PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi, jenis yang berat
memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan
cedera oleh sebab lain. Penyebab luka bakar selain terbakar api langsung atau tidak
langsung, juga pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia. Luka
bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api, misalnya tersiram air panas, banyak
terjadi pada kecelakaan rumah tangga (Sjamsuhidajat, 2004; DEPKES RI, 2007).
Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama terhadap
kemungkinan lingkungan yang merugikan. Kulit melindungi tubuh terhadap infeksi,
mencegah kehilangan cairan tubuh, membantu mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai
organ eksretoridan sensori, membantu dalam proses aktivasi vitamin D, dan
mempengaruhi citra tubuh. Luka bakar adalah hal yang umum, namun merupakan bentuk
cedera kulit yang sebagian besar dapat dicegah.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari luka bakar?
2. Bagaimana etiologi dari luka bakar?
3. Bagaimana patofisiologi dari luka bakar?
4. Bagaimana karakteristik luka bakar (fase, zona, kedalaman, luas, serta penilaian
berat dan ringannya luka bakar)
5. Bagaimana konsep keperawatan (pengakajian, diagnosa dan intervensi) pada luka
bakar?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep medis dan konsep keperawatan pada luka
bakar
2. Tujuan Khusus
a. Memahami definisi dari luka bakar
b. Memahami etiologi dari luka bakar
c. Memahami patofisiologi dari luka bakar
d. Memahami karakteristik luka bakar (kedalaman, luas, serta penilaian berat dan
ringannya luka bakar)
e. Memahami konsep keperawatan (pengakajian, diagnosa dan intervensi) pada
luka bakar
BAB II
TINJAUAN MEDIS
A. Definisi
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Kulit dengan luka bakar
akan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis, maupun jaringan subkutan
tergantung faktor penyebab dan lamanya kontak dengan sumber panas/penyebabnya.
Kedalaman luka bakar akan mempengaruhi kerusakan/ gangguan integritas kulit dan
kematian sel-sel (Yepta, 2003).
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
adanya kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan
radiasi. Kerusakan jaringan yang disebabkan api dan koloid (misalnya bubur panas) lebih
berat dibandingkan air panas. Ledakan dapat menimbulkan luka bakar dan menyebabkan
kerusakan organ. Bahan kimia terutama asam menyebabkan kerusakan yang hebat akibat
reaksi jaringan sehingga terjadi diskonfigurasi jaringan yang menyebabkan gangguan
proses penyembuhan. Lama kontak jaringan dengan sumber panas menentukan luas dan
kedalaman kerusakan jaringan. Semakin lama waktu kontak, semakin luas dan dalam
kerusakan jaringan yang terjadi (Moenadjat, 2003).
B. Etiologi
Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah:
1. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn): gas, cairan, bahan padat
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald), jilatan api
ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar atau kontak dengan
objek-objek panas lainnya (logam panas, dan lain-lain) (Moenadjat, 2005).
2. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)
Luka bakar bahan kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa
digunakan dalam bidang industry militer ataupun bahan pembersih yang sering
digunakan untuk keperluan rumah tangga (Moenadjat, 2005).
3. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
Listrik menyebabkan kerusakan yang disebabkan karena arus, api dan ledakan. Aliran
listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling rendah.
Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khususnya tunika intima, sehingga
menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari
lokasi kontak,baik kontak dengan sumber arus maupun grown (Moenadjat, 2005).
4. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injury
ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk keperluan terapeutik dalam
dunia kedokteran dan industry. Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga
dapat menyebabkan luka bakar radiasi (Moenadjat, 2005).
C. Patofisiologi
Jaringan lunak akan mengalami cedera bila terkena suhu diatas 115 0F (460C).
Luasnya kerusakan bergantung pada suhu permukaan dan lama kontak. Sebagai contoh
pada kasus luka bakar tersiram air panas pada orang dewasa, kontak selama 1 detik
dengan air yang panas dari shower dengan suhu 68,9 0C dapat menimbulkan luka bakar
yang merusak epidermis dan dermis sehingga terjadi cedera derajat tiga (full-thickness
injury). Sebagai manifestasi dari cedera luka bakar panas, kulit akan melakukan
pelepasan zat vasoaktif yang menyebabkan pembentukan oksigen reaktif dan
menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler dan menyebabkan penurunan tekanan
onkotik. Hal ini menyebabkan kehilangan cairan serta viskositas plasma meningkat
dengan menghasilkan suatu formasi mikrotrombus. Cedera luka bakar dapat
menyebabkan keadaan hipermetabolik yang dimanifestasikan dengan adanya demam,
peningkatan laju metabolisme, peningkatan ventilasi, peningkatan curah jantung,
peningkatan glukoneogenesis, serta meningkatkan katabolisme otot viseral dan rangka.
