Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling berinteraksi
satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat yang sama. Komunitas adalah
kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah
pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial
yang mempunyai minat yang sama (Riyadi, 2007). Salah satu kelompok khusus dalam
keperawatan komunitas adalah kelompok balita. Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY,
(2010), Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5
tahun).

Masalah kesehatan balita di Indonesia masih menjadi perhatian serius, karena masih
tingginya angka kematian balita di Indonesia bila dibandingkan dengan target RPJM 2005-
2009 dan RPJM 2010-2014 dimana targetnya adalah menurunkan Angka Kematian Bayi
(AKB) menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup, menurunkan Angka Kematian Balita (AKBal)
menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup. Masalah utama yang menyebabkan tingginya angka
kematian balita di Indonesia adalah gizi buruk. Hampir lebih dari 2 juta anak anak balita
mengalami gizi buruk (Atmaria, 2005). Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk berdasarkan
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dari tahun 2007 ke 2010 untuk gizi kurang tetap 13,0 dan
untuk gizi buruk dari 5,4 menjadi 4,9. Pada saat ini masalah terbesar yang disebabkan oleh
gizi buruk yang banyak dijumpai di kalangan anak-anak Indonesia adalah penghambatan
pertumbuhan intra-uterin, malnutrisi protein energi, defisiensi yodium, defisiensi vitamin A,
anemia defisiensi zat besi dan obesitas (Atmaria, 2005).
Diare dan pneumonia merupakan penyebab kematian berikutnya pada bayi dan balita,
disamping penyakit lainnya serta dikontribusi oleh masalah gizi. Untuk mengatasi masalah
yang sering menimbulkan kematian pada balita, pemerintah telah membuat program dan
kebijakan yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian pada bayi dan balita,
diantaranya adalah kegiatan Posyandu, BKB (Bina Keluarga Balita), dan program PAUD.
Sementara sebagai perawat, yang dapat dilakukan di komunitas adalah memberi penyuluhan
atau pendidikan kesehatan baik untuk topik sehat atau pun sakit seperti nutrisi, latihan,

1
penyakit dan pengelolaan penyakit pada balita, serta member informasi kepada ibu tentang
pentingnya pemberian ASI dan tahap perkembangan yang terjadi pada masa balita.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana konsep dan asuhan keperawatan komunitas pada kelompok balita

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai asuhan keperawatan pada
kelompok khusus balita
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui konsep komunitas
2. Mengetahui konsep balita dan tumbuh kembang yang terjadi pada masa balita
3. Mengetahui masalah kesehatan yang terjadi pada kelompok balita
4. Mengetahui indikator kesehatan kelompok balita
5. Mengetahui program dan kebijakan Pemerintah untuk kesehatan balita
6. Mengetahui ruang lingkup keperawatan dan peran perawat komunitas pada
kelompok balita
7. Menyusun asuhan keperawatan komunitas pada kelompok balita

1.4 Manfaat
Mahasiswa mampu memahami konsep dan proses asuhan keperawatan komunitas pada
agregat balita sehingga dapat menjadi bekal saat melakukan proses asuhan keperawatan
komunitas pada masyarakat.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Komunitas


Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling berinteraksi
satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat yang sama. Komunitas adalah
kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah
pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial
yang mempunyai minat yang sama (Riyadi, 2007).

Menurut Kontjaraningrat Komunitas adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul,


atau dengan istilah lain saling berinteraksi (Mubarak, 2007).

Perawatan komunitas adalah bidang khusus dari keperawatan yang merupakan


gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat baik yang sehat atau yang sakit secara komprehensif melalui upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif serta resosialitatif dengan melibatkan peran serta aktif dari
masyarakat. (Elisabeth, 2007).

Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga/ kelompok dan


masyarakat dengan fokus upaya kesehatan primer, sekunder dan tersier. Oleh karenanya
pendidikan masyarakat tentang kesehatan dan perkembangan sosial akan membantu
masyarakat dalam mendorong semangat untuk merawat diri sendiri, hidup mandiri dan
menentukan nasibnya sendiri dalam menciptakan derajat kesehatan yang optimal (Elisabeth,
2007).

2.2 Konsep Balita


Balita atau anak bawah umur lima tahun adalah anak usia kurang dari lima tahun
sehingga bagi usia di bawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Namun faal
(kerja alat tubuh semestinya) bagi usia di bawah satu tahun berbeda dengan anak usia di
atas satu tahun, maka anak di bawah satu tahun tidak termasuk ke dalam golongan yang
dikatakan balita. Anak usia 1-5 tahun dapat pula dikatakan mulai disapih atau selepas
menyusu sampai dengan pra-sekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan
perkembangan kecerdasannya, faal tubuhnya juga mengalami perkembangan sehingga jenis
makanan dan cara pemberiannya pun harus disesuaikan dengan keadaannya. Berdasarkan
karakteristiknya balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak yang
3
berumur 1-3 tahun yang dikenal dengan Batita merupakan konsumen pasif. Sedangkan usia
prasekolah lebih dikenal sebagai konsumen aktif (Uripi, 2004).

