Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GADAR DENGAN TUMOR

CEREBRI

DosenPendamping :
Imroatul Faridah, S.Kep.,Ns., M.Kep.,Sp.KMB

Disususn :
DHELA NHASIRACH AISYAH
1820007

PROGRAM STUDI DIII-KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

TAHUN AJARAN 2020/2021


A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi

Tumor cerebri/ tumor otak adalah lesi intracranial setempat yang


menempati ruang di dalam tulang tengkorak (Bouhman, 2000). Sedangkan
menurut Price (2006) tumor cerebri adalah lesi desak ruang jinak maupun
ganas, yang tumbuh diotak, meningen, dan tengkorak. Kesimpulannya tumor
serebri atau tumor otak adalah adanya lesi pada intracranial yang tumbuh di
otak, meningen, dan tengkorak baik jinak maupun ganas.

2. Etiologi

Penyebab terjadinya tumor kepala pada individu diantaranya


disebabkan oleh adanya riwayat trauma kepala, faktor genetik, paparan zat
kimia yang bersifat karsinogenik, virus tertentu, defisiensi imunologi, dan
congenital

3. Web Of Coution (WOC)


4. Manifestasi Klinis
Menurut Price (2006) manifestasi klinis yang terjadi adalah :
1) Sakit kepala, sakit kepala merupakan gejala umum yang paling sering
dijumpai pada penderita tumor otak. Rasa sakit dapat digambarkan
bersifat dalam dan terus menerus, tumpul dan kadang-kadang hebat
sekali. Nyeri ini paling hebat pada pagi hari dan lebih menjadi lebih
hebat oleh aktivitas yang biasanya meningkatkan TIK seperti
membungkuk, batuk, mengejan pada waktu BAB.
2) Nausea dan muntah, terjadi sebagai akibat rangkasangan pusat muntah
pada medulla oblongata. Muntah paling sering terjadi pada anak-anak
berhubungan dengan peningkatan TIK disertai pergeseran batang otak.
Muntah dapat terjadi tanpa didahului nausea da dapat proyektif.
3) Papiledema, disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan
pembengkakan papilla nervioptist. Bila terlihat pada pemeriksaan
funduskopi akan meningkatkan pada kenaikan TIK. Seringkali sulit
untuk menggunakan tanda ini sebagai diagnosis tumor otak oleh
karena pada beberapa individu fundus tidak memperlihatkan edema
meskipun tik tidak amat tinggi. Dalam hubungannya dengan
papilledema mungkin terjadi beberapa gangguan penglihatan. Ini
termasuk pembesaran bitnik buta dan amaurosis fugun (perasaan
berkurangnya penglihatan).
4) Gejala fokal, tanda-tanda dan gejala-gejala tumor otak antara lainnya
juga terjadi, tetapi ini lebih cenderung mempunyai nilai melokalisasi :
a. Tumor korteks motorik, memanifestasikan diri dengan
menyebabkan gerakan seperti kejang yang terletak pada satu
sisi tubuh yang disebut Kejang Jacksonian
b. Tumor lobus oksipital menimbulkan gejala visual, hemiaropsia
humunimus kontralateral (hilangnya penglihatan pada setengah
lapang pandang, pada sisi yang berlawanan dari tumor) dan
halusinasi penglihatan.
c. Tumor serebelum, menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan
keseimbangan) atau gaya berjalan yang sempoyongan dengan
kecenderungan jatuh ke sisi yang lesi, otot-otot tidak
terkoordinasi dan nystagmus (gerakan mata berirama tidak
disengaja) biasanya menunjukkan gerakan horizontal.
d. Tumor lobus frontal sering menyebabkan gangguan
kepribadian perubahan status emosional dan tingkah laku, dan
disintegrasi perilaku mental. Pasien sering menjadi ekstrem
yang tidak teratur dan kurang merawat diri dan menggunakan
bahasa cabul.
e. Tumor sudut serebroponsin biasanya diawali pada sarung saraf
akustik dan member rangkaian gejala yang timbul denan semua
karakteriatik gejala pada tumor otak : pertama, tinnitus dan
kelihatan vertigo, diikuti terjadinya tuli (saraf cranial-8),
berikutnya kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan lidah
(saraf cranial-5), selanjutnya terjadi kelemahan atau paralisis
(saraf clanial-7), akhirnya karna pembesaran tumor menekan
sereblum, mungkin ada abnormalitas pada fungsi motorik.
f. Tumor ventrikel dan hipotalamus mengakibatkan sombolensia,
diabetes insipidus, obesitas, dan gangguan pengaturan suhu.
Tumor intrakanial dapat menghasilkan gangguan kepribadian,
konfusi, gangguan fungsi bicara dan gangguan penyelidikan.

