DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Luka bakar adalah luka yang dapat timbul akibat kulit terpajan ke suhu tinggi, syok
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak mata dengan suhu tinggi
seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, radiasi, juga oleh sebab kontak dengan suhu
Luka oleh karena kontak dengan agen bersuhu tinggi, seperti api, air panas, listrik,
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan oleh
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi (Yefta
Moenadjat, 2003).
Cedera kulit oleh karena perpindahan energi dari sumber panas ke kulit (Effendi,
B. Etiologi
a. Air panas
b. Api
f. Ledakan bom
g. Sinar matahari
h. Suhu yang sangat rendah (frost bite).
C. Patofisiologi
air, natrium, klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan menyebabkan
terjadinya edema yang dapat berlanjut pada keadaan hipovolemia dan hemokonsentrasi.
Kehilangan cairan tubuh pada klien luka bakar dapat disebabkan oleh beberapa faktor
yang mengakibatkan kehilangan Na, air dan protein plasma serta edema jaringan diikuti
dengan; penurunan curah jantung, hemokonsentrasi sel darah merah, penurunan perfusi
Dengan menurunnya volume intravaskuler, maka aliran plasma ke ginjal dan GFR
Sepertiga dari klien-klien luka bakar akan mengalami masalah pulmoner yang
berhubungan dengan luka bakar. Meskipun tidak terjadi cedera pulmoner, hipoksia
(starvasi oksigen) dapat dijumpai. Pada luka bakar yang berat, konsumsi oksigen oleh
jaringan tubuh klien akan meningkat dua kali lipat sebagai akibat dari keadaan
cedera inhalasi karena gas ini merupakan produk sampingan pembakaran bahan-bahan
organik. Efek patofisiologiknya adalah hipoksia jaringan yang terjadi ketika
Respon umum yang biasa terjadi pada klien luka bakar >20% adalah penurunan
aktivitas gastrointestinal. Hal ini disebabkan oleh kombinasi efek repson hipovolemik
Pertahanan imunologik tubuh sangat berubah akibat luka bakar. Semua tingkat
respon imun akan dipengaruhi nsecara merugikan. Kehilangan integritas kulit diperparah
jumlah limfosit (limfositopenia). Imunosupresi membuat klien luka bakar berisiko tinggi
suhunya. Karena itu klien-klien luka bakar dapat memperlihatkan suhu tubuh yang
rendah dalam beberapa jam pertama pasca luka bakar, tetapi kemudian setelah keadaan
hipermetabolisme menyetel kembali suhu inti tubuh, klien luka bakar akan mengalami
hipertermi selama sebagian besar periode pasca luka bakar kendati tidak terdapat infeksi.
D. Klasifikasi
IIa
IIb
III
b) Dijumpai bullae.
d) Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi
dalam.
sebagai eskar.
f) Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-
Berat ringannya luka bakar ditentukan berdasarkan luas permukaan tubuh yang
terkena (Total Body Surface Area atau TBSA) yang dihitung berdasarkan persentase,
misalnya dengan cara Rule of Nine dari Wallace dan derajat kedalaman luka bakar.
Disamping faktor tersebut ternyata masih terdapat faktor-faktor lain yang berperan
menentukan berat ringannya luka bakar seperti usia, ada/tidaknya cedera inhalasi,
dan sebagainya.
Banyak cara menghitung luas luka bakar, tetapi yang banyak dipakai adalah
cara Rule of Nine dari Wallace, adalah sebagai berikut (untuk dewasa)
a) Derajat II-III > 20% pada klien berusia di bawah 10 tahun atau di atas usia
50 tahun.
b) Derajat II-III > 25% pada kelompok usia selain disebutkan pada butir
pertama.
a) Luka bakar dengan luas 15-25% pada dewasa, dengan luka bakar derajat
b) Luka bakar dengan luas 10-20% pada anak usia < 10 tahun atau dewasa >
c) Luka bakar dengan derajat III < 10% pada anak maupun dewasa yang
b) Luka bakar dengan luas < 10% pada anak dan usia lanjut.
c) Luka bakar dengan luas < 2% pada segala usia; tidak mengenai muka,
1. Zona koagulasi
pengaruh panas.
2. Zona statis
Daerah yang berada lansgsung di luar zona koagulasi. Di daerah ini terjadi
kerusakan endotel pembuluh darah disertai kerusakan trobosit dan leukosit, sehingga
kapiler dan respon inflamasi lokal. Proses ini berlangsung selama 12-24 jam pasca
3. Zona hiperemi
Daerah di luar zona statis, ikut mengalami reaksi berupa vasodilatasi tanpa
a. Fase darurat/resusitasi
Fase ini berlangsung dari awitan cedera hingga selesainya resusitasi cairan.