Pada masa toddler (1 s.d. 3 tahun), pertumbuhan fisik anak lebih lambat dibandingkan
dengan masa bayi, tetapi perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat. Anak sering
mengalami penurunan nafsu makan sehingga tampak langsing dan berotot, dan anak mulai
berjalan jalan. Anak perlu diawasi dalam beraktivitas karena anak tidak memperhatikan
bahaya (Nursalam, 2005).

Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan
kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan
sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas. Masa balita merupakan
periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di
masa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode
selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan
tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan.

2.2.1 Tumbuh Kembang Balita

Secara umum tumbuh kembang setiap anak berbeda-beda, namun prosesnya


senantiasa melalui tiga pola yang sama, yakni: Menurut Sigmun Freud tahap
perkembangan manusia terdiri dari lima fase, yaitu fase oral, fase anal, fase phallic,
fase laten, dan fase genital. Dari kelima fase ini, tiga fase awal yaitu fase oral, anal
dan laten dilalui saat masa balita. (Wong, 2009)

2.3 Masalah Kesehatan pada Kelompok Balita di Indonesia


Bayi dan anak-anak di bawah lima tahun (balita) adalah kelompok yang rentan terhadap
berbagai penyakit karena sistem kekebalan tubuh mereka belum terbangun sempurna. Pada
usia ini, anak rawan dengan berbagai gangguan kesehatan, baik jasmani maupun rohani.
1. Gizi kurang dan Gizi buruk
Hampir lebih dari 2 juta anak anak balita mengalami gizi buruk (Atmaria,
2005). Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) dari tahun 2007 ke 2010 untuk gizi kurang tetap 13,0 dan untuk gizi buruk
dari 5,4 menjadi 4,9.
Pada saat ini masalah terbesar yang disebabkan oleh gizi buruk yang banyak
dijumpai di kalangan anak-anak Indonesia adalah penghambatan pertumbuhan intra-
uterin, malnutrisi protein energi, defisiensi yodium, defisiensi vitamin A, anemia

4
defisiensi zat besi dan obesitas (Atmaria, 2005). Anak-anak yang mengalami
defisiensi gizi, berat badan lahir rendah dan penghambatan pertumbuhan akan tumbuh
menjadi remaja dan juga orang dewasa yang mengalami malnutrisi (Atmaria, 2005).
Masalah malnutrisi dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada
anak anak dan remaja. Penyebab gizi kurang dan gizi buruk dapat dipilah menjadi tiga
hal, yaitu: pengetahuan dan perilaku serta kebiasaan makan, penyakit infeksi,
ketersediaan pangan.
Tingginya AKB dan masalah gizi pada bayi dapat ditangani sejak awal dengan
cara pemberian Air Susu Ibu (ASI). Menurut penelitian yang dilakukan oleh UNICEF,
risiko kematian bayi bisa berkurang sebanyak 22% dengan pemberian ASI ekslusif
dan menyusui sampai 2 tahun. Melalui pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dapat
menjamin kecukupan gizi bayi serta meningkatkan daya tahan tubuh terhadap
penyakit infeksi. Manfaat lain yang diperoleh dari pemberian ASI adalah hemat dan
mudah dalam pemberiannya serta manfaat jangka panjang adalah meningkatkan
kualitas generasi penerus karena ASI dapat meningkatkan kecerdasan intelektual dan
emosional anak.
2. Diare
Diare masih merupakan problema kesehatan utama pada anak terutama di
negara berkembang seperti Indonesia. Menurut data World Health Organization
(WHO) pada tahun 2009, diare adalah penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5
tahun. Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih lanjut
akan menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian. Sekitar lima juta anak di
seluruh dunia meninggal karena diare akut. Di Indonesia pada tahun 70 sampai 80-an,
prevalensi penyakit diare sekitar 200-400 per 1000 penduduk per tahun. Dari angka
prevalensi tersebut, 70-80% menyerang anak dibawah lima tahun.
Data nasional Depkes menyebutkan setiap tahunnya di Indonesia 100.000
balita meninggal dunia karena diare. Itu artinya setiap hari ada 273 balita yang
meninggal dunia dengan sia-sia, sama dengan 11 jiwa meninggal setiap jamnya atau 1
jiwa meninggal setiap 5,5 menit akibat diare (Depkes RI, 2011).
Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi
buang air besar lebih dari tiga kali sehari disertai adanya perubahan bentuk dan
konsistensi tinja penderita (Sutanto, 1984; Winardi, 1981). Dikenal diare akut yang
timbul dengan tiba-tiba dan berlangsung beberapa hari dan diare kronis yang
berlangsung lebih dari tiga minggu bervariasi dari hari ke hari yang disebabkan oleh
makanan tercemar atau penyebab lainnya (Winardi, 1981).
5
Diare pada anak merupakan masalah yang sebenarnya dapat dicegah dan
ditangani. Terjadinya diare pada balita tidak terlepas dari peran faktor perilaku yang
menyebabkan penyebaran kuman, terutama yang berhubungan dengan interaksi
perilaku ibu dalam mengasuh anak dan faktor lingkungan dimana anak tinggal. Faktor
perilaku yang menyebabkan penyebaran kuman dan meningkatkan resiko terjadinya
diare yaitu tidak memberikan ASI ekslusif secara penuh pada bulan pertama
kehidupan, tidak menjaga hygiene alat makan dan minum anak. (Assiddiqi, 2009).

