Anda di halaman 1dari 14

BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian luka bakar


Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringanyang
disebabkan kontak dengan sumber yang memiliki suhu yang sangat tinggi (misalnya
api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi) atau suhu yang sangat rendah
(Moenadjat, 2011). Luka bakar adalah luka yang paling sering dialami oleh manusia
dibandingkan dengan luka lain. Luka bakar dapat terjadi karena adanya kontak dengan
sumber panas ataupun suhu yang sangat rendah, zat kimia, listrik, radiasi dan cahaya.
Berbagai aktifitas sehari-hari yang dilakukanpun dapat menjadi penyebab terjadinya
luka bakar misalnya kecelakaan yang menyebabkan meledaknya kendaraan,
memegang peralatan dalam keadaan panas sewaktu memasak, tersengat arus listrik
ataupun karena sebab lainnya (Azhari, 2012)
B. Etiologi
Penyebab Luka Bakar
1. Luka bakar termal
Agen cidera berupa api, air panas, atau kontak dengan objek panas, luka bakar
berhubungan dengan asap atau cidera inhalasi (cidera terbakar, kontak dan kobaran
api).
2. Luka bakar listrik
Cidera listrik yang disebabkan oleh aliran listrik di rumah merupakan sebuah
insiden, tertinggi pada anak-anak masih kecil, yang sering memasukkan benda
konduktif kedalam colokan listrik dan menggigit atau mengisap kabel listrik yang
tersambung.
3. Luka bakar kimia
Terjadi dari life atau kandungan agen pencedera, serta konsentrasi dan suhu agen.
4. Luka bakar radiasi
Luka bakar bila terpapar pada bahan radioaktif dosis tinggi.
C. Klasifikasi
Semakin dalam luka bakar, semakin sedikit apendises kulit yang berkontribusi
pada proses penyembuhan dan semakin memperpanjang masa penyembuhan luka.
Semakin panjang masa penyembuhan luka, semakin sedikit dermis yang tersisa,
semakin besar respon inflamasi yang terjadi dan akan semakin memperparah
terjadinya scar. Luka bakar yang sembuh dalam waktu 3 minggu biasanya tanpa
1
menimbulkan hypertrophic scarring, walaupun biasanya terjadi perubahan pigmen
dalam waktu yang lama. Sebaliknya luka bakar yang sembuh lebih dari tiga minggu
sering mengakibatkan hypertrophic scars (Schwartz et al, 2012).
1. Luka Bakar Derajat I
a. Kerap diberi simbol 1˚
b. Kerusakan jaringan hanya sebatas bagian superfisial (permukaan) yaitu
epidermis.
c. Perlekatan antara epidermis dengan dermis (dermal-epidermal junction) tetap
terpelihara dengan baik.
d. Kulit kering, hipereremik memberikan efloresensi berupa eritema.
e. Nyeri karena ujung-ujung syaraf sensori teriritasi.
f. Penyembuhan (regenerasi epithel) terjadi secara spontan dalam waktu 5-7 hari.
g. Derajat kerusakan yang ditimbulkan bukan termasuk masalah klinik yang
berarti dalam kajian terapeutik, sehingga luka bakar derajat I tidak
dicantumkan dalam perhitungan luas luka bakar.
h. Contoh: luka bakar akibat sengatan matahari (sun burn). (Moenadjat, 2011).
Luka Bakar Derajat I

Keterangan : area berwarna hitam menunjukan nekrosis jaringan sedangkan area


berwarna biru menunjukan cairan akibat edema pada luka bakar derajat I
kerusakan jaringan hanya sebatas jaringan epidermis.
2. Luka Bakar Derajat II (Partial Thickness Burn)
a. Kerap diberi simbol 2˚
b. Kerusakan meliputi seluruh ketebalan epidermis dan sebagian superfisial
dermis.
c. Respon yang timbul berupa reaksi inflamasi akut disertai dengan eksudasi.
d. Nyeri karena ujung-ujung syaraf sensori teriritiasi.
Luka bakar derajat II dibedakan menjadi dua, yaitu luka bakar derajat II
dangkal dan dalam (Moenadjat, 2011).
1) Luka bakar derajat II dangkal (Superficial Partial Thickness Burn)

2
a) Kerusakan mengenai epidermis dan sebagian (sepertiga bagian
superfisial) dermis.
b) Dermal-epidermal junction mengalami kerusakan sehingga terjadi
epidermolisis yang diikuti terbentuknya lepuh ( bula, blister). Lepuh ini
merupakan karakteristik luka bakar derajat dua dangkal (Moenadjat,
2011).
Luka Bakar Derajat II Dangkal

