2. Etiologi
Penyebab luka bakar:
a. Terbakar api langsung atau tidak langsung,
b. Pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia
c. Tersiram air panas banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga.
d. Radiasi
e. Ledakan bom
(Brunner & Suddarth, 2002).
Luka Bakar
Kerusakan Mukosa
Ketidakefektifan Jalan Gangguan Integritas Pertahanan Primer
Obstruksi
Oedema Jalan
Tulang
Nafas Jaringan Traumatik
Sulit Nafas
Nafas Kulit Resiko
Tidak Infeksi
Adekuat
Kerusakan Pertahan
Primer
Kerusakan Persepsi Pembentukan
Sensori Oedema
Nyeri Akut
Penguapan Meningkat
Pembuluh Darah
Kapiler Meningkat
Ekstravasasi Cairan
(H2O, Elektrolit dan
Protein
Cairan Intavaskuler
Menurun
5. Komplikasi Luka Bakar
Kekurangan
Komplikasi yang sering terjadi pada luka bakar adalah:Volume Hipovolemik dan
Cairan Hemokonsentasi
1. Hipertrofi jaringan parut
Terbentuk hipertrofi jaringan parut dipengaruhi oleh:
a. Kedalaman luka bakar
b. Sifat kulit
c. Usia klien
d. Lamanya waktu penutupan
Jaringan parut terbentuk secara aktif pada 6 bulan post luka bakar dengan
warna awal merah muda dan menimbulkan rasa gatal. Pembentukan jaringan
parut terus berlangsung dan warna berubah merah, merah tua dan sampai
coklat muda dan terasa lebih lembut
2. Kontraktur
Kontraktur merupakan komplikasi yang sering menyertai luka bakar serta
menimbulkan gangguan fungsi pergerakan. Beberapa hal yang dapat
mencegah atau mengurangi terjadinya kontraktor antara lain:
a. Pemberian posisi yang baik dan benar sejak dini
b. Latihan ROM baik pasif maupun aktif
c. Presure garmen yaitu pakaian yang dapat memberikan tekanan yang
bertujuan menekan timbulnya hipertrofi scar (Brunner & Suddarth,
2002).
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Hitung darah lengkap
Peningkatkan Ht awal menunjukkan hemokonsentrasi sehubungan dengan
perpindahan/kehilangan cairan. Selanjutnya menurunkan Ht dan SDM dapat
terjadi sehubungan dengan kerusakan oleh panas terhadap endotelium
pembuluh darah.
b. SDP
Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan kehilangan sel pada sisi luka
dan respons inflamasi terhadap cedera.
c. GDA
Dasar penting untuk kecurigaan cedera inhalasi. Penurunan
PaCh/peningkatan PaCO2 mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
Asidosis dapat terjadi sehubungan dengan penurunan fungsi ginjal dan
kehilangan mekanisme kompensasi pernapasan.
d. COHbg (karboksi hemoglobin)
Peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan keracunan karbon
monoksida/cedera inhalasi.
e. Elektrolit serum
Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera
jaringan/kerusakan SDM dan penurunan fungsi ginjal; hipokalemia dapat
terjadi bila mulai diuresis; magnesium mungkin menurun. Natrium pada
awal mungkin menurun pada kehilangan air; hipernatremia dapat terjadi
selanjutnya saat terjadi konservasi ginjal.
f. Natrium urine random
Lebih besar dari 20 mEg/L mengindikasikan kelebihan resusitasi cairan;
kurang dari 10 mEq/L menduga ketidakadekuatan resusitasi cairan.
g. Alkalin fosfat
Peningkatan sehubungan dengan perpindahan cairan interstisial atau
gangguan pompa natrium.
h. Glukosa serum
Peninggian menunjukkan respons stres.
i. Albumin serum
Rasio albumin atau globulin mungkin terbalik sehubungan dengan
kehilangan protein pada edema cairan.
j. BUN atau kreatinin
Peninggian menunjukkan penurunan perfusi/fungsi ginjal; namun kreatinin
dapat meningkat karena cedera jaringan.
k. Urine
Adanya albumin, Hb, dan mioglobulin menunjukkan kerusakan jaringan
dalam dan kehilangan protein (khususnya terlihat pada luka bakar listrik
serius). Warna hitam, kemerahan pada urine sehubungan dengan mioglobin.
