Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bertambahnya penyakit yang berkaitan pada pasien lansia adalah
ketidakmampuan system kardiovaskuler mengatasi perpindahan volume cepat
trombosis intraseluler serta kejang setempat (diduga karena hiperkonsentrasi darah
yang berlebihan dan kurangnya aliran darah setempat).
Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah, disertai lesi pada
membran basalis dengan mikroskop elektron. Diabetes yang tidak disadari dan tidak
diobati dengan tepat atau diputus akan memicu timbulnya penyakit berbahaya dan
memicu terjadinya komplikasi. Komplikasi yang diakibatkan kadar gula yang terus
menerus tinggi dan merupakan penyulit dalam perjalanan penyakit diabetes mellitus
salah satunya adalah Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik Hiperglikemia.
Angka kematian HHNK 40-50%, lebih tinggi dari pada diabetik ketoasidosis.
Karena pasien HHNK kebanyakan usianya tua dan seringkali mempunyai penyakit
lain. Sindrom koma hiperglikemik hiperosmolar non ketosis penting diketahui karena
kemiripannya dan perbedaannya dari ketoasidosis diabetic berat dan merupakan
diagnosa banding serta perbedaan dalam penatalaksanaan (Hudak dan Gallo). Pasien
yang mengalami sindrom koma hipoglikemia hiperosmolar nonketosis akan
mengalami prognosis jelek. Komplikasi sangat sering terjadi dan angka kematian
mencapai 25%-50%.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik (HHNK)?
2. Apa saja tanda dan gejala dari Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik (HHNK)?
3. Bagiamana patofisiologi dari Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik (HHNK)?
4. Apa saja tes diagnostic dari Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik (HHNK)?
5. Bagamana penatalaksanaan Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik (HHNK)?
6. Apa saja komplikasi dari Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik (HHNK)?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien Hiperglikemik Hiperosmolar
Nonketotik (HHNK)?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian hiperglikemik hiperosmolar nonketotik (hhnk)?
2. Untuk mengetahui apa saja tanda dan gejala dari hiperglikemik hiperosmolar
nonketotik (HHNK)
3. Untuk mengetahui bagiamana patofisiologi dari hiperglikemik hiperosmolar
nonketotik (HHNK)
4. Untuk mengetahui apa saja tes diagnostic dari hiperglikemik hiperosmolar
nonketotik (HHNK)
5. Untuk mengetahui bagamana penatalaksanaan hiperglikemik hiperosmolar
nonketotik (HHNK)
6. Apa saja komplikasi dari Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik (HHNK)?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien Hiperglikemik Hiperosmolar
Nonketotik (HHNK)

BAB II

PEMBAHASAN

I. KONSEP TEORI
A. Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik (HHNK)
Sindrom hiperglikemia hyperosmolar nonketotik (HHNK) juga dikenal
dengan koma hyperosmolar,koa hyperosmolar nonketotik,koma hipeglikemik
hyperosmolar nonketotik,merupakan kondisi emergensi yang disebabkan tidak
efektifnya insulin atau retensi insulin berat yangmenyebabkan keadaan hiperglikemik
yang ekstrim. HHNK sering terjadi pada pasien dewasa akhir dengan diabetes militus
tipe 2. Keadaan HHNK dipicu oleh adanya infeksi, stress,injuri,trauma,yangdapat
meningktkan insulin.
B. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala HHNK diantaranya :
 Penurunan kesadaran,koma,gangguan orientasi
 Tanda hiperglikemia seperti polyuria,polidipsi,dan polifagia
 Tanda-tanda dehidrasi
 Gangguankeseimbangan elektrolit seperti hypernatremia,hypokalemia dan
hipofostemia dan gangguan asam basa.