Keterangan : Panah menunjukan gambar bula dimana di dalamnya terdapat


cairan akibat edema
2) Luka bakar derajat II dalam ( Deep Partial Thickness Burn)
a) Kerusakan mengenai hampir seluruh (dua pertiga bagian superfisial)
dermis.
b) Apendises kulit (integumen) seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
dan kelenjar sebasea sebagian utuh.
c) Kerap dijumpai eskar tipis di permukaan, harus dibedakan dengan
eskar pada luka bakar derajat III.
Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung apendises kulit yang
tersisa. Biasanya penyembuhan memerlukan waktu lebih dari dua
minggu (Moenadjat, 2011).
Luka Bakar Derajat II Dalam

Gambar 2.3Luka Bakar Derajat II Dalam (Demling, 2005)


Keterangan : area berwarna hitam menunjukan nekrosis jaringan
sedangkan area berwarna biru menunjukan edema pada luka bakar

3
derajat II dalam kerusakan jaringan mengenai epidermis dan sebagian
dermis (sepertiga bagian superfisial)
3. Luka bakar derajat III ( Full Thickness Burn)
a. Kerap diberi simbol 3˚
b. Kerusakan meliputi seluruh ketebalan kulit (epidermis dan dermis) serta
lapisan yang lebih dalam.
c. Apendises kulit (adheksa, integumen) seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea mengalami kerusakan.
d. Kulit yang terbakar tampak berwarna pucat atau lebih putih karena terbentuk
eskar.
e. Secara teoritis tidak dijumpai rasa nyeri, bahkan hilang sensasi karena ujung-
ujung saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian.
f. Penyembuhan terjadi lama. Proses epithelialisasi spontan baik dari tepi luka
(membrana basalis) maupun dari apendises kulit (folikel rambut, kelenjar
keringat, dan kelenjar sebasesa yang mempunyai potensi epithelialisasi) tidak
dimungkinkan terjadi karena struktur-struktur jaringan tersebut mengalami
kerusakan. (Moenadjat, 2011).
Luka Bakar Derajat III

Gambar 2.4Luka Bakar Derajat III (Demling, 2005)


Keterangan : area berwarna hitam menunjukan nekrosis jaringan sedangkan
area berwarna biru menunjukan edema pada luka bakar derajat III kerusakan
jaringan mengenai seluruh ketebalan kulit (epidermis dan dermis) serta lapisan
yang lebih dalam.
D. Patofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh.
Panas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik,
derajat luka bakar yang berhubungan dengan beberapa faktor penyebab, konduksi
jaringan yang terkena dan lamanya kulit kotak dengan sumber panas. Cidera luka
bakar mempengaruhi semua system organ. Besarnya respon patofisiologis berkaitan
4
dengan luasnya luka bakar dan mencapai masa stabil ketika terjadi luka bakar kira-kira
60% seluruh luas permukaan tubuh (Hudak & Gallo, 2011). Tingkat keperawatan
perubahan tergantung pada luas dan kedalaman luka bakar yang akan menimbulkan
kerusakan dimulai dari terjadinya luka bakar dan akan berlangsung sampai 48- 72 jam
pertama. Kondisi ditandai dengan pergerseran cairan dari komponen vaskuler ke ruang
intertestitium. Bila jaringan terbakar, vasodilatasi meningkatkan permeabilitas kapiler,
dan timbul perubahan permeabilitas sel pada yang luka bakar dan sekitarnya.
Dampaknya jumlah cairan yang banyak berada pada ekstra sel, sodium chloride dan
protein lewat melalui darah byang terbakar dan akan membentuk gelembung-
gelembung dan odema atau keluar melalui luka terbuka. Akibat adanya odema luka
bakar pada lingkungan kulit akan mengalami kerusakan. Kulit sebagai barier mekanik
berfungsi sebagai mekanisme pertahanan diri yang sangat penting , dari organisme
yang mungkin masuk. Terjadinya kerusakan lingkungan kulit akan memungkinkan
mikro organisme masuk dalam tubuh dan akanmenyebabkan infeksi pada luka yang
dapat memperlambat proses penyembuhan luka.