Adanya luka pada sistem pernafasan misalnya pada wajah yang merusak mukosa
sehingga terjadi udema pada laring dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas dan
menyebabkan ketidakefektifan pola nafas. Terjebak kebakaran dalam ruangan tertutup
juga dapat menyebabkan cedera inhalasi sehingga terjadi cedera alveolar yang ditandai
dengan adanya sputum berkarbon yang memunculkan diagnosa ketidakefektifan bersihan
jalan nafas yang diakibatkan karena keracunan gas (PCO 2 yang meningkat sedangkan
PO2 turun). Keracunan gas tersebut dan sebagai akibat dari peningkatan permeabilitas
kapiler akan menyebabkan adanya penurunan cairan intravaskuler sehingga terjadi
hipovolemia dan hipoksia jaringan dan memunculkan diagnosa ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer (Muttaqin & Kumala, 2012, Nurarif dan Hardhi, 2015).
Bila luas bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa
mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20%, akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala
khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah
menurun, dan produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal
terjadi setelah delapan jam (Wim De Jong, 2004). Untuk luka bakar yang lebih kecil,
tanggapan tubuh terhadap cedera terlokalisasi pada area yang terbakar. Namun, pada
luka yang lebih luas (misalnya, meliputi 25% atau lebih total area permukaan tubuh
[total body surface area-TBSA]), tanggapan tubuh terhadap cedera bersifat sistemik dan
sebanding dengan luasnya cedera. Tanggapan sistemik terhadap cedera luka bakar
biasanya bifasik, ditandai oleh penurunan fungsi (hipofungsi) yang diikuti dengan
peningkatan fungsi (hiperfungsi) setiap sistem organ. (Black & Hawk, 2009)
Patway
Suhu Tinggi/Termal Bahan Sengatan Radias
Kimia listrik i
Luka
Bakar
Takipnea, RR
↑
Pola napas tidak
efektif
D. Klasifikasi luka bakar
1. Kedalaman luka bakar
a. Luka bakar derajat I
1) Kerusakan terbakar pada lapisan epidermis (superficial).
2) Kulit kering, hiperemik berupa eritema.
3) Tidak dijumpai bulae.
4) Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.
5) Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 5-10 hari.
6) Contohnya adalah luka bakar akibat sengantan matahari.
b. Luka bakar derajat II
1) Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi
disertai proses eksudasi.
2) Dijumpai bullae.
3) Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.
4) Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas
kulit normal.
Luka bakar derajat II dibedakan menjadi:
1) Derajat II dangkal (superficial).
a) Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis.
b) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea masih utuh.
c) Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari, tanpa
operasi penambalan kulit (skin graft).
2) Derajat II dalam (deep).
a) Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.
b) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea sebagian besar masih utuh.
c) Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung biji epitel yang tersisa.
Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.
Bahkan perlu dengan operasi penambalan kulit (skin graft).
c. Luka bakar derajat III
1) Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dan lapisan yang lebih dalam.
2) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
mengalami kerusakan.
3) Tidak dijumpai bulae.
4) Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat, karena kering letaknya
lebih rendah dibanding kulit sekitar.
5) Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai
eskar.
6) Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf
sensorik mengalami kerusakan/kematian.
7) Penyembuhan terjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan dari
dasar luka.
2. Badan Depan 18
3. Badan Belakang 18
4. Kelamin 1
5. Tangan Kanan 9
6. Tangan Kiri 9
7. Paha Kanan 9
8. Paha Kiri 9
9. Kaki Kanan 9
Total 100
F. Pemeriksaan Penunjang
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas Klien
1) Sumber kecelakaan
2) Sumber panas atau penyebab yang berbahaya
3) Gambaran yang mendalam bagaimana luka bakar terjadi
4) Factor yang mungkin berpengaruh seperti alcohol, obat-obatan
5) Keadaan fisik disekitar luka bakar
6) Peristiwa yang terjadi saat luka sampai masuk rumah sakit
Didalam keluarga klien apakah memeliki riwayat penyakit yang sama dengan
yang diderita klien.
Pasien mengeluh sulit tidur karena merasa tidak nyaman ataupun nyeri pada
bagian luka.
c. Pola eliminasi
Pasien pada pola eliminasi mengeluh susah melakukan seperti biasa, BAK
(volume, warna, frekwensi), BAB (frekwensi, warna, bau)
Pasien merasa tidak berdaya ketika sakit dan punya harapan untuk sembuh
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
a) Tekanan darah
b) Nadi
c) Respirasi
d) Suhu tubuh
1) Kepala
Untuk mengetahui turgor kulit dan mengetahui adanya lesi atau bekas luka.
Inspeksi : lihat ada lesi atau tidak, warna rambut, edema, dan penyebaran
rambut, luka bakar jika ada
Palpasi : meraba dan tentukan elastisitas turgor kulit beserta tekstur kasar
atau halus, akral dingin/ hangat.