C. Patofisiologi
Pasien dengan hiperglikemia hyperosmolar nonketotik mempunyai tandayang
klasik yaitu adanya peningkatan serumglukosa yang lebih dari 600mg/dl,bahkan
sampai dengan 100mg/dl , serum osmolaritas 320mOsom atau lebih, adanya dehidrasi
dan tidak ada ketosis. Dipercaya bahwa insulin dapat mencegah terjadinya asidosis
karna dapat meekan terjadinyalipolisisyangmembentuk badanketon. Tanpa adanya
insulin glukosaterhambat masukkedalam sel sehingga glukosa menumpuk pada
peredara darah dan menyebabkan hiperosmolaritas. Keadaan ini memicu terjadinya
diuresis dan menstimulasi keluarnya atau hilngnya elektrolit seperti kalium,natrium
dan posfat. Pasien dapat kehilangan cairan 25% dari total cairan tubuh. Hilangnya
cairan ekstraseluler memicu pelepasan aldosterone yang mempunyai efek pada retensi
natrium . keadaan hiperosmolaritas juga berakibat pada lambatnya aliran darah yang
dapat menimbulkan tromboemboli. Emboli pada pembuluh darah otak
mengakibatkan stroke dan pada jantung menimbulkan miorkardiak infark .

D. Tes diagnostic
 Serumglukosa ebih dari 600mg/dl
 Kadar natrium meningkat 125-160mEq/L
 Kalium kurang dari3,5 mEq/l
 Kloriida kurang dari 95mEq/l
 Fosfat kurang dari 1,7 mEq/l
 Omolaritas serum lebih dari350mOsm/L

E. Penatalaksanaan
 Rehidrasi cairan, pemberian cairan saline 0,45%intravena
 Pemberian insulin
 Pencegahan tromboembolikeperti pemberian heparine

F. Komplikasi
 Thrombosis arteri
 Stroke
 Gagal ginjal
 Sepsis
 Edema serbri
 Gagal jantung

II. KONSEP ASKEP


A. Pengkajian
1. Riwayat keperawatan
 Riwayat pasien dengan diabetes militus
 Riwayat keluarga dengan diabetes militus
 Riwayat pengobatan atau penggunaan insulin .

2. Keluhan utama dan pemeriksaan fisisk


a. System persarafan
 Penurunan kesadaran,koma,latergi, bingung, disorientasi
 Menurunya reflesks
 Parestesia.

b. System pernapasan
 Pernapasancepat ,pernafasankusmaul, berkeringat .
 Pernafsan bau keton .

c. System kardiovaskuler
 Hipotensi
 Takikardi
 Pulsasilemah
 Menurunya turgor kulit.

d. System gastrointestinal
 Polydipsia
 Mual,muntah
 Nyeri abdomen

e. System perkemihan
 Polyuria
 Osmotic diuresis
 Dehidrasi

3. Test diagnostic, menurut tucker,atal (2000)


a. Pemeriksaan darah
 Serum glukosa 200-600mg/dl
 Plasma keton > 4+ pada dilusi 1:1
 Osmolaritas serum <350msOm/kg
 Sodium normal atau menurun
 Potassium tinggi,normal atau rendah
 Bikarbonat 0-151mEq
b. Pemeriksaan urine

B. Diagnosa dan Intervensi keperawatan


1. Resiko deficit volume cairn berhubungan dengan diuresis osmotic
Tujuan : defisist volue cairan tidak terjadi , pasien menunjukkan keseimbangan
caira dan elektrolit
Kriteria hasil
 ttv dalam batasnormal
 keseimbangn elektrolit dn asam basa
 keseimbangn elektrolit dan non elektrolit dalam tubuh
 hidrasi terpenuhi : jumlah cairan itra dan ekstra sel terpenuhi
 kosentrasi dan Bj urine normal
 Hb dan Hematologi dalam batas normal
 Asupan oral dan parental yangadekuat
 Turgor kulit lastis, membrane mukosa lembab
 Urine output normal ( 1200cc/hari)
 Keton darah dalam batas normal 0,00-0,60
 Gula darah dalam batas toleransi

