OLEH:
RAHMAWATI
2004019
TA.2021/2022
BAB I
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan oleh kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan adanya kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik
dan radiasi. Kerusakan jaringan yang disebabkan api dan koloid (misalnya bubur panas)
lebih berat dibandingkan air panas. Ledakan dapat menimbulkan luka bakar dan
menyebabkan kerusakan organ. Bahan kimia terutama asam menyebabkan kerusakan
yang hebat akibat reaksi jaringan sehingga terjadi diskonfigurasi jaringan yang
menyebabkan gangguan proses penyembuhan. Lama kontak jaringan dengan sumber
panas menentukan luas dan kedalaman kerusakan jaringan. Semakin lama waktu kontak,
semakin luas dan dalam kerusakan jaringan yang terjadi (Wong, 2014).
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan
benda-benda yang menghasilkan panas (api, air panas, listrik) atau zat-zat yang bersifat
membakar (asam kuat, basa kuat).
- Luka bakar termal : Agen pencedera dapat berupa api, air panas, ataukontak
dengan objek panas.
- Luka bakar api : Berhubungan dengan asap/cedera inhalasi.
- Luka bakar kimia :Terjadi dari tipe/kandungan agenpencedera,
sertakonsentrasi dan suhu agen.
- Luka bakar listrik :Suatu trauma yang disebabkan oleh arus listrik,yang
mengenai kulit, mukosa dan jaringan yanglebih dalam.
Faktor yang membedakan keparahan karena arus listrik:
1) Jenis dan besarnya arus listrik
2) Jalan masuknya arus listrik
3) Lama kontak dengan arus listrik.
B. Etiologi
Etiologi Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal (Brunner & Suddart, 2015),
diantaranya adalah :
a. Luka bakar suhu tinggi(Thermal Burn): gas, cairan, bahan padat
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald) ,jilatan api
ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar atau kontak dengan
objek-objek panas lainnya(logam panas, dan lain-lain).
b. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa
digunakan dalam bidang industri militer ataupu bahan pembersih yang sering
digunakan untuk keperluan rumah tangga.
c. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan ledakan.
Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling
rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khusunya tunika intima, sehingga
menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari
lokasi kontak, baik kontak dengan sumber arus maupun grown.
d. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radio aktif. Tipe
injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk keperluan terapeutik
dalam dunia kedokteran dan industri. Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama
juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi.
C. Patofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari sumber-sumber panas kepada tubuh.
Panas dapat dipindahkan oleh radiasi elektromagnetik.Pada kasus luka bakar listrik
kerusakan diakibatkan oleh arus listrik yang masuk ketubuh dan menjalar ke jaringan.
Ekstremitas biasanya terkena kerusakan jaringan yang lebih parah karena ukurannya lebih
kecil di banding tubuh, menyebabkan arus yang besar terkumpul diekstremitas. Luka
tambahan karena listrik adalah luka bakar pada kulit pada tempat masuk dan keluarnya arus
listrik karena putaran suhu tinggi oleh aliran listrik (2,5000C) pada permukaan kulit, luka
bakar yang terjadi karena baju korban terbakar. Mungkin disertai patah tulang dan dislokasi
karena otot-otot berkontraksi akibat listrik. Luka bagian dalam biasanya termasuk
kerusakan otot, kerusakan saraf dan kemungkinan penggumpalan darah disebabkan tekanan
arus listrik, kerusakan organ dalam rongga atau perut.
Penderita luka bakar juga dapat mengalami kenaikan penguapan air. Di mana selama 48
jam pertama kehilangan ini terutama disebabkan oleh eksudat pada permukaan luka.
Daerah kehilangan seluruh ketebalan kulit yang mula-mula kering dan kurang mengalami
penguapan air tetapi dengan semakin melunaknya luka bakar maka penguapan air akan
meningkat dengan cepat. Pada luka bakar seluruh ketebalan kulit yang luas, penguapan
dapat mencapai 6-8 liter sehari.
Luka bakar minor seperti yang didefinisikan oleh Trofino (1991) dan Griglak
(1992) adalah :
(a) Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang
dari 10 % pada anak-anak.
(b) Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
(c) Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.
(d) Luka tidak sirkumfer.
