DISUSUN OLEH :
PUSPITA SARI SIRAJUDDIN
NIM : PO7120118008
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Terima kasih
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar yang
menutupi & melindungi permukaan tubuh (Depkes Ri, Pusat Pendidikan Tenaga
Kesehatan, 2002).
Kulit merupakan organ tubuh yang paling luar yang membatasinya dengan
dunia luar. Organ yang sangat essensial, vital, serta cermin kesehatan dan
kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastic, dan sangat sensitive, bervariasi
pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi tubuh. Luas kulit kira-kira 1,5-2
m2, berat kulit kira-kira 4kg. pada orang dewasa 7% dari berat badan, tebal 1,5-4
mm, berbeda pada setiap bagian dari tubuh. Setiap 1 cm2 kulit mengandung 70
cm pembuluh darah, 55 cm saraf, 100 kelenjar keringat, 15 kelenjar, 230 reseptor
sensori, dan ½ juta sel mati dan sel baru.
Kulit mempunyai susunan serabut saraf yang teranyam secara halus &
berguna untuk merasakan sentuhan/sebagai alat peraba. Kulit merupakan organ
hidup yang mempunyai keadaan yang sangat bervariasi. Bagian kulit yang sangat
tipis terdapat disekitar mata & yang paling tebal terdapat ditelapak kaki & telapak
tangan. Masing-masing mempunyai cirri khas (dermatoglipic pattern) yang
berbeda-beda pada setiap orang yaitu berupa garis lengkung & berkelok-kelok.
Hal ini berguna untuk mengidentifikasi seseorang. Kulit dapat dibedakan menjadi
3 lapisan yaitu kulit ari (epidermis), kulit jangat (dermis=kutis), dan hipodermis
(sub kutis).
1.2 TUJUAN
1. TUJUAN UMUM :
Mengetahui dan mengenal tentang system integument pada manusia.
2. TUJUAN KHUSUS :
1. Mengerti tentang konsep dasar system integument
2. Dapat menyebutkan dan menjelaskan anatomi integument
3. Menjelaskan fisiologi integument
4. Menjelaskan mekanisme terjadinya nyeri
5. Dapat mengenal derajat luka bakar dan perhitungan cairan berdasarkan
derajatnya
8. Mengenal alat – alat keperawatan luka bersih dan kotor
9. Mengenal jenis – jenis balutan luka
10. Dapat mengerti dan mengetahui askep terkait kasus integument
11. Askep Luka Bakar
BAB II
TINJAUAN KASUS
Cederalukabakarsedang&berat
Hiper-metabolisme Hipotermi
Kehilangancairan plasma dan protein
Kurangvolcairan Keracunan
kedalaminterstisial
gas CO
Vasokonstriksiselektif
Ansietas
Pemulihankembaliintegritaskapiler
Kerusakanpertukaran gas
↑ tahananperifer Perubahan proses keluarga
Gangguancitradiri
Edema jalannapas
↑ afterload jantung KurangpengetahuanKelebihanvolcairan
Bersihanjalannapastidakefektif
Perubahannutrisikurangdarikebutuhantubuh
↓curahjantung Edema luka
Hemokonsentrasi
Kerusakanmobilitasfisik
Ggnperfusijaringanperifer ↓ tekosmotikkoloidkapiler
↓ volume darah yang bersirkulasi
Syok
Paru Ginjal GI T
Lambung Usus
Insufisiensipulmonal ATN
PK : Perdarahan GI PK : Ileus paralitik
PK : Insufisiensiginjal
AR DS
Translokasikuman
Kerusakanpertukaran gas
PK : Sepsis
3.1 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN LUKA BAKAR (COMBUSTIO)
Asuhan keperawatan pada klien luka bakar disesuaikan dengan fase luka
bakar.
Perawatan Luka Bakar Selama Fase Darurat/Resusitasi
a. Pengkajian
1. Airway
Tindakan pertama kali yang harus dilakukan adalah memeriksa
responsivitas pasien dengan mengajak pasien berbicara untuk
memastikan ada atau tidaknya sumbatan jalan nafas. Seorang pasien
yang dapat berbicara dengan jelas maka jalan nafas pasien terbuka
(Thygerson, 2011). Pasien yang tidak sadar mungkin memerlukan
bantuan airway dan ventilasi. Tulang belakang leher harus dilindungi
selama intubasi endotrakeal jika dicurigai terjadi cedera pada kepala,
leher atau dada. Obstruksi jalan nafas paling sering disebabkan oleh
obstruksi lidah pada kondisi pasien tidak sadar (Wilkinson & Skinner,
2000).