Data yang mungkin muncul

 Turgor kulit kurang


 Elektrolit tidak normal
 Intakedanout cairan tidak seimbang
 Polyuria
 Hipotensi
 Nilai perubahan hasil EKG,adanya tanda miokardiainfark, hypokalemia atau
hyperkalemia
 Nilai AGD tidak normal
 Pernapasan bau keton

Intervensi Keperawatan Rasional


1.Kaji tanda-tanda adanya dehidrasi seperti  Sebagai data awal untuk
turgor kulit menurun, mukosa mulut kering membandingkan dan mengevaluasi
adanya rasa haus keberhasilan implementasi yang
diberikan

2.Monitoring tanda vital dan status mental  Pada ketoasidosis diabetik terjadi
setiap 1-2 jam perubahan tanda vital seperti adanya
hipotensi,nadi menjadi lebih
cepat,pernapasan kusmaul

3.Monitor intake dan output cairan setiap 1-2  Pemberian cairan intravena secara
jam, catat hasilnya cepat dapat menimbulkan
overhidras,edema paru. Defisit
volume cairan menurunkan filtrasi
glumerulus karena aliran darah ke
ginjal menurun sehingga terjadi
oliguria atau anuria.

4.Kaji tanda dan gejala hipovolemik syok


seperti takikardia,tekanan darah  Pengeluaran cairan yang berlebihan
menurun,nadi lemah,kulit dingin,suhu tubuh disertai tidak adekuatnya intake
meningkat,perubahan kesadaran cairan berakibat terjadinya syok
hipovolemia.
5.Kaji status neurologis setiap 2 jam,sampai
pada keadaan pasien stabil
 Hipovolemia berat mungkin
menyebabkan dehidrasi pada jaringan
otak yang dapat berakibat pada
6.Monitor serum glukosa setiap 30-60 menit. gangguan kesadaran sampai koma.

 Salah satu kriteria adanya


ketoasidosis diabetik adalah adanya
hiperglikemia dengan kadar gula
darah lebih dari 250mg/dl.
7.Kaji tanda adanya hipokalemia seperti
kelelahan,kram,aritmia,perubahan
pernapasan  Osmosis diuretik menyebabkan
peningkatan sekresi kalium,sehingga
terjadi hipokalemia
8.Kaji tanda-tanda asidosis seperti:
mengantuk,koma,bingung,menurunnya  Pasien dengan ketoasidosis diabetes
tekanan darah,aritmia,vasodilatasi salah satu tandanya adalah asidosis
perifer,mual,muntah,diare,nyeri metabolik yang ditandai adanya
abdomen,nyeri kepala,pernapasan kusmaul penurunan pH <7.30 dan serum
bikarbonat kurang dari 15 mEq/dl
9.Kaji kadar serum keton,asetoasetat &
hidroksikbutirat dan aseton
 Pada ketoasidosis diabetik terjadi
peningkatan kadar badan keton dalam
darah
10.Kaji analisa gas darah
 Ketoasidosis menimbulkan Ph
menurun <7.35,HCO tidak normal
11.Kaji rasio BUN dengan kreatinin
 Pada keadaan normal 10:1 sampai
15:1,jika lebih dari 20:1 bertanda
dehidrasi
12.Kaji perubahan hemoglobin dan
hematokrit  Terjadi peningkatan karena
hemokonsentrasi

13.Monitor dan catat elektrokardiografi  Ketoasidosis dapat menimnulkan


hipokalemia atau hiperkalemia yang
dapat perubahan konduksi jantung

14.Monitor pemberian bikarbonat IV  Salah satu efek pemberian bikarbonat


adalah hipokalemia

15.Monitor terjadinya hipoglikemia  Pemberian insulin dapat berdampak


pada penurunan glukosa darah

16.Kolaborasi dalam pemberian cairan  Cairan isotonik normal salin akan


normal salin (0,9 % NaCl), 15 sampai dengan cepat masuk cairan ekstrasel
20ml/kg/jam atau lebih sesuai kondisi sehingga menambah volume vaskuler

