KELOMPOK B9:
meningkat membuat gaya hidup sehat dan pola makan yang tidak teratur semakin
menambah daftar permasalahan yang terjadi di seluruh lapisan masyarakat baik yang
muda maupun lansia. Gaya hidup tidak sehat dapat memicu terjadinya penyakit yaitu
Diabetes mellitus (DM). Diabetes mellitus adalah penyakit metabolik kronis yang
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah atau gula darah. Pada orang dewasa
jenis yang paling umum terjadi adalah diabetes mellitus tipe 2 (DM tipe 2) yang terjadi
ketika tubuh menjadi resisten terhadap insulin atau tidak menghasilkan cukup insulin
(WHO, 2018).
Penderita diabetes di dunia pada tahun 2015 berjumlah 415 juta orang dewasa,
diperkirakan pada tahun 2040 jumlah penederita diabetes akan meningkat sebanyak 642
juta jiwa (WHO, 2016). Sedangkan Indonesia peringkat ke 7 di dunia, jumlah orang
penderita diabetes di Indonesia menunjukan adanya peningkatan yaiu dari 6,9% (2013),
menjadi 8,5% (2018), faktanya 2 dari 3 penderita diabetes tidak mengetahui dirinya
memiliki diabetes dan berpotensi untuk mengakses layanan kesehatan dalam kondisi
terlambat, atau sudah dengan komplikasi (WHO, 2016). Seperti kondisi di dunia,
Diabetes kini menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di Indonesia. Di Indonesia
prevalensi diabetes tertinggi diduduki oleh DI Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%),
resistensi insulin, defisiensi relatif insulin, kelebihan produksi glukosa atau hiperglikemia
(Brashers, 2008). kadar glukosa darah yang normal yaitu glukosa darah puasa ≥ 126
mg/dl, dan kadar glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/dl (Badawi, 2009). Keadaan tubuh
pasien penderita DM tipe 2 tubuhnya kekurangan insulin, sehingga pengaturan gula darah
didalam tubuh pun harus seimbang agar tidak terjadi hipoglikemi dan hiperglikemi.
Hipoglikemi merupakan keadaan kadar glukosa dalam gula darah rendah sehingga dapat
menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala, gangguan penglihatan, kejang,
Menurut penelitian dari Alfian (2018), berdasarkan data pada penelitian ini kadar
glukosa darah yang digunakan adalah data kadar glukosa darah puasa (GDP). penelitian
ini dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata kadar GDP sampel penelitian adalah 182,51 ±
51,00 mg/dL. 100 % sampel penelitian termasuk ke dalam klasifikasi pasien DM dengan
kategori kadar GDP tidak terkontrol. Semakin tinggi kadar GD maka kemungkinan
terjadinya komplikasi seperti kerusakan saraf, stroke, kerusakan ginjal, bahkan bisa
menyebabkan kematian. penyakit yang lebih berat juga semakin besar sehingga dapat
kadar glukosa darah dalam keadaan stabil serta mecegah terjadinya komplikasi
retinopati, nefropati, dan neuropati. Dapat juga terjadi peningkatan resiko menderita
tipe 2 tidak selalu tergantung dengan pengobatan menggunakan insulin, tetapi dengan
diet DM dapat mengendalikan glukosa darah dalam batas normal (Zen, 2011).
Pengendalian gula darah dengan cara mengatur pola makan dan minum atau diet DM,
selain itu untuk pengendalian kadar gula darah pada pasien DM tipe 2 yaitu menambah
aktivitas fisik, seperti berjalan kaki, jogging, dan senam DM, melakukan pemantauan
gula darah mandiri (PGDM) atau kontrol rutin di rumah sakit tiap bulannya. Selain itu
pasien DM harus memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan sakit
akut dengan tepat, rutin menggunakan insulin atau obat-obatan pengendali gula darah,
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) ditetapkan bahwa
operasional BPJS Kesehatan dimulai sejak tanggal 1 Januari 2014 dan BPJS Kesehatan
mengadakan prolanis atau pengelolaan penyakit kronis. Tujuan utama prolanis adalah
untuk menurunkan risiko terjadinya komplikasi akut maupun kronis yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup, serta pemanfaatan biaya yang efektif dan rasional (BPJS
Kesehatan, 2014).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian ringkas diatas, memberi dasar bagi penulis untuk merumuskan
asuhan keperawatan dengan diagnosa ketidakstabilan gula darah pada Ny.W di Bangsal
1. Tujuan Umum
masalah utama ketidakstabilan kadar gula darah pada Ny. W di Bangsal Bakung
2. Tujuan Khusus
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas
makrovaskuler, dan neuropati (Yuliana elin, 2009 dalam NANDA NIC NOC 2015).