5. Komplikasi
1) Edema Serebral
Edema Serebral ini terjadi karena adanya suatu peningkatan yang
terjadi pada cairan otak secara berlebihan yang kemudian mengalami
penumpukan di sekitar lesi sehingga menyebabkan efek masa
bertambah. Edema serebri bisa terjadi secara ekstrasel atau intrasel
atau vasogenik.
2) Hidrosefalus
Gangguan ini ditandai dengan meningkatnya intracranial yang
disebabkan oleh adanya ekspansi massa yang ada di dalam rongga
cranium yang tertutup.
3) Herniasi Otak
Komplikasi herniasi ditandai dengan meningkatnya cairan
intracranial yang terdiri dari herniasi sentra, singuli, dan unkus.
4) Epilepsi
5) Metastase Ke Tempat Lainnya

6. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Terutama untuk melihat keadaan umum pasien dan kesiapannya
untuk terapi yang akan dijalani (bedah, radiasi, ataupun kemoterapi),
yaitu:
a. Darah lengkap
b. Hemostasis
c. LDH Fungsi hati, ginjal, gula darah
d. Serologi hepatitis B dan C
e. Elektrolit lengkap
2) Pemeriksaan radiologis
a. CT Scan dengan kontras
b. MRI Kepala dengan kontras,
Pemeriksaan radiologi standar adalah CT scan dan MRI Kepala
dengan kontras. CT scan berguna untuk melihat adanya tumor pada
langkah awal penegakkan diagnosis dan sangat baik untuk melihat
kalsifikasi, lesi erosi/destruksi pada tulang tengkorak. MRI Kepala
dapat melihat gambaran jaringan lunak dengan lebih jelas dan sangat
baik untuk tumor infratentorial, namun mempu-nyai keterbatasan
dalam hal menilai kalsifikasi. Pemeriksaan fungsional MRI seperti
MRS sangat baik untuk menentukan daerah nekrosis dengan tumor
yang masih viabel sehingga baik digunakan sebagai penuntun biopsi
serta untuk menyingkirkan diagnosis banding.

7. Penatalaksanaan Medis
1) Operasi untuk biopsy
2) Pengobatan sitostatika
3) Radioterapi
4) Pengobatan konvensional
5) Kraniektomi
6) Stereotactic radio surgery atau brachyteraphy

B. ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT (SECARA TEORI)


1. Pengkajian
a. A (Airway) : Pengkajian pada jalan nafas dengan cara membuka mulut
korban dan lihat: Apakah ada vokalisasi, muncul suara ngorok; Apakah ada
secret, darah, muntahan; Apakah ada benda asing sepertigigi yang patah;
Apakah ada bunyi stridor (obstruksi dari lidah). Apabila ditemukan jalan
nafas tidak efektif maka lakukan tindakan untuk membebaskan jalan nafas.
b. B (Breathing) : Pengkajian breathing (pernafasan) dilakukan setelah
penilaian jalan nafas. Pengkajian pernafasan dilakukan dengan cara
inspeksi, palpasi. Bila diperlukan auskultasi dan perkusi. Inspeksidada
korban: Jumlah, ritme dan tipepernafasan; Kesimetrisan pengembangan
dada; Jejas/kerusakan kulit; Retraksi intercostalis. Palpasi dada korban:
Adakah nyeri tekan; Adakah penurunan ekspansi paru. Auskultasi:
Bagaimanakah bunyi nafas (normal atau vesikuler menurun); Adakah suara
nafas tambahan seperti ronchi, wheezing, pleural friksionrub. Perkusi,
dilakukan di daerah thorak dengan hati hati, beberapa hasil yang akan
diperoleh adalah sebagai berikut: Sonor (normal); Hipersonor atau timpani
bila ada udara di thorak; Pekak atau dullnes bila ada konsolidasi atau
cairan.
c. C (Circulation) : Pengkajian sirkulasi bertujuan untuk mengetahui dan
menilai kemampuan jantung dan pembuluh darah dalam memompa darah
keseluruh tubuh. Pengkajian sirkulasi meliputi: Tekanan darah; Jumlah
nadi; Keadaan akral: dingin atau hangat; Sianosis; Bendungan vena
jugularis.
d. D (Disability) :
1) A - alert, yaitu merespon suara dengan tepat, misalnya mematuhi
perintah yang Diberikan
2) V - vocalises, mungkin tidak sesuai atau mengeluarkan suara yang
tidak bisadimengerti
3) P - responds to pain only (harus dinilai semua keempat tungkai jika
ekstremitas awal yang digunakan untuk mengkaji gagal untuk
merespon)