5
E. Patway

F. Manifestasi Klinis
a. Cedera Inhalasi
Cedera inhalasi biasanya timbul dalam waktu 24 jam -48 jam pertama pasca
luka baka. Jika luka bakar disebabkan oleh nyala api atau korban terbakar pada
tempat yang terkurung atau kedua-duanya, maka perlu diperhatikan tanda-
tanda sebagai berikut :
1) Keracunan Karbon Monoksida Karakteristik tanda fisik tidak ada dan
warna kulit merah bertanda chery hamper tidak pernah terlihat pada pasien
luka bakar. Manifestasi susunan syaraf pusat dari sakit kepala sampai
koma hingga kematian.
2) Distress Pernafasan Penurunan oksigenasi arterial akibat rendahnya peruse
jaringan dan syok. Penyebab distress adalah edema laring atau spasme dan
6
akumulasi lendir. Adapun tanda-tanda distress pernafasan yaitu serak,
ngiler, dan ketidakmampuan mengenai sekresi.
3) Cidera pulmonal
Inhalasi produk-produk terbakar tidak sempurna mengakibatkan
pneumonis kimiawi. Pohon pulmonal menjadi tariritasi dan edematosa
pada 24 jam pertama. Edema pulmonal terjadi sampai 7 hari setelah
cidera. Pasien irasional atau tidak sadar tergantung tingkat hipoksia. Tanda-
tanda cedera puimonal adalah pernafasan cepat dan sulit, krakles, stridor,
dan batuk pendek.
b. Hematologi
Hematocrit meningkat sekunder kebocoran kapiler dan kehilangan volume
plasma dan sirkulasi. Menurunnya sel darah putih dan trombosit serta
meningkatnya leukosit.
c. Elektrolit
Menurunya kalium dan meningkatnya natrium, klorida, serta BUN.
d. Ginjal
Terjadi peningkatan saluran urin dan mioglobinuria
e. Sepsis
Sepsis terjadi sejak klien luka bakar luas dengan ketebalan penuh, hal itu
disebabkan oleh bakteri yang menyerang luka masuk kedalam aliran darah.
f. Burn Shock : syok hipovolemik Respon pulmoner : hipoksia
g. Metabolik
Terjadinya hipermetabolik serta kehilangan berat badan.
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doenges M.E (2000) pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah :
a. Hitung darah lengkap: Perhatikan Hematokrit menunjukkan hemokonsentrasi
sehubungan dengan perpindahan cairan. Menurutnya hematokrit dan sel darah
merah menjadi sehubungan dengan kerusakan oleh panas terhadap pembuluh
darah.
b. Leukosit akan meningkat sebagai respons inflamasi
c. Analisa Gas Darah ( AGD ) : untuk kecurigaan cidera inhalasi
d. Elektrolit Serum. Kalium meningkat sehubungan dengan cidera jaringan,
hypokalemia terjadi bila diuresis.
e. Albumin serum meningkat akibat kehilangan protein pada edema jaringan.
f. Kreatinin meningkat menunjukan perfusi jaringan.
7
g. EKG : tanda iskemik miokardia dapat terjadi pada luka bakar
h. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar
selanjutnya.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan tempat pasien
dirawat melibatkan berbagai lingkungan perawatan dan disiplin ilmu antara lain
mencakup penanganan awal (ditempat kejadian), penanganan pertama di unit
gawat darurat, penanganan di ruangan intensif dan bangsal. Tindakan yang
dilakukan antara lain terapi cairan, fisioterapi dan psikiatri pasien dengan luka
bakar memerlukan obat-obatan topikah karena eschar tidak dapat ditembus dengan
pemberian obat antibiotik sistemis. Pemberian obat- obatan topikah anti mikrobial
bertujuan tidak untuk mensterilkan luka akan tetapi untuk menekan pertumbuhan
mikroorganisme dan mengurangi kolonisasi, dengan pemberian obat-obatan
topikah secara tepat dan efektif dapat mengurangi terjadinya infeksi luka dan
mencegah sepsis yang sering kali masih terjadi penyebab kematian pasien.
I. Komplikasi
a. Segera
Sindrom kompartemen dari luka bakar sirkum ferensial (luka bakar pada
ekstremitas iskemia ekstremitas, luka bakar pada toraks hipoksia dari gagal
napas restriktif) ( cegah dengan eskaratomisegera).
b. Awal
1) Infeksi(waspadaisteptococcus)obatiinfeksiyangtimbul(10% organisme pada
biopsi luka ) dengan antibiotiksistemis.
2) Ulkus akibat stres (ulkus cerling) ( cegah dengan antasida,broker H2 atau
inhibitor pompa protonprofilaksis)
3) Hiperkalsemia (dari sitolisis pada luka bakar luas).Obati dengan
insulin,dekstrosa.