17.Kolaborasi dalam pemberian cairan


 Mencegah hipoglikemia
dextrose jika gula darah menurun tidak sesuai
dengan
yang diharapkan
 Mencapai kadar gula darah yang
18.Kolaborasi dalam pemberian terapi insulin
stabil dalam batas toleransi pasien
reguler (RI)

Hasil GDS RI
<200 -
201-250 5 UI
251-300 10 UL
301-350 15 UL
>350 20 UL

2. Perubahan nutirisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


defisit insulin
Tujuan : kebutuhan nutirisi terpenuhi
Kriteria hasil :
 Menunjukkan status nutrisi meningkat sesuai dengan kebutuhan tubuh
 Intake nutrisi adekuat
 Tidak mual,muntah
 Tidak ada tanda-tanda anemia
 Klien menunjukkan peningkatan dalam kekuatan otot
 Gula darah dalam batas toleransi :80-160 mg/dl

Data yang mungkin muncul :


 Pasien mual,muntah
 Pasien dipuasakan
 Pasien tidak menghabiskan makanan yang disediakan
 Hiperglikemia

Intervensi Keperawatan Rasional


1.Kaji tanda-tanda anemia  Ketoasidosis menyebabkan
mual,muntah dan tidak nafsu
makan,pada keadaan yang lama
menimbulkan anemia
2. Identifikasi faktor penyebab nutrisi kurang
 Merencanakan kebutuhan nutrisi
3.Timbang berat badan jika memungkinkan pasien

 Berat badan merupakan salah satu


4.Kolaborasi dengan tim gizi dalam indikasi status nutrisi
menentukan kebutuhan nutrisi
 Menentukan kebutuhan nutrisi
5.Berikan makanan dalam porsi kecil tetapi
sering
 Mengurangi mual dan memenuhi
6.Monitor intake nutrisi kebutuhan nutrisi
7.Kolaborasi dengan tim medik dalam  Mengetahui keseimbangan nutirsi
pemberian nutirsi intravena seperti trovusin
 Memenuhi kebutuhan nutrisi
8.Monitoring Hb dan hematokrit

 Ketoasidosis menimbulkan
9.Laksanakan program pemberian insulin
peningkatan hemoglobin dan
hematokrit
10.Monitor gula darah sesuai program
 Insulin berperan dalam keseimbangan
glukosa darah

 Memastikan efektifitas terapi yang


diberikan
3. Resiko injuri berhubungan dengan penurunan kesadaran
Tujuan : injuri fisik terjadi
Kriteria hasil :
 Trauma fisik terjadi
 Tidak ada perlukaa
 Kesadaran pasien meningkat
 Orientasi yang baik

Data yang mungkin muncul :


 Pasien mengalami penurunan kesadaran
 Pasien mengalami kelemahan fisik
 Pasien mengalami gangguan orientasi

Intervensi Keperawatan Rasional


1.Kaji status defisit neurologi setiap 2 jam  Ketoasidosis menyebabkan
penurunan kesadaran,perbaikan
kondisi pasien dapat terlihat dari
perbaikan kesadaran
2.Pertahankan kepatenan jalan napas
 Jalan napas yang paten memperlancar
suplai oksigen untuk memperbaiki
oksigenasi otak
3.Juga tempat tidur dengan posisi yang lebih
rendah dan terpasang penghalang tempat  Mengursngi risiko pasien jatuh
tidur

4. Jaga dan letakkan barang-barang yang  Mengurangi risiko cedera


berisiko mencederai pasien

5. Pastikan perawat meninggalkan pasien


dalam keadaan aman dari cedera  Kecelakaan dapat terjadi karena
kelalaian
6. Bantu pasien dalam mobilitas  Mengurangi risiko jatuh

7. Lakukan orientasi barang-barang yang


 Pasien dapat terhindar dari risiko
dibutuhkan pasien cedera karena kelalaian ketidaktahuan
penempatan barang

8. Bantu pasien dalam perawatan diri seperti


 Keadaan tubuh pasien, tempat tidur
kebersihan mulut,mandi,keramas
yang kurang bersih pasien dapat
mengalami lecet.