2.4 Program dan Kebijakan Pemerintah untuk Kesehatan Balita


Adapun kegiatan-kegiatan tersebut antara lain :

1. Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu)


Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dan petugas Puskesmas.
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat yang merupakan salah satu wujud peran
serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan, tempat mayarakat memperoleh
pelayanan KB, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan
diare pada waktu dan tempat yang sama. Kegiatan di posyandu merupakan kegiatan
nyata yang melibatkan partisipasi masyarakat dan untuk masyarakat, yang
dlaksanakan oleh kader-kader kesehatan, yang telah mendapatkan pendidikan dan
pelatihan dari Puskesmas mengenai pelayanan kesehatan dasar dengan tujuan tertentu.
Tujuan penyelenggaraan posyandu yaitu
a. mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak dan angka kelahiran,
b. mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS)
agar masyarakat dapat mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan lain yang
menunjang sesuai kebutuhan dan kemampuan,
c. meningkatkan kemandirian masyarakat,
d. meningkatkan cakupan Puskesmas,
e. mempercepat tercapainya NKKBS (Sudarono, 1989). Sasaran penyelenggaraan
Posyandu dalam hal ini adalah pada bayi usia kurang dari 1 tahun, anak Baita
()Usia 1-4 tahun, ibuhamil, melahirkan, dan menyusui, serta wanita Pasangan Usia
Subur (PUS).
Kegiatan POSYANDU bermacam-macam diantaranya
a. penyuluhan nutrisi di Posyandu sebagai bagian dari UPGK dalam langkah-langkah
kebijaksananaan perbaikan gizi merupakan kegiatan upaya langsung yang

6
meliputi, pemantauan tumbuh kembang anak balita dengan Kartu Menuju Sehat
KMS) melalui penimbangan oleh kader, Pemberian Makananan Tambahan (PMT),
pemeriksaan kesehatan anak penyuluhan gizi ditekankan pada pentingya
penggunaan Air Susu Ibu (ASI) dan makanan pendamping ASI (MP-ASI),
pemeberian kapsul vitamin A dan pemberian oralit.
b. Selain itu juga pemberian pelayanan anak usia balita yang meliputi pelayanan
keluarga untuk ibu dan anak dengan memberikan pelayanan imunisasi,
penanggulangan diare, dan penyuluhan kesehatan.

2. BKB (Bina Keluarga Balita)


Bina keluarga balita adalah kegiatan yang khusus mengelola tentang
pembinaan tumbuh kembang anak melalui pola asuh yang benar berdasarkan
kelompok umurm yang dilaksanakan oleh sejumlah kader dan berada di tingkat RW.
(Pedoman Pembinaan Kelompok Bina Keluarga Balita Tahun 2006). Program ini
merupakan suatu program yang melengkapi program-program pengembangan sumber
daya menusia yang telah dilaksanakan seerti program-program perbaikan kesehatan
dan gizi ibu dan anak (BKKBN, 1992).
Tujuan BKB
a. Bagi orang tua:
1) Agar dapat mengurus dan merawat anak serta pandai membagi waktu dan
mengasuh anak
2) Untuk memperluas wawasan dan pengetahuan tentang pola asuh anak yang
benar
3) Untuk meningkatkan keterampilan dalam g=hal mengasuh dan mendidik anak
balita
4) Supaya lebih terarah dalam cara pembinaan anak
5) Agar mampu mencurahkan perhatian dan kasih saying terhadap anak sehingga
tercipta ikatan batin yang kuat
6) Agar mampu membentuk anak yang berkualitas
b. Bagi anak, diharapkan:
1) Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2) Berkepribadian luhur
3) Tumbuh dan berkembang secara optimal
4) Cerdas, terampil, dan sehat
5) Memiliki dasar kepribadian yang kuat guna perkembangan selanjutnya.
7
3. Program PAUD
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang
pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak
sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang
diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal. Pendidikan anak usia dini
merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada
peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik
halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan
spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi,
sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia
dini.
Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
a. untuk membentuk anak yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang
sesuai dengan tingkat perkembangannya
b. untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di
sekolah.

2.5 Ruang Lingkup Asuhan Keperawatan Kelompok Khusus Balita


Ruang lingkup kegiatan keperawatan kelompok khusus balita mencakup upaya-
upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan resosilitatif melalui berbagai kegiatan
yang terorganisisasi sebagai berikut:

1. Upaya Promotif
a. Penyuluhan untuk memberikan informasi kepada orangtua, terutama ibu
tentang pemenuhan dan peningkatan gizi bayi dan balita sesuai usia
tumbuh kembangnya. Bayi usia 1 sampai 6 bulan hanya boleh diberikan
ASI, lebih dari 6 bulan diperbolehkan untuk diberikan makanan
pendamping ASI.
b. Memberikan informasi tentang kebersihan diri bayi meliputi cara
memandikan bayi yang benar, cara perawatan tali pusat, cara mengganti
popok bayi, dsb.