2) Rambut
Untuk mengetahui warna rambut, kebersihan rambut, penyebaran rambut.
Inspeksi : penyebaran rambut merata atau tidak dan adanya ketombe atau
tidak.
3) Wajah
Untuk mengetahui bentuk dan fungsi kepala, untuk mengetahui luka dan
kelainan pada kepala.
Inspeksi : lihat kesimetrisan wajah antara kanan dan kiri jika ada perbedaan
maka ada kelumpuhan atau parase.
4) Mata
Untuk mengetahui bentuk mata, fungsi mata serta untuk melihat apakah ada
kelainan pada mata.
Inspeksi: lihat warna konjungtiva dan sclera mata (kuning atau ikterik), pupil
isokor, medriasis atau miosis.
Palpasi : lihat apakah ada tekanan intra okuler. Apabila ada maka ketika
dilakukan penenkanan akan terasa keras, kaji jika ada nyeri tekan.
5) Hidung
Untuk mengetahui bentuk dan fungsi hidung
Inspeksi : lihat bentuk hidung simetris atau tidak, apakah ada kemerahan atau
lesi hidung bagian dalam.
Palpasi : lakukaan penekanan apakah ada nyeri tekan pada sinus, apakah ada
nyeri tekan pada pangkal hidung, apakah terjadi benjolan.
Inspeksi : lihat apakah ada kelainan pada bibir (bibir sumbing), bentuk bibir
simetris atau tidak, warna bibir, kelembapan, apakah ada gigi yang
berlubang, kebersihan gigi, serta lihat apakah ada pembesaran pada tonsil.
Palpasi : ada lesi atau massa pada area mulut dg melakukan penekanan di
daerah pipi, serta kaji jika ada nyeri tekan.
7) Telinga
Untuk mengetahui fungsi telinga dan melihat apakah ada kondisi abnormal
pada telinga.
Inspeksi : lihat warna daun telinga, bentuk, simetris atau tidak antara kanan
dan kiri, serta lihat apakah ada serumen.
Palpasi : lakukn penekanan ringan apakah ada nyeri tekan atau tidak dan
elastisitas kartilago.
8) Leher
9) Dada
Inspeksi : lihat kesimetrisan dada kanan dan kiri, apakah ada retraksi dada
atau tidak, ada luka bakar atau tidak
Palpasi: apakah ada benjolan serta nyeri tekan, lihat apakah ada pelebaran
pada ictus cordis.
10) Abdomen
Untuk mengetahui warna, bentuk perut, peristaltic usus, dan apakah ada nyeri
tekan.
Inspeksi: amati bentuk perut, warna kulit, apakah ada benjolan, dan asites,
ada luka bakar atau tidak.
Inspeksi : lihat apakah ada atrofi pada ekstremitas, ada atau tidak luka bakar
Palpasi : lakukan penekanan dan minta pasien untuk memberi tahanan pada
eskstremitas untuk melihat kekuatan otot pada anggota gerak atas dan bawah.
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
Edukasi:
Observasi:
Terapeutik
1) Pilih metode kompres yang nyaman dan mudah didapat (mis. kantong plastik
tahan air, kemasan gel beku, kain atau handuk)
2) Pilih lokasi kompres
3) Balut alat kompres dingin dengan kain pelindung, Jika perlu
4) Lakukan kompres dingin pada daerah yang cedera
5) Hindari penggunaan kompres pada jaringan yang terpapar terapi radialis
Edukasi
Observasi
Terapeutik
1) Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk mencapai analgesia optimal, jika
perlu
2) Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus opiold untuk
mempertahankan kadar dalam serum
3) Tetapkan target efektifitas analgesik untuk mengoptimalkan respons pasien
4) Dokumentasikan respons terhadap efek analgesik dan efek yang tidak
diinginkan
Edukasi
Kolaborasi
Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 1X24 jam maka ekspetasi resiko
infeksi menurun dengan kriteria hasil:
1) Napsu makan meningkat (5)
2) Demam menurun (5)
3) Kemerahan menurun (5)
4) Nyeri menurun (5)
5) Cairan berbau busuk menurun (5)
6) Kadar sel darah putih membaik (5)
7) Kultur area luka membaik (5)
Intervensi :
Pencegahan Infeksi (I.14539)
Observasi:
1) Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistematik
Terapeutik:
1) Batasi jumlah pengunjung
2) Berikan perawatan kulit pada area edema
3) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
4) Pertahankan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi
Edukasi:
1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2) Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3) Ajarkan cara memeriksa kondisi luka dan luka operasi
4) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
5) Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Perawatan Luka Bakar (I.14565)
Observasi:
1) Identifikasi penyebab luka bakar
2) Identifikasi durasi terkena luka bakar dan riwayat penanganan luka
sebelumnya
3) Monitor kondisi luka (mis. persentasi ukuran luka, derajat luka, perdarahan,
warna dasar luka, infeksi, eksudat, bau luka, kondisi tepi luka)
Terapeutik:
1) Gunakan teknik aseptik selama merawat luka
2) Lepaskan balutan lama dengan menghindari nyeri dan perdarahan
3) Redam dengan air steril jika balutan lengket pada luka
4) Bersihkan luka dengan cairan steril (mis. NaCl 0,9%, cairan antiseptik)
5) Lakukan terapi relaksasi untuk mengurangi nyeri
6) Jadwalkan frekuensi perawatan luka berdasarkan ada atau tidaknya infeksi,
jumlah eksudat dan jenis balutan yang digunakan
7) Gunakan modem dressing sesuai dengan kondisi luka (mis. hydrocolloid,
polymer, crystaline cellulose)
8) Berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari dan protein 1,25-1,5
g/kgBB/ hari
9) Berikan suplemen vitamin dan mineral (mis. vitamin A, vitamin C, asam
amino), sesuai indikasi
Edukasi
1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2) Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein
Kolaborasi
1) Kolaborasi prosedur debridement (mis. enzimatik, biologis, mekanis,