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender dan ulkus
adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofir. Adanya kuman
saprofit tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga merupakan salah satu
gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati perifer (Andyagreeni, 2010).
penghancuran sel-sel beta pankreas. Kombinasi faktor genetik, imunologi, dan mungkin
pula lingkungan diperkirakan turut menimbulkan destruksi sel beta, diabetes ini biasanya
Resistensi insulin pada otot dan liver serta kegagalan sel beta pankreas telah
bahwa kegagalan sel beta terjadi lebih dini dan lebih berat daripada yang diperkirakan
a. Keletihan kronis’
e. Nokturia
C. Klasifikasi
1. Diabetes Mellituss
a. DM Tipe I (IDDM)
Penderita sangat bergantung terhadap insulin karena terjadi proses autoimun yang
b. DM Tipe II (NIDDM)
Seseorang mempunyai risiko yang besar untuk menderita NIDDM jika orang
c. DM Gestasional
DM ini jenis ini cenderung terjadi pada wanita hamil dalam keluarganya terdapat
anggota yang juga menderita DM. Faktor risikonya adalah kegemukan atau
obesitas.
d. DM Sekunder
Wagner (1983) membagi gangreen kaki diabetik menjadi enam tingkatan, yaitu:
a. Derajat 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh dengan kemugkinan
e. Derajat IV : Gangren jari kakai atau bagian distal kaki dengan atau tanpa
selulitis.
Sedangkan Brand (1986) dan Ward (1987) membagi ganren kaki menjadi dua
golongan:
Terjadi kerusakan syaraf somatik, tidak ada gangguan dari sirkulasi. Klinis di
jumpai kaki yang kering, hangat, kesemutan, mati rasa, oedem kaki, dengan
D. Etiologi
1. Diabetes Melitus
pada mayoritas DM, aktor lain yang dianggap sebagai kemungkinan etiologi DM
yaitu:
a. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan sel
b. Faktor-faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta antara lain agen yang
dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang
c. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang
oleh virus.
terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membran
a. Faktor endogen:
- Genetik metabolik
- Angipati diabetik
- Neuropati diabetik
b. Faktor eksogen:
- Trauma
- Infeksi
- Obat
E. Patofisiologi
1. Diabetes Melitus
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu
kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada
tubulus-tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali semua glukosa lukosuria ini
dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersamaurine maka
serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah asteniaatau kekurangan
energi sehingga pasien menjadi cepat lelah dan mengantuk yang disebabkan oleh
arterosklerosis, penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini
a. Teori Sorbitol
jaringan terntetu dan dapat mendtransport glukosa tanpa insulin. Glukosa yang
berlebihan ini tidak akan termetabolisasi habis secara normal melalui glikolisis,
tetapi sebgian dengan perantaraan enzim eldose reduktase akan diubah menjadi
sorbitol. Sorbitol akan tertumpuk dalam sel/ jaringan tersebut dan menyebabkan
b. Teori Glikosilasi
Akibat hiperglikemi akan menyebabkan terjadinya glikosilasi pada semua protein
protein membran basal dapat menjelaskan semua komplikasi baik makro maupun
mikro vaskuler.
Faktor utama yang berperan dalam timbulnya kaki diabetik adalah angiopati,
menurunnya sensasi nyeri pada kaki sehingga akan mengaami trauma tanpa terasa
yang mengakibatkan terjadina ulkus pada kaki, gangguan motorik juga akan
mengakibatkan terjadinya atrofi otot kaki, sehingga merubah titik tumpu yang
pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan merasa sakit tungkainya
yang lain dapat berupa: ujung kaki terasa dinin, nyeri kaki di malam hari, denyut
arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya angiopati tersebut akan
darah atau neuropati, sehingga faktor angiopati dan infeksi berpengaruh terhadap
a. GDS
b. EKG
c. Specimen
d. Laboratorium
e. Urine
G. Komplikasi
b. Neurophaty
c. Retinophaty
d. Nephrophaty
a. Osteomyelitis
b. Sepsis
c. Kematian
H. Penatalaksanaan
1. Diet
kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang jaman dan praktis.
a. Kering
b. Basah
- Debridemint
- Kompres dengan air hangat, jangan dengan air panas atau dingin.
