh
2) Gunakan pakaian tebal untuk penghangat

21
3) Pindahkan dari lingkunga yang dingin ke lingkungan yang hangat
(masukkan incubator)
4) Gunakan lampu pemanas atu penghangat
5) Bagikan kehangat diri sendiri pada bayi

Implementasi
Hari ke-1
1) Memeriksa suhu bayi : 34˚C
2) Meletakkan bayi di incubator

Hari ke 2
1) Memeriksa suhu bayi : 36˚C
Hari ke 3
1) Memeriksa suhu bayi : 36˚C
Evaluasi
S:-
O : Suhu bayi 36˚C
A : Masalah hipotermi teratasi

Indikator Awal Target Akhir


1.Temperatur tubuh 2 3 3
2.RR
2 3 3
3.Nadi
2 3 3

P : Pertahankan intervensi

22
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan pada By.
Ny. S dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), mulai dari pengkajian sampai dengan
diagnosa. Pembahasan ini, penulis mencoba untuk mengkaitkan antara referensi yang
didapat tentang pasien dengan kondisi pasien.

A. PENGKAJIAN
Muttaqin tahun 2009 menjelaskan definisi pengkajian adalah salah satu dari
komponen proses keperawatan yang merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh
perawat dalam menggali permasalahan pasien, meliputi usaha pengumpulan data
dan membuktikan data tentang status kesehatan seorang pasien. Keahlian dalam
melakukan observasi, komunikasi, wawancara, dan pemeriksaan fisik sangat
penting untuk mewujudkan fase proses keperawatan.
Penulis dalam mendapatkan data dari pasien menggunakan teknik
pengumpulan data dengan wawancara dan studi pustaka. Dalam pengumpulan data,
penulis menggunakan pengkajian mmengambil dari rekam medis dan data subjektif
dan objektif pasien. Pada saat pengkajian, penulis memperoleh data fokus pada data
obyektif ditemukan Pasien tampak alat bantu nafa cpap, rr: 65x/menit, SPO2: 87%.
Hasil pengkajian yang penulis temukan pada pasien diantaranya Pasien tampak alat
bantu nafa cpap, rr: 65x/menit, SPO2: 87%, Tampak terpasang ogt, terpasang
infuse, tali pusat masih basah, leukoit: 40.000/uL, suhu tubuh 34˚C, tubuh bayi
dingin.
Pada pemeriksaan fisik pasien penulis mendapatkan data antara lain
pemeriksaan umum: kesadaran somnolen, Nadi: 128x/menit, Respirasirate:
65x/menit, Suhu: 34°C. Pemeriksaan antropometri: Berat badan 1.800 gr, Tinggi
badan: 42 cm, lila: 9 cm, lingkar dada: 27 cm. Untuk pemeriksaan Head to To
didapatkan hasil antara lain:

23
Terdapat reflek moro dan menggenggam, menghisap tidak ada. Tonus /
aktivitas tenang. Bayi menangis keras. Kepala / leher bayi: Fontanel anterior:
Lunak, Sutura Sagitalis: tepat, Gambaran wajah: Simetris, Molding tidak ada,
mata: bersih . THT: Telinga: Normal, Hidung: Bilateral, Palatum: Normal.
Abdomen: Lunak, Lingkar perut : 25 cm, Liver: kurang dari 2 cm. Torak:
Simetris, Retraksi: Derajad 1, Klavikula: Normal, Paru-paru: suara napas :
Sama Kanan kiri, Bronkovesikuler, Bunyi napas: terdengar di semua lapang
paru, Respirasi: ventilasi assisted CPAP. Jantung: Bunyi Normal Sinus Rytm
(NSR): 128 x/mnt. Ekstremitas: semua ekstremitas gerak, Ekstremitas atas dan
bawah: (√) simetris. Umbilikus: normal, Genital: Paten, Anus: paten, Spina:
normal, Kulit: Warna: biru, keriput, sedikit lapisan lemak, suhu, Lingkungan:
suhu ruang dan boks tertutup, suhu kulit: 34˚C