Pada fase ini problema yang ada berkisar pada gangguan saluran nafas karena
Pada fase ini terjadi gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit,
dimulai 48 hingga 72 jam setelah terjadi luka bakar. Selama fase ini, perhatian
status respirasi dan sirkulasi, keseimbangan cairan dan elektrolit, serta fungsi
pada tahap ini. Pada tahap ini sudah dipertimbangkan intervensi pembedahan
c. Fase rehabilitasi
Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi maturasi.
Masalah pada fase ini adalah timbulnya penyulit dari luka bakar berupa parut
hipertrofik, kontraktur dan deformitas lain yang terjadi karapuhan jaringan atau
G. Komplikasi
Sifat kulit
Usia pasien
Lamanya waktu penutupan kulit
Penanduran kulit
Jaringan kulit mengalami pembentukan secara otomatis pada sebulan post luka,
dengan warna berubah menjadi merah – merah tua – sampai coklat dan teraba keras,
setelah 12-18 bulan jaringan parur akan matur dan warna coklat muda akan teraba
lembut / lemas.
2. Kontraktur
Pada 2-3 kali/hari segera mungkin pada pasien yang terpasang alat invasive,
molisasi dibantu.
H. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan serum : hal ini dilakukan karena ada pada pasien dengan luka bakar
Pemeriksaan elektrolit pada pasien dengan luka bakar mengalami kehilangan volume
Analisa gas darah biasanya pasien luka bakar terjadi asidosis metabolisme dan
kehilanga protein
Faal hati dan ginjal
CBC mengidentifikasikan jumlah darah yang ke dalam cairan, penuruan HCT dan
I. Prognosis
Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan luasnya
permukaan luka bakar dan penanganan syok hingga penyembuhan. Selain itu faktor letak
daerah terbakar, usia, dan keadaan kesehatan penderita juga turut menentukan
kecepetaan kesembuhan. Luka bakar pada daerah perinium, ketiak, leher, dan tangan
keparahan cedera luka bakar yang dideritanya. Berikut ini adalah kondisi dimana klien
Luka bakar derajat II > 15% pada dewasa dan > 10% pada anak.
Luka bakar derajat II pada muka, leher, tangan, kaki dan perineum.
Luka bakar derajat III > 2% pada dewasa dan setiap derajat III pada anak.
Penatalaksanaan klien luka bakar sesuai dengan kondisi dan tempat klien dirawat
melibatkan berbagai lingkungan perawatan dan disiplin ilmu antara lain mencakup
penanganan awal (di tempat kejadian), penanganan pertama di unit gawat darurat,
penanganan klien luka bakar di ruang perawatan intensif dan penanganan klien luka
bakar di bangsal perawatan atau unit luka bakar (Christantie Effendi, S.Kp., 1999).
1. Jauhkan korban dari sumber panas. Jika penyebabnya api, jangan biarkan
korban dengan kain basah dan pindahkan segera korban ke ruangan yang cukup
3. Kaji kelancaran jalan napas korban, beri bantuan pernapasan (life support) dan
4. Beri pendinginan dengan merendam korban dalam air bersih yang bersuhu 20
o
C (suhu air yang terlalu rendah akan menyebabkan hipotermia) selama 15-20
menit segera setelah terjadinya luka bakar (jika tidak ada masalah pada jalan
napas korban).
5. Jika penyebab luka bakar adalah zat kimia, siram korban dengan air sebanyak-
6. Kaji kesadaran, keadaan umum, luas dan kedalaman luka bakar dan cedera lain
tubuh korban dengan kain/kasa yang bersih selama perjalanan ke rumah sakit).
trauma inhalasi).
4. Kaji adanya edema saluran pernapasan (mungkin klien perlu dilakukan intubasi
atau trakheostomi).
5. Kaji adanya faktor-faktor lain yang memperberat luka bakar seperti adanya
dll) dan penyebab luka bakar karena tegangan listrik (sulit diketahui secara
6. Pasang infus (IV line). Jika luka bakar > 20% derajat II/III biasanya dipasang
9. Beri terapi cairan intra vena (kolaborasi dengan dokter). Biasanya diberikan
sesuai formula Parkland yaitu 4 ml/kg BB/ % luka bakar pada 24 jam pertama.
Pada 8 jam I diberikan ½ dari kebutuhan cairan dan pada 16 jam II diberikan
bronkodilator.