8
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus
Pada tanggal 21 Januari 2018 keluarga Tn. S dating ke RSMZ jam 14.00 WIB melalui
IGD RSMZ dengan keluhan kesakitan, tampak meringis dan gelisah akibat tersengat listrik
pada saat bekerja di masjid. Awalnya pasien tanpa sengaja memegang kabel telanjang, lalu
kesetrum dan terjatuh kelantai. Terdapat kesan luka bakar pada lengan kanan sampai keleher.
Luka tampak melepuh dan timbul cairan (bula). Nyeri (+) apalagi jika luka bakar disentuh,
skla nyeri 8. Riwayat pingsan (+) <15 menit, riwayat muntah (-), riwayat sesak (-), batuk(-),
TD : 110/70mmHg, N: 108x/mnt, Suhu : 36,8 C , RR : 20x/mnt, SPO2 : 99%, GCS : 15
(E4M6V5) dan tampak terpasang infus RL124 tts/menit pada 6 jam pertama.
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn. S
Tempat/ TglLahir : Sampang, 02/07/1978
Usia : 42 tahun
Jenis Klamin : Laki – Laki
Agama : Islam
Suku : Madura
Pekerjaan : Buruh Bangunan
Pendidikan : SMP
Alamat : Desa Labuhan Sreseh
Sumber Informasi : Keluarga
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. N
Pendidikan : SMP
Hubungan dengan pasien : istri pasien
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
3. Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat di lakukan pengkajian tanggal 22 januari 2018 jam 10.00 WIB di
ruangan Anggrek dengan keluhan keluarga mengatakan klien meringis kesakitan
akibat tersengat listrik pada saat bekerja di mesjid. Awalnya pasien tanpa sengaja
memegang kabel telanjang, lalu kesetrum dan terjatuh kelantai. Terdapat kesan luka
9
bakar pada lengan kanan sampai keleher. Luka tampak melepuh dan timbul cairan
(bula). Nyeri (+) jika luka bakar disentuh. Riwayat pingsan (+) <15 menit, riwayat
muntah (-), riwayatsesak (-), batuk (-). Dari data objektif yang di dapatkan, klien
tanpak gelisah dan meringis kesakitan, KU lemah, TD : 110/70mmHg, N: 108x/mnt,
Suhu : 36,8 C , RR : 20x/mnt, SPO2 : 99%, GCS : 15 (E4M6V5) dan tampak
terpasang infus RL 124 tts/menit pada 6 jam pertama. Klien tanpak terpasang O2 2-4
tpm via Nasal Kanul dan terpasang kateter.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Keluarga klien mengatan bahwa klien mempunyai Riwayat penyakit Hipertensi dan
tidak alergi terhadap obat
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien mengatakan tidak mempunyai Riwayat penyakit apapun dan tidak
alergi terhadap obat
6. PEMERIKSAAN FISIK
B1 :RR:20x/menit, Rh-/-, Wh-/-, SpO2: 99%
B2 :TD 110/70 mmHg, N 105 x/menit regular, kuat angkat.
B3 : GCS 15 (E4M6V5), pupil isokor 2,5mm/2,5mm, RC +/+, suhu axilla 36,8
B4 : terpasang kateter, produksi urin±60cc/jam, warna merah kecoklatan.
B5 : Datar, peristaltik (+) kesan normal, timpani.
B6 : Edema (-), fraktur (-), luka bakar grade II
Analisa data
No Data Etiologi Masalah
1 Ds : Agen Nyeri
1. Pasien mengeluh nyeri pada luka bakarnya. pencedera akut
PQRST : P. Sengatan listrik, Q. Nyeri seperti kimiawi
tertusuk disertai panas, R. Nyeri pada luka
bakar (lengan kanan sampai keleher), S. Skala
nyeri 8, T. Nyeri lebih terasa jika disentuh.
Do :
1. Pasien tampak meringis
2. Pasien tampak gelisah
3. Nadi 108x/menit

