Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH PASTA GIGI

TERHADAP LUKA BAKAR

Disusun oleh :
DYAH AYU SUDARMAWAN
22010115130200

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2015
Pengaruh Pasta Gigi terhadap Luka Bakar
Disusun oleh: Dyah Ayu Sudarmawan

PENDAHULUAN

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang sangat erat dengan


tradisi atau kebiasaaan setempat. Namun, dalam hal kesehatan, kebiasaan atau
tradisi bisa menjadi suatu hal yang membahayakan meskipun hal itu mempunyai
tujuan yang baik.
Luka merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter, jenis
yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi
dibanding dengan cedera oleh sebab lain, biaya yang dibutuhkan dalam
penanganannya pun tinggi.[1] Jenis luka diantaranya adalah luka bakar, penyebab
luka bakar selain terbakar api langsung atau tidak langsung, juga pejanan suhu
yang tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia. Luka bakar karena api
atau akibat tak langsung dari api misalnya tersiram air panas yang banyak terjadi
pada kecelakaan rumah tangga.[1]
Dalam pengobatan dari luka, tidak sedikit masyarakat Indonesia
menggunakan tradisi atau kebiasaannya seperti mengoleskan pasta gigi, minyak
tanah, minyak goreng, lendir siput, dan lain-lain. Karena kurangnya informasi
yang mencukupi, masyarakat Indonesia menggunakan bahan-bahan tersebut untuk
pengobatan dan perawatan luka, tanpa mengetahui bahwa substansi-substansi
tersebut sangat berbahaya dan memicu luka yang lebih parah. Luka bakar
menyebabkan noda hitam di kulit.

Noda hitam bekas luka bakar agak sulit disamarkan. "Sebab kulit melepuh
sehingga sebagian struktur kulit yang terdiri atas epidermis, dermis, kelenjar
keringat, serta kelenjar rambut, hilang karena terangkat," ujar dr. Gloria Novelita,
SpKK, Spesialis Kulit dan Kelamin Beyoutiful Aesthetic Clinic, Jakarta.

Semua struktur kulit itu penting, lagi pula ada sel yang bisa membantu
untuk penyembuhan luka. Kalau semua lepas, penyembuhan kulit jadi sulit.
Proses memudarnya noda hitam itu bisa menahun. Pada prinsipnya, noda hitam
bekas luka bakar bisa diobati sama halnya seperti mengobati noda hitam bekas
jerawat.[2]
Penanganan dalam penyembuhan luka bakar antara lain mencegah infeksi
dan memberi kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk berpoliferasi dan menutup
permukaan luka.[1]

Saat seseorang terkena luka bakar, tidak sedikit orang yang langsung
mengolesi luka bakar tersebut dengan pasta gigi. Padahal masyarakat awam
belum tentu tahu pengaruh pemberian pasta gigi pada luka bakar. Dengan adanya
hal tersebut penulis merasa tertarik, untuk menulis sebuah artikel yang berjudul
“Pengaruh Pasta Gigi terhadap Luka Bakar”.
PEMBAHASAN

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik
dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan
mortalitas tinggi. Biaya yang dibutuhkan untuk penanganannya pun tinggi. Luka
bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan benda-
benda yang menghasilkan panas (api secara langsung maupun tidak langsung,
pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia, air, dll) atau zat-
zat yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat).[1]

Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,


merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar
16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 –
1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm
tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak
mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit
tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah
epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan
dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan
suatu lapisan jaringan ikat.[3]

Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh


diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan,
sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan
metabolisme.[4]

Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari


elektrolit trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi
mikroorganisme patogen. Sensasi telah diketahui merupakan salah satu fungsi
kulit dalam merespon rangsang raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada
daerah bibir, puting dan ujung jari. Kulit berperan pada pengaturan suhu dan
keseimbangan cairan elektrolit. Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus.
Temperatur perifer mengalami proses keseimbangan melalui keringat, insessible
loss dari kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan
dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila temperatur meningkat terjadi
vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi temperatur
dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang dapat
meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh
darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas.[3]

Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.
Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel
darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia.
Meningkatnya permeabilitas menyebabkan oedem dan menimbulkan bula yang
banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan
intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan
akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada
luka bakar derajat dua dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat
tiga. Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi
tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20% akan terjadi syok
hipovolemik dengan gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat,
nadi kecil, dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin berkurang.
Pembengkakkan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam.

Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat
terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap, atau uap panas yang
terhisap. Oedem laring yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan
napas dengan gejala sesak napas, takipnea, stridor, suara serak dan dahak bewarna
gelap akibat jelaga. Dapat juga keracunan gas CO dan gas beracun lainnya.
Karbon monoksida akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin
tak mampu lagi mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan adalah lemas,
bingung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan yang berat terjadi koma. Bisa
lebih dari 60% hemoglobin terikat CO, penderita dapat meninggal. Setelah 12 –
24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan mobilisasi serta penyerapan
kembali cairan edema ke pembuluh darah. Ini di tandai dengan meningkatnya
diuresis.[5]

Klasifikasi Luka Bakar:

1. Luka bakar grade I


a. Disebut juga luka bakar superficial
b. Mengenai lapisan luar epidermis, tetapi tidak sampai mengenai daerah
dermis. Sering disebut sebagai epidermal burn
c. Kulit tampak kemerahan, sedikit oedem, dan terasa nyeri.
d. Pada hari ke empat akan terjadi deskuamasi epitel (peeling).

2. Luka bakar grade II


a. Superficial partial thickness:
1) Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan atas dari dermis.
2) Kulit tampak kemerahan, oedem dan rasa nyeri lebih berat
daripada luka bakar grade I
3) Ditandai dengan bula yang muncul beberapa jam setelah terkena
luka
4) Bila bula disingkirkan akan terlihat luka bewarna merah muda
yang basah
5) Luka sangat sensitive dan akan menjadi lebih pucat bila terkena
tekanan
6) Akan sembuh dengan sendirinya dalam 3 minggu ( bila tidak
terkena infeksi ), tapi warna kulit tidak akan sama seperti
sebelumnya.
b. Deep partial thickness:
1) Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan dalam dari dermis
2) Disertai juga dengan bula
3) Permukaan luka berbecak merah muda dan putih karena variasi
dari vaskularisasi pembuluh darah ( bagian yang putih punya
hanya sedikit pembuluh darah dan yang merah muda mempunyai
beberapa aliran darah
4) Luka akan sembuh dalam 3-9 minggu.

3. Luka bakar grade III


a. Menyebabkan kerusakan jaringan yang permanen
b. Rasa sakit kadang tidak terlalu terasa karena ujung-ujung saraf dan
pembuluh darah sudah hancur.
c. Luka bakar meliputi kulit, lemak subkutis sampai mengenai otot dan
tulang 1.

4. Luka Bakar grade IV

Berwarna hitam.[5]

Menurut Muhibuddin, dkk (2013: 1) luka bakar merupakan cedera yang


cukup sering dihadapi oleh masyarakat. Luka bakar bisa terjadi karena disengaja
maupun tidak disengaja akibat kecerobohan manusia itu sendiri yang
mengakibatkan munculnya masalah adanya luka bakar, sehingga membutuhkan
penanganan, perawatan, dan pengobatan dengan biaya yang dibutuhkan juga
cukup mahal. Percepatan penyembuhan luka bisa dilakukan dengan pemberian
antibiotik dan penanganan yang tepat. Akan tetapi banyak paradigma yang kurang
tepat terhadap penanganan luka, sehingga mengakibatkan luka bakar menjadi
lebih parah, luka bakar juga dapat menyebabkan masalah psikologis yaitu distress
emotional (trauma) dan psikologis yang berat disebabkan cacat akibat luka bakar
dan bekas luka (scar). Berdasarkan yang terjadi di masyarakat sebelum dibawa ke
balai pengobatan, masyarakat menggunakan pasta gigi. Pasta gigi bisa
memberikan rasa dingin pada luka, akan tetapi pasta gigi belum tentu steril,
padahal luka bakar merupakan luka yang terbuka sehingga memudahkan kuman
masuk lapisan kulit dan menyebabkan infeksi. Luka bakar yang terlanjur infeksi,
akan menghambat proses penyembuhan dan hampir selalu berujung pada
kecacatan. Selain kecacatan, parut pada kulit, juga tumbuh keloid atau tekstur
kulit yang tumbuh tidak normal. Agar penyembuhan berlangsung normal maka
tidak boleh terjadi infeksi. Setiap jenis luka apapun memerlukan sterilitas untuk
memperoleh kesembuhan yang sempurna dan tidak menyisakan kecacatan
kulit.[6]