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian airway pada pasien
antara lain :
a. Kaji kepatenan jalan nafas pasien. Apakah pasien dapat
berbicara atau bernafas dengan bebas? Pada kasus luka bakar
kaji jalan pernafasan apakah terdapat cilia pada saluran
pernafasan mengalami kerusakan yang disebabkan oleh asap
atau inhalasi.
b. Tanda-tanda terjadinya obstruksi jalan nafas pada pasien antara
lain:
ü Adanya snoring atau gurgling
ü Stridor atau suara napas tidak normal
ü Agitasi (hipoksia)
ü Penggunaan otot bantu pernafasan / paradoxical chest
movements
ü Sianosis
c. Look dan listen bukti adanya masalah pada saluran napas
bagian atas dan potensial penyebab obstruksi :
ü Muntahan
ü Perdarahan
ü Gigi lepas atau hilang
ü Gigi palsu
ü Trauma wajah
d. Jika terjadi obstruksi jalan nafas, maka pastikan jalan nafas
pasien terbuka.
e. Lindungi tulang belakang dari gerakan yang tidak perlu pada
pasien yang berisiko untuk mengalami cedera tulang belakang.
f. Gunakan berbagai alat bantu untuk mempatenkan jalan nafas
pasien sesuai indikasi :
ü Chin lift/jaw thrust
ü Lakukan suction (jika tersedia)
ü Oropharyngeal airway/nasopharyngeal airway, Laryngeal
Mask Airway
ü Lakukan intubasi
2. Pengkajian Breathing (Pernafasan)
Pengkajian pada pernafasan dilakukan untuk menilai kepatenan
jalan nafas dan keadekuatan pernafasan pada pasien. Jika pernafasan pada
pasien tidak memadai, maka langkah-langkah yang harus dipertimbangkan
adalah: dekompresi dan drainase tension pneumothorax/haemothorax,
closure of open chest injury dan ventilasi buatan (Wilkinson & Skinner,
2000).
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian breathing pada pasien
antara lain :
a. Look, listen dan feel; lakukan penilaian terhadap ventilasi dan
oksigenasi pasien.
ü Inspeksi dari tingkat pernapasan sangat penting. Apakah ada
tandatanda sebagai berikut : cyanosis, penetrating injury, flail
chest, sucking chest wounds, dan penggunaan otot bantu
pernafasan yang disebabkan karna trauma inhalasi.
ü Palpasi untuk adanya : pergeseran trakea, fraktur ruling iga,
subcutaneous emphysema, perkusi berguna untuk diagnosis
haemothorax dan pneumotoraks.
ü Auskultasi untuk adanya : suara abnormal pada dada.
b. Buka dada pasien dan observasi pergerakan dinding dada pasien jika
perlu.
c. Tentukan laju dan tingkat kedalaman nafas pasien; kaji lebih lanjut
mengenai karakter dan kualitas pernafasan pasien.
d. Penilaian kembali status mental pasien.
e. Dapatkan bacaan pulse oksimetri jika diperlukan
f. Pemberian intervensi untuk ventilasi yang tidak adekuat dan / atau
oksigenasi:
ü Pemberian terapi oksigen
ü Bag-Valve Masker
ü Intubasi (endotrakeal atau nasal dengan konfirmasi penempatan yang
benar), jika diindikasikan
ü Catatan: defibrilasi tidak boleh ditunda untuk advanced airway
procedures
g. Kaji adanya masalah pernapasan yang mengancam jiwa lainnya dan
berikan terapi sesuai kebutuhan.