Kultur luka: mungkin diambil untuk data dasar dan diulang secara periodik.
l. Foto ronsen dada
Dapat tampak normal pada pascaluka bakar dini meskipun dengan cedera
inhalasi; namun cedera inhalasi yang sesungguhnya akan ada saat progresif
tanpa foto dada (SDPD).
m. Bronkoskopi serat optic
Berguna dalam diagnosa luas cedera inhalasi; hasil dapat meliputi edema,
perdarahan, dan/atau tukak pada saluran pernapasan alas.
n. Loop aliran volume
Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek/luasnya cedera inhalasi.
o. Skan paru
Mungkin dilakukan untuk menentukan luasnya cedera inhalasi.
p. EKG
Tanda iskemia miokardial/disritmia dapat terjadi pada luka bakar listrik.
q. Fotografi luka bakar
Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya (Doenges,
2000).
7. Penatalaksanaan
a. Perawatan di Tempat Kejadian
Prioritas pertama dalam perawatan di tempat kejadian bagi seorang
korban luka bakar adalah mencegah agar orang yang menyelamatkan tidak
turut mengalami luka bakar. Langkah kerja:
1) Mematikan api
Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api misalnya dengan
menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan
pasokan oksigen bagi api yang menyala. Korban dapat mengusahakan
dengan cepat menjatuhkan diri dan berguling dan mencegah meluasnya
bagian pakaian yang terbakar. Kontak dengan bahan yang panas juga
harus cepat diakhiri missal dengan mencelupkan bagian yang terbakar
atau menceburkan diri ke air dingin atau melepaskan baju yang tersiram
air panas. Jika sumber luka bakarnya adalah arus listrik, sumber listrik
harus dipadamkan.
1. Rumus Konsensus
2. Rumus Evans
a. Koloid: 1ml X kg BB X % luas luka bakar
b. Elektrolit (saline): 1ml X kg BB X % luas luka bakar
c. Glukosa (5% dalam air): 2000ml untuk kehilangan insensible
Hari 1: Separuh diberikan dalam 8 jam pertama, separuh sisanya
dalam 16 jam selanjutnya.
Hari 2: Separuh dari cairan elektrolit dan koloid yang diberikan
pada hari sebelumnya, seluruh penggantian cairan insensible.
Maksimum 10.000 selama 24 jam. Luka baker derajat II dan III
yang melebihi 50% luas permukaan tubuh dihitung berdasarkan
50% luas permukaan tubuh.
4. Rumus Parkland/Baxter
Larutan ringer laktat: 4ml X kg BB X luas luka baker
Hari 1: Separuh diberikan dalam 8 jam pertama, separuh sisanya dalam
16 jam selanjutnya.
Hari 2: Bervariasi. Ditambahkan koloid
5. Obat-obatan
Antibiotik sistemik spectrum luas diberikan untuk mencegah
infeksi. Yang banyak dipakai adalah golongan aminoglikosida yang
efektif terhadap pseudomonas. Bila ada infeksi, antibiotic diberikan
berdasarkan hasil biakan dan uji kepekaan kuman. Antasida diberikan
untuk pencegahan tukak stress dan antipiretik diberikan bila suhu
tinggi.
Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori
dan keseimbangan nitrogen yang negative pada fase katabolisme,
yaitu sebanyak 2500-3000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi.
Kalau perlu makanan diberikan melalui pipa lambung atau ditambah
parenteral.
Penderita yang mulai stabil keadaannya perlu fisioterapai untuk
memperlancar peredaran darah dan mencegah kekakuan sendi.
Penderita luka baker harus dipantau terus-menerus, keberhasilan
pemberian cairan dapat dilihat dari diuresis normal yaitu sekurang-
kurangnya 1ml/kgBB/jam. Yang penting juga apakah sirkulasi
normal/tidak.
3. Debridemen
Debridemen merupakan sisi lain pada perawatan luka bakar. Tindakan
ini memiliki dua tujuan:
a. Untuk menghilangkan jaringan yang terkontaminasi oleh bakteri dan
benda asing, sehingga pasien dilindungi terhadap kemungkinan
invasi bakteri
b. Untuk menghilangkan jaringan yang sudah mati atau eskar dalam
persiapan bagi graft dan kesembuhan luka
Sesudah terjadi luka bakar derajat-dua dan tiga, bakteri yang terdapat
pada antarmuka jaringan yang terbakar dan jaringan viabel yang ada di
bawahnya secara bersng-sur-angsur. akan mencairkan serabut-serabut
kolagen yang menahan eskar pada tempatnya selama minggu pertama atau
kedua pasca-luka bakar.