(e) Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase ini, seorang
penderita akan berada dalam keadaan yang bersifat relatif life thretening. Dalam fase
awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething
(mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya
dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi
obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma.
Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut.
Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat
cedera termal yang berdampak sistemik. Problema sirkulasi yang berawal dengan
kondisi syok (terjadinya ketidakseimbangan antara paskan O2 dan tingkat kebutuhan
respirasi sel dan jaringan) yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan
hiperdinamik yang masih ditingkahi denagn problema instabilitas sirkulasi.
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau
kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi
menyebabkan:
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan
pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini
adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi,
deformitas dan kontraktur.
I. Komplikasi
1) Syok hipovolemik
2) Kekurangan cairan dan elektrolit
3) Hypermetabolisme
4) Infeksi
5) Gagal ginjal akut
6) Masalah pernapasan akut; injury inhalasi, aspirasi gastric, pneumonia bakteri, edema.
7) Paru dan emboli
8) Sepsis pada luka
9) Ilius paralitik
A. Terapi Cairan
Tujuan : Memperbaiki sirkulasi & mempertahankan keseimbangancairan
Indikasi :
1) Luka bakar derajat 2 – 3 dan > 25 %
2) Tidak dapat minum
3) Terapi cairan stop “intake” oral dapat menggantikan parenteral
B. Resusitasi Cairan
Tujuan resusitasi cairan pada syok luka bakar adalah:
• Preservasi reperfusi yang adekuat dan seimbang diseluruh pembuluh vaskuler regional
sehingga tidak terjadi iskemia jaringan
• Minimalisasi dan eliminasi pemberian cairan bebas yang tidak diperlukan.
• Optimalisasi status volume dan komposisi intravaskuler untuk menjamin survival
seluruh sel
• Minimalisasi respon inflamasi dan hipermetabolik dan mengupayakan stabilisasi
pasien secepat mungkin kembali ke kondisi fisiologis.
a. Jenis cairan
Terdapat tiga jenis cairan secara umum yaitu kristaloid, cairan hipertonik dan koloid:
Larutan Kristaloid
Larutan ini terdiri atas cairan dan elektrolit. Contoh larutan ini adalah Ringer
Laktat dan NaCl 0,9%. Komposisi elektrolit mendekati kadarnya dalam plasma atau
memiliki osmolalitas hampir sama dengan plasma. Pada keadaan normal, cairan ini
tidak hanya dipertahankan di ruang intravaskular karena cairan ini banyak keluar ke
ruang interstisial. Pemberian 1 L Ringer Laktat (RL) akan meningkatkan volume
intravaskuer 300 ml.
Larutan Hipertonik
Larutan ini dapat meningkatkan volume intravaskuler 2,5 kali dan
penggunaannya dapat mengurangi kebutuhan cairan kristaloid. Larutan garam
hiperonik tersedia dalam beberapa konsentrasi, yaitu NaCl 1,8%, 3%, 5 %, 7,5% dan
10%. Osmolalitas cairan ini melebihi cairan intraseluler sehingga cairan akan
berpindah dari intraseluler ke ekstraseluler. Larutan garam hipertonik meningkatkan
volume intravaskuler melalui mekanisme penarikan cairan dari intraseluler.
Larutan Koloid
Contoh larutan koloid adalah Hydroxy-ethyl starch (HES) dan Dextran. Molekul
koloid cukup besar sehingga tidak dapat melintasi membran kapiler, oleh karena itu
sebagian akan tetap dipertahankan didalam ruang intravaskuler. Pada luka bakar dan
sepsis, terjadi peningkatan permeabilitas kapiler sehingga molekul akan berpindah ke
ruang interstisium. Hal ini akan memperburuk edema interstisium yang ada.
HES merupakan suatu bentuk hydroxy-substitued amilopectin sintetik, HES
berbentuk larutan 6% dan 10% dalam larutan fisiologik. T ½ dalam plasma selama 5
hari, tidak bersifat toksik, memiliki efek samping koagulopati namun umumnya tidak
menyebabkan masalah klinis. HES dapat memperbaiki permeabilitas kapiler dengan
cara menutup celah interseluler pada lapisan endotel sehingga menghentikan
kebocoran cairan, elektrolit dan protein. Penelitian terakhir mengemukakan bahwa
HES memiliki efek antiinflamasi dengan menurunkan lipid protein complex yang
dihasilkan oleh endotel, hal ini diikuti oleh perbaikan permeabilitas kapiler. Efek
antiinflamasi diharapkan dapat mencegah terjadinya SIRS.