8
c. Penyuluhan tentang pentingnya imunisasi yang meliputi jenis-jenis
imunisasi, usia pada saat dilakukan imunisasi, manfaat, efek samping, dan
akibat yang akan timbul jika tidak dilakukan imunisasi.
d. Memberikan informasi tentang pentingnya memeriksakan bayi dan balita
yang sakit ke petugas kesehatan
e. Memberikan informasi tentang pemantauan tumbuh kembang bayi dan
balita.
2. Upaya Preventif
a. Imunisasi terhadap bayi dan balita.
b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas,
maupun kunjungan rumah.
c. Posyandu untuk penimbangan dan pemantauan kesehatan balita.
d. Pemberian vitamin A, yodium, dan obat cacing.
e. Skrining untuk deteksi penyakit atau kelainan pada bayi dan balita sejak
dini.
3. Upaya Kuratif
a. Melakukan pelayanan kesehatan dan keperawatan.
b. Melakukan rujukan medis dan kesehatan. Bayi atau balita dengan penyakit
tertentu perlu diberikan perawatan lebih lanjut.
c. Perawatan lanjutan dari Rumah Sakit, dilakukan oleh orangtua tetapi
masih dalam pengawasan petugas kesehatan untuk memulihkan kondisi
kesehatan bayi atau balita.
d. Perawatan tali pusat terkendali pada bayi baru lahir.
3. Upaya Rehabilitatif
Bayi dan balita pasca sakit, perlu waktu untuk masa pemulihan. Upaya
pemulihan yang dapat dilakukan yaitu latihan fisik dan fisioterapi.
4. Resosialitatif
Upaya mengembalikan ke dalam pergaulan masyarakat. Misal: kelompok
balita yang diasingkan karena autis, ADHD.

9
2.6.1 Peran Perawat Komunitas pada Kelompok Khusus Balita

Perawat komunitas minimal dapat berperan sebagai pemberi pelayanan


kesehatan melalui asuhan keperawatan, pendidik atau penyuluh kesehatan, penemu
kasus, penghubung dan koordinator, pelaksana konseling keperawatan, dan model
peran.

Dua peran perawat kesehatan komunitas, yaitu sebagai pendidik dan penyuluh
kesehatan serta pelaksana konseling keperawatan kepada kelompok khusus balita
merupakan bagian dari ruang lingkup promosi kesehatan. Berdasarkan peran
tersebut, perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mendukung kelompok
khusus balita mencapai derajat kesehatan yang optimal. Peran perawat komunitas
pada kelompok khusus balita:

1. Pelaksana Pelayanan Keperawatan (care provider)


Peranan utama perawat komunitas yaitu sebagai pelaksana asuhan
keperawatan kepada balita, baik itu balita dalam kondisi sehat maupun yang
sedang sakit.
2. Pendidik (health educator)
Perawat sebagai pendidik atau penyuluh, memberikan pendidikan atau
informasi kepada keluarga yang berhubungan dengan kesehatan balita.
Diperlukan pengkajian tentang kebutuhan klien untuk menentukan kegiatan
yang akan dilakukan dalam penyuluhan atau pendidikan kesehatan balita. Dari
hasil pengkajian diharapkan dapat diketahui tingkat pengetahuan klien dan
informasi apa yang dibutuhkan.
3. Konselor
Perawat dapat menjadi tempat bertanya atau konsultasi oleh orangtua yang
mempunyai balita untuk membantu memberikan jalan keluar berbagai
permasalahan kesehatan balita dalam kehidupan sehari-hari.
4. Pemantau Kesehatan (health monitor)
Perawat ikut berperan memantau kesehatan balita melalui posyandu,
puskesmas, atau kunjungan rumah. Pemantauan ini berguna mengetahui
dinamika kesehatan balita terutama pertumbuhan dan perkembangannya,
sehingga jika terjadi masalah kesehatan dapat dideteksi sejak dini dan diatasi
secara tepat dengan segera.

10
5. Koordinator Pelayanan Kesehatan (coordinator of service)
Pelayanan kesehatan merupakan kegiatan yang bersifat menyeluruh dan
tidak terpisah-pisah. Perawat juga dapat berperan sebagai pionir untuk
mengkoordinir berbagai kegiatan pelayanan di masyarakat terutama kesehatan
balita dalam mencapai tujuan kesehatan melalui kerjasama dengan tim
kesehatan lainnya.
6. Pembaharu (inovator)
Tidak seluruhnya masyarakat mempunyai bekal pengetahuan mengenai
kesehatan balita. Perawat disamping memberikan penyuluhan juga dapat
menjadi pembaharu untuk merubah perilaku atau pola asuh orangtua terhadap
balita di suatu wilayah, misalnya budaya yang tidak sesuai dengan perilaku
sehat.

7. Panutan (role model)


Perawat sebagai salah satu tenaga medis dipandang memiliki ilmu kesehatan
yang lebih dari profesi lainnya di luar bidang kesehatan. Oleh sebab itu akan
lebih mulia bagi perawat untuk mengamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari-
hari sehingga dapat memberikan contoh baik, misalnya memberi contoh tata
cara merawat balita.
8. Fasilitator
Perawat menjadi penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan
kesehatan dan instansi terkait, melaksanakan rujukan.