Langkah-langkah Pertolongan Pertama :[7]

1. Singkirkan sumber luka bakar dengan segera. Contohnya, jika


masih ada api, tutupi tubuh dengan bahan kain yang basah atau
berguling-guling di tanah, atau jika dari sumber listrik, putuskan
kontak listrik segera.
2. Periksa jalan nafas dan denyut nadi dan jika memungkinkan, buka
benda/aksesori yang masih dipakai di tubuh seperti pakaian,
perhiasan, dan jam tangan.
3. Segera dibawa ke rumah sakit jika luka bakar mengenai banyak
bagian tubuh atau dari sumber lain selain panas.
4. Jika luka bakar akibat sumber panas dan derajat ringan, kurang dari
10% dari luas permukaan tubuh, dinginkan luka bakar dengan air
pipa yang mengalir selama minimal 10 - 20 menit. Hal ini untuk
mendinginkan luka, mengurangi nyeri, edema atau pembengkakan.
Jangan menggunakan air es karena mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah hingga memperberat derajat luka bakar.
5. Hindari menggunakan pasta gigi, sabun, kecap, mentega, minyak,
bensin, oli, dan lain-lain. Bahan tersebut mengandung zat kimia
yang tidak diterima baik oleh kulit. Cara tersebut justru dapat
merusak kondisi kulit Anda.
6. Oleskan ointment khusus luka bakar untuk membantu
menyembuhkan luka bakar. Gunakan obat anti nyeri seperti
parasetamol atau ibuprofen jika terasa nyeri sekali.

Seperti dalam penggunaan pasta gigi, penulis menemukan beberapa


bahaya dari penggunaan pasta gigi untuk pengobatan dan perawatan luka. Pasta
gigi dibuat dari berbagai macam bahan penyusun dengan fungsi yang berbeda-
beda dan beberapa bahan tambahan. Pasta gigi tanpa bahan herbal yang digunakan
masyarakat pada umumnya terbuat dari bahan-bahan abrasif (contoh: silikon
oksida, granular polivinil klorida), air, pelembab, sabun atau detergen, bahan
perasa dan pemanis, bahan-bahan terapetik (contoh: flouride, pirofosfat), bahan
pewarna dan pengawet (Carranza dkk. 2001). Salah satu substansi yang sering
ditambahkan pada pasta gigi adalah senyawa fluoride. Senyawa flouride adalah
suatu garam flouride yang banyak terdapat di alam dapat berupa sodium fluoride,
calcium flouride, ammonium fluorophosphate dan garam-garam lainnya.[8]

Konsumsi pasta gigi atau penyikatan gigi dengan pasta gigi telah banyak
dipergunakan di berbagai negara. Pasta gigi antara lain mengandung bahan
antimikroba seperti triklosan dan klorheksidin sebagai bahan aktif yang dapat
menghambat secara langsung pada pembentukan plak. Seiring dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi, berbagai produsen pasta gigi membuat inovasi
untuk menambahkan zat lain yang bermanfaat bagi kesehatan gigi. Penambahan
zat lain pada pasta gigi harus aman dan efektif, serta pemakaiannya telah disetujui
oleh American Dental Association. Salah satu yang umum ditambahkan pada
pasta gigi adalah herbal. Penambahan herbal pada pasta gigi diharapkan dapat
menghambat pertumbuhan plak. Hal tersebut berkaitan dengan kemampuan
beberapa jenis herbal yang mampu menghambat pertumbuhan mikroba. Selain itu,
karena herbal berasal dari tumbuh-tumbuhan, maka bahan tersebut aman dan
alami. Di pasaran kini banyak beredar pasta gigi dengan kandungan bahan herbal
salah satunya adalah pasta gigi yang mengandung ekstrak daun sirih. Kandungan
minyak atsiri daun sirih mempunyai daya antibakteri karena adanya fenol dan
turunannya yang dapat mengubah sifat protein sel bakteri. Bahkan sebuah
penelitian lain menyebutkan bahwa pasta gigi herbal mengandung ekstrak daun
sirih dan lidah buaya efektif dalam menghambat koloni Staphylococcus aureus
lebih baik dari pasta gigi non herbal. [9]