Macam-macam debridemen:
a. Debridemen Alami. Pada peristiwa debridemen alami, jaringan mati
akan memisahkan diri secara spontan dari jaringan viabel yang ada di
bawahnya. Namun, pemakaian preparat topikal antibakteri cenderung
memperlambat proses pemisahan eskar yang alami ini.
b. Debridemen Mekanis. Debridemen mekanis meliputi penggunaan
gunting bedah dan forsep untuk memisahkan dan mengangkat eskar.
c. Debridemen Bedah. Debridemen bedah merupakan tindakan operasi
dengan melibatkan eksisi primer seluruh tebal kulit sampai fasia (eksisi
tangensiai) atau dengan mengupas lapisan kulit yang terbakar secara
bertahap hingga mengenai jaringan yang masih viabel dan berdarah.
4. Graft
Jika lukanya dalam (full-thickness) atau sangat luas, reepitelialisasi
spontan tidak mungkin terjadi. Karena itu diperlukan graft (pencakokan)
kulit dari pasien sendiri (autograft). Daerah-daerah utama graft kulit
mencakup daerah wajah dengan alasan kosmetik dan psikologik; tangan
dan bagian fungsional lainnya seperti kaki; dan daerah-daerah yang
meliputi persendian. Graft memungkinkan pencapaian kemampuan
fungsional yang lebih dini dan akan mengurangi kontraktur. Kalau luka
bakarnya sangat luas, daerah dada dan abdomen dapat dicangkok terlebih
dahulu untuk mengurangi luas luka bakar.
Selama proses kesembuhan luka akan terbentuk jaringan granulasi.
Jaringan ini akan mengisi ruangan yang ditimbulkan oleh luka,
membentuk barier yang merintangi bakteri dan berfungsi sebagai dasar
(bed) untuk pertumbuhan sel epitel.
5. Autograft
Autograft berasal dari kulit pasien sendiri. Bentuk cangkokan ini bisa
berupa split-thickness, full-thickness, pedicle flaps atau epitelium yang
dikultur. Full-thickness dan pedicle flaps lebih sering digunakan untuk
pembedahan rekonstruksi, dan dilaksanakan beberapa bulan atau tahun
sesudah terjadinya cedera pertama.
Penggunaan epitelium yang dikultur masih berada dalam tahap
eksprimen pada beberapa rumah sakit khusus luka bakar. Secara mendasar,
prosedur ini meliputi biopsi kulit pasien di daerah yang tidak terbakar.
Kemudian keratinosit diisolasi dan sel-sel epitel dikultur dalam
laboratorium. Sampel sel epitel yang asli dapat mengadakan multiplikasi
hingga ukurannya mencapai 10.000 kali ukuran sampel semula dalam
tempo 30 hari. Sel-sel ini kemudian ditempelkan pada luka bakar. Prosedur
ini telah dilaporkan dengan berbagai derajat keberhasilan tetapi hasil-hasil
tersebut cukup menggembirakan (Wong & Munster, 1993).
a. Parut.
Parut (sikatriks) yang hipertrofik dan kontraktur luka lebih besar
kemungkinannya untuk terjadi jika luka bakar yang primer melampaui
tingkat lapisan dermis yang dalam. Kesembuhan luka bakar yang dalam
ini terjadi akibat penggantian integumen yang normal dengan jaringan
yang secara metabolik sangat aktif sehingga kurang mengandung
arsitektur kulit yang normal. Dalam lapisan kolagen di bawah epilelium
terdapat banyak sel fibroblast yang mengalami proliferasi secara
bertahap. Sel-sel miofibroblast yang memiliki kemampuan untuk
berkontraksi juga terdapat dalam luka yang immatur. Ketika unsur-
unstir ini berkontraksi, serabut kolagen yang normalnya terletak dalam
berkas yang datar cenderung untuk membentuk corak yang
bergelombang. Akhirnya berkas kolagen tersebut menghasilkan
penampakan super-koil dan terbentuk nodul-nodul kolagen. Jaringan
parut berwarna sangat merah (karena sifat hipervaskularitas-nya),
menonjol dan keras. Penanganan parut terutama dilaksanakan dalam
fase rehabilitasi sesudah luka bakarnya menutup. Parut yang hipertrofik
dapat menyebabkan kontraktur yang hebat pada persendian yang
terkena. Namun demikian, parut ini hanya terbatas pada daerah luka
bakar dan secara berangsur-angsur akan mengalami regresi dengan
berlalunya waktu.