Resusitasi Cairan
a. Formula Evan Broke
1) Prinsip
(a) Larutan fisiologis, koloid dan glukosa
(b) Diberikan dalam waktu 24 jam dengan alasan inefektif Hb dan kehilangan
energi
(c) Jumlah cairan yang diberikan berdasarkan luas luka bakar dan berat badan
pasien
2) Cara pemberian
(a) Hari I :
(b) ½ jumlah kebutuhan cairan → 8 jam pertama
(c) ½ jumlah kebutuhan cairan → 16 jam berikutnya
(d) Hari II :
(e) ½ jumlah keb. Koloid (larutan salin) 24 jam kedua
3) Rumus Evan Broke
(a) Formula EVAN : 1ml x kgBB x %LB Koloid
1ml x kgBB x %LB lar. Saline 2000ml glukosa
Pemantauan deuresis (750cc/jam)
(b) Formula BROKE : 0,5ml x kgBB x %LB Koloid
1ml x kgBB x %LB lar. Saline 2000ml glukosa
Pemantauan deuresis (30-50cc/jam).
b. Formula Baxter
1) Syock yang terjadi jenis hipovolemik
2) Hanya memerlukan RL dan elektrolit, koloid diperlukan bila sirkulasi telah
pulih
3) Penurunan efektifitas Hb karena perlengketan eritrosit, trombosit, leukosit dan
komponen sel lain pada dinding pembuluh darah
4) Pemberian koloid tidak efektif karena adanya gangguan permeabilitas dan
kebocoran plasma menyebabkan penarikan kejaringan interstisial sulit ditarik
ke intravaskuler sehingga menambah beban kerja jantung, paru-paru dan ginjal
serta memperbesar resiko inflamasi
RUMUS
1) Dewasa RL
4cc x kgBB x
%LB/24jam
Cara Pemberian :
(a) 24 jam pertama cairan dibagi 2 :
− 8 jam pertama diberikan ½ dari kebutuhan cairan
− 16 jam kedua diberikan ½ dari kebutuhan cairan
− 18 jam setelah kejadian diberikan koloid sebanyak 500cc (LB sedang)
dan 1000cc (LB berat)
(b) 24 jam kedua
Diberikan ½ dari kebutuhan cairan 24 jam pertama
2) Anak-anak
Kebutuhan faal:
1. Penatalaksanaan keperawatan
⮚ Nutrisi diberikan cukup untuk mencukupi kebutuhan klien.
a. Lakukan resusitasi dengan mempertahankan jalan napas dan sirkulasi
1) Periksalah jalan npas
2) Bila dijumpai obstruksi jalan npas, buka jalan napas
3) Beri O2
4) Pasang kateter
b. Berikan analgetik
1) Lakukan pencucian luka bakar setelah sirkulasi stabil, memandikan pasien
dengan menggunakan air steril dalam bak mandi klien yang mengandung cairan
antiseptik
2. Penatalaksanaan medik
Berikan obat antibiotik topikal pasca pencucian luka dengan tujuan untuk
mencegah terjadinya infeksi pada luka.
C. Pemeriksaan Penunjang
1) Sel darah merah (RBC)
Dapat terjadi penurunan sel darah merah (Red Blood Cell) karena kerusakan sel darah
merah pada saat injuri dan juga disebabkan oleh menurunnya produksi sel darah merah
karena depresi sumsum tulang.
2) Sel darah putih (WBC)
Dapat terjadi leukositosis (peningkatan sel darah putih/White Blood Cell) sebagai
respon inflamasi terhadap injuri.
3) Gas darah arteri (AGD)
Penurunan PaO2 atau peningkatan PaCO2.
4) Karboksihemoglobin (COHbg)
Kadar COHbg (karboksihemoglobin) dapat meningkat lebih dari 15 % yang
mengindikasikan keracunan karbon monoksida.
5) Serum elektrolit :
Potasium pada permukaan akan meningkat karena injuri jaringan atau kerusakan sel
darah merah dan menurunnya fungsi renal; hipokalemiadapat terjadi ketika diuresis
dimulai; magnesium mungkin mengalami penurunan. Sodium pada tahap permulaan
menurun seiring dengan kehilangan air dari tubuh; selanjutnya dapat terjadi
hipernatremia.