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AGREGAT BALITA

3.1 Pengkajian
Asuhan Keperawatan komunitas adalah suatu kerangka kerja untuk memecahkan masalah
kesehatan yang ada di masyarakat secara sistematis dan rasional yang didasarkan pada
kebutuhan dan masalah masyarakat. Model community as partner terdapat dua komponen
utama yaitu roda pengkajian komunitas dan proses keperawatan. Roda pengkajian
komunitas terdiri(1) inti komunitas (the community core), (2) subsistem komunitas (the
community subsystems), dan (3) persepsi (perception). Model ini lebih berfokus pada
perawatan kesehatan masyarakat yang merupakan praktek, keilmuan, dan metodenya
melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi penuh dalam meningkatkan kesehatannya.
1. Data inti
a. Demografi
Variabel yang dapat dikaji adalah jumlah balita baik laki-laki maupun
perempuan. Data diperoleh melalui. Puskesmas atau kelurahan berupa
laporan tahunan atau rekapitulasi jumlah kunjungan pasien yang berobat.
b. Statistik vital
Data statistik vital yang dapat dikaji adalah jumlah angka kesakitan dan
angka kematian balita. Angka kesakitan dan kematian tersebut diperoleh
dari penelusuran data sekunder baik dari Puskesmas atau Kelurahan.
c. Karakteristik penduduk

Variabel karakteristik penduduk meliputi :


a. Fisik : jenis keluhan yang dialami oleh warga terkait anaknya. Perawat
mengobservasi ketika ada program posyandu.
b. Psikologis : efek psikologis terhadap anak maupun orang tua yaitu berupa
kesedihan karena anaknya berisiko tidak bisa bermain dengan anak-anak
sebaya lainnya dan pertumbuhan anak pun akan terhambat atau sulit untuk
berkembang.
c. Sosial : sikap masyarakat terhadap adanya kasus penyakit masih acuh dan
tidak memberikan tanggapan berupa bantuan untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan, namun orang tua membawa anak ke posyandu rutin untuk
ditimbang.

12
d. Perilaku : seperti pola makan yang kurang baik mungkin mempengaruhi
penyebab anak mengalami gizi kurang, diare dan penyakit lainnya, terlebih
banyak orang tua yang kurang mampu dalam hal ekonomi.
2. Sub sistem
a. Lingkungan fisik
Lingkungan fisik yang kurang bersih akan menambah dampak buruk
terhadap penurunan daya tahan tubuh sehingga rentan terkena penyakit,
selain faktor untuk menjamin mendapatkan makanan yang sehat akan sulit
didapat, selain itu kerentanan terhadap vektor penyakit menjadi salah satu
tingginya risiko peningkatan kejadian sakit diwilayah tersebut.
b. Sistem kesehatan
Jarak antara desa dengan puskesmas tidak terlalu jauh yaitu hanya 1
km, desa tersebut memiliki 1 posyandu dalam 1 RW dan aktif melaksanakan
program kerja yang dilaksanakan 1 bulan sekali, namun untuk ketersedian
posbindu belum ada.
c. Ekonomi
Pekerjaan yang dominan diwilayah tersebut yaitu buruh, petani,dan
lainnya yang berpenghasilan bervariasi untuk setiap keluarga.
d. Keamanan dan transportasi
Wilayah tersebut memiliki mobil yang disediakan oleh pemberi
bantuan untuk dimaanfaatkan oleh masyarakat dalam hal memfasilitasi
masyarakat untuk mempermudah akses mendapatkan layanan kesehatan.

Variabel keamanan meliputi jenis dan tipe pelayanan keamanan yang ada,
tingkat kenyamanan dan keamanan penduduk serta jenis dan tipe gangguan
keamanan yang ada.

a. Kebijakan dan pemerintahan


Jenis kebijakan yang sedang diberlakukan, kegiatan promosi kesehatan
yang sudah dilakukan, kebijakan terhadap kemudahan mendapatkan
pelayanan kesehatan, serta adanya partisipasi masyarakat dalam
b. Komunikasi
Komunikasi meliputi jenis dan tipe komunikasi yang digunakan
penduduk, khususnya komunikasi formal dan informal yang digunakan

13
dalam keluarga. Jenis bahasa yang digunakan terutama dalam penyampaian
informasi kesehatan gizi, daya dukung keluarga terhadap balita yang sakit.
c. Pendidikan
Pendidikan sebagai sub sistem meliputi tingkat pengetahuan penduduk
tentang pengertian tentang penyakit balita yang dihadapi, bahaya dan
dampaknya, cara mengatasi, bagaimana cara perawatan ,serta cara
mencegahnya. Mayoritas penduduk berpendidikan rendah yaitu SD bahkan
tidak sekolah.
d. Rekreasi
Yang perlu dikaji adalah jenis dan tipe sarana rekreasi yang ada, tingkat
partisipasi atau kemanfaatan dari sarana rekreasi serta jaminan keamanan
dari sarana rekreasi yang ada.
3. Persepsi
Persepsi masyarakat dan keluarga terhadap suatu penyakit balita masih acuh,
mungkin dipengaruhi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat ataupun kurangnya
pengetahuan kesehatan mengenai suatu penyakit

1.1 Analisa Data


Analisa data dilakukan setelah dilakukan pengumpulan data melalui kegiatan
wawancara dan pemeriksaan fisik. Analisa data dilakukan dengan memilih data-data
yang ada sehingga dapat dirumuskan menjadi suatu diagnosa keperawatan. Analisa data
adalah kemampuan untuk mengaitkan data dan menghubungkan data dengan
kemampuan kognitif yang dimiliki, sehingga dapat diketahui kesenjangan atau masalah
yang dihadapi oleh balita. Tujuan analisa data:
a. Menetapkan kebutuhan balita
b. Menetapkan kekuatan.
c. Mengidentifikasi pola respon balita
d. Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.