- Beri antibiotik yang berasal kutur atau dengan antibiotik spectrum luas.
- Untuk neuropati berikan pyridoxine (vit B6) atau neuropstik lain.
Pembedahan
- Amputasi segera
- Debridement dan drainase, setelah tenag maka tindakan yang dapat diambil
3. Obat
- DM gestasiona
- DM tipe I
DM TIPE II DM TIPE I
DM
Gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemi yang berhubungan dengan
ETIOLOGI abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak KLASIFIKAS
dan protein yang disebabkan oleh penurunan I
a. Kelainan sel beta sekresi insulin
pankreas a. DM tipe I
b. Faktor-faktor (IDDM)
lingkungan b. DM tipe II
c. Gangguan sistem (NIDDM)
imunitas c. DM Gestasional
d. Kelainan insulin d. DM Sekunder
MANIFESTASI KLINIS
- Keletihan kronis
- Poliuri (sering BAK)
- Polidipsi (seing PENATALAKSANA
KOMPILKASI minum/mudah haus
- Polifagi (sering makan/
mudah lapar) 1. Diet
- Gangren
- Nokturia 2. Penatalaksanaan
- Neurophaty
- Perlambatan nutrisi
- Retinophaty
penyembuhan luka 3. Obat (oral dan
- Neprophaty
- Penurunan berar badan insulin)
- Chronic heart
disaese - Infeksi jamur kulit pada
vagina
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Data Demografi
1. Biodata
Identitas Pasien
Nama : Ny. W
Umur : 69 th
Agama : Islam
Pekerjaan : -
No RM : XXXX
Nama : Tn.S
Agama : Islam
2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan merasa lemas dan tidak nyaman pada ektremitas kaki bagian kiri
4. Riwayat Kesehatan
Pasien datang dengan keluhan lemas semenjak 1 minggu yang lalu, lka dikaki
semenjak 3 minggu yang lalu. Pusing (-), mual (-), muntah (-), keadaan umum
lemah.
b. Riwayat imunisasai: -
f. Alergi: -
g. Konsumsi obat: -
6. Pemeriksaan fisik
b. Tanda-Tanda Vital
Suhu : 36,5oC
Nadi : 70 x/menit
Nafas : 16 x/menit
7. Aktivitas Sehari-Hari
a. Nutrisi
- Frekuensi dan volume dalam 24jam: makan 3 kali sehari dengan porsi
b. Cairan
- Jenis minuman yang dikonsumsi selama 24 jam air putih dan teh
- Frekuensi BAK sedang, berwarna kekuningan untuk BAB teratur tidak ada
d. Istirahat Tidur
- Keluarga pasien mengatakan pasien biasanya bangun cepat dan tidur cepat
e. Personal Hygien
- Mandi pasien biasanya mandi 2 kali sehari ketika dirumah sakit hanya dilap
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
b. Kimia Darah
B. Analisa Data
No Implementasi Evaluasi
1 Selasa, 24 September 2019 S: Pasien mengatakan masih lemes
Resik ketidakstabilan gula darah O: Hasil pemeriksaan TTV
berhubungan dengan pnyakit DM : TD: 160/90mmHg
- Memantau kadar glukosa dalam darah S: 36,5 oC
- Pantau tanda-tanda hiperglikemia: N: 78x/menit
poliuria, polidipsia, polifagia, RR: 20x/menit
kelesuan A: Masalah kadar glukosa darah belum
- Konsultasi dengan dokter jika tanda teratasi
dan gejala hiperglikemia memburuk P: Lanjutkan intervensi
- Monitor TTV
- Intruksikan pasien dan keluarga terhadap
pencegahan, pengenalan manajemen,
dan hiperglikemia
Perawat
Perawat
Perawat