1) Sodium urine
Jika lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan resusitasi cairan, sedangkan
jika kurang dari 10 mEq/L menunjukan tidak adekuatnya resusitasi cairan.
2) Alkaline pospatase
Meningkat akibat berpindahnya cairan interstitial/kerusakan pompa sodium.
3) Glukosa serum
Meningkat sebagai refleksi respon terhadap stres.
4) BUN/Creatinin
Meningkat yang merefleksikan menurunnya perfusi/fungsi renal, namun demikian
creatinin mungkin meningkat karena injuri jaringan.
5) Urin
Adanya albumin, Hb, dan mioglobin dalam urin mengindikasikan kerusakan jaringan
yang dalam dan kehilangan/pengeluaran protein. Warna urine merah kehitaman
menunjukan adanya mioglobin
6) Rontgen dada
Untuk mengetahui gambaran paru terutama pada injuri inhalasi.
7) Bronhoskopi
Untuk mendiagnosa luasnya injuri inhalasi. Mungkin dapat ditemukan adanya edema,
perdarahan dan atau ulserasi padasaluran nafas bagian atas.
8) ECG
Untuk mengetahui adanya gangguan irama jantung pada luka bakar karena elektrik.
9) Foto Luka
Sebagai dokumentasi untuk membandingkan perkembangan penyembuhan luka bakar.
BAB II
1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian primer
Identitas Klien : Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam
MRS, nomor register, dan diagnosis medis.
Keluhan Utama : Luas cedera akibat dari intensitas panas (suhu) dan durasi
pemajanan, jika terdapat trauma inhalasi ditemukan keluhan stidor,
takipnea,dipsnea
Riwayat Penyakit Sekarang : Mekanisme trauma perlu diketahui karena ini
penting, apakah penderita terjebak dalam ruang tertutup, sehingga kecurigaan
terhadap trauma inhalasi yang dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas. Kapan
kejadiannya terjadi
Riwayat Penyakit Dahulu : Penting dikaji untuk menetukan apakah pasien
mempunyai penyakit yang tidak melemahkan kemampuan untuk mengatasi
perpindahan cairan dan melawan infeksi (misalnya diabetes mellitus, gagal
jantung kongestif, dan sirosis) atau bila terdapat masalah-masalah ginjal,
pernapasan atau gastro intestinal. Beberapa masalah seperti diabetes, gagal ginjal
dapat menjadi akut selama proses pembakaran. Jika terjadi cedera inhalasi pada
keadaan penyakit kardiopulmonal (misalnya gagal jantung kongestif, emfisema)
maka status pernapasan akan sangat terganggu
❖ Riwayat Penyakit Keluarga : kaji riwayat penyakit keluarga yang kemungkinan bisa
ditularkan atau diturunkan secara genetik kepada pasien seperti penyakit DM,
hipertensi, asma, TBC dll.
❖ Pemeriksaan Fisik : Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhan-
keluhan klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari
pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan secara head to toe.
⮚ Airway : Apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera pasang
Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain adalah:
terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang terbakar, dan
sputum yang hitam.
⮚ Breathing : Pada pengkajian tidak didapatkan kelainan pada pernafasan
❖ Diagnosa keperawatan
Edukasi :
⮚ Anjurkan asupan cairan 200 ml/hari
Gejala dan tanda mayor :
Kolaborasi :
DO :
⮚ Kolaborasi pemberian bronkodilator
- PO2 menurun
- PCO2
meningkat/menurun
Manor :
❖ Kulit merah
❖ Kulit terasa hangat
❖ Pengkajian sekunder
❖ Aktivitas / Istirahat
⮚ Tanda : Penundaan kekuatan, tahanan, keterbatasan rentang gerak,
perubahan tonus.
⮚ Sirkulasi
Tanda : Hipotensi (syok), perubahan nadi distal pada ekstremitas yang
cedera, kulit putih dan dingin (syok listrik), edema jaringan, disritmia.
⮚ Intergritas Ego
Tanda : angietas, menangis, ketergantunga menarik diri, marah.