3. Circulation
Langkah-langkah dalam pengkajian terhadap status sirkulasi
pasien, antara lain :
a. Cek nadi dan mulai lakukan CPR jika diperlukan.
b. CPR harus terus dilakukan sampai defibrilasi siap untuk digunakan.
c. Kontrol perdarahan yang dapat mengancam kehidupan dengan
pemberian penekanan secara langsung.
d. Palpasi nadi radial jika diperlukan:
ü Menentukan ada atau tidaknya
ü Menilai kualitas secara umum (kuat/lemah)
ü Identifikasi rate (lambat, normal, atau cepat)
ü Regularity
e. Kaji kulit untuk melihat adanya tanda-tanda hipoperfusi atau hipoksia
(capillary refill).
f. Lakukan treatment terhadap hipoperfusi
4. Pengkajian Level of Consciousness dan Disabilities
Pada primary survey, disability dikaji dengan menggunakan
skala AVPU :
A -alert, yaitu merespon suara dengan tepat, misalnya mematuhi
perintah yang diberikan
V -vocalises, mungkin tidak sesuai atau mengeluarkan suara yang tidak
bisa dimengerti
P -responds to pain only (harus dinilai semua keempat tungkai jika
ekstremitas awal yang digunakan untuk mengkaji gagal untuk
merespon)
U -unresponsive to pain, jika pasien tidak merespon baik stimulus nyeri
maupun stimulus verbal.
5. Expose, Examine dan Evaluate
Menanggalkan pakaian pasien dan memeriksa cedera pada pasien.
Jika pasien diduga memiliki luka bakar yang mempunyai derajad luka
yang tinggi, imobilisasi in-line penting untuk dilakukan. Lakukan log roll
ketika melakukan pemeriksaan pada punggung pasien. Yang perlu
diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan pada pasien adalah
mengekspos pasien hanya selama pemeriksaan eksternal. Setelah semua
pemeriksaan telah selesai dilakukan, tutup pasien dengan selimut hangat
dan jaga privasi pasien, kecuali jika diperlukan pemeriksaan ulang
(Thygerson, 2011).
Dalam situasi yang diduga telah terjadi mekanisme trauma yang
mengancam jiwa, maka Rapid Trauma Assessment harus segera
dilakukan:
ü Lakukan pemeriksaan kepala, leher, dan ekstremitas pada pasien
ü Perlakukan setiap temuan luka baru yang dapat mengancam nyawa
pasien luka dan mulai melakukan transportasi pada pasien yang
berpotensi tidak stabil atau kritis.
6. Pemeriksaan sekunder
Survey sekunder merupakan pemeriksaan secara lengkap yang
dilakukan secara head to toe, dari depan hingga belakang. Secondary
survey hanya dilakukan setelah kondisi pasien mulai stabil.
a. Anamnesis
Pemeriksaan data subyektif didapatkan dari anamnesis
riwayat pasien yang merupakan bagian penting dari pengkajian
pasien. Riwayat pasien meliputi keluhan utama, riwayat masalah
kesehatan sekarang, riwayat medis, riwayat keluarga, sosial, dan
sistem. (Emergency Nursing Association, 2007). Pengkajian
riwayat pasien secara optimal harus diperoleh langsung dari
pasien, jika berkaitan dengan bahasa, budaya, usia, dan cacat atau
kondisi pasien yang terganggu, konsultasikan dengan anggota
keluarga, orang terdekat, atau orang yang pertama kali melihat
kejadian. Anamnesis yang dilakukan harus lengkap karena akan
memberikan gambaran mengenai cedera yang mungkin diderita,
seperti terbakar dalam ruangan tertutup: cedera inhalasi,
keracunan CO.
Anamnesis juga harus meliputi riwayat AMPLE yang bisa
didapat dari pasien dan keluarga (Emergency Nursing Association,
2007):
A : Alergi (adakah alergi pada pasien, seperti obat-obatan, plester,
makanan)
M :Medikasi/obat-obatan (obat-obatan yang diminum seperti
sedang menjalani pengobatan hipertensi, kencing manis,
jantung, dosis, atau penyalahgunaan obat
P :Pertinent medical history (riwayat medis pasien seperti penyakit
yang pernah diderita, obatnya apa, berapa dosisnya,
penggunaan obat-obatan herbal)
L : Last meal (obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi,
dikonsumsi berapa jam sebelum kejadian, selain itu juga
periode menstruasi termasuk dalam komponen ini)
E : Events, hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera
(kejadian yang
menyebabkan adanya keluhan utama)
A. Pengkajian sistem integumen
a. Anamnesis
B. Diagnosa keperawatan
1) Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan keracunan karbon
monoksida, inhalasi asap dan obstruksi saluran napas atas.