4. Intoleransi Aktivitas Berhubungan Dengan Kelemahan ( Penurunan


Produksi Energy, Peningkatan Kebutuhan Energy, Perubahan Kimia
Tubuh, Kondisi Fisik Yang Lemah
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien dapat beradaptasi dengan
aktivitasnya.
Kriteria hasil :
 Tidak ada lethargi
 Kesadaran membaik,
 Menampilkan perilaku beristirahat
 Energy tersimpan setelah aktivitas
 Hb darah klien dalam batas normal (14-16 gr/dL)
 Pasien dapat melakukan aktivitas secara bertahap

Data yang mungkin muncul


 Klien mengalami penurunan kesadaran
 Klien tampak lemah
 Semua kebutuhan pemenuhan ADL dibantu oleh perawat
 Mulut klien kotor, bau.
 Kekuatan otot menurujn
 Hb dibawah normal

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL


1. Observasi kemampuan pasien dalam  Menentukan kemampuan pasien
aktivitas dalam melakukan aktivitas
2. Kaji faktor-faktor yang berkontribusi  Kelemahan fisik dapat terjadi
terhadap kemampuan aktivitas pasien ketidakseimbangan elektrolit, anemia
seperti gangguan elektrolit maupun
penurunan Hb.
3. Monitor nutrisi dan sumber energy  Kekurangan sumber energy tubuh
yang adekuat dapat menjadi penyebab kelemahan
fisik
4. Monitor resvon kardiovaskuler  Aktivitas membutuhkan energy,
terhadap aktivitas untuk menghasilkan energy,
dibutuhkan oksigen yang disuplai
melalui sirkulasi darah, sehingga
jantung harus bekerja secara optimal
untuk memenuhi kebutuhan sirkulasi
darah
5. Monitor pola tidur dan istirahat  Istirahat yang cukup dapat
pasien menyimpan kebutuhan energy.
6. Bantu pasien dalam mobilitasisi yang  Meningkatkan kemampuan mobilisasi
sesuai dan beradaptasi secara bertahap
7. Atur penggunaan energy untuk  Diperlukan adanya keseimbangan
mengatasi/mencegah keletihan dan antara penggunaan energy dengan
memaksimalkan fungsi masa pembentukkan energy melalui
pengaturan aktivitas
8. Bantu klien membuat jadwal aktivitas  Bantu pasien dalam melakukan
aktivitas yang teratur
9. Kolaborasi dengan fisioterapis dalam  Membantu merencanakan program
merencanakan program latihan latihan yang sesuai

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Hyperglikemia, Hiperosmolar Non Ketogenik adalah sindrom berkaitan dengan
kekurangan insulin secara relative, paling sering terjadi pada panderita NIDDM
2. Angka kematian HHNK 40-50%, lebih tinggi dari pada diabetik ketoasidosis.
Karena pasien HHNK kebanyakan usianya tua dan seringkali mempunyai penyakit
lain.
3. Sindrome Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik mengambarkan kekurangan
hormon insulin dan kelebihan hormon glukagon.
4. Penurunan insulin menyebabkan hambatan pergerakan glukosa ke dalam sel,
sehingga terjadi akumulasi glukosa di plasma.
5. Peningkatan hormon glukagon menyebabkan glycogenolisis yang dapat
meningkatkan kadar glukosa plasma.
6. Peningkatan kadar glukosa mengakibatkan hiperosmolar.
7. Kondisi hiperosmolar serum akan menarik cairan intraseluler ke dalam intra
vaskular, yang dapat menurunkan volume cairan intraselluler.
DAFTAR PUSTAKA

Morton, Patricia Gonce. 2012. Keperawatan kritis: pendekatan asuhan holistik


ed.8.vol.2. Jakarta, EGC.

Anda mungkin juga menyukai