autolitik), jika perlu
2) Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama 1X24 jam maka ekspetasi citra
tubuh meningkat dengan kriteria hasil:
1) Melihat bagian tubuh meningkat (5)
2) Menyentuh bagian tubuh meningkat (5)
3) Verbalisasi kehilangan bagian tubuh meningkat (5)
4) Verbalisasi perasaan negatif tentang perubahan tubuh menurun (5)
5) Verbalisasi kekhawatiran pada penolakan/reaksi orang lain menurun (5)
6) Hubungan social membaik (5)
Intervensi:
Promosi Citra Tubuh (I.09305)
Observasi:
1) Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan
2) Identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan umur terkait citra tubuh
3) Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi social
4) Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri
5) Monitor apakah pasien bisa melihat bagian tubuh yang berubah
Terapeutik
1) Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
2) Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri
3) Diskusikan kondisi stress yang mempengaruhi citra tubuh (mis. luka
penyakit, pembedahan)
4) Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara realistis
5) Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra tubuh
Edukasi:
1) Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra tubuh
2) Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh
3) Anjurkan menggunakan alat bantu (mis. pakaian, wig, kosmetik)
4) Anjurkan mengikuti kelompok pendukung (mis. kelompok sebaya)
5) Latih peningkatan penampilan diri (mis. berdandan)
6) Latih pengungkapan kemampuan diri kepada orang lain maupun kelompok
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama terhadap
kemungkinan lingkungan yang merugikan. Kulit yang melindungi tubuh dari infeksi,
mencegah kehilangan cairan tubuh, membantu mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai
organ eksretoridan sensori, membantu dalam proses aktivasi vitamin D, dan
mempengaruhi citra tubuh.
Luka bakar adalah hal yang umum, namun merupakan bentuk cedera kulit yang
sebagian besar dapat dicegah. Luka bakar adalah kerusakan atau keghilangan jaringan
yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik
dan radiasi.
Luka Bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.
B. Saran
Agar pembaca memahami dan mengerti tentang Luka bakar, tingkat luka bakar,
tindakan pada luka bakar agar dapat bermanfaat serta berguna bagi pembaca dan
masyarakat umum.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen.
Jakarta : Salemba Medika
Black & Hawk. 2009. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Buku 2. Singapore: Elsevier
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017) . Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017) . Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017) . Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tugas : Keperawatan medikal bedah 3
DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa ta’ala yang telah memberi rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep
Medis Dan Keperawatan Dengan Gangguan System Integuen Luka Bakar”.
Makalah ini disusun khusus untuk memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah 3.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada
dosen pengampuh ibu Andi nurhikmah mahdi, S.Kep,.Ns,.M.Kep.
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Akan tetapi,
penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Segala kritik, koreksi,
dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan di masa
mendatang.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1
A. Latar Belakang......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 1
C. Tujuan...................................................................................................................... 1
A. Definisi.................................................................................................................... 3
B. Etiologi.................................................................................................................... 3
C. Patofosiologi............................................................................................................ 4
D. Klasifikasi................................................................................................................ 6
E. Penatalaksanaan .................................................................................................... 10
F. Pemeriksaan Penunjang........................................................................................... 12
A. Pengkajian............................................................................................................... 13
B. Diagnose.................................................................................................................. 19
C. Intervensi ................................................................................................................ 19
BAB IV PENUTUP............................................................................................................. 20
A. Kesimpulan.............................................................................................................. 29
B. Saran........................................................................................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 30