10
B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera kimiawi ditandai dengan pasien
mengeluh kesakitan dan tampak meringis.
C. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Kriteria hasil Intervensi Rasional
1 Nyeri akut Setelah dilakukan Observasi Observasi
tindakan 3 kali 1. Identifikasi lokasi, 1. Untuk mengetahui lokasi,
berhubungan
dalam sehari karakteristik, durasi, karakteristik, durasi,
dengan agen
selama 2 minggu frekuensi, kualitas frekuensi, kualitas nyeri
pencedera diharapkan: nyeri 2. Untuk mengetahui skala
kimiawi 1. Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
ditandai menurun nyeri 3. Untuk mengetahui respons
2. Meringis 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
dengan
menurun nyeri non verbal 4. Untuk mengetahui faktor
pasien
3. Kesulitan tidur 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
mengeluh menurun yang memperberat memperingan nyeri.
kesakitan dan 4. Frekuensi nadi dan memperingan Terapeutik
tampak membaik nyeri. 1. Karena adanya rasa moist
Terapeutik dan dingin pada luka saat
meringis.
1. Berikan teknik non diberikan gel lidah buaya.
farmakologi untuk 2. Biar bisa istirahat dengan
mengurangi rasa nyaman
nyeri (pemberian 3. Biar tepat dalam
lidah buaya) pengobatan
2. Fasilitas istirahat dan Edukasi
tidur 1. Untuk mengetahui
3. Pertimbangkan jenis penyebab, dan pemicu
nyeri dan sumber nyeri
nyeri dalam 2. Untuk mengetahui strategi
pemilihan strategi meredakan nyeri
meredakan nyeri. 3. Untuk mengetahui teknik
Edukasi non farmakologi untuk
1. Jelaskan penyebab, mengurangu nyeri
dan pemicu nyeri Kolaborasi
2. Ajarkan strategi 1. Mencegah terjadinya
meredakan nyeri kesalahan dalam
3. Ajarkan teknik non pengubatan.
farmakologi untuk
mengurangu nyeri
Kolaborasi

11
1. Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu.

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan dilaksanakan sesuai dengan intervensi untuk
mencapai tujun yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana
intervensi disusun dan ditunjukkan pada nursing order untuk membantu pasien
mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari implementasi adalah membantu
pasien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencangkup peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping
(Nursalam,2017)
E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahap terakhir dari proses keperawatan. Evaluasi
keperawatan ialah evaluasi yang dicatat disesuaikan dengan setiap diagnosis
keperawatan. Evaluasi keperawatan terdiri dari dua tingkat yaitu evaluasi sumatif
dan evaluasi formatif. Evaluasi sumatif yaituevaluasi respons (jangka panjang)
terhadap tujuan, dengan kata lain, bagaimana penilaian terhadap perkembangan
kemajuan ke arah tujuan atau hasil akhir yang diharapkan. Evaluasi formatif atau
disebut juga dengan evaluasi proses, yaitu evaluasi terhadap respon yang segera
timbul setelah intervensi keperawatan di lakukan. Evaluasi asuhan keperawatan
didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif, objektif, assesment, planing).
Adapun komponen SOAP yaitu S (Subjektif) dimana perawat menemukan
keluhan pasien yang masih dirasakan setelah diakukan tindakan keperawatan, O
(Objektif) merupakan data yang berdasarkan hasil pengukuran atau observasi
perawat secara langsung pada pasien dan yang dirasakan pasien setelah tindakan
keperawatan, A (Assesment) merupakan interprestasi dari data subjektif dan
objektif, P (Planing) adalah perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan,
dihentikan, dimodifikasi, atau ditambah dari rencana tindakan keperawatan yang
telah ditentukan sebelumnya (Tarwoto & Wartonah, 2015).

12
BAB 4
PENUTUP

A. Kesimpulan
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringanyang
disebabkan kontak dengan sumber yang memiliki suhu yang sangat tinggi (misalnya
api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi) atau suhu yang sangat rendah
(Moenadjat, 2011).
Penyebab Luka Bakar
1. Luka bakar termal Agen cidera berupa api, air panas, atau kontak dengan objek
panas, luka bakar berhubungan dengan asap atau cidera inhalasi (cidera
terbakar, kontak dan kobaran api).
2. Luka bakar listrik disebabkan oleh aliran listrik di rumah merupakan sebuah
insiden, tertinggi pada anak-anak masih kecil, yang sering memasukkan benda
konduktif kedalam colokan listrik dan menggigit atau mengisap kabel listrik
yang tersambung.
3. Luka bakar kimia Terjadi dari life atau kandungan agen pencedera, serta
konsentrasi dan suhu agen.
4. Luka bakar radiasi Luka bakar bila terpapar pada bahan radioaktif dosis tinggi.
B. Saran
Setelah memaparkan makalah tentang luka bakar ini kami berharap
pembaca dapat mengantisipasi luka bakar dengan pengobatan yang sudah ada
penelitiannya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Tarwoto, & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan (5th ed.;
P. P. Lestari, Ed.). Jakarta: Salemba Medika. Tomlinson, Deborah. 2006.

14

Anda mungkin juga menyukai