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan didefinisikan sebagai penilaian klinis tentang pengalaman/
respon individu, keluarga, kelompok, atau komunitas tehadap masalah kesehatan/
proses kehidupan aktual atau potensial, dan memberi dasar pemilihan intervensi
keperawatan untuk mencapai hasil yang dapat dipertanggungjawabkan (Judith M.
Wilkinson, 2015).
1. Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus By. Ny. S yang sesuai
dengan teori
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas paru. Pengertian
adalah inspirasi atau ekspirasi yang tidak member ventilasi yang adekuat.
Karakteristiknya adalah dyspnea, penurunan suara nafas, sianosis,
kelainan suara nafas, kesulitan bicara, ortopnea, takipnea, penggunaan
otot bantu pernafasan.
b. Risiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya kekebalan tubuh
Pengertian adalah mengalamai peningkatan risiko terserang oganisme
pantogen.
c. Hipotermi berhubungan dengan lapisan lemak kulit yang masih tipis.
Pengertian adalah Suhu tubuh berada dibawah kisaran normal.
Karakteristinya adalah Suhu tubuh dibawah kisaran normal, Kulit

24
dingin, Dasar kuku sianotik, Hipertensi, Pucat, Piloreksi, Menggigil,
Pengisian ulang kapiler lambat, Takikardi

2. Diagnosa keperawatan yang tidak ditemukan pada kasus By. Ny. S tetapi
ada konsep teori
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan imaturitas saluran paru. Pengertian adalah asupan nutrisi tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Karakteristiknya adalah
bising usus hiperaktif, tonus otot menurun, diare..

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

25
Berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram
pada waktu lahir. Berat badan lahir rendah yaitu bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (dihitung satu jam setelah
melahirkan).
Pengkajian dapat dilakukan pada kasus pasien By. Ny. S dengan Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) dengan menggunakan pola fungsional Gordon. Diagnosa
keperawatan yang dirumuskan pada kasus pasien By. Ny. S dengan Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) ditemukan diagnosa pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan imaturitas paru, resiko tinggi infeksi berhubungan denga imunologi yang
kurang, hipotermi berhubungan dengan lapisan lemak kulit yang masih tipis.
Evaluasi keperawatan dilakukan pada hari ke-3 dengan menggunakan SOAP pada
catatan perkembangan. Diagnosa yang belum teratasi untuk diagnosa risiko infeksi
berhubungan dengan tidak adekuatnya kekebalan tubuh.
.Dokumentasi asuhan keperawatan pada pasien By. Ny. S dengan Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) ini menggunakan pola fungsional Gordon, dalam
menegakkan diagnosa penulis memakai NANDA, NIC, dan NOC sebagai acuan
pembuatan Asuhan Keperawatan ini.

B. Saran
1. Rumah Sakit Umum Daerah Cilacap
Perlu adanya pengobatan yang efektif agar pasien mengalami hipotermi
yang sangat lama.
2. Institusi Akper Serulingmas Cilacap
Perlu ditingkatkan pembelajaran pada mahasiswa Akper Serulingmas
tentang pembelajaran praktek yang sesuai dengan teori dan peningkatan
pemahaman tentang teori asuhan keperawatan.
3. Mahasiswa

26
Lebih termotivasi untuk mencari informasi atau menambah pengetahuan
dan wawasan dari buku atau tenaga kesehatan sehingga dapat mencegah atau
menangani BBLR yang banyak diderita bayi masyarakat indonesia.

27
DAFTAR PUSTAKA

Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa NANDA NIC-NOC. Jakarta: Media Action.
Ribek, Nyoman, dkk. 2011.Buku Pintar Bimbingan Laboratorium dan Klinik
Keperawatan Anak. Denpasar: Departemen Keperawatan Anak Poltekkes
Denpasar
Sofian, Amru. 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri: Obstetri Operatif Obstetri
Sosial Edisi 3 Jilid 1 & 2. Jakarta: EGC

Rumah Sakit Cilacap. 2018. Data Rekam Medis. Cilacap

Nanda International 2014. Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi.


Jakarta:EGC

Nanda International 2015. Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. 2009-2011.


Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta

Docterman dan Bullechek. Nursing Invention Classifications (NIC), Edition 4, United


States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004.

Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. Nursing Out Comes (NOC), United States Of
America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004.

28

Anda mungkin juga menyukai