Batasan karakteristik
Subjektif
o Dispnea
o Sakit kepala pada saat bangun tidur
o Gangguan penglihatan
Objektif
o Gas darah arteri yang tidak normal
o pH arteri yang tidak normal
o ketidaknormalan frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan
o warna kulit tidak normal
o konfusi
o sianosis
o karbondioksida menurun
o diaphoresis
o hiperkapnia
o hiperkarbia
o hipoksia
o hipoksemia
o iritabilitas
o napas cuping hidung
o gelisah
o somnolen
2) Bersihan jalan napas tidak efektif yang berhubungan dengan edema dan
efek dari inhalasi asap.
Batasan Karakteristik :
o Dispneu, Penurunan suara nafas
o Orthopneu
o Cyanosis
o Kelainan suara nafas (rales, wheezing)
o Kesulitan berbicara
o Batuk, tidak efekotif atau tidak ada
o Mata melebar
o Produksi sputum
o Gelisah
o Perubahan frekuensi dan irama nafas
Faktor-faktor yang berhubungan:
Lingkungan : merokok, menghirup asap rokok, perokok pasif-POK,
infeksi
Fisiologis : disfungsi neuromuskular, hiperplasia dinding bronkus,
alergi jalan nafas, asma.
Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan,
banyaknya mukus, adanya jalan nafas buatan, sekresi bronkus, adanya
eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.
3) Kurang volume cairan yang berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan akibat evaporasi dari
daerah luka bakar.
Batasan karakteristik
Subjektif: Haus
Objektif
o Perubahan status mental
o Penurunan turgor kulit dan lidah
o Penurunan haluaran urin
o Penurunan pengisian vena
o Kulit dan membrane mukosa kering
o Kematokrit meningkat
o Suhu tubuh meningkat
o Peningkatan frekuensi nadi, penurunan TD, penurunan volume dan
tekanan nadi
o Konsentrasi urin meningkat
o Penurunan berat badan yang tiba-tiba
o Kelemahan
Subjektif:
Objektif:
kesembuhan luka dan penanganan luka bakar d.dklien mengeluh nyeri pada area
- Tanda vital
normal.
Diagnosa keperawatan: Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan
luka bakar terbuka d.d lesi pada kulit, kemerahan, bengkak pada luka bakar.
persendian.
- Menyatakan 3. Jelaskan
4. Kejujuran meningkatkan
dasar pemikiran pentingnya
harapan yang realistis.
untuk berbagai partisipasi klien
aspek dalam perawatan.
penanganan yang 4. Jelaskan lama
berbeda. waktu untuk
- Klien dan sembuh.
keluarganya turut
berpartisipasi
dalam menyusun
rencana
penatalaksanaan.
Diagnosa keperawatan: Risiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan
hilangnya barier kulit dan terganggunya respon imun.
4. Evaluasi
1. Fase Darurat/Resusitasi
1. Pertukaran gas kembali adekuat
2. Perfusi jaringan kembali adekuat
3. Bersihan jalan nafas kembali efektif
4. Pemulihan keseimbangan cairan dan elektrolit optimal
5. Suhu tubuh klien kembali normal (36-37˚C)
6. Nyeri klien berkurang
2. Fase Akut
1. Nyeri klien berkurang
2. Keseimbangan cairan optimal
3. Integritas kulit membaik
4. Pemenuhan nutrisi adekuat
5. Pencapaian mobilitas fisik yang optimal
6. Ansietas berkurang
7. Klien dan keluarga paham tentang penyakitnya
8. Resiko infeksi tidak terjadi
9. Tidak terjadi komplikasi pada ginjal
10. Tidak terjadi perdarahan GI
11. Tidak terjadi komplikasi ileus paralitik
12. Tidak terjadi sepsis
3. Fase Rehabilitasi
1. Klien mampu melakukan aktivitas sehari-hari
2. Klien mampu beradaptasi dengan citra tubuh yang berubah
3. Klien dan keluarga paham tentang penyakitnya
DAFTAR PUSTAKA
http://semaraputraadjoezt.wordpress.com/2012/09/12/asuhan-keperawatan-pada-
klien-dengan-luka-bakar-combustio/
http://askeplukabakar.html.co.id