b. Keloid
Pada sebagian pasien yang lain, massa jaringan parut yang besar dan
bertumpuk akan terjadi dan dapat meluas sampai di luar permukaan
luka. Massa ini dinamakan koloid. Keloid cenderung ditemukan pada
orang yang kulitnya berpigmen (berwarna gelap), tumbuh di luar tepi
luka dan lebih besar kemungkinannya untuk timbul kembali sesudah
dilakukan eksisi.
c. Kegagalan untuk Sembuh
Kegagalan luka untuk sembuh dapat disebabkan oleh banyak faktor
yang mencakup infeksi dan nutrisi yang tidak adekuat. Kadar albumin
serum di bawah 2 gm/dl biasanya menjadi salah satu faktor yang
mengganggu kesembuhan pada pasien luka bakar.
d. Kontraktur
Kontraktur merupakan masalah lain yang dikhawatirkan terjadi ketika
luka bakarnya sembuh. Jaringan tubuh yang terbakar akan memendek
karena gaya yang ditimbulkan oleh sel-sel fibroblast dan fleksi otot
dalam proses kesembuhan luka yang alami. Gaya lawan yang
ditimbulkan oleh bidai, traksi dan pengaturan posisi serta latihan gerak
yang bertujuan harus digunakan untuk melawan deformitas pada luka
bakar yang mengenai persendian.
2. Keluhan utama
Biasanya pada luka bakar akan mengalami peningkatan panas dalam
tubuh dan disertai nyeri pada daerah yang terbakar.
c. Pola eliminasi
Terjadi gangguan eliminasi, jika luka bakar mengenai daerah
genetalia.
6. Pemeriksaan penunjang
- Radiologi.
- Pemeriksaan laboraturium.
(Martynn E. Doenges, 2001)
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
. Keperawatan
1 Resiko Setelah dilakukan asuhan NIC
kekurangan keperawatan selama ...x 24 jam Fluid management
volume cairan diharapkan pasien mampu
- Timbang popok/pembalut
berhubungan memenuhi kriteria hasil sebagai
jika diperlukan
dengan berikut :
- Pertahankan catatan intake
perpindahan
dan output yang akurat
cairan dari NOC:
- Monitor status hidrasi
intravaskuler ke a. Fluid balance
b. Hydration (kelembaban membran
dalam rongga
c. Nutritional Status: Food mukosa, nadi adekuat,
intestinal.
and Fluid Intake tekanan darah ortostatik),
jika diperlukan
Kriteria Hasil : - Monitor vital sign
- Mempertahankan urine - Monitor masukan
output sesuai dengan usia makanan / cairan dan
dan BB, BJ urine normal, hitung intake kalori harian
HT normal (40 – 48 %) - Kolaborasikan pemberian
- Tekanan darah, nadi,
cairan IV (Ringer Laktat)
suhu tubuh dalam batas
- Monitor status nutrisi
normal
- Tidak ada tanda-tanda - Berikan cairan IV pada
Hypovolemia Management
- Monitor status cairan
termasuk intake dan
ourput cairan
- Pelihara IV line
- Monitor tingkat Hb dan
hematocrit
- Monitor tanda vital
- Monitor respon pasien
terhadap penambahan
cairan
- Monitor berat badan
- Dorong pasien untuk
menambah intake oral
- Pemberian cairan IV
monitor adanya tanda dan
gejala kelebihan volume
cairan
- Monitor adanya tanda
gagal ginjal
2 Kerusakan Setelah dilakukan asuhan NIC
integritas kulit keperawatan selama ...x 24 jam Pressure Management
berhubungan diharapkan pasien mampu
- Anjurkan pasien untuk
dengan cedera memenuhi kriteria hasil sebagai
menggunakan pakaian
kimiawi kulit berikut :
yang longgar
(luka bakar) NOC:
- Hindari kerutan pada
a. Tissue
tempat tidur
Integrity : Skin And
- Jaga kebersihan kulit agar
Mucous Membranes
tetap bersih dan kering
b. Wound
- Mobilisasi pasien (ubah
Healing : Primer Dan
posisi pasien) setiap dua
Sekunder
jam sekali
- Monitor kulit akan adanya