Pada kondisi klien yang makin memburuk, perlu adanya penanganan secara
intensif di unit perawatan intensif terutama klien yang membutuhkan alat bantu
pernapasan (ventilator). Hal yang harus diperhatikan selama klien dirawat di unit ini
meliputi:
ventilator.
tekanan darah, nadi dan pernapasan setiap jam dan suhu setiap 4 jam.
4. Amati GCS.
cc/kg BB/jam)
7. Auskultasi suara paru tiap
pertukaran jaga.
diperlukan.
minggu.
shift.
cairan lambung.
dokter).
20. Perawatan luka bakar sesuai
Klien luka bakar memerlukan waktu perawatan yang lama karena proses
penyembuhan luka yang lama terlebih pada klien dengan luka bakar yang luas dan
dalam.
Tindakan perawatan yang utama dalam merawat klien di unit luka bakar yaitu
Perawatan luka bakar ada dua yaitu perawatan terbuka dan perawatan tertutup.
Perawatan terbuka yaitu perawatan tanpa menggunakan balutan setelah diberi obat
topikal.
obat topikal atau tulle yang mengandung chlorhexidine 0,05%, gaas lembab (moist)
dengan NaCl 0,9% dan gaas kering. Penggunaan obat topikal disesuaikan dengan
zalf mata, sedangkan luka bakar grade II dalam dan grade III menggunakan SSD.
Masalah keperawatan yang lazim muncul pada pasien luka luka bakar adalah :
No. RM : 5730598
A. PENGKAJIAN
I. DATA UMUM
1. Identitas Klien
Nama : Ny. S
Umur : 60 Tahun
Agama : Islam
Ruangan : Bougenvile/II
2. Penanggung Jawab
Nama : Ny. W
Umur : 37 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Alamat : Sidoarjo
1. Keluhan Utama :
Pada tanggal 11-12-2020 jam 14.00 klien menyenggol air panas ketika memasak
dan terkena pada bagian tangan, kaki, punggung, dan pantat. Klien sempat
meminta pertolongan pada tetangganya, karena merasakan nyeri dan dilihat luka
cukup parah maka dibawalah klien ke RSUD “Ngudi Waluyo” Wlingi. Setibanya
di UGD, klien langsung dipasang oksigenasi nasal kanul 2-4 lpm dan diberikan
resusitasi cairan 8 jam pertama dan 16 jam kedua. Keesokan harinya tanggal 12-
12-2020 klien dilakukan pembedahan debridement di ruang OK. Hingga hari ini
klien dipindahkan ke Ruang ICU dan beberapa saat kemudian dilakukan rawat
Riwayat nyeri :
S = Skala 8
Kaki kanan = 9%
Punggung = 9%
Pantat = 9%
Penyebab :
Keluarga klien mengatakan hal tersebut bisa disebabkan karena faktor usia dan
pola hidup
Riwayat perawatan :
hipertensi
Riwayat operasi :
Riwayat pengobatan :
diberikan dokter saat itu, tetapi saat ini sudah tidak mengkonsumsi lagi.
2. Riwayat alergi :
3. Riwayat Imunisasi :
4. Lain-lain : -
G1
G2
G3
Keterangan :
: Laki-laki
: Meninggal
: Perempuan
: Klien
G1 : Ayah klien sudah meninggal dan tidak ada riwayat penyakit yang pernah diderita
dan ibu klien masih hidup dan sehat begitupun dengan ibu dari mantan suami
klien
G2 : Klien adalah anak pertama dari 3 bersaudara. Dan mantan suami klien juga anak
V. RIWAYAT PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL
1. Pola koping :
Tuhan
3. Adaptasi :
6. Aktivitas social :
8. Keadaan lingkungan :
1. Makan
Sebelum MRS : Keluarga klien mengatakan klien makan 3 kali sehari dengan
Setelah MRS : Keluarga klien mengatakan klien makan 3x sehari dan porsi
2. Minum
Sebelum MRS : Keluarga klien mengatakan klien minum 6-8 gelas / hari air
putih
Setelah MRS : Keluarga klien mengatakan klien minum sekitar 5-7 gelas /
3. Tidur
Sebelum MRS : Keluarga klien mengatakan klien tidur 7-8 jam / hari
Setelah MRS : Keluarga klien mengatakan klien tidur 6-7 jam / hari.
rumah sakit.