Gejala : pekerjaan, keuangan dan kecacatan
⮚ Eliminasi
Tanda : haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat warna,
mungkin hitam kemerahan bila terjadi myoglobin mengindikasikan
kerusakan otot dalam.
⮚ Makanan dan cairan
Tanda : edema jaringan umum, anoreksia, mual/muntah.
⮚ Neurosensori
Tanda : perubahan orientasi, afek, perilaku, penurunan reflex tendundalam
Gejala : area kebas dan terbakar
⮚ Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri pada luka bakar derjat pertama secara ekstrem
sensitiveuntuk disentuh, ditekan,digerakan udara dan perubahan suhu,luka
bakar ketebalan sedang serajat dua sangat nyeri, sementara respon pada
luka bakar ketebalan derajat dua tergantung pada keluahan ujung syaraf,
⮚ Pernapasan
Gejala : Cedera inhalasi (terpajan lama)
Tanda : serak, batuk, sianosis, jalan nafas atas stridor bunyi nafas ronkhi
Secret dalam jalan nafas.
⮚ Keamanan
Tanda : destruksi jaringan, kulit mungkin coklat dengan tekstur seperti :
lepuh, ulkus, nekrosis atau jaringan parut tebal
❖ Diagnosa keperawatan
⮚ Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (mis,terbakar/luka
bakar)
⮚ Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot
⮚ Gangguan integritas kulit berhubungan dengan agen cedera atau faktor
elektris (mis,energi listrikbertegangan tinggi,luka bakar)
⮚ Resiko ketidakseimbangan cairan faktor risiko : luka bakar
⮚ Risiko infeksi faktor risiko : kerusakan integritas kulit.
PERENCANAAN KEPERAWATAN
Mayor : Edukasi :
DO : ⮚ Jelaskan strategi meredakan nyeri
⮚ Anjurkan menggunakan analgetik secara
- Tampak meringis
tepat
- Gelisah
- Frekuensi nadi Kolaborasi :
meningkat
- Sulit tidur ⮚ Kolaborasinpemberian analgetik,jika
perlu
Minor :
- Tekanan darah
meningkat
- Pola napas berubah
Data mayor :
❖ gerakan terbatas menurun darah sebelum memulai mobilisasi
❖ kelemahan fisik menurun
terapeutik :
DO :
Edukasi :
Data minor :
- Perdarahan
⮚ Bersihkan luka dengan cairan steril (mis,
- Kemerahan
Nacl 0,9 %,cairan antiseptik)
⮚ Lakukan terapi relaksasi untuk
mengurangi rasa nyeri
Edukasi :
Kolaborasi :
- perdarahan
kolaborasi :
Edukasi :
Kolaborasi :
DISUSUN OLEH
RAHMAWATI
2004019
TRAUMA SCORE
A. Frekuensi Pernafasan
10 – 25 4
☑25 – 35 3
> 35 2
< 10 1
0 0
B. Usaha bernafas
☑ Normal 1
Dangkal 0
C. Tekanan darah
☑ > 89 mmHg 4
70 – 89 mmHg 3
50 – 69 mmHg 2
1 – 49 mmHg 1
0 0
D. Pengisian kapiler
☑ < 2 dtk 2
> 2 dtk 1
Tidak ada 0
11 – 13 4
8 – 10 3
5–7 2
3–4 1
☑ Bebas Tersumbat
Trachea di tengah : ☑ Ya
Tidak
• Resusitasi: Tidak dilakukan
resusitasi
• Re-evaluasi: Tidak dilakukan
2. Masalah Keperawatan : -
B. Breathing
1. Fungsi pernapasan
• Sesak nafas : ☑ Ya
Tidak
• Respirasi 22 x / mnt
• Krepitasi : ☑ Ya Tidak
• Suara nafas : Vesikuler
• Saturasi O2 : 98%
• Assesment :-
• Resusitasi :-
• Re-evaluasi :-
• Masalah Keperawatan : -
C. Circulation
1. Keadaan sirkulasi
• Tensi : 100/70 mmHg
• Nadi : 100x / mnt
• Suhu Axilla : 37,60c
• Temperatur Kulit : ☑ Hangat
Panas Dingin
Edukasi :
Kolaborasi :
⮚ Kolaborasi prosedur
debridement jika perlu
Kolaborasi pemberian
antibiotik,jika perlu
4. Evaluasi : Lanjutkan
intervensi
PENILAIAN NYERI :
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. RIWAYAT KESEHATAN
a. S :Sign/symptoms ( tanda dan gejala )
Pada saat pengkajian pasien mengeluh nyeri pada daerah luka bakar
yaitu pada Dada, abdomen, paha kanan sampai kaki dan lengan kiri,
dan bokong. .Pasien nampak meringis pada saat timbul nyeri.