Perumusan masalah berdasarkan analisa data yang dapat menemukan masalah


kesehatan dan keperawatan yang dihadapi oleh kelompok khusus balita. Masalah yang
sudah ditemukan tersebut perawat dapat menyusun rencana asuhan keperawatan yang
selanjutnya dapat diteruskan dengan intervensi. Masalah yang ditemukan terkadang

14
tidak dapat di selesaikan sekaligus sehingga diperlukan prioritas masalah. Prioritas
masalah dapat ditentukan berdasarkan hierarki Maslow yaitu:
a. Keadaan yang mengancam kehidupan
b. Keadaaan yang mengancam kesehatan
c. Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan

1.2 Penerapan Kasus


Di kelurahan simomulyo posyandu pelangi III terdapat 66 balita yang terdiri
diri dari : 0-12 bulan = 21, 13- 36 bulan = 15, 37- 60 bulan = 30. Berdasarkan informasi
dari kader posyandu Balita yang gizi buruk 3 orang, Balita yang diare karena tidak
cocok dengan susu formula 6 orang, Balita yang berat badannya tidak sesuai dengan
umur (Berat badan balita yang berada digaris kuning dan digaris merah ) 5 orang.
Sebagian besar ibunya bekerja sebagai ibu rumah tangga dan kepala keluarganya
sebagian bekerja di pabrik sebagai buruh pabrik dan sebagian lagi di pemerintahan.
Antar rumah saling berdekatan sehingga jika terjadi kebaran sangat sulit buat petugas
pemadam kebakaran untuk memadamkan api, pembangunan gorong- gorong di sungai,
sehingga air di bendung dan tidak mengalir lancar, selokan di depan rumah warga
banyak yang tersumbat, jalan di depan rumah kotor, banyak kardus basah sisa sampah
banjir yang di buang sembarangan, mayoritas warga beragama islam. Di wilayah ini
memiliki 1 masjid, 1 gereja, 1 paud , 1 TK, 1 Atap SDN simomulyo, untuk beraktivitas
warga menggunakan sepeda motor untuk alat transportasi. Biasanya ibu- ibu sering
mengajak balitanya naik mobil aneka warna yang diputarkan lagu- lagu anak untuk
berkeliling di sekitar kampung dengan biaya Rp.1000 untuk 1x putaran, serta setiap
minggu pagi, ibu yang memilki balita, sering membawa balitanya jalan-jalan di pasar
pagi dadakan yang ada di sepanjang pintu gerbang jalan tol surabaya – malang dekat
kampung warga.

1. PENGKAJIAN
Di kelurahan simomulyo posyandu pelangi III
i. DATA INTI
Di kelurahan simomulyo posyandu pelangi terdapat 66 balita
Umur : 0-12 bulan = 21
: 13- 36 bulan = 15
: 37- 60 bulan = 30
15
Pekerjaan : sebagian besar ibu yang memiliki balita bekerja sebagai ibu
rumah tangga sedangkan kepala keluarganya sebagian bekerja di pabrik
sebagai buruh pabrik dan sebagian lagi di pemerintahan
Agama : mayoritas islam
Data statistik: Berdasarkan informasi dari kader setempat
- Balita yang gizi buruk 3 orang,
- Balita yang diare karena tidak cocok dengan susu formula 6 orang
- Balita yang berat badannya tidak sesuai dengan umur (Berat badan balita yang
berada digaris kuning dan digaris merah ) 5 orang

2. DATA SUBSISTEM
1. Lingkungan Fisik
a. Perumahan dan lingkungan: antar rumah berdekatan, tipe rumah permanen,
pembangunan gorong- gorong di sungai sehingga air di bendung dan tidak
mengalir lancar, selokan di depan rumah warga banyak yang tersumbat,
jalan di depan rumah kotor, banyak kardus basah sisa sampah banjir yang di
buang sembarangan
b. Lingkungan terbuka : mayoritas tidak mempunyai halaman rumah yang luas
c. Kebiasaan: balita yang berumur 36 – 60 bulan sering mengkonsumsi
makanan ringan (snack) yang biasa di beli di warung- warung terdekat.
Serta sering mengkonsumsi mie instant
d. Transportasi: ibu mengantarkan balita ke posyandu dengan jalan kaki
sedangkan untuk beraktivitas biasanya menggunakan sepeda motor
e. Pusat pelayanan: terdapat 1 posyandu dan 1 puskesmas
f. Tempat belanja: dipasar tradisional dan mini market
g. Tempat ibadah: 1 masjid dan 1 gereja
2. Pelayanan Kesehatan Dan Sosial
Pelayanan kesehatan terdapat 1 posyandu dan 1 puskesmas.
3. Ekonomi
Berdasarkan hasil wawancara, penghasilan rata- rata kepala keluarga perbulan
Rp. 900.000- 1.500.000.
4. Keamanan Dan Transportasi
Bila terjadi kebakaran, mobil pemadam kebakaran kesulitan untuk
masuk di pemukiman warga karena jarak antar rumah berdekatan dan gangnya