Sebelum MRS : Keluarga klien mengatakan klien BAK 5-8x sehari, warna
Setelah MRS : Terpasang kateter dengan volume urine 450 ml dalam 24 jam
6. Aktivitas dan latihan
7. Personal hygiene
Sebelum MRS : Keluarga klien mengatakan klien mandi 2 kali sehari, gosok
mandiri.
Setelah MRS : Keluarga klien mengatakan klien kadang hanya dilap basah.
1. Keadaan Umum
Suhu = 36 0C
RR = 18 x/mnt
BB = 60 kg
2. Head To Toe
o Kulit / integumen
dextra dan sinistra, punggung, dan pantat. Jenis luka : akut. Tipe luka :
Kulit lembab, lemak sub kutan tebal, akral hangat, turgor 2 detik.
o Kuku
o Mata / penglihatan
o Hidung / Penghiduan
o Telinga / pendengaran
I : Simetris kiri dan kanan, tampak bersih dan fungsi pendengaran baik
I : Mukosa bibir kering, gigi tampak bersih, tidak ada perdarahan pada
gusi.
o Leher
o Dada
P : Tidak ada penggunaan otot bantu napas dan tidak ada nyeri tekan
o Abdomen
P : Timpani
o Extremitas atas
o Ektremitas bawah
3. Pemeriksaan diagnostik
Darah Lengkap
Faal Hati
Elektrolit
4. Penatalaksanaan medis
Pasang Kateter
Pasang kateter
DS :
DO :
- Skala nyeri : 8
- Terdapat luka bakar kemerahan yang menembus sampai kulit dermis pada extremitas
ANALISA DATA
Diagnosa
No Data Kemungkinan Penyebab
Keperawatan
1 DS : Thermal burn (gas, cairan, Nyeri akut
digores
menit Combustio
DO :
- Skala nyeri : 8
bakar
Medulla spinalis
Hipotalamus
Perangsang nyeri
Nyeri akut
2 DS : - Thermal burn (gas, cairan, Kerusakan
extremitas dextra
punggung
kemerahan yang
(kedalaman sampai ke
dermis) Kerusakan integritas kulit
kemerahan
pantat
(kedalaman sampai ke
dermis) Combustio
- Wbc : 12.000 (N :
- Lymphosit : 800 (N :
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
emosionalyang tidak menyenangkan yang Pain control, 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
muncul akibat kerusakan jaringan yang Comfort level komprehensif termasuk lokasi,
aktual atau potensial atau digambarkan Kriteria Hasil : karakteristik, durasi, frekuensi,
dalam hal kerusakan sedemikian rupa Mampu mengontrol nyeri (tahu kualitas, dan faktor presipitasi
(International Association for the study of penyebab nyeri, mampu menggunakan 2. Observasi reaksi nonverbal dari
Pain) : awitan yang tiba-tiba atau lambat teknik nonfarmakologi untuk ketidaknyamanan
dari intensitas ringan hingga berat dengan mengurangi nyeri, mencari bantuan) 3. Kaji kultur yang mempengaruhi
akhir yang dapat diantisipasi atau Melaporkan bahwa nyeri berkurang respon nyeri
diprediksi dan berlangsung <6 bulan. dengan menggunakan manajemen 4. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
nyeri berkurang
fisik, psikologis)
2 Kerusakan integritas kulit NOC NIC
Definisi : Perubahan/gangguan epidermis Tissue Integrity : Skin and Mucous Pressure Management
cedera berulang
Perubahan pigmentasi
Mampu melindungi kulit dan
Perubahan turgor
mempertahankan kelembaban kulit dan
Gangguan sensari
perawatan alami
3 Risiko Infeksi NOC NIC
Definisi : Mengalami peningkatan resiko Immune Status Infection Control (Kontrol Infeksi)
terserang organisme patogenik Knowledge : Infection control
1. Pertahankan teknik isolasi
Risk control
Faktor-faktor resiko
2. Pertahankan lingkungan aseptic
Kriteria Hasil :
Pengetahuan yang tidak cukup untuk selama pemasangan alat
menghindari pemajanan pathogen Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi 3. Monitor tanda dan gejala infeksi
Pertahanan tubuh primer yang tidak Mendeskripsikan proses penularan sistemik dan local
- Penurunan hemoglobin
antibody monoclonal,
imunomodulator)
Prosedur invasive
EVALUASI
O : Skala nyeri 6
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi :
- Terdapat luka bakar kemerahan yang menembus sampi kulit dermis pada
extremitas dextra dan sinistra
A. Masalah belum teratasi
P. Lanjutkan intervensi :
mikroorganisme S:-
P : Lanjutkan intervensi