Nampak ada luka bakar.
b. A : Allergies (alergi)
Tidak ada riwayat alergi obat maupun makanan
c. M : Medications ( pengobatan )
Saat ini klien mengkonsumsi obat sulcralfat, keterolac dan
paracetamol
d. P : Past medical history ( riwayat penyakit )
Klien masuk rumah sakit akibat luka bakar yang dikarenakan oleh
ledakan tabung gas elpiji akibat dari kefatalan/kesalahan saat
memasang selang pada tabung gas.
e. L : Last oral intake ( makanan yang di konsumsi terakhir, sebelum
sakit)
Pasien makan nasi dan minum air putih
Sebelum diare pasien makan makanan yang kecut dan pedas
f. : Event prior to the illnesss or injury ( kejadian sebelum injuri/sakit)
Tidak ada kejadian lainnya.
3. TANDA-TANDA VITAL
Frekunsi Nadi : 100x/menit
h. Dada/ thoraks :
Paru-paru : Tidak dikaji
Inspeksi :Bentuk simetris, tidak ada benjolan, perkembangan
dada normal
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi :-
Auskultasi : Bunyi napas normal
Jantung : Tidak dikaji
i. Abdomen :
Inspeksi : Tidak ada pembesaran pada abdomen, warna kulit sawo
matang dan nampak ada bekas luka bakar
Auskultasi : Peristaltik usus normal
Palpasi : Tidak ada massa dan nyeri tekan
Perkusi : -
n. Neurologis :
Fungsi sensorik : Pasien dapat merasakan stimulus berupa sentuhan
ringan pada anggota tubuh
Fungsi Motorik : Pasien dapat berjalan, kekuatan tonus otot bagus.
Kekuatan otot 5 5
4 4
5. HASIL LABORATORIUM
RM :-
Nama : Tn. A
Hasil Nilai Rujikan
Pemeriksaan
Kimia darah
132 136-145
Elektrolit
3.3 3.5.5.1
Natrium
102 97.111
Kalium
Klorida
7. PENGOBATAN :
❖ Sulcralfat/oral/8jam
❖ Katerolac
❖ Paracetamol
ANALISA DATA :
NO DATA MASALAH
KEPERAWATAN
1. DS:
Pasien mengeluh nyeri pada daerah yang terbakar
P : Nyeri akibat luka bakar
Q : Seperti tertusuk-tusuk
R : Dada, abdomen, bokong, paha sampai kaki
kiri,lengan kiri.
Nyeri akut berhubungan
S : Skala nyeri 4 (sedang) dengan agen cedera fisik
T : Hilang timbul sekitar 2-3 menit (mis, terbakar/luka bakar)
DO:
a. Tanda – tanda vital :
Nadi : 100 x/menit
Napas : 23x/menit
Suhu: 37,5 ºC
b. Pasien nampak meringis ketika nyerinya timbul
c. Nampak ada luka bakar pada Dada, abdomen,
bokong, paha sampai kaki kiri dan lengan kiri.
d. Skala nyeri 4 (sedang )
2. DS:
Pasien mengatakan luka bakar pada Dada,
abdomen, bokong, paha sampai kaki kiri dan
Gangguan integritas
lengan kiri. kulit/jaringan berhubungan
DO : dengan agen cedera atau
- Nampak luka bakar pada daerah faktor elektris (mis,energi
listrik bertegangan tinggi).
- Nampak kemerahan
3. Faktor risiko :
DIAGNOSA
❖ Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (mis, terbakar/luka bakar)
❖ Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan agen cedera atau
faktor elektris (mis,energi listrik bertegangan tinggi).
❖ Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan agen cedera atau
faktor elektris (mis,energi listrik bertegangan tinggi).
PERENCANAAN KEPERAWATAN
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Edukasi :
⮚ Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Kolaborasi :
Kolaborasi :
HARI I
Hasil : teratasi