16
sangat sempit. Mayoritas warga menggunakan alat transportasi sepeda motor
untuk pergi beraktivitas.
5. Pemerintahan
Posyandu pelangi III merupakan RT 03 dan RW 09 di kelurahan
simomulyo.Kader yang dimiliki sebanyak 5 orang.
6. Politik
Pemerintah sudah memberikan pelatihan kepada kader, untuk
mengajarkan kepada ibu balita, agar segera memberikan oralit pada balitanya
yang terkena diare dan lansung di bawa ke puskesmas untuk tindakan lebih
lanjut.
7. Komunikasi
Komunikasi ibu yang dilakukan pada balitanya dengan komuniaksi
verbal maupun non verbal. Informasi dari RT/RW setempat dialkuakn dengan
menggunakan pengeras suara melalui siaran di masjid.
8. Pendidikan
Tingkat pendidikan orang tua balita 20 orang lulusan SD,18 orang
SMP dan selebihnya SMA/ SMK.Terdapat 1 TK, 1 Paud, 1 atap SDN
simomulyo.
9. Rekreasi
Dari hasil wawancara, ibu sering mengajak balitanya naik mobil aneka
warna yang diputarkan lagu- lagu anak untuk berkeliling di sekitar kampung
dengan biaya Rp.1000 untuk 1x putaran, serta setiap minggu pagi, ibu yang
memilki balita, sering membawa balitanya jalan-jalan di pasar pagi dadakan
yang ada di sepanjang pintu gerbang jalan tol surabaya – malang dekat kampung
warga.

3. ANALISA DATA
No. Data Etiologi Masalah

1. - Data dari kader terdapat 6 Sanitasi lingkungan Risiko terjadinya


balita yang diare akibat yang kurang baik peningkatan penyakit
pemberian susu formula. akibat lingkungan yang
kurang bersih (Diare) di
- pembangunan gorong-
kelurahan Simomulyo.
gorong di sungi, sehingga air
di bendung dan tidak
mengalir lancar, selokan di

17
depan rumah warga banyak
yang ttersumbat, jalan di
depan rumah kotor, banyak
kardus basah sisa sampah
banjir yang di buang
sembarangan.

4. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko terjadinya peningkatan penyakit akibat lingkungan yang kurang bersih
(Diare) di Kelurahan Simomulyo berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
terhadap sanitasi lingkungan yang kurang baik.

Diagnosa Pentingnya Perubahan (+) Penyelesaian Total score


keperawatan penyelesaian untuk untuk
komunitas masalah penyelesaian di peningkatan
1. Rendah komunitas kualitas hidup
0. Tidak ada 0. Tidak ada
2. Sedang
1. Rendah 1. Rendah
3. Tinggi
2. Sedang 2. Sedang
3. Tinggi 3. Tinggi
Risiko terjadinya 2 2 2 6
peningkatan
penyakit akibat
lingkungan yang
kurang bersih
(Diare) di
Kelurahan
Simomulyo
berhubungan
dengan
kurangnya
pengetahuan
terhadap sanitasi
lingkungan yang
kurang baik.

Intervensi

Intervensi Rasional
1. Kaji kesiapan keluarga klien 1. Efektivitas pembelajaran
mengikuti pembelajaran, termasuk dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan
pengetahuan tentang penyakit dan mental serta latar belakang

18
perawatan anaknya. pengetahuan sebelumnya.
2. Jelaskan tentang proses penyakit 2. Pemahaman tentang masalah ini
anaknya, penyebab dan akibatnya penting untuk meningkatkan
terhadap gangguan pemenuhan partisipasi keluarga klien dan
kebutuhan sehari-hari aktivitas keluarga dalam proses perawatan
sehari-hari. klien
3. Jelaskan tentang tujuan pemberian 3. Meningkatkan pemahaman dan
obat, dosis, frekuensi dan cara partisipasi keluarga klien dalam
pemberian serta efek samping yang pengobatan.
mungkin timbul
4. Jelaskan dan tunjukkan cara 4. Meningkatkan kemandirian dan
perawatan perineal setelah defekasi kontrol keluarga klien terhadap
kebutuhan perawatan diri anaknya
5. Anjurkan pada ibu-ibu untuk 5. Untuk menghindari terjadinya
melakukan penyebaran kuman/bakteri pada
6. pemilihan makanan dari segi makanan yang tidak sehat
kesehatan
7. Berikan penyuluhan pada warga 6. Supaya lingkungan bersih dan
untuk melakukan kerja bakti pada sanitasi lingkungan menjadi lebih
lingkungan rumah dan desa baik

19
5. PERENCANAAN
Diagnosa Tujuan Rencana tindakan Sasaran Metode Waktu Tempat PJ Sumber
keperawatan dana