Kriteria Hasil:
kemerahan
- Integritas kulit yang baik
- Oleskan lotion atau
bisa dipertahankan
minyak/baby oil pada
(sensasi, elastisitas,
derah yang tertekan
temperatur, hidrasi,
- Monitor aktivitas dan
pigmentasi)
mobilisasi pasien
- Tidak ada luka/lesi pada - Monitor status nutrisi
kulit pasien
- Kaji lingkungan dan
- Perfusi jaringan baik
peralatan yang
- Menunjukkan menyebabkan tekanan
pemahaman dalam - Observasi luka : lokasi,
proses perbaikan kulit dimensi, kedalaman luka,
dan mencegah terjadinya karakteristik,warna cairan,
sedera berulang granulasi, jaringan
nekrotik, tanda-tanda
- Mampu melindungi kulit
infeksi lokal, formasi
dan mempertahankan
traktus
kelembaban kulit dan
perawatan alami - Ajarkan pada keluarga
tentang luka dan
- Menunjukkan terjadinya
perawatan luka
proses penyembuhan
- Kolaburasi ahli gizi
luka
pemberian diet TKTP,
vitamin
- Lakukan tehnik perawatan
luka dengan steril
- Berikan posisi yang
mengurangi tekanan pada
luka
3 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan NIC
berhubungan keperawatan selama ...x 24 jam Pain management
dengan trauma, diharapkan pasien mampu - Lakukan pengkajian nyeri
prosedur bedah. memenuhi kriteria hasil sebagai secara komprehensif
berikut : termasuk lokasi,
NOC karakteristik, durasi,
a. Pain control frekuensi, kualitas, dan
Kriteria Hasil: faktor presipitasi
- Mampu mengenali nyeri - Observasi reaksi
(skala, intensitas, nonverbal dari
frekuensi dan tanda ketidaknyamanan
nyeri) - Gunakan teknik
- Menyatakan rasa nyaman komunikasi terapeutik
setelah nyeri berkurang untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
- Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan
- Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi, dan inter
personal)
- Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi
- Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
- Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
- Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dam tindakan nyeri tidak
berhasil
4 Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan NIC
Perawatan Tirah Baring
ditandai dengan keperawatan selama ....x 24 jam
- Jelaskan alasan
gangguan diharapkan pasien mampu
diperlukannya tirah baring
integritas kulit, memenuhi kriteria hasil sebagai - Hindari menggunakan
imunosupresi. berikut : kain linen kasur yang
teksturnya kasar.
- Jaga kain linen kasur tetap
NOC:
bersih, kering dan bebas
a. Imunne Status
kerutan.
b. Knowledge: Infection
- Mobilisasi pasien (ubah
control
posisi pasien) setiap 2 jam
c. Risk control
sekali.
Kriteria Hasil: - Monitor kulit akan adanya
o Klien bebas dari tanda kemerahan.
- Oleskan lotion atau
dan gejala infeksi minyak/baby oil pada
o Mendeskripsikan proses daerah yang tertekan.
- Memandikan pasien
penularan penyakit,
dengan sabun dan air
faktor yang
hangat.
mempengaruhi penularan
Proteksi infeksi.
serta pelaksanaannya
- Monitor tanda dan gejala
o Menunjukkan
infeksi.
kemampuan untuk
- Monitor WBC.
mencegah timbulnya
- Anjurkan istirahat.
infeksi
- Ajari anggota keluarga cara-
o Jumlah leukosit dalam
cara menghindari infeksi dan
batas normal
tanda-tanda dan gejala
o Menunjukkan perilaku
infeksi.
hidup sehat
- Batasi jumlah pengunjung.
- Tingkatkan masukan gizi dan
cairan yang cukup
D. Implementasi Keperawaan
E. Evaluasi
( Poer, 2012 )
DAFTAR PUSTAKA
OLEH :