4) U - unresponsive to pain, jika pasien tidak merespon baik stimulus


nyeri maupun stimulus verbal.

e. E (Expose, Examine dan Evaluate)


Menanggalkan pakaian pasien dan memeriksa cedera pada pasien. Jika
pasien diduga memiliki cedera leher atau tulang belakang, imobilisasi in-
line penting untuk dilakukan. Lakukan log roll ketika melakukan
pemeriksaan pada punggung pasien. Yang perlu diperhatikan dalam
melakukan pemeriksaan pada pasien adalah mengekspos pasien hanya
selama pemeriksaan eksternal. Setelah semua pemeriksaan telah selesai
dilakukan, tutup pasien dengan selimut hangat dan jaga privasi pasien,
kecuali jika diperlukan pemeriksaan ulang (Thygerson, 2011).

Dalam situasi yang diduga telah terjadi mekanisme trauma yang


mengancam jiwa, maka Rapid Trauma Assessment harus segera dilakukan:

1) Lakukan pemeriksaan kepala, leher, dan ekstremitas pada pasien


2) Perlakukan setiap temuan luka baru yang dapat mengancam nyawa
pasien luka dan mulai melakukan transportasi pada pasien yang
berpotensi tidak stabil atau kritis.

2. Secondary Survey
a. Data Umum
Identitas Klien meliputi : nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama,
suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit,
diagnosa medis, nomor registrasi.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama pada klien gangguan sistem saraf biasanya akan terlihat
bila sudah terjadi disfungsi neurologis. Keluhan yang sering didapatkan
meliputi kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi, konvulsi (kejang), sakit kepala yang hebat, nyeri otot,
kaku kuduk, sakit pinggang, tingkat kesadaran menurun, akral dingin,
dan ekspresi rasa takut.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian ringkas dengan PQRST dapat lebih memudahkan perawat
dalam melengkapi pengkajian.
 Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi faktor
penyebab nyeri, apakah nyeri pada kepala berkurang apabila
beristirahat?
 Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan klien, apakah nyerinya seperti ditusuk-tusuk atau
seperti dipukuli?
 Region: di mana latak nyeri itu?
 Severity of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien?
 Time: berapa lama rasa nyeri berlangsung, kapan, bertambah
buruk pada malam hari atau siang hari, apakah gejala timbul
mendadak, perlahan-lahan atau seketika itu juga, apakah timbul
gejala secara terus-menerus atau hilang timbul (intermitten), apa
yang sedang dilakukan klien saat gejala timbul, lama timbulnya
(durasi), kapan gejala tersebut pertama kali timbul (onset).
d. Riwayat Penyakit Dahulu

Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah


sebelumnya klien pernah menderita tumor otak atau tidak sebelumnya.
e. Riwayat Penyakit Keluarga

Kaji adanya tumor intrakranial pada generasi terdahulu. Pengkajian juga


dilakukan ada atau tidaknya riwayat penyakit keturunan seperti
hipertensi, asma dan penyakit yang dapat memperburuk klien seperti
penyakit jantung, jika klien menderita penyakit tersebut..

f. Pemeriksaan Fisik

Secara sitemik dari kepala sampai ujung kaki

1) Kepala : Biasanya pada kepala ada benjolan, adanya nyeri


kepala.
2) Leher : Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada benjolan,
adanya kesulitan menelan.
3) Wajah : Biasanya Wajah terlihat menahan sakit, tidak ada
perubahan fungsi maupun bentuk. Tidak ada lesi, simetris, dan
tidak ada edema.
4) Mata : Biasa pada pasien dengan tumor otak mengalami anemis.
5) Telinga : Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal bila
pasien sadar, tidak ada lesi atau nyeri tekan.
6) Hidung : Biasanya tidak ada deformitas, tak ada pernapasan
cuping hidung.
7) Mulut dan faring :Biasanya tidak ada pembesaran tonsil, gusi
tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut pucat.
8) Thoraks : Tidak ada pergerakan otot intercostae, gerakan dada
simetris.