Risiko terjadinya 1. Tujuan umum : 1. Penyuluhan tentang food Warga Komunikasi 8 Agustus Kantor Lintang B Mahasiswa
peningkatan Kebutuhan cairan hygiene Kelurahan dan informasi 2014 Posyandu
dan elektrolit Simomulyo (Lobi) Pelangi III
penyakit akibat
terpenuhi pada
lingkungan yang balita di posyandu
kurang bersih pelangi III
(Diare) di 2. Tujuan khusus :
Kelurahan - Ibu-ibu
Simomulyo mengetahui 2. Demonstrasikan pemberian
cara oralit
berhubungan Ibu-ibu yang Ceramah, Balai
menanggulan
dengan gi gangguan memiliki tanya jawab, 11 Agustus Posyandu
kurangnya keseimbanga balita diskusi 2014 Pelangi III Indah
pengetahuan n cairan dan Agustina
terhadap elektrolit
sanitasi pada balita
3. Pemberian info mengenai
lingkungan yang alergi susu sapi pada balita
kurang baik, dan hygiene yang harus Ibu-ibu yang Praktik Balai
dipenuhi memiliki langsung Posyandu
yang balita 11 Agustus Pelangi III
dimanifestasikan 2014 Fitria
4. Anjurkan kepada ibu-ibu Andini
dengan Data
untuk membawa balitanya
dari kader jika terjadi gejala diare
terdapat 6 balita
yang diare
akibat
pemberian susu 5. Evaluasi keluarga/rujukan Ibu-ibu yang Rumah
ibu mengenai memiliki Komunikasi masing-
formula dan
penanggulangan diare balita yang dan observasi masing
pembangunan 11 Agustus
mengalami Retno
gorong-gorong 2014
diare
di sungai

20
sehingga air
dibendung dan
1. Lakukan pendekatan Ibu-ibu yang
tidak lancar. tokoh masyarakat memiliki
kelurahan Simomulyo Posyandu
Balita Pelangi III
Ceramah,
tanya jawab,
- Masyarakat diskusi 11 Agustus
dapat 2. Kerja bakti bersama warga 2014
mengaplikasi Kelurahan Simomulyo Mita Nur
kan sanitasi Keluarga/ibu L.
yang baik di kelompok
lingkungan balita yang Balai
terkena Ceramah, Kelurahan
diare tanya jawab, Simomulyo
diskusi
13 Agustus
2014
Indah
Agustina

Warga
masyarakat
RT 03, RW Kantor
09, Siaran lewat Kelurahan
3. Penyuluhan tentang masjid, atau Simomulyo
pemilihan makanan dari Kelurahan
Simomulyo pamflet
segi kesehatan dan segi Masjid, papan
ekonomi 15 Agustus pengumuman,
2014 rumah
Retno
masing-
masing warga

Semua

21
warga Lingkungan RT
masyarakat 03, RW 09,
4. Evaluasi Kerja Bakti RT 03, RW Kelurahan
09, Sidomulyo
Kelurahan Praktik
Simomulyo langsung

18 Agustus
Semua 2014 Lingkungan RT
03, RW 09, Gebyar
warga
masyarakat Kelurahan
RT 03, RW Sidomulyo
09,
Kelurahan
Simomulyo

Observasi

Toni
20 Agustus
2014 Trisca

22
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau
lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris.H,
2006).Balita termasuk salah satu agregat / kelompok risiko tinggi. Hal ini
dikarenakan pada balita juga berpotensi muncul masalah yang kompleks,
terlebih yang berhubungan dengan konsep tumbuh kembang. Oleh karena itu,
konsep keperawatan yang diberikan pada agregat ini diaplikasikan dalam
bentuk pelayanan-pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang memberikan
layanan dalam upaya menjaga kesehatan balita adalah Posyandu (Pos
Pelayanan Terpadu), imunisasi, BKB (Bina Keluarga Balita), PAUD
(Pendidikan Anak Usia Dini), SDIDTK (Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi
Dini Tumbuh Kembang).
4.2 Saran
a. Bagi Perawat
Perawat sebagai care giver diharapkan mampu memberikan
pelayanan kesehatan kepada balita dan keluarga dalam bentuk promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitative.
b. Bagi Keluarga
Keluarga terutama ibu merupakan pemegang peran penting dalam
menentukan kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan balita. Oleh
karena itu keluarga diharapkan mampu memahami konsep tumbuh
kembang pada balita dan mampu mendampingi pertumbuhan dan
perkembangan balita dengan baik sehingga bisa mengoptimalkan tumbuh
kembang balita.

23
DAFTAR PUSTAKA

Elisabeth T. Anderson dan RN. Judith Mc. Farlane. 2012. Community as a Partner,
6th Ed +Introduction to Community Based Nursing, 5th Ed: Theory and
Practic in Nursing. Lippincot Williams and Wilkins, 2012

Efendi, Ferry & Makhfudi. 2013. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan
Praktik Keperawatan. Jakarta : Salemba medika
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika

Hidayat, A. Aziz Alimul.2008.Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan


Kebidanan.Jakarta:Salemba Medika

Supartini,Yupi. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC

http://eprints.undip.ac.id/153/1/Moeljono_Trastotenojo.pdf diakses pada tanggal 14


September 2014 pukul 08.05 WIB
http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-content/uploads/downloads/2011/01/Materi-
Advokasi-BBL.pdf diakses pada tanggal 14 September 2014 pukul 08.09
WIB
http://badankbp.blogspot.com/ diaskses pada tanggal 13 september 2014 pukul 19.15
wib

http://arifsulistyo.wordpress.com/jurusan-pls/pengertian-paud/ diaskses pada tanggal


!3 Sepetember 2014 pukul 20.15 WIB

24

Anda mungkin juga menyukai