Prinsip absorpsi obat atau zat melalui kulit adalah difusi yaitu proses
dimana suatu substansi bergerak dari daerah suatu sistem ke daerah lain dan
terjadi penurunan kadar gradien diikuti bergeraknya molekul (Anief, 1997).
Jumlah obat yang berpindah melalui lapisan kulit tergantung pada karakteristik
obat, kelarutannya dalam air dan koefisien partisi minyak atau airnya, minyak
dan air merupakan bahan yang baik untuk difusi melalui stratum corneum seperti
juga melalui epidermis dan lapisan lapisan kulit (Ansel, 1989).

Absorbsi perkutan adalah absorbsi bahan dari luar kulit masuk ke dalam
kulit dan aliran darah (Ansel, 1985). Prinsip absorbsi obat melalui kulit adalah
difusi pasif. Difusi pasif adalah proses dimana substansi dari daerah suatu sistem
(konsentrasi tinggi) ke daerah lain (konsentrasi rendah) dan terjadi penurunan
kadar gradien diikuti bergeraknya molekul (Anief, 1997).[10]

Difusi obat dipengaruhi oleh beberapa faktor:

1. Konsentrasi obat : semakin besar konsentrasi zat aktif, difusi obat


akan semakin baik.
2. Koefisien partisi : perbandingan konsentrasi dalam dua fase. Semakin
besar koefisien partisi dan semakin cepat difusi obat.
3. Koefisien difusi : semakin luas membran, koefisien difusi semakin
besar, difusi obat akan semakin meningkat.
4. Viskositas : semakin besar viskositas (konsistensi) suatu zat, koefisien
difusi semakin besar, dan difusi akan semakin lambat.
5. Ketebalan membran : semakin tebal membran, difusi akan semakin
lambat.[11]

Dari segi fisiologi faktor yang mempengaruhi kecepatan atau besarnya absorpsi
perkutan adalah luas daerah permukaan dan banyaknya pemakaian.
KESIMPULAN
Pasta gigi memang mengandung beberapa zat yang efektif untuk
membunuh bakteri dan menghambat pertumbuhan mikroba. Namun, hasil
penelitian yang telah dilaksanakan, pasta gigi dan substansi-substansi yang telah
penulis paparkan diawal, dapat memicu bahaya keparahan yang luar biasa.
Keparahan tersebut seperti, timbul ruam kemerahan, bekas noda hitam, infeksi,
memicu pertumbukan jamur dan bakteri, mempercepat tumbuhnya mikroba, dan
lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA

1. Syamsuhidayat, W.d.J., Buku Ajar Ilmu Bedah. 2005, Jakarta: EGC Press.
2. Tribunnews, Mengoles Pasta Gigi Pada Luka Bakar Memicu Bakteri, in
Tribunnews. 2015.
3. Perdanakusuma, D.S., “Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka”.
2007.
4. Kusumaningsih, R.W., Pengaruh Pasta Gigi dengan Kandungan Buah
Stroberi (Fragaria chiloensis L.) terhadap Pembentukan Plak Gigi. 2011,
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
5. Yovita, S., Penanganan Luka Bakar.
6. Muhibuddin, Pemanfaatan Getah Yodium (Jatropha Multifida L) sebagai
Obat Luka Bakar. 2015.
7. dr.Adibah, Pertolongan Pertama Luka Bakar, d.R. Winasis, Editor. 2014,
Yakes-Telkom.
8. Quirynen, M.V.d.V., S. Vandekerchove, B. Dadamio, J, Oral Malodor.
“Carranza’s Clinical Periodontology”, ed. M.G.T. Newman, H. &
Klokkevold, P. R. & Carranza, F. A. 2012, Philadelphia: WB Saunder
Company.
9. Mutmainnah, M., “Pengaruh pasta gigi yang mengandung ekstrak daun
sirih dalam mengurangi plak dan gingivitis pada gingivitis marginalis
kronis”, in Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin. 2013:
Makassar.
10. Kartono, M., Pertolongan Pertama. 2005, Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
11. Martin, A., Phycical Pharmacy. Philadelphia: Lea & Febiger. 1993. .

Anda mungkin juga menyukai