9) Paru
 Inspeksi : Pernapasan meningkat.
 Palpasi : Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba sama
 Perkusi : Suara sonor, tak ada redup atau suara tambahan
lainnya.
 Auskultasi : Nafas tidak normal, biasanya ada suara
tambahan lainya seperti stridor dan ronchi.
10) Jantung
 Inspeksi Tidak tampak iktus cordis.
 Palpasi Iktus tidak teraba.
 Auskultasi Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
11) Abdomen
 Inspeksi : Bentuk datar, simetris.
 Palpasi : Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak
teraba
 Perkusi : Suara thympani.
 Auskultasi : Peristaltik usus normal 20 kali/menit
12) Sistem integumen : Turgor kulit kering, CRT >2 detik, adanya
oedema
13) Ekstremitas : Biasa adanya oedem pada ekstermitas jika pasien
tidak sadar.
14) Pemeriksaan Neurologi : Tingkat kesadaran yang umumnya
dikembangkan dengan Glasgow Coma Scala (GCS). Biasanya
pada pasien dengan tumor otak datang dengan keluhan
penurunan kesadaran dengan nilai GCS >15.
15) Pemeriksaan Saraf Kranial
16) Pemeriksaan kekuatan Otot Biasanya pasien dengan tumor otak
terjadinya hemiparise atau kelumpuhan. Kekuatan otot <4
17) Tingkat Kesadaran Biasanya pasien dengan tumor otak masuk
dengan penurunan kesadaran yaitu seperti latergi, stupor, bahkan
sampai semikoma.
18) Pemeriksaan refleks Patologis a) Tanda Babinski Biasanya pada
pasien tumor otak tanda Babinski negatif (-), adanya reaksi yang
terdiri atas pengembangan dan ekstensi jarijari kaki serta elevasi
ibu jari kaki atas penggoresan telapak kaki bagian lateral. b)
Chadock Biasanya pada pasien tumor otak refleks chadock
negatif (-), adanya respon ekstensi ibu jari kaki dan
pengembangan ibu jari lainnya. c) Oppenheim Biasanya pada
pasien tumor otak refleks chadock negatif (-), adanya pengerutan
Krista anterior tibia dari proksimal ke distal d) Gordon Biasanya
pada pasien tumor otak refleks chadock negatif (-), adanya
respon ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan ibu jari lainnya.
e) Hoffman-TrommerBiasanya pada pasien tumor otak refleks
chadock negatif (-), adanya respon ibu jari telunjuk dan jari
lainnya fleksi.
19) Pemeriksaan Fisiologis Menurut Morton G (2005) pemeriksaan
fisiologis meliputi : a) Reflek Biseps Biasanya pada pasien
dengan tumor otak yang mengalami penurunan kesadaran atau
hemiparise, refleks biseps positif (+), tidak adanya fleksi siku
yang cepat yang dapat dilihat dan dipalpasi. b) Refleks Triseps
Biasanya pada pasien dengan tumor otak yang mengalami
penurunan kesadaran atau hemiparise, refleks triseps positif (+)
tidak adanya ekstensi cepat pada siku. c) Refleks Brakioradialis
Biasanya pada pasien dengan tumor otak yang mengalami
penurunan kesadaran atau hemiparise refleks brakioradialis
positif (+), tidak adanya fleksi siku kanan, supinasi lengan
bawah, dan fleksi jari-jari tangan dan tangan. d) Refleks
Kuadriseps (Kejutan Lutut atau Patelar) Biasanya pada pasien
dengan tumor otak yang mengalami penurunan kesadaran atau
hemiparise refleks kuadriseps positif (+) Lutut klien tidak
terekstensi dan quadriceps harus berkontraksi. e) Refleks
Achilles (Kejutan Pergelangan Kaki) Biasanya pada pasien
dengan tumor otak yang mengalami penurunan kesadaran atau
hemiparise refleks achilles positif (+), tidak menyebabkan plantar
fleksi dan diikuti dengan relaksasi otot. 8) Pemeriksaan Tanda
Rangsangan Meningeal a) Pemeriksaan Kaku kuduk, dengan
cara: Biasanya pada pasien tumor otak pemeriksaan kaku kuduk
positif (+) adanya tahanan, pasien merasa nyeri, meringis.
b)Brudzinski I ( Brudzinski’s neck sign ). Biasanya pada pasien
dengan tumor otak Brudzinski I negatif (-) tidak terdapat gerakan
infolunter ( fleksi abnormal ) di sendi lutut dan panggul kedua
tungkai. c) Tanda Laseque Biasnya pasien tumor otak tanda
laseque negatif (-), tidak terdapat tahanan dan serta sudut
mencapai 70°. d) Brudzinski II Biasanya pasien dengan tumor
otak Brudzinski II negatif (-), tidak adanya gerakan infolunter
(fleksi abnormal) pada kaki. e) Pemeriksaan Kernig Biasanya
pada pasien tumor otak yang mengalami penurunan kesadaran
tidak terdapat tahanan bisa mencapai sudut 135°, Kernig sign
negatif (-).

g. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri Kronis b.d Penekanan Saraf
2) Perfusi Serebral Tidak Efektif b.d Infeksi Otak
3) Gangguan Mobilitas Fisik b.d Gangguan Neuromuskular
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSA
TUJUAN & KH INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN

Nyeri Kronis Setelah Dilakukan Tindakan 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk mengetahui lokasi,
keperawatan selama 3x24 jam karakteristik, durasi, karakteristik, durasi,
maka, Tingkat Nyeri menurun frekuensi, kualitas, identitas frekuensi, kualitas,
Dengan kriteria hasil : nyeri identitas nyeri
1. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri 2. Untuk mengetahui skala
2. Kesulitan tidur menurun 3. Control lingkungan yang nyeri yang dirasakan px
3. Frekuensi nadi membaik memperberat rasa nyeri 3. Agar nyeri yang dirasakan
4. Tekanan darah membaik dengan terapi music px berkurang
5. Pola nafas membaik 4. Jelaskan strategi meredakan 4. Agar px mengetahui cara
6. Pola tidur membaik nyeri meredakan nyeri
(SLKI : 145, 2017) 5. Kolaborasi pemberian 5. Untuk membantu proses
analgesic, jika perlu penurunan tingkat nyeri px

(SIKI : 202, 2017)


Perfusi Serebral Setelah Dilakukan Tindakan 1. Identifikasi penyebab 1. Untuk mengetahui
Tidak Efektif keperawatan selama 3x24 jam peningkatan TIK penyebab peningkatan TIK
maka, perfusi serebral meningkat. 2. Monitor status pernafasan 2. Untuk mencegah sesak
Dengan kriteria hasil : 3. Monitor intake dan output pada px
1. Tingkat kesadaran cairan 3. Agar terjadi balance cairan
meningkat 4. Hindari maneuver falsafah 4. Untuk menghindari
2. Tekanan intracranial 5. Monitor CPP (Cerebral peningkatan TIK
menurun Perfusion Pressure) 5. Untuk memantau perfusi
3. Sakit kepala menurun serebral
(SIKI : 205, 2017)
4. Tekanan darah sistolik dan
diastolic membaik
5. Reflex saraf membaik
(SLKI : 86, 2017)
Gangguan Setelah Dilakukan Tindakan 1. Identifikasi toleransi fisik 1. Untuk mengetahui
Mobilitas Fisik keperawatan selama 3x24 jam melakukan pegerakan kemampuan px dalam
maka, mobilitas fisik meningkat. 2. Monitor kondisi umum melakukan pergerakan
Dengan kriteria hasil : selama melakukan 2. Untuk menghindari
6. Kekuatan otot meningkat mobilisasi penurunan kesadaran saat
7. Pergerakan otot meningkat 3. Fasilitasi melakukan mobilisasi
8. Rentang gerak (ROM) pergerakan 3. Untuk membantu
meningkat 4. Jelaskan tujuan dan pergerakan px
(SLKI : 65, 2017) prosedur mobilisasi 4. Agar px termotivasi tujuan
5. Libatkan keluarga untuk dan prosedur mobilisasi
membantu pasien dalam 5. Agar px merasa nyaman
meningkatkan pergerakan
(SIKI : 200, 2017) melakukan mobilisasi

b. Implementasi Keperawatan
Perawat memastikan bahwa tindakan yang sedang diimplementasikan, baik oleh pasien,
perawat atau yang lain, berorientasi pada tujuan dan hasil. Tindakan selama implementasi
diarahkan untuk mencapai tujuan.

c. Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk menentukan
apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan,
merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan (Manurung, 2011).

DAFTAR PUSTAKA

http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PPKOtak.pdf

https://books.google.co.id/books?
id=AKDNoVXFVnEC&pg=PA84&dq=pengertian+tumor+otak&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiWp7GPhtrt
AhULWX0KHTwQDXUQ6AEwAHoECAMQAg#v=onepage&q=pengertian%20tumor%20otak&f=false

Anda mungkin juga menyukai